• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP HASIL BELAJAR IPS KELAS V SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP HASIL BELAJAR IPS KELAS V SD"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP HASIL BELAJAR IPS KELAS V SD

Debi Setiawan, Sugiyono, Endang Uliyanti

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Untan Email: [email protected]

Abstrak: Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis seberapa besar pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples terhadap hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V Sekolah Dasar Negeri 17 Pontianak Kota.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, dan bentuk penelitiannya adalah eksperimen semu dengan desain eksperimen Nonrandomized Control Group Pretest-posttest Design. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh rata- rata post-test pada kelas eksperimen sebesar 83,11 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 62,92. Hasil uji hipotesis menggunakan uji t dengan rumus polled varian, diperoleh t sebesar 5,0856 dan t (α = 5% dan dk = 36 + 36 -2 = 70) sebesar 1,9967. Karena (5,0856) > (1,9967), dengan demikian maka Ha diterima. Selanjutnya berdasarkan hasil analisis tentang tingkat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples pada penelitian ini, diperoleh ES = 0,85 dengan kategori tinggi.

Kata Kunci : Tipe Examples Non Examples, hasil belajar

Abstract: This research aims to analysis for the influence of using cooperative learning model type examples non examples on learning result of students in Social Studies of class V Elementary School 17 Pontianak City.

This research used was experimental method, and research experiments used the quasi experimental with design experimental is Nonrandomized Control Group Pretest-posttest Design. The results of data analysis, average posttest on the experimental class obtained is 83,11 and then while the control class is 62,92. The results of hypothesis was used t-test with polled varian formula, of the obtained results tcount= 5,0856 and ttable(α = 5% dan dk = 36 + 36 -2 = 70) obtained is 1,9967. Because of that (5,0856) > (1,9967), means significant, it can be concluded that Ha is approved. After that the results of data analysis about influence grade of using cooperative learning model type examples non examples on this research, obtained is ES= 0,85 with high category.

Keywords: Type Examples Non Examples, learning result

aman terus berkembang dan pengetahuan telah banyak menyentuh segala aspek pendidikan sehingga informasi lebih mudah diperoleh. Bagi suatu bangsa yang ingin maju, pendidikan harus dipandang mutlak sebagai sebuah kebutuhan, yang sama halnya dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Oleh karena itu peningkatan mutu pendidikan juga berpengaruh terhadap perkembangan suatu bangsa. Di zaman era globalisasi pada saat ini, informasi pengetahuan lebih

Z

(2)

mudah didapatkan sehingga menjadikan peserta didik lebih aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran, dan pada akhirnya berdampak pada perkembangan positif pada pembangunan di bidang pendidikan yang merupakan salah satu bagian dari pembangunan nasional. Menurut Ahmad Samawi (2007: 1-23) mengutip Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 bahwa, “Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Sejalan dengan berkembangnya informasi pengetahuan pendidikan, pemerintah telah berupaya semaksimal mungkin mengadakan perbaikan dan penyempurnaan di bidang pendidikan, seperti pendidikan banyak diarahkan pada ketepatan dalam penggunaan dan pemilihan model-model pembelajaran, semuanya dimaksudkan untuk pencapaian hasil belajar yang optimal.

Keberhasilan tujuan pendidikan nasional terutama di tentukan oleh proses pembelajaran yang di alami oleh peserta didik, untuk mencapai keberhasilan tujuan pendidikan, peran seorang guru juga sangat berpengaruh secara langsung sebagai salah satu dari elemen dunia pendidikan. Guru merupakan fasilisator bagi peserta didik dalam proses pembelajaran, semakin aktif perserta didik disaat proses pembelajaran yang diciptakan oleh guru maka akan dapat berpengaruh kepada hasil belajar peserta didik secara optimal. Cara mengajar guru adalah salah satu kunci agar peserta didik dapat belajar dengan baik, tolak ukurnya adalah jika peserta didik dapat memahami apa yang telah mereka pelajari di dalam proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal oleh peserta didik. Seperti halnya dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial guru harus menciptakan proses pembelajaran dengan baik agar pengetahuan peserta didik dapat meningkat dan berdampak pada perolehan hasil belajar yang optimal, karena pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan pembelajaran yang penting untuk peserta didik dalam mengembangkan pengetahuan sosialnya.

