• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS

4.1. Sejarah Singkat Bengkalis

Bengkalis berasal dari kata ‘Mengkal’ yang berarti sedih atau sebak dan ’Kalis’ yang berarti tabah, sabar dan tahan uji. Kata ini diambil dari ungkapan Raja Kecil kepada pembantu dan pengikutnya sewaktu Baginda sampai di Pulau Bengkalis ketika Beliau ingin merebut Kerajaan Johor. Beliau mengungkapkan “Mengkal rasanya hati ini karena tidak diakui sebagai Sultan yang memerintah negeri, namun tidak mengapalah, kita masih kalis dalam menerima keadaan ini”. Ungkapan Raja Kecil ini menjadi buah bibir penduduk bahwa Baginda sedang mengkal tapi masih kalis, yang akhirnya ungkapan tersebut menjadi ‘oh Baginda sedang mengkalis’. Dari ungkapan inilah pulau ini disebut Mengkalis yang akhirnya berubah menjadi Bengkalis.

Bengkalis bermula ketika Tuan Bujang alias Raja Kecil yang bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah mendarat di Bengkalis pada tahun 1722. Beliau disambut oleh Batin Senggoro dan Beberapa Batin pucuk suku ‘asli’ seperti Batin Merbau dan Batin Selat Tebing Tinggi. Berita bahwa Raja Kecil adalah pewaris Kerajaan Johor, menjadikan batin-batin mengusulkan agar Raja Kecil membangun Kerajaannya di Pulau Bengkalis. Melalui musyawarah disepakati bahwa pusat kerajaan didirikan didekat Sabak Aur yakni ditepi Sungai Buatan, salah satu anak sungai Siak. Pusat kerajaan didirikan pada tahun 1723. Kerajaan inilah kemudian berkembang menjadi Kerajaan Siak Sri Indra Pura, yang pernah

(2)

menguasai kawasan yang luas dipesisir pantai sumatera bagian utara dan tengah sampai ke perbatasan Aceh.

Pada tahun 1956, berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 dibentuklah Kabupaten Daerah Tingkat II Bengkalis, yang pada waktu itu masih berada dibawah Provinsi Sumatera Tengah dengan pusat pemerintahan berkedudukan di Sumatra Utara. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958, dibentuk Provinsi Daerah Tingkat I Riau dan Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten yang termasuk kedalam Provinsi Daerah Tingkat I Riau.

4.2. Kondisi Geografis Kabupaten Bengkalis

Kabupaten Bengkalis memiliki luas 11.481,77 KM2, dimana wilayahnya berada pada posisi 0o17’ LU – 0o30’ LU dan 100o52’BT – 102o BT. Batas-batas wilayah Kabupaten Bengkalis sebagai berikut:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Melaka (Malaysia), • Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Siak,

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Dumai, Kabupaten Rokan Hilir dan Kabupaten Rokan Hulu,

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Karimun (Provinsi Kepulauan Riau) dan Kabupaten Pelalawan.

Wilayah Kabupaten Bengkalis merupakan dataran rendah dengan rata-rata ketinggian antara 2 – 6,1 meter dari permukaan laut (dpl). Sebahagian besar tanahnya merupakan tanah organosol. Di Kabupaten Bengkalis ini terdapat 26 pulau, dimana pulau-pulau besar antara lain (i) Pulau Rupat yang mempunyai luas

(3)

1.524,85 km2, (ii) Pulau Tebing Tinggi yang mempunyai luas 1.436,93 km2, (iii) Pulau Bengkalis yang mempunyai luas 938,40 km2, (iv) Pulau Rangsang yang mempunyai luas 922,10 km2, (v) Pulau Padang dan (vi) Pulau Merbau yang mempunyai luas 1.348,91 km2.

Secara Administratif, Kabupaten Bengkalis terdiri dari 13 wilayah kecamatan yaitu (i) Kecamatan Bengkalis dengan wilayah seluas 514,00 km2, (ii) Kecamatan Bantan dengan wilayah seluas 424,40 km2, (iii) Kecamatan Bukit Batu dengan wilayah seluas 1.128,00 km2, (iv) Kecamatan Mandau dengan wilayah seluas 937,47 km2, (v) Kecamatan Merbau dengan wilayah seluas 1.348,91 km2, (vi) Kecamtan Rupat dengan wilayah seluas 1.524,85 km2, (vii) Kecamatan Tebing Tinggi dengan wilayah seluas 1.436,83 km2, (viii) Kecamatan Rangsang dengan wilayah seluas 922,10 km2, (ix) Kecamatan Rangsang Barat dengan wilayah seluas 241,60 km2, (x) Kecamatan Rupat Utara dengan wilayah seluas 626,50 km2, (xi) Kecamatan Tebing Tinggi Barat dengan wilayah seluas 586,83 km2, (xii) Kecamatan Pinggir dengan wilayah seluas 2.503,00 km2, dan (xiii) Kecamatan Siak Kecil dengan wilayah seluas 742,21 km2.

4.3. Penduduk dan Pola Nafkah

Kabupaten Bengkalis selain kaya sumberdaya alam juga memiliki kondisi alam yang spesifik yaitu memiliki tiga tipologi wilayah yang terdiri dari pulau-pulau dengan lautannya, pesisir pantai timur, dan daratan Sumatera. Keadaan yang spesifik ini berimplikasi kepada posisi sebaran wilayah dan penduduk yang terpencar-pencar. Ada penduduk yang hidup dipesisir pantai pada pulau-pulau, dan dalam beberapa komunitas tinggal pada desa-desa daratan. Pada saat ini Kabupaten Bengkalis terdiri dari 13 Kecamatan, 24 Kelurahan, 175 Desa, adapun

(4)

jumlah dan kepadatan penduduk yang ada di kecamatan, Kabupaten Bengkalis dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Bengkalis, Tahun 2005

Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan Penduduk jiwa/km² 1. Mandau 2. Pinggir 3. Bukit Batu 4. Siak Kecil 5. Rupat 6. Rupat Utara 7. Bengkalis 8. Bantan 9. Merbau 10. Rangsang 11. Rangsang Barat 12. Tebing Tinggi

13. Tebing Tinggi Barat

238.811 67.890 26.636 17.250 29.779 11.467 69.449 37.515 50.264 28.562 28.094 69.436 15.214 255 27 24 23 33 18 135 88 37 42 116 82 26 Sumber: Bengkalis – Riau In Strategic Asia (2007)

Bengkalis dikenal sebagai daerah dengan kondisi sosial budaya dan tatanan ekonomi yang terpolarisasi, hal ini disebabkan oleh kebijakan pada masa lalu, baik yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten dan pemerintah pusat, yang tidak menyentuh dan kurang memperhatikan trend perkembangan wilayah, khususnya masyarakat secara holistik, sehingga menimbulkan kesenjangan terutama dalam kebijakan perimbangan keuangan. kesenjangan antar daerah dan antar golongan pada akhirnya menimbulkan dampak serius semisal lemahnya basis pengembangan perekonomian masyarakat karena tidak adanya kegiatan ekonomi yang mampu menggeliatkan pembangunan daerah kedepan, dan berpengaruh bagi rendahnya income masyarakat, tertinggalnya pendidikan, dan minimnya sarana infrastruktur kesehatan dan perumahan rakyat, sehingga menimbulkan kantong-kantong kemiskinan. Hal ini disebabkan oleh karena

(5)

tingkat sumberdaya manusianya yang sangat rendah, indikasi ini terlihat masih rendahnya kemampuan penduduk lokal dalam memanfaatkan peluang kesempatan kerja dan kesempatan berusaha yang cendrung dimanfaatkan oleh pendatang.

