• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDANGAN TEKNOLOGI INFORMASI KOMUNIKASI TERHADAP PEMBANGUNAN LINGKUNGAN BELAJAR SISWA DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN SAINS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PANDANGAN TEKNOLOGI INFORMASI KOMUNIKASI TERHADAP PEMBANGUNAN LINGKUNGAN BELAJAR SISWA DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN SAINS"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Dede Trie Kurniawan (1303396) Page 1

PANDANGAN TEKNOLOGI INFORMASI KOMUNIKASI TERHADAP PEMBANGUNAN LINGKUNGAN BELAJAR SISWA

DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN SAINS

Diajukan untuk mengikuti kompetisi artikel ilmiah

yang diselenggarakan oleh Forum Komunikasi Mahasiswa (FKM) Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

DISUSUN OLEH:

Dede Trie Kurniawan 1303396

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

2013

(2)

Dede Trie Kurniawan (1303396) Page 2

PANDANGAN TEKNOLOGI INFORMASI KOMUNIKASI TERHADAP PEMBANGUNAN LINGKUNGAN BELAJAR SISWA

DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN SAINS

Dede Trie Kurniawan

email: dhe3kurniawan@gmail.com

ABSTRAK

Penerapan teknologi komputer mendorong proses pembelajaran ke arah “individual learning”, di mana posisi guru bergeser dari instruktur tradisional ke arah mentor.

Dengan demikian maka perolehan pengetahuan siswa tidak lagi bersumber dari transfer ilmu oleh guru, melainkan melalui kegiatan membangun ilmu oleh siswa sendiri.

Mengembangkan media pembelajaran berbantuan komputer perlu memerhatikan beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam proses pengembangan ini di antaranya 1) Analisis dan seleksi fenomena, fakta atau informasi ilmu pengetahuan alam yang akan disajikan, 2) Target kemampuan yang diharapkan dicapai siswa lewat interaksinya dengan fenomena atau fakta tersebut, 3) Bagaimana kerangka urutan aktivitas mental yang akan dilakukan siswa untuk memaknai fakta, fenomena atau informasi yang tersaji. Dari uraian tersebut makalah ini mencoba mengungkap bagaimana teknologi informasi dan komunikasi membangun lingkungan belajar dalam implikasinya pada pendidikan ilmu pengetahuan alam.

Kata Kunci : Teknologi Informasi komunikasi, Lingkungan Belajar, Pendidikan IPA

PENDAHULUAN

Kecepatan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut perubahan cara dan strategi guru dalam mengajar. Guru tidak mungkin menjadi satu-satunya sumber belajar yang mampu menuangkan segala ilmu pengetahuan dan informasi bagi anak didik. Guru hendaknya membimbing siswa untuk menemukan data dan informasi sendiri serta mengolah dan mengembangkannya, oleh karena itu diperlukan adanya upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan mengubah peran guru sebagai pusat informasi (teacher centered) menjadi berperan sebagai fasilitator, mediator, dan teman yang memberikan kondisi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan. Karena itu dalam proses pembelajaran perlu juga dikembangkan cara-cara mengajar yang baru pula, di antaranya ialah cara mengajar dengan menggunakan komputer. Dengan bantuan komputer dapat diajarkan cara-cara mencari informasi baru,

(3)

Dede Trie Kurniawan (1303396) Page 3 yaitu dengan menyeleksi dan mengolah pertanyaan, sehingga terdapat jawaban terhadap suatu pertanyaan itu.

Penerapan teknologi komputer mendorong proses pembelajaran ke arah

“individual learning”, di mana posisi guru bergeser dari instruktur tradisional ke arah mentor. Selain itu, pembelajaran individu mendorong siswa ke arah belajar aktif, kreatif dan interaktif. Dengan demikian maka perolehan pengetahuan siswa tidak lagi bersumber dari transfer ilmu oleh guru, melainkan melalui kegiatan membangun ilmu oleh siswa sendiri. Keunggulan penggunaan komputer dalam pembelajaran didukung karena kemampuan komputer untuk menyajikan informasi dalam bentuk multimedia (teks, gambar, audio, video, animasi, simulasi); komputer dapat diprogram untuk melakukan perhitungan, memeriksa hasil tes, dan memberikan umpan balik. Selain itu, teknologi internet memungkinkan bahan ajar dapat diakses kapan saja, dimana saja dan oleh siapa saja yang terhubung dengan internet.