Berdasarkan survey dan wawancara pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas V pada tanggal 15 Januari 2014 di Sekolah Dasar Negeri 17 Pontianak Kota, peneliti menemukan pembelajaran yang dilakukan oleh guru belum menerapkan model pembelajaran kooperatif, hasil belajar peserta didik pada saat evaluasi pembelajaran di dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial belum optimal, dan rata-rata nilai hasil belajar yang diperoleh pada saat evaluasi pembelajaran yaitu sebesar 70,19 pada kelas VA, dan 70,56 pada kelas VB . Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang membuat peserta didik mencapai hasil belajar yang optimal bukanlah suatu perkara yang mudah, guru harus memotivasi dirinya sendiri untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam mendidik peserta didik, serta peka akan tuntutan pendidikan di era globalisasi karena zaman terus berkembang dan pengetahuan telah banyak menyentuh segala aspek pendidikan sehingga informasi pengetahuan untuk mengajar lebih mudah diperoleh. Seperti halnya dengan pembaharuan di dalam bidang pendidikan dengan menggunakan model-model pembelajaran yang baru.

Rumusan masalah umum dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples

(3)

terhadap hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V Sekolah Dasar Negeri 17 Pontianak Kota?”. Untuk lebih terarahnya penelitian ini maka dari rumusan masalah umum tersebut dijabarkan menjadi rumusan masalah khusus yang disajikan sebagai berikut, (1) Berapakah rata-rata hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V Sekolah Dasar Negeri 17 Pontianak Kota yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples?, (2) Berapakah rata-rata hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V Sekolah Dasar Negeri 17 Pontianak Kota dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples?, (3) Apakah terdapat pengaruh hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V Sekolah Dasar Negeri 17 Pontianak Kota antara yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples dan yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples?, (4) Seberapa besarkah pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples terhadap hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V Sekolah Dasar Negeri 17 Pontianak Kota?.

Tujuan umum penelitian ini adalah “Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples terhadap hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V Sekolah Dasar Negeri 17 Pontianak Kota.” Rumusan tujuan umum dijabarkan menjadi tujuan khusus yang disajikan sebagai berikut, (1) Untuk menganalisis data tentang rata-rata hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V Sekolah Dasar Negeri 17 Pontianak Kota yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples, (2) Untuk menganalisis data tentang rata-rata hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V Sekolah Dasar Negeri 17 Pontianak Kota dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples, (3) Untuk menganalisis pengaruh hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V Sekolah Dasar Negeri 17 Pontianak Kota antara yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples dan yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples, (4) Untuk mengukur pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples terhadap hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V Sekolah Dasar Negeri 17 Pontianak Kota.

Dalam penelitian ini terdapat dua hipotesis yaitu hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha). Hipotesis nol (Ho) tidak terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples terhadap hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V Sekolah Dasar Negeri 17 Pontianak Kota. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples terhadap hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V Sekolah Dasar Negeri 17 Pontianak Kota.

(4)

Menurut Joyce and Will (dalam Rusman, 2013: 133) “Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.” Sedangkan menurut Asep Jihan dan Abdul Haris (2009: 25) “Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi peserta didik, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran atau setting lainnya.”

Menurut Sanjaya (dalam Rusman, 2013: 203), “Model pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar peserta didik yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.” Sedangkan menurut Sunal dan Hans (dalam Isjoni, 2012: 12) “Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran.” Dari beberapa pengertian cooperative learning tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan pembelajaran di dalam kelompok-kelompok kecil agar dapat meningkatkan perolehan hasil belajar yang optimal.

Menurut Isjoni (2012: 23) ”Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah untuk memungkinkan peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis.” Sedangkan menurut Sharan (dalam Isjoni, 2012: 23-24)

“Peserta didik yang belajar menggunanakan model pembelajaran kooperatif akan memiliki motivasi yang tinggi karena didorong dan didukung dari rekan sebaya.”

Sejalan dengan itu Shal (dalam Isjoni, 2012: 24) menyatakan, “Melalui model pembelajaran kooperatif peserta didik dapat memperoleh pengetahuan, kecakapan sebagai pertimbangan untuk berpikir dan menentukan serta berbuat dan berpartisipasi sosial.” Dari penjelasan tentang tujuan cooperative learning tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan cooperative learning adalah agar peserta didik dapat memperoleh pengetahuan dan hasil belajar yang optimal dengan melakukan interaksi sosial di dalam kelas, seperti berdiskusi kelompok.

Examples non examples adalah salah satu dari berbagai tipe model pembelajaran kooperatif. Examples non examples adalah model pembelajaran yang menggunakan media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong peserta didik untuk belajar berpikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan (Eko Budi Santoso (2010), www.ras- eko.com/2011/05/model-pembelajaran-example-non-example.html, diakses pada tanggal 22 Oktober 2013).

