• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA SEKRETARIAT JENDERAL NOTA DINAS NOMOR : SEK.1-OT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA SEKRETARIAT JENDERAL NOTA DINAS NOMOR : SEK.1-OT"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA SEKRETARIAT JENDERAL

NOTA DINAS NOMOR : SEK.1-OT.01.01-353

Yth : Sekretaris Jenderal

Dari : Plt.Kepala Biro Perencanaan

Hal : Penataan Organisasi Kantor Imigrasi Tanggal : 27 September 2021

1. Rujukan:

a. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2019 tentang Penilaian Kriteria Klasifikasi Kantor Imigrasi;

b. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 19 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Imigrasi;

c. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi Birokrasi Nomor PER 18/M.PAN/11/2008 tentang Pedoman Organisasi UPT Kementerian dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian;

d. Surat Plt Direktur Jenderal Imigrasi Nomor IMI-OT.01.03-0016 tanggal 18 Agustus 2021 hal Usulan Penataan Organisasi Kantor Imigrasi.

2. Sehubungan dengan rujukan tersebut, bersama ini dengan hormat kami sampaikan kepada Bapak hal-hal sebagai berikut :

a. Dalam rangka peningkatan pelayanan publik dan dukungan terhadap pelaksanaan tugas fungsi Kantor Imigrasi, adanya penataan organisasi Kantor Imigrasi, yaitu pembentukan baru dan peningkatan kelas Kantor Imigrasi.

b. Rencana pembentukan baru Kantor Imigrasi adalah :

1) Kantor Imigrasi Kelas III Non TPI Bungo di Propinsi Jambi;

2) Kantor Imigrasi Kelas III TPI Morowali di Propinsi Sulawesi Tengah.

c. Rencana peningkatan kelas kantor imigrasi adalah :

1) Semula Kantor Imigrasi Kelas II TPI Mimika menjadi Kantor Imigrasi Kelas I TPI Mimika;

2) Semula Kantor Imigrasi Kelas III TPI Labuan Bajo menjadi Kantor Imigrasi Kelas II TPI Labuan Bajo;

3) Semula Kantor Imigrasi Kelas II TPI Dumai menjadi Kantor Imigrasi Kelas I TPI Dumai;

4) Semula Kantor Imigrasi Kelas III Non TPI Pamekasan menjadi Kantor Imigrasi Kelas II

Non TPI Pamekasan;

(2)

5) Semula Kantor Imigrasi Kelas III Non TPI Kotabumi menjadi Kantor Imigrasi Kelas II Non

TPI Kotabumi;

dan

6) Semula Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI Tasikmalaya menjadi Kantor Imigrasi Kelas I Non TPI Tasikmalaya.

3. Dukungan terhadap rencana pembentukan baru Kantor Imigrasi:

a. Dukungan Pemerintah Daerah;

b. Ketersediaan lahan;

c. Ketersediaan SDM; dan

d. Keputusan Direktur Jenderal Imigrasi tentang pembentukan.

4. Dukungan terhadap rencana peningkatan kelas adalah:

a. Penilaian kinerja dan inovasi;

b. Dukungan Pemerintah Daerah;

c. Lama operasional minimal 2 Tahun setelah pembentukan dan/ setelah peningkatan kelas;

d. Surat penetapan inovasi tugas fungsi keimigrasian.

5. Sebagaimana yang telah kami sampaikan pada angka 2,3 dan 4, kami berpendapat bahwa:

a. Seluruh persyaratan untuk pembentukan baru dan peningkatan kelas Kantor Imigrasi terpenuhi;

b. Dukungan yang diterima baik untuk pembentukan baru ataupun peningkatan kelas telah

cukup memadai;

c. Perlu untuk diusulkan kepada Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi untuk pembentukan baru 2 (dua) Kantor Imigrasi dan peningkatan kelas terhadap 6 (enam) Kantor Imigrasi.

6. Data dukung telah memenuhi, dan disampaikan dalam bentuk hard copy, namun mengingat untuk kapasitas lampiran disumaker terbatas sehingga tidak dapat kami upload

disumaker 7. Mohon petunjuk dan arahan lebih lanjut.

