Here is where our presentation begins
HUKUM PERBANKAN
KELOMPOK 8
1. Afiyatul Janah (1902015128) 2. Alyvia Amanda (1902015096)
3. Muhammad Rifky Pratama (1902015026)
4. Rhafli Anugrah Akbar (1902015066)
Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 Tentang Perbankan, yang dimaksud dengan BANK adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”Dari pengertian diatas dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Sehingga berbicara mengenai bank tidak terlepas dari masalah keuangan
.
Pengertian & Sejarah Bank
Asal Mula Kegiatan Perbankan
Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan perbankan adalah pada zaman kerajaan tempo dulu di daratan Eropa. Kemudian usaha perbankan ini berkembang ke Asia Barat oleh para pedagang. Perkembangan perbankan di Asia, Afrika dan Amerika dibawa oleh Bangsa Eropa pada saat melakukan perjalanan ke negara jajahannya baik di Asia, Afrika maupun benua Amerika. Jika kita telusuri sejarah dikenalnya kegiatan perbankan dimulai dari jasa penukaran uang. Sehingga dalam sejarah perbankan, arti bank dikenal sebagai meja tempat menukarkan uang.
—SOMEONE FAMOUS
Sejarah perbankan Indonesia tidak terlepas dari zaman penjajahan Hindia Belanda. Pada saat itu terdapat
beberapa bank yang memegang peranan penting di Hindia Belanda. Bank-bank yang ada yaitu antara lain :
a.
De Javasche NVb.
De Post Paar Bankc.
De Algemenevolks Credite Bankd.
Nederland Handles Maatscappij (NHM)e.
Nationale Handles Bank (NHB)f.
De Escompto Bank NVDi samping itu, terdapat pula bank-bank milik pribumi, China, Jepang, dan Eropa lainnya. Bank- bank tersebut antara lain :
a. Bank Nasional Indonesia b. Bank Abuan Saudagar c. NV Bank Boemi
d. The Charteredbank of India e. The Yokohama Species Bank f. The Matsui Bank
g. The Bank of China
h. Batavia Bank
Di zaman kemerdekaan perbankan Indonesia bertambah maju dan berkembang lagi. Beberapa bank Belanda dinasionalisasi oleh Pemerintah Indonesia. Bank-bank yang ada di zaman awal kemerdekaan anatar lain :
a. Bank Negara Indonesia yang didirikan tanggal 5 Juli 1946 kemudian menjadi BNI 1946.
b. Bank Rakyat Indonesia yang didirikan tanggal 22 Februari 1946. Bank ini berasal dari DE A c.
LGEMENE VOLK CREDIET bank atau Syomin Ginko.
c. Bank Surakarta MAI (Maskapai Adil Makmur) tahun 1945 di Solo.
d. Bank Indonesia di Palembang tahun 1946.
e. Bank Dagang Nasional Indonesia tahun 1946 di Medan.
f. Indonesia Banking Corporation tahun 1947 di Yogyakarta, kemudian menjadi Bank Amerta.
g. NV Bank Sulawesi di Manado tahun 1946.
h. Bank Dagang Indonesia NV di Banjarmasin tahun 1949.
i. Kalimantan Corporation Trading di Samarinda tahun 1950 kemudian merger dengan Bank Pasifik.
j. Bank Timur NV di Semarang berganti nama menjadi Bank Gemari, kemudian merger dengan Bank
Centrak Asia (BCA) TAHUN 1949
Sejarah Bank Pemerintah
Seperti diketahui bahwa bangasa Indonesia mengenal dunia perbankan dari bekas penjajahannya, yaitu Belanda. Oleh karen itu, sejarah perbankan pun tidak terlepas dari pengaruh negara yang menjajahnya. Berikut aadalah penjelasan secara singkat sejarah bank-bank milik pemerintah : 1. Bank Sentral, adalah Bank Indonesia (BI) berdasarkan UU No. 13 Tahun 1968.
