• Tidak ada hasil yang ditemukan

AN JUDUL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi Program Studi Akuntansi. Oleh:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AN JUDUL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi Program Studi Akuntansi. Oleh:"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAN PERANCANGAN PROSES BISNIS

DENGAN PENDEKATAN

QUALITY EVALUATION FRAMEWORK (QEF)

(Studi Kasus di Desa Wisata Nglinggo Kalurahan Pagerharjo Kapanewon

Samigaluh Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta) AN JUDUL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Erico Dwi Setyawan 162114024

PROGRAM STUDI AKUNTASI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

ANALISIS DAN PERANCANGAN PROSES BISNIS

DENGAN PENDEKATAN

QUALITY EVALUATION FRAMEWORK (QEF)

(Studi Kasus di Desa Wisata Nglinggo Kalurahan Pagerharjo Kapanewon

Samigaluh Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta) HALAMAN JUDUL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Erico Dwi Setyawan 162114024

PROGRAM STUDI AKUNTASI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)

iv

JIKA KELAK RAGAKU SUDAH TIADA, NAMUN

KATA-KATAKU TIDAK AKAN BINASA

-RICO-

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

Keluargaku, yang menjadi semangatku Kekasih yang mengingatkan selama ini Kawan-kawan yang jadi motivasiku

(4)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

ABSTRACT ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Sistem ... 10

B. Informasi ... 11

C. Analisis Sistem ... 12

D. Quality Evaluation Framework (QEF) ... 13

E. Proses Bisnis... 22

(5)

x

G. Penelitian Terdahulu ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Jenis Penelitian ... 32

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 33

C. Subjek Penelitian ... 33

D. Data Penelitian... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 34

1. Wawancara ... 34

2. Observasi ... 35

3. Dokumentasi ... 35

F. Teknik Analisis Data ... 36

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 38

A. Sejarah Singkat Desa Wisata Nglinggo ... 38

B. Visi dan Misi Desa Wisata Nglinggo ... 41

C. Struktur Organisasi ... 42

D. Tugas dan Wewenang ... 44

1. Ketua Kelompok Sadar Wisata ... 44

2. Sekretaris Kelompok Sadar Wisata ... 44

3. Bendahara ... 45

4. Koordinator Lapangan ... 45

5. Koordinator Bidang ... 46

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Identifikasi Proses Bisnis Desa Wisata Nglinggo ... 47

1. Proses bisnis persiapan operasional Desa Wisata Nglinggo. ... 48

2. Proses bisnis pelayanan pengunjung yang datang di Desa Wisata Nglinggo ... 48

3. Proses bisnis bagian parkir Desa Wisata Nglinggo... 49

4. Proses bisnis rekap penerimaan Desa Wisata Nglinggo ... 49

(6)

xi

6. Proses bisnis rekap penerimaan dari warung dan kedai kopi di Desa

Wisata Nglinggo ... 52

7. Proses bisnis penerimaan dari Camping Ground di Desa Wisata Nglinggo ...53

B. Analisis Data ... 54

1. Dimensi Quality Factor ... 54

2. Perhitungan Quality Factor proses bisnis Desa Wisata Nglinggo. ... 56

3. Hasil perhitungan Quality Factor proses bisnis Desa Wisata Nglinggo .. 58

C. Pembahasan ... 59

1. Rekomendasi proses bisnis persiapan operasional Desa Wisata Nglinggo ...65

2. Rekomendasi proses bisnis pelayanan pengunjung Desa Wisata Nglinggo. ...67

3. Rekomendasi proses bisnis bagian parkir Desa Wisata Nglinggo ... 69

4. Rekomendasi proses bisnis perekapan penerimaan Desa Wisata Nglinggo. ...71

5. Rekomendasi proses bisnis perekapan penerimaan dari Off-road ... 74

6. Rekomendasi proses bisnis rekap penerimaan dari warung dan kedai kopi ...76

7. Rekomendasi proses bisnis penerimaan dari Camping Ground ... 78

BAB VI PENUTUP ... 80 A. Kesimpulan... 80 B. Keterbatasan Penelitian ... 81 C. Saran ... 81 DAFTAR PUSTAKA ... 82 LAMPIRAN ... 84 BIOGRAFI PENULIS ... 92

(7)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : Simbol event awal ... 24

Tabel 2 : Simbol event Pertengahan ... 25

Tabel 3: Simbol event akhir... 26

Tabel 4 : Profil Desa Wisata Nglinggo ... 40

Tabel 5: Struktur Organisasi Desa Wisata Nglinggo ... 43

Tabel 6: Quality Factor Proses Bisnis Desa Wisata Nglinggo ... 55

Tabel 7: Perhitungan Quality Factor ... 56

Tabel 8: Perhitungan Quality Factor (lanjutan) ... 57

Tabel 9: Perhitungan Quality Factor (lanjutan) ... 58

Tabel 10: hasil perhitungan Quality Factor ... 59

Tabel 11: Temuan Ketidaksesuaian Quaity Factor ... 60

Tabel 12: Rekomendasi formulir pencatatan pemberian modal ... 67

Tabel 13: Rekomendasi Formulir Pencatatan Trsansaksi Loket ... 69

(8)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar I: simbol activity ... 27

Gambar II: simbol gateaway ... 27

Gambar III: simbol squence,message,association ... 28

Gambar IV : simbol pool dan lane ... 29

Gambar V : simbol data, group, annotation ... 30

Gambar VI: Rekoemendasi Proses Bisnis Persiapan Operasional Desa Wisata Nglinggo ... 66

Gambar VII: Rekomendasi Proses Bisnis Pelayanan Pengunjung DesaWisata Nglinggo ... 68

Gambar VIII: Rekomendasi Proses Bisnis Bagian Parkir Desa Wisata Nglinggo ... 70

Gambar IX: Rekomendasi Proses Bisnis Rekap Penerimaan Desa Wisata Nglinggo 74 Gambar X: Rekomendasi Proses Bisnis Pemesanan Off-road ... 76

Gambar XI: Rekomendasi Proses Bisnis Rekap Penerimaan dari Off-road ... 76

Gambar XII: Rekomendasi Proses Bisnis Rekap Penerimaan dari Warung dan Kedai Kopi... 77

Gambar XIII: Rekomendasi Proses Bisnis Rekap Penerimaan dari Camping Ground ... 79

(9)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian ... 85 Lampiran 2: Surat Keterangan Penelitian ... 86 Lampiran 3: Buku Besar Pendapatan Loket Desa Wisata Nglinggo (Januari 2018) .. 87 Lampiran 4: Buku Besar Pendapatan Parkir Desa Wisata Nglinggo (Januari 2018) . 88 Lampiran 5: Rekap Tiket Parkir dan Loket Desa Wisata Nglinggo (Januari 2020) ... 89 Lampiran 6: Dokumen Karcis Desa Wisata Nglinggo ... 90 Lampiran 7: Dokumen Karcis Pemda untuk Desa Wisata Nglinggo ... 91

(10)

xv ABSTRAK

ANALISIS DAN PERANCANGAN PROSES BISNIS DENGAN PENDEKATAN

QUALITY EVALUATION FRAMEWORK (QEF)

(Studi Kasus di Desa Wisata Nglinggo Kalurahan Pagerharjo Kapanewon Samigaluh Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta)

Erico Dwi Setyawan NIM : 162114024 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2020

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu proses bisnis yang diharapkan dapat diterapkan di Desa Wisata Nglinggo dalam menghadapi kemajuan pembangunan di sekitar Desa Wisata Nglinggo. Hal tersebut terkait dengan bergesernya tren wisata saat ini yang meningkatkan peluang bisnis dalam pengembangan desa wisata. Desa Wisata Nglinggo menjadi salah satu objek dalam proyek jalur Bedah Menoreh yang wacanakan oleh Pemerintah Kabupaten Kulon Progo sehingga memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi suatu desa wisata.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis dan pembahasan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Quality Evaluation Framework (QEF).

Penelitian ini menghasilkan tujuh proses bisnis yang direkomendasikan untuk memperbaiki proses bisnis sebelumnya. Proses bisnis yang direncang meliputi proses bisnis utama di Desa Wisata Nglinggo dan berkaitan langsung dengan pendapatan di Desa Wisata Nglinggo yang meliputi proses bisnis persiapan operasional, pelayanan pengunjung,pelayanan bagian parkir, perekapan penerimaan desa wisata dan perekapan dari Off-road, perekapan penerimaan camping ground, dan perekapakan penerimaan dari warung dan kedai kopi.

