• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun telah dilakukan berbagai upaya untuk menyelesaikan konflik. menjadi pemicu perselisihan diantara keduanya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Meskipun telah dilakukan berbagai upaya untuk menyelesaikan konflik. menjadi pemicu perselisihan diantara keduanya."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

India dan Tiongkok adalah dua negara bertetangga yang terus bersaing satu sama lain. Manuver ekonomi dan diplomatik kerap kali dilakukan dengan tujuan untuk mewaspadai tetangganya. Hingga saat ini hubungan kedua negara sangat kompleks dan terus diwarnai dengan persaingan, ketidakpercayaan, dan perselisihan geografis (Anggara, 2015).

Secara historis, persaingan kedua negara telah dimulai sejak terjadinya konflik perbatasan diantara keduanya sejak tahun 1950-an di dataran Aksai Chin di kashmir dan di garis Mc Mahon yang membelah Tibet. Sengketa ini bahkan berujung dengan pecahnya perang antara India dan Tiongkok pada tahun 1962. Meskipun telah dilakukan berbagai upaya untuk menyelesaikan konflik perbatasan antara kedua negara, akan tetapi hingga saat ini belum tercapai kesepakatan diantara kedua pihak yang bertikai sehinggu masalah ini terus menjadi pemicu perselisihan diantara keduanya.

Selain konflik perbatasan, kedekatan Tiongkok dengan rival India Pakistan juga terus menjadi salah satu sumber ketegangan diantara kedua negara. Sejauh ini, Tiongkok telah membantu Pakistaan membangun instalasi kekuatan nuklirnya, pelabuhan laut dalam dan terus menyediakan perangkat militer Pakistan seperti JF-17 fighter jet (Brunjes, 2013). Hal ini kemudian memicu munculnya rasa ketidakpercayaan dan perasaan was-was antara kedua belah

(2)

2 pihak utamanya pihak India. Kekhawatiran India kemudian semakin bertambah ketika Tiongkok sejak beberapa tahun terakhir tidak hanya semakin mempererat hubungannya dengan Pakistan tapi juga mulai memainkan peranan penting di berbagai sektor di negara-negara Asia Selatan lainnya seperti Afghanistan, Bangladesh, Bhutan, Iran, Maldives, Myanmar, Nepal, dan Sri Lanka. Kekhawatiran yang dirasakan India ini bukanlah tanpa alasan. Sebagai negara dengan luas wilayah, letak, jumlah penduduk , potensi ekonomi serta kekuatan militer terbesar di kawasan Asia Selatan membuat India memaknai kepemimpinannya secara natural di kawasan ini.

Secara geografis, India merupakan negara terluas di kawasan Asia Selatan dengan persentase sekitar 72 persen wilayah di kawasan ini merupakan bagian dari India dan dengan populasi yang mencapai lebih dari 1 Milyar menjadikan India sebagai negara dengan populasi terbanyak di kawasan ini. Selain itu, India merupakan negara demokrasi terbesar di kawasan Asia Selatan dan dengan posisinya sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi terbesar di kawasan dan didukung oleh kekuatan militer dan pertahanan terbaik, tak dapat dipungkiri India memegang posisi sentral di kawasan Asia Selatan. Terlebih lagi keadaan geo-strategis India yang berada tepat di tengah-tengah kawasan Asia Selatan, dengan wilayah daratan dan batas maritim yang memisahkan setiap negara yang ada di kawasan Asia Selatan (terkecuali Afghanistan dan Pakistan) menjadikan kawasan ini sebagai “India Locked” sehingga untuk dapat saling mengakses satu sama lain, negara-negara non Indian lainnya harus melintasi wilayah teritori India atau memilih bertemu di lokasi ketiga yang berada jauh dari kawasan Asia

(3)

3 Selatan, (Christopher Snedden, 2016) membuat peran India di kawasan ini semakin besar.

Sebagai kekuatan utama di kawasan, India juga aktif dalam berbagai kerjasama regional yang ada di kawasan seperti South Asian Association for Regional Cooperation (SAARC) dan South Asian Free Trade Arrangement (SAFTA). India juga seringkali menjadi inisiator beberapa kerjasama bilateral, sub-regional dan alternatif regional, termasuk didalamnya beberapa kerjasama perdagangan dengan negara-negara Asia selatan lainnya (terkecali Pakistan). Beberapa kerjasama itu antara lain : perjanjian dagang dengan Maldives tahun 1981, Free trade area dengan Nepal 1991, FTA dengan Bhutan (regenosiasi 2006), FTA dengan Sri lanka 1998 dan perjanjian perdagagangan dengan bangladesh pada tahun 2006. Dan dalam upaya untuk mempercepat liberalisasi perdagangan di kawasan, India juga ikut menginisiasi diciptakannya grup sub-regional seperti South Asian Growth Quadrangle (SAGQ) dan inisiatif Kungming yang keduanya berisikan Bangladesh, Nepal, Bhutan dan setengah dari India (Ahmad, 2015).

Selain itu, India juga merupakan partner utama negara-negara Asia Selatan lainnya (kecuali Pakistan) baik dari segi ekonomi, yang mana beberapa negara seperti Bangladesh, Nepal, dan Sri lanka sangat mengandalkan India sebagai partner dagang dan sebagai sumber investasi terbesarnya. India juga memberikan bantuan dalam jumlah yang besar kepada negara-negara Asia Selatan baik itu berupa bantuan finansial berupa pinjaman ataupun aid untuk pengembangan ekonomi dan pembangunan infrastruktur seperti jalan raya rumah sakit dan sekolah di beberapa negara seperti Bhutan, Afghanistan dan

(4)

4 Maldives. Dari segi keamanan, India juga sering terlibat dalam menangani berbagai konflik di beberapa negara di kawasan sebut saja konflik antara Pakistan Timur dan barat yang berujung dengan didirikannya negara Bangladesh pada tahun 1971, krisis ethnik Sri lanka tahun 1987 dan rencana kudeta di Maldives pada tahun 1988.

Namun seiring dengan semakin berkembangnya potensi kekuatan Tiongkok dan semakin membaiknya hubungan Tiongkok dengan negara-negara di Asia Selatan, mempengaruhi posisi India sebagai negara major power di kawasan ini. Dampak signifikan dari pengaruh Tiongkok terhadap posisi India sebagai major power di kawasan ini mulai terlihat ketika pada tahun 2006 Tiongkok berhasil menggeser posisi India sebagai partner dagang terbesar Bangladesh dimana, jumlah ekspor Tiongkok ke Bangladesh pada tahun itu mencapai $2,570,720.89 jumlah ini lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah ekspor India ke Bangladesh di tahun yang sama yang hanya berkisar $1,875,666.06. Begitupun dengan jumlah ekspor Bangladesh ke Tiongkok pada tahun 2006 yang mencapai $776,651.55 jumlah ini pun lebih besar jika dibandingkan ekspor Bangladesh ke India yang hanya mencapai $257,883.97 (worldbank, worl Integrate trade solution, 2007). Tidak hanya itu, dengan semakin massive nya jumlah investasi dan bantuan Tiongkok di kawasan Asia Selatan, saat ini Tiongkok telah menjadi investor dan pemberi bantuan utama di kawasan ini khususnya dalam pembangunan infrastruktur-infrastruktur strategis seperti pelabuhan, jalur kereta api, dan jalan raya. Tiongkok juga mulai aktif dalam organisasi regional Asia Selatan SAARC. Tiongkok juga mulai terlibat aktif dalam penyelesaian konflik

(5)

5 di Afghanistan. Berikut adalah perbandingan jumlah perdagangan dan investasi antara Tiongkok dan India dengan negara-negara kawasan Asia Selatan (SAARC).

Tabel. 1

Jumlah perdagangan India dan Tiongkok dengan negara-negara Asia Selatan periode 2013 – 2015

TAHUN INDIA TIONGKOK

IMPOR EKSPOR IMPOR EKSPOR

2013 $2,292,005 $16,899,974 $19,831,014 $75,247,608

2014 $2,534,230 $19,836,415 $16,669,203 $85,835,004

2015 $2,468,657 $17,257,457 $12,641,779 $94,332,882

Sumber : International trade statistic (2016) Tabel. 2

Investasi India di Asia Selatan Periode 2010-2012

Tahun Bangladesh Sri Lnka Nepal Maldives

2010 $ 59 M $ 379 M $57M $ 6 M

2011 $ 69 M $ 432 M $72M $ 13 M

2012 $ 114 M $ 522 M $401M $ 18 M

(6)

6 Tabel. 3

Investasi Tiongkok di Asia Selatan Periode 2010-2012

Tahun Pakistan Bangladesh Sri Lanka Nepal Afghanistan

2010 $ 1.828 M $68 M $ 73 M $ 16 M $ 169 M

2011 $ 2.163 M $77 M $ 163 M $ 25 M $ 465 M

2012 $ 2.234 M $117 M $179 M $ 34 M $ 483 M

Sumber : UNCTAD bilateral FDI statistic,(2014)

Selama satu dekade terakhir Tiongkok mulai membangun kepentingan ekonomi dan politiknya di kawasan Asia Selatan melalui serangkaian bantuan, investasi dan kerjasama antara Tiongkok dengan negara-negara di kawasan ini. Perlahan tapi pasti hal ini pun berdampak pada posisi India sebagai negara pemimpin di kawasan ini, karena dengan semakin tingginya tingkat keterlibatan Tiongkok di kawasan maka akan semakin mengurangi tingkat ketergantungan kawasan Asia Selatan terhadap kepemimpinan India.