255 27 24 23 33 18 135 88 37 42 116 82 26 0 50 100 150 200 250 300 M anda u P ing gi r Bu kit B atu S ia k Kec il Ru pat Ru pat Utar a Be ng ka lis Ba nt an Me rb au Ra ng sa ng Ra ng sa ng Ba rat Te bi ng Ti ngg i Te bi ng T ing gi B rt Ke pa da ta n ( ji w a /k m 2 )

Sumber : Bengkalis dalam Angka,

Gambar 6. Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Bengkalis, Tahun 2005

Perkembangan penduduk Kabupaten Bengkalis tersebar tidak merata dan dapat dilihat dari distribusi penduduk tiap kecamatan, dimana sebagian kecamatan mengalami pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi, karena masuknya penduduk dari daerah lain sedangkan di kecamatan lainnya hanya mengalami pertumbuhan alami. Hal ini juga dipengaruhi oleh letak geografis yang bertetangga dengan Negara Malaysia dan Singapura. Kepadatan penduduk pada tahun 2005 rata-rata sebesar 60 jiwa/km2 , meningkat menjadi menjadi 62 jiwa/km2 Tahun 2006. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa Kecamatan Mandau mempunyai kepadatan tertinggi dibandingkan kecamatan lainnya yaitu sebesar

(6)

255 jiwa/km2, diikuti oleh Kecamatan Bengkalis 135 jiwa/km2 dan Kecamatan Rangsang 116 jiwa/km2.

Pada Tahun 2006 penduduk Bengkalis meningkat 3,02 % menjadi 711.233 jiwa terdiri dari 364.560 (51,26 %) jiwa laki-laki dan 346.673 (48,74 %) jiwa perempuan. Bila diperhatikan sebaran penduduknya yang terpencar-pencar yaitu hidup dipesisir pantai pada pulau-pulau dan pada desa-desa daratan, yang sebagian besar kehidupan mereka berpenghasilan rendah, sumber pendapatannya kebanyakan sebagai petani lahan sempit, penggarap, buruh tani dan nelayan dengan peralatan yang sederhana, buruh industri khususnya perempuan baik dipedesaan maupun di perkotaan, karena tingkat pendidikan yang sangat rendah.

Masyarakat yang hidup di pesisir pantai bekerja sebagai nelayan, memiliki hasil tangkapan yang sangat minim, karena tidak memiliki alat tangkap yang memadai, hal ini diperburuk lagi bila cuaca yang tidak mendukung untuk melaut sehingga masyarakat mencari alternatif kerja yang lain.

Masalah kemiskinan juga timbul karena nelayan yang memiliki alat tangkap yang canggih, namun itu hanya bersifat sementara disebabkan alat-alat tersebut adalah milik para cukong, masyarakat harus membayar dengan hasil tangkapan ikan yang dihasilkan, besarnya pembayaran telah ditentukan oleh para tengkulak, sehingga nelayan merasa tertekan, belum lagi diperburuk dengan timbulnya konflik yang berkepanjangan dengan nelayan desa lain, selain karena nelayan desa tetangga memiliki alat tangkap yang canggih, konflik tersebut disebabkan juga oleh batas-batas wilayah tangkapan yang menjadi incaran dari masing-masing nelayan, yang dianggap sangat strategis.

(7)

Tabel 3. Kawasan Lintas Batas dan Komoditas Utama

No Kawasan Lintas Batas Komoditas

1. Kecamatan Bantan Ikan, kerajinan anyaman, kelapa, karet

2. Kecamatan Merbau Sagu, ikan, karet, kelapa 3. Kecamatan Rangsang Kelapa, ikan, buah-buahan 4. Kecamatan Rupat Sagu, ikan, kelapa, karet,

buah-buahan

5. Kecamatan Bukitbatu Karet, kelapa, kerajinan tenun Sumber : Bengkalis – Riau In Strategic Asia (2007)

Kemudian terdapat pula pola nafkah sebagian penduduk di Kabupaten Bengkalis yang tinggal dipesisir pantai, yang mengandalkan kehidupan dengan berdagang antar lintas batas (border trade) antara masyarakat Kabupaten Bengkalis dengan masyarakat Negara Malaysia. Sesungguhnya kehidupan seperti ini sudah sangat lama berlangsung bahkan sudah bersifat turun temurun, aktivitas masyarakat ini sudah menjadi semacam hubungan ekonomi, sosial budaya, antara masyarakat Bengkalis dengan masyarakat Malaysia yang tergolong perdagangan illegal, yang pada masa itu disebut ” Semokel ”. Mencermati itu, setelah melihat kondisi demikian maka Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Malaysia melegalkan hal tersebut dengan konsep perdagangan lintas batas, dengan wilayah dan komoditas sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.

Kemudian bila dilihat dari pola kehidupan/ pola nafkah dari sebagian petani yang hidup di pulau-pulau dan daratan pulau sumatra dan pulau-pulau terpencil pada umumnya masyarakat ini hidup berkelompok didesa-desa, masyarakat ini sebagian besar masih miskin disamping tingkat pengetahuan yang rendah, juga tidak memiliki lahan olahan sendiri, mereka hanya menjadi penggarap lahan dari milik orang lain didesa tersebut, serta menjadi buruh petani

(8)

karet dengan tingkat upah yang sangat minim, bagi masyarakat yang memiliki lahan pertanian namun itupun luasnya sangat terbatas dan tidak cukup untuk menafkahi keluarga, yang kadang-kadang dalam satu keluarga terdapat beberapa anggota keluarga.

Sementara kemiskinan terus bertambah dan tak terselesaikan di sebabkan karena mereka masih menanam sifat turun temurun yaitu rasa malas dalam berusaha, tidak mau/malas menggarap lahan-lahan tidur yang begitu luas, atau mereka lebih suka ikut sebagai buruh dari cukong-cukong kayu dan sebagai buruh industri, sebagai penebang hutan-hutan diareal yang ada, bekerja sebagai nelayan, dapat disebut bahwa masyarakat ini tidak memiliki pekerjaan tetap, adapun bantuan dari pemerintah, kebanyakan mereka jual kembali karena tidak memiliki pengetahuan untuk memanfaatkan alat tersebut, alih fungsi lahan, memperparah keadaan kemiskinan tersebut.