Dalam era serba digital ini, E-learning bagai primadona di dunia pendidikan. E- learning banyak dijumpai diterapkan di universitas. Dalam penerapannya di lapangan, tidak jarang ditemui kebingungan tentang fungsi dan bagaimana implementasi E- learning itu sendiri. E-learning banyak disalahpahami sebagai kegiatan “sekedar”

mengubah konten pembelajaran menjadi digital. Padahal, banyak metodologi yang dapat dosen terapkan sesuai dengan karakter bahan ajar yang akan disampaikan. Dengan metodologi E-learning yang tepat, dosen dapat meningkatkan kualitas pembelajarannya.

Pada akhirnya hal ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas personal mahasiswa, bahkan kelompok, hingga universitas.

Di Indonesia e-learning belum memiliki suatu standar layanan yang baku sehingga tidak jarang terdapat berbagai kesalahan persepsi dalam penyelenggaraan di lapangan, oleh karena itu perlu disusun suatu standar layanan penyelenggaraan e- learning yang tepat diterapkan oleh institusi perguruan tinggi.

Pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-learning tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Berbagai kritik seperti disampaikan para ahli, antara lain dapat disebutkan sebagai berikut: Kurangnya interaksi antara dosen dan mahasiswa atau

(4)

Dede Trie Kurniawan (1303396) Page 4 bahkan antar siswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar dan mengajar;

Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial; Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan; Berubahnya peran pendidik dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT;

Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal;

Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon ataupun komputer); Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki ketrampilan soal-soal internet; Kurangnya penguasaan bahasa komputer.

Mengembangkan media pembelajaran berbantuan komputer pada dasarnya serupa halnya mengembangkan media pembelajaran non-komputer. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam proses pengembangan ini di antaranya 1) analisis dan seleksi fenomena, fakta atau informasi ilmu pengetahuan alam yang akan disajikan, 2) target kemampuan yang diharapkan dicapai siswa lewat interaksinya dengan fenomena atau fakta tersebut, 3) bagaimana kerangka urutan aktivitas mental yang akan dilakukan siswa untuk memaknai fakta, fenomena atau informasi yang tersaji. Dari uraian tersebut makalah ini mencoba mengungkap bagaimana teknologi informasi dan komunikasi membangun lingkungan belajar dalam implikasinya pada pendidikan ilmu pengetahuan alam.

PEMBAHASAN

1. Definisi Konseptual Pembelajaran Berbasis TIK

Pembelajaran berbasis TIK adalah upaya memanfaatkan kemajuan TIK untuk mendukung proses pembelajaran. TIK berperan sebagai alat bantu bukan sebagai subyek utama. Dalam pembelajaran berbasis TIK, TIK berperan sebagai media penghubung untuk menyampaikan transfer ilmu pengetahuan dari pendidik kepada

(5)

Dede Trie Kurniawan (1303396) Page 5 peserta didik. Terdapat dua unsur penting dari proses transfer ilmu pengetahuan tersebut yaitu unsur media dan pesan yang disampaikan melalui media tersebut.

Pada sekolah yang baru merintis pembelajaran berbasis TIK, pembelajaran digambarkan sebagai proses tatap muka di dalam kelas dengan konten digital sebagai suplemen. Pada tahap ini guru sebagai penyampai materi. Konten digital yang disampaikan hanya bersifat tambahan sehingga tidak wajib disampaikan. Proses pembelajaran dibatasi oleh ruang dan waktu.

Pada tingkat yang lebih tinggi, pembelajaran berbasis TIK digambarkan sebagai proses pembelajaran tatap muka di dalam kelas dengan konten digital sebagai komplemen. Pada kondisi ini guru masih sebagai penyampai materi. Beberapa konten digital wajib disampaikan karena masuk ke dalam struktur kurikulum, sedangkan proses pembelajaran masih dibatasi ruang dan waktu.

Pada tingkatan berikutnya, pembelajaran berbasis TIK digambarkan sebagai proses pembelajaran yang telah mengintegrasikan kemajuan TIK ke dalam proses pembelajaran. Seluruh konten pembelajaran berbentuk digital, dan wajib disampaikan karena masuk ke dalam struktur kurikulum. Siswa dapat mengakses konten pembelajaran tanpa terbatas ruang dan waktu dan guru berperan sebagai tutor.

