SKRIPSI
PENGARUH ETIKA BISNIS, PEDOMAN PERILAKU, PEMEGANG SAHAM DAN KEBIJAKAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) TERHADAP
IMPLEMENTASI GCG PADA BANK SUMUT
OLEH
KARINA SARI 080503127
PROGRAM STUDI AKUNTANSI S-1 DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2012
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Etika Bisnis, Pedoman Perilaku, Pemegang Saham dan Kebijakan Good Corporate Governance terhadap Implementasi GCG pada Bank Sumut” adalah benar hasil karya saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, April 2012 Yang membuat pernyataan,
Karina Sari NIM: 080503127
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh etika bisnis, pedoman perilaku, pemegang saham dan kebijakan Good Corporate Governance terhadap implementasi GCG pada Bank Sumut. Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian asosiatif kausal, dengan jumlah sampel 50 responden dari karyawan Bank Sumut. Jenis data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari kuesioner langsung yang dikirimkan kepada responden.
Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda.
Pengujian kualitas data yang digunakan adalah uji validitas dan uji reliabilitas data. Uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas dan heteroskedastisitas, dengan pengujian hipotesis yaitu uji signifikan parsial (uji – t) dan uji koefisien determinasi (R2).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel etika bisnis, pedoman perilaku dan kebijakan GCG secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap implementasi GCG pada Bank Sumut, sedangkan variabel pemegang saham secara parsial berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap implementasi GCG pada Bank Sumut.
Kata kunci : etika bisnis, pedoman perilaku, pemegang saham, kebijakan Good Corporate Governance, implementasi GCG.
ABSTRACT
This research goal is to analyze the influence of business ethics, code of conduct, shareholder and Good Corporate Governance (GCG) policy toward the implementation of GCG at Bank of Sumut. The type of research used is the study of causal associative, with a sample of 50 respondents from the employees of Bank of Sumut. The type of data is primary, directly obtained from questionnaires that are sent to respondents.
The analysis method that is used in this research is multiple regression analysis. Data quality was authentically tested by validity and reliability test data. Classical assumption tests that are used are normality and heteroscedasticity tests. Furthermore, significance partial test (t-test) and coefficient of determination test (R2) are used for hypothesis test.
The results of this research shows that business ethics, code of conduct and GCG policy were partially and positively affect the implementation of GCG at Bank of Sumut; however, shareholders have no significant impact on the implementation of GCG at the Bank of Sumut.
Keywords: business ethics, code of conduct, shareholders, Good Corporate Governance policy, the implementation of GCG.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu guna memenuhi salah satu syarat dalam menyelasikan pendidikan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. Shalawat beriring salam penulis hadiahkan kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya diharapkan di akhirat kelak.
Kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Suwardi dan Ibunda Nurlisma, terima kasih atas semua kasih sayang, do’a, dukungan, didikan, dan semangat yang sangat berarti. Semoga penulis menjadi anak yang dapat dibanggakan.
Kepada Kakanda Wili Yulia dan Wirandana Febri, terima kasih atas kasih sayang, do’a dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis.
Sepanjang proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan, dukungan, serta do’a dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, M.A.F.I.S., Ak, selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail,
MM, Ak., selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.
4. Bapak Sambas Ade Kesuma, S.E., M.Si selaku Dosen Pembimbing.
Terima kasih atas semua waktu dan bimbingan yang telah bapak berikan kepada saya selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Drs. Sucipto, MM, Ak selaku Dosen Pembaca Penilai atas saran- saran yang telah diberikan.
6. Bapak Bahrein H. Siagian, selaku Pemimpin Divisi Sumber Daya Manusia Kantor Pusat Bank Sumut dan Bapak Zulkifli selaku pembimbing penulis selama melakukan penelitian di Bank Sumut.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari para pembaca untuk penulisan selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, April 2012 Peneliti,
Karina Sari NIM: 080503127
DAFTARISI
LEMBAR PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 6
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Tinjauan Teoritis ... 7
2.1.1 Implementasi GCG ... 7
2.1.2 Etika Bisinis ... 13
2.1.3 Pedoman Perilaku ... 15
2.1.4 Pemegang Saham ... 17
2.1.5 Kebijakan GCG ... 21
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 22
2.3 Kerangka Konseptual ... 24
2.4 Hipotesis ... 25
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 26
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 26
3.2.1 Tempat Penelitian ... 26
3.2.2 Waktu Penelitian ... 26
3.3 Batasan Operasional ... 27
3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 27
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 29
3.5.1 Populasi Penelitian ... 29
3.5.2 Sampel Penelitian ... 29
3.6 Jenis Data ... 30
3.7 Metode Pengumpulan Data ... 30
3.8 Uji Kualitas Data ... 31
3.8.1 Pengujian Validitas Data ... 31
3.8.2 Pengujian Reliabilitas Data ... 31
3.9 Uji Asumsi Klasik ... 32
3.9.1 Uji Normalitas ... 32
3.9.2 Uji Heteroskedastisitas ... 32
3.10 Uji Hipotesis ... 33
3.10.1 Uji Signifikan Parsial (Uji – t) ... 33
3.10.2 Koefisien Determinasi (R2) ... 33
3.10.3 Uji Simultan (Uji – F) ... 33
3.11 Teknik Analisis ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Bank Sumut ... 35
4.1.1 Sejarah Singkat Bank Sumut ... 35
4.1.2 Visi dan Misi Bank Sumut ... 36
4.1.2.1 Visi ... 36
4.1.2.2 Misi ... 36
4.2 Analisis Hasil Penelitian ... 37
4.2.1 Uji Kualitas Data ... 37
4.2.1.1 Uji Validitas Data ... 37
4.2.1.2 Uji Reliabilitas Data ... 43
4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 45
4.2.2.1 Uji Normalitas ... 45
4.2.2.2 Uji Heteroskedastisitas ... 48
4.2.3 Uji Hipotesis ... 50
4.2.3.1 Uji Signifikan Parsial (Uji – t) ... 50
4.2.3.2 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 51
4.2.3.2 Uji Simultan (Uji – F) ... 51
4.2.4 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 53
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 59
5.2 Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 65
LAMPIRAN ... 66
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 23
Tabel 3.1 Waktu Penelitian ... 26
Tabel 3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 27
Tabel 4.1 Validitas Etika Bisnis ... 37
Tabel 4.2 Validitas Pedoman Perilaku ... 38
Tabel 4.3 Validitas Pemegang Saham (Pengujian I) ... 39
Tabel 4.4 Validitas Pemegang Saham (Pengujian II) ... 40
Tabel 4.5 Validitas Kebijakan GCG ... 41
Tabel 4.2 Validitas Pedoman Perilaku ... 38
Tabel 4.3 Validitas Pemegang Saham (Pengujian I) ... 39
Tabel 4.4 Validitas Pemegang Saham (Pengujian II) ... 40
Tabel 4.5 Validitas Kebijakan GCG ... 41
Tabel 4.6 Validitas Implementasi GCG ... 42
Tabel 4.7 Reliabilitas Etika Bisnis ... 43
Tabel 4.8 Reliabilitas Pedoman Perilaku ... 44
Tabel 4.9 Reliabilitas Pemegang Saham ... 44
Tabel 4.10 Reliabilitas Kebijakan GCG ... 45
Tabel 4.11 Reliabilitas Implementasi GCG ... 45
Tabel 4.12 One – Sample Kolomogorov – Smirnov Test ... 48
Tabel 4.13 Hasil Uji – t ... 51
Tabel 4.14 Analisis Hasil Koefisien Determinasi ... 52
Tabel 4.15 Hasil Uji – F ... 53
Tabel 4.16 Variabel Entered/Removed ... 54
Tabel 4.17 Regresi Linear Berganda ... 55
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 25
Gambar 4.1 Grafik Histogram ... 46
Gambar 4.2 Grafik Normal P-P Plot ... 47
Gambar 4.3 Grafik Scatterplot ... 49
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran i Struktur Organisasi PT. Bank Sumut ... 66
Lampiran ii Pemegang Saham PT. Bank Sumut ... 67
Lampiran iii Kuesioner Penelitian ... 68
Lampiran iv Tabulasi Hasil Kuesioner Variabel Independen ... 75
Lampiran v Tabulasi Hasil Kuesioner Variabel Dependen ... 77
Lampiran vi Uji Validitas ... 79
Lampiran vii Uji Reliabilitas ... 83
Lampiran viii Uji Normalitas ... 84
Lampiran ix Uji Heteroskedastisitas ... 86
Lampiran x Uji Parsial Signifikan (Uji – t) ... 87
Lampiran xi Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 88
Lampiran xii Uji Simultan (Uji – F) ... 89
Lampiran xiii Analisis Regresi Linear Berganda ... 90
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance (GCG) mulai meningkat sejak negara – negara Asia dilanda krisis moneter pada tahun 1997, termasuk Indonesia. GCG menjadi bahasan yang penting dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi dan pertumbuhan perekonomian negara-negara yang mengalami krisis. Salah satu penyebab terjadinya krisis moneter tersebut adalah pengelolaan perusahaan yang belum profesional.