8. Demikian untuk maklum

Ida Asep Somara

NIP 197101021994031001

(3)

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA SEKRETARIAT JENDERAL

NOTA DINAS

NOMOR : SEK.1-OT.01.01-374 Yth : Sekretaris Jenderal

Dari : Plt. Kepala Biro Perencanaan

Hal : Penataan Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan Lampiran : 1 (satu) berkas

Tanggal : 4 Oktober 2021

1. Rujukan

a. Surat Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Nomor PAS-OT.02.02-12 Tanggal 26 Februari 2021 tentang Usulan Perubahan Nomenklatur, Kenaikan Kelas dan Pembentukan Baru UPT Pemasyarakatan;

b. Surat Sekretaris Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Nomor PAS1.OT.01.03-03 Tanggal 08 April 2021 tentang Usul Kenaikan Kelas dan Pembentukan Baru UPT Pemasyarakatan;

c. Surat Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor PAS.OT.01.03-17 Tanggal 23 Juli 2021 tentang Usul Perubahan Nomenklatur UPT Pemasyarakatan;

d. Surat Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor PAS.OT.01.03 -18 Tanggal 23 Juli 2021 tentang Perubahan Tempat Kedudukan UPT Pemasyarakatan.

2. Sehubungan dengan rujukan tersebut, bersama ini dengan hormat kami sampaikan kepada Bapak hal-hal sebagai berikut :

a. Dengan adanya dinamika perubahan yaitu pemekaran wilayah otonomi daerah

dan administrasi pemerintahan perlu adanya penataan organisasi Unit Pelaksana

Teknis Pemasyarakatan (Lapas, Rutan, Bapas dan Rupbasan).

(4)

b. Penataan organisasi Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan dalam rangka peningkatan pelayanan publik, penyelenggaraan pemerintahan dibidang Hukum dan HAM dan konsiliasi dengan aparat penegak hukum CJS (Criminal Justice system) serta wilayah kerja.

c. Bentuk penataan organisasi Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan adalah dengan kenaikan kelas Unit Pelaksana Teknis, pembentukan Unit Pelaksana Teknis baru dan perubahan nomenklatur Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan (sebagaimana terlampir).

d. Salah satu program prioritas nasional Tahun Anggaran 2018 yang telah dilaksanakan adalah pembangunan 3 (tiga) Lapas baru di provinsi Jawa Tengah dan sampai saat ini telah selesai pembangunannya dan siap untuk operasional, yaitu Lapas Ngasem, Lapas Gladakan, dan Lapas Nirbaya.

3. Dari yang telah kami sampaikan pada angka 2, kami berpendapat pula perlu adanya penataan organisasi Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan yaitu pembentukan UPT baru, perubahan nomenklatur, kenaikan kelas dan perubahan tempat kedudukan untuk diusulkan kepada Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

4. Mohon arahan dan petunjuk lebih lanjut.

5. Demikian untuk maklum.

Ida Asep Somara

NIP 19710102 199403 1 001

(5)

USUL PENATAAN UPT PEMASYARAKATAN TAHUN 2021

A. KENAIKAN KELAS UPT PEMASYARAKATAN

NO KANTOR

WILAYAH

EKSISTING

INSTRUMEN PENILAIAN BEBAN TUGAS (PERMENKUMHAM 15/2015)

PERUBAHAN USULAN WILAYAH KERJA

TAHUN SCORING

1 Aceh Bapas Kelas II Aceh 2018 70,47 Bapas Kelas I Aceh Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten

Biereun, Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie, Kota Banda Aceh, Kota Sabang

2019 70,54

2020 70,69

2 Riau Bapas Kelas II

Pekanbaru

2018 71,13 Bapas Kelas I Pekanbaru Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Indragiri Hilir, Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten Kampar, Kabupaten Kepulauan Meranti, Kabupaten Kuantan Singingi, Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Siak,

2019 71,71

2020 71,78

3 Kepulauan Riau Bapas Kelas II Tanjung Pinang

2018 73,7 Bapas Kelas I Tanjung

Pinang

Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Kepulauan Anambas, Kabupaten Lingga, Kabupaten Natuna, Kota Batam, Kota Tanjungpinang

2019 74,22

2020 74,63

Rupbasan Kelas II Tanjung Pinang

2018 67,22 Rupbasan Kelas I

Tanjung Pinang

2019 67,46

2020 67,67

4 Jambi Bapas Kelas II Jambi 2018 71,67 Bapas Kelas I Jambi Kota Jambi, Kabupaten Muaro Jambi,

(6)

Kabupaten Bangka, Kabupaten Bangka Barat, Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Belitung, Kabupaten Belitung Timur, Kota Pangkal pinang