Langkah-langkah pembelajaran examples non examples menurut Agus Suprijono (2009: 125) adalah (a) guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran, (b) guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP atau Proyektor, (c) guru memberi petunjuk dan

(5)

memberi kesempatan pada peserta didik untuk memperhatikan atau menganalisis gambar, (d) melalui diskusi kelompok 2-3 orang peserta didik, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas, (e) tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya, (f) mulai dari komentar atau hasil diskusi peserta didik, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai, (f) simpulan.

Kelebihan examples non examples menurut Agus Suprijono (2009: 125) adalah (a) peserta didik lebih kritis dalam menganalisa gambar, (b) peserta didik mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar, (c) peserta didik diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya. Sedangkan kelemahan examples non examples menurut Agus Suprijono (2009: 125) adalah : (a) tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar, (b) memakan waktu yang lama.

Menurut Agus Suprijono (2009: 7) “Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.” Sedangkan menurut Juliah (dalam Asep Jihad dan Abdul Haris, 2009: 15)

“Hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik peserta didik sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya.” Sejalan dengan itu menurut Sudjana (dalam Asep Jihad dan Abdul Haris, 2009: 15) “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalamaman belajarnya.”

Menurut Asep Jihad dan Abdul Haris (2009: 1) “Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan dan jenjang pendidikan, hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar peserta didik di sekolah dan lingkungan sekitarnya. Sedangkan menurut Vesta dan Thompson (dalam Hamdani, 2010: 21) “Belajar adalah perilaku yang muncul karena pengalaman.”

Sejalan dengan itu Crow and Crow (dalam Hamdani: 2010: 21) “Belajar adalah upaya pemerolehan kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap baru.”

Menurut Hamalik (dalam Asep Jihad dan Abdul Haris, 2009: 15) menyatakan bahwa, “Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukan bahwa peserta didik telah melakukan perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik.”

Menurut Darsono (dalam Hamdani, 2010: 22) ciri-ciri belajar dibagi menjadi 4 ciri yaitu (a) belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan, (b) belajar merupakan pengalaman sendiri, tidak dapat diwakilkan kepada orang lain, (c) belajar merupakan proses interaksi antara individu dengan lingkungannya, dan (d) belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar.

Menurut Slameto (2010, 54-71) terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu (a) Faktor-faktor Intern, faktor-faktor yang berasal dalam diri peserta didik itu sendiri. Adapun faktor internal yang dimaksud adalah faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Faktor Ekstern adalah segala faktor yang ada di luar diri peserta didik yang memberi pengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar yang dicapai peserta didik. Adapun faktor- faktor ekstern yang dimaksud adalah faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

(6)

Menurut Suherman ( dalam Asep Jihad dan Abdul Haris, 2009: 11)

“Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh peserta didik, mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran.

Kedua aspek ini berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru dengan peserta didik, serta antara peserta didik dengan peserta didik disaat pembelajaran sedang berlangsung.”

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang penting, dan wajib dipelajari oleh peserta didik sejak dini dengan tidak mengabaikan mata pelajaran yang lain. Mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial peserta didik akan dibekali bagaimana cara bersosialisasi dan bertindak didalam lingkungan masyarakat dengan baik, serta dapat memecahkan masalah-masalah pribadi maupun masalah-masalah sosial sosial. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari agama, suku, ras, kebudayaan dan bahasa yang beragam dan berasal dari daerah yang memiliki letak geografis yang berbeda-beda, dalam Ilmu Pengetahuan Sosial semua itu akan dipelajari. Oleh karena itulah mengapa Ilmu Pengetahuan Sosial menjadi sangat penting. Menurut Sardijo, dkk (2008:

1.27) “Ilmu Pengetahuan Sosial adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, dan menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat ditinjau dari berbagai aspek kehidupan secara terpadu.”

Tujuan dari mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar menurut Sardijo, dkk (2008: 1.28) adalah (a) membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupannya kelak di masyarakat, (b) membekali peserta didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat, (c) membekali peserta didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian, (d) membekali peserta didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut, dan (e) membekali peserta didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan Ilmu Pengetahuan Sosial sesuai dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Menurut Sardijo, dkk (2008: 1.27) “Ruang lingkup mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah hal-hal yang berkenaan dengan manusia dan kehidupannya meliputi semua aspek kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat.”

