• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. TEORI PENUNJANG. 8 Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "2. TEORI PENUNJANG. 8 Universitas Kristen Petra"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

2. TEORI PENUNJANG

2.1. Pasar Modal

Tandelilin (2010) menyatakan pengertian pasar modal secara umum adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal juga bisa di artikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umunya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi.

Tempat dimana terjadinya transaksi sekuritas disebut dengan bursa efek.

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006), pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif (opsi), maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lainnya (misalnya pemerintah) dan sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.

Menurut Undang-Undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995, pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek (Samsul, 2006). Definisi efek yang tertera dalam pengertian tersebut mencakup semua jenis surat berharga yang ada di pasar modal. Saat ini efek yang diperdagangkan di pasar modal Indonesia adalah saham, saham preferen, obligasi, obligasi konversi, right, dan waran.

2.1.1. Saham

Saham (stock atau share) dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2006).

(2)

Saham merupakan surat berharga yang memberikan penghasilan berupa dividen, yaitu pembagian laba yang dibagikan kepada pemegang saham (investor) apabila perusahaan penerbit saham mampu menghasilkan laba yang besar, maka akan ada kemungkinan para pemegang sahamnya akan menikmati keuntungan yang besar untuk dibagikan sebagai dividen (Marisca dan Wijaya, 2014).

2.1.2. Jenis Saham

Rusdin (2006), menyatakan bahwa berdasarkan manfaat yang diperoleh pemegang saham, saham dibedakan menjadi:

i. Saham Preferen

Jenis saham ini sering disebut dengan sekuritas campuran. Saham preferen pada prinsipnya sama dengan saham biasa yang tidak memiliki tanggal jatuh tempo dan juga mewakili kepemilikan perusahaan yang menerbitkan sahamnya. Beberapa ciri-ciri dari suatu bentuk saham preferen adalah sebagai berikut (Hartono, 2010) yaitu:

a. Hak preferen terhadap dividen b. Hak preferen pada waktu likuidasi.

Beberapa bentuk saham preferen diantaranya (Hartono, 2010), yaitu:

a. Convertible Preferred Stock: Saham preferen yang memungkinkan pemegang saham ini untuk menukarnya dengan saham biasa dengan rasio penukaran yang sudah ditentukan.

b. Callable Preferred Stock: Pemberian hak kepada perusahaan yang mengeluarkan saham preferen untuk membeli kembali saham ini dari pemegang saham pada tanggal tertentu di masa mendatang dengan nilai tertentu.

c. Floating atau Adjustable-rate Preferred Stock (ARP): Saham preferen ini merupakan saham inovasi baru di Amerika Serikat yang diperkenalkan pada tahun 1982. Saham preferen ini tidak membayar dividen secara tetap, tetapi tingkat dividen yang dibayar tergantung dari tingkat return dan sekuritas t-bill (treasury bill).

Menurut Keown (2008), karakteristik saham preferen adalah:

a. Perusahaan dapat mengeluarkan saham preferen lebih dari satu seri.

(3)

b. Saham preferen lebih diprioritaskan dibandingkan dengan saham biasa berkaitan dengan klaim terhadap aktiva sewaktu terjadi kebangkrutan.

c. Mempunyai sifat kumulatif, yaitu menuntut semua dividen saham preferen yang belum dibayar sebelum dividen saham biasa diumumkan.

d. Mempunyai persyaratan perlindungan, yaitu ketentuan untuk saham preferen yang termasuk dalam syarat-syarat dari penerbitan untuk melindungi kepentingan investor.

e. Saham preferen dapat disesuaikan atau diubah sesuai dengan keinginan pemegang saham menjadi sejumlah saham biasa dengan perbandingan tertentu.

f. Tarif saham preferen dapat disesuaikan.

g. Bersifat partisipasi yang memungkinkan pemegang saham preferen untuk memperoleh penghasilan melebihi pembayaran dividen yang telah ditentukan.

ii. Saham Biasa

Saham biasa merupakan jenis efek yang paling sering digunakan oleh emiten untuk memperoleh dana dari masyarakat dan juga merupakan jenis yang paling popular di pasar modal. Beberapa hak yang dimiliki oleh pemegang saham biasa adalah (Hartono, 2010) yaitu:

a. Hak Kontrol Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memilih dewan direksi perusahaan. Hal ini berarti bahwa pemegang saham mempunyai hak untuk mengontrol siapa yang akan memimpin perusahaannya.

b. Hak Menerima Pembagian Keuntungan Merupakan hak pemegang saham biasa untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan.

c. Hak Preemptive adalah hak untuk mendapatkan persentase kepemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham untuk tujuan melindungi hak kontrol dari pemegang saham lama dan melindungi harga saham lama dari penurunan nilai.

Menurut Keown, et al. (2008), karakteristik saham biasa adalah:

a. Pemegang saham biasa mempunyai hak laba setelah memperhitungkan pembayaran kepada pemegang obligasi dan saham preferen.

(4)

b. Saham biasa juga mempunyai klaim pada sisa aktiva dalam kasus likuiditas.

c. Pemegang saham biasa memilih dewan direksi dan secara umum merupakan satu-satunya pemegang surat-surat yang memiliki hak suara.

d. Mempunyai hak preemptive.

e. Tanggung jawab pemegang saham biasa saat terjadi kebangkrutan hanya sebatas besarnya investasi mereka.