Pinang 2019 49,22 Pinang

2020 49,38

Rupbasan Kelas II 2018 69,58

Pangkal Pinang

2019 69,72 Pangkal Pinang

2020 69,88

6 Bengkulu Bapas Kelas II 2018 79,56 Bapas Kelas I Bengkulu Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten

Bengkulu Bengkulu Tengah, Kabupaten Bengkulu

2019 80,26 Utara, Kabupaten Kaur, Kabupaten

2020 81,55 Kepahiang, Kabupaten Lebong, Kabupaten

Mukomuko, Kabupaten Rejang Lebong,

7 Lampung Bapas Kelas II Bandar 2018 71,7 Bapas Kelas I Kabupaten Lampung Selatan dan Kota

Lampung Bandar Lampung Bandar Lampung

2019 71,75

2020 71,91

8 Banten Rupbasan Kelas II 2018 70,02 Rupbasan Kelas I Serang Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang,

Serang Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang,

2019 70,24 Kota Cilegon, Kota Serang, Kota Tangerang,

2020 70,33 Kota Tangerang Selatan

Bapas Kelas II Serang 2018 70,36 Bapas Kelas I Serang Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang,

2019 70,54 Kabupaten Serang, Kota Cilegon

2020 70,76

2019 71,76 Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten

5 Kepulauan Bangka Belitung

Bapas Kelas II Pangkal Pinang

Lapas Perempuan Kelas III Pangkal

2020 71,94

2018 77,33 Bapas Kelas I Pangkal Pinang

2019 77,62 2020 78,52

2018 48,87 Lapas Perempuan Kelas IIB Pangkal

Tanjung Jabang Barat, Kabupaten Batanghari

Rupbasan Kelas I

Kabupaten Seluma, Kota Bengkulu

(7)

9 Nusa Tenggara Barat

Rupbasan Kelas II Sumbawa Besar

2018 67,11 Rupbasan Kelas I

Sumbawa Besar

Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Lombok Utara, Kota Mataram, Kabupaten Bima, Kabupaten Dompu, Kabupaten Sumbawa Barat, Kota Bima, Kabupaten Sumbawa

2019 67,37

2020 67,67

Bapas Kelas II Mataram 2018 70,27 Bapas Kelas I Mataram Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Lombok Utara, Kota Mataram

2019 70,36

2020 70,35

10 Nusa Tenggara Timur

Bapas Kelas II Kupang 2018 76,87 Bapas Kelas I Kupang Kota Kupang, Kabupaten Timor Tengah Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Kabupaten Rote Ndao, Kabupaten Malaka, Kabupaten Kupang, Kabupaten Belu

2019 77,1

2020 77,42

11 Kalimantan Barat Bapas Kelas II Pontianak

2018 70,88 Bapas Kelas I Pontianak Kabupaten Ketapang, Kabupaten Pontianak dan Kota Pontianak

2019 70,94

2020 71,09

12 Kalimantan Timur

Bapas Kelas II Balikpapan

2018 72,15 Bapas Kelas I

Balikpapan

Kota Balikpapan dan Kabupaten Pasir

2019 72,37

2020 73,23

Rutan Kelas IIA Samarinda

2018 89,68 Rutan Kelas I Samarinda Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Kutai Barat dan Kabupaten Mahakam Ulu

2019 90,76

2020 91,4

Rutan Kelas IIB Balikpapan

2018 66,54 Rutan Kelas IIA

Balikpapan

Kabupaten Penajem Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara

2019 66,98

2020 69,16

13 Gorontalo Bapas Kelas II 2018 77,21 Bapas Kelas I Gorontalo Kabupaten Boalemo, Kabuoaten Bone

(8)

Gorontalo 2019 77,76 Bolango, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Gorontalo Utara, Kabupaten Pohuwato,

2020 78,06 Kota Gorontalo

14 Sulawesi Tengah Bapas Kelas II Palu 2018 72,4 Bapas Kelas I Palu Kota Palu, Kabupaten Toli-Toli, Kabupaten Sigi, Kabupaten Poso, Kabupaten Parigi

15 Sulawesi Barat Bapas Kelas II Polewali

Rupbasan Kelas II Polewali

2019 72,89 2020 73,2

2018 72,8 Bapas Kelas I Polewali 2019 73,2

2020 73,66

2018 68,65 Rupbasan Kelas I Polewali

2019 68,8 2020 69,09

Moutong, Kabupaten Morowali Utara, Kabupaten Buol, Kabupaten Donggala

Kabupaten Majene,Kabupaten Mamasa, Kabupaten Mamuju, Kabupaten Mamuju Tengah, Kabupaten Pasangkayu, Kabupaten Polewali Mandar

16 Sulawesi Tenggara Bapas Kelas II Kendari 2018 76,42 Bapas Kelas I Kendari Kabupaten Kolaka, Kota Kendari, Kabupaten Konawe Utara, Kabupaten Konawe Selatan, 2019 76,74