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

Alasan pada penelitian ini digunakan metode eksperimen karena akan menerapkan suatu model dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples, serta menganalisis keberhasilan belajar peserta didik dengan membandingkan hasil belajar peserta didik antara yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples, dan yang tidak menggunakan model pembelajaran

(7)

kooperatif tipe examples non examples dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V Sekolah Dasar Negeri 17 Pontianak Kota .Bentuk penelitian yang digunakan termasuk penelitian eksperimen semu (Quaisy Experiment) karena tidak mungkin sepenuhnya mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Rancangan eksperimen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah nonrandomized control group pretest-posttest design.

Sugiyono (2013: 80) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 17 Pontianak Kota yang berjumlah 105 peserta didik. Menurut Sugiyono (2013: 81),

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VA yang berjumlah 36 peserta didik dan VB berjumlah 36 peserta didik.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi langsung dan teknik pengukuran. Hadari Nawawi (2012: 100) menyatakan

“Teknik observasi langsung adalah cara mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamatan dan gejala-gejala yang tampak pada obyek penelitian yang pelaksanaannya langsung pada tempat di mana suatu peristiwa, keadaan atau situasi sedang terjadi.”, alasan menggunakan teknik observasi langsung dalam pengumpulan data adalah sebagai data pendukung dimana guru mengamati peneliti dan kegiatan peserta didik selama pembelajaran berlangsung berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Sedangkan (Hadari Nawawi, 2012: 101) “Teknik pengukuran adalah cara mengumpulkan data yang bersifat kuantitatif untuk mengetahui tingkat atau derajat aspek tertentu dibandingkan dengan norma tertentu pula sebagai satuan ukur yang relevan.”, alasan menggunakan teknik pengukuran dalam pengumpulan data karena data yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif berupa nilai rata-rata hasil belajar peserta didik yang diperoleh dari hasil tes.

Alat pengumpulan data yang dalam penelitian ini yaitu lembar pengamatan dan tes. Alat pengumpul data berupa lembar pengamatan ini digunakan pada teknik observasi langsung pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples di kelas eksperimen, dan yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples di kelas kontrol. Sedangkan tes merupakan alat pengumpulan data yang digunakan pada teknik pengukuran. Hadari Nawawi (2012: 134) menyatakan,

“Dua jenis test yang sering dipergunakan sebagai alat pengukuran adalah tes lisan dan tes tertulis. Tes tertulis ini dibedakan dalam dua bentuk yaitu tes essay dan tes obyektif.” Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan, maka alat pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah jenis tes tertulis yaitu dalam bentuk tes essay berjumlah 10 soal .

Langkah-langkah dalam pengolahan data yang diperoleh dari tes hasil belajar dalam pembelajaran pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V Sekolah Dasar Negeri 17 Pontianak Kota dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut (1) menskor hasil pre-test dan post-test sesuai dengan kriteria penskoran seperti yang tercantum dalam kunci jawaban, (2) menghitung rata-rata (X) hasil

(8)

pre-test dan post-test dengan menggunakan rumus Me = . (Sugiyono, 2010:

54) , (3) menghitung standar deviasi SD = ∑ ( ) (Sugiyono, 2010: 58), (4) menguji normalitas dengan menggunakan rumus Chi-Kuadrat = ∑( ) (M.

Subana dan Sudrajat, 2011: 150), kemudian menguji homogenitas variansinya dengan rumus F = M. Subana dan Sudrajat (2011: 161), serta melakukan uji t apabila kedua kelas variansinya homogen, dengan menggunakan rumus t-test polled varian =

( ) ( ) (Sugiyono: 2010: 138), (5) menghitung besarnya pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples dengan menggunakan rumus effect size ES = (Leo Sutrisno, dkk, 2008: 4-9).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Penelitian ini melibatkan dua kelas dari Sekolah Dasar Negeri 17 Pontianak Kota yaitu kelas V A yang berjumlah 36 peserta didik dan kelas V B berjumlah 36 orang. Agar peneliti dapat mengetahui homogenitas atau tidaknya kedua kelas tersebut, maka diberikan pretest berupa tes essay berjumlah 10 soal pada setiap peserta didik. Berdasarkan hasil perhitungan, rata-rata hasil pretest kelas VA diperoleh sebesar 29,44 sedangkan rata-rata hasil pretest kelas V B diperoleh sebesar 30,78. Setelah dilakukan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji-t maka dapat diketahui bahwa peserta didik di kelas V A maupun V B memiliki kemampuan belajar Ilmu Pengetahuan Sosial yang relatif sama. Hasil analisis data pretest disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 1