(11)

xvi ABSTRACT

THE ANALYSIS AND DESIGN OF BUSINESS PROCESS WITH QUALITY EVALUATION FRAMEWORK (QEF)

(A Case Study of Nglinggo Tourism Village in Pagerharjo Urban Village Samigaluh Sub-District Kulon Progo District Special Region of Yogyakarta)

Erico Dwi Setyawan NIM: 162114024 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2020

This research aims to construct applicable business processes for Nglinggo tourism village to deal with the rapid development of the surrounding area. It is related to shifting trend of tourism interest resulting in business opportunity growth of tourism villages. Nglinggo Tourism Village is a part of Bedah Menoreh project planned by the government of Kulon Progo regency. Thus, Nglinggo has significant potential to be developed as a tourism village.

This type of research is qualitative research. Data were obtained from interviews, observations and documentation. Quality Evaluation Framework was utilized in analyzing and designing business process of Nglinggo Tourism Village.

This research result generates seven recommended business processes to improve previously existing business processes. Business process designed include main business process of Nglinggo Tourism village which are directly related to the revenues in Nglinggo Tourism Village. The business processes are operational preparation business process, visitor service, parking service, tourist village income recapitulation, off-road revenue service, camping ground revenue, and income from food stalls and coffee shops.

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Desa wisata menjadi salah satu alternatif peluang usaha yang dapat dijadikan sebagai ladang bisnis bagi masyarakat. Pergeseran tren wisata, menjadi salah satu alasan pengembangan desa wisata berbasis wisata alam menjadi terobosan bisnis yang menjanjikan untuk usaha. Seperti dikutip oleh TribunJateng.com terkait pergeseran tren wisata, saat ini wisatawan tidak hanya sekedar datang dan berbelanja. Untuk saat ini, kebutuhan dasar dalam berwisata adalah pengalaman. Ketika seseorang menikmati suatu wisata, bagi generasi milenial yang terpenting mengabadikan pengalaman tersebut. Selain itu, pada tahun 2013 kegiatan wisata di Kabupaten Kulon Progo meningkat dengan adanya tahun sadar wisata dari pemerintahan Kabupaten Kulon Progo dengan slogannya “ the jewel of java “. Kegiatan yang tadinya bermula dari wisata edukasi (pengolahan gula kelapa, teh, kopi) bergeser menjadi kebutuhan wisata lain seperti wisata swafoto, oleh-oleh, dan lainnya.

Dengan adanya fenomena pergeseran tren wisata tersebut diharapkan dengan adanya desa wisata dapat dijadikan sebagai salah satu alat pendongkrak perekonomian masyarakat, yang kemudian hal tersebut perlu menjadi hal yang harus diperhatikan dan dikelola agar dapat menghasilkan dampak positif bagi masyarakat. Adanya desa wisata juga berpeluang bagus

(13)

2

bagi pemerintahan setempat di tingkat kalurahan, kapanewon maupun kabupaten. Adanya desa wisata yang bagus, maka secara langsung pendapatan daerah meningkat, sehingga dengan adanya hal tersebut dapat dipastikan kemajuan suatu kalurahan dapat meningkat pula.

Kabupaten Kulon Progo menjadi salah satu kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki banyak potensi untuk dikembangkannya desa wisata mengingat lokasinya di bagian barat Provinsi Daerah Yogyakarta yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah, dimana Kabupaten Kulon Progo memiliki kondisi alam yang belum tereksploitasi oleh pembangunan, sehingga memiliki kondisi alam yang masih bagus dan asri. Hal tersebut menjadikan salah satu nilai yang penting dalam pengembangan desa wisata.

Salah satu desa wisata yang sudah ada di Kabupaten Kulon Progo adalah Desa Wisata Nglinggo yang terletak di Kalurahan Pagerharjo Kapanewon Samigaluh. Desa Wisata Nglinggo termasuk di wilayah perbukitan menoreh, sehingga tidak diragukan lagi keindahan pemandangan dan panorama alam yang dimiliki. Desa Wisata Nglinggo memiliki berbagai tawaran wisata antara lain kebun teh, bukit kukusan, home stay, dan lain-lain. Keindahan panorama menjadi salah satu faktor yang mendukung dijalankannya bisnis berbasis desa wisata sebagai daya tarik wisatawan untuk berkunjung menikmati keindahan alam yang disediakan Desa Wisata Nglinggo.

(14)

3

Dikutip pada media TribunJogja.com, Desa Wisata Nglinggo juga menjadi salah satu objek proyek pembangunan jalur jalan Bedah Menoreh yang dicanangkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo. Jalur jalan Bedah Menoreh menghubungkan bandara Yogyakarta International Airport (YIA) dengan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Borobudur yang memiliki panjang kurang lebih 53 kilometer. Adapun jalur jalan Bedah Menoreh nantinya menghubungkan bandara di Kapanewon Temon dengan Borobudur melalui rute Kapanewon Temon, Kokap, Girimulyo, Samigaluh, Kalibawang, Borobudur (Jawa Tengah). Bedah Menoreh tidak hanya menyediakan penambahan infrastruktur jalan, tetapi pembangunan di sektor pariwisata, perkebunan, moda transportasi hingga budaya. Dan salah satu objek dari proyek jalur jalan Bedah Menoreh adalah Kebun Teh Nglinggo yang terletak di Desa Wisata Nglinggo Kapanewon Samigaluh (Pamungkas, 2019).

Adanya rencana proyek pembangunan jalur jalan Bedah Menoreh menjadikan sebuah peluang bagi masyarakat sekitar untuk membuka peluang bisnisnya di berbagai bidang dalam menghadapi kemajuan daerahnya. Pengelola desa wisata menjadi salah satu kelompok atau organisasi yang mestinya melihat kesempatan tersebut untuk dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam mengelola desa wisata yang mereka kelola. Kelompok Sadar Wisata menjadi salah satu pengelola desa wisata yang ada di Kabupaten Kulon Progo yakni Desa Wisata Nglinggo. Sebagai pengelola harus sebisa mungkin

(15)

4

mengkoordinir kegiatan bisnisnya agar menghasilkan hasil yang maksimal bagi kemajuan desa dan masyarakat setempat.

Dalam menjalankan bisnis desa wisata, terdapat beberapa aktivitas yang dilakukan mulai dari pengunjung datang hingga pencatatan jumlah pendapatan yang diperoleh. Aktivitas bisnis tersebut, membutuhkan adanya suatu proses bisnis yang jelas dan baik agar semua aktivitas berjalan dengan efektif dan efisien. Adanya proses bisnis yang terstruktur dengan baik, maka pengelola dapat merancang segala aktivitas yang dapat meningkatkan efektifitas dari suatu pekerjaan. Proses bisnis dapat membantu memberikan bantuan terhadap pelaku bisnis untuk mengambil keputusan-keputusan dalam mencapai tujuan untuk memperoleh hasil yang lebih maksimal. Dengan adanya pengelolaan yang baik, maka desa wisata dapat berkembang secara baik juga. Dengan demikian diharapkan bahwa pemerintah dapat tertarik untuk turun tangan dalam usaha meningkatkan pengembangan desa wisata dalam hal pendanaan dan sebagainya. Di sisi lain, dengan adanya model proses bisnis yang baik juga dapat berdampak pada hubungan antar pelaku bisnis terjalin lebih baik. Hubungan antar pengelola maupun dengan konsumen bisa terjalin dengan baik, sehingga dengan adanya desa wisata benar-benar memberikan dampak positif bagi semua pelaku bisnis di desa wisata tersebut.

Penelitian terdahulu mengenai model proses bisnis masih minim dilakukan di desa wisata, khususnya di Desa Wisata Nglinggo. Peneliti

(16)

5

terdahulu melakukan penelitian pengembangan Desa Wisata Nglinggo dalam konteks pemasaran, sedangkan untuk model proses bisnis belum dilakukan penelitian sebelumnya. Mengingat desa wisata saat ini menjadi peluang bagus untuk dikembangkan dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat desa, perlu adanya pengembangan secara keseluruhan mulai dari dasar. Model proses bisnis merupakan salah satu dasar dalam melaksanakan suatu kegiatan bisnis. Model proses bisnis membantu proses pengelolaan desa wisata untuk mewujudkan suatu kegiatan bisnis yang baik dan terstruktur. Selain itu, proses bisnis dapat membantu meningkatkan pengelolaan desa wisata dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Proses bisnis yang baik dapat meningkatkan keefektifan penggunaan sumber daya, seperti penggunaan jumlah pegawai yang bertugas dalam menjalankan aktivitas dalam proses bisnis, selain itu dapat meminimalisir aktivitas yang kurang efektif seperti aktivitas yang dilakukan berulang kali dapat dieveluasi jika melakukan perbaikan pada gambar proses bisnisnya sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk menekan pengeluaran. Dengan adanya proses bisnis yang baik juga berpotensi untuk meningkatkan pendapatan karena dengan membuat proses bisnis yang baik, pelaku bisnia jelas dalam menjalankan aktivitas yang sesuai dengan tujuan bisnisnya.

