4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman industri penghasil minyak masak, minyak industri, bahan baku industri dan bahan bakar. Produktivitas dari perkebunan kelapa sawit merupakan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan yang sudah lama terbengkalai dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Beberapa varietas unggul kelapa sawit yang umumnya banyak ditanam diantaranya dura, pisifera dan tenera (Lubis dan Agus W,2011).
2.2 Botani Dan Morfologi Kelapa Sawit
Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini dikembangkan oleh Carolus Linnaeus. Menurut Wahyuni (2007), tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Klas : Monocotyledonae Ordo : Palmales
Famili : Palmae Sub Famili : Cocoideae Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq
Varietas kelapa sawit dapat dibedakan berdasarkan ketebalan cangkang, varietas dura memiliki ketebalan cangkang 2-5 mm, sementara varietas tenera
1-2,5 mm, sedangkan varietas pisifera tidak memiliki cangkang. Lebih lengkapnya dapat melihat pada Tabel 2.1.
5
Tabel 2.1 Perbedaan Beberapa Varietas Berdasarkan Tabel Cangkang Dan Mesocarp Varietas Cangkang (mm) Pericarp (mm) Cangkang (% buah) Mesocarp (% buah) Inti (% buah) Dura 2-5 2-6 25-50 20-65 4-20 Tenera 1-2,5 3-10 3-20 60-90 3-15 Pisifera - 5-10 - 92-97 3-8 Sumber : Lubis, 2008.
Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang dan daun. Sedangkan bagian generatif yang merupakan alat perkembangbiakan terdiri dari bunga dan buah. Berikut ini akan diberikan penjelasan lebih lanjut tentang bagian vegetatif dan generatif tanaman kelapa sawit.
a. Akar
Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil yang tidak memiliki akar tunggang. Akar pertama yang muncul dari biji yang berkecambah disebut Radikula (bakal akar) dan Plumula (bakal batang). Selanjutnya akar ini akan mati dan kemudian disusul dengan sejumlah akar yang berasal dari pangkal batang. Akar ini disebut akar serabut atau radic adventicia. Berdasarkan diameter akar dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Diameter Akar Kelapa Sawit Nama akar Diameter (mm)
Primer 5-10
Skunder 2-4
Tersier 1-2
Kuarter 0,1-0,3
Sumber data : LPP, 2010
Akar primer tumbuh kebawah sampai kedalaman 1,5 m, Pertumbuhan kesamping akar ini sampai akar ini sampai kurang lebih 6 m dari pangkal pohon. Jumlah terbanyak terdapat pada jarak 2-2,5 m dari pohon dan pada kedalaman 20-25 cm. Akar yang paling aktif menyerap air dan unsur hara
6
adalah akar tertier dan kuarter yang berada pada kedalaman 0-60 cm dan jarak 2-2,5 m dari pangkal pohon (Wahyuni, 2007).
b. Batang
Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun, berbentuk seperti kubis dan enak dimakan (Sunarko, 2012). Dalam satu tahun pertama perkembangan batang lebih mengarah kesamping, diameter batang dapat mencapai 60 cm. Setelah itu mengarah ke atas, sehingga diameter batang hanya sekitar 40 cm, dan pertumbuhan meninggi berlangsung lebih cepat. Pohon kelapa sawit hanya memiliki satu titik terminal. Percabangan jarang sekali terjadi (Mangoensoekarjo dkk, 2008).
Kecepatan tumbuh 35-75 cm/tahun, sampai tanaman berumur 3 tahun batang belum terlihat karena masih terbungkus pelepah belum ditunas. Pada umur 25 tahun tinggi batang mencapai 13-18 m (BPM, 2010).
7
Tabel 2.3 Perkembangan Tinggi batang kelapa Sawit Berdasarkan Umur Umur (tahun) Tinggi (meter) Umur (tahun) Tinggi (meter)
3 1,6 15 10,0 4 2,2 16 10,5 5 2,6 17 11,0 6 3,8 18 11,3 7 4,5 19 11,5 8 5,4 20 11,9 9 5,7 21 12,2 10 6,7 22 12,4 11 7,5 23 13,0 12 8,4 24 13,3 13 8,9 25 14,0 14 9,8 Sumber data : PPKS, 2008. c. Daun
Tanaman kelapa sawit memiliki daun (frond) yang menyerupai bulu burung atau ayam. Di bagian pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam dan keras di kedua sisisnya. Anak-anak daun (foliage leaflet) tersusun berbaris dua sampai ke ujung daun. Di tengah-tengah setiap anak daun terbentuk lidi sebagai tulang daun.