Kemiskinan juga timbul akibat adanya perubahan ekonomi makro,di tambah adanya krisis ekonomi menyebabkan timbulnya kenaikan harga bahan baku, tingginya harga saprodi maupun harga angkutan hasil produksi karena jauhnya kebun dengan letak pasar dan yang jelas keterasingan karena letak wilayah yang sulit untuk di jangkau dan terpencil, membuat harga-harga melambung tinggi dan tidak terjangkau oleh masyarakat miskin, disamping tingkat keterampilan yang rendah akibatnya kurang mampu memasarkan hasil-hasil pertanian, perikanan yang di hasil-hasilkan, dan kurangnya minat untuk mengembangkan hasil pertanian maupun perikanan yang diperoleh sebagai penganekaragaman produk.

(9)

Menyikapi keadaan tersebut Pemerintah Kabupaten Bengkalis senantiasa berusaha untuk mencari jalan keluar bagaimana perkembangan sektor Pertanian dan sektor-sektor lainnya yang menjadi tumpuan pendapatan masyarakat didaerah ini dan yang diharapkan, dapat menunjang sasaran pembangunan Kabupaten Bengkalis, sektor-sektor ini dapat menjadi daerah sentra pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan dan sektor kehutanan, disamping dapat mendorong peningkatan pendapatan regional dan akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk didaerah ini.

Sektor pertanian ini mempunyai peranan yang menunjang perekonomian dan kehidupan masyarakat, untuk itu perlu peningkatan volume produksi dan kualitas produk-produk pertanian agar dapat memantapkan stabilitas nasional dan regional serta pemerataan dan penyebaran pembangunan dengan menembus isolasi serta ketraditionalisme pertanian.

4.3.1. Sub Sektor Tanaman Pangan

Pada tahun 2004, luas panen tanaman pangan yang terdiri dari tanaman sagu dengan luas 41.674 Ha, padi sawah 10.615 ha, padi ladang 1.549 ha. Pada tahun 2005, luas panen tanaman padi sawah dan padi ladang meningkat masing-masingnya sebesar 0,46% dan 78,46%, sedangkan luas panen jagung mengalami penurunan 55,21%.

Produksi Tahun 2005 tanaman sagu mencapai 53.416 ton, padi ladang turun 0,09 % menjadi 2.306 ton, padi sawah naik menjadi 33,66 % menjadi 46.416 ton. Guna meningkatkan produktifitas tamanan pangan khususnya,dalam rangka menuju swa sembada pangan, perlu terus dikembangkan pembinaan dan

(10)

penyuluhan tentang upaya peningkatan produksi dan produktifitas kepada seluruh stakeholders.

Tabel 4. Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan Kabupaten Bengkalis 2004 - 2005

Luas Panen (ha) Produsi (ton) Jenis Tanaman Bahan Makanan 2004 2005 2004 2005 Padi Sawah 10.566 10.615 34.727 46.416 Padi Ladang 868 1.549 2.308 2.306 Jagung 96 43 222 235 Sagu 41.674 41.674 53.416 53.416 Ketela Pohon 293 293 3.120 3.051 Ketela Rambat 65 65 488 495 Kacang Tanah 38 38 36 75 Kedelai 2 1 2 2

Sumber : Laporan Tahunan Sosial Ekonomi Kabupaten Bengkalis, 2006

Kacang Hijau 4 4 4 4

4.3.2. Sub Sektor Perkebunan

Dari aspek geografis dan topografis kabupaten Bengkalis memiliki potensi unggulan komoditi perkebunan kelapa sawit, karet, kelapa, dan sagu, sekaligus berpotensi untuk pengembangan industri pengolahan hasil-hasil perkebunannya.

Peluang pengembangan komoditi perkebunan masih terbuka, untuk tanaman kelapa sawit seluas 70.000 ha, sedangkan luas tanam yang ada 100.000 ha. Perkebunan karet dengan luas tanam sekitar 51.304 ha dan perluasan baru 29.000 ha, lalu untuk perkebunan sagu 15.000 ha luas untuk mengembangkannya. Untuk perkebunan kelapa dalam luas tanamnya mencapai 50.828 ha, dan untuk tanaman kopi seluas 1.048 ha. Tahun 2005 terjadi penurunan luas tanam dengan rincian, tanaman karet turun sekitar 29,54 persen, tanaman kelapa sawit naik 7,14 persen, kelapa dalam naik 2,06 persen, dan tanaman kopi turun 13,32 persen. Sampai tahun 2005 perusahaan swasta yang beroperasi di kabupaten Bengkalis, sebanyak 14 buah perusahaan dengan luas 84.150 ha, dan tiga perusahaan besar

(11)

asing (PMA) dengan luas 24.420 ha serta perkebunan rakyat seluas 17.289 ha. Sejalan dengan menurunnya luas tanam tanaman perkebunan, mengakibatkan menurunnya produksi dari masing-masing komoditi tersebut, produksi tanaman karet turun sekitar 62,97 persen, kelapa sawit turun 92,98 persen kopi turun 1,21 persen, namun kelapa dalam naik sekitar 26,01 persen.

Tabel 5. Luas dan Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat di Kabupaten Bengkalis tahun 2003 – 2005

Luas (ha) Produksi (ton) Jenis Tanaman 2003 2004 2005 2003 2004 2005 Karet 58.162 72.809 51.304 229.110 246.672 91.336 Kelapa sawit 69.907 93.334 100.000 449.000 1.217.820 85.506 Kelapa/kopra 47.280 49.802 50.828 31.108 48.832 61.532 Kopi 1.037 1.029 1.048 264,8 265,2 262

Sumber : Laporan Tahunan Sosial Ekonomi Kabupaten Bengkalis, 2006

4.3.3. Sub Sektor Perikanan

Potensi sumberdaya ikan pada Tahun 2005 paling tinggi adalah penangkapan ikan laut dengan kapasitas 19.000 ton per tahun, diikuti dengan jenis penangkapan dengan keramba dengan produksi 608 keramba per tahun, 278 ha, untuk jenis penangkapan ikan kolam, dan 175 ha untuk penangkapan ikan melalui budidaya tambak. Untuk penangkapan ikan dan budidaya jaring apung tersebar diseluruh wilayah perairan Kabupaten Bengkalis.

Produksi perikanan mencapai produksi 99 ton/tahun, budidaya keramba menghasilkan produksi 9,00 ton/tahun, sedangkan budidaya kolam berproduksi sebanyak 150 ton pertahun.

