• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELATIHAN ACTIVE LEARNING BAGI GURU SMP MUHAMMADIYAH SE KOTA YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PELATIHAN ACTIVE LEARNING BAGI GURU SMP MUHAMMADIYAH SE KOTA YOGYAKARTA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Abdimas Dewantara

Volume 2, No. 1, Maret 2019, hal. 16-26 P-ISSN: 2615-4889

E-ISSN: 2615-8782

16

PELATIHAN ACTIVE LEARNING BAGI GURU SMP MUHAMMADIYAH SE KOTA YOGYAKARTA

Nur Arina Hidayati1, Rima Aksen Cahdriyana2

1,2 Universitas Ahmad Dahlan [email protected]

ABSTRAK

Pembelajaran aktif (active learning) adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk memberikan bekal ilmu tentang active learning dan implementasinya serta menginternalisasikan nilai-nilai akan pentingnya pembelajaran aktif bagi siswa, selain itu guru juga diarahkan untuk menyusun RPP berbasis active learning.

Pelaksanaan kegiatan pengabdian ini menggunakan metode curah pendapat, ceramah, tanya jawab dan simulasi/praktik active learning. Hasil dari kegiatan ini berupa perangkat pembelajaran (RPP) yang berorientasi pada active learning, selain itu juga diperoleh informasi terkait kendala kendala yang dihadapi dalam praktik active learning yang pernah dilakukan. Terakhir, diperoleh hasil refleksi dari guru peserta pelatihan setelah mempraktikkan active learning.

Kata kunci: implementasi active learning, RPP berbasis active learning.

ABSTRACT

Active learning promotes students to learn actively. The aims of this training are to provide knowledge about active learning and its implementation, to internalize the values of active learning, and also to make lesson plan based on active learning. The method of this training use sharing experience, talkative, discussion, and simulation of active learning. The results of this training are lesson plan based active learning, information about constraints faced by teacher in active learning practices, and reflections from the teacher after practicing active learning

Keywords: active learning, training, lesson plan.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan bagian penting yang berkontribusi terhadap kemajuan suatu bangsa. Sumber daya manusia yang berkualitas tidak terlepas dari bagaimana pendidikan ini dikelola dengan baik. Guru memiliki tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik sehingga guru dapat melaksanakan fungsi sebagai guru secara tepat. Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005

(2)

17

disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Darmadi, 2015). Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang nomor 14 tahun 2015 bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Pembelajaran aktif (active learning) adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan peserta didik berperan secara aktif dalam proses pembelajaran baik dalam bentuk interaksi antar peserta didik maupun peserta didik dengan pengajar (Nurdyansyah &

Toyiba, 2018). Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka mendominasi aktifitas pembelajaran. Melalui pembelajaran aktif, penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh guru, melainkan pada pengembangan keterampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas, serta pada eksplorasi nilai- nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi pelajaran.

Konfusius dari Cina mengajarkan bahwa “Yang saya dengar saya lupa, yang saya lihat saya ingat, yang saya lakukan saya paham”. Pernyataan tersebut dimodifikasi dan diperluas menjadi “What I hear I forget; What I see I remember a little; What I hear, see, and ask questions about, or discuss with someone else, I begin to understand; What I hear, see, discuss, and do, I acquire knowledge and skill; What I teach to another I master” (Silberman, 1996)

Catatan diatas merupakan salah satu alasan mengapa active learning itu ada. Bahwa di dalam active learning, siswa tidak hanya dihadapkan pada aktivitas mendengarkan dan melihat materi yang disampaikan oleh guru (hear and see), namun juga berdiskusi, bertanya, dan melakukan eksperimen atau pemecahan masalah (ask questions about or discuss with someone else and do). Di dalam kurikulum 2013 dijelaskan mengenai Kompetensi Inti yang meliputi: Kompetensi Inti 1 (Sikap Religius), Kompetensi Inti 2 (Sikap Sosial), Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan), dan Kompetensi Inti 4 (Keterampilan). Jika merujuk pada KI 3 dan KI 4, maka “hear” maupun “see” dalam pernyataan Konfusius di atas menunjukkan langkah yang harus dilakukan supaya elemen dalam pengetahuan yang meliputi fakta, konsep, prosedural, dan metakognisi dapat dipelajari dengan baik. Sedangkan untuk ranah keterampilan yang

(3)

18

meliputi kritis, kreatif, komunikasi, dan kolaboratif, dapat dilakukan melalui “discuss”, “ask question”, “do”, dan “teach another”. Oleh karena itu, esensi dalam active learning selaras dengan esensi yang terkandung dalam kurikulum 2013.

