A. Kajian Pustaka
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Indah (2010) menjelaskan adanya konflik antara manajemen selaku agen dengan memilik selaku principal. Principal ingin mengetahui segala informasi termasuk aktivitas manajemen, yang terkait dengan investasi atau dananya dalam perusahaan. Hal ini dilakukan dengan meminta laporan pertanggungjawaban pada agen (manajemen). Berdasarkan laporan tersebut principal menilai kinerja manajemen. Tetapi yang biasanya terjadi adalah kecenderungan manajemen untuk melakukan tindakan yang membuat laporannya terlihat baik, sehingga kinerjanya dianggap baik. Untuk menggurangi atau meminimalkan kecurangan yang dilakukan oleh manajemen dan membuat laporan keuangan yang dibuat manajemen lebih reliable (dapat diandalkan) diperlukan pengujian.
Teori Keagenan menjelaskan adanya konflik antara manajemen selaku agen dengan pemilik dana selaku principal dikarenakan terjadi asimetri informasi diantara keduanya. Manajemen mempunyai banyak informasi tentang perusahaan sedangkan principal tidak sehingga ketika principal ingin mengetahui segala informasi termasuk aktivitas manajemen yang terkait investasinya dalam perusahaan, hal ini dilakukan dengan meminta laporan
pertanggungjawaban pada agen (manajemen). Dengan demikian dibutuhkan pihak ketiga (auditor) untuk memahami konflik kepentingan yang muncul antara agen dan principal. Dimana principal selaku investor berkerjasama dan menandatangani kontrak kerja dengan agen aray manajemen perusahaan untuk menginvestasikan keuangan mereka. Dengan adanya auditor yang independen diharapkan tidak terjadi kecurangan dalam laporan keuangan yang dibuat manajemen. Sekaligus dapat mengevaluasi kinerja agen sehingga akan menghasilkan system informasi yang relavan yang berguna bagi pihak investor dalam mengambil keputusan rasional untuk investasi (Rahmawati 2013).
Berdasarkan hal tersebut principal melakukan pengujian yang dilakukan oleh pihak independen yaitu auditor independen untuk mengurangi atau meminimalkan kecurangan yang dilakukan oleh menejemen saat membuat laporan keuangan. Pengguna informasi laporan keuangan akan mempertimbangkan pendapat auditor sebelum menggunakan informasi tersebut sebagi dasar dalam pengambilan keputusan ekonomis. Keputusan ekonomis pengguna laporan auditor diantaranya adalah memberi kredit atau pinjaman, investasi, merger, akuisisi. Pengguna informasi laporan keuangan akan lebih mempercayai informasi yang disediakan oleh auditor yang kredibel. Jadi dengan adanya auditor yang independen diharapkan tidak terjadi kecurangan dalam laporan keuangan yang dibuat oleh menejemen.
2. Pengertian Audit
Menurut International Standard on Auditing (2015:81) mengemukakan bahwa auditing adalah proses menghimpun bukti agar auditor dapat menyimpulkan apakah laporan keuangan yang diauditnya, bebas dari (atau justru mengandung) salah saji yang material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun manipulasi, sehingga ia dapat merumuskan opini auditnya.
Salah satu pekerjaan auditor adalah melakukan audit yang tujuannya terdiri dari tindakan mencari keterangan tentang apa yang dilaksanakan dalam suatu entitas yang diperiksa membandingkan hasil dengan kriteria yang ditetapkan, serta menyetujui atau menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan perbaikan. Ada banyak pengertian yang diberikan oleh para ahli mengenai audit, salah satunya. Definisi menurut Mulyadi (2010) auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
Sedangkan menurut Arens et al (2015:2), auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.