Bank ini sebelumnya berasal dari De Javasche Bank yang dinasionalisasi tahun 1951.
2. Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekpor Impor, Bank ini berasal dari De
AlgemeneVolkcrediet Bank, kemudian dilebur setelah bank menjadi Bank
Tunggal dengan nama Bank Nasional Indonesia (BNI)
Sejarah Bank Pemerintah
3. Bank Nergara Indonesia 1946 (BNI), Bank ini menjadi fungsi BNI unit II dengan UU Nomor 17 Tahun 1968 berubah menjadi Bank Negara Indonesia 1946.
4. Bank Dagang Negara (BDN), BDN satu-satunya bank pemerintah yang berada diluar Bank Negara Indonesia Unit.
5. Bank Buni Daya (BBD), BBD semula berasal dari Nederlandsch Indische Handles Bank kemudian menjadi Nationale Handlesbank
6. Bank Pembangunan Indonesia (BAPINDO), merupakan kelajutan dari Bank Industri Negara (BIN) tahun 1951.
7. Bank Tabungan Negara (BTN), BTN berasal dari De Post Paar Bank yang kemudian menjadi Bank Tabungan Pos tahun 1950.
8. Bank Mandiri, Bank ini merupakan hasil merger antara Bank Bumi Daya (BBD),
Bank Dagang Negara (BDN), Bank Pembangunan Indonesia (BAPINDO) dan
Bank Ekspor dan Impor (Bank Eksim).
Pengaturan Perbankan
Pengaturan perbankank di Indonesia memiliki beberapa fungsi utama, yakni : 1. Moneter
● Untuk tujuan moneter ditunjukan untuk menorong stabilitas moneter di Indonesia. Hal ini mengingat masih dominannya perbankan sebagai sumber pembiayaan investasi
2. Pengawasan
● Pengaturan perbankan untuk tujuan pengawasan adalah dalam rangka menjaga keamanan dan Kesehatan bank maupun Kesehatan system keuangan secara keseluruhan, melindungi nasabah, dan menjaga stabilitas pasar uang serta mendorong system perbankan yang efisien dan kompetitif.
3. Pencapaian Program
● Pengaturan perbankan untuk tujuan mencapai program pembangunan diarahkah agar perbankan
nasional dapat mengatasi masalah-masalah ekonomi pada masa pembangunan .
Jenis – Jenis Perbankan
FUNGSI
Contoh : Bank Umum, Bank Pembangunan, Bank Tabungan, Bank Pasar, Bank
Desa, dan Bank Perkreditan Rakyat
STATUS
Contoh : Bank Devisa dan Bank
Non Devisa
KEPEMILIKAN
Contoh : Bank Milik Pemerintah, Bank
Milik Swasta Nasional, Bank Milik Koperasi, Bank Milik Asing, dan Bank Milik
Campuran
01 02 03
PENDIRIAN DAN
LIKUIDASI BANK
Pendirian Bank
Berdasarkan pasal 16 undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 192 tentang perbankan pendirian Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat terlebih dahulu memperoleh izin usaha dari Pimpinan Bank Indonesia, keculai bila kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dimaksud diatur dengan undang-undang tersendiri.
Kemudian di Pasal 16 ayat 2 disebutkan syarat-syarat untuk memperoleh izin dari Pimpinan Bank Indonesia yaitu :
a. Susunan organisasi dan kepengurusan b. Permodalan
c. Kepemilikan
d. Keahlian di bidang perbankan
ASPEK HUKUM
PERBANKAN SYARIAH
Pembahasan Aspek Filosofis Undang-undang Perbankan Syariah
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (UUPS), keberadaannya sesungguhnya merupakan tuntutan untuk memenuhi ketentuan Pasal 49 Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 Tentang Peradilan Agama, khususnya perubahan lembaga peradilan agama menyangkut (kompetensi) yang harus diemban oleh peradilan agama dalam memenuhi amanat Undang-undang
Peradilan Agama dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006 mempunyai
kewenangan untuk menyelesaikan perkara bagi umat Islam (orang yang beragama Islam)
meliputi hukum keluarga (Nikah, Waris, Zakat) dan ekonomi syariah mencakup bank syariah,
lembaga keuangan mikro syariah, reksadana syariah, obligasi syariah, asuransi syariah,
reasuransi syariah, surat berjangka menengah syariah, Securitas syariah, Pegadaian syariah,
DPLK syariah dan bisnis syariah.
