BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Hipertensi 1. Defenisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi tekanan darah seseorang berada di atas angka normal yaitu 110/80 mmHg. Maksud nya, bila tekanan darah sistoliknya mencapai nilai 120 mmHg atau lebih tinggi dan tekanan diastoliknya mencapai nilai 80 mmHg atau lebih tinggi (Susilo, dkk, 2011)
Penyakit darah tinggi atau hipertensi (Hypertension) adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang di tunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya (Pudiastuti, 2011)
2. Faktor risiko hipertensi
a. Faktor risiko yang bisa di kontrol 1) Kelebihan berat badan
2) Gaya hidup 3) Merokok
4) Diet yang tidak sehat (tinggi garam) 5) Penggunaan alkohol yang berlebihan 6) Stres
11
7) Sleep apnea (sesak waktu tidur) 8) Diabetes
b. Faktor risiko yang tidak bisa di kontrol 1) Umur
2) Suku 3) Gen (Bell, 2015) 3. Penyebab Hipertensi
Penyebab hipertensi di bagi 3 yaitu:
a. Secara Genetis menyebabkan kelainan berupa:
1) Gangguan fungsi barostat renal 2) Sensitifitas terhadap konsumsi garam 3) Abnormalitas transportasi natrium kalium.
4) Respon SSP (Sistem Saraf Pusat) terhadap stimulasi psiko- sosial.
5) Gangguan metabolisme (Glukosa, Lipid, Resistensi insulin) (Pudiastuti, 2011)
b. Faktor Lingkungan
1) Faktor psikososial: Kebiasaan hidup, pekerjaan, stress mental,
aktivitas fisik, status sosial ekonomi, keturunan, kegemukan,
konsumsi minuman keras (Pudiastuti, 2011)
2) Faktor konsumsi garam
Diet hipertensi ini dapat dilakukan dengan mengurangi asupan garam dapur kedalam tubuh dengan menggunakan ukuran sekitar satu sendok teh garam perhari dan memperbanyak konsumsi serat karena serat dapat memperlancar buang air besar dan mengurangi asupan natrium (Susilo, dkk, 2011) 3) Penggunaan obat-obatan seperti golongan kortikosteroid
(kortison) dan beberapa obat hormon, termasuk beberapa obat anti radang (anti inflamasi) secara terus menerus (sering) dapat meningkatkan tekanan darah seseorang. Merokok juga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi di karenakan tembakau yang berisi nikotin. Minuman yang mengandung alkohol juga termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi (Pudiastuti, 2011)
4) Adaptasi struktural jantung serta pembuluh darah
a) Pada jantung: terjadi hypertropi dan hyperplasia miosit.
b) Pada pembuluh darah: terjadi vaskuler hypertropi.
(Pudiastuti, 2011) 4. Gejala Klinis Hipertensi
Gejala hipertensi kadang tidak nyata dan kebanyakan penderita selalu merasa segalanya normal dalam kehidupan keseharian mereka.
Apalagi kalau pasien memiliki tubuh yang sehat atau penuh vitalitas.
Gejala hanya akan terlihat jelas jika komplikasi terjadi. Sakit kepala dan tegang di sekitar leher yang sering terjadi di pagi hari dan hilang dengan sendirinya pada saat siang hari bisa jadi signal gejala hipertensi. Tipe sakit kepala seperti ini umumnya tidak berdenyut, tetapi menimbulkan perasaan kepala terasa berat (Irianto, 2014)
Adapun tanda dan gejala menurut pudiastuti (2011) adalah:
a. Penglihatan kabur karena kerusakan retina.
b. Nyeri pada kepala.
c. Mual dan muntah akibat meningkatnya tekanan intrakranial.
d. Edema dependen.
e. Adanya pembengkakan karena meningkatnya tekanan kapiler.