Deskripsi Hasil Analisis Pretest

Keterangan V A V B

Rata-rata Nilai 29,44 30,78

Standar Deviasi 13,48 12,54

Varians 181,8254 157,3487

hitung 3,9004 3,3097

tabel 7,815 7,815

Setelah mengetahui bahwa kelas VA dan VB homogen, maka berdasarkan hasil pengundian yang menjadi kelas eksperimen adalah kelas VB sedangkan yang menjadi kelas kontrol adalah VA. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar pada materi persiapan kemerdekaan oleh BPUPKI, persiapan kemerdekaan oleh PPKI, dan tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial antara yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples dan yang tidak

(9)

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples, maka kedua kelas tersebut diberikan soal posttest sebanyak 10 soal essay. Setelah dilakukan perhitungan rata-rata hasil belajar kelas kontrol diperoleh sebesar 62,92 dan rata-rata hasil belajar kelas eksperimen diperoleh sebesar 83,11.

Hasil analisis data posttest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen sebagai berikut ini.

Tabel 2

Data Hasil Analisis Nilai Post-test Peserta Didik

Keterangan Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Rata-rata Nilai 62,92 83,11

Nilai Tertinggi 100 100

Nilai Terendah 13,33 40,00

Jumlah Peserta Didik Tuntas 14 28

Jumlah Peserta Didik Tidak Tuntas 22 8

Standar Deviasi 23,83 18,31

Varians 567,6786 335,3130

hitung 4,2966 6,635

tabel 7,815 9,488

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa kelas eksperimen peserta didik yang berhasil mencapai nilai ketuntasan sebanyak 28 peserta didik dari 8 peserta didik, dengan memperoleh nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 40,00. Sedangkan pada kelas kontrol peserta didik yang berhasil mencapai nilai ketuntasan 14 peserta didik dari 22 peserta didik, dengan memperoleh nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 13,33. Dari hasil pengujian normalitas dengan menggunakan rumus Chi- Kuadrat dengan taraf signifikan (α) = 5%, kedua kelas dapat dinyatakan berdistribusi normal, kelas eksperimen diperoleh hitung (4,2966) < tabel

(7,815), dan untuk kelas kontrol diperoleh hitung (6,635) < tabel (9,488).

Selanjutnya hasil dari pengujian homogenitas kedua kelas, dapat diketahui bahwa Fhitung(1,69) < Ftabel(1,72), sehingga kedua kelompok tersebut dinyatakan varians homogen. Untuk mengetahui perbedaan data hasil nilai posttest antara peserta didik di kelas eksperimen dengan kelas kontrol, maka dengan melakukan pengujian hipotesis menggunakan rumus t-test pooled varian diperoleh thitung

(5,0856 >t tabel (1,997). Sehingga dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan rata- rata hasil belajar peserta didik antara yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examplesdi kelas eksperimen dan yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples di kelas kontrol. Untuk mengetahui seberapa besarkah pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples terhadap hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V Sekolah Dasar Negeri 17 Pontianak, maka digunakan rumus Effect Size.

ES = x − x S

= 83,11 − 62,92 23,83

= 0,85 (tergolong tinggi)

(10)

Keterangan:

x = Nilai rata-rata kelompok percobaan x = Nilai rata-rata kelompok pembanding S = Simpangan baku kelompok pembanding

Berdasarkan dari perhitungan Effect Size yang diperoleh sebesar 0,85 dapat diklasifikasikan dalam kategori tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples memberikan pengaruh yang tinggi terhadap hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V Sekolah Dasar Negeri 17 Pontianak Kota.

Pembahasan

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data hasil belajar peserta didik sebelum dan sesudah melakukan kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V antara yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examplesdi kelas eksperimen dan yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples di kelas kontrol. Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran peserta didik diberikan soal pre-test yang berjumlah 10 soal esay untuk melihat pengetahuan awal peserta didik pada materi persiapan kemerdekaan oleh BPUPKI, persiapan kemerdekaan oleh PPKI, dan tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan.

Berdasarkan analisis data pre-test dan post-test diperoleh nilai rata-rata pre-test peserta didik kelas kontrol adalah 29,44 dan nilai rata-rata post-test peserta didik kelas kontrol adalah 62,92. Sedangkan nilai rata-rata post-test peserta didik kelas eksperimen adalah 30,78 dan nilai rata-rata post-test peserta didik kelas eksperimen adalah 83,11. Dengan demikian, hasil belajar peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples lebih tinggi dari pada hasil belajar peserta didik yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples, yakni sebesar 83,11 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples, dan sebesar 62,92 yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples. Namun pada keseluruhan hasil belajar peserta didik pada kelas kontrol dan kelas eksperimen mengalami peningkatan setelah diberikan perlakuan yang berbeda.