Keselarasan yang dimiliki active learning maupun kurikulum 2013 ini, tidak lantas menjadikan jalan bagi guru untuk menggunakannya dalam proses pembelajaran. Banyak kendala yang ditemui, seperti yang kami temukan pada guru di sekolah dimana kami melaksanakan pengabdian, beberapa diantaranya adalah perlunya peningkatan keterampilan guru dalam menciptakan suasana kelas yang aktif melalui ide-ide kreatif pembelajaran, dan peningkatan keterampilan guru dalam memberikan apersepsi, scaffolding, ataupun penguatan- penguatan positif yang mampu memotivasi siswa supaya aktif terlibat dalam pembelajaran.

Kota Yogyakarta memiliki kontribusi yang sangat besar dalam mencetak sumber manusia yang berkualitas, begitu banyaknya lembaga pendidikan baik formal dan non formal yang berada di kota Yogyakarta. Persyarikatan Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi kemasyarakatan yang bergerak dalam bidang pendidikan memiliki andil yang besar dalam dinamika pendidikan di Kota Yogyakarta, mencetak para lususan yang berkualitas dan berprestasi turut serta mengharumkan nama baik Kota Yogyakarta, khusunya dalam bidang pendidikan. Dalam jenjang pendidikan setingkat Sekolah Menengah Pertama, Muhammadiyah memiliki data sekolah sebagai berikut:

Tabel 1. Daftar SMP/MTs. Muhammadiyah di Kota Yogyakarta

No Nama Sekolah/Madrasah No Nama Sekolah/Madrasah

1 SMP Muhammadyah 1 7 SMP Muhammadyah 7

2 SMP Muhammadyah 2 8 SMP Muhammadyah 8

3 SMP Muhammadyah 3 9 SMP Muhammadyah 9

4 SMP Muhammadyah 4 10 SMP Muhammadyah 10

5 SMP Muhammadyah 5 11 MTs Muhammadyah Gedongtengen

6 SMP Muhammadyah 6 12 MTs Muhammadyah Krangkajen

Namun demikian selalu saja ada masalah yang dihadapi para guru dalam mengelola pembelajaran, termasuk para guru di sekolah Muhammadiyah Kota Yogyakarta, khususnya pembelajaran matematika. Image pelajaran matematika yang sulit dan menakutkan menjadi PR bagi para pelaku pendidikan khususnya para guru matematika. Bagaimana para guru mampu membuat inovasi pembelajaran sehingga belajar matematika menjadi lebih menyenangkan. Oleh karena itu, dalam rangka memperbaiki kualitas pembelajaran

(4)

19

matematika kami melakukan kegiatan pengabdian berupa “Pelatihan Dan Pendampingan Implementasi Active Learning Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru Matematika Di SMP Muhammadiyah Kota Yogyakarta”.

METODE PELAKSANAAN

Secara umum metode yang digunakan dalam kegiatan pelatihan ini adalah meliputi pemaparan materi, diskusi dan tanya jawab, simulasi active learning. Tabel berikut menyajikan rincian metode dan materi pelaksanan pelatihan.

Tabel 2. Metode dan Materi Pelatihan

No Waktu Materi Pemateri Metode

1. Sabtu, 10 Februari 2018

 Teori tentang Active learning dan

Aplikasinya

 Analisis dan Pemilihan Model Pembelajaran (Active Learning)

Nur Arina Hidayati, M.Sc.

Pemaparan Tanya Jawab

2.  Perancangan

Penyusunan RPP secara umum

 Perancangan Penyusunan RPP berorientasi pada active learning

Rima Aksen Cahdriyana, M.Pd.

Diskusi kelompok Simulasi praktik

3. Sabtu, 17 Februari 2018

Praktik Active Learning Guru model : Gilang Wisnu Adi, S.Pd. (Guru

Matematika SMP Muhammadiyah 3 Kota Yogyakarta)

Simulasi oleh peserta pelatihan

4. Kamis, 29 Maret 2018

Pendampingan pelaksanaan Active Learning di Sekolah

Guru model : Maya Oktiani, M.Pd.