Menurut Wahyuni (2007) tahap perkembangan daun pada tanaman kelapa Sawit dimulai dari Lanceolate: daun awal yang keluar pada masa pembibitan berupa helaian yang utuh, Bifurcate: bentuk daun dengan helaian daun sudah pecah tetapi bagian ujung belum terbuka. Pinnate: bentuk daun dengan helaian yang sudah membuka sempurna dengan arah anak daun keatas dan kebawah. Pada tanaman muda mengeluarkan 30 daun (umumnya disebut pelepah) per tahun dan pada tanaman tua antara 18-24 pelepah per tahun.
8
Kelapa sawit termasuk tumbuhan berumah satu (monoceous) yaitu dalam satu pohon terdapat bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan dan bunga betina berada pada rangkaian yang terpisah. Terkadang dijumpai bunga hermafrodit yaitu dalam satu rangkaian terdapat bunga jantan dan bunga betina (Wahyuni, 2007).
Bunga Jantan
Menurut Lubis (2008) Tandan bunga jantan (Infloressina) juga dibungkus oleh seludang bunga yang pecah jika akan anthesis seperti seperti bunga betina. Tiap tandan bunga 100-200 spikelet panjang spikelet 10-20 cm. Spikelet berisi 500-1500 bunga kecil yang akan menghasilkan tepung sari jutaan banyaknya. Tandan ini berbau amis (kas). Tiap tandan bunga jantan akan dapat menghasilkan tepung sari sebanyak 40-60 gr. Pada tanaman muda jumlah bunga jantan perpokok sedikit dibanding dengan tandan bunga betina dan perbandingan ini akan berubah sesuai peningkatan umur tanaman. Tersusun dari banyak tonjolan-tonjolan berbentuk seperti jari yang disebut spikelet, Jumlah spikelet 100-250, Panjang spikelet 12-20 cm. Kuntum bunga yang sangat kecil berwarna putih kekuningan. Bunga jantan ketika membuka berbau harum yang khas untuk memikat serangga penyerbuk (Elaedobius kemerunicus).
Bunga jantan masak dari arah pangkal ke ujung spikelet. Satu tandan bunga jantan menghasilkan tepung sari sebesar 25-50 g. Masa masak bunga jantan berlangsung 2-3 hari setelah warnanya menjadi keabu-abuan dan tidak berfungsi lagi. Dalam satu tahun jumlah bunga betina dan jantan adalah 15-25 pada tanaman muda dan 8-15 pada tanaman dewasa.
Bunga Betina
Tandan bunga betina terbungus dalam seludang (spadiks), panjangnya 24-45 cm, yang terdiri atas ribuan bunga yang tersusun secara spiral pada sumbu sentral. Bila bunga reseptif warnanya putih hingga kuning pucat, garis merah berkembang sepanjang tiga tingkat (lob) dari kepala putik (stigma), kemudian bunga-bunga berubah menjadi kemerah-merahan dan
9
akhirnya berwarna keungu-unguan setelah melewati masa reseptif. Tandan bunga betina yang terbungkus dalam seludang berserat dan terbuka sebaik bunga-bunga telah dewasa.
Pengaruh biologi bunga terhadap produktivitas adalah sebagai berikut: Sex Ratio
Susunan buah terdiri dari karangan bunga yang terdiri dari bunga jantan (Tepung sari) dan bunga betina (Putik). Namun ada juga tanaman kelapa sawit yang hanya memproduksi bunga jantan saja. Kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga tersebut keluar dari ketiak atau pangkal pelepah daun bagian dalam, bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat, kelapa sawit mengadakan penyerbukan bersilang (croospollination) artinya, bunga betina dari pohon yang satu di buahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainya dengan perantaran angin dan atau serangga penyerbuk.
Masa reseptif (masa putik menerima tepung sari) adalah 3 X 24 jam, setelah itu putik akan berwarna hitam dan mengering, jika selubung bunga (Spatha) bunga jantan baru terbuka akan tercium bau harum, tepung sarinya baru dan masih segar. Dalam keadaan alami tepung sari hanya dapat hidup (membuahi putik) selama 24 jam saja, tepung sari dapat bertahan 10 minggu apabila diawetkan dengan cara di oven dengan suhu konstan 60°C selama 24 jam. Tepung sari awetan biasanya digunakan dalam penyerbukan bantuan (Assisted pollination).
Perbandingan bunga betina dan bunga jantan (sex ratio) sangat di pengaruhi oleh pupuk dan air, jika tanaman kekurangan pupuk dan kekurangan air, bunga jantan akan lebih banyak keluar, produktivitas tanaman menjadi baik jika unsur hara dan air dapat tercukupi dan tersedia. Dalam jumlah yang cukup dan seimbang, kecukupan unsur hara dan air didasarkan pada analisis tanah, air dan daun sesuai dengan umur tanaman, sex ratio mulai terbentuk
10
24 bulan sebelum di panen, artinya, calon bunga (primordial) telah terbentuk dua tahun sebelum panen, karena itu, perencanaan produksi di hitung minimal tiga tahun sebelumnya, sehingga perencanaan pemupukan dapat di jadwalkan (Aditya, 2012).