Dengan melihat fakta diatas, maka saya sebagai penulis kemudian tertarik untuk meneliti dan membahas lebih lanjut mengenai perluasan pengaruh Tiongkok di kawasan Asia Selatan dan bagaimana reaksi India terhadap perkembangan aktivitas Tiongkok di kawasan Asia Selatan dan apa-apa saja strategi yang dilakukan India dalam menghadapi perluasan pengaruh Tiongkok khususnya di bidang ekonomi di kawasan Asia Selatan.

(7)

7 A. Batasan dan Rumusan masalah

Untuk lebih memudahkan pembahasan ini, Maka dari itu penulis membatasi pembahasan tentang strategi India menghadapi hegemoni Tiongkok dikawasan dalam rentang waktu dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2016, karena selama periode ini keterlibatan Tiongkok di kawasan Asia Selatan semakin besar baik itu utamanya di bidang ekonomi .

Selain itu penulis membatasi pembahasan dalam penelitian ini kedalam beberapa rumusan masalah dan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk ekspansi ekonomi Tiongkok di kawasan Asia Selatan? 2. Bagaimana strategi India menghadapi ekspansi ekonomi Tiongkok di

kawasan Asia selatan khususnya di bidang ekonomi?

B. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bentuk ekspansi ekonomi Tiongkok di kawasan Asia Selatan

2. Untuk mengetahui strategi apa saja yang dilakuakan India dalam menghadapi perluasan pengaruh Tiongkok di kawasan Asia selatan khususnya di bidang ekonomi.

C. Kegunaan Penelitian

1. Memberikan sumbangan pemikiran kepada masyarakat luas serta akademisi ilmu hubungan internasional, baik dosen maupun mahasiswa terkait dengan masalah hubungan, khususnya hubungan kerja sama

(8)

8 Tiongkok dan negara-negara di Asia Selatan, hegemoni Tiongkok di kawasn ini serta strategi India dalam menghadapi hegemoni Tiongkok di kawasan Asia Selatan.

2. Penulis berharap hasil dari penelitian ini dapat memberikan suatu masukan kepada setiap elemen yang berminat membahas topik yang sama dan berhubungan dengan pengaruh Tiongkok di kawasan Asia Selatan dan strategi India menghadapi hegemoni Tiongkok di kawasan Asia Selatan.

D. Kerangka Konseptual

1. Konsep kebijakan luar negeri

Konsep kebijakan luar negeri adalah salah satu konsep yang digunakan dalam menganalisa masalah ini. Kebijakan luar negeri merupakan suatu perangkat formula, nilai, sikap, arah serta sasaran untuk mempertahankan, mengamankan, dan memajukan kepentingan nasional dalam percaturan dunia internasional (Yani A. A., 2006). Kebijakan luar negeri ini pada dasarnya dirumuskan oleh para pembuat kebijakan atau para pemimpin negara serta para ahli teori politik dan dipatuhi oleh masyarakat karena disangkutkan pada situasi sosial dan mencerminkan adanya nilai-nilai, ide-ide kepentingan golongan dan juga kepentingan para perumusnya. Oleh karena itu kepentingan nasional disebut sebagai kunci utama yang mendasari perumusan kebijakan luar negeri suatu negara. hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh J.Frankel mengenai definisi kebijakan luar negeri yang mana menurutnya “kebijakan luar negeri merupakan pencerminan dari kepentingan nasional yang ditujukan ke luar

(9)

9 negeri, yang tidak terpisah dari keseluruhan tujuan nasional, dan tetap merupakan komponen atau unsur dari kondisi dalam negeri” dari definisi ini dapat kita pahami bahwa kebijakan luar negeri merupakan cerminan dari kepentingan luar negeri suatu negara terhadap lingkungan luarnya sehingga bisa dikatakan bahwa kebijakan luar negeri dan kepentingan nasional merupakan dua hal yang saling berkaitan satu sama lain dan dalam pelaksanaannya kebijakan luar negeri tersebut harus semaksimal mungkin dapat menguntungkan bagi kepentingan nasional.

Konsep kebijakan luar negeri ini akan penulis gunakan untuk menjelaskan bagaimana strategi yang dirumuskan India berupa kebijakan-kebijakan terhadap negara-negara tetangganya di kawasan Asia Selatan merupakan hasil dari proses politik India dalam menyikapi fenomena ekspansi ekonomi Tiongkok di kawasan Asia Selatan utamanya selama beberapa tahun terakhir yang dianggap India justru mengancam kepentingan nasional India di kawasan Asia Selatan utamanya kepentingan ekonomi.

2. Konsep regionalisme

Hubungan internasional terdiri dari berbagai interaksi antara aktor-aktor hubungan internasional, entah itu aktor negara maupun aktor non-negara dimana nteraksi-interaksi yang terjadi ini dapat berupa kerjasama ataupun konflik. Kerjasama yang terjadi antara aktor-aktor negara ini kemudian dapat mengarah pada suatu fenomena yang disebut “regionalisme”. Regionalisme sendiri dalam studi Hubungan Internasional sangat erat kaitannya dengan studi

(10)

10 kawasan. Oleh karenanya, definisi regionalisme banyak mengambil dari definisi-definisi yang berkembang dalam studi kawasan.

Menurut Mansbaach, region atau kawasan adalah “Pengelompokan regional diidentifikasi dari basis kedekatan geografis, budaya, perdagangan dan saling ketergantungan ekonomi yang saling menguntungkan, komunikasi serta keikutsertaan dalam organisasi internasional” (S, 2010). Jadi regionalisme dengan kata lain merupakan sebuah proses penyatuan dari negara-negara yang terletak dalam satu lingkup geografis yang sama dan memiliki latar belakang yang pada umumnya sama pula. Definisi mengenai regionalisme juga dipaparkan oleh Joseph Nye yang tertulis dalam buku Regionalism & Global Governance: The Emerging Agenda dan ditulis oleh Timo Behr dan Juha Jokela, sebagai berikut:

a region consists of “a limited number of states linked by a geographical relationship and by a degree of mutual interdependence”. Regionalism, Nye elaborates, results from “the formation of interstate associations or groupings on the basis of regions. (Timo Behr, 2011)

Dari berbagai pendapat diatas bisa disimpulkan bahwa regionalisme membahas mengenai kerjasama yang terjadi antara negara-negara yang berada dalam satu wilayah yang sama dan membuat kesepakatan atau perjanjian bersama yang dilakukan demi untuk mencapai kepentingan nasional masing-masing. konsep ini akan penulis gunakan untuk menjelaskan mengenai unsur kawasan yang ada dalam pembahasan penulis yaitu kawasan Asia Selatan dan integrasi regional yang ada di dalamnya (SAARC) bagaimana adanya berbagai macam kepentingan nasional yang ingin dipenuhi

(11)

11 oleh setiap negara yang ada dalam satu kawasan kemudian mempengaruhi pola hubungan kerjasama yang terjalin di kawasan Asia Selatan.

E. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian

Penelititian ini merupakan penelitian yang bersifat deskiptif-Analitik bertujuan menggambarkan fakta-fakta empiris disertai dengan argumen yang relevan dan bersifat deskriptif mengenai strategi – strategi India menghadapi hegemoni Tiongkok di Asia Selatan khususnya selama periode tahun 2006-2016.

2. Teknik Pengumpulan data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik Kajian Pustaka atau library research, dimana data-data diperoleh dari hasil telaah berbagai literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti baik itu berupa buku, Jurnal, Surat kabar, weksite ataupun artikel- artikel. Bahan-bahan tersebut dikumpulkan dari berbagai tempat-tempat seperti Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin dan Perpustakaan FISIP Universitas Hasanuddin. 3. Teknis analisis data

Penulis menggunakan teknik analisis data kualitatif tapi tidak mengabaikan data kuantitatif yang digunakan sebagai pelengkap dan pendukung analisis kualitatif.

(12)

12 4. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan penulis adalah metode deduktif, dimana penulis menggambarkan masalah yang diteliti secara umum lalu ke hal- hal yang khusus untuk menghasilkan suatu kesimpulan.

(13)

25 BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Nilai strategis kawasan Asia Selatan

Kawasan Asia Selatan atau yang biasa disebut Sub- Kontingen India merupakan kawasan yang terdiri dari tujuh negara antara lain India, Pakistan, Bangladesh, Sri lanka, Nepal , Bhutan, Maladewa dan Afghanistan. Secara geografis kawasan ini terletak di lintang astronomis 26° LU – 48°LU dan 67°BB – 125° BB yang berbatasan langsung dengan Asia Tengah , Asia Timur, Asia Tenggara, Asia Barat dan Samudera Hindia di bagian Selatan. Kawasan yang luas ini berada ditengah-tengah antara rentetan pegunungan tinggi dan samudera Hindia. Di bagian utara dan utara timur kawasan ini dikelilingi oleh rentetan pegunungan Himalaya. Dibagian barat laut oleh pegunungan karokum, pegunungan Hindu Kush dan Makran. Dibagian Timur kawasan ini berbatasan langsung dengan bukit Purvanchel dan Bay of Bengal, sedangkan di bagian selatan kawasan ini berbatasan langsung dengan samudera Hindia dan laut arab dibagian barat daya. Asia Selatan merupakan sebuah kawasan yang memiliki luas wilayah yang meliputi 10% luas benua Asia atau sekitar 4.480.000 km² dengan populasi yang mencapai hampir 1,7 juta jiwa atau mencakup sekitar 40% jumlah penduduk Asia dan seperempat jumlah penduduk dunia. kawasan ini bisa dikatakan sebagai kawasan yang unik dikarenakan ciri-ciri geografisya seperti sungai es, hutan hujan, lembah, padang pasir serta padang rumput merupakan ciri-ciri yang umumnya lebih banyak ditemukan di

(14)

26 benua yang lebih luas dari kawasan yang hanya seluas Amerika serikat ini (Anand, 1991).