Dalam kegiatan analisis dan perancangan proses bisnis, terdapat beberapa pendekatan alternatif, salah satunya menggunakan pendekatan Quality Evaluation Framework (QEF). Dengan penggunaan pendekatan tersebut kita

(17)

6

dapat mengetahui analisis terkait proses bisnis yang berjalan dalam suatu kegiatan bisnis dari hasil kalkulasi quality factor yang sudah ditetapkan, sehingga dengan demikian kita dapat mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada dalam suatu proses bisnis yang berjalan dalam suatu aktivitas bisnis. Apabila melihat kondisi Desa Wisata Nglinggo saat ini yang belum mempunyai dokumentasi sistem berupa diagram proses bisnis pendekatan ini sangat relevan untuk digunakan dalam penelitian ini karena dengan pemodelan kerangka proses bisnis dengan Quality Evaluation Framework (QEF) karena dengan pendekatan tersebut dapat digunakan dengan dasar suatu konsep atau kerangka proses bisnis yang mana sebelumnya belum terdapat diagram proses bisnis.

Berdasarkan latar belakang diatas dan juga belum adanya proses bisnis yang ditentukan secara terstruktur di Desa Wisata Nglinggo, maka penulis mengambil judul “Analisis dan Perancangan Proses Bisnis Dengan Pendekatan Quality Evaluation Framework (QEF)”Studi Kasus di Desa Wisata Nglinggo Kalurahan Pagerharjo Kapanewon Samigaluh Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka penulis merumuskan masalah pada pembahasan yakni, bagaimana model proses bisnis yang baik untuk diterapkan di Desa Wisata Nglinggo?

(18)

7 C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang sudah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan juga memberikan rekomendasi proses bisnis untuk diterapkan di Desa Wisata Nglinggo.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sebagai alat edukasi khususnya kepada kelompok Sadar Wisata sebagai Pengelola Desa Wisata Nglinggo terkait proses bisnis dalam menjalankan kegiatan bisnis berbasis desa wisata.

b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi dan informasi bagi mahasiswa atau peneliti di kemudian hari terkait dengan proses bisnis pada Desa Wisata Nglinggo.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi rekomendasi bagi pengelola Desa Wisata Nglinggo untuk dapat dijadikan sebagai acuan untuk menetapkan proses bisnis yang baik.

(19)

8

b. Penelitian ini sebagai wujud representasi dari ilmu yang sudah didapatkan penulis selama menjalani proses perkuliahan, dan mampu memberikan pengetahuan baru bagi penulis terkait perancangan proses bisnis.

E. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematik penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas teori-teori dan hasil penelitian terdahulu yang digunakan sebagai dasar dalam analisis dan perancangan proses bisnis.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

(20)

9

BAB IV : GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai gambaran umum Desa Wisata Nglinggo, struktur organisasi pengelola Desa Wisata Nglinggo, tugas, wewenang dan tanggung jawab.

BAB V : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas mengenai deskripsi data, analisis data, hasil penelitian dan interpretasi.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini membahas kesimpulan mengenai analisis yang terkait dengan rumusan masalah, keterbatasan penelitian, dan saran serta komentar penulis yang bermanfaat bagi Desa Wisata Nglinggo.

(21)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada Bab ini penulis menjelaskan konsep yang digunakan penulis sebagai dasar penelitian untuk melakukan penelitian ini. Dalam memahami proses perancangan proses bisnis, penulis menggunakan beberapa konsep yang dijadikan acuan dalam penelitian antara lain, sistem, informasi, analisis sistem, Quality Evaluation Framework (QEF), proses bisnis, Business Process Modelling Notation (BPMN) dan diagram proses bisnis

A. Sistem

Menurut Romney dan Steinbart (2014) Sistem (system) merupakan serangkaian dua atau lebih komponen yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya dan berinteraksi untuk mencapai sebuah tujuan yang ditetapkan. Sebagian besar sistem terdiri dari subsistem yang lebih kecil yang mendukung sistem yang lebih besar atau sistem utama. Contohnya, sekolah tinggi bisnis adalah sistem yang terdiri dari berbagai departemen, masing-masing merupakan subsistem. Selanjutnya, sekolah tinggi sendiri adalah subsistem dari universitas.

Setiap subsistem didesain untuk satu atau lebih tujuan organisasi. Perubahan dalam subsistem tidak bisa dibuat tanpa mempertimbangkan dampak subsistem lain dan pada sistem keseluruhan.

(22)

11 B. Informasi

Menurut Romney dan Steinbart (2014) Informasi (information) adalah data yang telah dikelola dan diolah untuk memberikan sebuah makna dan memperbaiki suatu proses pengambilan keputusan. Sebagaimana peran dari informasi itu sendiri, pengguna membuat keputusan yang lebih baik sebagai kuantitas dan kualitas peningkatan informasi.

Meskipun demikian, ada batasan jumlah informasi yang dapat dicerna otak manusia. Akan terjadi kelebihan informasi apabila telah melewati batas kemampuan daya tampung informasi dan mengakibatkan penurunan kualitas dalam pengambilan keputusan. Dengan adanya Teknologi Informasi (TI) dapat membantu pengambilan keputusan menyaring dan meringkas informasi secara efektif.

Nilai informasi adalah keuntungan yang dihasilkan oleh informasi yang dikurangi biaya untuk memproduksinya. Keuntungan informasi meliputi berkurangnya ketidakpastian, peningkatan pengambilan keputusan, dan meningkatkan kemampuan untuk merencanakan dan menjadwalkan aktivitas. Biaya ini mencakup waktu dan sumber daya yang dihabiskan untuk menghasilkan dan mendistribusikan informasi. Biaya informasi dan keuntungan menjadi sulit diukur, dan sulit untuk ditentukan nilai informasinya sebelum dilakukan proses produksi dan pemanfaatan.

(23)

12

Menurut Romney dan Steinbart (2014) terdapat tujuh karakteristik yang membuat informasi menjadi berguna dan berarti, yakni:

1. Relevan, yang berarti mengurangi ketidakpastian, meningkatkan pengambilan keputusan, serta menegaskan atau memperbaiki ekspektasi sebelumnya.

2. Reliabel, yang berarti bebas dari kesalahan atau bias, menyajikan kejadian aktivitas organisasi secara akurat.

3. Lengkap, yang berarti tidak menghilangkan aspek penting dari suatu kejadian atau aktivitas yang diukur.

4. Tepat waktu, yang berarti diberikan pada waktu yang tepat bagi pengambil keputusan dalam mengambil keputusan.

5. Dapat dipahami, yang berarti disajikan dalam format yang dapat dimengerti dan jelas.

6. Dapat diverifikasi, yang berarti apabila informasi diukur oleh dua atau lebih, masing-masing pihak menghasilkan informasi yang sama.

7. Dapat diakses, yang berarti tersedia untuk pengguna ketika mereka membutuhkannya dan dalam format yang dapat digunakan.

C. Analisis Sistem

Menurut Fatta (2007) Analisis sistem adalah teknik pemecahan masalah yang menguraikan bagian-bagian komponen dengan mempelajari seberapa bagus bagian-bagian komponen tersebut bekerja untuk mencapai tujuan.

(24)

13

Analisis menjadi langkah awal dalam pengembangan sebuah sistem informasi yang utamanya difokuskan pada masalah persyaratan-persyaratan bisnis, terpisah dari teknologi apapun yang dapat atau akan digunakan untuk mengimplementasikan solusi pada masalah tersebut.

Tujuan utama dari analisis sistem ada dua hal, yaitu:

1. Menentukan kelemahan dari proses-proses bisnis pada sistem lama untuk bisa menentukan kebutuhan dari sistem baru

2. Menentukan tingkat kelayakan kebutuhan sistem baru tersebut ditinjau dari beberapa aspek, diantaranya ekonomi, teknik, operasional, dan hukum.

D. Quality Evaluation Framework (QEF)

Menurut Heidari dan Pericles (2013) Quality Evaluation Framework (QEF) merupakan kumpulan aktivitas yang mendeskripsikan beberapa bagian dari dunia fisik dan sosial di sekitar untuk memperoleh pemahaman terkait proses yang berjalan saat ini. Tujuan dari pendekatan Quality Evaluation Framework (QEF) adalah pendekatan yang sistematis sehingga dapat digunakan secara berulang dan konsisten oleh pemodel.

Dengan menggunakan Quality Evaluation Framework (QEF), terdapat beberapa tahapan yakni:

(25)

14

1. Mengidentifikasi konsep proses bisnis

Tahapa ini biasanya dilakukan untuk mengidentifikasi suatu proses dalam suatu entitas yang dilakukan dengan berbagai proses ataupun cara, bisa dilakukan dari menyimpulkan suatu interaksi sosial yang didapati di lapangan, ataupun melalui teknik wawancara, dan teknik-teknik lainnya sampai suatu rangkaian aktivitas bisnis di suatu entitas berhasil di identifikasi.