Penyerbukan Bantuan
Bunga jantan dan bunga betina tanaman kelapa sawit letaknya terpisah. Karena itu, waktu masak bunga biasanya tidak bersamaan. Penyerbukan secara alami yang terjadi apabila tepung sari sampai ke kepala putik dengan bantuan angin atau serangga. Namun, hal tersebut biasanya kurang intensif sehingga jumlah buah yang dihasilkan relatif sedikit di setiap tandannya. Untuk memperoleh tandan dengan jumlah buah yang optimal, penyerbukan bantuan atau penyerbukan buatan (assisted pollination) perlu dilakukan. Penyerbukan buatan umumnya mulai dari enam bulan sebelum panen perdana. Selanjutnya, diteruskan hingga umur tujuh tahun. Penyerbukan buatan tidak perlu dilaksanakan di semua lokasi penanaman. Jika rasio ketersediaan bunga jantan yang matang dan bunga betina yang siap serbuk (reseptif) sekitar 1 :7, penyerbukan bantuan tidak perlu dilakukan.
Penyerbukan bantuan sebenarnya sudah mulai ditinggalkan karena biayanya cukup mahal. Penyerbukan bantuan biasanya hanya selektif untuk tanaman yang pertumbuhannya terlambat. Saat ini, penyerbukan sudah dapat menggunakan serangga penyerbuk kelapa sawit. Serangga penyerbuk kelapa sawit (SPKS) adalah sejenis kumbang, yaitu kumbang Elaeidobius kamerunicus. Serangga penyerbuk kelapa sawit ini mulai
dikenalkan pada tahun 1983 oleh Puslitbun Marihat. Elaeidobius kamerunicus berukuran kecil dengan panjang 4 mm dan lebar
1,5 mm serta berwarna cokelat kehitaman. Peranan kumbang SPKS dalam penyerbukan kelapa sawit terjadi karena jenis kumbang ini tertarik pada bau bunga jantan. Mereka terbang mendekati, mengitari, dan hinggap di bunga jantan dan serbuk sari akan melekat di bunga betina yang sedang mekar (reseptif). Serbuk sari yang melekat di tubuhnya akan terlepas dan
11
menyerbuki bunga betina di tandan yang bersangkutan. Berdasarkan pengalaman di lapangan, penyerbukan dengan bantuan kumbang SPKS sangat efektif dan hasilnya baik sekali (Lubis dan Agus, 2011).
Fruit Set Kelapa Sawit
Fruit set (tatanan buah) adalah istilah yang sering digunakan dalam bidang kelapa sawit untuk menggambarkan perbandingan/rasio buah yang jadi (hasil dari penyerbukan) terhadap keseluruhan buah pada satu tandan termasuk buah yang partenokarpi/mantel. Buah yang jadi dicirikan dengan adanya inti buah (kernel) yang merupakan hasil akhir dari perkawinan polen (tepung sari) dari bunga jantan dengan sel telur di dalam bunga betina kelapa sawit, sedangkan buah partenokarpi tidak memiliki kernel. Buah yang jadi umumnya akan berkembang dan mempunyai daging buah (mesocarp) yang mengandung minyak. Buah partenokarpi cenderung tidak berkembang dan sangat sedikit mengandung minyak, walaupun terkadang dijumpai buah partenokarpi dengan daging yang tebal tetapi tidak mempunyai kernel namun berjumlah kurang dari 0,1 % per tandan.
Fruit set suatu tandan adalah 80%, artinya dalam satu tandan tersebut persentase buah yang jadi adalah 80% sedangkan buah yang partenokarpi adalah 20%. Fruit set yang baik pada tanaman kelapa sawit adalah diatas 75%. Semakin tingginilai fruit set, maka berat, kualitas dan ukuran tandan akan semakin meningkat, sedangkan ukuran buah semakin kecil. Persentase kernel/tandan, mesokarp buah/tandan ataupun minyak/tandan akan meningkat juga (Susanto dkk, 2007). Berat tandan buah tergantung pada jumlah spikelet, jumlah bunga per spikelet, fruit set, berat buah dan efisiensi penyerbukan.
e. Buah
Dibutuhkan waktu 5,5 bulan sejak penyerbukan untuk menjadi buah yang dewasa dan matang, sedikit berfluktuasi sesuai dengan variasi iklim. Iklim kering yang panjang biasanya memperlambat laju pemasakan. Jumlah buah rata-rata 1.600 buah per tandan. Ukuran dan bentuk buah bervariasi
12
menurut posisinya dalam tandan, bisa mencapai panjang 5 cm dan berat 30 gram.