Di SMP

Muhammadiyah 10 Yogyakarta

Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan Active Learning

Pengabdian ini diikuti oleh para guru yang berasal dari 10 SMP Muhammadiyah di lingkungan Majelis Dikdasmen, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Yogyakarta. Total

(5)

20

pesertanya adalah 15 orang guru. Pelatihan dilaksanakan di aula SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Pada pertemuan pertama yaitu tanggal 10 Februari 2018, pelatihan diawali dengan sharing aktivitas pembelajaran yang biasa dialami guru di sekolah. Beberapa guru mengatakan bahwa sudah pernah melaksanakan active learning namun beberapa yang lain belum pernah. Berdasarkan pengalaman guru di lapangan, tim mendata kendala-kendala yang dihadapi guru dalam melaksanakan active learning dan alasan mengapa belum pernah menerapkan active learning. Berdasarkan data tersebut, tim menyampaikan model-model pembelajaran yang dapat meminimalisir munculnya berbagai kendala dalam implementasi active learning. Model-model pembelajaran tersebut nantinya akan dijadikan model dalam penyusunan RPP sehingga menjadi acuan dalam menuliskan kegiatan pembelajaran.

Pada pertemuan yang kedua yaitu tanggal 17 Februari 2018, para peserta melakukan simulasi terhadap model-model yang telah dibahas dalam pertemuan sebelumnya. Peserta juga diperlihatkan beberapa penyampaian materi pelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa. Salah satunya adalah menyampaikan materi barisan dengan media berupa kertas berbentuk lingkaran yang merupakan representasi dari cincin lingkaran dalam menara hanoi.

Peserta melakukan percobaan untuk menentukan berapa kali perpindahan cincin tersebut sehingga menunjukkan adanya pola barisan bilangan. Pelatihan dalam pertemuan ini diakhiri dengan menyepakati adanya guru yang akan menjadi model dalam menerapkan active learning di sekolah dan masing-masing guru mendapat tugas untuk membuat RPP dengan model pembelajaran yang termasuk dalam kategori active learning.

Praktik active learning yang pertama menampilkan guru model yang berasal dari SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Dalam praktik tersebut, guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together) dengan mengambil materi garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran dan garis singgung persekutuan luar dua lingkaran.

Berdasarkan praktik tersebut, sebagian besar guru menyatakan bahwa model NHT menunjukkan banyaknya porsi student centered selama proses. Siswa berdiskusi secara kelompok dan guru dapat mengamati perkembangannya melalui nomor peserta yang menempel di bagian dada siswa (nomor identitas tidak harus berada di kepala siswa). Evaluasi dilaksanakan setelah praktik diakhiri dan beberapa guru juga menyatakan belum mampu

(6)

21

melihat kendala yang begitu berarti karena dalam pelaksanaannya peran siswa digantikan oleh guru yang lain.

Pada tanggal 29 Maret 2018 dilaksanakan pendampingan ke sekolah dengan guru model yang berasal dari SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta. Dalam pelaksanaannya, guru model melakukan proses pembelajaran dengan menerapkan salah satu model dalam pembelajaran kooperatif pada materi sudut. Siswa sangat antusias melaksanakan tugas dalam kelompoknya yaitu membuat media (jam dinding) yang terbuat dari sterofom yang akan digunakan untuk mengukur sudut antara dua jarum jam. Kegiatan ini dihadiri oleh 9 orang guru dari sekolah yang berbeda dan diakhiri dengan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran tersebut. Berbagai saran dan masukan disampaikan oleh guru-guru yang datang dalam kegiatan ini sehingga memberikan semangat baru untuk menerapkan active learning yang lebih baik lagi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan pengabdian ini diawali dengan sharing aktivitas pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru di sekolah. Dalam sharing tersebut diperoleh kendala-kendala dalam melakukan active learning. Berdasarkan kendala-kendala yang disampaikan oleh peserta pelatihan, dapat dibagi menjadi menjadi tiga faktor yaitu faktor peserta didik, faktor pengajar, faktor sarana dan prasarana sebagai berikut.