Berdasarkan analisis data yang diperoleh nilai standar deviasi pre-test kelas kontrol lebih besar dari pada kelas eksperimen, yakni sebesar 12,54 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples, dan sebesar 13,48 yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples. Hal ini berarti skor pre-test kelas kontrol lebih tersebar secara merata dibandingkan kelas eksperimen. Nilai standar deviasi post-test kelas kontrol lebih besar dari pada kelas eksperimen, yakni sebesar 18,31 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples, dan sebesar 23,83 yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples. Hal ini berarti skor post-test kelas kontrol lebih tersebar secara merata dibandingkan kelas eksperimen.

(11)

Berdasarkan hasil analisis data uji normalitas skor pre-test kelas kontrol (diperoleh sebesar 3,9004 dengan ( = 5% dan dk = 6 – 3 = 3) sebesar 7,815, sedangkan uji normalitas skor pre-test kelas eksperimen diperoleh sebesar 3,3097 dengan ( = 5% dan dk = 6 – 3 = 3) sebesar 7,815.

Karena < , maka data hasil pre-test kedua kelas berdistribusi normal. Karena hasil pre-test kedua kelas berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan menentukan homogenitas data pre-test.

Berdasarkan hasil analisis data uji homogenitas data pre-test diperoleh F sebesar 1,15 dan F (α = 5%) sebesar 1,72. Karena Karena

(1,15) < (1,72), maka data pre-test kedua kelompok dinyatakan homogen (tidak berbeda secara signifikan). Karena data pre-test tersebut homogen, dilanjutkan dengan uji hipotesis (uji-t). Berdasarkan perhitungan uji-t menggunakan rumus Polled varian diperoleh t sebesar 1,488 dan t (α = 5% dan dk = 36 + 36 – 2 = 70) sebesar 1,9967. Karena (0,2653) <

(1,9967), dengan demikian maka Ho diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil pre-test peserta didik di kelas kontrol dan di kelas eksperimen. Dengan kata lain antara peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai kemampuan relatif sama.

Setelah mengetahui tingkat pengetahuan awal di kedua kelas, maka selanjutnya di berikan perlakuan yang berbeda. Pada kelas kontrol dilakukan pembelajaran yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples, sedangkan pada kelas eksperimen dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples. Diakhir perlakuan, masing-masing kelas diberikan soal post-test untuk melihat apakah terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik setelah diberikan perlakuan yang berbeda.

Berdasarkan hasil analisis data uji normalitas skor post-test kelas kontrol diperoleh sebesar 4,2966 dengan ( = 5% dan dk = 6 – 3 = 3) sebesar 7,815,, sedangkan uji normalitas skor post-test kelas eksperimen diperoleh sebesar 6,635 dengan ( = 5% dan dk = 7 – 3 = 4) sebesar 9,488.

Karena < , maka data hasil post-test kedua kelas berdistribusi normal. Karena hasil post-test kedua kelas berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan menentukan homogenitas data pre-test.

Berdasarkan hasil analisis data uji homogenitas data post-test diperoleh F sebesar 1,69 dan F (α = 5%) sebesar 1,72. Karena (1,69) <

(1,72), maka data post-test kedua kelompok dinyatakan homogen (tidak berbeda secara signifikan). Karena data post-test tersebut homogen, dilanjutkan dengan uji hipotesis (uji-t). Berdasarkan hasil analisis data dengan perhitungan uji-t menggunakan rumus Polled varian (Lampiran 30, halaman 206), diperoleh t sebesar 5,0856 dan t (α = 5% dan dk = 36 + 36 – 2 = 70) sebesar 1,9967. Karena (5,0856) > (1,9967), dengan demikian maka Ha diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples dan yang tidak menggunakan model pembelajaran

(12)

kooperatif tipe examples non examples

Sosial kelas V Sekolah Dasar Negeri 17 Pontianak Kota.