Perkembangan jumlah tandan dan berat tandan berbanding terbalik. Semakin bertambah umur tanaman maka jumlah tandan yang dihasilkan semakin menurun. Akan tetapi, berat tandan yang dihasilkan semakin bertambah seiring dengan bertambahnya umur tanaman.
Kematangan buah masih dibedakan yaitu matang morfologis dimana buah telah sempurna bentuknya serta kandungan minyak sudah optimal. Matang pisiologis adalah kematangan buah yang sudah lebih lanjut yaitu telah siap untuk tumbuh dan berkembang biasanya 1 bulan sesudah matang morfologis (Lubis, 2008).
2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit tumbuh baik di tropik, dataran rendah yang panas dan lembab. Produktivitas tanaman menjadi lebih baik jika unsur hara dan air tersedia dalam jumlah yang cukup dan seimbang. Selain itu, tanaman kelapa sawit membutuhkan intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi untuk melakukan proses fotosintesis. Hal yang penting untuk pertumbuhan tanaman sawit adalah distribusi hujan yang merata. Temperatur yang optimum bagi kelapa sawit 240C-280C. Akan tetapi, kelapa sawit masih dapat tumbuh dengan baik pada temperatur terendah 180C dan temperatur
tertinggi 320C dengan kelembaban 80% dan penyinaran matahari 5-7 jam/hari. Kelembaban rata-rata yang tinggi akan merangsang
perkembangan penyakit. Kecepatan angin 5-6 km/jam, sangat baik untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan menyebabkan tanaman miring (Lubis, 2008).
2.3.1 Iklim
Tanaman kelapa sawit dibudidayakan, tumbuh dan berkembang baik pada daerah tropis yang beriklim basah (12o LU - 12o LS), dengan tipe iklim Af dan Am (koppen) maupun A, B, dan C (Schmidt & Ferguson) dengan
13
elevasi 0 – 600 m. Adapun persyaratan untuk tumbuh pada tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut :
Curah hujan ≥ 2.000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun dengan periode bulan kering (< 100 mm/bulan) tidak lebih dari 3 bulan.
Temperature siang hari rata-rata 29o
– 33o C dan malam hari 22o – 24o C.
Ketinggian tempat dari permukaan laut < 500 M dpl. Matahari bersinar sepanjang tahun, minimal 5 jam per hari. a. Curah Hujan
Curah hujan optimum rata-rata yang diperlukan tanaman kelapa sawit adalah 2000-2500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering (defisit air) yang berkepanjangan. Curah hujan yang merata dapat menurunkan penguapan dari tanah dan tanaman kelapa sawit. Namun yang terpenting tidak terjadi defisit air di atas 250 mm. Bila tanah dalam keadaan kering, akar tanaman sulit menyerap mineral dari dalam tanaman (Fauzi dkk, 2012).
Tabel 2.4 Klasifikasi Defisit Air Tahunan Pada Budidaya Kelapa Sawit
Defisit air Keterangan
0-150 Optimum
150-250 Masih sesuai (favourable)
250-350 Intermediär
350-400 Limit
400-500 Kritis (marginal)
>500 Tidak sesuai (unfavorable) Sumber : PPKS
Pengaruh curah hujan terhadap produktivitas kelapa sawit adalah Curah hujan berpengaruh nyata dalam meningkatan produksi TBS sedangkan hari hujan berpengaruh nyata terhadap penurunan produksi TBS pada tanaman kelapa sawit berumur 5 tahun di kebun Begerpang Estate PT.PP London Sumatra Indonesia, Tbk. Sedangkan curah hujan dan hari hujan berpengaruh tidak nyata terhadap peningkatan produksi TBS pada tanaman
14
kelapa sawit berumur 10 dan 15 tahun di kebun Begerpang Estate PT.PP London Sumatra Indonesia, Tbk.