2. Menentukan quality factor, apa saja yang digunakan untuk mengukur konsep dari suatu proses bisnis.

Quality factor merupakan faktor yang menjadi dasar untuk mengkualifikasi suatu proses bisnis. Quality factor di tentukan dari hasil observasi maupun wawancara, bahkan seperti interaksi sosial lainnya dimana kita akan mengetahui apa saja kualifikasi atau faktor yang bisa menunjukkan target yang bisa dijadikan dasar kalkulasi.

3. Mengukur hasil kalkulasi dari quality factor yang sudah ditetapkan Quality factor yang sebelumnya sudah ditentukan, kemudian dilakukan perhitungan berdasarkan persamaan dalam metode Quality Evaluation Framework (QEF) yang nantinya kita akan menemukan adanya ketidaksesuaian antara targetdan hasil kalkulasi suatu entitas.

(26)

15 4. Memberikan hasil analisis

Analisis terkait temuan atau ketidaksesuaian yang ditemukan dari hasil perhitungan quality factor akan dijadikan sebagai dasar pengambilan suatu keputusan untuk dilakukannya perbaikan atau perancangan proses bisnis yang baru.

Dalam Quality Evaluation Framework (QEF) juga terdapat dimensi dan faktor yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan evaluasi proses bisnis. Berikut beberapa dimensi dan faktor yang dapat digunakan sebagai evaluasi proses bisnis:

1. Performance, merupakan kinerja dari suatu proses bisnis yang meliputi aktifita didalamnya. Dimensi ini menjadi salah satu dasar yang bisa digunakan untuk menjadi faktor penilaian dalam evaluasi proses bisnis. Dalam dimensi ini terdapat empat faktor yang ada dalam dimensi kinerja, yaitu:

a. Throughput, faktor ini berkaitan dengan suatu jumlah pekerjaan, orang maupun barang yang dihasilkan dalam suatu aktivitas dalam periode waktu tertentu. Untuk melakukan kalakulasi faktor Throughput digunakan rumus sebagai berikut:

Th = N t

(27)

16

N : jumlah (hasil) yang ditangani dalam periode waktu t : periode waktu

b. Cycle time, merupakan siklus waktu yang terjadi dalam proses penyelesaian dari input ke output dalam suatu proses bisnis. Dalam faktor cycle time perhitungan kalkulasi digunakan rumus sebagai berikut:

T = DD + PD

T : total durasi siklus waktu dari suatu aktivitas DD : keterlambatan waktu dari suatu aktivitas PD : durasi waktu dari suatu aktivitas

c. Timeliness, merupakan pemanfaatan informasi dalam suatu pengembilan keputusan sebelum informsi tersebut kehilangan kapasitas atas kemampuannya untuk pengambilan keputusan dalam suatu proses bisnis. Dalam menentukan nilai faktor timeliness digunakan rumus sebagai berikut:

Ti = UT − DT

Ti : ketepatan waktu dalam proses aktivitas

UT : waktu yang digunakan untuk aktivitas

(28)

17

d. Cost, merupakan biaya digunakan untuk menjalankan serangkaian aktivitas dalam suatu proses bisnis. Dalam perhitungan nilai faktor ini diperlukan rumus sebagai berikut:

C = FC + VC

C : jumlah biaya yang dikeluarkan untuk suatu aktivitas FC : biaya tetap yang dikeluaran untuk suatu aktivitas VC : biaya variabel yang dikeluarkan untuk suatu aktivitas

2. Efficiency, merupakan ukuran tingkat penggunaan sumber daya dalam suatu proses bisnis yang ditandai dengan semakin sedikitnya penggunaan sumber daya semakin efisien proses yang dilakukan. Dalam dimensi ini terdapat tiga faktor yang meliputi efficiency, yaitu:

a. Resource efficiency, merupakan tingkat efisiensi penggunaan sumber daya dalam suatu proses bisnis. Rumus yang digunakan menghitung faktor ini adalah:

RE = PR

AR X 100%

RE : tingkat efisiensi jumlah sumber daya PR : jumlah sumber daya yang direncanakan AR : jumlah sumber daya aktual

(29)

18

b. Time efficiency, merupakan tingkap efisiensi penggunaan waktu dalam suatu proses bisnis. Rumus yang digunakan dalam menghitung faktor ini adalah:

TE = PT

T X 100%

TE : tingkat efisiensi waktu PT : waktu yang direncanakan T : siklus waktu

c. Cost efficiency, merupakan tingkat efisiensi penggunan biaya dalam suatu proses bisnis. Rumus yang digunakan dalam menghitung faktor ini adalah:

𝐶𝐸 = 𝑃𝐶

𝐶 𝑋 100%

CE : tingkat efisiensi biaya PC : biaya yang direncanakan C : biaya aktual

3. Reliability, merupakan kesesuaian sesuatu dengan keadaan yang sebenarnya dan terbebas dari kesalahan atau bias. Dalam dimensi ini terdapat dua faktor yang meliputi dimensi reliability, yaitu:

a. Raliableness, merupakan kesesuaian sesuatu yang ada dalam proses bisnis dengan fakta atau bebas dari kesalahan. Dalam metode Quality Evaluation Framework (QEF) biasanya menggunakan rumus sebagai berikut:

(30)

19

R = 1 – F R : tingkat kesesuian dari suatu kegiatan

F : probabilitas ketidaksesuaian dalam suatu interval waktu

b. Failure frequence, merupakan tingkat ketidaksesuaian sesuatu yang ada dalam proses bisnis dalam suatu periode waktu. Dalam perhitungan faktor ini biasanya digunakan rumus sebagai berikut:

FF = Nf t

FF : frekuensi kegagalan

Nf: kegagaglan dalam suatu aktivitas T : periode waktu

4. Recoverability, merupakan kegiatan dalam usaha untuk melakukan suatu perbaikan yang ada dalam suatu proses bisnis. Dalam dimensi ini terdapat tiga faktor yang meliputinya, yaitu:

a. Time to failure, merupakan kemungkinan waktu keterjadian kesalahan dalam suatu rangkaian aktivitas dalam proses bisnis. Dalam faktor ini digunakan rumus sebagai berikut :

TF = TCF − TLF

TF : waktu keterjadian kegagalan

TCF : waktu keterjadian kegagalan terakhir TLF : waktu keterjadian kegagalan terbaru

(31)

20

b. Time to recover, merupakan waktu perbaikan kesalahan yang terjadi di dalam suatu proses bisnis. Dalam faktor ini menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut:

TR = TOR − TOF

TR : waktu untuk perbaikan kegagalan TOR : waktu perbaikan dari suatu kegagalan TOF : waktu dari suatu kegagalan

c. Maturity, merupakan tahap pematangan dalam proses perbaikan dari suatu masalah dalam proses bisnis. Untuk keperluan perhitungan, faktor ini menggunakan rumus sebagai berikut:

M = (TF / (TF + TR)) x 100% M : pemulihan dari suatu kegagalan

TF : waktu keterjadian kegagalan TR : waktu untuk perbaikan kegagalan

5. Permissability, merupakan dimensi yang berkaitan dengan kewenangan pihak yang terlibat dalam suatu proses bisnis. Dalam dimensi ini terdapat faktor Authority, yaitu wewenang yang dimiliki pihak-pihak yang berada dalam aktivitas pada suatu proses bisnis.

6. Availability, merupakan dimensi ketersediaan sumber daya yang berkaitan dengan suatu proses bisnis. Dalam dimensi ini terdapat tiga faktor yang ada didalamnya yaitu:

(32)

21

a. Time to shortage, merupakan waktu untuk pemulihan kekurangan suatu sumber daya dalam keperluan berjalannya suatu proses bisnis. Dalam proses perhitungan digunakan rumus sebagai berikut:

TS = TCS − TLS

TS : waktu yang digunakan untuk pemulihan kekurangan TCS : waktu untuk pemulihan kekurangan terakhir TLS : waktu untuk pemulihan kekurangan terbaru

b. Time to access, merupakan ketersediaan waktu dalam pengaksesan suatu informasi ataupun sumber daya yang ada dalam suatu proses bisnis. Dalam perhitungannya, faktor ini menggunakan rumus sebagai berikut:

TA = TOA − TOS

TA : waktu yang diperlukan untuk pengaksesan sumber daya TOA : waktu yang digunakan dalam pengaksesan

TOS : kekurangan waktu dalam pengaksesan

c. Availableness, merupakan ketersediaan sumber daya yang berkaitan dengan proses bisnis. Dalam perhitungannya, faktor ini menggunakan rumus sebagai berikut:

A = (TS / (TS + TA) ) x 100% A : ketersediaan sumber daya

(33)

22

TA : waktu yang diperlukan untuk pengaksesan sumber daya

E. Proses Bisnis

Menurut Romney dan Steinbart (2014) Proses Bisnis (business process) adalah serangkaian aktivitas dan tugas yang saling terkait, terkoordinasi, dan terstruktur yang dilakukan oleh orang, komputer, atau mesin yang dapat membantu mencapai tujuan tertentu suatu organisasi.