2020 77,44

Kabupaten Konawe Kepulauan, Kabupaten Konawe, Kabupaten Kolaka Timur, Kabupaten Kolaka Utara, Kabupaten 17 Maluku Bapas Kelas II Ambon 2018 76,64 Bapas Kelas I Ambon Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Pulau Buru, Kota Ambon, Kabupaten Seram Bagian 2019 78,1

2020 79,06

Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur, Kepulauan Buru, Kepulauan Buru Selatan

18 Maluku Utara Bapas Kelas II Ternate 2018 76,44 Bapas Kelas I Ternate Kabupaten Halmahera Barat, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Kepulauan

Rupbasan Kelas II Ternate

2019 76,92 2020 77,38

2018 70,02 Rupbasan Kelas I Ternate

2019 70,19

Sula, Kabupaten Pulai Taliabu, Kota Ternate

Kabupaten Halmahera Barat, Kabupaten

Halmahera Selatan, Kabupaten Halmahera

Tengah, Kabupaten Halmahera Timur,

Kabupaten Halmahera Utara, Kabupaten

(9)

2020 70,65 Kepulauan Sula, Kabupaten Pulai Taliabu, Kabupaten Pulau Morotai, Kota Ternate, Kota

19 Papua Bapas Kelas II 2018 75,4 Bapas Kelas I Jayapura Kabupaten Supiori, Kabupaten Biak Numfor,

Jayapura

2019 76,02

Kabupaten Jayapura, Kabupaten Kepulauan Yapen, Kabupaten Waropen, Kabupaten 2020 76,39 Membramo Raya, Kabupaten Sarmi, Kota

Jayapura Jumlah Usulan 28 UPT Pemasyarakatan

2. PEMBENTUKAN UPT PEMASYARAKATAN

NO KANTOR WILAYAH USULAN UPT BARU WILAYAH KERJA

1 Jawa Tengah Rutan Kelas I Semarang Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kabupaten

Kendal, Kota Magelang, Kabupaten Magelang

Lapas Kelas IIA Ngasem Nusakambangan

Pulau Nusakambangan Lapas Kelas IIA Gladakan Nusakambangan

Lapas Kelas IIA Nirbaya Nusakambangan

2 Sulawesi Selatan Lapas Kelas IIA Maros Kabupaten Maros, Kabupaten Jeneponto,Kabupaten

Pangkajene

Jumlah Usulan 5 UPT Pemasyarakatan

(10)

3. PERUBAHAN NOMENKLATUR

NO KANTOR WILAYAH SEMULA MENJADI TEMPAT KEDUDUKAN

1 Sumatera Barat Lapas Kelas IIB Payakumbuh Lapas Kelas IIB Tanjungpati

LPKA Kelas II Tanjungpati LPKA Kelas II Payakumbuh

2 Jawa Barat Lapas Khusus Kelas IIA Gunung

Sindur

Lapas Narkotika Kelas IIA Gunung Sindur

Gunung Sindur, Kabupaten Bogor

Lapas Narkotika Kelas IIA Gunung Sindur

Lapas Khusus Kelas IIA Gunung Sindur

Gunung Sindur, Kabupaten Bogor

3 Banten Lapas Kelas IIA Cilegon Lapas Narkotika Kelas IIA Cilegon

4 Nusa Tenggara Barat Lapas Kelas IIA Mataram Lapas Kelas IIA Lombok Barat Desa Kuripan, Kecamatan Kuripan Lombok Barat

5 Kalimantan Timur LPKA Kelas II Samarinda LPKA Kelas II Tenggarong Tenggarong, Kabupaten Kutai Kertanegara Kalimantan Timur

Jumlah Usulan 7 UPT Pemasyarakatan

(11)

4. PERUBAHAN TEMPAT KEDUDUKAN

NO KANTOR WILAYAH SEMULA MENJADI

1. Sulawesi Selatan LPKA Kelas II Maros

(Jalan Poros Kariango, Bonto Matene, Kec. Mandai, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan 90552)

LPKA Kelas II Maros

(Jalan Langto Dg Pasewang Kabupaten Maros)

2. Kalimantan Tengah Lapas Kelas IIA Palangkaraya (Jalan Tjilik Riwut KM 2,5, Tangkling Kecamatan Bukit

Batu Kota Palangkaraya)

Lapas IIA Palangkaraya (Jalan Tjilik Riwut KM 40,5, Tangkling Kecamatan Bukit

Batu Kota Palangkaraya) Lapas Perempuan Kelas IIA Palangkaraya

(Jalan Tjilik Riwut KM 40,5, Tangkling Kecamatan Bukit Batu Kota Palangkaraya)

Lapas Perempuan Kelas IIA Palangkaraya

(Jalan Tjilik Riwut KM 4,5, Tangkling Kecamatan Bukit Batu Kota Palangkaraya)