b. Sinar Matahari
Tanaman kelapa sawit membutuhkan penyinaran matahari yang cukup, penyinaran yang cukup adalah lebih dari 1600 jam/tahun dengan rata-rata 5–7 jam/hari (Ferwerda, 1977). Tanaman kelapa sawit membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi untuk berfotosintesis, kecuali saat kondisi Juvenile saat pembibitan pre nursery. Sinar matahari di perlukan untuk memproduksi karbohidrat dan memacu pembentukan bunga dan buah. c. Suhu
Suhu optimum yang dibutuhkan agar tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik adalah 24-28 C, sementara itu, untuk produksi yang tinggi diperlukan suhu rata-rata tahunan antara 25-27 C. Meskipun demikian, tanaman masih bisa tumbuh pada suhu terendah yaitu 18 C dan tertinggi 32 C. Beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya suhu adalah lamanya penyinaran matahari dan ketinggian tempat. Suhu secara tidak langsung berpengaruh terhadap masa pembungaan dan proses kematangan buah. Tanaman kelapa sawit yang ditanam pada ketinggian tempat >500 mdpl akan berbunga lebih lambat satu tahun dibanding dengan yang di tanam pada dataran rendah.
d. Kelembaban Udara dan Angin
Kelembaban udara dan angin adalah faktor penting yang menunjang pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Kelembaban yang optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 80%. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelembaban udara adalah suhu, sinar matahari, curah hujan, dan evapotranspirasi. Kecepatan angin 5-6 km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan bunga kelapa sawit.
e. Ketinggian Tempat
Tanaman kelapa sawit masih dapat tumbuh dan berbuah sampai ketinggian 1000 m di atas permukaan laut, namun secara ekonomis tanaman kelapa sawit diusahakan pada daerah sampai ketinggian 400 m di atas permukaan
15
laut. Areal dengan ketinggian tempat lebih dari 400 m dpl tidak disarankan lagi untuk pengembangan kelapa sawit.
2.3.2 Tanah
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah diantaranya pedsolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial dan regosol. Namun, kemampuan produksi kelapa sawit pada masing-masing tanah tersebut tidak sama. Ada dua sifat utama tanah sebagai media tumbuh, yaitu sifat fisik dan sifat kimia tanah. Berikut data kriteria kesesuaian lahan untuk kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 2.5
16
Tabel 2.5 Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Kelapa Sawit NO. Karakteristik
Lahan
Sim- bol
Intensitas Faktor Pembatas
Tanpa (0) Ringan (1) Sedang (2) Berat (3)
1. Curah hujan (mm) H 1750-3000 1750-3000 >3000 1500-2500 <1250 2. Bulan kering (bln) K <1 1-2 2-3 >3 3. Ketingian di atas Permukaan laut (m) L 0-200 200-300 300-400 >400 4. Bentuk wilayah/ kemiringan lereng (%) W Datar berombak <8 Berombak Bergelom-bang 8-15 Bergelomba ng – berbukit 15-30 Berbukit bergunung 5. Bantuan dipermukaan dan didalam tanah (%-volume) B <3 3-15 15-40 >40 6. Kedalaman efektif (cm) S >100 100-75 75-50 <50 7. Tekstur T Lempung berdebu; lempung liat berpasir; lempung liat berdebu; lempung berliat Liat; liat berpasir, lempung berpasir, lempung Pasir berlempung ; debu Liat berat; pasir
8. Kelas drainase D Baik; Sedang
Agak terhambat, agak cepat Cepat; Terhambat Sangat cepat; sangat terhabat; tergenang 9. Keasaman tanah (pH) A 5,0-6,0 4,0-5,0 6,0-6,5 3,5-4,0 6,5-7,0 <3,5 >7,0 Sumber : Lubis (2008) : Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia
Kelas kesesuaian lahan (KKL) ditetapkan berdasarkan jumlah dan intensitas faktor pembatas. Kelas lahan dibagi menjadi dua yaitu sesuai (S) dan tidak sesuai (N). Kelas sesuai dibagi menjadi tiga sub kelas yaitu
17
sangat sesuai (S1), sesuai (S2), dan agak sesuai (S3), sedangkan kelas tidak sesuai dibagi menjadi dua yaitu tidak sesuai bersyarat (N1) dan tidak sesuai permanen (N2).
Setiap sub kelas terdiri dari satu atau lebih unit kesesuaian yang lebih menjelaskan tentang jumlah dan intensitas faktor pembatas. Segala tindakan pengolahan tanah tanaman harus didasarkan pada sifat atau penyebaran dari unit kesesuaian lahan tersebut. Contoh kelas, sub kelas, dan unit adalah sebagai berikut :
Kelas : S
Sub kelas : S3 Unit :S3-d2.a3
Tabel 2.6 Klasifikasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kelapa Sawit
Kelas Kesesuaian Lahan Kriteria
Kelas S1 (Sangat Sesuai) Unit lahan yang memiliki tidak lebih dari satu pembatas ringan (optimal)
Kelas S2 ( Sesuai)
Unit lahan yang memiliki lebih dari 2 pembatas ringan dan tidak memiliki lebih dari satu pembatas sedang.
Kelas 3 (Agak Sesuai)
Unit lahan yang meilkiki lebih dari satu pembatas sedang dan atau tidak memiliki lebih dari satu pembatas berat.