Pengelolaan pembelajaran tidak menggunakan TIK sehingga masih terdapat campur tangan pengelolaan pembelajaran secara manual.

Pada tingkatan paling tinggi, pembelajaran berbasis TIK digambarkan sebagai proses pembelajaran yang telah menyatu dengan kemajuan TIK (menyatu seperti infuse yang tidak dapat dibedakan lagi antara cairan infuse dengan darah). Pada kondisi ini, peserta didik melaksanakan pembelajaran secara mandiri dan online yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Guru dalam tingkatan ini berperan sebagai tutor. Pengelolaan pembelajaran menggunakan aplikasi LearningManagement System.

Gambar 1. Konseptual Pemebelajaran berbasis TIK

(6)

Dede Trie Kurniawan (1303396) Page 6 Dari gambaran di atas, secara konseptual, pembelajaran berbasis TIK didefinisikan sebagai pembelajaran tatap muka yang diperkaya dengan dukungan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang memfasilitasi pendidik sebagai penyampai materi maupun sebagai tutor menggunakan konten digital.

2.Teknologi Multimedia Interaktif dalam Pendidikan

Teknologi multimedia akhir-akhir ini menjadi salah satu bahan penelitian yang menarik dalam bidang pendidikan, karena multimedia merupakan salah satu teknologi terbaru dalam bidang komputer yang memiliki kemampuan untuk menjadikan media pembelajaran lebih lengkap. Multimedia merangkum berbagai media dalam satu software sehingga memudahkan guru untuk menyampaikan bahan pengajaran dan pelajar merasa dilibatkan dalam proses belajar mengajar karena multimedia memberi fasilitas untuk berlansungnya interaksi.

Multimedia merupakan gabungan antara berbagai media : teks, grafik, gambar, dan video (Bates 1995:183). Aneka media tersebut digabungkan menjadi satu satuan kerja yang akan menghasilkan suatu informasi yang memiliki nilai komunikasi yang sangat tinggi, artinya informasi tidak hanya dapat dilihat sebagai cetakan, melainkan juga dapat didengar, membentuk simulasi dan animasi yang dapat membangkitkan semangat dan memiliki nilai seni grafis yang tinggi dalam penyajiannya. Yeh et al.

(2001), dalam penelitiannya mendesain sebuah pembelajaran dengan menambahkan gambar dan suara dalam suatu software ternyata mampu diterima siswa dengan baik terbukti dengan tingginya respon siswa dalam proses belajar mengajar. Gambar berikut menunjukkan berbagai hal yang tergabung dalam konsep multimedia.

Gambar 2. Konsep multimedia (Munir, 2001:13)

Multimedia merupakan alat, metoda dan pendekatan yang digunakan untuk rnembantu menciptakan komunikasi yang lebih berkesan di antara guru dan pelajar selama

(7)

Dede Trie Kurniawan (1303396) Page 7 PBM. Selain itu, siswa yang terlibat dalam proses belajar melalui program multimedia bisa mempelajari ilmu yang ada di dalamnya sesuai dengan minat, bakat, kesukaan, keperluan, pengetahuan dan emosinya. Kemampuan multimedia memberi pengajaran secara individu (melalui sistem tutor) bukan berarti tidak ada pengajaran secara khusus dari guru, melainkan siswa memiliki kebebasan untuk belajar mandiri tanpa harus selalu didampingi guru. Pengajaran langsung dari guru tetap dilestarikan, dan program ini bisa lebih memudahkan pengajaran. Meskipun banyak diakui bahwa peran-peran guru dalam pendidikan tak tergantikan oleh komputer (Ali, 2004:13). Guru tidak perlu mengulangi penjelasannya jika siswa tidak paham, sebab program bisa dilihat berulang kali sampai siswa benar-benar memahaminya. Sedangkan bagi siswa, penggunaan multimedia dapat lebih memacu motivasi belajar, dapat memberikan penjelasan yang lebih lengkap terhadap suatu permasalahan, dan memudahkan untuk mengulang pelajaran. Oleh karena itu, kehadiran multimedia dalam proses belajar dapat dirasakan manfaatnya.