Pengelolaan perusahaan tidak dapat dilepaskan dari aturan-aturan yang selalu harus diterima dalam pergaulan sosial, baik aturan hukum maupun aturan moral atau etika. Etika bisnis pada dasarnya berbicara tentang moralitas dari suatu kegiatan bisnis, baik yang dilakukan secara individu maupun kelompok.
Perusahaan yang memiliki etika bisnis adalah perusahaan yang mempunyai tanggung jawab sosial terhadap komunitas yang berada di sekitar lingkungannya.
Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat yang tujuannya untuk meningkatkan laba. Etika bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan
dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan atau mitra kerja, pemegang saham dan masyarakat.
Riset yang dilakukan Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) pada 2002 menemukan bahwa alasan utama perusahaan menerapkan GCG adalah kepatuhan terhadap peraturan. Perusahaan meyakini bahwa implementasi GCG merupakan bentuk lain penegakan etika bisnis dan etika kerja yang sudah lama menjadi komitmen perusahaan, dan implementasi GCG berhubungan dengan peningkatan citra perusahaan. Etika bisnis sangat berkaitan dengan pedoman perilaku (code of conduct), dimana hal ini merupakan pedoman bagi seluruh pelaku bisnis dalam bersikap dan berperilaku untuk melaksanakan tugas sehari- hari dalam berinteraksi dengan rekan kerja, mitra usaha dan pihak berkepentingan lainnya. Pembentukan citra perusahaan yang baik terkait dengan perilaku perusahaan dalam berinteraksi atau berhubungan dengan para stakeholder.
Perilaku perusahaan secara nyata tercermin pada perilaku pelaku bisnisnya. Dalam mengatur perilaku bisnis inilah, perusahaan perlu menyatakan secara tertulis nilai-nilai etika yang menjadi kebijakan dan standar perilaku yang diwajibkan bagi setiap pelaku bisnis, termasuk bagi para pemegang saham.
Penerapan dan pengelolaan corporate governance yang baik atau yang lebih dikenal dengan GCG, merupakan sebuah konsep yang menekankan pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar, akurat dan tepat waktu. Informasi yang diharapkan tentu informasi yang memuaskan, dimana informasi tersebut merupakan hasil kinerja perusahaan selama periode tertentu.
Untuk mencapai hasil tersebut, perusahaan melakukan beberapa kebijakan yang mendukung kinerja perusahaan, misalnya kebijakan yang berkaitan erat dengan tata kelola perusahaan yang baik, yang biasa dikenal dengan kebijakan GCG.
Kebijakan GCG merupakan rangkaian konsep dan azas yang menjadi pedoman dan dasar rencana suatu perusahaan dalam pelaksanaan untuk melakukan suatu tata kelola perusahaan yang baik. Kebijakan GCG memuat prinsip-prinsip yang berkenaan dengan tata kelola perusahaan, yaitu : transparansi (transparency), akuntabilitas (accountability), responsibilitas (responsibility), independensi (independency) dan kewajaran (fairness).
GCG merupakan serangkaian mekanisme yang merefleksikan suatu struktur pengelolaan perusahaan yang menetapkan distribusi hak dan tanggung jawab di antara berbagai partisipan di dalam perusahaan, termasuk para Pemegang Saham, Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Manajer, Karyawan dan pihak-pihak berkepentingan (stakeholders) lainnya. GCG juga menegaskan filosofi bahwa pengelolaan perusahaan merupakan amanah dari berdirinya perusahaan, oleh karena itu semua pihak yang terlibat harus berpikir dan bertindak untuk kepentingan terbaik perusahaan. Pada titik inilah pertanyaan reflektif tentang integritas, tanggung jawab dan independensi patut ditujukan kepada semua pimpinan perusahaan di Indonesia, termasuk sektor perbankan yang sejak semula memang bertopang kepada kepercayaan dan amanah masyarakat.
Kegiatan perbankan Indonesia bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan
ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
Melihat hal itu, maka sangat disadari bahwa keberadaan perbankan di Indonesia berperan penting dalam pembangunan dan peningkatan kehidupan perekonomian Indonesia.
Dalam rangka meningkatkan kinerja bank, melindungi kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang- undangan serta nilai etika yang berlaku secara umum dalam industri perbankan, bank wajib melaksanakan kegiatan usahanya dengan berpedoman pada prinsip- prinsip GCG. GCG mengarahkan bank pada upaya pencapaian profit dan sustainable secara seimbang.
Seiring dengan tuntutan penerapan GCG pada sektor perbankan, maka pada tahun 2006 Bank Indonesia menggagas peraturan yang secara khusus mengatur mengenai ketentuan pelaksanaan GCG di Bank Umum. Peraturan yang dimaksud adalah Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum yang kembali disempurnakan melalui PBI No. 8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang Perubahan Atas PBI No. 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum.
Bank Sumut merupakan bank andalan untuk membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan pembangunan daerah Sumatera Utara di segala bidang serta sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat. Sebagai alat kelengkapan otonomi daerah
dibidang perbankan, Bank Sumut berfungsi sebagai penggerak dan pendorong laju pembangunan di daerah. Pada prinsipnya pelaksanaan penerapan GCG di Bank Sumut berjalan dengan baik dan dilaksanakan oleh Dewan Komisaris, Direksi, dan seluruh pegawai pada setiap kegiatan dengan tujuan untuk melindungi kepentingan bank, shareholders dan stakeholders.
Pentingnya peranan implementasi GCG membuat banyak peneliti melakukan penelitian dan diskusi mengenai hal ini. Penelitian yang dilakukan oleh Darmawati, et al (2005) menggunakan variabel implementasi GCG, kinerja perusahaan, komposisi aktiva, growth oppurtinity dan ukuran perusahaan.