Serta menurut Sukrisno (2012:4), suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematika oleh pihak independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
3. Jenis-Jenis Audit
Menurut Arens et al (2015 : 12) akuntan publik melakukan tiga jenis utama audit, yaitu Audit Operasional, Audit Ketaatan (Compliance Audit), Audit Laporan Keuangan (financial statement audit)
a. Audit operasional
Audit operasional mengevaluasi efisiensi dan efektivitas setiap bagian dari prosedur dan metode operasi organisasi. Pada akhir audit operasional, manajemen biasanya mengharapkan rekomendasi untuk memperbaiki operasi. Dalam audit operasional, review atau penelaahan yang dilakukan tidak terbatas pada akuntansi, tetapi dapat mencakup evaluasi atas struktur organisasi, operasi komputer, metode produksi, pemasaran, dan semua bidang lain dimana auditor menguasainya. b. Audit ketaatan (compliance audit)
Audit ketaatan (compliance audit) dilaksanakan untuk menentukan apakah pihak yang diaudit mengikuti prosedur, aturan, atau ketentuan tertentu yang ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi. Hasil dari audit ketaatan biasanya dilaporkan kepada manajemen, bukan kepada
pemakai luar, karena manajemen adalah kelompok utama yang berkepentingan dengan tingkat ketaatan terhadap prosedur dan peraturan yang digariskan.
c. Audit laporan keuangan (financial statement audit)
Audit laporan keuangan (financial statement audit) dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan (informasi yang diverifikasi) telah dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu. Biasanya, kriteria yang berlaku adalah standar akuntansi A.S atau internasional, walaupun auditor mungkin saja melakukan audit atas laporan keuangan yang disusun dengan menggunakan akuntansi dasar kas atau beberapa dasar lainnya yang cocok untuk organisasi tersebut. Dalam menentukan apakah laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar sesuai standar akuntansi, auditor mengumpulkan bukti untuk menetapkan apakah laporan keuangan itu mengandung kesalahan yang material atau salah saji lainnya.
Karena perusahaan semakin kompleks, tidak lagi cukup bagi auditor untuk hanya berfokus pada transaksi – transaksi akuntansi. Suatu pendekatan terpadu pada auditing memperhitungkan baik risiko salah saji maupun pengendalian operasi yang dimaksudkan untuk mencegah salah saji. Auditor juga harus memahami entitas dan lingkungannya secara mendalam.
4. Standar Audit
Standar Auditing adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan beserta interpretasinya.
Berikut adalah standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia dalam Standar Profesional Akuntan Publik SA Seksi 150 (2011:150.1-150.2):
a. Standar Umum
1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
b. Standar Pekerjaan Lapangan
1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik–baiknya dan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
c. Standar Pelaporan
1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.
2) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang, memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4) Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau sesuai asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka
alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal yang nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan audit harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit, jika ada dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor. 5. Tipe-Tipe Auditor
Menurut Mulyadi (2010) tipe-tipe auditor menjadi tiga, yaitu auditor independen, auditor pemerintah, dan auditor intern.
a. Auditor Independen
Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut terutama ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan seperti kreditur, investor, calon kreditur, calon investor, dan pemerintah. Auditor independen harus independen, tidak memihak kepada kliennya. Jasa yang memanfaatkan jasa auditor independen terutama adalah pihak selain kliennya. Oleh karena itu independensi auditor dalam melaksanakan keahliannya merupakan hal yang pokok, meskipun auditor tersebut dibayar oleh kliennya karena jasa yang diberikan tersebut.
b. Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor professional yang bekerja di intansi pemerintahan yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan unit-unit organisasi atau entitas pemerintahan atau penanggungjawaban keuangan yang ditunjukan kepada pemerintahan.
c. Auditor Intern
Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan baik perusahaan negeri maupun perusahaan swasta, yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh menejemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.
6. Jasa yang Diberikan dan Jasa Lainnya
Menurut Arrens (2015 : 7 - 12), terdapat beberapa jasa yang diberikan audit dan jasa lainnya, sebagai berikut:
1. Jasa Assurance
Jasa assurance adalah jasa professional independen yang meningkatkan kualitas informasi bagi para pengambil keputusan. Jasa semacam ini dianggap penting karena penyedia jasa assurance
bersifat independen dan dianggap tidak bisa berkenaan dengan informasi yang diperiksa.