Kelas N1 (Tidak sesuai bersyarat) Unit lahan yang memiliki dua atau lebih pembatas berat yang masih dapat diperbaiki.
Kelas N2 (Tidak Sesuai Permanen)
Unit lahan yang memiliki banyak pembatas berat yang tidak dapat diperbaiki
18
Tiap kelas kesesuaian lahan dapat dikaitkan dengan produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit yang dapat dicapai.
a. Topografi
Tinggi rendahnya sebuah area merupakan karakteristik tanah yang penting karena menentukan kesesuaian untuk budidaya kelapa sawit. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, penurunan suhu dan penebalan kabut/awan akan semakin tinggi seiring bertambahnya ketinggian tempat. Karena alasan ini, budidaya kelapa sawit tidak direkomendasikan di wilayah dengan ketinggian >200 mdpl (di atas rata-rata permukaan laut), selain alasan rendahnya hasil yang akan diperoleh (S. Paramananthan 2011).
2.4 Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit
Umur ekonomis kelapa sawit yang dibudidayakan umumnya 25 tahun. Pada umur lebih 25 tahun tanaman sudah tinggi sehingga sulit dipanen, jumlah tandan buah juga sedikit sehingga tidak ekonomis lagi. Produktivitas tanaman dipengaruhi oleh umur tanaman. Pengelompokan tanaman berdasarkan umur tanaman dikelompokan menjadi empat bagian yaitu: 3-8 tahun : Tanaman Muda
9-13 tahun : Tanaman Remaja 14-20 tahun : Tanaman Dewasa > 20 tahun : Tanaman Tua
Tanaman kelapa sawit sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik. Kondisi iklim, tanah, dan bentuk wilayah merupakan faktor lingkungan utama yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan tanaman kelapa sawit, selain faktor lainnya seperti bahan tanaman dan perlakuan kultur teknis yang diberikan (Sulistyo dkk, 2010).
Potensi produksi tanaman kelapa sawit juga ditentukan oleh jumlah curah hujan setahun. Jika terjadi kemarau panjang akan menyebabkan gagalnya pembentukan bakal bunga 19-21 bulan berikutnya (abortus bunga) dan
19
keguguran buah 5-6 bulan berikutnya. Persentase potensi produksi sangat dipengaruhi oleh curah hujan hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.7
Tabel 2.7 Pengaruh Curah Hujan Terhadap Persentase Potensi Produksi Curah Hujan / Tahun (mm) Potensi Produksi (%)
>2500 100%
2500-2000 80%
2000-1500 70%
<1500 60%
20 Tabel 2.8 Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit
Umur (tahun)
Kelas S1 Kelas S2 Kelas S3
TBS JT RBT TBS JT RBT TBS JT RBT 3 9 22 3,2 7 18 3,0 7 17 3,0 4 15 9 6,0 14 18 6,0 12 17 5,0 5 18 19 7,5 16 17 7,0 14 16 7,0 6 21 16 10,0 18 15 9,4 17 15 8,5 7 26 16 12,5 23 15 11,8 22 15 11,1 8 30 15 15,1 26 15 13,2 25 15 13,0 9 31 14 17,0 28 13 16,5 26 13 15,5 10 31 13 18,5 28 12 17,5 26 12 16,0 11 31 12 19,6 28 12 18,5 26 12 17,0 12 31 12 20,5 28 11 19,5 26 11 18,5 13 31 11 21,1 28 11 20,0 26 10 20,0 14 30 10 22,5 27 10 21,8 25 10 20,0 15 28 9 23,0 26 9 23,1 24 9 21,0 16 27 8 24,5 25 8 23,1 24 8 22,0 17 26 8 25,0 25 8 24,1 22 7 23,0 18 25 7 26,0 24 7 25,2 21 7 24,0 19 24 7 27,5 22 7 26,4 20 6 25,0 20 23 6 28,5 22 6 27,8 19 5 27,0 21 22 6 29,0 22 6 28,6 18 5 27,0 22 20 5 30,0 19 5 29,4 17 5 28,0 23 19 5 30,5 18 5 30,1 16 4 39,0 24 18 4 31,9 17 4 31,0 15 4 30,0 25 17 4 32,4 16 4 32,0 14 4 34,0 Rata-rata 24 11 21 22 10 20 20 10 19 Sumber data : PPKS 2008
Keterangan : JT = Jumlah tandan/ph/thn, RBT = Rata-rata Berat Tandan (Kg)
TBS = Ton TBS/ha/thn
2.5 Ramalan Produksi
Ramalan produksi sangat penting dilakukan dan ketepatannya akan meningkatkan efisiensi dibidang pemakaian tenaga permanen, angkutan dan pelaksanaan tugas lainnya. Ramalan produksi dilakukan untuk satu tahun, 6
21
bulan, 1 bulan, seminggu dan harian. Untuk ramalan tahunan maka data – data berikut perlu diketahui :
Produksi 5 tahun terakhir
Umur atau komposisi umur tanaman
Iklim 2 tahun terakhir dan tahun mendatang (ramalan) Potensi bahan tanaman
Pelaksanaan pemupukan Pemeliharaan tanaman Kondisi atau topografi areal
2.5.1 Ramalan Harian
Untuk ramalan harian harus dilakukan di lapangan oleh Mandor panen satu hari sebelum panen yaitu dengan menghitung angka kerapatan panen (AKP) berupa penyebaran pokok yang memiliki tandan yang akan dapat dipanen esok harinya didasarkan kriteria panen yang telah ditentukan (Lubis, 2008).