Hukum tumbuh, berkembang dan ambruk disebabkan oleh dinamika dalam masyarakat Polarisasi kewenangan Peradilan Agama mengadili perkara sengketa perbankan syariah/perbankan Islam, yang dalam Undang-Undang Perbankan Syariah pada Pasal 52 jika dilihat dari aspek filosofis yuridis pada dasarnya menjawab kebutuhan rasa keadilan Umat Islam sebagai konsekuensi fluralisme hukum yang hidup dan tumbuh. Karenanya penyerahan Penyelesaian Perkara bisnis Syariah ke Peradilan Umum/ Pengadilan Negeri dirasa kurang memenuhi rasa keadilan (kontradiktoris value) dan bertentangan dengan prinsip historycal bepaald yang telah terjadi selama ini, karena itu penyelesaian sengketa perkara perbankan Islam harus diserahkan kepada Pengadilan Agama.
Aspek Yuridis Perbankan Syariah
Peradilan Agama, secara yuridis normatif merupakan amanat konstitusi Undang-undang NKRI 1945 Pasal 24, Pasal 25, yang konkritisasi formalitasnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan dipayungi oleh Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Undang-undang perbankan syariah, jika diteropong dari aspek yuridis merupakan hukum yang baik, karena hukum yang baik adalah hukum yang mempunyai kekuatan yuridis yang memberikan kepastian hukum.
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 dilihat dari pendekatan yuridis formalistik dengan payung hukum (UU No. 3 Tahun 2006, UU No. 4 Tahun 2004) tentu pemahaman hukum dalam konteks kehidupan masyarakat Indonesia yang sedang berubah, lalu lintas kebutuhan yang semakin beragam dan kompleks merupakan realitas tuntutan kebutuhan hukum dan hukum bukan sekedar untuk menjadi bahan pengkajian secara logis rasional melainkan hukum dibuat untuk dijalankan.
. Untuk itu penyelesaian sengketa perbankan syariah oleh Pengadilan Umum bertentangan dengan pemahaman hukum “yuridis sosiologis antropologis”. Dengan demikian sangat relevan kalau penyelesaian sengketa ekonomi syariah adalah di Pengadilan Agama
ImplementasiSosiologis Perbankan Syariah
Berdasarkan aspek politik hukum lahirnya Undang-undang Perbankan Syariah Nomor 21 Tahun 2008, masih menyisakan pekerjaan ruma di antaranya tahap yuridis, tahap kelembagaan dan tahap mekanik. Tahap kelembagaan, mempertanyakan sejauh mana kesiapan lembaga Peradilan Agama dalam menjalankan ketentuan Undangundang Perbankan Syariah, sebagai aparat penegak hukum yang memperoleh kepercayaan masyarakat.Tahap mekanik, mengupayakan langkah langkah bagaimana implementasi hukum UU No. 21 Tahun 2008 dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, perlu diupayakan penyempurnaan hukum materiil maupun hukum formil.
Hukum dalam menjalankan fungsinya sebagai pengatur kehidupan bersama manusia harus menjalani sebuah proses yang panjang dan melibatkan berbagai aktivitas dengan kualitas yang berbeda-beda. Hukum harus diturunkan dari dimensi abstrak ke dimensi konkrit, dalam hal ini UU No. 21 Tahun 2008 agar keberadaannya dapa dirasakan oleh masyarakat (the orientation of political law).