LAPORAN KEGIATAN
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
PENYULUHAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF BERKELANJUTAN
MELALUI PEMANFAATAN BUAH MANGROVE
Oleh:
T.Said Raza’i, S.Pi, M.P 1002108203 (Ketua) Ir. Hj. Khodijah, M.Si. 10230469003 (Anggota)
Dana BOPTN Universitas Maritim Raja Ali Haji Tahun Anggaran 2013
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2013
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan hidayah dan rahmatNya kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang berjudul ”Penyuluhan Mata Pencaharian Alternatif Berkelanjutan Melalui Pemanfaatan Buah Mangrove di Desa Malangrapat Kabupaten Bintan Kepulauan Riau, dapat dilaksanakan dan terlaksana dengan baik. Kemudian shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW. Semoga kita mendapat safa’at dari beliau di akhirat kelak.
Pelaksanaan peyuluhan ini kami mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik Universitas Riau, instansi pemerintah dan masyarakat Desa Malangrapat Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan Kepulauan Riau.
Pada kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan terimakasih yang sebesarnya kepada :
1. Bapak Ketua Lembaga Pengabdian, Penelitian dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang yang memberikan kepercayaan dan kesempatan kepada kami untuk melaksanakan penyuluhan kepada masyarakat.
2. Bapak Kepala Desa Malangrapat Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan yang telah memberikan bantuan penggerakan peserta penyuluhan serta memfasilitasi tempat penyelenggaraan, sehingga peyuluhan ini terlaksana dengan baik.
3. Masyarakat dan peserta peyuluhan yang telah ikut dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini.
4. Semua pihak yang telah membantu di dalam penyelenggaraan penyuluhan ini.
Semoga bantuan yang diberikan tesebut akan mendapat pahala yang setimpal dari Allah SWT, Amin.
Pekanbaru, Desember 2013 Ketua Pelaksana,
T. Said Raza’i, S.Pi., MP
NIDN. 1002108203
RINGKASAN
Judul : Penyuluhan Mata Pencaharian Alternatif Berkelanjutan Melalui Pemanfaatan Buah Mangrove di Desa Malangrapat Kabupaten Bintan Kepulauan Riau
Ketua Pelaksana : T. Said Raza’i, S.Pi., MP Bidang Ilmu : Ilmu Kelautan dan Perikanan Waktu Pelaksanaan : 3 (Tiga) Bulan
Tujuan : Untuk memberikan penyuluhan mengenai pemanfaatan buah mangrove sebagai mata pencaharian alternatif dan berkelanjutan bagi rumah tangga nelayan di kawasan pesisir. Untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai fungsi hutan mangrove dan manfaatnya bagi peningkatan kesejahteraan.
Bentuk Kegiatan : Penyuluhan
Sasaran : Rumah Tangga Nelayan (Nelayan dan Wanita
Nelayan) di Desa Malangrapat Kabupaten Bintan
DAFTAR ISI
LEMBARAN PENGESAHAN ... I KATA PENGANTAR ... II RINGKASAN ... III DAFTAR ISI ... IV
I. ANALISIS SITUASI ... 1
II. PERMASALAHAN ... 5
III. TUJUAN ... 6
IV. SASARAN ... 6
V. PESERTA... 7
VI. TEMPAT DAN WAKTU... 7
VII. JADWAL PELAKSANAAN ... 7
VIII. HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ... 8
IX. ANALISIS ... 9
BAB I PENDAHULUAN
A. ANALISIS SITUASI
Kabupaten Bintan memiliki luas keseluruhan wilayahnya (daratan dan lautan) 88.038,5 km2 dengan luas daratan hanya 1.946,13 km 2 yang terdiri dari 10 kecamatan dan 51 desa. Kecamatan Gunung Kijang adalah salah satu kecamatan yang terdapat di kabupaten Bintan dan memiliki wilayah daratan yang terluas dibanding dengan kecamatan lainnya di Kabupaten Bintan yakni 503,1 km².
Kecamatan Gunung Kijang meliputi 3 desa dan 1 kelurahan, yaitu Desa Gunung Kijang, Teluk Bakau, Malang Rapat dan Kelurahan Kawal. Desa Malang Rapat berada di wilayah paling ujung sebelah utara Kecamatan Gunung Kijang. Luas wilayah desa Malang Rapat yaitu 771.225 Ha. Dari ujung ke ujung desa berjarak 17 km yang terdiri dari 8 RT dan 3 RW, dimana jarak ke ibu kota kecamatan yaitu 15 km, ke ibukota kabupaten 39 km, sedangkan jarak ke ibukota provinsi yaitu 48 km dengan kondisi jalan aspal dan lancar dengan pemandangan laut yang indah di sepanjang jalan desa (Monografi Desa Malangrapat, 2012).
Berdasarkan data tahun 2012 Jumlah penduduk Desa Malangrapat terdapat
563 KK dengan rincian penduduk yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 972
jiwa dan yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 838 jiwa, Berdasarkan status
perkawinan penduduk Desa Malangrapat lebih banyak yang berstatus sudah
menikah yaitu 947 jiwa atau 52,4%, sedangkan yang belum kawin yaitu 802 jiwa
atau 44,4%. Tingginya jumlah penduduk pada usia produktif merupakan suatu
potensi sumberdaya manusia yang bisa mendukung kemajuan dan keberlanjutan
pembangunan desa apabila diberdayakan secara maksimal. Namun disisi lain diketahui bahwa tingkat pendidikan penduduk Desa Malangrapat tergolong sangat rendah karena termasuk tingginya jumlah penduduk yang tidak tamat SD yaitu 46%, sedangkan yang tamat SD hanya 17%, bahkan terdapat penduduk yang masih buta huruf (1%). Hal ini perlu mendapat perhatian yang serius dari pemerintah setempat terutama dalam rangka menciptakan penghidupan yang berkelanjutan bagi masyarakat di Desa Malangrapat, karena tingkat pendidikan tersebut ikut berpengaruh terhadap pekerjaan penduduk dalam memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Ini terlihat dari pekerjaan utama sebagian besar rumah tangga yang terdapat di desa malangrapat yakni sebagai nelayan.