Suatu proses bisnis meliputi berbagai kegiatan dalam yang terdiri dari siklus-siklus yang ada dalam kegiatan bisnis, yaitu:

1. Siklus pendapatan adalah serangkaian aktivitas bisnis dan operasi pemrosesan informasi terkait dengan kegiatan menyediakan barang dan atau jasa kepada pelanggan dan menerima kas sebagai pembayaran atas penjualan tersebut. Tujuan utama siklus pendapatan adalah menyediakan barang dan atau jasa dengan tepat.

2. Siklus pengeluaran adalah serangkaian aktivitas bisnis dan operasi, pemrosesan informasi terkait dengan pembelian serta pembayaran barang dan jasa.

3. Siklus penggajian adalah serangkaian aktivitas bisnis dan operasi pengolahan data terkait dengan mengelola kemampuan pegawai secara efektif termasuk kegiatan pembayaran kepada pegawai tersebut.

4. Sistem buku besar dan pelaporan, menunjukkan aktivitas yang berpusat pada aktivitas yang menghasilkan laporan keuangan.

(34)

23

F. Business Process Modeling Notation (BPMN)

Business Process Modeling Notation(BPMN) menggambarkan suatu bisnis proses diagram dalam model-model grafis dari operasi bisnis yang mendefinisikan urutan kerja” (sthepen A. White, 2004).

Business Process Modeling Notation (BPMN) menyediakan notasi atau simbol-simbol yang memudahkan pelaku bisnis untuk memahami suatu proses bisnis, termasuk analis bisnis yang bertanggung jawab untuk bisa mengimplementasikan sistem ke dalam teknologi. Dalam diagram proses bisnis terdapat simbol-simbol grafis antara lain, flow object, connection object, swimless dan artifacts.

1. Flow Object

a) Event, direpresentasikan ke dalam simbol bentuk lingkaran dan menjelaskan aktivitas yang terjadi pada suatu waktu. Terdapat tiga jenis event berdasarkan kapan mereka mempengaruhi alur, yakni awal, pertengahan dan akhir dari event. Untuk setiap event dibagi ke dalam beberapa jenis, contohnya massage start yang berarti ada pesan event tersebut dimulai dengan masuknya pesan.

(35)

24 Tabel 1 : Simbol event awal

(36)

25

Tabel 2 : Simbol event Pertengahan

(37)

26 Tabel 3: Simbol event akhir

Sumber : sthepen A. White, 2004

b) Activity merepresentasikan pekerjaan (task) yang harus diselesaikan. Terdapat empat macam activity, yaitu, task, looping task, sub process, dan looping sub process. Activity ditunjukkan dengan simbol persegi panjang dengan sudut yang tumpul, bentuk ini merupakan bentuk yang umum untuk menggambarkan suatu pekerjaan yang dilakukan oleh perusahaan.

(38)

27

Gambar I: simbol activity

Sumber : sthepen A. White, 2004

c) Gateway ditunjukkan dengan bentuk seperti belah ketupat yang menggambarkan proses pemecahan alur dalam suatu proses bisnis, yang berguna dalam mengontrol alur urutan yang menyebar atau memusat.

Gambar II: simbol gateaway

Sumber : sthepen A. White, 2004

2. Connecting Object

Connection object merupakan aliran pesan antar proses satu kejadian dengan kejadian lain yang memiliki hubungan dan juga menggambarkan dari hubungan tersebut. Dalam connection object terdapat tiga jenis alur, yaitu:

a) Alur Sequence (sequence flow )

Digunakan untuk menunjukkan urutan kegiatan yang akan dilakukan dalam sebuah proses.

(39)

28 b) Alur Pesan (message flow)

Digunakan untuk menunjukkan aliran pesan antara dua entitas yang siap untuk mengirim maupun menerima

c) Asosiasi (association)

Digunakan untuk asosiasi data, informasi dan artefak dengan aliran benda.

Berikut gambaran simbol dari squence flow, message flow, dan association.

Gambar III: simbol squence,message,association

Sumber : sthepen A. White, 2004

d) Swimlanes

Swimlanes digunakan untuk mengategorikan secara visual seluruh elemen dalam diagram, dengan kata lain swimlanes menggambarkan siapa saja yang bekerja pada bagian tertentu daripada sebuah proses dengan simbol dari flowchart. Terdapat dua jenis swimlanes, yaitu pool dan lane Pool mewakili partisipan dalam sebuah proses dan Lane sebagai sub-bagian dalam sebuah pool yang akan menambah panjang dari pool baik vertikal maupun horizontal.

(40)

29

Gambar IV : simbol pool dan lane

Sumber : sthepen A. White, 2004

e) Artifact

Artifact adalah elemen yang digunakan untuk memberikan

informasi tambahan dari sebuah diagram. Terdapat tiga jenis elemen yaitu:

1) Data object, digunakan untuk menjelaskan data yang dibutuhkan atau diproduksi oleh aktivitas.

2) Group, untuk mengelompokkan sejumlah aktivitas di dalam proses tanpa mempengaruhi proses yang sedang berjalan. 3) Annotiation, digunakan untuk memberi catatan agar diagram

menjadi lebih mudah dipahami.

Adapun simbol-simbol yang digunakan untuk menggambarkan ketiga elemen tersebut untuk memudahkan pelaku bisnis, yakni sebagai berikut:

(41)

30

Gambar V : simbol data, group, annotation

Sumber : sthepen A. White, 2004

Notasi Business Process Modelling Notation (BPMN) dapat memodelkan pesan kompleks yang dilewatkan oleh pelaku bisnis. Business Process Modeling Notation (BPMN) memiliki kelebihan karena dapat menggambarkan secara grafis pemisahan aliran proses berdasarkan organisasi atau departemen yang melakukannya.

G. Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya terkait dengan perancangan proses bisnis sudah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Penelitian dilakukan pada UD Honda II Kepanjen AHASS 06641 dengan menggunakan pendekatan Quality Evaluation Framework (QEF).

Menurut Rumaysha, dkk (2017), dengan menggunakan pendekatan Quality Evaluation Framework (QEF) dalam melakukan pemodelan proses bisnis, peneliti akan mengetahui adanya gap antara hasil dari target pada proses bisnis yang berjalan dengan hasil kalkulasi yang dilakukan dengan metode Quality Evaluation Framework (QEF). Dengan demikian dari hasil penelitian

(42)

31

tersebut peneliti dapat memberikan saran terkait temuan untuk rekomendasi bagi perusahaan yang dijadikan sebagai objek penelitian tersebut.

Penelitian lain dilakukan oleh Puspitasari (2018) dengan judul Pemodelan dan Evaluasi Proses Bisnis Menggunakan Quality Evaluation Framework (QEF) (Studi Kasus Radjawali Sport). Dalam penelitian tersebut menghasilkan suatu perbandingan antara target perusahaan yang dijadikan sebagai objek penelitian dengan hasil kalkulasi. Penelitian tersebut hampir menyerupai penelitian sebelumnya namun terdapat pada perbedaan objek penelitian.

Penelitian lain dilakukan oleh Sudarpi (2018) pada proses bisnis di PT.Group Mitra Indonesia Dalam penelitian tersebut digunakan Quality Evaluation Framework (QEF) sehingga dapat mengetahui hasil perbandingan antara target perusahaan dengan realisasi target. Dari hasil penelitian terdahulu tersebut dapat dijadikan sebagai pendukung untuk rekomendasi proses bisnis yang dirancang oleh peneliti.

(43)

32 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2016) Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang mempelajari dan memaparkan aspek siapa, apa, bilamana, dan bagaimana dari suatu topik, yang kemudian dipaparkan kedalam bentuk deskripsi yang menjelaskan secara keseluruhan. Dengan demikian, penelitian ini menghasilkan laporan yang mendeskripsikan atau menggambarkan suatu temuan tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku secara umum.

Dalam penelitian ini, proses pengumpulan data dilakukan dengan natural dan kondisi yang alamiah, data dapat diperoleh dari proses-proses interaksi sosial dengan pengelola Desa Wisata, pengunjung bahkan dengan warga setempat. Dengan demikian, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2016) metode kualitatif adalah metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah atau natural dan peran peneliti adalah instrumen kunci. Selain itu, metode ini digunakan untuk mendapatkan data yang mengandung makna, dan makna merupakan data yang sebenarnya.