Penelitian Pratolo (2007) menggunakan variabel audit manajemen, pengendalian internal, penerapan prinsip-prinsip GCG dan kinerja perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Gusliani (2010) menggunakan variabel penerapan prinsip-prinsip GCG, etika bisnis dan nilai keberlangsungan perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Prawitasari (2010) menggunakan variabel peranan biro SPI, pedoman perilaku dan pelaksanaan GCG.
Sedangkan dalam penelitian ini, menggunakan variabel etika bisnis, pedoman perilaku, pemegang saham, kebijakan GCG dan implementasi GCG, dengan alasan variabel-variabel tersebut secara umum dapat mewakili dan menambah variasi dari beberapa variabel di atas.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengambil judul
“Pengaruh etika bisnis, pedoman perilaku, pemegang saham dan kebijakan
Good Corporate Governance terhadap implementasi GCG pada Bank Sumut”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah etika bisnis, pedoman perilaku, pemegang saham dan kebijakan GCG memiliki pengaruh terhadap implementasi GCG pada Bank Sumut?”.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh etika bisnis, pedoman perilaku, pemegang saham dan kebijakan GCG terhadap implementasi GCG pada Bank Sumut.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapt menambah pengetahuan tentang pengaruh etika bisnis, pedoman perilaku, pemegang saham dan kebijakan GCG terhadap implementasi GCG pada Bank Sumut,
2. Sebagai bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran bagi Bank Sumut dalam mengimplementasikan GCG,
3. Sebagai bahan masukan bagi kalangan yang akan melakukan penelitian lebih lanjut dengan topik yang berhubungan dengan penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Implementasi GCG
Istilah Corporate Governance itu sendiri untuk pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee di tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam laporan yang dikenal sebagai Cadbury Report. Komite Cadbury mendefinisikan Corporate Governance (Tjager, 2003) sebagai “sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders”. Hal ini berkaitan dengan peraturan kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham, dan sebagainya.
Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2001) corporate governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) mendefinisikan Corporate Governance (Surya dan Yustiavandana, 2006) sebagai
sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, board, pemegang saham, dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan. Corporate Governance juga mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja. Corporate Governance yang baik dapat memberikan rangsangan bagi board dan manajemen untuk mencapai tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan, dan pemegang saham harus memfasilitasi pengawasan yang efektif sehingga mendorong perusahaan menggunakan sumber daya yang lebih efisien.
Menurut Keputusan Menteri BUMN Nomor 117/M-MBU/2002, (dalam Surya dan Yustiavandana, 2006) Corporate Governance adalah “suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan etika”.
Pengertian lainnya dikemukakan oleh Coopers (dalam Surya dan Yustiavandana, 2006) menyatakan bahwa
corporate governance terkait dengan pengambilan keputusan yang efektif, dibangun melalui kultur organisasi, nilai-nilai, sistem, berbagai proses, kebijakan-kebijakan dan struktur organisasi, yang bertujuan untuk mencapai bisnis yang menguntungkan, efisien, dan efektif dalam mengelola risiko dan bertanggung jawab dengan meperhatikan kepentingan stakeholder.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi GCG merupakan suatu penerapan sistem pengelolaan perusahaan yang dirancang untuk meningkatkan kinerja perusahaan, melindungi kepentingan stakeholders dan
meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan serta nilai-nilai etika yang berlaku secara umum. Di samping itu, menurut Kaihatu (2006) implementasi GCG akan mendorong tumbuhnya check and balance di lingkungan manajemen, khususnya dalam memberi perhatian kepada kepentingan shareholders dan stakeholders.
Terkait dengan implementasi GCG di Indonesia, Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) yang di awal tahun 2005 diubah menjadi Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) telah menerbitkan Pedoman GCG pada 2001. Pedoman tersebut kemudian disusul dengan penerbitan Pedoman GCG Perbankan Indonesia, Pedoman untuk Komite Audit dan Pedoman untuk Komisaris Independen pada 2004. Hal ini dipandang perlu untuk memberikan acuan dalam mengimplementasikan GCG bagi perusahaan- perusahaan di Indonesia.
Saat ini, semua negara berkepentingan untuk memperbaiki cara perusahaan-perusahaan mereka bekerja. Perekonomian yang paling maju sekalipun tengah membahas, mempertanyakan, dan mengupayakan praktik- praktik governance yang lebih baik. Dalam praktik GCG berbeda di setiap negara dan perusahaan karena berkaitan dengan sistem ekonomi, hukum, struktur kepemilikan, sosial dan budaya. Selain itu, pelaksanaan prinsip-prinsip dasar GCG harus mempertimbangkan karakter setiap perusahaan seperti besarnya modal, pengaruh dari kegiatannya terhadap masyarakat dan lainnya (Arafat, 2008:9).
Dalam konteks tumbuhnya kesadaran akan arti penting Corporate Governance ini, OECD telah mengembangkan seperangkat prinsip-prinsip GCG dan dapat diterapkan secara fleksibel sesuai dengan keadaan, budaya dan tradisi masing-masing negara. Prinsip-prinsip ini menyangkut lima bidang utama: hak- hak para pemegang saham (shareholders) dan perlindungannya; peran para karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) lainnya;
pengungkapan (disclosure) yang akurat dan tepat waktu serta transparansi sehubungan dengan struktur dan operasi korporasi; tanggung jawab dewan (Dewan Komisaris maupun Direksi) terhadap perusahaan, pemegang saham, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. Menurut Tjager, Alijoyo et.al, (2003)
“secara ringkas prinsip-prinsip tersebut dapat dirangkum sebagai: perlakuan yang setara (equitable treatment atau fairness), transparansi (transparency), akuntabilitas (accountability) dan responsibilitas (responsibility)”.
Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 bagian penjelasan umum memberikan definisi prinsip-prinsip GCG sebagai berikut:
1. Transparansi (transparency) diartikan sebagai keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang materil dan relevan serta keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan,
2. Akuntabilitas (accountability) yaitu kejelasan fungsi dan pertangungjawaban bank sehingga pengelolaannya berjalan efektif,
3. Pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaian pengelolaan bank dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip pengelolaan bank yang sehat,
4. Independensi (independency) yaitu pengelolaan bank secara profesional tanpa pengaruh/tekanan dari pihak manapun,
5. Kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pedoman GCG Perbankan Indonesia yang dikeluarkan KNKG memaparkan arti dari kelima prinsip tersebut sebagai lembaga intermediasi dan lembaga kepercayaan, dalam melaksanakan kegiatan usahanya harus menganut prinsip keterbukaan (transparency), memiliki ukuran kinerja dari semua jajaran bank berdasarkan ukuran-ukuran yang konsisten dengan corporate value, sasaran usaha dan strategi bank sebagai pencerminan akuntabilitas bank (accountability), berpegang pada prudential banking practices dan menjamin dilaksanakannya ketentuan yang berlaku sebagai wujud tanggung jawab bank (responsibility), objektif dan bebas dari tekanan pihak manapun dalam pengambilan keputusan (independency), serta senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh stakeholders berdasarkan azas kesetaraan dan kewajaran (fainess).