Kehidupan sosial ekonomi rumah tangga nelayan Desa malangrapat tidak
jauh berbeda dengan karakteristik rumah tangga nelayan di kawasan pesisir pada
umumnya dimana sebagian besar mereka masih tergolong dalam struktur sosial
ekonomi berskala kecil, berorientasi subsisten serta berteknologi sederhana serta .
memiliki keterbatasan pendapatan, pendidikan dan keterampilan sehingga mereka
terjerat dengan kemiskinan. Keuntungan-keuntungan ekonomi dari pemanfaatan
sumberdaya-sumberdaya pesisir (kelautan dan perikanan) yang terdapat disekitar
mereka lebih dinikmati oleh kelompok masyarakat tertentu yang memiliki modal
seperti pemilik-pemilik kapal dan pengusaha-pengusahan perikanan berskala
menengah keatas. Aktifitas sosial ekonomi kelas menengah ini dikhawatirkan akan
menimbulkan degradasi sumberdaya terutama bagi keberlanjutan mata pencaharian
rumah tangga miskin berskala kecil.
Karena itu untuk keberlanjutan mata pencaharian rumah tangga miskin di kawasan pesisir perlu dicari peluang-peluang mata pencaharian alternatif yang berkelanjutan tanpa merusak sumberdaya alam di sekitarnya. Konsep mata pencaharian berkelanjutan diawali dari keinginan pemberdayaan kapasitas orang- orang yang membutuhkan penghasilan saat sekarang dan kebutuhan sosial ekonomi masa yang akan datang dan memperkecil kerentanan mereka terhadap tekanan dan goncangan (Ashley & Carney, 1999). Sesuai dengan konsep tersebut maka sumberdaya alam yang terdapat di kawasan pesisir apabila bisa dimanfaatkan dan dikelola menggunakan prinsip-prinsip keberlanjutan maka diharapkan akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan rumah tangga miskin di sekitarnya selain juga memiliki mata pencaharian alternatif dan berkelanjutan.
Salah satu kekayaan sumberdaya alam yang terdapat di kawasan pesisir
adalah hutan mangrove. Indonesia memiliki potensi sumber daya bakau seluas 9,36
juta ha, dimana 3,7 juta ha tersebar di dalam kawasan hutan dan 5,66 juta ha di luar
kawasan hutan. Akan tetapi sebagian besar telah rusak, kerusakan ini sebagian
besar diakibatkan oleh ulah manusia, baik berupa konversi hutan bakau menjadi
pemanfaatan lain, misalnya menjadi pemukiman, industri, rekreasi, atau
kepentingan lainnya maupun pemanfaatan ekosistem hutan bakau sebagai sumber
penghidupan bagi masyarakat sekitarnya. Hutan bakau memberikan banyak
manfaat baik secara tidak langsung maupun secara langsung kepada kehidupan
manusia. Pemanfaatan hutan bakau yang dinilai bisa berkelanjutan dengan tetap
menjaga kelestarian lingkungan adalah dengan pemanfaatan buah mangrove,
karena ternyata dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa buah mangrove
memiliki potensi untuk diolah menjadi makanan dan minuman seperti dodol, kerupuk, sirup dan lain-lain.
Kabupaten Bintan memiliki potensi besar untuk pengembangan pemanfaatan buah mangrove tersebut, hal ini seiring dengan dukungan pemerintah setempat untuk menjaga dan mengembangkan penanaman mangrove melalui perda kabupaten Bintan no 2 tahun 2012 mengenai rencana tata ruang wilayah kabupaten Bintan Tahun 2011-2031 – bahkan Jepang tertarik menjadikan Bintan sebagai model pelestarian hutan mangrove yakni dengan menanam bakau di salah satu tambak udang milik kelompok tani di daerah ini 1 . Potensi mangrove di Kabupaten Bintan cenderung meningkat, hal ini dikarenakan adanya program Kebun Bibit Rakyat yang dialokasikan oleh Kementerian Kehutanan melalui Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Kepri, sejak tahun 2010 hingga sekarang, berupa pembibitan dan penanaman mangrove. Hutan mangrove di Kabupaten Bintan lebih kurang seluas 7.956 Ha yang berada di 10 kecamatan. Potensi mangrove yang cukup besar ini apabila diolah dengan baik, tidak mustahil akan dapat menjadi sumber pangan alternatif yang menjanjikan 2 .
Dengan demikian maka pemanfaatan buah mangrove merupakan salah satu mata pencaharian alternatif dan berkelanjutan bagi rumah tangga nelayan yang hidup di kawasan pesisir. Untuk itu perlu dilakukan penyuluhan terutama kepada wanita nelayan untuk menambah pengetahuan mengenai manfaat mangrove dan buahnya serta meningkatkan keterampilan dan membantu keluarga dalam upaya peningkatan kesejahteraan rumah tangga.
1
http://www.tribunnews.com/2013/02/03/jepang-jadikan-bintan-model-pelestarian-hutan-mangrove
2