2. Jasa Atestasi
Jasa Atestasi adalah jenis jasa assurance dimana KAP mengeluarkan laporan tentang reliabilitas suatu asersi yang disiapkan pihak lain. Jasa atestasi dibagi menjadi lima kategori, sebagai berikut:
1. Audit atas laporan keuangan historis.
2. Atestasi mengenai pengendalian internal atas pelaporan keuangan.
3. Telaah (review) laporan keuangan historis. 4. Jasa atestasi mengenai teknologi informasi.
5. Jasa atestasi lain yang dapat diterapkan pada berbagai permasalahan.
3. Jasa Assurance Lainnya
Sebagian besar jasa assurance lain yang diberikan akuntan publik tidak memenuhi definisi jasa atestasi, tetapi akuntan tetap harus independen dan harus memberikan kepastian tentang informasi yang digunakan oleh pengambil keputusan. Penugasan jasa assurance lain ini berfokus pada peningkatan mutu informasi bagi pengambil keputusan, sama seperti jasa atestasi. Kantor akuntan public (KAP) menghadapi ajang persaingan yang lebih luas dipasar jasa-jasa assurance lain ini. Audit dan beberapa jenis jasa atestasi
memang oleh peraturan dibatasi untuk akuntan yang berlisensi, tetapi pasar untuk bentuk assurance lainnya terbuka bagi pesaing non-akuntan.
4. Jasa-jasa Non-Assurance yang Diberikan Akuntan Publik
KAP melakukan jasa lain yang umumnya berada diluar lingkup jasa assurance.
Tiga contoh yang spesifik adalah: 1. Jasa akuntansi dan pembukaan. 2. Jasa pajak
3. Jasa konsultasi manajemen. 7. Kualitas Audit.
Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan para pemegang saham dengan menggunakan pihak luar untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan. Para pengguna laporan keuangan terutama para pemegang saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan yang telah dibuat oleh auditor mengenai pengesahan laporan keuangan suatu perusahaan.
De Angelo (1981) mendefinisikan Kualitas Audit sebagai kemungkinan
(joint probability) dimana seorang auditor akan menemukan dan melaporkan
pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi kliennya.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing dan standar
pengendalian mutu. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Kualitas Audit adalah :
a) Meningkatkan pendidikan profesionalnya,
b) Mempertahankan Independensi dalam sikap mental,
c) Dalam melaksanakan pekerjaan audit menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama,
d) Melakukan perencanaan pekerjaan audit dengan baik, e) Memahami struktur pengendalian intern klien dengan baik, f) Memperoleh bukti audit yang cukup dan kompeten,
g) Membuat laporan audit yang sesuai dengan kondisi klien atau sesuai dengan hasil temuan.
Para pengguna laporan keuangan terutama para pemegang saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan yang telah dibuat oleh auditor. Hal ini berarti auditor mempunyai peranan penting dalam pengesahan laporan keuangan suatu perusahaan. Oleh karena itu auditor harus menghasilkan audit yang berkualitas sehingga dapat mengurangi ketidakselarasan yang terjadi antara pihak manajemen dan pemilik. Namun sampai saat ini belum ada definisi yang pasti mengenai bagaimana dan apa kualitas hasil audit yang baik itu. Tidak mudah untuk menggambarkan dan mengukur kualitas hasil audit secara obyektif dengan beberapa indikator. Hal ini dikarenakan, kualitas hasil audit adalah sebuah konsep yang sulit dipahami dan kabur, sehingga kerap kali terdapat kesalahan dalam menentukan sifat dan
kualitasnya. Hal ini terbukti dari banyaknya penelitian yang menggunakan dimensi kualitas hasil audit dengan cara yang berbeda-beda
8. Kompetensi
Dalam setiap melakukan kegiatan audit, auditor akan menemukan adanya suatu kendala dalam menentukan waktu untuk mengeluarkan hasil audit yang akurat dan sesuai dengan aturan yang diterapkan. Secara general, kompetensi sendiri dapat dipahami sebagai sebuah kombinasi antara keterampilan (skill), atribut personal, dan pengetahuan (knowledge) yang tercermin melalui perilaku kinerja (job behavior) yang dapat diamati, diukur, dan dievaluasi. Dalam sejumlah literature, kompetensi sering dibedakan menjadi dua tipe, yakni soft competency atau jenis kompetensi yang berkaitan erat dengan kemampuan untuk mengelola proses pekerjaan, hubungan antar manusia serta membangun interaksi dengan orang lain.
Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk melaksanakan audit dengan benar (Rai, 2008 dalam Sukriah dkk., 2009). Dalam melakukan audit, seorang auditor harus memiliki mutu personal yang baik, pengetahuan yang memadai, serta keahlian khusus di bidangnya. Siti Rahayu dan Suhayati (2010) menyatakan bahwa kompetensi adalah Suatu kemampuan, keahlian (pendidikan dan pelatihan), dan berpengalaman dalam memahami kriteria dan dalam menentukan jumlah bahan bukti yang dibutuhkan untuk dapat mendukung kesimpulan yang akan diambilnya.
Sedangkan standar umum ketiga (SA seksi 230 dalam SPAP, 2011) menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit akan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Oleh karena itu, maka setiap auditor wajib memiliki kemahiran dan keahlian profesionalitas dalam melaksanakan tugasnya sebagai auditor.
9. Independensi
Menurut SA seksi 220 dalam SPAP (2011) menjelaskan, independen berarti dalam melaksanakan pekerjaan untuk kepentingan umum tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun dan tidak mudah dipengaruhi. Standar umum kedua SA seksi 220 dalam SPAP (2011) juga menyebutkan bahwa dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
Independensi dapat juga diartikan adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya (Mulyadi, 1998: 52 dalam Purba, 2009). Independensi akuntan publik juga merupakan salah satu karakter yang sangat penting untuk profesi akuntan publik dalam melaksakan pemeriksaan terhadap kliennya. Dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan publik memperoleh kepercayaan diri klien dan pemakai laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh klien. Klien dapat mempunyai kepentingan yang berbeda, bahwa mungkin bertentangan dengan kepentingan
pemakai laporan keuangan. Demikian pula, kepentingan pemakai laporan keuangan yang mungkin bebeda dengan pemakai yang lainnya. Oleh karena itu memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa, akuntan publik harus bersikap independen terhadap kepentingan klien para pemakai laporan keuangan, maupun terhadap kepentingan akuntan publik itu sendiri.
Dalam hal ini akuntan publik mempunyai kewajiban professional yang sangat besar kepada pemakai laporan keuangan, meskipun akuntan publik tersebut tidak mengetahui cara individual siapa sebenernya para pemakai laporan keuangan tersebut. Akuntan publik harus memenuhi kewajiban profesionalnya yaitu sikap independen, meskipun hal ini bertentangan atau mengingkari kehendak kliennnya dan dapat berakibat akuntan publik tidak digunakan kembali oleh kliennya. Independensi merupakan martabat profesi akuntan publik yang secara kesinambungan harus dipertahankan mengingat manfaat profesi akuntan publik tergantung kepada pengukuran yang luas terhadap pencapaian independensi secara berkesinambungan. Masyarakat menilai independensi akuntan publik biasanya tidak hanya perseorangan tetapi dari segi profesi akuntan publik secara keseluruhan. Jika masyarakat menilai seorang akuntan publik atau suatu kantor akuntan telah gagal mempertahankan independensinya, maka kemungkinan besar masyarakat menaruh kecurigaan terhadap independensi keseluruhan akuntan publik. Kecurigaan tersebut dapat berkibat hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan publik, khususnya dalam pemberian jasa pemeriksaan akuntan.