Menurut Herdinata (2008), prinsip-prinsip GCG memegang peranan penting, antara lain:
1. Pemenuhan informasi penting yang berkaitan dengan kinerja suatu perusahaan sebagai bahan pertimbangan bagi para pemegang saham atau calon investor untuk menanamkan modalnya,
2. Perlindungan terhadap kedudukan pemegang saham dari penyalahgunaan wewenang dan penipuan yang dapat dilakukan oleh Direksi atau Komisaris perusahaan,
3. Perwujudan tanggung jawab perusahaan untuk mematuhi dan menjalankan setiap aturan yang ditentukan oleh peraturan perundang- undangan di negara asalnya atau tempatnya berdomisili secara konsisten, termasuk peraturan di bidang lingkungan hidup, persaingan usaha, ketenagakerjaan, perpajakan, perlindungan konsumen, dan sebagainya.
Manfaat GCG menurut Arafat ( 2008 : 10) yaitu:
Pertama, meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders. Kedua, meningkatkan corporate value. Ketiga, meningkatkan kepercayaan investor.
Keempat, pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholder’s value dan dividen.
Penelitian yang dilakukan oleh Iren (2008) menemukan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara penerapan prinsip-prinsip GCG terhadap kinerja keuangan dan nilai keberlangsungan perusahaan yang diukur dengan EVA.
Sedangkan menurut penelitian Hidayatul (2008) menemukan bahwa kurang bermanfaat antara penerapan prinsip-prinsip GCG terhadap nilai keberlangsungan perusahaan. Darmawati et al, (2005) menemukan bahwa corporate governance secara statistik signifikan mempengaruhi kinerja operasi perusahaan. Kinerja keuangan suatu perusahaan ditentukan oleh sejauh mana keseriusan menerapkan GCG. Penelitian yang dilakukan oleh Pratolo (2007) menunjukkan bahwa audit
manajemen dan pengendalian internal saling mendukung dalam mempengaruhi penerapan prinsip-prinsip GCG dan kinerja perusahaan.
2.1.2 Etika Bisnis
Etika atau moral menurut Wilardo (1996 : 4), ialah “telaah tentang pertimbangan untuk menyetujui atau tidak menyetujui sikap dan/tindakan manusia berdasarkan benar-salah atau baik-buruknya sikap dan/atau tindakan itu. Istilah etika dan moral dianggap sama karena maknanya sama, ethos (Yunani) dan mores (Latin) maknanya sama-sama berarti adat kebiasaan”.
George (dalam Keraf, 1993) mendefinisikan etika bisnis sebagai :
Etika bisnis merupakan 4 macam kegiatan, yaitu : (1) penerapan prinsip- prinsip etika umum pada kasus atau praktik-praktik kasus dalam bisnis; (2) penerapan etika bisnis tidak sekedar menerapkan etika dalam kegiatan bisnis, tetapi juga berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan; (3) etika bisnis juga menyoroti moralitas sistem ekonomi pada umumnya serta sistem ekonomi pada suatu negara tertentu; (4) etika bisnis juga menyangkut bidang yang biasanya sudah meluas melampaui bidang etika.
Sedangkan menurut Davis dan Blomstorm (dalam Wells, 1994), terdapat 7 Principle of Business Conduct, yakni:
1. To maintain (memelihara martabat kemanusiaan dan hakikat kemanusiaan),
2. To earn (penghasilan atas dasar fair profit),
3. To merit (menghargai kepercayaan konsumen/pemasok dan perusahaan saingan),
4. To support (membantu dan peduli terhadap masalah-masalah sosial), 5. To fulfill (memenuhi tanggung jawab terhadap masyarakat dan negara), 6. To require (mencegah dari tindakan yang tercela),
7. To perpetuate (mengabdikan integritas perusahaan).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis serta bagaimana standar itu diterapkan ke dalam sistem dan organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada orang-orang yang ada di dalam perusahaan atau organisasi.
Etika bisnis berperan sangat besar fungsinya, yang jika dapat diterapkan secara konsisten dapat membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi. Santosa (dalam Kurniaty, 2008) menyatakan bahwa
praktik etika bisnis akan menguntungkan perusahaan, baik jangka menengah maupun jangka panjang, karena :
1. Dapat mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi perusahaan, baik internal maupun eksternal,
2. Dapat meningkatkan motivasi pekerja, 3. Melindungi prinsip kebebasan berniaga, 4. Meningkatkan keunggulan bersaing.
Etika memainkan peranan penting dalam kehidupan organisasi, baik pemerintah maupun swasta. Melihat begitu besarnya peran etika bisnis, maka sudah seharusnya perusahaan menerapkan suatu etika bisnis dengan tata kelola perusahaan yang baik dan sehat. Kurniaty (2008) menyatakan bahwa etika bisnis yang baik dan sehat menjadi kunci bagi suatu perusahaan untuk membuatnya tetap berdiri kokoh dan tahan terhadap segala serangan ketidakstabilan ekonomi.
Disadari atau tidak, penerapan etika bisnis melalui prinsip-prinsip GCG memiliki peran yang besar. Prinsip-prinsip GCG mencerminkan etika bisnis yang
dapat memenuhi keinginan stakeholders. Etika bisnis bukan lagi merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh pelaku bisnis tetapi menjadi suatu kebutuhan yang harus terpenuhi.
Penelitian yang dilakukan oleh Jhon (2007) menemukan bahwa penerapan prinsip-prinsip GCG dan etika bisnis terhadap nilai keberlangsungan perusahaan yang diukur dengan analisis korelasi product moment menunjukkan tidak berpengaruh terhadap nilai keberlangsungan perusahaan. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gusliani (2010) menyatakan bahwa tidak ada pengaruh secara nyata antara variabel penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dan etika bisnis terhadap nilai keberlangsungan perusahaan.
2.1.3 Pedoman Perilaku
Penerapan GCG merupakan suatu keharusan dalam situasi kompetisi global saat ini, yaitu implementasi GCG yang baik pada setiap aktivitas perusahaan. Bank Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesi (PBI) nomor 8/4/PBI/2006, tentang pelaksanaan GCG bagi Bank Umum sebagaimana telah diubah dengan PBI nomor 8/14/PBI/2006 mewajibkan bank untuk melaksanakan prinsi-prinsip GCG dalam setiap kegiatan usahanya, namun secara internal timbul keinginan kuat dari perusahaan untuk berwawasan sesuai dengan visi dan misi serta meningkatkan kondisi seluruh aspek yang ada di perusahaan untuk meraih kinerja puncak dengan menerapkan prinsip-prinsip GCG. Untuk mewujudkan apa yang dipahami sebagai GCG ke dalam bentuk konkret, perusahaan merumuskan
dan menerapkan nilai-nilai etika yang sesuai dengan prinsip-prinsip GCG dan budaya perusahaan ke dalam panduan etika yang terhimpun dalam code of conduct dan akan diinternalisasikan kepada seluruh individu perusahaan yang meliputi: Komisaris, Direksi, Karyawan dan lainnya.
Pedoman perilaku (code of conduct) dalam perusahaan merupakan acuan atau panduan bagi seluruh pihak yang terkait dengan perusahaan dalam bertindak dan melakukan masing-masing tugas sebagaimana seharusnya. Dengan adanya hal ini, maka seluruh karyawan akan bertindak sesuai dengan apa yang menjadi pedoman perusahaan, dimana hal ini akan berdampak pada integritas tiap karyawan yang lebih dari sekedar manjaga citra dan reputasi perusahaan.