5. klasifikasi Hipertensi a. Berdasarkan Etiologi
1) Hipertensi Esensial (Primer)
Lebih dari 95% penderita hipertensi adalah hipertensi primer atau hipertensi esensial. Hal ini berarti bahwa hipertensi tidak mempunyai sumber yang teridentifikasi. Banyak ahli percaya bahwa hipertensi primer disebabkan oleh berbagai faktor dari gaya hidup seperti diet, olahraga dan rokok.
2) Hipertensi Sekunder
Seperti namanya hipertensi sekunder muncul akibat kelainan
fisik lainnya, seperti penyakit ginjal dan gangguan adrenal.
Hanya 5-10% dari seluruh penderita hipertensi adalah hipertensi
sekunder (Casey, 2012)b. Berdasarkan Derajat Hipertensi
Tabel 2.1 Klasifikasi hipertensi menurut Joint National Committee 8 (Bell, 2015)
Klasifikasi Hipertensi
Tekanan sistolik (mmHg)
Tekanan Diastolik (mmHg) Normal
Prehipertensi Hipertensi Grade I Hipertensi
grade II
<120 120-139 140-159
≥160
Dan Atau Atau Atau
<80 80-90 90-99
≥100
c. Target Tekanan darah Berdasarkan Usia
Tabel 2.2 Target tekanan darah berdasarkan usia menurut Joint National Committee 8 (Bell, 2015)
Populasi Target Tekanan Darah
<60 tahun
>60 tahun
Penyakit ginjal kronik Diabetes
<140/90 mmHg
<150/90 mmHg
<140/90 mmHg
<140/90 mmHg
6. Patofisiologi
Hipertensi merupakan pemicu beragam penyakit, diantaranya
stroke, diabetes, dan gagal ginjal. Organ yang terkait dengan penyakit
fatal ini adalah jantung. Jantung bertugas memompa darah untuk
mengalirkan oksigen dan zat gizi keseluruh organ tubuh. Saat jantung
bekerja, di perlukan tekanan untuk memompa. Ketika jantung
berkontraksi, akan terjadi suatu gelombang tekanan cairan dalam arteri
(pembuluh darah). Tekanan pada dinding arteri ini yang di kenal
sebagai “tekanan darah”. Tubuh akan mengontrol tekanan darah. Jika tekanan darah terlalu tinggi, system saraf otonom akan melepaskan suatu zat neurotransmitter yang menyebabkan relaksasi otot hingga menurunkan tekanan darah. Ginjallah yang akan mengeluarkan air dari darah untuk membantu pengaturan tekanan darah. Jika tekanan darah terhitung tinggi maka hormon yang di produksi tubuh untuk memacu ginjal mengeluarkan lebih banyak air dari darah juga akan meninggi. Tindakan ini akan mengurangi volume darah sehingga mengakibatkan tekanan darah turun dan penderita merasa sehat.
Namun kondisi ini memaksa jantung dan ginjal bekerja ekstrak berat, dan ini membahayakan tubuh (Irianto, 2014)
Sterosklerosis yaitu kondisi yang menyebabkan tekanan darah
menjadi tinggi akan membahayakan arteri koroner (sekumpulan arteri
kecil yang membawa oksigen dan nutrisi pada otot jantung). Jika salah
satu dari arteri ini tersumbat, sebagian otot jantung akan mati. Ini yang
di kenal sebagai “serangan jantung”. Kalau ini terjadi pada pembuluh
darah di otak terjadilah stroke. Hubungan hipertensi dan gagal ginjal
berkaitan erat. Terlalu banyak mengkonsumsi garam , kegemukan,
sembelit, merokok, alkohol, stress berkelanjutan, dan diabetes
membuka lebar peluang terjadinya hipertensi (Irianto, 2014)
7. Pencegahan hipertensi
Langkah awal biasanya adalah merubah pola hidup penderita:
a. Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan di anjurkan untuk menurunkan berat badannya sampai batas ideal.
b. Merubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar kolesterol darah tinggi. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (di sertai dengan asupan kalsium, magnesium, dan kalium yang cukup dan mengurangi alkohol.
c. Olahraga aerobik yang tidak terlalu berat. Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali. Aerobik yang melelahkan di larang untuk penderita hipertensi dengan kelainan organ target. Bila harus makan obat dimakan setelah latihan kira-kira 6 jam kemudian (Pudiastuti, 2011).