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006), saham berdasarkan jenisnya dapat dibedakan menjadi:

i. Dilihat dari kinerja perdagangan:

a. Saham unggulan, yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang mempunyai reputasi tinggi, pemimpin di industri yang sejenis, mempunyai pendapatan stabil, dan konsisten dalam pembayaran dividen.

b. Saham pendapatan, yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen yang lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.

c. Saham pertumbuhan, yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, pemimpin di industri yang sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.

d. Saham spekulatif, yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun.

e. Saham siklikal, yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum.

2.1.3. Sektor Saham

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia versi 5 (KBBI V), definisi dari kata sektor adalah lingkungan suatu usaha, sehingga definisi sektor saham adalah lingkungan suatu saham berdasarkan usaha perusahaan berkaitan. Semua perusahaan publik yang mencatatkan sahamnya di BEI diklasifikasikan ke dalam sembilan sektor BEI. Sembilan sektor BEI tersebut didasarkan pada klasifikasi

(5)

industri yang ditetapkan oleh BEI dan disebut JASICA (Jakarta Stock Exchange Industrial Classification). Kesembilan sektor tersebut adalah:

i. Sektor Utama (industri penghasil bahan baku):

1. Sektor Pertanian 2. Sektor Pertambangan

ii. Sektor Kedua (industri manufaktur):

1. Sektor Industri Dasar dan Kimia 2. Sektor Aneka Industri

3. Sektor Industri Barang Konsumsi iii. Sektor Ketiga (industri jasa):

1. Sektor Properti, Real Estat, dan Konstruksi Bangunan 2. Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi

3. Sektor Keuangan

4. Sektor Perdagangan, Jasa, dan Investasi (www.idx.co.id, 2017)

2.1.4. Indeks Harga Saham

Indeks harga saham merupakan suatu nilai tertentu yang merupakan gabungan dari beberapa nilai saham. Menurut Tandelilin (2010) indeks harga gabungan merupakan indikator yang mencerminkan kinerja saham-saham di pasar. Sebagai salah satu indikator perekonomian sebuah negara, indeks harga saham dapat dihitung melalui beberapa metode perhitungan, antara lain adalah:

a. Menghitung rata-rata (arithmetic mean) harga saham yang masuk ke dalam anggota indeks tersebut.

b. Menghitung (geometric mean) dari indeks individual saham yang masuk dalam anggota indeks.

c. Menghitung rata-rata tertimbang nilai pasar.

Indeks harga saham adalah indikator atau cerminan harga saham. Indeks merupakan salah astu pedoman bagi investor untuk melakukan investasi di pasar modal, khususnya saham. Saat ini BEI memiliki 15 jenis indeks harga saham yang secara terus-menerus di sebarluaskan melalui media cetak maupun elektronik,

(6)

yaitu IHSG, MBX, Kompas100, LQ45, DBX, JJI, Infobank15, IDX30, BISNIS- 27, Investor33, PEFINDO25, SMinfra18, SRI-KEHATI, MNC36, dan ISSI.

2.1.4.1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks Harga Saham Gabunngan (IHSG) atau composite stock price index menggunakan seluruh saham tercatat sebagai komponen penghitungan indeks.

Masing-masing pasar modal memiliki indeks yang berbentuk berdasarkan saham- saham yang di pakai sebagai dasar dalam perhitungan indeks harga. IHSG di gunakan sebagai indikator pergerakan harga saham di BEI. Indeks ini mencakup pergerakan harga saham seluruh saham biasa dan preferen yang tercatata di BEI.

Dengan adanya IHSG dapat menggambarkan keadaan pasar yang terjadi di BEI.

Menurut Akbar (2008) IHSG diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983, sebagai indikator pergerakan harga saham di BEI, indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI. Harga saham yang digunakan dalam menghitung IHSG adalah harga saham di pasar reguler yang didasarkan pada harga yang terjadi berdasarkan sistem lelang. Perhitungan IHSG dilakukan setiap hari, yaitu setelah penutupan perdagangan setiap harinya. Dalam waktu dekat, diharapkan perhitungan IHSG dapat dilakukan beberapa kali atau bahkan dalam beberapa menit, hal ini dapat dilakukan setelah sistem perdagangan otomatis diimplementasikan dengan baik.

2.2. Sentimen Pasar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia versi 5 (KBBI V) definisi sentimen adalah pendapat atau pandangan yang didasarkan pada perasaan yang berlebih-lebihan terhadap sesuatu (bertentangan dengan pertimbangan pikiran).

Sentimen menggambarkan sekelompok opini, emosi atau pandangan orang, dan sentimen pasar merangkum harapan semacam itu untuk pasar secara keseluruhan (Thorp, 2004). Sentimen pasar juga merupakan aktivitas pasar (lesu atau bergairah) sebagai akibat dikeluarkannya kebijakan oleh manajemen perusahaan atau pemerintah.

Sentimen pasar dapat terjadi di pasar modal. Pasar modal menunjukkan bahwa investor terpengaruhi oleh sentimen optimis dan pesimis dari waktu ke

(7)

waktu (Baker & Wurgler 2007). Pendekatan yang digunakan untuk mengukur sentimen pasar adalah sentimen investor atau para pelaku pasar, dan volume perdagangan dapat dilihat sebagai indeks sentimen investor. Para pelaku pasar pada umumnya memiliki sikap kesepakatan bersama untuk mengantisipasi pergerakan harga saham dalam suatu kondisi tertentu.