Pedoman perilaku merupakan penjabaran nilai-nilai perusahaan dan etika bisnis dalam melaksanakan usaha sehingga menjadi panduan bagi organ perusahaan dan semua karyawan perusahaan. Pedoman perilaku mencakup panduan tentang benturan kepentingan, pemberian dan penerimaan hadiah dan donasi, kepatuhan terhadap peraturan, kerahasiaan informasi serta pelaporan terhadap perilaku yang tidak etis.
Masing-masing perusahaan memiliki pedoman perilaku yang berbeda.
Pedoman terkait erat dengan visi dan misi dari perusahaan. Hal ini mencerminkan sejauh mana perusahaan melihat peranan sumber daya manusia dalam perusahaan tersebut. Pedoman perilaku dimaksudkan untuk :
1. Mengidentifikasi nila-nilai dan standar etika yang selaras dengan visi dan misi perusahaan,
2. Menjabarkan nila-nilai perusahaan sebagai landasan etika yang harus diikuti oleh seluruh karyawan perusahaan dalam melaksanakan tugas, 3. Menjadi acuan perilaku seluruh karyawan dalam melaksanakan tugas
dan memenuhi tanggung jawab masing-masing serta berinteraksi dengan stakeholder,
4. Menjelaskan secara rinci standar etika agar seluruh karyawan dapat menilai bentuk kegiatan yang diinginkan dan membantu memberikan pertimbangan jika menemui kesulitan atau keraguan dalam melaksankan tugas masing-masing.
Penelitian yang dilakukan oleh Prawitasari (2010) menggunakan variabel peranan biro Satuan Pengawasan Internal (SPI), pedoman perilaku dan
pelaksanaan GCG, menunjukkan bahwa pedoman perilaku tidak berpengaruh signifikan terhadap pelaksanaan GCG sedangkan SPI berpengaruh signifikan terhadap pelaksanaan GCG.
2.1.4 Pemegang Saham
Pemegang saham adalah seseorang atau badan hukum yang secara sah memiliki satu atau lebih saham pada perusahaan. Para pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan tersebut. Konsep pemegang saham adalah sebuah teori bahwa perusahaan hanya memiliki tanggung jawab kepada para pemegang saham dan pemiliknya, dan seharusnya bekerja demi keuntungan para pemegang saham.
Kaihatu (2006 : 9) menyatakan bahwa
GCG merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan guna menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder.
Konsep ini menekankan pada dua hal yakni; pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya dan kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder.
Pemegang saham diberikan hak khusus tergantung dari jenis saham, termasuk hak untuk memberikan suara (biasanya satu suara per saham yang dimiliki) dalam hal seperti pemilihan Dewan Direksi, hak untuk pembagian dari pendapatan perusahaan, hak untuk membeli saham baru yang dikeluarkan oleh perusahaan dan hak terhadap aset perusahaan pada saat likuidasi perusahaan.
Namun, hak pemegang saham terhadap aset perusahaan berada di bawah hak kreditor perusahaan. Ini berarti bahwa pemegang saham biasanya tidak menerima apapun bila suatu perusahaan yang dilikuidasi setelah kebangkrutan (bila perusahaan tersebut memiliki lebih untuk membayar kreditornya, maka perusahaan tersebut tidak akan bangkrut), meskipun sebuah saham dapat memiliki harga setelah kebangkrutan bila ada kemungkinan bahwa hutang perusahaan akan direstrukturisasi.
Hak suara para pemegang saham dapat digunakan untuk mengambil keputusan dalam RUPS – kecuali saham yang tidak memiliki hak suara. Dalam pemungutan suara untuk mengambil keputusan, suara yang dikeluarkan oleh pemegang saham berlaku untuk seluruh saham yang dimilikinya. Pemegang
saham tidak boleh memberikan kuasa kepada lebih dari seorang kuasa untuk sebagian dari saham yang dimilikinya dengan suara yang berbeda. Dalam pemungutan suara, anggota Direksi dan Dewan Komisaris, serta karyawan, dilarang bertindak sebagai kuasa dari pemegang saham. Dalam hal pemegang saham hadir sendiri dalam RUPS, surat kuasa yang telah diberikan untuk mewakili kehadirannya menjadi tidak berlaku untuk rapat tersebut.
RUPS adalah organ perusahaan yang memiliki kewenangan ekslusif, yang tidak diberikan kepada Direksi dan Dewan Komisaris. RUPS merupakan sebuah forum, dimana para pemegang saham memiliki kewenangan untuk memperoleh keterangan-keterangan mengenai perusahaan, baik dari Direksi maupun Dewan Komisaris. Keterangan-keterangan itu merupakan landasan bagi RUPS untuk menentukan kebijakan dan langkah strategis perusahaan dalam mengambil keputusan sebagai sebuah badan hukum. Dalam forum RUPS, mekanisme penyampaian keterangan dan keputusan itu disusun secara teratur dan sistematis sesuai agendanya. Dalam forum itu, para peserta tidak dapat memberikan keterangan dan keputusan diluar agenda rapat – kecuali RUPS itu dihadiri oleh semua pemegang saham dan mereka menyetujui penambahan agenda rapat itu dengan suara bulat.
Jenis RUPS dapat terdiri dari RUPS Tahunan dan RUPS Luar Biasa.
RUPS Tahunan wajib diselenggarakan Direksi minimal 6 bulan setelah tahun buku perusahaan berakhir. Dalam RUPS Tahunan, Direksi mengajukan semua dokumen dari laporan tahunan perusahaan. RUPS Luar Biasa dapat diadakan
setiap waktu berdasarkan kebutuhan untuk kepentingan perusahaan. Dalam RUPS Luar Biasa, yang berwenang menyelenggarakannya adalah Direksi atau Dewan Komisaris, dimana terdapat permintaan tertulis dari satu atau lebih pemegang saham yang bersama-sama mewakili 1/10 bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah.
Menurut Mehran et al (dalam Aida 2004) kepemilikan saham manajerial adalah proporsi saham biasa yang dimiliki oleh para manajemen. Ross et al (dalam Putri 2006) menyatakan bahwa semakin besar proporsi kepemilikan saham pada perusahaan maka manajemen cenderung berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham yang tidak lain adalah dirinya sendiri. Kepemilikan saham manajerial akan membantu penyatuan kepentingan antara manajer dan pemegang saham, sehingga manajer ikut merasakan secara langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan ikut pula menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah.
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian serta institusi lainnya pada akhir tahun (Shien et al, 2006) dalam Winanda (2009).
Menurut Wening (2007), kepemilikan institusional merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Keberadaan investor institusional dapat menunjukkan mekanisme corporate governance yang kuat yang dapat digunakan untuk memonitor manajemen perusahaan. Pengaruh investor institusional terhadap manajemen perusahaan dapat menjadi sangat penting serta
dapat digunakan untuk menyelaraskan kepentingan manajemen dengan para pemegang saham (Solomon dan Solomon, 2004 dalam Sutojo, 2005).
2.1.5 Kebijakan GCG
Sejalan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Republik Indonesia No.19 tahun 2003 tentang BUMN, Surat Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor: Kep-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktik GCG di BUMN, serta Pedoman Umum GCG Indonesia oleh KNKG, maka perusahaan merasa perlu menetapkan kebijakan dalam mengelola perusahaan sesuai dengan prinsip-prinsip GCG.