1. Faktor peserta didik

a. Siswa cenderung pasif, lebih nyaman mendengarkan guru berceramah dan mencatat b. Siswa tidak terbiasa mebgerjakan soal/ belajar secara mandiri

c. Kondisi kelas/siswa yang tidak dapat diprediksi sehingga pelaksanaan berubah dari rencana semula

2. Faktor pengajar

a. Keterbatasan pengetahuan guru terhadap active learning

b. Guru tidak memahami langkah-langkah yang benar dalam mengimplementasikan active learning

c. Persiapan teknis lebih rumit dibanding pembelajaran konvensional

(7)

22

d. Memerlukan waktu lebih lama dalam menyampaikan materi, padahal ada target materi yang harus disampaikan.

3. Faktor sarana-prasarana

a. Durasi/jam pelajaran terbatas

b. Keterbatasan alat-alat pendukung pembelajaran

c. Ruang kelas tidak memadai (ruang kelas terlalu sempit)

Selain itu diperoleh pula hasil dari refleksi kegiatan pelatihan dan pendampingan bahwa implementasi active learning, yaitu sebagai berikut:

1. Guru harus mampu berinovasi dalam menentukan model pembelajaran

2. Perlunya penggunaan media pembelajaran (alat bantu pembelajaran) yang beragam.

3. Melengkapi kebutuhan sarana dan prasaran 4. Guru harus mampu memanfaatkan teknologi

5. Guru senantiasa memberikan motivasi untuk mengikuti pembelajaran dengan baik antara lain dengan melakukan proses pembelajaran yang menarik bagi siswa, bisa juga menerapkan konsep reward and punishment

6. Guru harus memberikan ruang bagi siswa untuk bertanya 7. Memberikan kesempatan siswa untuk bertanya

8. Guru harus menguasai langkah-langkah dalam melakukan pembelajaran aktif

9. Guru harus mampu membuka kelas/mengawali kelas dengan menumbuhkan antusias siswa misalnya dengan mencongak

10. Guru harus mengasah kemampuan untuk mengelola waktu dalam menerapkan active learning, sehingga target materi dapat tersampaikan sebagaimana yang telah direncanakan tanpa mengesampingkan hak siswa untuk memperoleh materi dengan jelas dan terang 11. Guru perlu berlatih untuk mengkodisikan kelas, proses pembelajaran yang cenderung

membuat siswa aktif akan menjadi kendala tersendiri jika guru tidak dapat menguasai kelas.

(8)

23

Tabel 3 adalah rangkuman kegiatan yang telah dilakukan dalam pelatihan dan pendampingan.

Tabel 3. Rangkuman Pelatihan dan Pendampingan

No Bukti Foto Deskripsi Kegiatan

1 Gambar di sampingmenunjukkan

salah satu hasil kegiatan di permulaan pelatihan yaitu sharing antar peserta mengenai aktivitas pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru di sekolah.

Potongan potongan kertas tersebut berisi kendala-kendala yang biasa dialami guru dalam melakukan active learning. Berdasarkan kendala- kendala yang dituliskan, dapat dikelompokkan menjadi tiga faktor hambatan dalam melaksanakan pembelajaran yaitu faktor peserta didik, faktor pengajar, dan faktor sarana dan prasarana

2 Gambar di samping menunjukkan

salah satu kegiatan pelatihan yaitu pemaparan materi yang disampaikan oleh Ibu Nur Arina Hidayati, M.Sc.

Materi yang disampaikan adalah teori tentang active learning dan

aplikasinya, serta analisis dan

pemilihan model pembelajaran (active learning). Selain dipaparkan materi tersebut, disampaikan pula materi Perancangan Penyusunan RPP secara umum dan Perancangan Penyusunan RPP berorientasi pada active learning yang disampaikan oleh Ibu Rima Aksen Cahdriyana, M.Pd.

(9)

24

3 Gambar di samping menunjukkan

kegiatan simulasi model pembelajaran yang menerapkan active learning oleh peserta. Model pembelajaran yang diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Terlihat para peserta sedang berkumpul dengan kelompok ahli untuk mendiskusikan materi yang akan disampaikan pada kelompok asal.