(12)

Tabel 6. Pemanfatan dan Produksi Perikanan Kabupaten Bengkalis Tahun 2003 - 2005

Luas (Ha) Sumberdaya

Perikanan Potensi Beroperasi

Produksi (ton) Rumah Tangga Perikanan (ruta) 1. Penangkapan 19.000 9.964 5.329 2. Keramba 608 413 9 93 3. Tambak 175 22 99 62 4. Kolam 278 183 150 708

Sumber : Laporan Tahunan Sosial Ekonomi Kabupaten Bengkalis, 2006 4.3.4. Sub Sektor Peternakan

Kondisi lahan dan agroklimat Kabupaten Bengkalis, sesuai untuk pengembangan peternakan ditunjang dengan iklim dan luas wilayah pemukiman untuk dibukanya areal perusahaan peternakan. Jumlah ternak di Kabupaten Bengkalis sampai Oktober 2005, untuk tahun 2005, paling banyak adalah ternak unggas yang terdiri dari ayam petelur, ayam pedaging, ayam kampung, dan itik. Jumlah ternak sapi 10.432 ekor, kerbau 3.635 ekor, kambing 75.340 ekor, dan babi 19.734 ekor.

Tabel 7. Banyaknya Ternak dan Produksi Daging di Kabupaten Bengkalis Tahun 2003-2005

Banyaknya Ternak (ekor) Produksi Daging (ton) Jenis Ternak 2003 2004 2005 2003 2004 2005 Sapi 10.188 10.329 10.432 201.136 449.460 453.915 Kerbau 3.826 3.841 3.635 160.423 151.890 143.756 Kambing 72.234 73.864 75.340 105.035 133.920 136.590 Babi 19.322 19.561 19.734 670.675 684.200 718.300 Ayam daging 12.749 92.902 161.649 128.833 592.989 1.962.991 Ayam kampung 1.540.432 1.617.767 1.658.211 1.764.375 1.963.445 2.012.488 Itik 57.762 60.518 65.963 71.203 71.262 10.885 Sumber : Laporan Tahunan Sosial Ekonomi Kabupaten Bengkalis, 2006

Produksi daging di Kabupaten Bengkalis Tahun 2005 adalah daging unggas mencapai 3.986.36 ton, daging sapi sebanyak 453.92 ton, daging kerbau 143.59 ton, serta ternak babi 718.30 ton. Pada tahun ini terjadi kenaikan produksi

(13)

yaitu daging sapi naik sebesar 0,99 persen, daging kerbau turun 5,36 persen, daging kambing naik 1,99 persen dan babi naik 4,98 persen, ayam ras naik 231,03 persen.

4.3.5. Sub Sektor Kehutanan

Subsektor kehutanan merupakan salah satu sub sektor yang di andalkan di Kabupaten Bengkalis, dengan hutan seluas 669.288 ha, menghasilkan ratusan ribu meter3 kayu tiap tahun. Mengingat sub sektor ini dapat diperbaharui ( renewable resoucess ) dan merupakan penyangga paru-paru dunia, maka kelangsungan dan kelestariannya harus dipertahankan dan harus melalui pengawasan yang ketat dari pemerintah.

Jenis hutan terluas di Kabupaten Bengkalis tahun 2005 adalah hutan konversi dengan luas 295.289,87 ha (38,49 %) dari total hutan. Kemudian hutan produksi terbatas 189.877,01 ha (24,75 %), hutan produksi tetap 133.929,00 ha (17,35 %), hutan lindung 122.929,00 ha (16,03%) dan peruntukan lainnya 17.535,35 ha (2,29 %).

4.4. Kondisi Kemiskinan di Kabupaten Bengkalis

4.4.1. Jumlah Penduduk/Rumah Tangga Miskin

Pada tahun 2004, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Provinsi Riau bekerja sama dengan BPS Provinsi Riau melakukan pendataan penduduk/keluarga miskin di Provinsi Riau menggunakan 8 variabel pengukur kemiskinan. Variabel-variabel tersebut adalah (i) frekuensi makan minimal 2 kali sehari, (ii) konsumsi lauk pauk berprotein tinggi, (iii) memiliki pakaian yang

(14)

berbeda untuk kegiatan yang berbeda, (iv) kepemilikan asset, (v) luas lantai per kapita, (vi) jenis lantai, (vii) ketersediaan air bersih dan (viii) kepemilikan jamban.

Tabel 8. Jumlah dan Persentase Penduduk/Ruta Miskin di Provinsi Riau menurut Kabupaten/Kota, 2004 Kabupaten/Kota Jumlah RUTA Jumlah Penduduk (jiwa) Jumlah RUTA Miskin Jumlah Penduduk Miskin % RUTA Miskin % Penduduk Miskin 01. Kuantan Singingi 56.923 243.768 16.764 66.920 29.45 27.45 02. Indragiri Hulu 65.793 296.712 21.340 93.297 32.44 31.44 03. Indragiri Hilir 136.385 624.450 46.235 199.497 33.90 31.95 04. Pelalawan 51.320 220.887 10.064 40.631 19.61 18.39 05. Siak 64.127 267.886 13.331 62.715 20.79 23.41 06. Kampar 113.921 532.493 30.626 122.504 26.88 23.01 07. Rokan Hulu 76.492 340.732 17.878 71.006 23.37 20.84 08. Bengkalis 126.081 637.103 29.617 140.463 23.49 22.02 09. Rokan Hilir 92.296 440.894 21.155 95.932 22.92 21.76 71. Pekanbaru 148.532 704.517 16.158 76.841 10.88 10.91 73. Dumai 45.418 215.783 8.340 38.515 18.36 17.85 Provinsi Riau 977.288 4.525.225 231.508 1.008.163 23.68 22.19 Sumber: Pendataan Penduduk/Keluarga Miskin Provinsi Riau 2004.

Hasil pendataan penduduk/keluarga miskin ini mendapatkan bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi Riau sebanyak 1.008.163 jiwa (22,19%) dengan jumlah rumah tangga (Ruta) miskin sebanyak 231.508 Ruta (23,68%). Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bengkalis berjumlah 140.463 jiwa (22,02%) dengan jumlah Ruta miskin sebanyak 29.617 Ruta (23,49%). Hasil pendataan ini menempatkan Kabupaten Bengkalis diposisi ke 2 terbanyak penduduk miskin di Provinsi Riau setelah Indragiri Hilir. Jumlah dan persentase penduduk dan Ruta miskin per Kabupaten/Kota hasil pendataan Balitbang Provinsi Riau di tunjukkan pada Tabel 8.