Kebijakan dalam mengelola perusahaan tersebut berisikan prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang dalam implementasinya akan diikuti dengan berbagai kebijakan serta peraturan teknis sesuai kebutuhan perusahaan. Mengingat lingkungan bisnis yang bersifat dinamis dan berkembang, maka kebijakan dalam mengelola perusahaan senantiasa disesuaikan dengan kondisi internal maupun eksternal yang ada. Keberadaan kebijakan tersebut diharapkan akan dapat menjadi acuan bagi pelaku bisnis dalam menjalankan aktivitas perusahaan sesuai dengan prinsip-prinsip GCG.
Kebijakan GCG berkaitan erat dengan implementasi GCG. Perusahaan yang berkomitmen untuk melaksanakan GCG secara penuh, biasanya akan menyusun manual kebijakan-kebijakan GCG sebagai wujud informasi dan laporan atas penerapan GCG, misalnya :
1. Pedoman Corporate Governance (Code of Corporate Governance), 2. Pedoman perilaku yang tertulis (Code of Conduct),
3. Panduan Direksi dan Dewan Komisaris (Board Manual), 4. Piagam SPI (Internal Audit Chartered),
5. Piagam Komite Audit (Audit Commiteee Charter), 6. Kebijakan Sistem Pengendalian intern.
Penelitian yang dilakukan oleh Setyani (2010) menunjukkan hasil bahwa implementasi kebijakan pemerintah tentang penerapan GCG bagi Bank Umum meningkatkan kinerja Bank, melindungi kepentingan stakeholder dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan Undang-Undang yang berlaku serta nilai-nilai etika yang berlaku umum pada industri perbankan.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai implementasi GCG telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Di antaranya penelitian yang dilakukan oleh Darmawati, et al (2005). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Corporate governance mempengaruhi kinerja operasi (ROE) tetapi secara statistik tidak mempengaruhi kinerja pasar. Penelitian yang dilakukan oleh Pratolo (2007) menunjukkan bahwa audit manajemen dan pengendalian internal saling mendukung dalam mempengaruhi penerapan prinsip-prinsip GCG dan kinerja perusahaan. Hasil penelitian Yuniasih dan Wirakusuma (2009) menunjukkan bahwa kinerja keuangan dan pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Gusliani (2010) menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh secara nyata antara penerapan prinsip- prinsip GCG dan etika bisnis terhadap nilai keberlangsungan perusahaan.
Sedangkan pada penelitian Prawitasari (2010), hasilnya menunjukkan bahwa pedoman perilaku tidak berpengaruh signifikan terhadap pelaksanaan GCG.
Beberapa hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.1
Rangkuman Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti
dan Tahun
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian 1 Deni
Darmawati, Khomsiyah, Rika Gelar Rahayu (2005)
Hubungan Corporate Governance
terhadap Kinerja Perusahaan
Variabel Independen : Implementasi Corporate Governance, Variabel Dependen : Kinerja Perusahaan
Variabel Kontrol : Komposisi aktiva, Growth Oppurtinity dan Ukuran Perusahaan
Corporate governance mempengaruhi
kinerja operasi (ROE) tetapi secara statistik tidak mempengaruhi kinerja pasar.
2 Suryo Pratolo (2007)
GCG & Kinerja
BUMN di Indonesia : Aspek
Audit Manajemen dan Pengendalian Internal sebagai Variabel Eksogen serta Tinjauannya
pada Jenis Perusahaan
Variabel Independen : Audit Manajemen dan Pengendalian Internal, Variabel Dependen : Penerapan Prinsip- prinsip GCG, Variabel Eksogen : Kinerja Perusahaan
Audit manajemen dan pengendalian internal saling mendukung dalam mempengaruhi
penerapan prinsip- prinsip GCG dan kinerja perusahaan.
3 Ni Wayan
Yuniasih dan Made Gede Wirakusuma (2009)
Pengaruh Kinerja Keuangan
terhadap Nilai Perusahaan
dengan
Pengungkapan CSR dan GCG
Variabel Independen : Kinerja Keuangan, Variabel Dependen : Nilai Perusahaan, Variabel Pemoderasi : Pengungkapan CSR dan GCG
Kinerja keuangan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap kinerja
sebagai variabel pemoderasi.
keuangan dan nilai perusahaan.
Sedangkan GCG tidak berpengaruh.
4 Linda Gusliani (2010)
Application of Analysis-
Principles of Good Corporate Governance and Business Ethics on The Value Sustainability
Company at PT.
Pos Indonesia (Persero) KTPL Tanjung Priok
Variabel Independen : Penerapan Prinsip – Prinsip Good Corporate Governance dan Etika
Bisnis, Variabel Dependen : Nilai Keberlangsungan
Perusahaan
Tidak ada pengaruh secara nyata antara variabel penerapan prinsip-prinsip
Good Corporate Governance dan etika bisnis terhadap nilai
keberlangsungan Perusahaan.
5 Erika R.
Prawitasari (2010)
Pengaruh Peranan Biro Satuan Pengawasan
Internal (SPI) dan Pedoman Perilaku terhadap GCG pada PTPN IV Medan.
Variabel Independen : Peranan Biro SPI dan Pedoman Perilaku
Variabel Dependen : Pelaksanaan GCG
SPI berpengaruh signifikan terhadap pelaksanaan GCG dan pedoman perilaku tidak berpengaruh
signifikan terhadap pelaksanaan GCG.
2.3 Kerangka Konseptual
Yang menjadi variabel bebas (independent variable) pada penelitian ini adalah etika bisnis, pedoman perilaku, pemegang saham dan kebijakan GCG.
Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah implementasi GCG. Kerangka konseptual yang dirancang dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah :
H1: Etika bisnis memiliki pengaruh secara signifikan terhadap implementasi GCG.
H2: Pedoman perilaku memiliki pengaruh secara signifikan terhadap implementasi GCG.
H3: Pemegang saham memiliki pengaruh secara signifikan terhadap implementasi GCG.
H4: Kebijakan GCG memiliki pengaruh secara signifikan terhadap implementasi GCG.
Implementasi GCG (Y)
Pedoman Perilaku (X2)
Pemegang Saham (X3) Etika Bisnis (X1)
Kebijakan GCG (X4)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal. Menurut Sugiyono (2004 : 11), penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara 2 variabel atau lebih.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Bank Sumut Jl. Imam Bonjol No.18 Medan.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2011 dan direncanakan akan selesai pada Maret 2012.
Tabel 3.1 Waktu Penelitian
Tahapan Penelitian Des Jan Feb Mar Pra observasi Penelitian √
Penetapan Judul √
Pengumpulan Data √ √
Penyelesaian Proposal √ √
Pengolahan dan Analisis Data √
Penyelesaian Skripsi √
3.3 Batasan Operasional
Penelitian ini memiliki batasan, yaitu :
a. Penelitian ini hanya menggunakan 4 variabel bebas, yaitu : etika bisnis, pedoman perilaku, pemegang saham dan kebijakan GCG untuk mengukur implementasi GCG pada Bank Sumut. Berdasarkan keterbatasan penelitian yang disebutkan, maka penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan variabel yang lain,
b. Objek penelitian ini hanya pada Bank Sumut.
3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional dan pengukuran variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.2
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel
Penelitian
Definisi Operasional Pengukuran Variabel Variabel
Independen Etika Bisnis (X1)
Etika bisnis merupakan tingkah laku dalam melakukan kegiatan bisnis yang mencakup analisis dan penerapan konsep bisnis pada perusahaan, sehingga terciptanya pelaksanaan bisnis yang sehat dan memberikan keadilan bagi seluruh pihak.