Kawasan Asia selatan bisa dikatakan sebagai kawasan yang menggambarkan kata “keberagaman dalam kesatuan”, dimulai dengan keadaan alamnya yang beragam seperti iklim ataupun segala kekayaan alamnya seperti flora dan faunanya yang beragam, hingga masyarakatnya yang beragam mulai dari bahasa, budaya, agama hingga etnis yang berbeda satu sama lainnya. Banyaknya perbedaan – perbedaan yang ada di kawasan ini seperti perbedaan etnis, bahasa, budaya, dan agama menjadikan kawasan ini sangatlah tidak stabil dan rentan terhadap konflik dan pertentangan sehingga pembangunan kawasan ini pun menjadi terhambat. Seperti halnya pertentangan dalam penggunaan bahasa, meskipun bahasa Inggris disepakati sebagai bahasa pengantar dalam bidang pendidikan, akan tetapi bahasa Inggris bukanlah bahasa yang dominan digunakan dalam keseharian masyarakat Asia Selatan. Beberapa masyarakat Asia selatan menolak penggunaan bahasa Inggris dalam keseharian mereka karena mereka menganggap bahwa bahasa Inggris adalah bahasa yang dibawas oleh para kaum penjajah Inggris. Sedangkan, sebagian masyarakat di kawasan India selatan justru menolak menggunakan bahasa Hindi. Selain pertentangan mengenai bahasa, perang antar etnis juga menjadi hal yang sangat sering terjadi di kawasan ini. Sebut saja konflik antar etnis punjab yang beragama Islam dengan etnis Shindi, ataupun pertentangan antara etnis shinghala yang menjadi etnis mayoritas di Sri lanka dengan etnis Tamil yang minoritas dan berniat untuk membangun negaranya sendiri. Selain konflik etnis, konflik antara agama

(15)

27 khusunya Islam dan Hindu sebagai agama dengan penganut terbesar di kawsasn ini hingga saat ini pun masih terus terjadi. Belum lagi masalah sosial lainnya seperti kemiskinan, kurangnya lapangan kerja, rendahnya jaminan kesehatan dan lainnya semakin memperburuk keadaan di kawasan ini. Padahal terlepas dari konflik dan masalah-masalah sosial lainnya yang dihadapi kawasan ini, kawasan Asia selatan merupakan kawasan yang memiliki potensi dan nilai strategis yang sangat besar. (Christopher Snedden, 2016, hal. 11)

Dalam hal perkembangan ekonomi, kawasan Asia Selatan menawarkan prospek yang sangat menarik dikarenakan sumber daya alam dan energinya serta potensi tenaga hydro power nya yang murah dan melimpah. Secara statistik, kawasan ini menduduki beberapa posisi penting di dunia dalam bidang komoditi agrikultur, dengan India menjadi kontributor terbesar dalam hal ini. India merupakan produsen padi terbesar di dunia, ketiga dalam hal produksi tepung, kedua dalam hal produksi tea, goni, beras, biji-bijian dan kacang-kacangan dan memegang posisi penting dalam perdagangan rempah-rempah, banana, tembakau dan kapas. Selain India, Pakistan juga merupakan produsen penting lainnya di kawasan khsusnya untuk komoditi seperti tepung, padi-padian dan kapas. Bangladesh juga memiliki peran yang signifikan dalam hal produksi goni dan beras, sedangkan Sri lanka merupakan produsen utama untuk beberapa komoditi seperti karet, kelapa, dan teh. Kawasan ini juga memiliki populasi ternak (sapi, lembu) terbesar di dunia (Raghav, 2012)

Selain itu, kawasan ini juga diberkahi dengan sumber air yang melimpah. Sebagai negara agrikultur, sungai merupakan kunci utama kehidupan masyarakat

(16)

28 di kawasan Asia Selatan. Dari sumber utama di pegunungan Himalaya, tiga sungai utama antara lain sungai gangga, Indus dan brahmaputra mengalir melewati total 7 negara di kawasan Asia selatan antara lain India, Pakistan, bangladesh, Bhutan, Nepal dan China, yang mana aliran sungai Indus mengalir melewati China, India, Pakistan dan Afghanistan, sedangkan sungai Brahmaputra dan Gangga serta aliran anak sungainya mengalir melewati China, Bhutan, Nepal dan Bangladesh (Mittra, 2016). Sejauh ini sistem aliran sungai ini telah menghidupi lebih dari sekitar 1 milyar masyarakat di asia Selatan, mengirigasi jutaan tanah dan memiliki ikatan sosial dengan orang-orang yang bergantung terhadap mereka. Aliran sungai ini juga senantiasa digunakan oleh masyarakat Asia selatan untuk memancing, hydropower, industri dan dibeberapa kasus digunakan sebagai navigasi. Karena sangat strategisnya peran air terhadap kehidupan masyarakat Asia selatan, pada akhirnya air menjadi sumber pertentangan di kawasan Asia Selatan apalagi dengan semakin tingginya tingkat populasi, industrialisasi dan urbanisasi menambah tekanan terhadap perebutan sumber air di kawasan ini.

Dalam bidang energi, meskipun kawasan ini tidak memiliki cadangan minyak yang melimpah dan bahkan bisa dikatakan sangat terbatas akan tetapi kawasan ini memiliki cadangan mineral yang melimpah khususnya aluminium, batu bara, mangan, biji timah, mika , gas alam dan titanium serta beberapa mineral lainnya seperti uranium, chrom dan biji besi yang cukup sebagai penyokong alternatif kebutuhan energi mereka saat ini. Selain cadangan mineral, negara-negara di kawasan ini juga mengembangkan tenaga hydropower dengan

(17)

29 memanfaatkan sumber air mereka yang melimpah untuk memenuhi kebutuhan energi mereka. Negara-negara yang berada di area pegunungan Himalaya seperti India, Pakistan, Bhutan dan Nepal memiliki sumber air yang melimpah dengan gletser yang membentang sepanjang Tibet di China hingga Asia Selatan 100.000 km2 dan menyimpan sekitar 12.000 km2 air bersih (Direction in Hydro power , 2009). Memaksimalkan potensi sumber air untuk membangkitkan energi saat ini telah menjadi prioritas utama beberapa negara di kawasan ini. Karena, jika berhasil dimaksimalkan maka energi listrik yang dihasilkan akan mampu mampu menjadi solusi terhadap peningkatan kebutuhan energi yang disebabkan terjadinya percepatan industrialisasi dan urbanisasi.

Saat ini jika digabungkan, maka potensi pembangkit listrik tenaga air di kawasan Asia selatan diperkirakan mencapai 388,775 MW, yang mana dari jumlah itu hanya sekitar 13% yang telah digunakan hingga saat ini. India memiliki potensi terbesar dengan 150,000 MW yang kemudian diikuti oleh Pakistan dengan 100,000 MW, Nepal 83,000 MW, Bhutan 30,000 MW, Afghanistan 23,000 MW, Sri lanka 2,000 MW dan bangladesh dengan 775 MW. Para pengamat memeperkirakan dengan semakin meningkat pesatnya kebutuhan listrik di India dan Pakistan, maka tidak akan ada surplus listrik untuk visa di ekspor ke negara lain di dalam kawasan bahkan saat mereka telah berhasil memaksimalkan potensi tenaga listrik airnya. Sedangkan, nepal dan Bhutan memiliki potensi yang totalnya diperkirakan mencapai 113,000 MW, yang mana jumlah ini dapat dikembangkan untuk keperluan ekspor ke negara-negara lain di kawasan Asia selatan (Muhammad Naveed Iftikhar, 2015).

(18)

30 Selain potensi sumber daya alam dan energinya, jumlah populasinya yang mencapai 1,7 juta jiwa turut menambah alasan mengapa kawasan ini menjadi kawasan yang potensial. Apalagi hampir dari separuh dari jumlah penduduk kawasan Asia Selatan berada pada usia rata-rata dibawah 25 tahun. Potensi generasi muda yang berlimpah ini apabila diberikan pelatihan yang sesuai dengan visi dan keperluan atau syarat kerja baik itu jangka pendek, menengah ataupun jangka panjang, menjanjikan percepatan pembangunan kawasan dan menawarakan suplai tenaga yang berkelanjutan untuk perkembangan ekonomi kawasan Asia selatan. Hal ini bisa menjadi keuntungan untuk negara-negara di kawasan ini ditengah maraknya isu “aging population” yang saat ini rata-rata dihadapi oleh negara-negara besar seperti negara-negara Eropa, China dan jepang (Fayyaz, 2014).