Sentimen investor tidak memiliki definisi pasti atau definisi yang dapat diterima secara global (Fitrahadi, 2012). Definisi sentimen investor pertama berasal dari konsep noise trader oleh Black (1986). Dari teori noise trader muncul sejumlah model dikembangkan oleh peneliti lain yaitu: De Long, Shleifer, Summers & Waldman (1990) dan Campbell & Kyle (1993) yang telah mencoba untuk menjelaskan pengaruh noise trader dalam menentukan harga saham.

Shleifer (2000) mendefinisikan sentimen investor sebagai keyakinan perilaku berbasis heuristik atau aturan praktis daripada rasionalitas dalam membuat keputusan investasi. Hal ini terjadi ketika preferensi dan kepercayaan investor memenuhi bukti psikologis daripada model ekonomi standar. Sementara itu beberapa peneliti lain merujuk sentimen investor sebagai kecenderungan untuk berdagang pada kebisingan daripada berdasarkan informasi (Black, 1986; De Long et al, 1990; Shleifer & Vishny, 1997; Baker & Wurgler, 2006).

Sentimen investor merupakan keyakinan investor terhadap arus kas harapan perusahaan di masa depan yang tidak didukung oleh informasi fundamental (Morck, Shleifer & Vishny, 1990 dan Baker & Wurgler, 2007).

Apabila sentimen investor diikuti oleh perubahan permintaan yang cukup besar terhadap saham perusahaan maka akan mengakibatkan terjadinya mispricing.

Peneliti lainnya mendefinisikan sentimen investor sebagai pesimisme investor yang berlebihan (bearish) dan optimisme (bullish) terhadap harga pasar saham saat ini dan masa depan (Shefrin, 2007; Brown & Cliff, 2004). Perilaku keuangan mengkaji dampak sentimen investor di pasar saham, dan sentimen investor dapat membantu menjelaskan nilai saham yang berkorelasi buruk dengan analisis fundamental keuangan murni (Brown and Cliff, 2005).

(8)

2.3. Efisiensi Pasar

Pada dasarnya penelitian ini ingin menguji bagaimana pasar bereaksi terhadap peristiwa kebijakan pemerintah. Reaksi yang ditunjukkan oleh pasar dapat bersifat positif ataupun negatif. Bersifat positif jika suatu informasi dapat menigkatkan harga-harga saham di pasar bursa, dan bersifat negatif jika berlaku sebaliknya. Jika pasar dapat bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan infromasi yang tersedia maka kondisi seperti itu disebut Pasar yang efisien (Hartono, 2015).

i. Syarat-syarat Pasar yang Efisien

Berikut adalah syarat-syarat pasar dikatakan efisien:

a. Penyingkapan Informasi: informasi dapat diperoleh dengah mudah, cepat dan gratis;

b. Harga dapat berubah secara bebas: Harga tidak dapat diintervensi oleh pihak manapun baik pembeli ataupun penjual saham, dan Undang-undang melarang adanya manipulasi harga;

c. Pasar senantiasa dalam keadaan seimbang: Pasar yang efisien ketika mendapat informasi baru, maka harga akan secara cepat menyesuaikan dan akan mencapai keseimbangan harga.

ii. Ciri-ciri Pasar yang Efisien

Berikut ini merupakan cirri-ciri pasar efisien:

a. Harga-harga saham merespon secara cepat dan tepat terhadap informasi baru;

b. Perubahan harga terjadi secara random/acak, yang artinya perubahan harga hari ini tidak ada kaitannya dengan perubahan harga dimasa lalu;

c. Tidak dapat menentukan mana saham yang menguntungkan atau merugikan dimasa depan;

d. Dari segi informasi maka tidak dapat dibedakan antara investor naif atau investor canggih, karena tidak diperlukan analisis yang dalam untuk membuat keputusan investasi.

iii. Bentuk Hipotesis Pasar Efisien

Dalam buku karangan Hartono (2015) dijelaskan bahwa kunci utama untuk mengukur pasar yang efisien adalah hubungan antara harga sekuritas dengan informasi. Fama dalam Hartono (2015), menyajikan tiga macam bentuk

(9)

utama dari efisiensi pasar berdasarkan tiga macam bentuk informasi, yaitu informasi masa lalu, informasi sekarang yang sedang dipublikasikan dan informasi privat sebagai berikut ini:

a. Pasar Efisien Bentuk Lemah

Pasar Efisien Bentuk Lemah (weak form) menyatakan bahwa harga saham sudah mencerminkan seluruh informasi yang diperoleh dengan memeriksa data perdagangan pasar seperti riwayat harga dimasa lalu, volume perdagangan, atau suku bunga jangka pendek. Data harga saham masa lalu tersedia secara luas dan gratis. Hipotesis bentuk lemah menekankan bahwa jika data tersebut menyampaikan sinyal yang tepat.

b. Pasar Efisien Bentuk Setengah Kuat

Pasar dikatakan efisien setengah kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan, seperti:

1. Informasi yang dipublikasikan hanya mempengaruhi satu emiten, seperti pengumuman laba, pembagian deviden, pengumuman pengembangan produk baru, pengumuman merger dan akuisisi, pengumuman perubahan metode akuntansi, pengumuman pergantian pemimpin perusahaan, dll.

2. Informasi yang dipublikasikan hanya mempengaruhi sebagian emiten yang bersangkutan, seperti informasi dari pemerintah agar meningkatkan kebutuhan cadangan bagi perusahaan perbankan, maka informasi ini hanya akan mempengaruhi saham perbankan saja.