Hasil pengolahan ni Keterangan

Rata-rata ( ) Standar Deviasi Uji Normalitas ( Uji homogenitas (F)

Uji Hipotesis (t) Berdasarkan ta

didik. Menunjukan bahwa terjadi peningkatan rata

didik pada kelas kontrol sebesar sebesar 33,48 dan peningkatan Standar Deviasi (SD) sebesar 10,35. Pada kelas eksperimen juga terjadi peningkatan rata

hasil belajar peserta didik sebesar 52,33 dan peningkatan Standar Devias sebesar 5,77. Sedangkan pada uji normalitas (

sebesar 3,9004 dan pada diperoleh sebesar 4,2966.

kelas eksperimen diperoleh

post-test kelas kontrol diperoleh homogenitas (F) varians data pre homogenitas (F) varians data post pengujian hipotesis (t) data pre pengujian hipotesis (t) data post

Hasil Tes Tertulis Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Dari grafik 1 terlihat adanya

didik pada kelas kontrol dan kelas eksperimen

rata-rata ( ) hasil belajar peserta didik sebesar 33,48.

eksperimen peningkat 29,44

62,92

Kelas Kontrol

examples non examples dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V Sekolah Dasar Negeri 17 Pontianak Kota.

Tabel 3

Hasil pengolahan nilai pre-test dan post-test peserta didik Kelas kontrol Kelas eksperimen Pre-test Post-test Pre-test

29,44 62,92 30,78

13,48 23,83 12,54

) 3,9004 4,2966 3,3097

Pre-test Post

(F) 1,15

0,2653 5,0856

Berdasarkan tabel 3 hasil pengolahan nilai pre-test dan post

didik. Menunjukan bahwa terjadi peningkatan rata-rata ( ) hasil belajar peserta didik pada kelas kontrol sebesar sebesar 33,48 dan peningkatan Standar Deviasi (SD) sebesar 10,35. Pada kelas eksperimen juga terjadi peningkatan rata

hasil belajar peserta didik sebesar 52,33 dan peningkatan Standar Devias

sebesar 5,77. Sedangkan pada uji normalitas ( ) pre-test kelas kontrol diperoleh sebesar 3,9004 dan pada uji normalitas ( ) post-test kelas kontrol

sebesar 4,2966. Selanjutnya pada uji normalitas (

kelas eksperimen diperoleh sebesar 3,3097 dan pada uji normalitas ( test kelas kontrol diperoleh sebesar 6,635. Sedangkan uji homogenitas (F) varians data pre-test diperoleh sebesar 1,15 dan uji mogenitas (F) varians data post-test diperoleh sebesar 1,69. Pada pengujian hipotesis (t) data pre-test diperoleh sebesar 0,2653 dan pada pengujian hipotesis (t) data post-test diperoleh sebesar 5,0856

Grafik 1

Hasil Tes Tertulis Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

terlihat adanya peningkatan rata-rata ( ) hasil belajar peserta kontrol dan kelas eksperimen. Pada kelas kontrol peningkat hasil belajar peserta didik sebesar 33,48. Sedangkan

peningkatan rata-rata ( ) hasil belajar peserta didik sebesar 52,33 30,78

83,11

Kelas Eksperimen

Pre-Test Post-Test

dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan

test peserta didik Kelas eksperimen

test Post-test

30,78 83,11

12,54 18,31

3,3097 6,635

Post-test 1,69 5,0856

test dan post-test peserta hasil belajar peserta didik pada kelas kontrol sebesar sebesar 33,48 dan peningkatan Standar Deviasi (SD) sebesar 10,35. Pada kelas eksperimen juga terjadi peningkatan rata-rata ( ) hasil belajar peserta didik sebesar 52,33 dan peningkatan Standar Deviasi (SD)

test kelas kontrol diperoleh test kelas kontrol Selanjutnya pada uji normalitas ( ) pre-test uji normalitas ( ) sebesar 6,635. Sedangkan uji sebesar 1,15 dan uji sebesar 1,69. Pada sebesar 0,2653 dan pada sebesar 5,0856.

Hasil Tes Tertulis Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

hasil belajar peserta . Pada kelas kontrol peningkatan Sedangkan kelas hasil belajar peserta didik sebesar 52,33

(13)

dengan selisih nilai rata-rata ( ) antara hasil belajar peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 18,85.

Besarnya pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples terhadap hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V Sekolah Dasar Negeri 17 Pontianak Kota, dapat dihitung dengan menggunakan rumus effect size. Dari hasil perhitungan effect size diperoleh ES sebesar 0,85 yang termasuk dalam kriteria tinggi. Berdasarkan perhitungan effect size tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples memberikan pengaruh (efek) yang tinggi terhadap hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas V Sekolah Dasar Negeri 17 Pontianak Kota.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 17 Pontianak Kota dan hasil analisis data yang diperoleh dari hasil pre-test dan post- test pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, maka yang menjadi kesimpulan umum adalah terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples terhadap hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V Sekolah Dasar Negeri 17 Pontianak Kota.