Selain memiliki potensi yang berlimpah, secara strategis Asia Selatan juga merupakan kawasan yang patut untuk diperhitungkan. Ada beberapa alasan mengapa kawasan ini disebut sebagai kawasan yang sangat strategis. Pertama, kawasan ini berada tepat di jalur vital garis komunikasi laut termasuk didalamnya jalur perdagangan energi yang melintas dari Asia Barat daya, melalui selat malaka ke wilayah-wilayah Industri Asia Timur laut. Kedua, Asia Selatan berbatasan dengan China dan Asia Tengah, sehingga untuk orang-orang yang berada di bagian barat China kawasan ini merupakan kawasan yang sangat strategis karena dengan terhubungnya kedua lokasi (Tiongkok dan Asia Tengah) melalui akses samudera Hindia dan melalui kawasan Asia Selatan (Afghanistan, Iran/Pakistan). Dan jalur samudera Hindia ini lebih dekat untuk negara-negara

(19)

31 yang ada di bagian barat China , kawasan samudera Hindia secara signifikan lebih dekat jika dibandingkan dengan laut China Selatan. Ketiga, dipimpin India, negara-negara di Asia selatan saat ini mengalami pertumbuhan khususnya di bidang ekonomi. Pertumbuhan ini terjadi sebagai hasil dari dilakukannya reformasi kebijakan yang signifikan dan berkelanjutan oleh pemerintah di berbagai negara di kawasan Asia Selatan. Sri lanka mulai meliberalisasi perdagangan dan kebijakan industrinya pada tahun 1980-an, yang kemudian diikuti oleh India dan Bangladesh pada awal 1990-an, Nepal serta Pakistan pada akhir tahun 1990-an.

Di sektor finansial India dan Sri lanka mulai menderegulasi suku bunga dan memberikan izin kepada bank swasta pada tahun 1990-an langkah ini kemudian diikuti oleh Pakistan dan Bangladesh. dengan dibukanya liberalisasi perdagangan kebijakan Industri ditambah dengan kebijakan-kebijakan lainnya pada akhirnya berhasil menumbuhkan tingkat pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia selatan dan peningkatan pertumbuhan ini tidak hanya terjadi di negara besar seperti India, Bangladesh ataupun Sri lanka tetapi juga di negara-negara kecil di kawasan ini seperti Bhutan ataupun Nepal. Setelah lebih dari dua dekade berlalu setelah reformasi ekonomi dilakukan, pada akhirnya kawasan Asia selatan berhasil menjadi kawasan dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia. Hal ini didasarkan pada laporan dari worldbank, yang mana pada tahun 2016 Asia selatan berhasil mempertahankan posisinya sebagai kawasan dengan pertumbuhan ekonomi tercepat dengan pertumbuhan ekonomi yang mencapai 6,7 persen, jumlah ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan

(20)

32 ekonomi kawasan Asia Timur yang hanya sebesar 6.3 persen (worldbank, 2017). Bahkan beberapa kawasan mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat bahkan lebih rendah.

Grafik.1

Grafik Perbandingan pertumbuhan ekonomi India dengan kawasan lainnya pada tahun 2015-2016

Dengan semakin pesatnya pertumbuhan ekonomi di kawasan ini tentunya juga berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat yang ada di kawasan ini. Berdasarkan laporan dari World bank pada tahun 2015, Asia selatan telah berhasil mengurangi hingga 13.5 persen dari total jumlah populasi penduduknya yang hidup dibawah garis kemiskinan. Itu artinya semakin banyak masyarakat Asia Selatan yang kemudian berubah status dari golongan kelas bawah menjadi golongan kelas menengah dan dengan semakin banyaknya jumlah kaum menengah baru yang ada di kawasan ini kemudian memunculkan fenomena baru yaitu terciptanya konsumerisme di tengah-tengah kelas menengah. Hal ini kemudian dilihat sebagai kesempatan emas oleh negara-negara di luar kawasan

(21)

33 utamanya negara-negara industri dan kemudian menarik minat mereka untuk ikut terlibat dalam perekonomian kawasan Asia Selatan khususnya di India.

Selain itu, meskipun saat ini banyak diantara negara-negara di kawasan ini menghadapi tantangan pembangunan, akan tetapi negara-negara di kawasan ini menikmati demokrasi dan pertumbuhan ekonomi yang saat ini terjadi. Dan hal ini merupakan pertumbuhan yang positif pasalnya, secara historis Asia Selatan telah mengalami berbagai macam tindak kekerasan.baik itu perang seperti yang terjadi antara India dan Pakistan di tahun 1948, 1965, 1971, dan 1999, ataupun huru hara yang melanda Afghanistan sejak tahun 1978 ataupun isu terorisme. Terlebih lagi saat ini kawasan Asia mulai menyadari pentingnya menjalin kerjasama dengan negara- negara yang ada di kawasan ini sehingga dibentuklah kerjasama regional di kawasan ini seperti SAARC (south asian assosiation for regional cooperation).

SAARC atau South Asia Assosiation for Regional Cooperation merupakan organisasi regional yang didirikan pada tahun 8 desember 1985 dengan tujuan untuk mempercepat proses perkembangan ekonomi dan sosial negara-negara anggota di kawasan melalui aksi bersama yang dirangkum dalam sebuah kerjasama. Kerjasama di SAARC ini berlandaskan pada rasa hormat terhadap prinsip-prinsip kesetaraan, intergritas teritori, kebebasan politik, non-interfensi terhadap urusan internal negara-negara anggota dan kepentingan bersama. Bagaimanapun, keberadaan SAARC telah memungkinkan para pemimpin politik negara-negara di kawasan Asia Selatan untuk bertemu dan

(22)

34 membawa percakapan informal mereka dan membahas mengenai masalah yang menyangkut kepentingan bersama.

B. Posisi India di kawasan Asia Selatan

India atau yang secara resmi disebut Republik .India adalah merupakan negara terbesar di kawasan Asia Selatan sekaligus terluas dikawasan ini. dengan luas wilayah yang mencapai 3.287.263 kilometer persegi atau sekitar 72 persen dari keseluruhan luas wilayah kawasan asia Selatan. Tidak hanya itu, dengan jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 1 milyar jiwa juga menjadikan negara ini menjadi negara ini sekaligus sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar di kawasan ini. Jumlah yang tidak setara jika dibandingkan dengan jumlah penduduk negara-negara lainnya di kawasan ini seperti Bhutan yang hanya memiliki penduduk sebesar 750,125, Nepal 29,033,914 ataupun Maldives yang hanya berkisar 392.960. Negara ini juga merupakan negara demokrasi terbesar di kawasan Asia Selatan.

Sejak dimulainya liberalisasi ekonomi India di tahun 1980 yang kemudian dilanjutkan pada tahun 1991, ekonomi India kemudian mulai memperlihatkan pertumbuhan yang positif. Meskipun pertumbuhan ini tidak berjalan mulus akibat terjadinya perlambatan ekonomi secara global, akan tetapi hingga akhir 2016 India berhasil menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi terbesar di Asia dengan pertumbuhan yang mencapai 7,5 persen. Dengan terjadinya pertumbuhan ekonomi yang kuat sejak pertengahan tahun 1990-an telah mampu meningkatkan GDP perkapita India hingga 5 persen setiap tahunnya dan dan dengan meningkatnya GDP di negara ini maka tingkat

(23)

35 kesejahteraan masyarakat India juga semakin membaik. Hal ini dibuktikan dengan berhasilnya 140 juta orang keluar dari zona kemiskinan selama periode kurang dari 10 tahun (OECDC, 2017)

Grafik 2

Perbandingan GDP India dari tahun 1993-2015

(24)

36 Selain perkembangan dalam bidang ekonomi, saat ini India juga sedang gencar-gencarnya melakukan pembanguan di sektor militer dan pertahanan. Saat ini India menjelma menjadi saah satu kekuatan militer yang disegani dunia. Belum lagi kekuatan senajata nuklir yang dimiliki India saat ini semakin memperkuat pertahanan dan keamanan India baik itu dari ancaman negara di kawasan ataupun dari luar kawasan. Dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil dan ditopang oleh kekuatan militer dan pertahanan yang solid, tak dapat dipungkiri India saat ini memegang peranan yang sentral di kawasan Asia Selatan. Terlebih lagi keadaan geografis India yang berada tepat di tengah-tengah kawasan Asia Selatan yang mana secara geografis negara ini berbatasan darat dengan Pakistan di barat, China, nepal dan Bhutan di bagian timur laut, Myanmar dan Bangladesh di Timur. Selain itu, negara ini juga berbatasan dengan Samudera Hindia di selatan, laut Arab di bagian barat daya, Teluk Bengal di bagian Tenggara. Di wilayah Samudera Hindia, India berada dekat dengan Sri Lanka dan maldives, dan pulau Andaman dan Nikobar India berbatasan laut dengan Thailand dan Indonesia, memberikan keuntungan untuk India karena dengan posisi India ini menjadikan kawasan ini sebagai “India Locked” yang artinya untuk dapat saling mengakses satu sama lain, negara-negara non Indian lainnya harus melintasi wilayah teritori India atau memilih bertemu di lokasi ketiga yang berada jauh dari kawasan Asia Selatan, (Christopher Snedden, 2016) dan tentunya hal ini semakin menguatkan posisi India di kawasan Asia Selatan.

(25)

37 Gambar.1

Peta kawasan Asia Selatan

Sebagai kekuatan utama di kawasan, India juga aktif dalam berbagai kerjasama regional yang ada di kawasan seperti South Asian Association for Regional Cooperation (SAARC) dan South Asian Free Trade Arrangement (SAFTA). India juga seringkali menjadi inisiator beberapa kerjasama bilateral, sub-regional dan alternatif regional, termasuk didalamnya beberapa kerjasama perdagangan dengan negara-negara Asia selatan lainnya (terkecuali Pakistan). Beberapa kerjasama itu antara lain : perjanjian dagang dengan Maldives tahun 1981, Free trade area dengan Nepal 1991, FTA dengan Bhutan (regenosiasi 2006), FTA dengan Sri lanka 1998 dan perjanjian perdagangan dengan bangladesh pada tahun 2006. Dan dalam upaya untuk mempercepat liberalisasi perdagangan di kawasan, India juga ikut menginisiasi diciptakannya grup sub-regional seperti South Asian Growth Quadrangle (SAGQ) dan inisiatif kungming yang keduanya berisikan Bangladesh, Nepal, Bhutan dan setengah dari India. Pada tahun 1997, India juga secara

(26)

38 bertahap mulai memperluas agenda kerjasaam ekonomi diluar Asia Selatan dan mengambil inisiatif untuk membuat alternatif kerjasama ekonomi regional. India kemudian secara aktif membentuk formation of Indian Ocean Rim–Association for Regional Cooperation (IOR–ARC) and the Bay of Bengal Initiative for Multi-Sectoral Technical and Economic Cooperation (BIMSTEC). India, Bangladesh and Sri Lanka, juga merupakan anggota dari Asia Pacific Trade Agreement (APTA) yang mana anggota-anggota di dalamnya juga menegosiasikan diadakannya free trade agreement. Sementara itu, India juga menandatangani kerjasama bilateral perdagangan bebas dengan ASEAN, Korea dan Singapore. (Ahmad, 2015).