3. Informasi yang dipublikasikan mempengaruhi seluruh emiten di pasar modal, seperti kebijakan pemerintah, pengumuman pergantian kabinet, bencana alam, kenaikan harga BBM, dll.

c. Pasar Efisien Bentuk Kuat

Pasar dikatakan efisien pasar bentuk kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang tersedia termasuk informasi yang privat. Jika pasar efisien dalam bentuk ini, maka tidak ada individual investor atau grup dari investor yang dapat memperoleh abnormal return karena mempunyai informasi privat.

d. Reaksi Pasar

Penelitian studi peristiwa meneliti reaksi pasar karena terdapat suatu

(10)

peristiwa. Pasar akan bereaksi pada peristiwa yang mengandung informasi. Suatu peristiwa dapat diibaratkan sebagai suatu kejutan (surprise) atau sesuatu yang tidak diharapkan (unexpected). Semakin besar kejutannya, semakin besar reaksi pasarnya. Reaksi pasar dari suatu peristiwa diproksikan dengan abnormal return. Abnormal return yang bernilai nol menunjukkan bahwa pasar tidak bereaksi terhadap peristiwa yang terjadi.

Jika pasar bereaksi terhadap peristiwa yang terjadi, maka akan diperoleh abnormal return signifikan berbeda dengan nol. Tanda dari abnormal return positif atau negatif menunjukkan arah reaksi pasar terjadi akibat kabar baik atau buruk. Peristiwa kabar baik diharapkan akan direaksi secara positif oleh pasar, begitu juga sebaliknya kabar buruk akan direaksi secara negatif oleh pasar.

Suatu peristiwa atau informasi dianggap sebagai kabar baik atau kabar buruk dihubungkan dengan nilai ekonomis yang dikandungnya. Jika suatu peristiwa atau informasi mengandung nilai ekonomis meningkatkan nilai perusahaan, maka dikategorikan sebagai kabar baik. Jika peristiwa tersebut mengandung nilai ekonomis menurunkan nilai perusahaan, maka termasuk sebagai kabar buruk.

Selain menggunakan abnormal return, reaksi pasar juga dapat ditunjukkan dengan adanya perubahan volume perdagangan saham yang diukur dengan trading volume activity (TVA). Dengan menggunakan volume perdagangan saham, maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman yang mengandung informasi mengakibatkan tingkat permintaan saham akan lebih tinggi daripada tingkat penawaran saham sehingga volume perdagangan saham mengalami peningkatan. Sebaliknya, jika pengumuman tidak mengandung informasi maka tingkat permintaan saham akan lebih rendah dibandingkan tingkat penawaran saham sehingga volume perdagangan saham mengalami penurunan.

2.4. Tax Amnesty

Indonesia mengeluarkan kebijakan tax amnesty yang merupakan program pengampunan yang di berikan oleh Pemerintah kepada WP meliputi penghapusan pajak terutang, pengahapusan sanksi administrasi perpajakan, serta penghapusan

(11)

sanksi pidana di bidang perpajakan atas harta yang diperoleh pada tahun 2015 dan sebelumnya yang belum di laporkan dalam SPT. Penghapusan pajak terutang dilakukan dengan cara melunasi seluruh tunggakan pajak yang dimiliki dan membayar uang tebusan (www.pajak.go.id, 2017).

Latar belakang tax amnesty diberlakukan kepada para WP di antaranya adalah (1) terdapat harta milik warga negara baik di dalam maupun di luar negeri yang belum atau belum seluruhnya dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan, (2) untuk meningkatkan penerimaan negara dan pertumbuhan perekonomian serta kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam pelaksanaan kewajiban perpajakan, perlu menerbitkan kebijakan Pengampunan Pajak, dan (3) kasus Panama Pappers yang melibatkan sejumlah pengusaha- pengusaha Indonesia melakukan penanaman modal pada perusahaan gelap yang sengaja didirikan di wilayah-wilayah surga bebas pajak (tax havens).Berdasarkan ketiga latar belakang tax amnesty tersebut, maka presiden republik Indonesia pada tanggal 1 Juli 2016 mengesahkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak berlaku hingga 31 Maret 2017 dan terbagi ke dalam 3 periode, yaitu Periode I: dari tanggal 1 Juli 2016 s.d 30 September 2016, Periode II: dari tanggal 1 Oktober 2016 s.d 31 Desember 2016, Periode III: dari tanggal 1 Januari 2017 s.d 31 Maret 2017.

Pengampunan pajak dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum, keadilan, kemanfaatan, dan kepentingan nasional. pengampunan pajak bertujuan untuk: (1) mempercepat pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi melalui pengalihan harta, yang antara lain akan berdampak terhadap peningkatan likuiditas domestik, perbaikan nilai tukar Rupiah, penurunan suku bunga, dan peningkatan investasi, (2) mendorong reformasi perpajakan menuju sistem perpajakan yang lebih berkeadilan serta perluasan basis data perpajakan yang lebih valid, komprehensif, dan terintegrasi, dan (3) meningkatkan penerimaan pajak, yang antara lain akan digunakan untuk pembiayaan pembangunan.