Rutan Kelas IIA Palangkaraya (Jalan Tjilik Riwut KM 4,5, Tangkling Kecamatan Bukit Batu Kota Palangkaraya)

Rutan Kelas IIA Palangkaraya

(Jalan Tjilik Riwut KM 2,5, Tangkling Kecamatan Bukit Batu Kota Palangkaraya)

Jumlah Usulan 4 UPT Pemasyarakatan

(12)
(13)

TELAHAAN USULAN PERUBAHAN NOMENKLATUR, KENAIKAN KELAS DAN PEMBENTUKAN BARU PADA UPT PEMASYARAKATAN

1. Usulan Perubahan Nomenklatur

a. LPKA Kelas II Samarinda menjadi LPKA Kelas II Tenggarong dan Lapas Kelas IIA Mataram menjadi Lapas Kelas IIA Lombok Barat, dengan alasan sebagai berikut:

1. LPKA Samarinda yang berkedudukan di Tenggarong, Kabupaten Kutai Kertanegara dan Lapas Mataram yang berkedudukan di Kabupaten Lombok Barat memiliki ketidaksesuaian antara alamat kedudukan dengan nomenklatur eksisting.

2. Perbedaan ini menyebabkan kesulitan berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat dan KPPN, sehingga dapat menganggu dalam pelaksanaan tugas dan fungsi pemasyarakatan.

b. Lapas Kelas IIA Cilegon menjadi Lapas Narkotika Kelas IIA Cilegon, dengan alasan sebagai berikut:

1. Pada wilayah Banten memiliki total tahanan dan narapidana sejumlah 10.608 orang dan 60% merupakan tahanan dan narapidana kasus narkotika. Namun, diwilayah Banten belum terdapat Lapas Narkotika.

2. Kondisi saat ini, Lapas Kelas IIA Cilegon dijadikan sebagai tempat pembinaan narapidana kasus narkotika, sehingga perlu dilakukan alih fungsi Lapas Umum menjadi Lapas Narkotika.

c. Lapas Kelas IIB Payakumbuh menjadi Lapas Kelas IIB Tanjung Pati dan LPKA Kelas II Tanjung Pati menjadi LPKA Kelas II Payakumbuh, dengan alasan sebagai berikut:

1. Lapas Kelas IIB Payakumbuh yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman No. 15 Kecamatan Payakumbuh Utara, Kota Payakumbuh, Sumatera Barat memiliki luas tanah sebesar 3.550 m² dan luas bangunan 2.263 m², sehingga hanya memiliki kapasitas untuk menampung 59 orang.

Namun, isi hunian Lapas Kelas IIB Payakumbuh sudah mencapai 319 orang dan mengalami overcrowded sampai 441%.

2. LPKA Kelas II Tanjung Pati yang terletak di Jalan Sumbar-Riau, Koto

Tuo, Harau, Sarilamak, Kec. Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota,

Sumatera Barat memiliki luas tanah sebesar 39.040 m² dan luas

(14)

bangunan sebesar 3.311 m², sehingga memiliki kapasitas untuk 163 orang dengan jumlah penghuni sebesar 71 orang.

3. Melihat kondisi diatas, perlu dilakukan pemindahan lokasi Lapas dengan LPKA guna mengurai kepadatan yang terjadi. Secara sarana dan prasarana, pemindahan ini dapat dilaksanakan dengan melakukan penataan terhadap bangunan yang ada.

d. Lapas Khusus Kelas IIA Gunung Sindur menjadi Lapas Narkotika Kelas IIA Gunung Sindur dan Lapas Narkotika Kelas IIA Gunung Sindur menjadi Lapas Khusus Kelas IIA Gunung Sindur

1. Lapas Khusus Gunung Sindur memiliki pola bangunan dan pembinaan yang lebih tepat diperuntukkan bagi narapidana tindak pidana umum dan narkotika

2. Sedangkan Lapas Narkotika Gunung Sindur memiliki pola bangunan

dan pembinaan yang sudah disesuaikan dengan standar kebutuhan

untuk menangani narapidana risiko tinggi.

(15)

2. Usulan Perubahan Tempat Kedudukan

a. Perubahan Tempat Kedudukan LPKA Kelas II Maros

1. LPKA Kelas II Maros yang berkedudukan di Jalan Poros Kariango, Bonto Matene, Kec. Mandai, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan akan dilakukan pemindahan ke Jalan Langto Dg Pasewang Kabupaten Maros. Hal ini dilakukan karena lahan yang digunakan oleh LPKA Maros akan dijadikan sebagai Lapas Maros.