8. Komplikasi Hipertensi a. Kerusakan pada otak
Kerusakan ini terjadi akibat Stroke karena jaringan otak
kekurangan oksigen akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh
darah otak. Akibatnya, timbul kelemahan atau kelumpuhan separuh
badan dengan berbagai gangguan lainnya.
b. Kerusakan pada jantung
Komplikasi tekanan darah tinggi dapat menyebabkan pembesaran otot jantung kiri yang berakhir dengan gagalnya jantung menjalankan fungsinya untuk memompa darah keseluruh tubuh.
c. Kerusakan pada ginjal
Ginjal dapat terkena komplikasi penykit hipertensi.Ginjal yang rusak amat berbahaya karena dapat mengakibatkan gagalnya fungsi ginjal untuk mengeluarkan zat-zat berbahaya dan zat yang tidak di perlukan lagi oleh tubuh. Penderita akhirnya memerlukan cuci darah.
d. Kerusakan pada mata
Organ penglihatan dapat terkena komplikasi penyakit hipertensi.
Kerusakan pada mata dapat menyebabkan gangguan penglihatan sama kebutaan.
(Wijayakusuma, 2009) 9. Diet Rendah Garam
Diet rendah garam adalah garam natrium seperti yang terdapat di
dalam garam dapur (NaCL), soda kue (NaHCO3), beking powder,
natrium benzoate, dan vetsin (mono natrium Glutamate). Dalam
keadaan normal jumlah natrium yang di keluarkan tubuh melalui urin
sama dengan jumlah yang di konsumsi, sehingga terdapat
keseimbangan (Almatsier, 2008)
Makanan sehari-hari biasanya cukup mengandung natrium yang di butuhkan sehingga tidak ada penentuan kebutuhan natrium sehari.
WHO (1990) menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur sampai 6 gram sehari ekivalen dengan 2400 mg Na. Asupan natrim yang berlebihan terutama dalam bentuk natrium klorida, dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan tubuh, sehingga menyebabkan edema atau asites dan atau hipertensi (Almatsier, 2008)
Tujuan dari diet rendah garam adalah membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Syarat diet rendah garam adalah cukup energi, protein, mineral dan vitamin. Bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit, jumlah natrium di sesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau air atau hipertensi (Almatsier, 2008)
Almatsier (2008) membagi diet rendah garam menjadi:
a. Diet rendah garam I (200-400 mh Na)
Diet rendah garam I di berikan kepada pasien dengan edema, asites atau hipertensi berat. Pada pengolahan makanan nya tidak di tambahkan garam dapur. Di lihat dari makanan yang tinggi kadar natrium nya.
b. Diet rendah garam II (600-800 mg Na)
Diet rendah garam II di berikan kepada pasien dengan edema,
asites atau hipertensi tidak terlalu berat. Pemberian makanan sehari
sama dengan diet rendah garam I. Pada pengolahan makanannya
menggunakan ½ sendok teh garam dapur atau 2 gram. Di hindari bahan makanan yang tinggi kadar natrium nya.
c. Diet rendah garam III (1000-1200 mg Na)
Diet rendah garam III di berikan pada pasien dengan edema atau penderita hipertensi ringan. Pemberian makanan sehari sama dengan diet rendah garam I. Pada pengolahan makanan nya menggunakan 1 sendok teh atau 4 gram garam dapur.
Bahan makanan yang di perbolehkan dan tidak di perbolehkan:
a. Makanan yang di perbolehkan yaitu:
Semua bahan makanan segar di olah tanpa garam natrium, dan berasal dari tumbuh-tumbuhan yaitu:
1) Kacang-kacangan (Kacang hijau, kacang tanah, kacang tolo, tempe, kacang merah, oncom dan lain-lain)
2) Terigu, beras, kentang, ubi, maizena dan lain-lain.