Kebijakan tax amnesty akan berdampak pada masuknya likuiditas domestik karena adanya repatriasi atau pengembalian aset dari luar negeri ke dalam negeri yang nantinya akan menambah likuiditas pasar uang dan pasar modal. Peningkatan likuiditas domestik ini tentu akan berpengaruh pada

(12)

pertumbuhan ekonomi Indonesia dan akan berdampak pada penguatan dan kestabilan nilai rupiah, inflasi yang terjaga dan stabil, serta penurunan tingkat suku bunga acuan Bank Sentral Indonesia. Kondisi makro ekonomi yang membaik dan stabil akan mendorong kepercayaan investor dan membuat para investor merasa aman untuk menginvestasikan dananya di pasar modal.

Banyaknya dana yang kembali ke tanah air juga membuat banyak perusahaan yang tertarik untuk menghimpun dana repatriasi untuk mengembangkan perusahaan. Hal ini juga dapat menambah jumlah perusahaan yang akan menjual sahamnya ke publik atau Initial Public Offering (IPO), sehingga kondisi ini akan memperkuat pasar modal Indonesia (Afriyadi, 2016).

2.5. Event Study

Suatu penelitian yang mengamati dampak dari pengumumam informasi terhadap harga sekuritas sering disebut dengan event studies. Menurut Hartono (2015) studi peristiwa merupakan suatu pendekatan metodologikal yang penting dan mulai banyak di gunakan di penelitian-penelitian keuangan, ekonomi, akuntansi, pemasaran, politik, sistem informasi dan penelitian-penelitian sosial lainnya. Pengertian event study yang berhubungan dengan return saham yang terjadi sekitar peristiwa sistematis terutama pengumuman atau peristiwa ekonomi atau non ekonomi yang di duga memberikan informasi baru tentang suatu perusahaan (Lamasigi, Tresisye, dan Ariance, 2002). Secara lebih spesifik studi peristiwa menyelidiki respons pasar terhadap kandungan informasi dari suatu pengumuman atau publikasi peristiwa tertenti (Tandelilin, 2010). Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi dari suatu pengumuman dan dapat digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat (Hartono, 2015). Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas bersangkutan.

Menurut Hartono (2015) terdapat tiga alasan untuk melakukan studi peristiwa yaitu, (1) studi peristiwa banyak digunakan untuk menganalisis pengaruh dari suati peristiwa terhadpa nilai perusahaan, (2) studi peristiwa

(13)

mengukur langsung pengaruh peristiwa terhadap harga saham perusahaan pada saat terjadinya peristiwa karena harga saham tersedia pada saat peristiwanya terjadi, dan (3) studi peristiwa memiliki data yang mudah diperoleh sehingga penelitian dapat dilakukan. Data yang pada umumnya digunakan untuk melakukan penelitian studi peristiwa adalah data harga-harga saham perusahaan bersangkutan dan indeks pasar.

Tujuan suatu penelitian studi peristiwa adalah untuk berusaha mendeteksi respons pasar pada suatu peristiwa yang dipublikasikan. Secara spesifik tujuan studi peristiwa mencakup pengujian teori, pengujian respons pasar, dan pengujian return tak normal (Tandelilin, 2010). Pengujian teoritis pada studi peristiwa merupakan metodologi untuk pengujian teori atau hipotesis efisiensi pasar bentuk setengah kuat. Pengujian respons pasar terkait dengan hipotesis efisiensi informasi (kecepatan respons pasar) dan hipotesis efisiensi keputusan (ketepatan respons pasar). Pengujian return tak normal merupakan secara emipiris bentuk pengujian yang umum digunakan dalam studi peristiwa bertujuan untuk menguji ada atau tidak return tak normal di seputar pengumuman peristiwa. Return tak normal (abnormal return) merupakan proksi dari reaksi pasar atas suatu peristiwa. Jika digunakan abnormal return, maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar. Sebaliknya yang tidak mengandung informasi tidak memberikan abnormal return kepada pasar (Hartono, 2015).

2.5.1. Proses Studi Peristiwa

Menurut Hartono (2015) struktur studi peristiwa terdiri dari periode jendela (window period) yaitu periode terjadinya peristiwa dan pengaruhnya, dan periode estimasi (estimasion period) untuk mengestimasi return ekspektasian.

Periode jendela merupakan periode terjadinya peristiwa dan pengaruhnya. Melalui periode jendela dapat diamati suatu peristiwa yang sedang terjadi dan efek dari peristiwa tersebut. Panjangnya periode jendela harus sesempit mungkin, namun harus cukup lebar sehingga peristiwa yang terjadi dan efeknya dapat ditangkap di dalam jendela (Hartono, 2015). Periode jendela yang lebar tidak baik karena peristiwa lainnya yang mengganggu dapat tertangkap di jendela. Peristiwa lain

(14)

yang mengganggu disebut dengan peristiwa-peristiwa pengganggu (confounding effects). Peristiwa pengganggu tersebut harus dikeluarkan dari sampel atau pengaruhnya harus diatasi agar tidak mengganggu pengaruh seharusnya dari peristiwa yang diteliti. Contoh periode jendela ditunjukkan melalui gambar 2.1.