4 Gambar di samping merupakan foto

bersama setelah simulasi active learning oleh peserta dengan guru model yaitu Bapak Gilang, S.Pd. dari SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

Simulasi yang dilakukan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, dengan materi ajar yaitu garis singgung persekutuan luar lingkaran dan garis singgung persekutuan dalam lingkaran.

5 Gambar di samping menunjukkan

kegiatan pendampingan pelaksanaan active learning di sekolah.

Pendampingan melibatkan siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 10

Yogyakarta dengan guru model Ibu Maya Oktiani, M.Pd. dan mengambil materi sudut. Terlihat siswa sedang membuat media pembelajaran berupa jam dinding yang dibuat

menggunakan styrofoam guna memudahkan siswa menghitung sudut antara dua jarum jam.

(10)

25

6 Gambar di samping merupakan

refleksi pelaksanaan active lerning.

Dalam refleksi tersebut, peserta menyampaikan saran perbaikan dalam pelaksanaan active learning dengan model Ibu Maya. Saran perbaikan yang disampaikan dalam diskusi, menambah pengetahuan/wawasan bagi peserta dalam melaksanakan active learning di waktu selanjutnya.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat kami ambil adalah 1). Pelatihan dan pendampingan active learning memberikan bekal ilmu bagi guru-guru SMP Muhammadiyah se-Kota Yogyakarta sehingga guru-guru termotivasi untuk membuat RPP dengan pendekatan pembelajaran aktif dan mampu menerapkannya dalam pembelajaran 2). Masih terdapat banyak kendala yang dihadapi guru dalam mengimplementasikan active learning 3). Guru harus senantiasa mengasah kemampuannya dalam mengimplementasikan active learning.

(11)

26

REKOMENDASI

Guru-guru peserta pelatihan menyatakan perlu adanya tindak lanjut terhadap pelatihan yang telah dilaksanakan ini dengan mengambil topik terkait lesson study. Hal ini memungkinkan pendampingan terhadap upaya perbaikan pembelajaran dengan menampilkan beberapa guru model hingga didapat kualitas pembelajaran yang jauh lebih baik.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih disampaikan kepada 1) Majelis Dikdasmen Pimpinan Daerah Muhammadiyah, 2) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan.

DAFTAR PUSTAKA

Darmadi, H. (2015). Tugas, Peran, Kompetensi, dan Tanggung Jawab menjadi Guru Profesional. Jurnal Edukasi, 13(2), 161-174.

Nurdyansyah & Toyiba, F. (2018). Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Terhadap Hasil

Belajar Pada Madrasah

Ibtidaiyah. http://eprints.umsida.ac.id/1610/1/jurnal%20Nds%2 0dan%20toy%20Fiks.pdf

Silberman, M. (1996). Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject (1 edition).

Boston: Pearson.

Gambar

Tabel 2. Metode dan Materi Pelatihan
Tabel  3  adalah  rangkuman  kegiatan  yang  telah  dilakukan  dalam  pelatihan  dan  pendampingan

Referensi

Dokumen terkait

Dilakukan rapat mediasi pada tanggal 25 Januari 2016 di Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo dengan hasil:.. Bahwa semua permintaan warga disekitar rencana

Dari data tersebut maka peneliti berinisiatif untuk merancang software yang berfungsi untuk mendeteksi anak ADHD ( attention deficit and hyperactive disorder ) berbasis

Peningkatan serum sTnI setelah melakukan latihan intensitas tinggi pada kelompok yang tidak menggunakan kreatin monohidrat menandakan bahwa telah terjadi kerusakan otot akibat

[r]

Sukarsa (2004) berpendapat bahwa asam lemak omega-3 dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah, dengan cara menghambat pembentukan trigliserida dalam very

Pra survey pendahuluan yang peneliti lakukan di SMA Negeri 2 Kupang diperoleh data bahwa pernah ada pendidikan tentang kesehatan reproduksi,tetapi masih terjadi perilaku yang

Lingkungan yang baik bagi proses pembelajaran yaitu lingkungan yang jauh dari kebisingan, tenang, fasilitas di dalam kelas memadai dan ruangan yang luas.Lingkungan

karena keyakinan, pandangan orang lain, sikap pribadi, dan berbagai macam pertimbangan. Hasil studi menunjukkan bahwa norma subyektif terhadap niat investasi berpengaruh