10. Etika Auditor
Etika (Etimologi) berasal dari kata Yunani adalah “Ethos”, yang berarti watak atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan dan menghindari hal-hal tindakan buruk.
Dalam auditing pemeriksaan akuntansi, etika merupakan peraturan-peraturan yang dirancang untuk mempertahankan suatu profesi pada tingkat yang bermartabat, mengarahkan anggota profesi dalam hubungannya satu dengan yang lain, dan memastikan kepada publik bahwa profesi akan mempertahankan tingkat kinerja yang tinggi ( Sunyoto 2015:39)
Kepercayaan masyarakat atas kualitas atau mutu pekerjaan profesi akan semakin tinggi jika profesi tersebut menetapkan standar pelaksanaan dari tatanan moral atau perbuatan yang tinggi terhadap seluruh anggotannya.
Menurut Dina dan Erna (2013) bahwa penerapan etika akuntan pubik berpengaruh terhadap kualitas audit. Akuntan publik juga harus mematuhi kode etik profesi yang mengatur perilaku akuntan publik dalam menjalankan profesinya baik dengan sesame anggota maupun dengan masyarakat umum.
Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etika Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan pengakuan profesi akan tanggungjawabnya kepada publik, pemakai jasa akuntan, dan rekan. Prinsip ini memandu anggota dalam
memenuhi tanggung jawab profesionalnya dan merupakan landasan dasar perilaku etika dan perilaku profesionalnya. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia sebagaimana ditetapkan dalam Kongres VII Ikatan Akuntan Publik Indonesia di Jakarta pada tahun 1998 terdiri dari :
1. Prinsip Etika 2. Aturan Etika 3. Interprestasi Etika 4. Tanya dan Jawab
Prinsip Etika memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika yang mengatur pelaksanaan pemberi jasa profesional oleh anggota. Prinsip Etika disahkan oleh Kongres dan berlaku bagi seluruh anggota, sedangkan aturan etika merupakan interprestasi yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk oleh himpunan yang telah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.
Kode etika ini dibuat bertujuan untuk mengatur hubungan antara : 1. Auditor dengan rekan sekerjanya.
2. Auditor dengan atasannya.
3. Auditor dengan auditan (objek pemeriksanya) 4. Auditor dengan masyarakat.
11. Peneliti Terdahulu
Penelitian Nungky Nurmalita Sari (2011) tentang pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas, Kompetensi dan Etika Auditor terhadap Kualitas Audit. Berdasarkan penelitian yang terdahulu, terdapat pengaruh positif antara variabel Kompetensi, Pengalaman Kerja, Etika dan Independensi. Semakin tinggi pula tingkat Kompetensi yang dimiliki auditor maka semakin tinggi pula tingkat auditor dalam menghasilkan Kualitas Audit yang akurat. Variabel Pengalaman Kerja menunjukkan bahwa semakin banyak pengalaman auditor melakukan kegiatan audit maka tingkat auditor dalam menghasilkan Kualitas Audit semakin akurat. Variabel Etika dan Independensi menunjukkan bahwa semakin tinggi auditor menjaga sikap tidak terpengaruh oleh pihak lain dalam mengambil keputusan maka semakin akurat tingkat Kualitas Audit yang dihasilkan.
Milos Jelic (2012) The Impact Of Ethics on Quality Audit Result. Standards and guidelines regarding quality audit ethics are very helpful to quality auditors in setting principles on how to cope with ethical temptation. However, it is up to the certification body to define own Code of Ethics that will diminish threats to the level defined in the organization policy.
Lauw Tjun Tjun et al (2012) Kompetensi Auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. sedangkan Independensi Auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit.