2.5.2 Ramalan Bulanan
Pada kelapa sawit telah diketahui adanya musim panen puncak yang berlangsung 2-3 bulan dalam setahun dan biasanya pada bulan panen puncak itu produksinya adalah 12-13% dari produksi setahun. Angka ini selalu dipakai untuk memperhitungkan kapasitas pabrik. Ramalan satu tahun ini kemudian didistribusikan pada bulan Januari-Desember, dan dikelompokkan antara semester 1 dan semester 2. Distribusi bulanan ini atau dikenal sebagai sebaran panen bulanan sangat penting sekali untuk penyusunan target produksi, perencanaan pembiayaan, pemakaian tenaga dan lain-lain. Bulan Januari merupakan bulan pendek karena dihitung hanya 20 hari kerja yaitu mulai tanggal 1-20 karena pembukuan biasanya ditutup tiap tanggal 21. Bulan Desember merupakan bulan terpanjang karena dihitung mulai tanggal 21 November sampai 31 Desember. Tanggal 15-20 Desember untuk peramalan produksi Januari-Juni. 15-30 Maret untuk peramalan produksi
22
April-September. 15-30 Juni untuk peramalan produksi Juli-Desember. 15-30 September untuk peramalan produksi Oktober-Maret (Lubis, 2008).
2.5.3 Ramalan Semester
Untuk menetapkan rencana produksi 6 bulan dilakukan dengan sensus bunga dan buah. Produksi TBS ditentukan oleh jumlah buah dan bunga yang dapat berkembang menjadi buah. Matang nya buah sejak seludang terbuka rata – rata 180 hari (6 bulan). Dengan menghitung jumlah bungadan tandan pada suatu saat dapat diramalkantingkat produksi TBS yang akan diperoleh selama 6 bulan mendatang. Sensus dilakukan dengan mengambil sampel secara random (yang mewakili) antara 150 - 200 pohon per blok. Waktu
pengamatan 2 kali setahun, biasanya pada bulan Desember (untuk rencana produksi semester I) dan pada bulan Juni (untuk rencana produksi semester II). Hasil perhitungan berupa jumlah
bunga dan tandan dikalikan dengan berat janjang rata- rata (BJR) akan didapat produksi selama 6 bulan. Pembagian produksi perbulannya didasarkan pada pembagian pola penyebaran produksi bulanan dan data minimal 5 tahun terakhir. Bila kebun tidak/belum memiliki data minimal 5 tahun terakhir dapat menggunakan data dari kebun sekitar yang sudah ada atau yang mendekati kelas wilayahnya. (Anonim, 1998).
2.5.4 Ramalan 1 Tahun
Penetapan target produksi tahunan didasarkan pada umur tanaman sesuai dengan kelas wilayahnya. Bagi kebun yang sudah memiliki data produksi beberapa tahun terakhir juga bias dijadikan dasar dalam menetapkan target produksi tahunan. Target produksi setahun kedepan harus sudah dibuat
sebelum dilaksanakan Rapim Administrasi tingkat AAN (bulan September). Dengan demikian Ka. Afdeling juga harus sudah
23
2.6 Faktor Penentu Produksi
Menurut Agus W (2011), kualitas bahan tanaman sangat mempengaruhi hasil atau produktivitas kelapa sawit dan produktivitas tanaman dipengaruhi oleh umur tanaman. Tanaman tua berumur lebih dari 15 tahun memiliki tandan yang lebih berat dibandingkan dengan tanaman yang muda. Untuk kelapa sawit yang berumur di atas 10 tahun, berat tandan rata-rata sama untuk setiap tahunnya. Faktor lain yang mempengaruhi potensi produksi tanaman kelapa sawit adalah gangguan hama dan penyakit. Berikut yang menjadi faktor penentu produksi adalah sebagai berikut:
2.6.1 Jenis Bahan Tanam
Varietas unggul kelapa sawit dihasilkan melalui program pemuliaan yang panjang, sistematis dan berkelanjutan. Penemuan cara pewarisan sifat ketebalan cangkang menjadi dasaruntuk penyusunan program perakitan bahan tanaman. Secara garis besar, program pemuliaan kelapa sawit memiliki tujuan utama untuk menghasilkan varietas kelapa sawit yang memiliki keunggulan dalam produksi CPO, dan keunggulan pada karakter-karakter sekunder, seperti kualitas minyak yang tinggi, toleran terhadap serangan hama dan penyakit, serta adaptif terhadap cekaman lingkungan. Beberapa pendekatan pemuliaan telah dilakukan, baik melalui metode pemuliaan klasik seperti program reciprocal recurrent selection dan K.vAvm&s, maupun melalui pendekatan non konvensional, seperti teknologi kultur jaringan, molecular breeding dan rekayasa genetik.