Suatu software multimedia yang dihasilkan sebaiknya menurut Sudjana & Rivai (2005:4-5), memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut :

1. Ketepatannya dengan tujuan pengajaran 2. Dukungan terhadap isi pelajaran

3. Kemudahan mengoperasikannya

4. Keterampilan guru dalam menggunakannya 5. Waktu yang tersedia

6. Sesuai dengan taraf berfikir siswa

Melalui penggunaan multimedia dalam pengajaran diharapkan dapat mempertinggi kualitas proses belajar mengajar yang pada akhirnya nanti dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Aplikasi Penunjang Pembelajaran Berbasis TIK

Aplikasi yang dimaksud dalam panduan ini adalah program komputer yang dirancang untuk menjalankan aturan dan tatakelola pembelajaran berbasis TIK yang dilaksanakan di sekolah. Aplikasi komputer tersebut sering disebut dengan nama Learning Management System (LMS).

Karakteristik dasar LMS adalah:

(8)

Dede Trie Kurniawan (1303396) Page 8 1. Memberikan layanan student self service, artinya seluruh warga belajar dalam pembelajaran berbasis TIK ini dapat melayani dirinya sendiri ketika ingin menjalani aktivitas belajar. Struktur kurikulum dan bahan ajar dapat diakses secara mandiri tanpa campur tangan dari pihak lain.

2. Memberikan layanan online learning, artinya seluruh bahan ajar yang disiapkan oleh pendidik dapat diakses oleh peserta didik secara online melalui jalur internet maupun intranet. Bahan ajar disajikan dalam bentuk course yang telah dipaket-paket sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

3. Memberikan layanan online assessment, artinya peserta didik yang telah melakukan pembelajaran secara online dapat mengetahui apakah dirinya telah menguasai materi pembelajaran onlinenya dengan cara mengikuti layanan assessment secara online.

4. Memberikan layanan collaborative learning, artinya aplikasi menyediakan layanan kolaborasi pembelajaran antara pendidik dengan pendidik, pendidik dan peserta didik, maupun antar peserta didik.

5. Menyediakan layanan training resources management, artinya menyediakan layanan pengelolaan sumber daya pelatihan secara terkomputerisasi.

Platform aplikasi LMS harus berbasis web supaya dapat diakses melalui berbagai macam platform sistem operasi yang dipasang di komputer client. LMS juga harus bersifat open system, maksudnya sistem tersebut dapat diintegrasikan dengan sistem lain.

Aplikasi dengan karakteristik di atas tidak difungsikan sebagai pengganti pelaksanaan pembelajaran tatap muka di dalam kelas. Walaupun layanan yang diberikan serupa, seluruh layanan aplikasi ini bersifat pengayaan atas materi pembelajaran tatap muka di dalam kelas.

Dari karakteristik dasar di atas, dapat dikembangkan fitur-fitur layanan aplikasi sebagai berikut:

1. Sharing material, konten pembelajaran yang dikembangkan pendidik dapat dengan mudah sampai ke tangan pendidik lain dan peserta didik.

2. Forum dan Chat, adalah fitur komunikasi antara pendidik dengan peserta didik.

Forum sifat komunikasinya tidak interaktif sedangkan chat bersifat interaktif.

(9)

Dede Trie Kurniawan (1303396) Page 9 3. Latihan soal, adalah fitur LMS yang memungkinkan peserta didik untuk

mengetahui tingkat pemahaman mereka atas bahan ajar yang dipelajari.

4. Recording Grades, adalah fitur aplikasi yang mampu melacak dan mengelola nilai peserta didik sesuai dengan konfigurasi yang dilakukan oleh pendidik.

5. Recording log, adalah fitur aplikasi untuk mereka log semua kegiatan peserta didik. Fitur-fitur lain dapat dikembangkan oleh masing-masing sekolah sepanjang tidak menyimpang dari karakteristik dasar Learning Management System.

Untuk memperoleh aplikasi LMS dengan karakteristik dan fitur yang dimaksud di atas, dapat dilakukan melalui beberapa cara.