(44)

33 B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian pada proses bisnis di Desa Wisata Nglinggo dilakukan penulis pada bulan Februari 2020 hingga Maret 2020.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh penulis di Desa Wisata Nglinggo, Kalurahan Pagerharjo, Kapanewon Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah pengurus kelompok Sadar Wisata selaku pengelola Desa Wisata Nglinggo, Kalurahan Pagerharjo, Kapanewon Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta.

D. Data Penelitian

Data penelitian yang hendak dikumpulkan oleh penulis adalah gambaran umum mengenai Desa Wisata Nglinggo, struktur organisasi pengelola Desa Wisata Nglinggo, dan alur bisnis yang sedang berjalan di Desa Wisata Nglinggo. Selain itu penulis juga membutuhkan dokumen dan informasi sebagai pendukung yang berkaitan dengan proses bisnis Desa Wisata Nglinggo.

(45)

34 E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam usaha untuk memperoleh data dan informasi yang akan digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti melakukan pengumpulan data, sebagai berikut:

1. Wawancara

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode wawancara tidak terstruktur. Menurut Sugiyono (2016) wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun sebelumnya dan hanya menggunakan garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara akan dilakukan kepada pengurus Kelompok Sadar Wisata dalam usaha mendapatkan informasi gambaran umum Desa Wisata Nglinggo dan informasi tentang kebiasaan atau aktivitas apa saja yang dilakukan keseharian nya, yang nantinya akan disimpulkan dalam satu rangkaian suatu aktivitas bisnis di Desa Wisata Nglinggo. Selain itu dengan melakukan wawancara peneliti juga akan menggali informasi terkait target-target Desa Wisata Nglinggo, dan informasi lain yang berkaitan dengan proses bisnis Desa Wisata Nglinggo.

(46)

35 2. Observasi

Dalam penelitian ini menggunakan observasi non partisipan guna mengamati dan memperoleh informasi yang diperlukan dalam penelitian ini. Informasi yang bisa didapatkan dari teknik observasi ini antara lain melihat alur atau sistematika bisnis yang terjadi secara faktual di Desa Wisata Nglinggo, selain itu observasi juga digunakan sebagai usaha mencari data yang tidak didapatkan dari proses wawancara seperti adanya waktu jam kerja, aktivitas operasional di lapangan dan lainnya. Penggunaan teknik observasi non-partisipan juga diharapkan dapat meminimalkan data manipulatif dari proses observasi yang dilakukan. Observasi dilakukan bisa dilakukan bersamaan dengan waktu wawancara maupun dengan waktu tertentu secara khusus.

3. Dokumentasi

Menurut Hikmat (2011) Dokumentasi adalah usaha untuk mengumpulkan atau memperoleh data dari data yang sudah tersedia. Pada umumnya data yang tersedia untuk didokumentasikan berupa data statistik, agenda kegiatan, produk keputusan atau kebijakan, sejarah serta data lain yang berkaitan dengan objek penelitian. Dalam penelitian ini, dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan informasi terkait struktur organisasi Kelompok Sadar Wisata Desa Wisata Nglinggo, dokumen-dokumen terkait

(47)

36

proses bisnis seperti perekapan uang pendapatan dari loket, perekapan pendapatan dari parkir, maupun rekap pendapatan Desa Wisata Nglinggo.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis deskriptif, yaitu mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2016). Dalam penelitian ini, analisis data yang dilakukan nantinya dapat mendeskripsikan proses bisnis Desa Wisata Nglinggo.

Dengan hasil deskripsi data atau temuan, penulis menentukan langkah-langkah dalam menjawab rumusan masalah sebagai berikut:

1. Mereduksi data untuk keperluan identifikasi proses bisnis yang berjalan saat ini di Desa Wisata Nglinggo. Reduksi data dilakukan untuk mempermudah proses identifikasi proses bisnis karena data yang diperoleh sangat kompleks. Dari hasil pengumpulan data yang cukup kompleks tersebut, dilakukan pemilahan data atau informasi apa saja yang bisa digunakan hingga dapat mengidentfikasi proses bisnis Desa Wisata Nglinggo.

2. Melakukan analisis proses bisnis yang sudah berhasil di identifikasi dengan menggunakan Quality Evaluation Framework (QEF). Analisis dilakukan dengan cara menentukan quality factor sebagai

(48)

37

dasar kualifikasi proses analisis dan evaluasi proses bisnis yang berjalan saat ini. Quality factor ditentukan dari hasil wawancara maupun informasi lainnya yang kemudian dilanjutkan proses perhitungan sesuai dengan persamaan pada metode Quality Evaluation Framework (QEF).

3. Merancang rekomendasi proses bisnis untuk Desa Wisata Nglinggo. Dari hasil perhitungan quality factor, nantinya akan menunjukkan adanya kelemahan atau kekurangan yang akan dijadikan sebagai dasar perancangan proses bisnis untuk di Desa Wisata Nglinggo. 4. Mengambil kesimpulan dari hasil perancangan rekomendasi proses

(49)

38 BAB IV

GAMBARAN UMUM A. Sejarah Singkat Desa Wisata Nglinggo

Desa Wisata Nglinggo adalah sebuah destinasi wisata dengan konsep wisata alam yang terletak di wilayah pegunungan menoreh, tepatnya di Pedukuhan Nglinggo Kalurahan Pagerharjo Kapanewon Samigaluh Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta. Pembangunan dan pengembangan Desa Wisata Nglinggo di inisiasi oleh masyarakat Padukuhan Nglinggo Barat dan Padukuhan Nglinggo Timur sejak tahun 2004. Munculnya kesadaran masyarakat terhadap sumber daya yang dimiliki untuk dapat dikembangkan, masyarakat mulai mengelola aset yang mereka miliki yaitu perkebunan teh. Dengan adanya kesadaran tersebut, mulai muncul adanya inisiatif untuk terus mengembangkan demi meningkatkan taraf kehidupan ekonomi yang lebih baik. Berbagai kegiatan dilakukan oleh kelompok masyarakat dalam usaha pengembangan desa wisata, kemudian diwujudkan setelah Pemerintah Desa Pagerharjo dan Dinas Pariwisata Kabupaten Kulon Progo menetapkan kawasan wisata Nglinggo berstatus desa wisata dan ditetapkannya Desa Wisata Nglinggo pada tahun 2004. Perkembangan Desa Wisata Nglinggo didukung dengan adanya program pendampingan dari pihak Dinas Pariwisata Kulon Progo yang kemudian dibentuk sebuah kelompok kepengurusan yang melibatkan berbagai elemen masyarakat mulai dari kelompok PKK, kelompok

(50)

39

karang taruna, kelompok tani dan juga melibatkan Pemerintah Desa Pagerharjo. Setelah terbentuk suatu kelompok pengelola desa wisata bernama Kelompok Sadar Wisata Desa Wisata Nglinggo, anggota yang tergabung dari kelompok tersebut mendapatkan pelatihan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Pariwisata pada tahun 2009 hingga 2011 dari pihak Dinas Pariwisata Kabupaten Kulon Progo, Dinas Pariwisata DIY, dan Kementerian Pariwisata.

Setelah adanya penetapan Desa Wisata Nglinggo dan pendampingan dari berbagai pihak pemerintahan, perkembangan Desa Wisata Nglinggo cukup progresif dengan adanya pengembangan objek wisata baru di kawasan Desa Wisata Nglinggo oleh masyarakat setempat. Berikut gambaran singkat terkait Desa Wisata Nglinggo:

(51)

40 Tabel 4 : Profil Desa Wisata Nglinggo

Profil Keterangan

Nama desa

wisata Desa Wisata Nglinggo Alamat Kalurahan Pagerharjo

Kapanewon Samigaluh Kabupaten Kulon Progo

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Pendirian tahun 2004

No. SK. penetapan SK Desa No : 07A SK Dinas Kabupaten No : 556/45/KPTS/VIII/2016 SK Dinas Provinsi

Kepengurusan nama Teguh Kumoro jabatan ketua pengelola No. Hp. 082243531078 Potensi desa

wisata

potensi

alam kebun teh, bukit ngisis, gunung jaran, camping ground potensi

budaya

tari lengger topeng, jathilan, tradisi saparan, pembuatan gula aren, pembuatan the sangrai.

Hiburan Off-road

lain-lain homestay, kedai / warung kopi

(52)

41 B. Visi dan Misi Desa Wisata Nglinggo

Seluruh kelompok masyarakat dan pengelola menyepakati dalam menentukan visi, misi dan tujuan Desa Wisata Nglinggo agar memudahkan dalam menjalankan kegiatannya menjadi lebih teratur. Berikut visi, misi dan tujuan dari Desa Wisata Nglinggo:

1. Visi

Menciptakan sebuah wujud Desa Wisa Nglinggo yang bersih, aman, nyaman, tenteram, dinamis serta seni dan berbudaya yang berkualitas untuk menjadikan wisata edukasi masyarakat tradisional.