2. Hal ini dilakukan karena saat ini LPKA Maros kebanyakan diisi oleh narapidana dewasa. LPKA Maros sendiri akan dipindahkan ke ex lahan Lapas Maros peninggalan Belanda.

b. Perubahan Tempat Kedudukan Lapas Kelas II Palangkaraya, Lapas Perempuan Kelas IIA Palangkaraya dan Rutan Kelas IIA Palangkaraya 1. Lapas Kelas IIA Palangkaraya yang berkedudukan di Jalan Tjilik Riwut

KM 2,5, Tangkling Kecamatan Bukit Batu Kota Palangkaraya memiliki lahan seluas 400.000 m² akan dilakukan pemindahan ke Jalan Tjilik Riwut KM 40,5, Tangkling Kecamatan Bukit Batu Kota Palangkaraya.

2. Pemindahan ini merupakan pertukaran dengan Lapas Perempuan Palangkaraya karena Lapas Palangkaraya sudah mengalami overcrowded sampai 180%. Sedangkan luas lahan Lapas Perempuan Palangkaraya adalah 12 hektar sehingga masih dimungkinkan untuk kembali dilakukan penambahan bangunan ruangan hunian.

3. Selain itu, Lapas Parangkaraya terletak di tengah kota palangkaraya.

Hal ini dapat menimbulkan risiko keamanan.

4. Lapas Perempuan Kelas IIA Palangkaraya yang berkedudukan di Jalan Tjilik Riwut KM 40,5, Tangkling Kecamatan Bukit Batu Kota Palangkaraya ke Jalan Tjilik Riwut KM 4,5, Tangkling Kecamatan Bukit Batu Kota Palangkaraya. Pemindahan ini merupakan pertukaran dengan Rutan Palangkaraya.

5. Hal ini dilakukan karena lokasi Lapas Perempuan Palangkaraya yang jauh dari tengah kota menyebabkan tidak maksimalnya pembinaan WBP perempuan dan pemenuhan hak kesehatan bagi WBP perempuan.

6. Rutan Kelas IIA Palangkaraya yang berkedudukan di Jalan Tjilik Riwut

KM 4,5, Tangkling Kecamatan Bukit Batu Kota Palangkaraya memiliki

lahan seluas 3.000 m² akan dilakukan pemindahan ke Jalan Tjilik Riwut

(16)

KM 2,5, Tangkling Kecamatan Bukit Batu Kota Palangkaraya.

Pemindahan ini merupakan pertukaran dengan lahan Lapas Palangkaraya

7. Pertukaran ini dilakukan karena Rutan sudah mengalami overcrowded

sampai 249% sehingga membutuhkan lahan dan bangunan lebih luas

yang dapat diakomodir oleh lahan Lapas Palangkaraya. Selain itu,

Rutan yang letaknya jauh dari tengah kota menyebabkan sulitnya

koordinasi antar APH.

(17)

2. Usulan Kenaikan Kelas 1) RUTAN

a. Rutan Kelas IIA Samarinda Menjadi Rutan Kelas I Samarinda

1. Melihat pola organisasi di wilayah Kalimantan Timur, Rutan Kelas IIA Samarinda yang terletak di ibukota provinsi menjadi main unit dari 3 Rutan penyangga di wilayah Kalimantan Timur yaitu, Rutan Kelas IIB Balikpapan, Rutan Kelas IIB Tanah Grogot, dan Rutan Kelas IIB Tanjung Redeb. Sebagai main unit

2. Berdasarkan sistem database pemasyarakatan tahun 2020, Rutan Kelas IIA Samarinda telah mengalami overcrowded sampai dengan 144% dengan jumlah narapidana sebesar 1.104 orang dengan kapasitas yang hanya 442. Meskipun pada region ini Rutan Samarinda dibantu oleh 3 Rutan penyangga namun kondisi seluruh rutan yang ada juga mengalami overcrowded lebih dari 200%.

3. Disisi lain letak Rutan Kelas IIA Samarinda yang berada di ibukota

provinsi memiliki fungsi koordinasi dengan APH lainnya seperti

(18)

Polda, Kejaksaan Tinggi dan Pengadilan Tinggi yang memiliki jabatan setingkat eselon II dan III, sedangkan Kepala Rutan Kelas IIA hanya setara dengan eselon IVa.

4. Melihat keadaan diatas maka perlu dilakukan peningkatan menjadi Rutan Kelas I Samarinda.

b. Rutan Kelas IIB Balikpapan Menjadi Rutan Kelas IIA Balikpapan

1. Melihat pola organisasi di wilayah Kalimantan Timur, Rutan Kelas IIB Balikpapan menjadi Rutan penyangga dari Rutan Kelas IIA Samarinda yang sudah mengalami overcrowded sampai 144%.