Selain itu, India juga berusaha untuk terus menjalin hubungan yang baik dengan mayoritas negara-negara yang ada di kawasan Asia Selatan baik itu melalui hubungan politik, kerjasama ekonomi, bantuan pembangunan, militer, pendidikan, sosial dan budaya. Pada tahun 1971, India turut membantu terbentuknya negara Bangladesh yang merupakan pecahan dari Pakistan serta membantu membangun perekonomian negara baru ini melalui pinjaman dan bantuan teknis. Selain itu, Bangladesh dapat disebut sebagai salah satu negara “ indian locked” yang sangat bergantung kepada New Delhi untuk barang perdagangannya. Jumlah perdagangan kedua negara juga terus mengalami perkembangan. Selama periode 1991-1996 jumlah perdagangan resmi antara Indo-Bangladesh meningkat hingga lima kali dengan peningkatan terbesar tejadi pada jumlah ekspor India yang mencapai US $1.1 milyar dan hal ini

(27)

39 menyebabkan terjadinya peningkatan pada tingkat ketergantungan Bangladesh terhadap India di beberapa aspek (affairs t. m., 2014)

Selain Bangladesh, Nepal adalah negara “India- locked” lainnya yang hampir sepenuhnya bergantung pada India dalam hal bantuan ekonomi dan fasilitas transit. India juga merupakan partner dagang terbesar Nepal. Menurut data tahunan Fiskal Nepal, pada tahun 2009 perdagangan dengan India membukukan sekitar 58,22% dari keseluruhan perdagangan luar negeri Nepal. India juga tetap menjadi sumber terbesar investasi luar negeri dengan membukukan sekitar 43.17% dari total keseluruhan investasi luar negeri yang ada di Nepal (the ministry of external affair, 2014). India dan Sri lanka telah menjalin hubungan kerjasama sejak 25.000 tahun yang lalu dan terus mengalami perkembangan hingga saat ini. Perdagangan dan investasi terus mengalami pertumbuhan dan kerjasama keduanya saat ini juga mencakup kerjasama dibidang pembangunan, pendidikan , budaya dan pertahanan. Sri Lanka merupakan partner dagang terbesar kedua India di SAARC dan sebaliknya India merupakan partner dagang terbesar Sri Lanka. Selain itu, India juga termasuk dalam kategori 4 negara dengan Investasi terbanyak di Sri lanka dengan yang mencapai US $ 1 Milyar sejak 2003. Selain di bidang ekonomi, hubungan politik kedua negara terjalin dengan sangat baik yang ditandai dengan kunjungan berkala kedua belah pihak (the ministry of external affairs, 2014)

Meskipun Afghanistan secara teknis bukanlah tetangga India, tapi negara ini merupakan penerima bantuan terbesar kedua India setelah Bhutan dengan bantuan yang mencapai $ 600 juta pada tahun 2010- 2011. Kerjasama diantara

(28)

40 kedua negara pun semakin mengalami kemajuan yang signifikan setelah ditandatanganinya perjanjian kerjasama strategis oleh kedua belah pihak pada tahun 2011. Sedangkan Bhutan merupakan basis untuk beberapa proyek yang ditangani oleh pemerintah India ataupun oleh perusahaan-perusahaan umum dan swasta India. India membeli surplus power yang diproduksi oleh Bhutan dengan bantuan India. India juga telah menggelontorkan banyak dana melalui bantuan pembangunan ke Bhutan dalam setengah dekade terakhir. Secara keseluruhan, Bhutan merupakan negara penerima bantuan finansial terbesar dari India. Dari tahun 2010-2011 India telah mengeluarkan hingga $3,3 Milyar baik itu berupa pinjaman ataupun bantuan ke negara Bhutan. India juga membantu Bhutan dalam mengembangkan proyek telekomunikasi, proyek hidroelektrik, serta pembangunan fasilitas-fasilitas seperti rumah sakit, jalan dan juga jembatan (affairs I. m., 2012)

Di Maldives, India merupakan salah satu dari beberapa negara pertama yang memberikan pengakuan terhadap kemerdekaan Maldives pada tahun 1965 dan telah menjalin hubungan bilateral dengan Maldives sejak tahun 1972. Sejak terjalinnya hubungan bilateral diantara kedua negara, India telah menjadi partner pembangunan Maldives dan telah mendirikan berbagai Institut di Maldives seperti Rumah sakit India Ghandi Memorial dan Fakultas mesin dan teknologi di Maldives. India juga menyadiakan bantuan untuk Maldives kapanpun dibutuhkan seperti saat terjadinya tsunami pada tahun 2004 di Maldives, India adalah negara pertama yang memberikan bantuan ke negara ini. Selain itu, Bank negara India memainkan peranan yang vital dalam peerumbuhan ekonomi di

(29)

41 Maldives sejak tahun 1974 dengan memberikan bantuan pinjaman untuk promosi resort-resort pulau, ekspor produk – produk hasil laut dan keberadaan perusahaan – perusahaan bisnis India di Maldives. Bangsa India juga merupakan komunitas expatriate terbesar yang ada di Maldives baik itu pekerja ataupun profesional seperti Dokter, pengajar ataupun teknisi dan lain lain (government, 2016).

Sebelum merdeka pada tahun 1947, negara Pakistan merupakan bagian dari India sehingga kedua negara memiliki ikatan sejarah, budaya dan etnik. Meskipun begitu, sejak berpisahnya Pakistan dari India hubungan kedua negara terus diwarnai rasa ketidak percayaan dan kecurigaan satu sama lain. Perebutan Kashmir menjadi awal permasalahan diantara keduanya bahkan memicu terjadinya perang diantara kedua negara pada tahun 1962 dan sampai hari ini permasalahan ini terus menjadi sumber konflik bagi kedua negara. Selain konflik perbatasan, keterlibatan India dalam kemerdekaan Bangladesh dari Pakistan, isu terorisme serta persaingan kekuatan militer utamanya nuklir diantara India-Pakistan semakin memperburuk hubungan kedua negara (Anggarwal, 2016)

Sayangnya, meskipun India relatif menjalin hubungan yang baik dengan negara-negara tetangganya (kecuali Pakistan), akan tetapi negara-negara yang terhitung “lebih kecil “ dibandingkan India telah sejak lama khawatir terhadap kemampuan material India. Pasalnya, dari segi luas wilayah, populasi, sumber daya alam, dan kemajuam teknologi tidak ada satupun negara di kawasan Asia selatan yag dapat disandingkan dengan India. Selain itu, dengan posisi India sebagai satu-satunya negara di kawasan ini yang berbatasan langsung dengan

(30)

42 seluruh negara yang ada di kawasan Asia selatan padahal negara-negara lain di kawasan ini tidak berbatasan wilayah satu sama lain kecuali dengan India (terkecuali Afghanistan dan Pakistan yang berbatasan dengan beberapa negara lain selain India namun meskipun begitu kedua negara ini tetap tidak mampu untuk mengakses negara SAARC lainnya di kawasan ini tanpa melewati India) membuat posisi India di kawasan ini semakin besar. Selain kemampuan material, faktor ekonomi dan pertahanan India serta pengaruh politik India yang juga terus mengalami perkembangan yang sangat pesat di kawasan ini semakin memperbesar kekhawatiran mereka terhadap India. Pasalnya sebagia besar negara-negara di kawasan Asia Selatan ini justru melihat pengaruh India baik itu dari sektor ekonomi ataupun politik di kawasan ini sebagai bentuk “big brother attitude” India terhadap negara-negara lain yang ada di kawasan ini. Akibatnya negara-negara dikawasan ini terus melakukan berbagai cara untuk melawan India seperti dengan cara mengeluarkan kebijakan yang memang pada dasarnya akan merugikan India baik itu dari segi ekonomi seperti kasus penolakan yang dilakukan oleh Bangladesh untuk memberikan akses transit untuk India ke wilayah-wilayah bagian timur kawasan ataupun keengganan Nepal untuk semakin meningkatkan potensi hydropower nya, ataupun dari segi politik seperti membiarkan kekuatan-keuatan eksternal seperti Tiongkok ataupun Jepang untuk mempengaruhi kebijakan mereka di tingkat tertentu sehingga akan menimbulkan rasa ketidaknyamanan terhadap India dan pada akhirnya seringkali cara-cara yang diambil ini kemudian menimbulkna konflik antara India dan pihak yang bersangkutan.