Gambar 2.1. Periode Jendela

Periode estimasi (estimation period) umumnya merupakan periode sebelum periode peristiwa. Periode estimasi adalah periode yang digunakan untuk meramalkan return harapan (expected return) pada periode peristiwa. Diperlukan apabila perhitungan abnormal return menggunakan model statistik dan model ekonomika (mean-adjusted model dan market model). Periode estimasi tidak diperlukan apabila perhitungan abnormal return dihitung dengan menggunakan model disesuaikan dengan pasar (market adjusted model). Panjang periode estimasi yang semakin sempit maka semakin buruk kualitas dari model yang dibentuk dan sebaliknya semakin banyak jumlah observasinya, semakin baik kualitas dari model ekspektasinya. Pada umumnya periode estimasi berkisar 30 hingga 100 hari sebelum periode jendela (Tandelilin, 2010), namun beberapa penelitian mengusulkan minimum 30 hari untuk panjang periode estimasi karena 30 hari merupakan sampel minimal untuk memenuhi asumsi normalitas sesuai dengan konsep central limit theorem (Hartono, 2015). Contoh ilustrasi periode estimasi bersama periode jendela ditunjukkan melalui gambar 2.2.

Gambar 2.2. Periode Estimasi dan Periode Jendela T+n T0

T-n

Periode Jendela

T-n-e T-n-1 T-n T0 T+n

Periode Jendela Periode Estimasi

(15)

2.6. Jenis-Jenis Return Saham

Menurut Samsul (2006), return adalah pendapatan yang dinyatakan dalam persentase dari modal awal investasi. Pendapatan investasi dalam saham ini merupakan keuntungan yang diperoleh dari jual beli saham, dimana jika untung disebut capital gain dan jika rugi disebut capital loss.

Pada kondisi rill, sering kali return yang terjadi atau yang diharapkan tidaklah seperti yang diharapkan atau diestimasikan sebelumnya. Oleh karena itu, dalam kenyataan tersebut sering kali ditemukan selisih atau perbedaan antara return yang diharapkan dengan yang sesungguhnya terjadi. Hal inilah disebut dangan abnormal return yaitu selisih antara return yang diharapkan (expected return) dengan return yang sesungguhnya terjadi (actual return).

2.6.1. Actual Return

Actual return pada dasarnya adalah penghitungan return saham dengan cara menghitung selisih harga saham saat ini dengan harga saham kemarin dibagi dengan harga saham kemarin, dengan kata lain actual return adalah return yang sesungguhnya. Berikut rumus untuk menghitung actual return:

(2.1)

Keterangan:

= Actual return saham i pada periode t = Harga saham pada periode t

= Harga saham pada periode t-1

2.6.2. Return Market

Return market pada dasarnya adalah pendapatan portofolio pasar yang diperoleh jika semua saham di pasar dikuasai dalam proporsi sama. Berikut rumus untuk menghitung return market:

(2.2)

Keterangan:

= Return pasar

= Harga indeks pasar pada periode t

(16)

= Harga indeks pasar pada periode t-1

2.6.3. Expected Return

Variabel berikut yang perlu di ketahui untuk menghitung expected return.

Menurut Hartono (2010) guna menghitung expected return dapat dilakukan melalui tiga metode yaitu:

1. Mean-Adjusted Return Model

Dalam metode ini, return yang di harapkan dianggap konstan dan memiliki nilai yang sama dengan rata-rata return realisasi yang terjadi selama periode estimasi. Dengan asumsi pasar efisien, return saham yang berfluktuasi secara acak dalam periode estimasi tertentu merupakan nilai yang ada di sekitar nilai return yang sesungguhnya. Oleh karena itu, dengan merata-rata return yang dihasilkan suatu instrument investasi dalam suatu periode tertentu, dapat memperoleh perkiraan expected return dari asset tersebut. Berikut persamaan mean-adjusted return model

(2.3)

Keterangan:

= Expected return saham i pada periode t = Actual return saham i pada periode t = Lama periode estimasi

2. Market model return

Model kedua merupakan model yang mencoba menjelaskan hubungan antara saham dengan pasar di mana saham itu berada. Model dilakukan dengan menghubungkan return saham dengan return pasar yang ada dengan menggunakan model regresi linier sederhana yang kemudian digunakan untuk menghitung expected return yang di harapkan. Untuk melakukan perhitungan menggunakan market model dibutuhkan dua tahap perhitungan, yang pertama membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan kedua menggunakan model ekspektasi tersebut untuk mengestimasikan return normal periode jendela. Penelitian ini menggunakan metode market model return untuk perhitungan expected return saham dengan

(17)

hari. Pemilihan metode ini didasari oleh sifat expected return yang menyesuaikan dengan tingkat resiko, dan menggunakan sebuah indeks yaitu indeks pasar.

Pesamaan regresi market model adalah:

(2.4)

Keterangan:

= Expected return saham i pada periode estimasi

= Intercept untuk saham i

= Koefisien slope yang merupakan beta dari saham i

= Return maret pada harga indeks pasar

= Error regresi

Persamaan market model return adalah:

(2.5)

Keterangan:

= Expected return saham i pada periode uji = Intercept untuk saham i

= Koefisien slope yang merupakan beta dari saham i

= Return maret pada periode uji 3. Market-Adjusted Model

Model ini mengasumikan bahwa penduga terbaik untuk mengestimakan return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi, karena return saham yang diestimasikan adalah sama dengan return indeks pasar.

Pergerakan saham individual berhubungan dengan pergerakan umum dalam pasar. Return dari indeks pasar digunakan sebagai expected return.