2. Selain itu, program nasional Presiden yang akan memindahkan ibukota negara di kabupaten Penajem Paser Utara akan menjadikan Rutan Kelas IIB Balikpapan sebagai main unit dan Rutan Kelas IIB Tanah Grogot sebagai Rutan penyangga.

3. Berdasarkan sistem database pemasyarakatan tahun 2020, Rutan

Kelas IIB Balikpapan telah mengalami overcrowded sampai dengan

(19)

313% dengan jumlah narapidana sebesar 786 orang dengan kapasitas yang hanya 186.

4. Melihat keadaan diatas maka perlu dilakukan peningkatan menjadi Rutan Kelas IIA Balikpapan.

2) LAPAS

a. Lapas Perempuan Kelas III Pangkalpinang Menjadi Lapas Perempuan Kelas IIB Pangkalpinang

1. Lapas Perempuan Kelas III Pangkalpinang yang terletak di provinsi Bangka Belitung harus mengampu 7 kota/kabupaten dan Lapas Perempuan Pangkalpinang menjadi satu-satunya Lapas yang menjalankan fungsi khusus dalam melakukan pembinaan narapidana perempuan.

2. Selain itu, Kepala Lapas Perempuan Pangkalpinang yang terletak di ibukota provinsi secara jabatan setara dengan eselon IVA. Hal ini menimbulkan masalah kesulitan koordinasi antara APH karena memiliki tingkat eselonisasi yang lebih tinggi.

3. Lapas Perempuan Kelas III Pangkalpinang juga memiliki program

pembinaan yang beragam dan memiliki banyak kerja sama dengan

pihak ketiga. Selain itu, program pembinaan di Lapas Perempuan

Pangkalpinang juga didukung oleh Pemerintah Daerah setempat.

(20)

3) BAPAS

1. Terdapat 19 Bapas yang terletak diibukota provinsi yang memiliki klasifikasi tingkat ke-II. Secara organisasi, Kepala Bapas Kelas II setara dengan eselon IVa, sedangkan APH yang berada diibukota provinsi memiliki eselonisasi setingkat eselon II dan III sehingga terjadi gap yang besar saat pelaksanaan koordinasi.

2. Jika melihat beban kerja yang harus diampu oleh Bapas akan terdapat perluasan tanggung jawab. Hal ini disebabkan oleh arah pembinaan narapidana yang mulai mengedepankan partisipasi masyarakat melalui Kelompok Masyarakat Peduli Pemasyarakatan. Selain itu, pembaharuan hukum pidana yang menggunakan pendekatan restorative justice menjadikan Bapas sebagai garda terdepan dalam pelaksanaan sanksi pidana tersebut.

3. Bapas diprovinsi memiliki cakupan wilayah yang cenderung besar dengan jumlah litmas dan pembimbingan yang juga meningkat seiring dengan penambahan jumlah tahanan dan narapidana.

4. Melihat keadaan diatas maka perlu dilakukan peningkatan menjadi Bapas Kelas I.

4) RUPBASAN

1. Terdapat 5 Rupbasan yang terletak diibukota provinsi yang memiliki klasifikasi tingkat ke-II. Secara organisasi, Kepala Rupbasan Kelas II setara dengan eselon IVb, sedangkan APH yang berada diibukota provinsi memiliki eselonisasi setingkat eselon II dan III sehingga terjadi gap yang terlalu besar saat pelaksanaan koordinasi.

2. Secara organisasi Rupbasan akan menjadi Rupbasan yang dinamis dan berkewajiban untuk melakukan stock opname basan baran yang berada diluar Rupbasan, seperti kapal atau kayu yang tidak bisa ditempatkan di Rupbasan.

3. Selain itu, Rupbasan Sumbawa Besar yang terletak di NTB perlu

dilakukan peningkatan kelas karena Rupbasan ini menjadi satu-satunya

Rupbasan penyangga bagi wilayah NTB.

(21)

3. Usulan Pembentukan Baru

a. Pembentukan Baru Rutan Kelas I Semarang

1. Rupbasan Kelas I Semarang yang terletak di Jalan Dokter Cipto Nomer 62, Bugangan Kota Semarang telah dilakukan relokasi sehingga lahan dan bangunan Rupbasan menjadi kosong.

2. Jika melihat kepada kebutuhan, Kota Semarang belum memiliki Rutan sehingga selama ini Lapas menjalankan dua fungsi yaitu pelayanan Tahanan dan Pembinaan Narapidana. Padahal Kota Semarang merupakan ibukota provinsi Jawa Tengah.