(31)

43 Selain itu, ada persepsi yang menyebar di kalangan negara-negara kecil dikawasan ini bahwa kebangkitan India saat ini merupakan ancaman terhadap survivabilitas mereka. Mereka merasa bahwa India saat ini sedang berusaha untuk menghegemoni kawasan Asia Selatan. Selain itu, dengan perkembangan sektor ekonomi India yang sangat pesat saaat ini turut memunculkan rasa ketakutan kepada negara-negara lainnya di kawasan ini. Mereka khawatir jika India akan menjadi dominan partner dalam berbagai bentuk kerja sama di kawasan dan pada akhirnya akan mendominasi dan mengeksploitasi mereka dan akan menjadi penghalang terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan mereka secara alami. Hal inilah yang kemudian mendasari mengapa kebanyakan negara-negara lain di kawasan ini lebih memilih untuk bekerjasama dengan negara-negara yang berasal dari luar kawasan Asia Selatan contohnya saja kerjasama dengan Tiongkok.

Selain dikarenakan adanya kekhawatiran terhadap potensi yang dimiliki India di kawasan Asia selatan, hal lain yang mendasari mengapa hubungan India dan negara-negara lain dikawasan ini tidak harmonis dikarenakan masih adanya masalah-masalah yang belum terselesaikan antara India dengan negara-negara lain yang ada di kawasan ini. Contohnya saja masalah- masalah yang membayangi hubungan India-Bangladesh hingga saat ini seperti masalah pembagian aliran sungai gangga, masalah imigran illegal yang berasal dari wilayah perbukitan Chittagong, perselisihan antara India-Sri lanka khusunya terkait masalah suku tamil yang ada di Sri lanka. Hubungan India-Nepal juga terkadang mengalami ketegangan khusunya terkait masalah perdagangan dan

(32)

44 masalah transit dan yang paling pelik adalah pertentangan yang masih terjadi antara India dan pakistan yang telah berlangsung selama enam dekade dan masih terus berlangsung hingga saat ini. Hubungan yang asimetris antara India dan negara- negara Asia selatan lainnya inilah yang sampai saat ini masih menjadi dinding penghalang terhadap pembangunan dan penguatan kerjasama regional di kawasan Asia selatan.

C. Perkembangan hubungan Tiongkok – Asia Selatan 1. Kepentingan nasional Tiongkok di Asia Selatan

Jika diteliti berdasarkan sejarahnya, Tiongkok dan Asia selatan telah menjalin hubungan sejak abad ke-3 SM. Akan tetapi sebelum tahun 2000-an, hubungan yang telah terjalin selama 2000 tahun ini hanya didasarkan adanya hubungan budaya dan agama diantara keduanya. Hubungan politik diantara keduanya baru terjalin tepat setelah Asia Selatan bebas dari penjajahan Inggris dan Tiongkok memperoleh kemerdekaanya pada tahun 1940-an. Barulah sekitar abad ke-21, hubungan antara Tiongkok dan kawasan Asia selatan mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Tiongkok terlibat di di dalam isu-isu regioanl di kawasan Asia Selatan secara positif dan kebijakan Tiongkok di kawasan Asia Selatan pun mengalami redefinisi.

Perkembangan yang signifikan yang terjadi dalam hubungan Tiongkok dan Asia Selatan ini didasari karena seiring berjalannya waktu posisi kawasan Asia Selatan dalam kebijakan luar negeri Tiongkok semakin strategis dikarenakan kepentingan Tiongkok dikawasan ini khususnya di sektor ekonomi juga semakin

(33)

45 besar. Pasalnya dengan semakin pesatnya pertumbuhan ekonomi dan industri di Tiongkok maka terjadi pula peningkatan tingkat kebutuhan ekonomi khususnya pasar untuk produk-produk Tiongkok, sumber daya alam, dan jalur transit peningkatan kebutuhan ini telah mengubah skala pengaruh dan stabilitas hubungan Tiongkok dengan negara-negara di kawasan Asia Selatan.

Sejak dimulainya reformasi ekonomi di Tiongkok pada tahun 1978, perkembangan ekonomi Tiongkok kemudian tumbuh dengan sangat pesat menjadikannya sebagai salah satu negara dengan perekonomian terbesar di dunia menyaingi negara-negara maju lainnya seperti Amerika Serikat dan Jepang. Reformasi di bidang ekonomi ini kemudian diikuti dengan reformasi di bidang militer yang ditandai dengan meningkatnya anggaran militer Tiongkok dari tahun ke tahun. Pemerintah Tiongkok juga terus melakukan upaya modernisasi kekuatan militer termasuk diantaranya profesionalisme pasukannya (personil) yaitu dengan jalan perampingan organisasi serta modernisasi peralatan militer.

Dengan semakin meningkatnya tingkat pertumbuhan ekonomi dan militer Tiongkok maka kebutuhan akan sumber energi dan material seperti minyak juga mengalami peningkatan yang pesat. Peningkatan ini terjadi dikarenakan minyak merupakan kebutuhan dasar yang diperlukan Tiongkok untuk membangun perekonomian maupun militernya. Sayangnya, sumber daya alam Tiongkok tidak sanggup menopang tingkat kebutuhan minyak tiongkok yang sangat tinggi sehingga untuk menjaga kestabilan ekonominya maka sejak tahun 1993 Tiongkok menjadi salah satu negara pengimpor minyak dan dengan tingkat kebutuhan yang sangat tinggi sejak 2015 Tiongkok telah menggeser posisi Amerika sebagai

(34)

46 pengimpor minyak terbesar dunia. Lebih dari setengah dari jumlah keseluruhan minyak mentah Tiongkok di impor dari negara-negara Timur Tengah yang kemudian dikirim menggunakan kapal tangker dari teluk persia melalui jalur Samudera Hindia dan selat Malaka. Karena tingkat kebutuhan yang tinggi maka sudah menjadi hal yang lumrah jika Tiongkok merasa perlu untuk mengamankan semua jalur perdagangan mereka baik itu darat ataupun laut utamanya jalur lalu lintas minyak mereka (Anggara, 2015, hal. 2)

Samudera Hindia merupakan salah satu jalur laut strategis di dunia. Jalur ini menjadi jalur laut strategis karena beberapa jalur laut vital seperti selat hormuz dan selat malaka yang menjadi jalur sentral pengiriman minyak dunia berada di kawasan samudera hindia ini. Sekitar 50% jumlah minyak dunia dikirim melalui jalur ini, dan pada tahun 2012 diperkirakan sekitar 82% minyak Tiongkok di kirim melalui jalur ini. Selain minyak jalur laut ini juga menjadi jalur perdagangan Tiongkok, dimana barang-barang ekspor Tiongkok yang dikirim ke Eropa, Timur tengah, ataupun Afrika mayoritasnya dikirim melalui jalur ini sehingga jaur ini merupakan jalur yang krusial untuk stabilitas ekonomi Tiongkok dan salah satu rute alternatif yang dapat digunakan Tiongkok untuk mengakses jalur ini adalah melalui pelabuhan-pelabuhan negara-negara di kawasan Asia Selatan karena beberapa pelabuhan di kawasan Asia Selatan seperti pelabuhan Pakistan (pelabuhan Gwadar), Sri lanka dan Bangladesh berada di jalur lalu lintas perdagangan dan minyak Tiongkok.

Pelabuhan Gwadar Pakistan merupakan pelabuhan laut terdekat dengan teluk persia dan Timur Tengah. Pelabuhan ini hanya berjarah 400 kilometer dari teluk

(35)

47 Persia sehingga apabila Tiongkok menggunakan pelabuhan ini (yang ditambah dengan pemasangan jalur pipa minyak Pakistan- Tiongkok) sebagai jalur transportasi minyaknya maka akan mampu memotong jarak yang harus dilewati oleh kapal-kapal tanker pengangkut minyak Tiongkok dari teluk Persia melewati Samudera Hindia menuju pelabuhan Tiongkok. Kabarnya, dengan menggunakan pelabuhan ini maka akan mampu memotong jarak hingga 19.300 kilometer sehingga dapat menghemat waktu perjalanan sebulan dan mampu memotong biaya perjalanan hingga 25 persen. Jalur ini juga lebih dekat untuk kota-kota yang berada di bagian barat Tiongkok dibandingkan dengan pelabuhan utama yang berada di bagian timur Tiongkok. Oleh karena itu akan lebih mudah untuk kota-kota yang berada di bagian wilayah barat Tiongkok untuk melakukan transaksi perdagangan dengan negara-negara lain melalui pelabuhan Gwadar Pakistan dibandingkan harus menempuh jarak yang lebih jauh untuk ke wilayah Timur Tiongkok. Selain itu, jalur ini lebih aman jika dibandingkan dengan selat malaka yang sangat rawan terhadap serangan para perompak laut. Hal inilah yang melandasi tawaran investasi Tiongkok yang senilai ratusan juta dollar di kawasan ini, utamanya dalam pembangunan infrastruktur seperti pelabuhan, jalan raya, jalur kereta api serta bandara (uscc, 2016)

Selain sebagai jalur transit perdagangan, kawasan Asia Selatan juga merupakan pasar yang potensial untuk produk-produk buatan Tiongkok. Pasalnya, dengan penduduk yang mencapai lebih dari 1,3 milyar dan 200 juta diantaranya merupakan kelas menengah dan dengan produk China yang memiliki harga yang lebih murah jika dibandingkan dengan produk dari negara-negara lain dan

(36)

48 memiliki kekuatan beli ditengah-tengah masyarakat pada umumnya (Syed Waqas Haider Bukhari, 2013, hal. 3). Fakta ini kemudian menarik banyak investor Tiongkok untuk memperluas usahanya di kawasan Asia Selatan.

Selain itu, munculnya kekhawatiran terhadap keberadaan AS di kawasan ini serta kekhawatiran Tiongkok terhadap tindakan terorisme di wilayah Xinjiang Tiongkok menjadi alasan lain yang mendorong Tiongkok untuk berperan lebih aktif di kawasan Asia Selatan.