Apabila penduduk/Ruta miskin di Kabupaten Bengkalis di analisis per kecamatan (13 Kecamatan) terlihat bahwa penduduk miskin terbesar berada di Kecamatan Mandau diikuti oleh Kecamatan Merbau dan Kecamatan Pinggir

(15)

dimana masing-masingnya berjumlah 22.818 jiwa (11,15%), 16.824 jiwa (36,24%) dan 14.729 jiwa (20,28%). Kecamatan dengan jumlah penduduk/Ruta miskin terendah dijumpai di Kecamatan Bukit Batu diikuti dengan Kecamatan Rupat Utara dan kecamatan Tebing Tinggi Barat dimana masing-masingnya berjumlah 2.555 jiwa (9,89%), 4.561 jiwa (41,15%) dan 4.679 jiwa (33,64%). Dari perbandingan jumlah penduduk per kecamatan, ada 2 kecamatan dimana meskipun jumlah penduduk/Ruta miskinnya relatif kecil dibandingkan kecamatan-kecamatan lain namun rasio antara jumlah penduduk dengan jumlah penduduk miskin ternyata cukup besar. Hal ini terutama terlihat di Kecamatan Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara, dimana masing-masing persentase penduduk miskinnya sebesar 52,65%, 51,02% dan 41,15%. Hal ini menunjukkan bahwa intensitas kemiskinan di kecamatan tersebut sangat tinggi dibandingkan kecamatan-kecamatan lainnya. Jumlah dan persentase penduduk miskin per kecamatan-kecamatan di Kabupaten Bengkalis ditunjukkan pada Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah dan Persentase Penduduk/Ruta Miskin Menurut Kecamat-an di Kabupaten Bengkalis, 2004 Persen-tase Pendu-duk Miskin No Kecamatan Jum-lah Desa Jumlah Ruta Miskin Jumlah Pendu-duk Miskin Jumlah Ruta Jumlah Pendu-duk Persen-tase Ruta Miskin 1 Mandau 12 22.818 5.108 37.954 204.625 11,15 2,50 2 Bukit Batu 14 2.555 606 6.326 25.837 9,89 2,35 3 Rupat 10 14.227 2.748 5.209 27.883 51,02 9,86 4 Rupat Utara 5 4.561 911 2.035 11.085 41,15 8,22 5 Bengkalis 20 12.693 2.635 12.981 64.148 19,79 4,11 6 Bantan 9 7.289 1.615 7.408 34.884 21,08 4,67 7 Merbau 20 16.824 3..387 8.773 46.420 36,24 7,30 8 Rangsang 10 9.146 1.893 5.033 26.196 34,91 7,23 9 Rangsang Barat 11 10.119 2.053 5.035 26.629 38,00 7,71 10 Tebing Tinggi 15 12.134 2.554 13.519 66.640 18,21 3,83 11 Tebing Tinggi Barat 8 4.679 980 2.743 13.910 33,64 7,05 12 Pinggir 13 14.729 3.121 15.454 72.642 20,28 4,30 13 Siak Kecil 13 8.689 2.006 3.611 16.504 52,65 12,15

Sumber : Pendataan Penduduk/Keluarga Miskin Provinsi Riau 2004

(16)

Pada tahun 2005, Pemerintah melakukan Pendataan Sosial Ekonomi (PSE 2005) yang diikuti dengan Program Bantuan Langsung Tunai (BLT). Pada PSE ini digunakan 14 variabel pengukur kemiskinan. Dari 14 variabel PSE, 8 variabel pertama persis sama dengan variabel pendataan oleh Balitbang Provinsi Riau pada tahun 2004. Hasil pendataan PSE yang disinkronkan dengan hasil pendataan Balitbang Provinsi Riau diketahui bahwa persentase penduduk/Ruta miskin di Provinsi Riau menurun sebesar 1,23% (jumlah penduduk miskin) dan 0,95% (Ruta Miskin). Khusus Kabupaten Bengkalis, meski persentase jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bengkalis menurun sebesar 0,07% yaitu dari 22,05% menjadi 21,98% tetapi jumlah penduduk miskin meningkat dari 140.463 jiwa pada tahun 2004 menjadi 145.726 jiwa pada tahun 2005. Sedangkan Ruta miskin pada tahun 2005, baik persentasenya maupun jumlah Ruta miskin meningkat yaitu dari 29.617 Ruta (23,49%) menjadi 32.054 Ruta (24.10%) atau meningkat sebesar 0,61%.

Tabel 10. Jumlah dan Persentase Penduduk/Ruta Miskin di provinsi Riau (Hasil Simulasi Indikator Kemiskinan Balitbang Terhadap Data PSE05), 2005 Kabupaten/ Kota Jumlah Ruta Jumlah Penduduk (jiwa) Jumlah Ruta Miskin Jumlah Penduduk Miskin % Ruta Miskin % Penduduk Miskin Kuantan Singingi 60.294 224.324 14.620 57.464 24,25 23,52 Indragiri Hulu 67.035 299.832 20.755 87.262 30,96 29,10 Indragiri Hilir 136.851 627.669 46.191 197.414 33,75 31,45 Pelalawan 55.907 241.512 12.627 50.309 22,55 20,83 Siak 64.501 292.931 12.722 53.811 19,70 18,37 Kampar 113.105 542.835 23.714 102.558 20,97 18,89 Rokan Hulu 80.276 351.197 25.466 99.556 31,72 28,35 Bengkalis 113.105 662.962 32.054 145.726 24,10 21,98 Rokan Hilir 92.430 445.819 20.598 92.555 22,28 20,76 Pekanbaru 150.226 724.221 11.189 53.066 7,45 7,33 Dumai 47.137 223.319 7.682 36.437 16,30 16,32 Provinsi Riau 1.000.781 4.656.611 227.618 976.158 23,10 21,54

(17)

Apabila data penduduk/keluarga miskin ini dianalisis trend peningkatan/penurunan per kecamatan diketahui ada 8 kecamatan yang persentase penduduk/Ruta miskin meningkat dan 5 Kecamatan yang menurun. Kecamatan-kecamatan yang meningkat persentase penduduk/Ruta miskinnya meliputi kecamatan Bantan, Bukit Batu, Rangsang Barat, Rupat Utara, Rangsang Barat, Tebing Tinggi, Tebing Tinggi Barat dan Merbau. Kecamatan-kecamatan yang menurun persentase penduduk/Ruta miskin meliputi kecamatan Siak Kecil, Rupat, Bengkalis, Mandau, Pinggir dan Rangsang. Jumlah penduduk/Ruta miskin tahun 2005, hasil Simulasi Indikator Kemiskinan Balitbang Terhadap Data PSE05 ditunjukkan pada Tabel 11.