Simpulan masalah umum tersebut dapat ditarik dari simpulan sub masalah sebagai berikut. (1) rata-rata hasil belajar peserta didik kelas VA yang diajar tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples (kelas kontrol) dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah 62,92 dan standar deviasi sebesar 23,83, (2) rata-rata hasil belajar peserta didik kelas VB yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples (kelas eksperimen) dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah 83,11 dan standar deviasi sebesar 18,31, (3) dari hasil post-test kelas kontrol dan kelas eksperimen terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar peserta didik sebesar 20,19.

Kemudian berdasarkan pengujian hipotesis (uji-t) menggunakan rumus polled varian diperoleh t sebesar 5,0856 dan t (α = 5% dan dk = 70) sebesar 1,9967. Karena (5,0856) > (1,9967), dengan demikian maka Ha diterima. Jadi, dalam penelitian ini terdapat pengaruh hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V Sekolah Dasar Negeri 17 Pontianak Kota antara yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples dan yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples, (4) pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples terhadap hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V Sekolah Dasar Negeri 17 Pontianak Kota setelah dianalisa dengan menggunakan rumus Effect Size (ES) sebesar 0,85 dengan kategori tergolong tinggi.

Saran

Beberapa saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut, (1) hendaknya guru maupun calon guru dalam menggunakan

(14)

model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples dalam kegiatan pembelajaran juga menggunakan metode yang bervariasi selain diskusi kelompok misalnya metode penugasan, kemudian dalam penggunaan media selama kegiatan diskusi kelompok peserta didik diajarkan untuk belajar mengamati dan menganalisa agar peserta didik terlibat langsung dalam penggunaan media selama proses pembelajaran karena dapat meningkatkan hasil belajar dengan optimal, (2) hendaknya media-media yang terdapat di sekolah, terutama yang berhubungan dengan materi yang dibahas dapat digunakan serta dimanfaatkan oleh guru dan peserta didik di dalam kegiatan pembelajaran.

DAFTAR RUJUKAN

Agus Suprijono. (2009). Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM.

Surabaya: PT. Pustaka Pelajar.

Ahmad Samawi. (2007). Pendidikan Hak Asasi Manusia. Jakarta: Universitas Terbuka.

Asep Jihad dan Abdul Haris. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Eko Budi Santoso. (2010). (www.ras-eko.com/2011/05/model-pembelajaran- example-non-example.html diakses pada tanggal 22 Oktober 2013).

Hadari Nawawi. (2012). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:

Universitas Gajah Mada.

Hamdani. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Isjoni. (2012). Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok.

Bandung: Alfabeta.

Leo Sutrisno, dkk. (2008). Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional.

M. Subana dan Sudrajat. (2011). Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: CV.

Pustaka Setia.

Rusman. (2013). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sardijo, dkk. (2008). Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Slameto. (2010). Belajar & Faktor-faktor Yang Memepengaruhinya. Jakarta:

PT. Rineka Cipta.

(15)

Sugiyono. (2010). Statistik untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: CV. Alfabeta.

Referensi

Dokumen terkait

1) PPK-SKPD menerima SPP-LS yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran. 2) PPK-SKPD mencatat SPP-LS yang diterima ke dalam register SPP-LS. 3) PPK-SKPD memverifikasi kesahihan

Ho = βi = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dari variabel independen (ekspor, penerimaan.. pajak, dan nilai tukar) terhadap variabel

DAFTAR HADIR PESERTA

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Kebutuhan guru-guru PAUD akan inovasi model- model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran di Taman Kanak-kanak,

Non- maximum Suppression Double Thresholding Proses Otsu Edge Tracking Mulai Baca citra aras keabuan Selesai Citra Gradient magnitude Dapat nilai threshold roberts Citra biner

102 Modul Paket Keahlian Pemasaran - Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mempunyai fungsi korektif karena pembelajaran ini dilakukan dalam rangka perbaikan dalam

pernafasan melalui mulut, refluks esophagus , merokok, dan voice abuse (Mulder, 2009). Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa asap rokok dan merokok merupakan

Produk makanan dengan penambahan kalsium karbonat umumnya memiliki penerimaan panelis yang lebih rendah dari segi rasa dibanding dengan trikalsium fosfat (Gerstner,