2. Kebijakan luar negeri Tiongkok pada bidang ekonomi dikawasan Asia Selatan

Asia selatan saat ini menjelma sebagai salah satu kawasan yang sangat penting. Secara global, kawasan ini sangat penting khususnya untuk Amerika Serikat, Rusia dan China. kepentingan Amerika Serikat dan Rusia di kawasan ini sangatlah jelas akan tetapi, kepentingan china sangatlah vital dan tak mengenal batas waktu. Hal ini dikarenakan China sebagai negara yang sedang berproses menjadi negara power memiliki letak geografis yang berbatasan langsung dengan kawasan Asia Selatan. saat ini China berbatasan dengan beberapa negara di Asia selatan seperti India India (4,056 km of shared border), Nepal (1,850 km), Pakistan (523 km) dan Bhutan (470 km). Karena kedekatan geografis inilah, setiap kebijakan Tiongkok akan memberikan dampak terhadap kawasan Asia Selatan begitupun sebaliknya setiap perubahan yang terjadi di kawasan Asia Selatan tentu saja memberikan dampak terhadap .Tiongkok (Syed Waqas Haider Bukhari, 2013).

(37)

49 Dalam menjalin hubungan dengan negara-negara lain, kebijakan luar negeri Tiongkok pada hakekatnya didasarkan pada ajaran/doktrin Mao yang mencetuskan lima prinsip dalam eksistensi perdamaian. Prinsip-prinsip tersebut antara lain menghormati integritas wilayah dan kedaulatan negara lain, menentang agresi, tidak ikut campur dalam urusan dalam negeri, persamaan dan keuntungan bersama, serta perdamaian yang berdampingan atau eksistensi dari perdamaian itu sendiri (Dr. Aftab Hussain Gillani, 2015). Berdasarakan prinsip ini maka bisa dikatakan bahwa tujuan penting dari kebijakan luar negeri Tiongkok di kawasan Asia Selatan adalah untuk menciptakan perdamaian di kawasan sehingga mampu untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomnya. Seperti di kawasan lainnya, di kawasan Asia Selatan Tiongkok juga menggunakan pendekatan forum yang berbeda untuk setiap isu-isu yang terkait seperti ASEAN, SCO dan SAARC. Dalam level yang lebih luas, sasaran utama kebijakan luar negeri Tiongkok di kawasan adalah untuk meningkatkan kerjasama antara kedua pihak khusunya dalam bidang ekonomi, pertahanan dan politik. Dalam kebijakan luar negeri Tiongkok, menjaga hubungan baik dengan negara-negara di kawasan Asia Selatan adalah hal yang penting bukan saja karena untuk menjaga Tiongkok dari permusuhan negara-negara tetangga tapi juga untuk menjaga tujuan politik dan ekonomi Tiongkok di kawasan Asia Selatan.

Meskipun secara geografis Tiongkok berada diluar wilayah Asia Selatan, akan tetapi pengaruh Tiongkok di kawasan Asia Selatan terus mengalami peningkatan. Hal ini didukung oleh potensi kekuatan Tiongkok dan hubungan Tiongkok yang relatif bersahabat dengan mayoritas negara-negara di kawasan ini.

(38)

50 Sejak awal Tiongkok telah memberikan perhatian yang lebih terhadap kawasan Asia Selatan dikarenakan alasan geopolitik meskipun tidak menjadi prioritas tinggi dalam keseluruhan kalkulasi kebijakan luar negeri Tiongkok. Akan tetapi, hal ini kemudian berubah sejak berakhirnya perang dingin dimana Tiongkok mendifinisikan ulang kebijakan luar negerinya terhadap Asia Selatan untuk menciptakan ruang bagi perkembangan hubungan politik dan untuk menguatkan ikatan perdagangan Tiongkok dengan negara-negara di kawasan ini.

Sejak satu dekade terakhir keterlibatan Tiongkok di kawasan Asia Selatan mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Saat ini Tiongkok telah menjadi bagian dari SAARC yang merupakan organisasi regional kawasan Asia selatan sebagai observer pada tahun 2007. Pada tahun 2010 Tiongkok juga menawarkan bantuan sebesar $600.000 US dollar sebagai dana pembangunan untuk SAARC. Dari segi ekonomi, mulai dari perdagangan hingga investasi Tiongkok mengalami peningkatan yang sangat drastis di berbagai negara di kawasan Asia Selatan. peningkatan yang terjadi di sektor ekonomi khususnya di bidang investasi ini terjadi dikarenakan sejak diimplementasikannya kebijakan “Go Out” oleh pemerintah Tiongkok pada tahun 2001, pemerintah Tiongkok kemudian mulai memberikan kelonggaran terhadap pengawasan kurs pertukaran, prosedur persetujuan dan pembatsasan Investasi (Yelery, 2014). Apalagi dengan diumumkannya inisiatif “one belt one road” oleh Presien Xi Jinping di depan khalayak ramai pada 2013 dan diluncurkannya berbagai kerjasama bilateral seperti China - Pakistan economic Corridor (CPEC) ataupun kerjasama lainnya

(39)

51 semakin memperbesar peluang keterlibatan Tiongkok di kawasan Asia Selatan khususnya dalam bidang perdagangan dan investasi.

a. Perdagangan

Dalam bidang perdagangan saja, dalam kurung waktu sepuluh tahun terakhir ini Tiongkok telah berhasil melipatgandakan jumlah ekspornya di berbagai negara dikawasan ini. Bukan hanya di Pakistan yang memang notabene telah lama menjalin hubungan kerjasama ekonomi dengan Tiongkok dan memiliki hubungan persahabatan yang erat dengan Tiongkok, tetapi juga di negara-negara yang berstatus sebagai partner dagang utama India di kawasan seperti Bangladesh, Sri lanka dan Nepal.

Tiongkok dan Pakistan sendiri merupakan “teman lama” yang telah menjalin hubungan kerjasama sejak 1950-an. Meskipun kerjasama sntara kedua negara telah dimulai sejak beberapa dekade yang lalu namun, dalam hal kerjasama ekonomi antara kedua negara masih terhitung sangat lemah hal ini bisa kita lihat dari jumlah perdagangan barang antara kedua negara pada tahun 1952 yang mana ekspor Pakistan pada tahun itu hanya berkisar 84 US dollar dan impor Pakistan hanya sebesar 2,2 juta US dollar meskipun jumlah ini terus mengalami kenaikan akan tetapi jumlah kenaikannya juga tidaklah sangat besar. Barulah setelah penandatangan perjanjian perdagangan bebas (FTA) ditandatangani oleh kedua pihak pada tahun 2006 yang diaplikasikan pada tahun 2007. Tepat setelah diberlakukannya perdagangan bebas pada tahun 2007, perdagangan bilateral antara kedua negara mengalami perningkatan yang mana pada tahun tersebut jumlah perdagangan antara Tiongkok dan Pakistan

(40)

52 meningkat hingga 1 milyar US dollar dan jumlah ini terus mengalami peningkatan hingga pada tahun 2009 jumlah perdagangan kedua negara mencapai 8,6 milyar dollar US dollar. Jumlah ini terus mengalami peningkatan yang signifikan dengan disepakatinya kerjasama China-Pakistan Economic Corridor (CPEC) antara Tiongkok dan Pakistan pada tahun 2013. hingga tahun 2014, Tiongkok telah menjadi negara tujuan ekspor terbesar kedua Pakistan setelah Amerika Serikat dan Tiongkok juga menjadi negara pengimpor terbesar di negara Pakistan. Adapun mayorita barang yang menjadi komoditi ekspor Pakistan ke Tiongkok adalah barang-barang mentah seperti benang katun dan barang tenun. Sedangkan mayoritas barang impor yang berasal dari Tiongkok mayoritas adalah mesin dan suku cadangnya, Pupuk, unsur kimia, benang dan benang serat sintetis, besi dan baja, produk dan bahan kimia, serat tekstil nabati dan sintetis, sarana transportasi dan bagiannya, logam non-ferrous, ban karet dan tabung ( Ahmah Rasyid Malik,2017).

Seperti halnya Pakistan, Bangladesh juga merupakan negara yang telah lama menjalin hubungan dengan Tiongkok. Akan tetapi dalam bidang perdagangan jumlah perdagangan kedua negara tidaklah lebih besar jika dibandingkan dengan hubungan India dan Bangladesh. Hal ini dikarenakan dari segi geografis Bangladesh bisa dikatakan merupakan negara landlock India sehingga hubungan kedua negara utamanya dalam bidang ekonomi sangatlah erat. Barulah satu dekade terakhir hubungan perdagangan Bangladesh dan Tiongkok mengalami perkembangan yang sangat pesat. Bahkan, pada tahun 2006 Tiongkok telah berhasil melampaui India sebagai partner dagang terbesar

(41)

53 Bangladesh. jumlah ini pun terus mengalami peningkatan hingga tahun 2014 data statistik jumlah perdagangan antara Tiongkok dan Bangladesh mencapai 12 milyar US dollar jumlah yang sangat fantastis jika dibandingkan dengan jumlah perdgangan Tiongkok bangladesh pada tahun 2005 yang sebesar 3 milyar US dollar. Adapun mayoritas komoditi Impor utama Bangladesh dari China antara lain peralatan katun, mesin, listrik dan elektronik, serat pokok buatan manusia, kain rajutan atau kaitan, filamen buatan manusia, plastik, kendaraan selain kereta api, kain tenun atau anyaman - permadani - permadani dll, barang dari besi atau Baja, barang dari pakaian jadi-aksesoris, pupuk, bahan kimia organik, besi dan baja dll (Sobhan, 2012).