Tabel 11. Jumlah dan Persentase Penduduk/Ruta Miskin Menurut Kecamatan di Kabupaten Bengkalis (Hasil Simulasi Indikator Kemiskinan Balitbang Terhadap Data PSE05), 2005

No Kecamatan 1 2 3 4 5 6 1 Mandau 4.565 21.077 40.043 219.153 11,40 9,26 2 Bukit Batu 1.338 5.622 6.674 27.059 20,05 20,78 3 Rupat 2.288 11.061 5.496 30.289 41,63 36,52 4 Rupat Utara 1.044 5.248 2.147 12.338 48,63 42,54 5 Bengkalis 2.383 10.729 13.695 66.184 17,40 16,21 6 Bantan 3.379 14.266 7.816 38.118 43,23 37,43 7 Merbau 3.681 17.266 9.256 52.614 39,77 32,82 8 Rangsang 1.997 9.346 5.310 29.243 37,61 31,96 9 Rangsang Barat 2.380 11.120 5.312 27.736 44,80 40,09 10 Tebing Tinggi 3.210 14.727 14.263 71.554 22,51 20,58

11 Tebing Tinggi Barat 1.094 4.985 2.894 14.988 37,80 33,26

12 Pinggir 3.133 14.022 16.304 56.432 19,22 24,85

13 Siak Kecil 1.562 6.257 3.810 17.261 41,00 36,25

Sumber: Data dan Informasi Kemiskinan Provinsi Riau, 2005. Keterangan:

1= Jumlah Rumahtangga Miskin 4= Jumlah Penduduk (jiwa)

2= Jumlah Penduduk Miskin (jiwa) 5= Persentase Rumahtangga Miskin 3= Jumlah Ruta 6= Persentase Penduduk Miskin

(18)

4.4.2. Lapangan Usaha Kepala Rumah Tangga Miskin

Undang-Undang Dasar 1945 pada Pasal 27 ayat 2 menyatakan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Pemenuhan hak atas pekerjaan yang layak bagi masyarakat (khususnya masyarakat miskin) ditentukan oleh ketersediaan lapangan kerja yang dapat diakses kelompok miskin, kemampuan untuk mempertahankan dan pengembangkan usaha, dan perlindungan pekerja dari eksploitasi dan ketidakpastian kerja. Pemenuhan terhadap hak atas pekerjaan tersebut secara langsung dan tidak langsung dipengaruhi oleh kebijakan ekonomi makro, pengembangan sektor riil, perdagangan, ketenagakerjaan, dan pengembangan koperasi, usaha mikro dan kecil. Pengembangan sektor riil sebagai bagian dari perluasan kesempatan kerja diarahkan pada peningkatan investasi dan revitalisasi industri padat pekerja.

Pada Tahun 2004, lapangan usaha yang banyak digeluti oleh kepala rumah tangga (KRT) di Kabupaten Bengkalis ada disektor pertanian/perkebunan (65,84%), diikuti bekerja disektor jasa (13,32%), kontruksi (4,19%), dan perdagangan (2,99%). Disamping itu, KRT miskin yang tidak bekerja, persentasenya cukup besar yaitu sebesar 7,42%. Pada Tahun 2005, persentase KRT yang bekerja disektor pertanian/perkebunan menurun menjadi 59,32%. Begitu juga KRT yang bekerja disektor perdagangan, dan tidak bekerja menurun masing-masingnya menjadi 2,27% dan 7,05%. Sedangkan KRT yang bekerja disektor jasa (buruh bangunan/kontruksi, jasa buruh tani, jasa ojek, dll) meningkat

(19)

menjadi 28,24%. Lapangan usaha KRT miskin menurut kecamatan di Kabupaten Bengkalis ditunjukkan pada Tabel 12.

Tabel 12. Jumlah Kepala Rumah Tangga (KRT) Miskin Menurut Kecamatan dan Lapangan Usaha di Kabupaten Bengkalis, 2004

Lapangan Usaha No Kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah 1 Mandau 428 3027 24 241 19 236 396 181 3 553 5108 2 Bukit Batu 67 426 3 5 3 21 2 3 36 566 3 Rupat 79 2186 50 42 3 12 24 40 38 2474 4 Rupat Utara 87 653 1 2 2 1 10 3 759 5 Bengkalis 262 1533 6 25 17 62 62 148 520 2635 6 Bantan 57 1434 5 32 1 30 14 4 38 1615 7 Merbau 247 2098 7 142 4 31 34 46 561 3170 8 Rangsang 134 1339 7 7 5 158 16 20 1 206 1893 9 Rangsang Barat 157 1176 20 108 7 8 26 33 518 2053 10 Tebing Tinggi 348 732 7 38 3 375 63 234 754 2554 11 Tebing Tinggi Barat 26 619 1 9 6 175 13 17 114 980 12 Pinggir 154 2228 25 28 14 69 176 79 348 3121 13 Siak Kecil 100 1600 5 29 9 34 30 29 1 169 2006 Total 2146 19051 161 708 93 1212 866 837 5 3855 28934 Persentase 7.4 65.8 0.6 2.5 0.3 4.2 3,0 2,9 0.1 13.3 100.0

Sumber: Pendataan Penduduk/Keluarga Miskin Provinsi Riau 2004 Keterangan:

1= tidak bekerja 6= konstruksi 2= pertanian, perkebunan 7= perdagangan 3= penggalian 8= angkutan 4= industri pengolahan 9= lembaga keuangan 5= listrik, gas dan air minum 10= jasa

Analisis menurut wilayah administrasi kecamatan, KRT miskin yang tidak bekerja persentase terbesarnya terdapat di kecamatan Mandau (428 KRT), diikuti KRT miskin yang ada dikecamatan Tebing Tinggi (348 KRT), Bengkalis (262 KRT) dan Merbau (247 KRT). KRT miskin yang lapangan usahanya dibidang

(20)

pertanian/perkebunan hampir merata disemua kecamatan dengan range jumlah KRT antara 1.176 – 3.027 KRT, kecuali dibeberapa kecamatan yang jumlahnya agak rendah yaitu dikecamatan Bukit Batu (426 KRT), Tebing Tinggi Barat (619 KRT), Rupat Utara (653 KRT), dan Tebing Tinggi (732 KRT). KRT yang bekerja disektor jasa, jumlahnya hampir merata disemua kecamatan dengan range jumlah KRT berkisar antara 759 – 5.108 KRT. Jumlah KRT terbesar yang bekerja di sektor jasa berada dikecamatan Mandau (5.108 KRT), diikuti di kecamatan Merbau (3.171 KRT) dan Kecamatan Pinggir (3.121 KRT). KRT yang bekerja disektor kontruksi atau lebih tepatnya sebagai buruh bangunan/tukang, jumlah terbesar berada di kecamatan Tebing Tinggi (375 KRT), diikuti dengan di kecamatan Mandau (235 KRT), Tebing Tinggi Barat (175 KRT) dan Rangsang (158 KRT). Sedangkan KRT yang bekerja disektor perdagangan, Jumlah terbesar ada dikecamatan Mandau (396 KRT), diikuti di kecamatan Pinggir (176 KRT).