2.6.4. Abnormal Return

Efisiensi pasar diuji dengan melihat abnormal return yang terjadi. Pasar akan menerima abnormal return apabila suatu pengumuman mempunyai kandungan informasi. Abnormal return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal (Hartono, 2010). Abnormal return mencerminkan pengaruh faktor-faktor tersebut dan oleh karena itulah abnormal

(18)

return yang relevan untuk mengukur reaksi pasar terhadap pengumuman suatu informasi. Berikut rumus abnormal return:

(2.6)

Keterangan:

= Abnormal return saham i pada periode t

= Actual return saham i pada periode t = Expected return saham i pada periode t

Average abnormal return (AAR) merupakan rata-rata abnormal return dari semua jenis saham yang sedang dianalisis secara harian. AAR dapat menunjukkan reaksi paling kuat, baik positif maupun negatif, dari keseluruhan jenis saham pada hari-hari tertentu selama periode jendela (Samsul, 2006). AAR untuk periode ke-t dapat dihitung berdasarkan rata-rata aritmatika sebagai berikut (Hartono, 2010):

(2.7)

Keterangan:

= Average abnormal return saham i pada periode t = Abnormal return saham i pada periode t

= Jumlah saham pada periode t

Cumulative abnormal return (CAR) merupakan kumulatif harian AR mulai dari hari pertama sampai dengan hari-hari berikutnya. CAR harian dapat menunjukkan kecenderungan kenaikan atau penurunan yang terjadi selama periode jendela, sehingga dampak positif atau negatif dari peristiwa tersebut terhadap keseluruhan jenis saham yang diteliti juga dapat diketahui. Untuk mengetahui dampak suatu peristiwa secara umum terhadap saham itu bersifat signifikan atau tidak signifikan, perlu diadakan uji beda CAR antara periode sebelum peristiwa terjadi dan periode sesudah peristiwa terjadi (Samsul, 2006).

CAR dapat dihitung sebagai berikut (Hartono, 2010):

(2.8)

Keterangan:

= Cumulative abnormal return saham i pada periode t = Abnormal return saham i pada periode t

(19)

2.7. Trading Volume Activity

Selain menghitung abnormal return yang terjadi akibat adanya corporate action, reaksi pasar dapat diukur juga dengan melihat bagaimana volume trading activity yang terjadi di sekitar periode pengamatan. Menurut Setyawan (2006), trading volume activity merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan di pasar modal. Dengan pendekatan ini, dapat dilihat dan diketahui seberapa besar volume perdagangan yang terjadi di pasar yang dapat mencerminkan sikap investor dalam menanggapi informasi-informasi tertentu yang sedang terjadi di pasar.

(2.9)

Keterangan:

= Trading volume activity pada saham i dan waktu t

(2.10)

Keterangan:

= Cumulative trading volume activity saham i pada periode t = Trading volume activity saham i pada periode t

2.8. Hubungan Antar Konsep

2.8.1. Perbedaan Cumulative Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Tax Amnesty

Hastuti (2006) menyatakan bahwa suatu informasi dianggap informatif jika informasi tersebut mampu mengubah kepercayaan para pengambil keputusan.

Kepercayaan ini akan merubah harga melalui perubahan demand dan supply surat-surat berharga. Informasi dapat dikatakan good news atau bad news melalui bagaimana pasar merespon terhadap informasi yang beredar. Apabila pasar memberikan respon positif maka informasi dapat dikatakan good news dan apabila pasar memberikan respon negatif maka informasi dikatakan bad news.

Tax amnesty sebagai sebuah event diduga memiliki kandungan informasi yang dapat mempengaruhi reaksi pasar. Pada hari diumumkannya UU tax amnesty tanggal 28 Juni 2016, IHSG telah mengalami penguatan dan mencapai

(20)

rekor tertinggi menembus batas psikologis 5.000 poin. Kenaikan IHSG mencerminkan kepercayaan investor akan prospek ekonomi di Indonesia setelah pemberlakuan tax amnesty (www.presidenri.go.id, 2017). Pengaruh informasi terhadap pasar dapat dilihat dengan indikator yang pertama yaitu adanya perubahan harga saham perusahaan bersangkutan yang diukur dengan abnormal return. Hartono (2015) menyatakan bahwa pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar.

Pengujian terhadap reaksi pasar erat kaitannya dengan efisiensi pasar.

Kunci utama untuk mengukur pasar yang efisien adalah hubungan antara harga sekuritas dengan informasi. Suatu pasar yang bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia, maka kondisi pasar seperti ini disebut dengan pasar efisien (Hartono, 2010). Jika tax amnesty memiliki kandungan informasi dan memberikan abnormal return kepada pasar, maka akan memberikan perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah terjadinya tax amnesty.

Penelitian terdahulu yang mendukung mengenai informasi dan efisiensi pasar yang memberikan perbedaan signifikan terhadap pasar modal adalah penelitian yang dilakukan oleh Islami dan Sarwoko (2012) mengenai kemunduran Sri Mulyani dari jabatan menteri keuangan pada tahun 2010. Penelitian tersebut mengindikasikan adanya perbedaan CAR yang signifikan. Hasil dari penelitian tersebut membuktikan bahwa bahwa pasar modal Indonesia bereaksi atas informasi tersebut, dan investor memandang informasi sebagai berita buruk. Hal ini juga ditunjukkan dengan adanya signifikansi penurunan CTVA.

Peristiwa terdahulu lainnya yang memberikan perbedaan signifikan terhadap pasar modal adalah penelitian yang dilakukan oleh Sari (2016) dan Musyarrofah (2016) mengenai peristiwa perombakan (reshuffle) kabinet kerja oleh Presiden Jokowi pada tanggal 12 Agustus 2015. Hasil dari penelitian tersebut membuktikan bahwa bahwa pasar modal Indonesia merespon peristiwa perombakan (reshuffle) kabinet kerja oleh Presiden Jokowi. Investor memandang informasi tersebut sebagai peristiwa yang memiliki kandungan informasi yang relevan bagi investor, hal ini ditunjukkan dengan adanya signifikansi abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa.