3) Sayur-sayuran dan buah-buahan.
4) Minyak goreng, margarine tanpa garam.
5) Bumbu-bumbu (kunir, kencur, laos, jahe, brambang, bawang dan lain-lain)
Bahan makanan berasal dari hewan dalam jumlah terbatas:
1) Telur ayam/telur bebek ± 1 butir/ hari.
2) Ayam, ikan, daging, ± 100 gram/ hari.
3) Susu segar ± 2 gelas/ hari.
b. Makanan yang tidak di perbolehkan untuk penderita hipertensi:
Semua bahan makanan yang di beri garam natrium seperti:
1) Manisan buah, buah dalam kaleng, asinan buah.
2) Margarin, keju.
3) Crakers, biscuit, atau kue yang di masak dengan garam dapur/ soda.
4) Sarden, ebi, udang, telur asin, jerohan, telur pindang, abon, dendeng.
5) Sayur dalam kaleng, asinan, acar.
6) Soda kue, terasi, petis, saos, vetsin.
c. Makanan yang di anjurkan
1) Kurangi kebiasaan makan siap saji atau tinggi lemak.
2) Batasi penggunaan garam (1 sendok teh/ hari saat masak).
3) Rasa tawar dapat di perbaiki dengan penggunaan bumbu yang tidak mengandung natrium (salam, jahe, kunyit, bawang, brambang) . (Pudiastuti, 2011)
Pengurangan penggunaan garam yang di maksud bukanlah
di laksakan pada semua jenis garam, namun pengurangannya yang
ada lebih kepada maksud pembatasan jumlah garam atau natrium
klorida (NaCL) dalam makanan selain penyedap masakan
(monosodium glutamate=MSG), serta sodium karbonat. Sangat di
anjurkan pada pelaku diet ini untuk mengkonsumsi garam dapur
(garam yang mengandung iodium) tidak lebih dari pada 6 gram perhari atau serta dengan satu sendok teh.
Untuk memudahkan diet ini cobalah untuk:
1. Tidak meletakkan garam diatas meja.
2. Pilihlah sayuran yang segar. Makanan yang terdapat di kemasan kaleng banyak mengandung garam. Jika pun mau tidak mau harus mengkonsumsi sayuran kaleng maka cuci bersih sayuran dengan air sebelum di konsumsi untuk mengurangi kandungan garam yang melekat di sayuran tersebut.
3. Pilihlah buah yang segar, karena umumnya buah-buah yang segar memiliki kandungan rendah natrium namun kaya akan kandungan kalsium.
4. Menambahkan rasa di makanan dengan bumbu atau rempah lainnya seperti bawang putih, bawang merah, jahe, kunyit, salam, gula, atau cuka selain garam.
5. Untuk makanan cemilan pilihlah kacang, biscuit dan makanan cemilan lainnya yang tidak mengandung banyak garam.
6. Hindarilah penggunaan saus tomat, terasi, petis, MSG, tauco
pada makanan yang akan anda konsumsi (Almatsier, 2008)
B. Kepatuhan
1. Pengertian kepatuhan
Kepatuhan adalah suatu perubahan perilaku dari perilaku yang
tidak mentaati peraturan ke perilaku yang mentaati peraturan.
Kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang di berikan oleh profesional kesehatan (Notoatmodjo, 2007)
2. Jenis kepatuhan
a. Kepatuhan penuh (total compliance)
Di mana pada kondisi ini penderita hipertensi patuh secara sunguh- sungguh terhadap diet.
b. Penderita yang tidak patuh
Di mana pada keadaan ini penderita tidak melakukan diet terhadap hipertensi (Notoatmodjo, 2007)
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
Menurut Notoatmodjo (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah sebagai berikut:
a. Tingkat pengetahuan
Penderita dengan kepatuhan rendah adalah mereka yang tidak
teridentifikasi mempunyai gejala sakit. Mereka berfikir bahwa
dirinya sembuh dan sehat sehingga tidak perlu melakukan kontrol
terhadap kesehatannya.
b. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang pendidikan tersebut di peroleh secara mandiri lewat tahapan-tahapan tertentu. Semakin tua umur seseorang maka proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur- umur tertentu bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat ketika usia belasan tahun. Dengan demikian dapat di simpulkan faktor umur akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang yang akan mengalami puncaknya pada umur-umur tertentu dan akan menurun kemampuan penerimaan dan atau mengingat sesuatu seiring dengan usia semakin lanjut.
c. Kesakitan dan pengobatan
Perilaku kepatuhan lebih rendah untuk penyakit kronis (karena tidak ada akibat buruk yang segera di rasakan atau risiko yang jelas), Saran mengenai gaya hidup dan kebiasaan lama, pengobatan yang kompleks, pengobatan dengan efek samping.
d. Keyakinan, sikap dan kepribadian
Kepribadian antara orang yang patuh dengan orang yang gagal
berbeda.Orang yang tidak patuh adalah orang yang depresi,
ansietas, sangat tidak memperhatikan kesehatan,memiliki kekuatan
ego yang lemah, memiliki kehidupan sosial yang lebih rendah, dan
memusatkan perhatian kepada dirinya sendiri.
e. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga dapat menjadi faktor yang dapat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta menentukan program pengobatan yang akan mereka terima.
Keluarga juga memberikan dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan kepada anggota keluarga yang sakit. Seseorang yang tidak mendapatkan pendampingan dari orang lain, mengalami isolasi sosial, akan berpengaruh terhadap kepatuhan. Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan bagi individu serta memainkan peran penting dalam program perawatan dan pengobatan. Pengaruh normative pada keluarga dapat memudahkan atau menghambat perilaku kepatuhan.
f. Peran petugas kesehatan
Dukungan dari petugas sangatlah besar artinya bagi penderita sebab petugas adalah pengelola penderita yang paling sering berinteraksi sehingga pemahaman terhadap kondisi fisik maupun psikis lebih baik, dengan sering berinteraksi, sangatlah mempengaruhi rasa percaya dan selalu menerima kehadiran petugas kesehatan termasuk anjuran-anjuran yang di berikan.
g. Tingkat ekonomi
Tingkat ekonomi merupakan kemampuan financial untuk
memenuhi segala kebutuhan hidup, akan tetapi adakalanya
seseorang yang sudah pensiun dan tidak bekerja biasanya ada sumber keuangan lain yang bisa di gunakan untuk membiayai semua program pengobatan dan perawatan sehingga belum tentu tingkat ekonomi menengah kebawah akan mengalami ketidak patuhan dan sebaliknya tingkat ekonomi menengah keatas terkadang mengalami ketidak patuhan.
h. Dukungan sosial
Keluarga dan teman dapat membantu mengurangi ansietas yang di sebabkan oleh penyakit tertentu, mereka dapat menghilangkan ketidak patuhan dan mereka sering kali dapat menjadi kelompok pendukung untuk mencapai kepatuhan.
4. Upaya peningkatan kepatuhan
Upaya peningkatan kepatuhan bisa dengan meningkatkan kemampuan menyampaikan informasi oleh tenaga kesehatan yaitu dengan memberikan informasi yang jelas pada pasien mengenai penyakit yang di deritanya serta cara pengobatannya, keterlibatan lingkungan sosial (keluarga) dan beberapa pendekatan perilaku. Riset telah mempertunjukkan bahwa jika kerja sama anggota keluarga di peroleh, kepatuhan menjadi lebih tinggi (Notoatmodjo, 2007)
5. Kepatuhan terhadap kesehatan
Kepatuhan terhadap perawatan merupakan perilaku seseorang
untuk mentaati aturan dalam hal pengobatan yang meliputi perlakuan
khusus mengenai gaya hidup seperti diet, istirahat dan olahraga serta
konsumsi obat yang harus di konsumsi, jadwal waktu minum, kapan harus di hentikan dan kapan harus berkunjung untuk melakukan kontrol tekanan darah (Notoatmodjo, 2007)
6. Sikap patuh terhadap hipertensi menurut Irianto (2014) Dapat di ukur dengan cara:
a. Pertahankan berat badan ideal. Atur pola makan, antara lain tidak mengkonsumsi makanan tinggi garam dan tinggi lemak.