Nugraha M.E (2012) Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Profesionalisme terhadap Kualitas Audit. Variabel Independensi dan Profesionalisme tidak berpengaruh positif signifikan terhadap Kualitas Audit , sedangkan Kompetensi berpengaruh positif signifikan terhadap Kualitas Audit.
Penelitian Dina dan Erna (2013) Etika Auditor, Pengalaman, Pengetahuan, dan Perilaku Disfungsional secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap akualitas Audit. Pengujian secara parsial Etika Auditor, Pengetahuan memiliki pengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit, sedangkan Pengalaman, dan Perilaku Disfungsional mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap Kualitas Audit.
Penelitian yang dilakukan oleh Oklivia, dan Aan Marlinah (2014) Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Faktor-Faktor Dalam Diri Auditor Lainnya Terhadap Kualitas Audit . Bahwa pengalaman, obyektivitas, dan integritas berpengaruh terhadap kualitas audit sedangkan kompetensi, independensi, dan tekanan anggaran waktu tidak mempunyai pengaruh terhadap kualitas audit.
Andreani Hanjani dan Rahardja (2014) Etika Auditor, Pengalaman Auditor, Fee Audit dan Motivasi Auditor memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit.
Danang Febri dan Agus (2015) Independensi, Kompetensi, Integritas, Objektivitas, dan Pengalaman Kerja berpengaruh terhadap kualitas audit.
Dengan demikian maka, semakin tinggi Independensi, Kompetensi, Integritas, Objektivitas, dan Pengalaman Kerja, maka semakin tinggi atau semakin baik Kualitas Audit yang dihasilkan oleh auditor.
Table 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Hasil Penelitian 1. Nungky Nurmalita
sari (2011)
Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas, Kompetensi, dan Etika Auditor terhadap Kualitas Audit
Terdapat pengaruh positif antara variabel Kompetensi, Pengalaman Kerja, Etika, dan Independensi. Semakin tinggi tingkat Kompetensi yang dimiliki auditor maka semakin tinggi pula tingkat auditor dalam menghasilkan Kualitas Audit yang akurat.
2. Milos Jelic (2012) The Impact Of Ethics on Quality Audit Result
Standards and guidelines regarding quality audit ethics are very helpful to quality auditors in setting principles on how to cope with ethical temptation. However, it is up to the certification body to define own Code of Ethics that will diminish threats to the level defined in the organization policy.
3. Lauw Tjun Tjun et al (2012)
Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit
Kompetensi Auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. sedangkan Independensi Auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. 4. Nugraha M.E (2012) Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Profesionalisme terhadap Kualitas Audit.
Variabel Independensi dan Profesionalisme tidak berpengaruh positif signifikan terhadap Kualitas Audit, sedangkan Kompetensi berpengaruh positif signifikan terhadap Kualitas Audit
5. Dina dan Erna (2013)
Pengaruh Etika Auditor, Pengalaman, Pengetahuan, dan Perilaku Disfungsional terhadap Kualitas Audit
Etika Auditor, Pengalaman, Pengetahuan, dan Perilaku Disfungsional secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap akualitas Audit. Pengujian secara parsial Etika Auditor, Pengetahuan memiliki pengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit, sedangkan Pengalaman, dan Perilaku Disfungsional mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap Kualitas Audit.
6. Oklivia, dan Aan Marlinah (2014)
Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Faktor-Faktor Dalam Diri Auditor Lainnya Terhadap Kualitas Audit
pengalaman, obyektivitas, dan integritas berpengaruh terhadap kualitas audit sedangkan kompetensi, independensi, dan tekanan anggaran waktu tidak mempunyai pengaruh terhadap kualitas audit.