Tiongkok dan Sri Lanka telah menjalin hubungan bilateral sejak sebelum kemerdekaan Sri lanka dan terus terjalin dengan baik hingga paska kemerdekaan Sri lanka. Hubungan ini tidak hanya didasari karena adanya hubungan budaya dan agama antara kedua negara tetapi juga karena adanya hubungan ekonomi. Sejak dimulainya kerjasama ekonomi antara Tiongkok dan Sri lanka, hubungan kedua negara bisa dikatakan sangat stabil dan mengalami peningkatan yang signifikan. Posisi Tiongkok sebagai partner dagang utama Sri lanka terus mengalami kenaikan. Selama periode 1990- 2000 posisi Tiongkok bukanlah partner dagang utama Tiongkok. Namun, hingga 2015 jumlah impor Tiongkok ke Sri lanka mencapai 3727 juta US dollar. Jumlah yang sangat jauh tinggi jika dibandingkan impor Tiongkok pada tahun 2000 yang hanya sebesar 256.2 juta US (Deyshappriya, 2017). Meskipun saat ini India tetaplah menjadi partner dagang utama Sri lanka hingga saat ini, namun jika jumlah perdagangan

(42)

54 Tiongkok terus mengalami penignkatan maka tidak mungkin jika beberapa tahun lagi Tiongkok akan mampu melampaui India dan menjadi partner dagang terbesar Sri lanka. Hal yang sama juga terjadi di Nepal, negara ini telah menjalani kerjasama ekonomi dengan Tiongkok sejak zaman dahulu kala sebagai perdagangan lokal antara tibet dan Khatmandu. Akan tetapi, di era modern kerjasama ekonomi kedua negara baru disahkan pada tahun 1956. Hingga saat ini perdagangan ekonomi Nepal mayoritas di dominasi oleh India. Namun meskipun begitu dengan seiring dibangunnya berbagai fasilitas transportasi yang menghubungkan Nepal dan Tiongkok maka hubungan ekonomi Tiongkok dengan Nepal juga akan mengalami peningkatan dan tidak menutup kemungkinan beberapa tahun kedepan Tongkok juga akan mengancam dominasi ekonomi India di negara ini .

Grafik.4

b. Investasi

Dalam bidang investasi, untuk mendukung kebijakan program “one belt one road” serta “silk maritime road” yang telah diumukan oleh pemerintah Tiongkok pada tahun 2013, maka Tiongkok mulai gencar untuk

(43)

55 melakuakn investasi secara besar-besaran khususnya dalam bidang pembangunan transportasi dan teknologi selama beberapa tahun terakhir di berbagai negara di kawasan ini. Pada kunjungannya di Pakistan pada tahun 2014, Presiden Xi Jinping menyetujui pemberian paket bantuan investasi sebesar $46 miliyar kepada Pakistan dalam proyek pembangunan infrastruktur dan energi sebagai bagian dari “China-Pakistan Economic Corridor (CPEC). Salah satu dari bagian proyek ini yaitu pembangunan Pelabuhan Gwadar Pakistan adalah yang paling banyak menyita perhatian media. Hal ini disebabkan, akses yang akan diterima oleh Tiongkok apabila berhasil menguasai pelabuhan ini bukan saja Tiongkok akan mampu mengamankan pasokan minyak dan gasnya yang sebagian besar berasal dari Teluk Persia, tapi juga Tiongkok berpotensi akan mampu memproyeksikan kekuatannya di Samudera Hindia. Pelabuhan ini diperkirakan menyediakan fasilitas industri untuk lebih dari 20 negara serta mampu menampung kapal tangker minyak hingga kapasitan 200.000 ton.

Selain Pakistan, Tiongkok juga berusaha mengakses Afghanistan melalui Wakhan Salient yang berbatasan langsung dengan Tiongkok barat sehingga memungkinkan Tiongkok untuk membangun jalur kereta api untuk mengangkut tembaga dari wilayah selatan Kabul Afghanistan. Dan sebagai hasil dari strategi Tiongkok untuk mengamankan akses jalur laut di Samudera Hindia maka Tiongkok berusaha untuk menguasai beberapa lokasi strategis di sepanjang Samudera Hindia, termasuk didalamnya pelabuhan Chittagong di Bangladesh, Marao Atoll di Maldives, Pelabuhan Sittwe di Myanmar,

(44)

56 pelabuhan Gwadar di Pakistan, dan pelabuhan Hambantota di Sri Lanka. Hal yang sama juga ditawarkan oleh Tiongkok di Bhutan dan Nepal, Tiongkok juga menawarakan kerjasama perdagangan dan pembangunan jalur transportasi yang kemungkinan besar ditujukan sebagai perpanjangan dari jalur kereta api Qinghai-Xizang yang sudah ada sebelumnya sehingga nantinya dapat menghubungkan dari shigatse, bagian selatan Lhasa, ke Khatmandu (Nepal). Di Sri Lanka sendiri pembiayaan sekitar 70% pembanguna Infrastruktur negara ditanggung oleh Tiongkok, termasuk didalamnya konstruksi pelabuhan Hambantota dan pembangunan fasilitas pelabuhan baru di dekat Colombo. Sedangkan di wilayah Maldives Tiongkok telah menjadi Penyedia bantuan Finansial terhadap pembangunan jembatan yang menghubungkan antar provinsi, Male dan juga bandara. (Snedden, 2016).

Grafik. 5

(45)

76 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan yang penulis telah uraikan dalam setiap bab tentang Strategi India menghadapi ekspansi ekonomi Tiongkok di kawasan Asia Selatan maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Dengan semakin massive nya pengaruh Tiongkok di berbagai negara di kawasan Asia Selatan utamanya dalam bidang ekonomi mengancam posisi India sebagi partner ekonomi utama negara di kawasan ini. Dan meskipun saat ini Tiongkok masih berstatus sebagai partner ekonomi yang penting untuk negara-negara di kawasan Asia Selatan namun, dengan laju pertumbuhan jumlah perdagangan dan investasi Tiongkok di kawasan yang sangat cepat maka bukanlah suatu hal yang mustahil jika Tiongkok suatu hari nanti akan mampu melampaui India dan menjadi partner ekonomi utama negara-negara di kawasan ini.

2. Meluasnya pengaruh india di kawasan Asia Selatan telah memicu India untuk semakin memperkuat hubungannya dengan negara-negara tetangganya dengan cara dikeluarkannya berbagai macam kebijakan luar negeri oleh pemerintah India terhadap negara-negara kawsan Asia Selatan lainnya khusunya yang menyangkut ekonomi seperti perdagangan dan investasi sebagai bentuk reaksi India terhadap meluasnya pengaruh Tiongkok di kawasan Asia Selatan demi melindungi kepentingannya di kawasan Asia selatan.

(46)

77 B. SARAN

1. India sebagai major power di kawasan Asia Selatan kemudian perlu untuk mengamankan kawasan Asia Selatan dari serbuan pengaruh Tiongkok utamanya karena India memiliki agenda lain yang lebih besar yaitu untuk menjadi salah satu pemain utama dalam lingkungan internasional utamanya Asia. Keinginan India ini hanya bisa dicapai apabila India memiliki hubungan yang harmonis dengan negara-negara tetangganya. Karena tidaklah cukup jika India hanya menganggap dirinya sebagai pemimpin secara natural kawasan Asia Selatan. Sangat penting untuk negara-negara di kawasan ini untuk ikut mengakui posisi India di kawasan ini. Oleh karena itu India perlu untuk lebih fokus dan memberikan perhatian yang lebih terhadap negara-negara tetangganya di kawasan Asia Selatan.

2. India perlu untuk bersikap lebih rendah hati dan tidak lagi bersikap layaknya seorang Big Brother kepada negara-negara di kawasa ini karena hal ini justru memicu munculnya ketidaknyamanan mereka terhadap India. 3. India perlu untuk semakin memaksimalkan peranannya sebagai negara major power di kawasan Asia selatan slaah satunya dengan melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kerjasama ekonomi kawasan Asia Selatan.

Gambar

Grafik Perbandingan pertumbuhan ekonomi India dengan kawasan  lainnya pada tahun 2015-2016

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa untuk berkarya baik secara individual maupun kelompok diantaranya adalah pembelajaran berbasis Proyek dalam standar

Selanjutnya yaitu validasi produk yang meliputi ahli materi, ahli bahasa, ahli desain, serta guru geografi. Hasil tersebut merupakan hasil perhitungan seluruh jumlah

Berdasarkan tabel tersebut dapat diperoleh informasi sebagai berikut. 1) Sebagian besar responden menyatakan bahwa kemampuan dalam berbahasa Inggris sangatlah kurang atau jelek,

 Menerapkan konsep transformasi dalam menyelesaikan model matematika dari masalah nyata yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Siswa dapat memodelkan dan menyelesaikan

13,01 mEq/100 gr zeolit, nilai ini lebih kecil dibanding nilai KTK yang diperoleh dari penentuan KTK zeolit alam Toraja terhadap ion Ca 2+ dalam air yang

Akan tetapi, sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari bahwa laju

Formasi Aring terdiri daripada jujukan batuan piroklastik (batuan bertuf) yang paling dominan, bersama dengan lapisan nipis batuan argilit dan juga marmar dolomit di bahagian bawah

Perusahaan telah mempunyai suatu klasifikasi dalam melakukan perancangan arsitektur informasi untuk mempermudah kinerja manajemen dalam melakukan fungsi kriteria