2. Misi

a) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan motivasi dan komitmen bersama.

b) Membangun pola pikir yang rasional.

c) Melestarikan dan mengembangkan seni dan budaya tradisi masyarakat tradisional.

d) Meningkatkan sumber daya manusia dan sumber daya alam yang berkualitas dan berkembang.

e) Mengutamakan kualitas wisata dibandingkan kwantitas.

f) Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mmbangun wisata yang bersih, aman dan nyaman.

(53)

42 C. Struktur Organisasi

Desa Wisata Nglinggo dikelola oleh kelompok Sadar Wisata yang memiliki anggota dari berbagai elemen masyarakat yang melibatkan warga sekitar desa wisata. Keanggotaan pengurus tersebut disahkan atas keputusan Lurah Pagerharjo pada Surat Keputusan No. 33 Tahun 2016 yang ditetpkan pada tanggal 28 Desember 2016. Berikut kepengurusan kelompok Sadar Wisata Desa Wisata Nglinggo:

(54)

43 Tabel 5: Struktur Organisasi Desa Wisata Nglinggo

No Jabatan Nama Alamat

1 Ketua I Teguh Kumoro Nglinggo Barat

Ketua II Antonius Nugroho Nglinggo Barat

2 Sekretaris I Budiyanto Nglinggo Barat

Sekretaris II Doni Darmawan Nglinggo Timur

3 Bendahara I Sutarno Nglinggo Timur

Bendahara II Septia Widayani Nglinggo Barat

4 Koordinator Lapangan Kukuh A. Nglinggo Timur

Widarso Nglinggo Barat

5 Koordinator Bidang

a. Humas Sudarto Nglinggo Timur

Sardi Nglinggo Timur

b. Publikasi Hendi Nglinggo Timur

Triyanto Nglinggo Barat

c. Pengembngan Potensi Agung M.N Plono Barat

Melki Binaro Nglinggo Barat

d. Homestay Heri Susanto Sinogo

Kuswantoro Nglinggo Barat

e. Aset Sumarno Nglinggo Barat

Imam Panuwun Nglinggo Barat

f. Dokumentasi Krisdianto Nglinggo Barat

g. Kuliner Riris Nglinggo Barat

Caswati Nglinggo Barat

h. Souvenir Bernad Nglinggo Timur

i. Pemandu Suwarjo Nglinggo Barat

Saipul Nglinggo Barat

Unik Nglinggo Barat

6 Koordinator Unit Pengelola Wisata

a. Wisata Kebun Teh Edi Tamsil Nglinggo Timur

b. Wisata Grojogan Watu Jonggol Wiyantoko Nglinggo Barat

c. Wisata Edukasi Ma'fui Nglinggo Barat

d. Wisata Off-road Melki Binaro Nglinggo Barat

e. Camping Ground Wakhit Nglinggo Timur

(55)

44 D. Tugas dan Wewenang

Dalam kepengurusan Desa Wisata Nglinggo, masing-masing pengurus memiliki tugas dan wewenang yang berbeda sesuai dengan jabatan dan posisi kepengurusan yang sudah ditetapkan. Berikut beberapa tugas pokok dan fungsi pengurus Kelompok Sadar Wisata:

1. Ketua Kelompok Sadar Wisata

Dalam Kelompok Sadar Wisata Desa Wisata Nglinggo, bertugas untuk mengelola dan mengorganisir anggota atau pengurus lain dalam upaya pengelolaan desa wisata.

2. Sekretaris Kelompok Sadar Wisata

Sekretariat membantu ketua Kelompok Sadar Wisata untuk memprsiapkan dan melaksanakan pengelolaan Desa Wisata Nglinggo. Adapun beberapa tugas yang dilakukan oleh sekretariat kelompok sadar wisata:

a) Menyelenggarakan kegiatan administrasi dan mempersiapkan bahan untuk kelancaran tugas ketua.

b) Mempersiapkan bahan untuk laporan memberikan laporan kepada Pemerinta Daerah dan Dinas Pariwisata.

(56)

45

d) Mempersiapkan segala keperluan surat menyurat untuk kebutuhan operasional Desa Wisata Nglinggo.

3. Bendahara

Bendahara merupakan perangkat yang bertugas membantu kegiatan keuangan yang berkaitan dengan keuangan Desa Wisata Nglinggo. Selain itu bendahra juga memberikan laporan kepada Pemerintah Daerah dan Dinas Pariwisata mengenai keuangan Desa Wisata Nglinggo. Berikut beberapa tugas pokok bendahara pada Kelompok Sadar Wisata:

a) Bendahara I (satu)

1) Mengelola uang dari hasil pendapatan Desa Wisata Nglinggo. 2) Mengatur arus keluar dan masuknya uang kas Desa Wisata

Nglinggo. b) Bendahara II (dua)

1) Membuat laporan keuangan Desa Wisata Nglinggo. 2) Mencatat dan merekap pendapatan Desa Wisata Nglinggo.

4. Koordinator Lapangan

Koordinator lapangan bertugas untuk mengkoordinasi kegiatan operasional pengelolaan di Desa Wisata Nglinggo. Berikut beberapa tugas koordinator lapangan Kelompok Sadar Wisata:

(57)

46

a) Memastikan bahwa keamanan, kenyamanan, kebersihan pada Desa Wisata Nglinggo berjalan dengan baik.

b) Mengoordinir kegiatan operasional yang berjalan di Desa Wisata Nglinggo.

c) Menarik uang kebersihan kepada warung- warung yang ada dikawasan Desa Wisata Nglinggo.

5. Koordinator Bidang

Koordinator Bidang bertugas untuk membantu ketua melaksanaan pengelolaan Desa Wisata Nglinggo di sektor wisata alam, budaya, dan lainnya. Berikut beberapa tugas daripada koordinator bidang pada Kelompok Sadar Wisata:

a) Memastikan pelayanan konsumen dapat dilaksanakan dengan baik. b) Memastikan segala kebutuhan setiap bidang wisata telah dipersiapkan

(58)

47 BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Proses Bisnis Desa Wisata Nglinggo

Desa Wisata Nglinggo merupakan objek wisata yang menyediakan destinasi wisata dan beberapa hiburan yang dapat dinikmati oleh pengunjung. Proses bisnis utama yang berjalan pada Desa Wisata Nglinggo adalah melayani pengunjung untuk menikmati panorama yang tersedia. Dalam proses bisnis di Desa Wisata Nglinggo meliputi berbagai aktivitas mulai dari awal persiapan buka Desa Wisata, pengunjung datang untuk berwisata, pembelian tiket, hingga Desa Wisata tutup. Selain itu, juga terdapat proses bisnis dalam proses penerimaan dari pembagian hasil retribusi hiburan off-road,camping ground, dan uang kebersihan warung. Dalam proses bisnis yang berjalan kesehariannya di Desa Wisata Nglinggo melibatkan beberapa orang yang ada di dalamnya antara lain bendahara, petugas loket, petugas parkir maupun pengelola lainnya.

Dari hasil wawancara dan observasi yang sudah penulis lakukan, berhasil diidentifikasi sebanyak tujuh proses bisnis utama yang berkaitan langsung dengan pendapatan Desa Wisata Nglinggo. Berikut proses bisnis yang berhasil di identifikasi:

(59)

48

1. Proses bisnis persiapan operasional Desa Wisata Nglinggo.

Desa Wisata Nglinggo dimulai dari persiapan awal ketika desa wisata mulai dibuka dan beroperasi setiap harinya. Desa Wisata Nglinggo secara efektif beroperasi mulai dari pukul 08.00 pagi hingga pukul 17.00 sore sehingga penetapan jam kerja petugas adalah 9 jam kerja. Persiapan rutin dilakukan mulai dari sekitar jam 07.30 pagi petugas loket dan parkir mendatangi rumah bendahara untuk mengambil modal yang digunakan untuk uang kembalian dari hasil penjualan tiket maupun dari parkir, karena biasanya uang yang diterima dari penjualan tiket maupun parkir tidak pada nominal yang pas sehingga memerlukan uang kembalian. Setelah uang modal diterima oleh petugas loket dan parkir, kemudian petugas bergegas untuk ke lokasi tugas masing-masing dan mulai melaksanakan tugasnya.