b. Olahraga teratur. Sedapat mungkin atasi stres dan emosi.
c. Hentikan kebiasaan merokok.
d. Hindari minuman alkohol.
e. Periksa tekanan darah secara berkala.
f. Bila di perlukan konsumsi obat-obatan penurun tekanan darah serta makan secara teratur. Jika hipertensi cukup berat, obat hipertensi mungkin harus di konsumsi selama hidup dan harus di resepkan oleh dokter.
C. Penelitian Terkait
Penelitian lain yang pernah di lakukan yang berkaitan dengan penelitian ini adalah:
1. Penelitian yang di lakukan oleh Ririnda finny Runtukahu Sefti (2015)
yang meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan
melaksanakan diet pada penderita hipertensi di wilayah kerja
puskesmas wolang kecamatan langowan timur. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan
kepatuhan melaksanakan diet hipertensi . Metode penelitian ini bersifat
deskriptif analitik. Pendekatan yang di gunakan adalah desain cross
sectional dan uji statistik. Responden yang menjadi subjek penelitian
ini adalah penderita hipertensi berusia minimal 39 tahun. Teknik
sampling yang di gunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling dengan jumlah sampel 62 responden. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan pengetahuan, sikap,
motivasi petugas kesehatan dengan kepatuhan melaksanakan diet pada
penderita hipertensi diwilayah kerja puskesmas wolang kecamatan
lawongan timur.
D. Kerangka Teori
Komplikasi hipertensi:
1. Kerusakan pada otak 2. Kerusakan pada jantung 3. Kerusakan pada ginjal 4. Kerusakan pada mata
Klasifikasi hipertensi:
Normal <120/80 mmHg
Prehopertensi 120/80-139/89 mmHg Grade I 140/90-159/99 mmHg GradeII ≥ 160/100 mmHg
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan:
1. Tingkat pengetahuan 2. Tingkat pendidikan 3. Kesakitan dan pengobatan 4. Keyakinan sikap dan
kepribadian 5. Dukungan keluarga 6. Peran petugas kesehatan 7. Tingkat ekonomi 8. Dukungan sosial Hipertensi adalah suatu kondisi
tekanan darah seserorang berada diatas angka normal yaitu 110/80
mmHg
Penyebab Hipertensi:
Faktor Gen FaktorLingkungan
Adaptasi struktur jantung serta pembuluh darah
Gejala klinis hipertensi:
Penglihatan kabur, nyeri pada kepala, mual muntah, edema dependen, adanya pembengkakan
Faktor risikop hipertensi:
1. Faktor yang tidak dapat di kontrol a. Kelebihan berat badan b. Gaya hidup
c. Merokok
d. Diet tidak sehat (tinggi garam) e. Stres
f. Sleep apnea g. DM
2. Faktor yang tidak dapat di kontrol:
Umur, suku, gen
Kepatuhan adalah suatu perubahan perilaku dari perilaku yang tidak mentaati peraturan ke perilaku yang mentaati peraturan
E. Kerangka konsep
F. Hipotesa penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan diet rendah garam pada penderita hipertensi di Desa Sukaraja.
2. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diet rendah garam pada penderita hipertensi di Desa Sukaraja.
3. Ada hubungan dukungan petugas kesehatan dengan diet rendah garam pada penderita hipertensi di Desa Sukaraja
4. Ada hubungan antara sikap dan tingkat kepatuhan dengan diet rendah garam pada penderita hipertensi di Desa Sukaraja.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan:
1. Tingkat pengetahuan 2. Keyakinan sikap dan
kepribadian 3. Dukungan keluarga 4. Peran petugas
kesehatan
Kepatuhan diet rendah garam pada penderita hipertensi