Etika bisnis diukur dengan menggunakan 5 item pernyataan yang diperoleh dari website http://samplequestionnaire.com/cate gory/business-ethic (2010) dengan melakukan perubahan seperlunya.
Variabel ini diukur dengan skala likert, yaitu mengukur sikap dengan mengatakan kesetujuan atau ketidak setujuan terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS = Sangat Setuju), skor 4 (S = Setuju), skor 3 (KS = Kurang Setuju), skor 2 (TS = Tidak Setuju) dan skor 1 (STS = Sangat Tidak Setuju).
Pedoman Perilaku (X2)
Pedoman perilaku merupakan acuan bagi organ
perusahaan dan semua
Pedoman perilaku diukur dengan menggunakan 7 item pernyataan yang diadaptasi dari penelitian Erika
karyawan dalam menerapkan nilai-nilai
(values) dan etika bisnis sehingga menjadi bagian dari budaya perusahaan, seingga dapat mewujudkan GCG dalam suatu perusahaan, yang membutuhkan komitmen
dari seluruh pelaku bisnis.
R. Prawitasari (2010) dengan melakukan perubahan seperlunya.
Variabel ini diukur dengan skala likert, yaitu mengukur sikap dengan mengatakan kesetujuan atau ketidak setujuan terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS = Sangat Setuju), skor 4 (S = Setuju), skor 3 (KS = Kurang Setuju), skor 2 (TS = Tidak Setuju) dan skor 1 (STS = Sangat Tidak Setuju).
Pemegang Saham (X3)
Pemegang saham merupakan pihak yang
memiliki perusahaan.
Konsep pemegang saham adalah sebuah teori bahwa perusahaan hanya memiliki tanggung jawab kepada para pemegang sahamnya dan pemiliknya, dan seharusnya bekerja demi keuntungan mereka.
Pemegang saham diukur
berdasarkan kuesioner dengan menggunakan 10 item pernyataan yang diadaptasi dari penelitian Nurlufi Tanjung Sari (2007).
Variabel ini diukur dengan skala likert, yaitu mengukur sikap dengan mengatakan kesetujuan atau ketidak setujuan terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS = Sangat Setuju), skor 4 (S = Setuju), skor 3 (KS = Kurang Setuju), skor 2 (TS = Tidak Setuju) dan skor 1 (STS = Sangat Tidak Setuju).
Kebijakan GCG (X4)
Kebijakan GCG merupakan suatu kebijakan yang digunakan oleh perusahaan sebagai pedoman untuk melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik.
Kebijakan GCG diukur berdasarkan kuesioner dengan menggunakan 4 item pernyataan yang diadaptasi dari penelitian Nurlufi Tanjung Sari (2007). Variabel ini diukur dengan skala likert, yaitu mengukur sikap dengan mengatakan kesetujuan atau ketidak setujuan terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS = Sangat Setuju), skor 4 (S = Setuju), skor 3 (KS = Kurang Setuju), skor 2 (TS = Tidak Setuju) dan skor 1 (STS
= Sangat Tidak Setuju).
Variabel Dependen Implementasi GCG
Implementasi GCG merupakan proses yang digunakan oleh pelaku bisnis
Implementasi GCG diukur dengan menggunakan 26 item pernyataan yang dibuat berdasarkan Pedoman
(Y) perusahaan untuk meningkatkan keberhasilan
usaha perusahaan dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders.
Umum GCG Indonesia 2006 yang dikeluarkan oleh KNKG. Variabel ini diukur dengan skala likert, yaitu mengukur sikap dengan mengatakan kesetujuan atau ketidak setujuan terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS = Sangat Setuju), skor 4 (S = Setuju), skor 3 (KS = Kurang Setuju), skor 2 (TS = Tidak Setuju) dan skor 1 (STS = Sangat Tidak Setuju).
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian 3.5.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi atas objek atau subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Sumut.
3.5.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah karyawan pimpinan/staff bagian yang terlibat dalam mendukung implementasi GCG pada Bank Sumut, yaitu sebanyak 50 responden. Namun dari 50 kuesioner yang didistribusikan, hanya 30 kuesioner yang kembali dan dapat dilakukan pengolahan data. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan tujuan untuk medapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
Adapun kriteria sampel yang dimaksud:
1. Responden berasal dari jajaran bank pada kantor Bank Sumut.
2. Reponden merupakan pihak-pihak yang akan memastikan implementasi prinsip-prinsip GCG pada Bank Sumut.
3. 6 Jenis Data
Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data prime. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber asli. Pada penelitian ini, sumber tersebut diperoleh melalui kuesioner yang diajukan kepada Bank Sumut.
3. 7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner, yaitu suatu daftar yang berisi rangkaian pertanyaan tertulis yang digunakan untuk mengetahui tanggapan responden terhadap masalah penelitian yang dikaji. Dalam penelitian ini digunakan skala likert 5 poin, dimana skor 5 untuk pilihan “Sangat setuju (SS)”, skor 4 untuk pilihan “Setuju (S)”, skor 3 untuk pilihan ”Kurang setuju (KS)”, skor 2 untuk pilihan ”Tidak setuju (TS)”, dan skor 1 untuk pilihan ”Sangat tidak setuju (STS)”.
3.8 Uji Kualitas Data
3.8.1 Pengujian Validitas Data
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat validitas atau kesahihan suatu instrumen, dimana sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang akan diukurnya (Ancok 1998 : 120). Menurut Hakim (1999) dalam Widyastuti (2000), “Faktor-faktor yang mengurangi validitas data antara lain ketidakpatuhan responden mengikuti petunjuk pengisian kuesioner dan tidak tepatnya formulasi alat pengukur yaitu bentuk dan isi kuesioner”.
Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan alat bantu program statistik, dengan kriteria sebagai berikut :
a. Jika rhitung positif dan rhitung > rhitung maka butir pertanyaan tersebut valid
b. Jika rhitung negatif atau rhitung < rhitung maka butir pertanyaan tersebut tidak valid.
3.8.2 Pengujian Reliabilitas Data
Uji realibilitas menurut Riyadi (2000) dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hasil pengukuran tetap apabila dilakukan dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama. Dalam melihat realibilitas masing-masing instrumen yang digunakan, maka peneliti menggunakan koefisien cronbach alpha, yaitu suatu instrumen dikatakan reliable jika memiliki nilai cronbach alpha lebih besar dari 0.5 atau bila rpositif, rhitung > rtabel maka butir pertanyaan tersebut valid (Nunnaly : 1967) dalam Ghozali (2005 : 42).
3.9 Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi, maka diperlukan pengujian asumsi klasik meliputi uji normalitas dan uji heteroskedastisitas.
3.9.1 Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yaitu distribusi data dengan bentuk lonceng (bell shaped). Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal.
Pedoman pengambilan keputusan dengan uji Kolmogrof-Smirnov tentang hal tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal dapat dilihat dari :
1. Nilai Sig. (signifikan) atau probabilitas < 0.05 maka distribusi data adalah tidak normal.
2. Nilai Sig. (signifikan) atau probabilitas > 0.05 maka distribusi data adalah normal.
3.9.2 Uji Heteroskedastisitas
Tujuan dari uji ini adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut Homoskedastisitas. Jika varians berbeda, maka disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas (Erlina, 2007 : 108). Pengujian dilakukan dengan cara
meregresi seluruh variabel bebas dengan nilai absolut residual sebagai variabel bebasnya. Perumusan hipotesisnya sebagai berikut :
a. Ho : tidak ada heteroskedastisitas b. Ha : ada heteroskedastisitas
c. Jika signifikan < 0.05 maka Ha diterima (ada heteroskedastisitas) dan jika signifikan > 0.05 maka Ho diterima (tidak ada heteroskedastisitas).