1. Menggunakan aplikasi open source yang mudah didapat di internet. Saat ini cukup banyak aplikasi berlisensi GPL (General Public License) yang dibangun untuk Learning Management System. Perlu sedikit setting agar aplikasi open source ini menjadi Learning Management System yang handal. Kehandalan aplikasi open source LMS diwujudkan dalam bentuk aplikasi tambahan (plug in) yang sangat banyak dan memiliki komunitas yang telah menyebar di seluruh dunia.

2. Mengembangkan aplikasi dengan cara memesan kepada perusahaan pengembang (tailor made). Biasanya akan menghabiskan biaya yang sangat tinggi.

3. Membeli aplikasi LMS siap pakai yang banyak beredar di pasaran. Membeli aplikasi LMS siap pakai sering kali akan bermasalah ketika akan mengembangkan ke fitur-fitur baru. Biasanya pengembang tidak mau menambahkan fitur baru yang diinginkan sekolah.

Direkomendasikan agar sekolah memanfaatkan aplikasi open source yang mudah didapat di internet karena saat ini aplikasi yang beredar di internet sudah sangat memadai untuk layanan Learning Management System.

4. Tata Kelola Pembelajaran Berbasis TIK di sekolah

Tata Kelola yang dimaksud adalah tata kelola pembelajaran berbasis TIK dengan aturan dasar pengelolaan pembelajaran berbasis TIK yang ditetapkan oleh pihak manajemen sekolah. Aturan dasar tersebut meliputi: mekanisme pengaturan sistem,

(10)

Dede Trie Kurniawan (1303396) Page 10 mekanisme pengelolaan konten, mekanisme transaksi, dan mekanisme perawatan sistem.

Gambar 3. Sistem Pembelajaran TIK

Mekanisme pengaturan sistem dilakukan sekali pada saat awal sistem pembelajaran berbasis TIK diimplementasikan. Mekanisme pengelolaan konten dilakukan supaya tidak ada perselisihan mengenai siapa yang bertanggung jawab atas ketersediaan konten Learning Management System.

1. Konten digital dikembangkan oleh sekelompok pendidik dengan matapelajaran sejenis.

2. Konten digital dikelompokkan sesuai dengan SK/KD sesuai matapelajaran masing-masing.

3. Konten yang disepakati oleh seluruh pendidik dalam matapelajaran yang sama dijadikan bahan ajar standar yang akan dipasang di LMS.

4. Konten non standar yang bersifat pengayaan dapat dipasang oleh masing-masing pendidik.

5. Setiap saat pendidik melakukan update atas bahan ajar yang dianggap sudah tidak relevan lagi.

6. Konten tidak boleh dipasang di LMS mengatasnamakan pendidik secara perseorangan, tetapi mewakili salah satu matapelajaran yang diampu oleh pendidik tersebut.

(11)

Dede Trie Kurniawan (1303396) Page 11 7. Setiap pendidik suatu matapelajaran diharuskan membuat soal latihan yang disertai dengan penjelasan atas jawaban soal yang dikembangkan. Seluruh butir soal suatu matapelajran dikelola dalam bank soal.

Perawatan sistem dilakukan oleh beberapa pihak. Yang menyangkut infrastruktur dilakukan oleh administrator jaringan, yang menyangkut konten pembelajaran dilakukan oleh pendidik, sedangkan yang menyangkut perangkat keras dilakukan oleh teknisi komputer sekolah. Masing-masing entitas yang terlibat dalam perawatan sistem memiliki uraian tugas yang ditetapkan secara detil oleh sekolah.

5.Strategi Pengembangan E-Learning

Ketika berbicara tentang strategi pengembangan e-Learning, maka hakekatnya adalah sama saja dengan strategi pengembangan perangkat lunak. Hal ini karena e- Learning adalah juga merupakan suatu perangkat lunak. Dalam ilmu rekayasa perangkat lunak (software engineering), ada beberapa tahapan yang harus kita lalui pada saat mengembangkan sebuah perangkat lunak (Gambar 5).

Gambar 4. Tahapan Rekayasa Perangkat Lunak

Analisis kebutuhan merupakan hal yang terpenting dalam strategi pengembangan aplikasi e-Learning, karena sering dilupakan oleh para pengembang aplikasi.