(21)

2.8.2. Perbedaan Cumulative Trading Volume Activity Sebelum dan Sesudah Tax Amnesty

Reaksi pasar tidak hanya ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham yang tercermin dari abnormal return, indikator kedua yang dapat digunakan dalam melihat pengaruh informasi terhadap pasar adalah aktivitas perdagangan saham yang terjadi atau yang biasa disebut dengan trading volume activity. Volume perdagangan merupakan bagian yang diterima dalam analisis teknikal. Kegiatan perdagangan dalam volume yang sangat tinggi di suatu bursa akan ditafsirkan sebagai tanda pasar akan membaik. Trading volume activity merupakan salah satu indikator yang merupakan sinyal dari reaksi pasar terhadap suatu event (Wardhani, 2012). Trading volume activity dapat digunakan untuk melihat apakah investor secara individual menilai informasi dari suatu tax amnesty ini sebagai sinyal positif atau negatif untuk membuat keputusan perdagangan saham. Apabila investor mengartikan sebagai sinyal positif atas informasi tersebut, maka permintaan saham akan lebih tinggi daripada penawaran saham sehingga volume perdagangan akan meningkat. Sebaliknya apabila muncul sinyal negatif atas informasi, maka tingkat permintaan saham yang terjadi akan lebih rendah dibandingkan dengan tingkat penawaran saham sehingga volume perdagangan saham mengalami penurunan.

Volume perdagangan dapat dilihat sebagai indeks sentimen investor (Scheinkman & Xiong, 2003). Volume perdagangan memiliki hubungan yang positif dengan sentimen investor. Hubungan yang positif menandakan bahwa perubahan kenaikan volume perdagangan akan mendorong naiknya harga saham (Fitrahadi, 2012). Jika volatilitas volume perdagangan tinggi, itu artinya bahwa saham sedang ramai diperdagangkan. Volume perdagangan tinggi merupakan sinyal yang penting dimana investor institusional atau market maker dengan modal besar membeli saham tertentu. Saham dengan volume perdagangan tinggi tentu akan dilirik oleh investor terutama oleh investor individu.

Penelitian terdahulu yang mendukung hasil penelitian ini dilakukan oleh Wulandari, Wahyuni dan Sujana (2017), yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa berlakunya UU tax amnesty. Hasil penelitian Yuniati (2017) menyatakan bahwa terdapat trading

(22)

volume activity saham LQ45 yang signifikan pada seputar peristiwa pengumuman kebijakan tax amnesty, dan terdapat reaksi investor seputar peristiwa pengumuman kebijakan tax amnesty pada saham LQ45.

2.9. Kerangka Berpikir

Gambar 2.3. Kerangka Berpikir

2.10. Hipotesa Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka hipotesa dalam penelitian ini adalah:

1. Terdapat perbedaan cumulative abnormal return pada saham kelompok sektoral yang terdaftar di BEI sebelum dan sesudah kebijakan tax amnesty periode I, II, dan III.

2. Terdapat perbedaan cumulative trading volume activity pada saham kelompok sektoral yang terdaftar di BEI sebelum dan sesudah kebijakan tax amnesty periode I, II, dan III.

Sebelum Tax Amnesty

 Cumulative Abnormal Return (per sektor)

 Cumulative Trading Volume Activity (per sektor)

Tax Amnesty (Periode I, II, dan II)

Sesudah Tax Amnesty

 Cumulative Abnormal Return (per sektor)

 Cumulative Trading Volume Activity (per sektor)

Uji Beda

Gambar

Gambar 2.1. Periode Jendela
Gambar 2.3. Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Restoran yang menerapkan metode table service memberikan servis kepada pelanggan dengan cara membawakan makanan dan minuman yang dipesan oleh pelanggan ke meja makan dan

Ukuran : 80 x 70 x 100 mm Bahan : Plastik PS (injeck) Warna : Berwarna, transparan Deskripsi : Alat Ini digunakan untuk menunjukkan rumus volume dengan menggunakan media pasir /

Sedangkan menurut Grewal&Levy (2008), loyalty program bertujuan untuk menciptakan ikatan secara emosional antara perusahaan dengan pelanggan, serta untuk memenuhi

Kertajaya dalam Putri dan Astuti (2012) mendefinisikan Experiential Marketing sebagai suatu konsep pemasaran yang bertujuan membentuk pelanggan yang loyal dengan cara

Alat ini memberikan rekomendasi pemupukan untuk tingkat hasil yang disesuaikan dengan kondisi setempat dan dapat menghitung analisis keuntungan sederhana untuk alternatif

Berdasarkan hasil wawancara dengan Hastopo, dasar pertimbangan hakim dalam penjatuhan pidana tindak pidana pemerasan adalah Pasal 368 Ayat (1) KUHP, yang mengandung

Berdasarkan definisi-definisi dari berbagai pakar ilmu komunikasi tersebut, komunikasi antarpribadi dapat berlangsung antara dua orang dalam suatu pertemuan tatap

Zeithaml, Parasuraman dan Berry (1988) menyederhanakan beberapa dimensi kualitas layanan seperti kompetensi, kesopanan, kredibilitas dan keamanan menjadi satu kedalam