2. Proses bisnis pelayanan pengunjung yang datang di Desa Wisata Nglinggo.

Ketika Desa Wisata Nglinggo mulai beroperasi dan petugas sudah berjaga pada lokasi tugasnya masing-masing, maka sudah siap untuk menerima setiap pengunjung yang datang ke Desa Wisata Nglinggo. Ketika pengunjung datang biasanya pengunjung akan langsung menuju ke loket tempat pemesanan tiket dilanjutkan dengan pemesanan tiket oleh pengunjung dan tiket akan diberikan kepada pengunjung. Setelah tiket diterima pengunjung biasanya pengunjung akan membayarkan tiket dan

(60)

49

akan langsung diterima oleh petugas loket. Dalam pembayaran tidak ada negosiasi harga dikarenakan harga tiket retribusi Desa Wisata Nglinggo sudah ditetapkan.

3. Proses bisnis bagian parkir Desa Wisata Nglinggo

Proses bisnis bagian parkir Desa Wisata Nglinggo terjadi ketika pengunjung sudah melakukan pembelian tiket dan sudah memasuki area wisata. Ketika pengunjung sudah memasuki area wisata sudah terdapat lahan parkir yang disediakan. Saat pengunjung hendak memasuki area parkir, petugas yang bertugas pada bagian parkir akan memberikan arahan kepada pengunjung untuk memarkirkan kendaarannya dengan aman dan nyaman. Setelah kendaraan pengunjung terparkir, petugas akan memberikan karcis. Ketika pengunjung hendak pulang biasanya pengunjung akan membayarkan uang parkir dan petugas menerima uang pembayaran parkir.

4. Proses bisnis rekap penerimaan Desa Wisata Nglinggo

Penerimaan utama Desa Wisata Nglinggo berasal dari hasil penjualan tiket dan juga hasil parkir kendaraan pada Desa Wisata Nglinggo. Dari hasil penerimaan yang didapat, biasanya akan dilakukan rekap atau pencatatan setiap harinya yang dilakukan setelah jam operasi Desa Wisata Nglinggo selesai kurang lebih sekitar jam 17.00 sore.

(61)

50

Proses bisnis rekap penerimaan Desa Wisata Nglinggo dilakukan mulai dari petugas parkir dan petugas loket yang sudah selesai melakukan penjagaan, petugas loket dan parkir akan menuju ke rumah bendahara I untuk menyetorkan hasil pendapatan, di sisi lain bendahara II juga akan mendatangi kediaman bendahara I untuk melakukan perekapan secara bersamaan. Setelah uang penghasilan dilaporkan, bendahara akan menghitung jumlah uang yang disetorkan petugas loket dan parkir dan dicocokan dengan jumlah karcis yang terpakai. Apabila tidak sesuai akan dilakukan pengihutangan ulang hingga jumlah sesuai. Setelah hitungan sudah cocok, bendahara II akan mencatat hasil penerimaan pada hari tersebut.

5. Proses bisnis rekap penerimaan dari Off-road

Salah satu hiburan yang dapat diakses oleh pengunjung di Desa Wisata Nglinggo adalah Off-road. Fasilitas hiburan tersebut menyediakan fasilitas perjalanan ke beberapa rute yang sudah disediakan di sekitar Desa Wisata Nglinggo yang dapat dinikmati oleh pengunjung, Off-road dikelola oleh kelompok diluar dari Kelompok Sadar Wisata Desa Wisata Nglinggo, namun dikarenakan Off-road beroperasi di lingkungan Desa Wisata Nglinggo makan berpengaruh pada proses bisnis Desa Wisata Nglinggo karena dari hiburan Off-road Desa Wisata Nglinggo mendapatkan pembagian hasil dari Off-road tersebut.

(62)

51

Pendapatan yang diterima Desa Wisata Nglinggo biasanya diperoleh ketika pengelola Off-road menerima pemasukan dari event atau tamu rombongan yang menggunakan hiburan Off-road. Off-road biasanya dapat dipesan oleh pengunjung yang dimulai dari proses pemesanan pengunjung kepada pihak pengelola Off-road, dan biasanya pengelola akan menawarkan pilihan rute yang dapat dipilih oleh pengunjung yang sangat bervariasi. Setelah pengunjung menentukan rute yang diminati, nantinya pengelola dan pengunjung akan bernegosiasi terkait harga yang ditentukan. Setelah harga disepakati, pengunjung akan membayarkan uang sewa senilai harga yang disepakati. Dan pengunjung bisa dapat menikmati perjalanan berkeliling menggunakan Off-road.

Setiap kali pihak pengelola Off-road menerima pendapatan dari tamu rombongan ataupun event, pengelola Off-road akan mencatat pendapatan dan dilanjutkan dengan melaporkan kepada bendahara II Kelompok Sadar Wisata Desa Wisata Nglinggo bahwa menerima tamu rombongan atau event tertentu yang melibatkan off-road. Setelah bendahara menerima laporan, bendahara akan menarik uang retribusi dari pengelola Off-road yang kemudian akan dibayarkan oleh pengelola Off-road kepada bendahara Kelompok Sadar Wisata Desa Wisata Nglinggo. Biasanya jumlah bagi hasil yang diterima disesuaikan dengan jumlah pengunjung yang dipatok pada harga loket sehingga biasanya tidak ada negosiasi.

(63)

52

Selanjutnya perolehan tersebut akan langsung dicatat oleh bendahara sebagai penerimaan kas.

6. Proses bisnis rekap penerimaan dari warung dan kedai kopi di Desa Wisata Nglinggo

Di Desa Wisata Nglinggo, selain pengunjung dapat menikmati tempat wisata juga dapat menimati santapan di warung maupun kedai kopi yang ada di wilayah Desa Wisata Nglinggo. Warung tersebut sebenarnya milik warga masyarakat yang ada di wilayah tersebut dan dikelola secara personal. Namun dari kegiatan warung tersebut biasanya ada dana yang diperoleh Desa Wisata Nglinggo yaitu uang kebersihan yang ditarik tiap bulannya yang biasanya dilakukan oleh koordinator lapangan.

Penerimaan yang diterima Desa Wisata Nglinggo biasanya melalui proses bisnis yang dimulai dari penarikan yang dilakukan rutin tiap bulannya oleh koordinator lapangan kepada pada pemilik warung maupun kedai. Setelah dilakukan penarikan biasanya pemilik warung akan langsung membayarnya dan koordinator lapangan akan melaporkan dan menyetor uang kebersihan kepada bendahara II. Setelah menerima laporan dan menerima setoran uang dari setiap warung, bendahara akan mencatat penerimaan tersebut.

(64)

53

7. Proses bisnis penerimaan dari Camping Ground di Desa Wisata Nglinggo

Di wilayah Desa Wisata Nglinggo terdapat destinasi bisa digunakan sebagai area camping oleh pengunjung. Area camping ground tersebut hanya dikelola oleh beberapa anggota keluarga saja dan tidak masuk dalam area pengelolaan Kelompok Sadar Wisata Desa Wisata Nglinggo.

Dari hasil pendapatan camping tersebut menurut hasil wawancara yang dilakukan, ada pembagian hasil yang di dapatkan Desa Wisata Nglinggo. Dalam pembagian hasil tersebut terdapat proses bisnis yang berjalan yang dimulai ketika pihak pengelola dari area camping meminta bantuan untuk jaga kepada anggota Kelompok Sadar Wisata Desa Wisata Nglinggo apabila terdapat keperluan di area camping. Setelah ada persetujuan, pihak dari Kelompok Sadar Wisata akan melakukan penjagaan dan apabila penjagaan sudah selesai akan melaporkan kepada pengelola camping. Setelah segala keperluan selesai, pengelola camping akan melaporkan pada bendahara Desa Wisata Nglinggo dan dibuat kesepakatan bagi hasil apabila kesepakatan diterima pembagian hasil akan langsung dibayarkan oleh pengelola camping kepada bendahara II Kelompok Sadar Wisata yang kemudian akan diacatat sebagai penerimaan.

Gambar

diagram proses bisnis
Tabel 2 : Simbol event Pertengahan
Gambar I: simbol activity
Gambar III: simbol squence,message,association
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui bagaimmana analisis model pembelajaran kooperatif terhadap

Untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif yang dilihat dari hasil belajar siswa, maka peneliti mengadakan tes hasil

Karena berkat izin dan ridho-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “Pengaruh Kompetensi dan Sistem Pengendalian Internal Terhadap Akuntabilitas

Pada variabel kebijakan hutang diperoleh angka t hitung sebesar 10,544 lebih besar daripada angka t tabel sebesar 1,979, memiliki arti bahwa secara parsial kebijakan

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar yang berjudul “Pengaruh

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh likuiditas, aktivitas, dan leverage terhadap perubahan laba pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis persepsi kebermanfaatan, persepsi kemudahaan penggunaan, dan persepsi kepuasan pengguna wajib pajak orang

ANALISIS KADAR LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) DAN CADMIUM (Cd) PADA IKAN MUJAIR ( Oreochromis mossambicus ) DI SUNGAI TAMBAKi. OSO KECAMATAN WARU KABUPATEN SIDOARJO DAN