Berdasarkan lapangan kerja yang digeluti oleh KRT miskin di Kabupaten Bengkalis, maka prioritas program/kegiatan penanggulangan kemiskinan adalah memberdayakan sektor pertanian diikuti dengan pemberdayaan sektor jasa dan perdagangan. Program/kegiatan penanggulangan kemiskinan disektor pertanian diarahkan untuk meningkatkan kepemilikan aset pertanian dan produktivitas. Sedangkan di sektor jasa dan perdagangan diarahkan untuk meningkatkan produktivitas usaha.

4.4.3. Tingkat Pendidikan Kepala Rumah Tangga Miskin

Pendidikan merupakan faktor penting dalam meningkatkan kemampuan, keterampilan, dan produktivitas kerja penduduk miskin usia produktif. Pendidikan juga sering menjadi pertimbangan dalam rekrutmen tenaga kerja, tingkat upah,

(21)

dan pada akhirnya mempengaruhi tingkat pendapatan dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Pendidikan juga memiliki peranan besar dalam proses adopsi teknologi pertanian. Penerapan teknologi yang rendah disektor pertanian salah satunya disebabkan oleh rendahnya pendidikan petani. Oleh sebab itu penyediaan pelayanan pendidikan non formal yang mampu meningkatkan pendidikan petani di pedesaan sangat diperlukan, agar petani miskin tersebut dapat keluar dari perangkap kemiskinan.

Tabel 13. Jumlah KRT Miskin Menurut Kecamatan dan Tingkat Pendidikan di Kabupaten Bengkalis, 2004

Tingkat Pendidikan No Kecamatan Buta Huruf Tamat SD ke Bawah SLTP ke Bawah SLTA ke Atas Jumlah 1 Mandau 619 3685 791 13 4317 2 Bukit Batu 144 385 36 1 530 3 Rupat 812 11566 77 19 12397 4 Rupat Utara 442 306 10 1 749 5 Bengkalis 551 1881 200 3 2435 6 Bantan 911 663 39 2 1576 7 Merbau 1422 1667 80 1 3090 8 Rangsang 804 1069 16 4 1877 9 Rangsang Barat 705 1270 74 4 1979 10 Tebing Tinggi 770 1585 196 3 2358

11 Tebing Tinggi Barat 357 556 63 4 917

12 Pinggir 1032 1684 393 12 2728

13 Siak Kecil 648 1257 92 9 1914

Total 9217 27574 2067 76 36867

Persentase 25.0% 74.8% 5.6% 0.2% 100.0%

(22)

Berdasarkan hasil pendataan Balitbang Provinsi Riau tahun 2004, diketahui bahwa tingkat pendidikan KRT miskin di Bengkalis tergolong rendah karena sebesar 92,60% berpendidikan tamat SD ke bawah. Bahkan 31,86% diantaranya KRT adalah buta huruf. Sedangkan KRT yang berpendidikan SLTP dan SLTA masing-masingnya hanya sebesar 7,14% dan 0,26%. Tingkat pendidikan KRT miskin ini jauh lebih rendah dibanding pendidikan KRT miskin Provinsi Riau, dimana KRT yang berpendidikan SD ke bawah hanya sekitar 62%. Tingkat pendidikan KRT menurut kecamatan di Kabupaten Bengkalis ditunjukkan pada Tabel 13.

Analisis menurut wilayah administrasi kecamatan menunjukkan bahwa KRT miskin yang tergolong buta huruf banyak dijumpai di kecamatan Merbau (1.422 KRT) diikuti kecamatan Pinggir (1.032 KRT) dan Bantan (911 KRT). KRT miskin yang berpendidikan SD ke bawah banyak dijumpai di kecamatan Maudau (3.685 KRT) diikuti di kecamatan Bengkalis (1.881 KRT) dan Pinggir (1.684 KRT). Sedangkan KRT yang berpendidikan SLTP ke bawah banyak dijumpai di kecamatan Mandau (791 KRT) diikuti kecamatan Pinggir (393 KRT), Bengkalis (200 KRT) dan Tebing Tinggi (196 KRT).

Beberapa program/kegiatan penanggulangan kemiskinan dalam rangka untuk meningkatkan pendidikan dan pengetahuan KRT miskin yang rendah di Kabupaten Bengkalis antara lain melalui pemberantasan buta huruf aksara dan perluasan cakupan kejar paket A, paket B dan Paket C. Program/kegiatan penanggulangan kemiskinan lainnya dapat berupa pelatihan keterampilan pertanian, jasa dan perdagangan maupun lainnya agar mereka mampu meningkatan produktivitas dan/ atau merebut peluang kerja yang tersedia.

(23)

4.4.4. Kelompok Umur Kepala Rumah Tangga Miskin

Dianalisis berdasarkan kelompok umur menunjukkan bahwa sebahagian besar KRT miskin termasuk dalam kelompok umur produktif (15 - 55 tahun) yaitu sebesar 79,38%. Sedangkan KRT yang tergolong kepada kelompok umur tidak produktif sebesar 20,58%. Porsi KRT kelompok umur produktif dengan umur kecil dari 30 tahun yaitu sebesar 13,49% dan KRT kelompok umur produktif dengan umur antara 30 – 54 tahun sebesar 65,93%. Jumlah KRT miskin menurut kecamatan dan kelompok umur di Kabupaten Bengkalis ditunjukkan pada Tabel 14.

Tabel 14. Jumlah KRT Miskin Menurut Kecamatan dan Kelompok Umur di Kabupaten Bengkalis, 2004

Kelompok Umur (tahun) No Kecamatan < 30 30 - 54 55 + Jumlah 1 Mandau 887 3434 787 5108 2 Bukit Batu 66 360 140 566 3 Rupat 337 1603 534 2474 4 Rupat Utara 124 492 143 759 5 Bengkalis 265 1717 653 2635 6 Bantan 189 1043 383 1615 7 Merbau 316 2100 754 3170 8 Rangsang 257 1200 436 1893 9 Rangsang Barat 227 1365 461 2053 10 Tebing Tinggi 294 1705 555 2554 11 Tebing Tinggi Barat 127 650 203 980 12 Pinggir 526 2142 453 3121 13 Siak Kecil 289 1264 453 2006 Total 3904 19075 5955 28934 Persentase 13% 66% 21% 100%

(24)

Analisis berdasarkan wilayah administrasi kecamatan diketahui bahwa KRT miskin dengan kelompok umur kecil dari 30 tahun banyak dijumpai di kecamatan Mandau (887 KRT) diikuti di kecamatan Pinggir (526 KRT) dan Merbau (316 KRT). KRT kelompok umur produktif antara 30 – 54 tahun banyak dijumpai di kecamatan Merbau (3.434 KRT), diikuti di kecamatan Pinggir (2.142 KRT) dan Merbau (2.100 KRT). Sedangkan KRT kelompok umur tidak produktif relatif merata dihampir semua kecamatan di Kabupaten Bengkalis.