3. Pada region I memang sudah terdapat 3 Rutan yang terdapat di Wonosobo, Temanggung dan Salatiga. Namun, ketiga Rutan tersebut sudah mengalami overcrowded sampai dengan 198%. Sehingga dibutuhkan Rutan untuk mengurai kepadatan jumlah hunian yang terjadi pada region ini.

4. Berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, bahwa disetiap Kabupaten/Kota dibangun Rutan, maka dipandang perlu untuk membentuk Rutan Kelas I Semarang dengan menggunakan lahan dan bangunan yang kosong dan sebagai upaya untuk mengurai kepadatan penghuni yang terjadi.

5. Pembentukan Rutan Semarang dengan klasifikasi I karena letaknya yang

berada di ibukota provinsi Jawa Tengah dan agar memudahkan koordinasi

dengan APH lainnya karena memiliki jabatan yang setara dengan eselon

IIIB.

(22)

b. Pembentukan Baru Lapas Kelas IIA Ngasem Nusakambangan, Lapas Kelas IIA Gladakan Nusakambangan dan Lapas Kelas IIA Nirbaya Nusakambangan

1. Sesuai arahan Presiden Republik Indonesia pada Rapat Terbatas tanggal 22 Mei 2018, perlu segera dilakukan pembangunan Lapas yang dikonsentrasikan di Nusakambangan. Pembangunan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurai kepadatan jumlah hunian dan sebagai usaha pemerintah untuk menguatkan peran Lapas dalam menghadapi narapidana terorisme.

2. Pulau Nusakambangan yang dijadikan sebagai pilot project Revitalisasi Penyelenggaraan Pemasyarakatan dan saat ini menjadi UPT tujuan pemindahan bagi narapidana yang berkategori Medium, Maksimum dan Super Maksimum Security. Kategori tersebut meliputi narapidana dengan tindak pidana berupa Narkotika, Terorisme, dan lain-lain.

3. Pembangunan ketiga Lapas tersebut diperuntukkan bagi Lapas Maksimum Narkotika, Lapas Maksimum Terorisme dan Lapas Minimum. Hal ini dilakukan untuk mengurai kepadatan jumlah hunian dan memberikan treatment khusus.

4. Pembentukan organisasi baru ini untuk mendukung pelaksanaan program

deradikalisasi yang saat ini di fokuskan di Lapas Khusus Teroris Kelas IIB

Sentul.

(23)

c. Pembentukan Lapas Kelas IIA Maros

1. Pada Kabupaten Maros Sulawesi Selatan hanya terdapat 1 UPT Pemasyarakatan yaitu LPKA Kelas II Maros. Berdasarkan sistem database pemasyarakatan jumlah narapidana dewasa lebih banyak jika dibandingkan dengan narapidana anak. Jumlah narapidana dan tahanan dewasa berjumlah

476 orang sedangkan jumlah tahanan dan narapidana anak hanya berjumlah 57 orang.

2. Melihat hal tersebut maka akan dilakukan pembangunan baru LPKA Maros dan bangunan LPKA Maros saat ini akan diperuntukkan sebagai Lapas Maros karena melihat tingginya angka narapidana dewasa.

3. Untuk mendukung terlaksananya hal tersebut maka diperlukan pembentukan

organisasi baru Lapas Kelas IIA Maros.

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2013 tentang Tata Tertib Lapas dan Rutan yang terakhir dirubah dengan Peeraturan Menteri Hukum dan Hak

Menindaklanjuti Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 13 Tahun 2021 tentang Pembatasan Kegiatan Bepergian ke Luar Daerah

e) perusahaan yang termasuk dalam kategori sektor sesuai huruf c wajib mendapatkan rekomendasi dari kementerian teknis pembina sektornya sebelum dapat memperoleh

Telah memperhitungkan kebutuhan calon pegawai negeri sipil (CPNS) hasil seleksi tahun 2021 yang melaksanakan tugas pada tahun 2022 seperti pengadaan pakaian

Melakukan pembahasan perihal Revisi Belanja Pegawai Unit Eselon I dan Revisi POK 7 Sekretariat Jenderal ke Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (18

Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk dua dimensi dan/ atau tiga

Telah dilakukan evaluasi terhadap seluruh peta proses bisnis yang sesuai dengan efektivitas hubungan kerja antar unit organisasi untuk menghasilkan kinerja sesuai dengan

1) untuk wilayah yang berada dalam Zona Hijau, diizinkan dibuka dengan pembatasan kapasitas maksimal 75% (tujuh puluh lima persen) dengan menggunakan aplikasi