Pengembang terobsesi untuk membuat aplikasi e-Learning terlengkap dan terbaik, padahal belum tentu sesuai dengan kebutuhan sebenarnya dari pengguna. Hasil dari proses analisis kebutuhan (requirements analysis) pengguna diterjemahkan sebagai fitur-fitur yang sebaiknya masuk dalam sistem e-Learning yang dikembangkan.

(12)

Dede Trie Kurniawan (1303396) Page 12

PENUTUP

Pemanfaatan pembelajaran TIK di sekolah merupakan salah satu upaya pemerintah dalam rangka mendayagunakan media teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Keberhasilan kegiatan ini sangat tergantung pada komitmen dari berbagai pihak (kepala sekolah, guru, orang tua murid, siswa, dll).

Untuk itu kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak terkait sangat diperlukan demi suksesnya pelaksanaan kegiatan.

Pelaksanaan pemanfaatan TIK untuk Sekolah Menengah Atas dilakukan dengan mekanisme yang berlaku, untuk itu prinsip-prinsip pelaksanaan kegiatan seperti transparansi, akuntabilitas, efesien, efektif dan tepat sasaran perlu diterapkan dengan sebaik-baiknya.

DAFTAR PUSTAKA

American Institute for Research. (2005). Computer-Assisted Instruction and

Science. [Online]. Tersedia: http://www.k8accesscenter.org/cbi-science.pdf . [April 2007].

Bates, A.W.T. (1995), Technology Open Learning and Distance Education, New York, TJ Press Ltd.

ComLabs USDI ITB. (2013). Modul Training Intensif. Bandung. ITB.

De-Jong, T. dan van-Joolingen, W. R. (2000). Scientific Discovery Learning with Computer Simulations of Conceptual Domains. [Online]. Tersedia:

http://tecfa.unige.ch/. [April 2007].

Dowd, S. B. dan Bower, R. (2002). Computer-based Instruction. [Online].

Tersedia: http://www.asrt.org/. [April 2007].

Kementrian Pendidikan Nasional (2011). Panduan Implementasi Pembelajaran berbasis TIK di sekolah menengah atas. Jakarta. Direktorat Pembinaan SMA.

Kurniawan, Dede Trie. (2012). Model pembelajaran berbasis masalah

berbantuan website interaktif pada konsep fluida statis untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa kelas XI. Bandung.

Tesis. UPI.

Oemar Hamalik. (1986). Komputerisasi Pendidikan Nasional. Bandung ; Mandar maju.

Oemar Hamalik. (1986). Media Pendidikan. Bandung : Alumni

Yeh Chuang, L, Huei Yang. C, Hong Yang, C. (2001). “Development and

Evaluation of A Life Sciences Multimedia Learning System”.

International Journal of The Computer , The Internet and Management . 9,1

Gambar

Gambar 2.  Konsep multimedia (Munir,  2001:13)
Gambar 3.  Sistem Pembelajaran TIK
Gambar 4. Tahapan Rekayasa Perangkat Lunak

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini kaitan penelitian ini dengan penelitian yang penulis lakukan adalah variabel-variabel yang mempengaruhi pergerakan penduduk dari perumahan, misalnya

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa biaya produksi (variabel independen) yang di keluarkan petani pepaya California di Kecamatan padang Sago Kabupaten

Hasil rata-rata kadar Brix pada perlakuan berbagai macam varietas akibat pengaruh efektifitas pemupukan pada berbagai umur pengamatan disajikan pada Tabel 6, dimana hasil

Kemudian untuk lebih memudahkan dalam proses mengembangkan karakter religius yang dihasilkan dari program pendidikan pesantren tersebut, pihak sekolah tentunya telah

Asam oksalat merupakan bahan kimia intermediat (bahan antara) dalam bahan pencampuran zat warna dalam industri tekstil dan cat,menetralkan kelebihan alkali pada

Untuk suatu bidang yang sejajar dengan salah satu sumbu kristalografi (bidang λ pada gambar di atas, adalah tegak lurus sumbu Z dan tidak memotong sumbu X dan Y sehingga

Penentuan factor-faktor yang mempengaruhi ojek onlinen dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process akan berfungsi sebagai pemilihan sarana transportasi ojek line

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Bharwana, et.al (2013) dan Hardianawati (2012) yang membuktikan bahwa kualitas pelayanan yang diukur melalui