Terkait dengan upaya penanggulangan kemiskinan maka KRT kelompok umur produktif ini, program penanggulangan kemiskinan yang diarahkan kepada pemberdayaan untuk kesempatan kerja dan berusaha serta peningkatan kapasitas. Sedangkan KRT kelompok umur tidak produktif diarahkan kepada program penanggulangan kemiskinan yang memberikan jaminan sosial.

4.5. Persebaran Rumah Tangga Miskin dan Stimulus Ekonomi

Berdasarkan Tabel 8 dan Tabel 10 terlihat bahwa hampir semua Kabupaten/Kota di Provinsi Riau menunjukkan penurunan jumlah rumah tangga miskin di tahun 2005 dibandingkan tahun 2004, kecuali di Kabupaten Pelalawan, Rokan Hulu dan Bengkalis. Beberapa penjelasan kenaikan jumlah rumah tangga miskin di Kabupaten Bengkalis ini bisa dikemukakan antara lain karena pada tahun 2005 telah terjadi 2 kali kenaikan bahan bakar minyak (BBM). Disamping itu pada tahun 2005, kondisi inflasi di Riau mencapai tingkat yang sangat tinggi yaitu sekitar 17%. Kedua faktor ini mempengaruhi kenaikan biaya transportasi masyarakat, dimana Kabupaten Bengkalis dikenal sebagai Kabupaten yang terdiri dari pulau-pulau. Kedua faktor ini juga mempengaruhi biaya produksi semua kegiatan perusahaan dalam pengolahan produknya. Salah satu upaya untuk

(25)

mampu bertahan dalam kompetisi pesaingan usaha banyak terjadi pemutusan hubungan kerja. Penyebab lain meningkatannya jumlah rumah tangga miskin di Kabupaten Bengkalis adalah karena adanya pelarangan penebangan kayu illegal oleh pemerintah. Pengetatan illegal logging ini telah menghilangkan sebahagian sumber pendapatan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Migrasi buruh perkebunan ke Kabupaten Bengkalis, terutama di Kecamatan Mandau, Pinggir dan Siak Kecil turut memberikan kontribusi dalam peningkatan jumlah rumah tangga miskin.

Stimulus perekonomian dari institusi Pemerintah Provinsi Riau yang terus meningkat (Rp 1,19 triliyun pada tahun 2004, Rp 2,86 triliyun tahun 2005, Rp 3,19 triliyun), (Rp 1,30 triliyun pada tahun 2004, Rp 1,52 triliyun tahun 2005 dan Rp 2,22 triliyun tahun 2006) bisa menjadi pendorong bagi roda perekonomiannya bersama dunia usaha dan masyarakat. Apalagi dana pihak ketiga di perbankan juga sangat besar yang mencapai Rp 20,6 triliyun di tahun 2005 atau naik Rp 4,5 triliyun (27,95%) dari tahun 2004. Dengan dorongan dana Dunia Usaha dan APBD pemerintah yang besar sepatutnya menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih memadai. Namun hal tersebut belum berlaku di Kabupaten Bengkalis, dimana meski pertumbuhan ekonominya cukup tinggi (Tabel 15) akan tetapi kemiskinan cenderung meningkat.

Hal kontradiktif ini dapat dijelaskan Torm (2003) yang menyatakan bahwa selain stimulus pergerakan ekonomi untuk membantu mengurangi kemiskinan, diperlukan akses dan keterlibatan penduduk miskin dalam perputaran roda perekonomian. Tanpa kondisi tersebut, kemiskinan tidak dapat ditanggulangi. Kondisi inilah yang terjadi di Kabupaten Bengkalis, stimulus

(26)

pergerakan ekonomi belum dapat diakses dan melibatkan kelompok masyarakat miskin, sehingga meskipun pertumbuhan ekonomi tinggi, tidak diikuti dengan penurunan jumlah ruta miskin.

Tabel 15. Pertumbuhan PDRB Tanpa Migas Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan 2000, 2000 – 2005 (dalam persen)

Kabupaten/Kota 2001 2002 2003 2004 2005 01. Kuantan Singgingi 5,29 6,41 7,19 9,63 8,28 02. Indragiri Hulu 7,81 7,10 7,29 7,31 8,26 03. Indragiri Hilir 7,07 8,08 6,51 7,74 7,03 04. Pelalawan 6,26 6,36 6,75 7,16 7,05 05. Siak 6,93 7,53 6,57 7,15 7,03 06. Kampar 7,13 7,03 7,06 7,28 6,88 07. Rokan Hulu 6,67 6,92 7,49 7,71 6,94 08. Bengkalis 7,14 6,68 8,13 8,20 7,38 09. Rokan Hilir 7,48 7,53 7,56 7,19 7,76 10. Pekanbaru 10,70 9,00 9,38 9,53 8,92 11. Dumai 7,33 6,32 8,14 8,67 7,85 RIAU 8,18 7,80 8,17 9,01 8,53

Sumber : Bengkalis dalam angka Tahun 2006

Gambar

Tabel  2.  Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di  Kabupaten Bengkalis, Tahun 2005
Gambar  6.  Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten  Bengkalis, Tahun 2005
Tabel 3. Kawasan Lintas Batas dan Komoditas Utama
Tabel 4.  Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan  Kabupaten Bengkalis  2004 - 2005
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis dan desain yang dilakukan di Resort Banyu Alam akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan analisis pemodelan object oriented

Pada model pembelajaran learning starts with a question ini dapat membangkitkan dan menumbuhkan minat belajar siswa karena dalam model ini siswa terlebih dahulu

Dari hasil analisis menggunakan Quality Evaluation Framework (QEF) peneliti menemukan adanya temuan sebanyak enam Quality Factor yang tidak sesuai dengan target dari pengelola

Kapasitas untuk Pengelola Instalasi Farmasi dalam rangka Kegiatan SCM Strengthening Project in District Level Tahun 2014.. No Issue Strategis

PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) menargetkan produksi batu bara pada tahun ini sebesar 26 juta ton, atau naik 2,5 juta ton dari produksi tahun lalu yang sebesar 23,5 juta

Pada tanggal 31 juli 2000, harian kompas memuat artikel yang ditulis oleh Otto Soemarwoto (guru besar emeritus Universitas Pajajaran) dengan judul Potret

Adverse selection dalam asuransi kesehatan terjadi karena adanya asymmetric information pada pelayanan kesehatan, yaitu suatu kondisi salah satu pihak dalam asuransi

Virtualbox dari Oracle Corps merupakan salah satu aplikasi virtualisasi [11]. Tersedia pula aplikasi serupa yaitu VMware Player dari VMware Inc [12]. Kedua aplikasi