Program seleksi yang diterapkan di PPKS mengacu pada hasil pengamatan pengujian keturunan (projeni test). Metode seleksi yang digunakan adalah reciprocal recurrent selection (RRS) dengan fokus mengeksploitasi karakter- karakter yang diinginkan dari individu- individu terbaik. Setelah melalui tahapan pengujian projeni, tetua terbaik diseleksi untuk keperluan reproduksi benih komersial. Selain itu, tetua-tetua terbaik akan saling direkombinasikan untukmencari materi persilangan potensial yang akan digunakan pada siklus pemuliaan berikutnya. Penggunaan metode RRS
24
siklus pertama di PPKS dimulai tahun 1973. Sebanyak 410 persilangan dari 139 tetua Tenera/Pisifera yang berbeda disilangkan 161 tetua Dura. Pengujian dilakukan pada 1974 - 1985, dan menghasilkan 6 (enam) varietas kelapa sawit.Siklus kedua RRSdimulai sejak tahun 1986 dan direvisi pada tahun 1992. Dari hasil seleksi siklus kedua telah dihasilkan 4 (empat) varietas baru dari RRS siklus kedua ini, yakni varietas DxP Simalungun, DxP Langkat, DxP PPKS 540 dan DxP PPKS 718 yang mampu berproduksi sampai rata-rata 8-9 ton CPO/ha/tahun. Sementara itu, program pemuliaan berbasis seleksi famili telah menghasilkan dua varietas kelapa sawit, DxP SP1 dan DxP SP 2(PPKS,2009).
2.6.2 Umur Tanaman
Variabel umur tanaman berpengaruh nyata terhadap produktivitas tanaman
kelapa sawit dan memiliki nilai koefisien regresi yang negative sebesar -0.0048 yang berarti bahwa setiap bertambahnya 1 bulan umur
tanaman, produktivitas kelapa sawit akan menurun sebesar 0.0048 ton/ha dengan asumsi variabel lain dianggap konstan (ceteris paribus). Rataan umur tanaman kelapa sawit di Kebun Sei Air Hitam pada tahun 2012 adalah 17 tahun. Menurut Corley (2003) produktivitas tandan kelapa sawit meningkat dengan cepat dan mencapai maksimum pada umur tanaman 8-12 tahun, kemudian menurun secara perlahan-lahan sesuai dengan umur
tanaman yang semakin tua hingga umur ekonomis 25 tahun (Yohansah dan Lubis,2014).
2.6.3 Pemupukan
Salah satu tindakan perawatan tanaman yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman adalah pemupukan. Tujuan pemupukan adalah menambah unsur hara tanaman untuk tumbuhan dan perkembangan vegetatif, menyediakan kebutuhan hara bagi tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik dan mampu berpotensi secara maksimal. Dalam pelaksanaan pemupukan harus diperhatikan curah hujan, untuk menghindari
25
kehilangan unsur hara pupuk. Pupuk yang diberikan harus tepat waktu, tepat jenis, tepat dosis dan tepat cara aplikasinya.
Penaburan pupuk dengan menggunakan mangkok takaran yang telah dilubangi, dilakukan secara ditebar merata didalam piringan dengan jarak 1 m (Urea) dari batang pokok kelapa sawit atau setengah tajuk dari pelepah kelapa sawit. Pupuk urea diberikan pada tanaman yang sudah berumur maksimal 7 tahun (TM>3). Rotasi pemupukan dilakukan setiap semester atau setiap 6 bulan atau sesuai rekomendasi dari manajemen. Pupuk K (MOP) diberikan dengan cara tabur. Target yang harus dihabiskan oleh 1 HK adalah 10 sak atau setara dengan 500 kg (Hakim,2015).