.7. Andreani Hanjani dan Rahardja (2014)
Pengaruh Etika Auditor, Pengalaman Auditor, Fee Audit dan Motivasi Auditor terhadap Kualitas Audit
Etika Auditor, Pengalaman Auditor, Fee Audit dan Motivasi Auditor memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit
8. Danang Febri dan Agus (2015)
Pengaruh Independensi, Kompetensi, Integritas, Objektivitas, dan Pengalan Kerja terhadap Kualitas Audit
Independensi, Kompetensi, Integritas, Objektivitas, dan Pengalaman Kerja berpengaruh terhadap kualitas audit. Dengan demikian maka, semakin tinggi Independensi, Kompetensi, Integritas, Objektivitas, dan Pengalaman Kerja, maka semakin tinggi atau semakin baik Kualitas Audit yang dihasilkan oleh auditor
B. Rerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah di definisikan sebagai masalah yang penting. Adapun masalah-masalah yang dianggap penting dalam penelitian ini adalah melihat dan meneliti pengaruh kompetensi, independensi, dan etika auditor terhadap kualitas audit.
Gambar 2.1
Skema Rerangka Pemikiran
Variabel Independen Variabel Dependen
Kompetensi (H1) Independensi (H2) Etika Auditor (H3) Kualitas Audit
C. Hipotesis
1. Pengaruh Kompetensi Terhadap Kualitas Audit
Kompetensi yang dibutuhkan dalam melakukan audit yaitu pengetahuan dan kemampuan. Auditor harus memiliki pengetahuan untuk memahami entitas yang diaudit, kemudian auditor harus memiliki kemampuan untuk bekerja sama dalam tim serta kemampuan dalam menganalisa permasalahan. Christiawan (2002) dan alim dkk, (2007) menyatakan bahwa semakin tinggi kompetensi auditor akan semakin baik kualitas hasil pemeriksaannya.
Menurut Nugraha (2012) kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit karena seorang auditor yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai akan lebih mudah memahami dan mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam dan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin kompleks dalam lingkungan audit klien.
Ha1 : Kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit.
2. Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Audit
Independensi adalah suatu sikap tidak mudah dipengaruhi, tidak memihak pada kepentingan siapapun, bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan tidak mempunyai kepentingsn dengan kliennya, baik itu manajemen perusahaan maupun pemimpin perusahaan (Standar Profesional Akuntan Publik, 2011)
Menurut penelitian Danang dan Agus (2015) menujukkan bahwa independensi berpengaruh terhadap kualitas audit, hal ini terjadi karena pada saat penyesunan program audit tidak ada pengaruh secara emosional dan keuangan dari pihak klien, serta tidak terdapat adanya campur tangan dari pimpinan untuk menentukan, mengeliminasi atau memodifikasi bagian-bagian yang akan diperiksa. Kemudian, saat pelaporan tidak terdapat intervensi dari pihak luar untuk mempengaruhi fakta yang dilaporkan. Auditor yang bertugas memang tidak memihak kepentingan siapapun, baik pihak manajemen maupun pemilik perusahaan, kreditur maupun pihak yang meletakkan kepercayaan atas laporan auditor.
Ha2: Independensi berpengaruh terhadap kualitas audit
3. Pengaruh Etika Auditor Terhadap Kualitas Audit
Etika secara umum didefinisikan sebagai perangkat prinsip dan moral atau nilai. Dalam pengertian sempit, etika berarti seperangkat nilai atau prinsip moral yang berfungsi sebagai panduan untuk berbuat, bertindak atau berperilaku. Menurut Munawir (1996) kode etik akuntan adalah sebagai suatu system prinsip-prinsip moral dan pelaksanaan aturan yang memberikan pedoman kepada akuntan dalam berhubungan dengan klien, masyarakat, dan akuntan lain sesama profesi. Standar etika diperlukan bagi profesi audit karena auditor memiliki posisi sebagai orang kepercayaan dan menghadapi kemungkinan benturan-benturan kepentingan. Etika profesional bagi praktik
akuntan di Indonesia ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan disebut dengan Kode Etik Akuntan Indonesia.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dina dan Erna (2013) etika auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Demikian pula dengan Fransiska Kovinna (2014) etika auditor berpengaruh terhadap kualitas audit.