3.10 Uji Hipotesis
3.10.1 Uji Signifikan Parsial (Uji - t)
Uji ini digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Uji - t menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Uji hipotesis ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi thitung dengan ketentuan:
Jika signifikansi thitung < 0.05 maka Ha diterima Jika signifikansi thitung > 0.05 maka H0 diterima 3.10.2 Koefisien Determinasi (R2)
Pengujian koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variabel independen dapat menjelaskan variasi dalam variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol sampai dengan satu. Hal ini berarti jika nilai R2 = 0 menunjukkan tidak ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Jika nilai R2 mendekati nol, itu berarti
semakin kecil pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Sebaliknya, jika R2 mendekati satu, menunjukkan semakin besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
3.10.3 Uji Simultan (Uji F)
Uji ini pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model ini mempunyai pengaruh secara bersama – sama terhadap variabel dependen.
Kriteria pengambilan keputusan :
Jika probabilitas < 0.05, maka Ho diterima Jika probabilitas > 0.05, maka Ha diterima
3.11 Teknik Analisis
Dalam menentukan hubungan antara etika bisnis, pedoman perilaku, pemegang saham dan kebijakan GCG terhadap implementasi GCG pada Bank Sumut, analisis statistik yang digunakan adalah persamaan regresi linear dengan model persamaan sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4
Dimana :
Y = Implementasi GCG a = Konstanta
X1 = Etika bisnis
X2 = Pedoman perilaku
X3 = Pemegang saham X4 = Kebijakan GCG b1 = Koefisien etika bisnis
b2 = Koefisien pedoman perilaku b3 = Koefisien pemegang saham b4 = Koefisien kebijakan GCG
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Bank Sumut 4.1.1 Sejarah Singkat Bank Sumut
Bank Sumut merupakan bank non devisa yang kantor pusatnya beralamatkan di Jalan Imam Bonjol No. 18 Medan. Bank pembangunan Daerah Sumatera Utara didirikan pada tanggal 4 November 1961 dengan Akte Notaris Rusli Nomor 22 dalam bentuk Perseroan Terbatas dengan nama BPDSU. Pada tahun 1962 berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 tahun 1962 tentang ketentuan pokok Bank Pembangunan Daerah Tingkat l Sumatera Utara Nomor 5 Tahun 1965. Modal dasar pada saat itu sebesar Rp 100.000.000 dan sahamnya dimiliki oleh pemerintah Daerah Tingkat II Sumatera Utara. Pada tanggal 16 April 1999, berdasarkan peraturan Daearah Tingkat I Sumatera Utara No.2 Tahun 1999, bentuk badan diubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama Bank Sumut.
Perubahan tersebut dituangkan dalam Akte Pendirian Alina Hanum Nasution SH dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dibawah Nomor C-8224 HT.01.01 TH 99, serta diumumkan dalam berita Negara Republik Indonesia Nomor 54 tanggal 6 juli 1999. Anggaran dasar Bank telah beberapa kali mengalami perubahan, terakhir dengan akta No. 39 tanggal 10 Juni 2008 dan akta penegasan No. 05 tanggal 10 September 2008 Notaris H.
Marwansyah Notaris, S.H, mengenai penambahan modal dasar dari Rp 500.000.000.000 menjadi Rp 1.000.000.000.000. Perubahan anggaran dasar ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan keputusannya No. AHU-87927.A.H.01.02 tanggal 20 November 2008 serta diumumkan dalam berita Negara Republik Indonesia No. 10 tanggal 3 Februari 2009 Tambahan No. 3023.
Dalam tahun 2004, Bank membuka Unit Usaha Syariah yang telah mendapatkan izin dari Bank Indonesia Cabang Medan dengan suratnya No.
6/142/DPIP/Prz/Mdn tanggal 18 Oktober 2004. Sampai dengan tahun 2012, Bank Sumut memiliki 30 Kantor Cabang Konvensional dan 112 Kantor Cabang Pembantu, sedangkan Kantor Cabang Syariah berjumlah 5 dan 12 Kantor Cabang Pembantu Syariah. Bank Sumut memiliki 30 Kantor Jaringan Kas di luar kantor (payment point) dan ATM sebanyak 187 unit.
4.1.2 Visi dan Misi Bank Sumut 4.1.2.1 Visi
Adapun visi Bank Sumut yakni menjadi bank andalan untuk membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan pembangunan daerah di segala bidang serta sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat.
4.1.2.2 Misi
Bank Sumut memiliki misi yaitu mengelola dana pemerintah dan masyarakat secara professional yang didasarkan pada prinsip-prinsip compliance.
4.2 Analisis Hasil Penelitian 4.2.1 Uji Kualitas Data
4.2.1.1 Uji Validitas Data
Uji validitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas diukur dengan membandingkan nilai corrected item total correlation (rhitung)dengan nilai rtabel. Jika nilai r positif dan nilai rhitung lebih besar dari nilai rtabel berarti data tersebut valid. Sampel penelitian ini berjumlah 30 orang. Nilai rtabel untuk penelitian adalah sebesar 0.361.
a. Etika Bisnis
Berdasarkan tabel 4.1 berikut, terlihat bahwa hasil uji validitas menunjukkan semua pernyataan valid karena rhitung > rtabel pada taraf signifikansi 5%. Hal ini berarti semua pernyataan dari variabel etika bisnis teruji validitasnya.
Rhitung terlihat dalam tabel corrected item total correlation.
Tabel 4.1 Validitas Etika Bisnis
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item- Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item Deleted
pernyataan1 17.63 2.930 .710 .786
pernyataan2 17.67 3.195 .542 .829
pernyataan3 17.63 2.792 .809 .759
pernyataan4 17.63 2.861 .637 .805
pernyataan5 17.70 2.907 .536 .838
b. Pedoman Perilaku
Berdasarkan tabel 4.2 berikut terlihat bahwa hasil uji validitas menunjukkan semua pernyataan valid karena rhitung > rtabel pada taraf signifikansi 5%. Hal ini berarti semua pernyataan dari variabel pedoman perilaku teruji validitasnya. Rhitung terlihat dalam tabel corrected item total correlation.
Tabel 4.2
Validitas Pedoman Perilaku
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item- Total Correlation
Cronbach’s Alpha if Item Deleted
pernyataan6 26.37 5.620 .741 .871
pernyataan7 26.37 5.551 .775 .867
pernyataan8 26.27 5.513 .760 .869
pernyataan9 26.40 5.559 .669 .880
pernyataan10 26.33 5.954 .567 .891
pernyataan11 26.30 5.734 .660 .881
pernyataan12 26.37 5.757 .673 .879
c. Pemegang Saham
Berdasarkan tabel 4.3 terlihat bahwa ada 2 pernyataan yang hasil uji validitasnya tidak valid, yaitu pernyataan 21 dan 22. Ketidakvalidan ini disebabkan karena rhitung dari pernyataan 21 dan 22 lebih kecil daripada rtabel. Dan rhitung dari masing-masing pernyataan yang menyebabkan pernyataan tersebut tidak valid adalah 0.316 dan 0.143.