• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PEMBERIAN EKSTRAK BIJI TERATAI (Nymphaea pubescens L.) SEBAGAI ANTIBAKTERI Aeromonas hydrophila PADA IKAN PATIN (Pangasius sp.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS PEMBERIAN EKSTRAK BIJI TERATAI (Nymphaea pubescens L.) SEBAGAI ANTIBAKTERI Aeromonas hydrophila PADA IKAN PATIN (Pangasius sp."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PEMBERIAN EKSTRAK BIJI TERATAI (Nymphaea

pubescens L.) SEBAGAI ANTIBAKTERI Aeromonas hydrophila PADA

IKAN PATIN (Pangasius sp.)

SKRIPSI

Disusun oleh:

SYARIFAH NURI KAMALIAH

NIM. 201710260311001

JURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS PERTANIAN-PETERNAKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

EFEKTIVITAS PEMBERIAN EKSTRAK BIJI TERATAI (Nymphaea

pubescens L.) SEBAGAI ANTIBAKTERI Aeromonas hydrophila

PADA IKAN PATIN (Pangasius sp.)

Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Salah Satu

Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan

Oleh :

SYARIFAH NURI KAMALIAH

NIM : 201710260311001

JURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(3)
(4)
(5)
(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, atas segala

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Efektivitas Pemberian Ekstrak Biji Teratai (Nymphaea pubescens L.)

Sebagai Antibakteri Aeromonas hydrophila pada Ikan Patin (Pangasius sp.)” dapat

terselesaikan.

Dalam penyusunan skripsi ini, patut kiranya penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Ir. David Hermawan M.P., IPM selaku dekan Fakultas Pertanian

Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Bapak Ganjar Adhywirawan S., S.Pi, MP sebagai Ketua Jurusan Perikanan

Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Bapak Ganjar Adhywirawan S., S.Pi, MP dan Dr. Hariyadi, S.Pi, M.Si

sebagai pembimbing I dan pembimbing II yang telah memberikan arahan,

petunjuk, bimbingan. Hingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan

skripsi dengan baik.

4. Kepada kedua orang tua saya, Ayahanda dan Ibunda yang dengan tulus

mendoakan, memberi kasih sayang serta semangat agar tidak mudah

menyerah dan fokus dalam menyelesaikan studi.

5. Ade Setiawan L.Tobing, S.Pi yang telah memberi semangat dan motivasi

kepada penulis agar tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan tugas akhir.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini banyak terdapat

kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu penulis memohon kritik dan saran yang

membangun demi penyempurnaan penulisan lainnya dikemudian hari.

Malang, 13 Agustus 2021

(7)

vi

DAFTAR ISI

COVER ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR...v

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR LAMPIRAN...viii

ABSTRAK ... 1

Latar Belakang ... 1

Bahan dan Metode ... 2

2.1 Waktu dan Tempat ... 2

2.2 Metode Penelitian ... 2

2.3 Pembuatan Ekstrak Biji Teratai ... 2

2.4 Adaptasi Ikan ... 2

2.5 Uji Perlakuan ... 2

2.6 Uji Darah ... 3

2.7 Uji Hematologi ... 3

Hasil dan Pembahasan ... 4

Total Eritrosit ... 4

Total Leukosit ... 5

Differensial leukosit ikan patin ... 7

Limfosit ... 7

Monosit ... 8

Neutrofil ... 8

Survival Rate (SR) ... 9

Kesimpulan ... 10

DAFTAR ACUAN ... 11

LAMPIRAN ... 14

(8)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Total eritrosit pada ikan patin ... 4

2. Total Leukosit pada ikan patin ... 5

3. Total Hemoglobin pada ikan patin ... 6

4. Limfosit pada Ikan Patin ... 7

5. Monosit pada Ikan Patin... 8

(9)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1. Gambaran darah Ikan Patin...14

2. Surat Keterangan telah melaksanakan penelitian...15

3. Sertifikat Hasil Cek Plagiarisme Laporan Tugas Akhir...16

(10)

1

EFEKTIVITAS PEMBERIAN EKSTRAK BIJI TERATAI (Nymphaea pubescens

L.) SEBAGAI ANTIBAKTERI Aeromonas hydrophila PADA IKAN PATIN

(Pangasius sp.)

Syarifah Nuri Kamaliah

1

, Ganjar Adhywirawan Sutarjo.

1

, Hariyadi

1

1Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, Jawa Timur,

65144, Indonesia *) Corresponding author:

Email : Ganjar@umm.ac.id, Hariyadi@umm.ac.id, Nurikamaliah99@gmail.com

ABSTRAK

Ikan patin (Pangasius sp.) merupakan ikan yang pertumbuhannya cepat. Ikan ini mampu merespon dengan baik terhadap pakan buatan dan dapat dibudidayakan disemua tipe air tawar. Kendala yang sering dihadapi dalam budidaya ikan patin ialah terjadinya penyakit yang berdampak pada kematian, penyakit yang sering menyerang adalah penyakit bakterial. Salah satu penyakit bakteri yang menyerang yaitu Aeromonas hydrophila. Penggunaan antibiotik yang berlebihan dapat mengakibatkan resistensi pada ikan. Sehingga diperlukan bahan alami yang mampu menyembuhkan ikan dari penyakit tersebut, salah satunya dengan menggunakan ekstrak biji teratai (Nymphaea pubescens L.) yang mengandung flavonoid, alkaloid, steroid, glikosida, saponin, tannin, dan triterpenoid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perendaman dan dosis terbaik ekstrak biji teratai terhadap antibakteri dan kelulushidupan ikan patin yang di infeksi bakteri A. Hydrophila. Metode penelitian ini menggunakan metode eksperimen Rancangan Acak Lengkap 5 perlakuan dan 3 kali ulangan pada ikan patin berukuran 7-8 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kelulushidupan tertinggi pada P3 sebesar 83,33%, P2 sebesar 76,66%, P1 sebesar 66,66%. Penggunaan ekstrak biji teratai terbukti berpengaruh nyata terhadap profil darah ikan yang diinfeksi bakteri A. Hydrophila. Dapat disimpulkan bahwa dalam upaya pencegahan bakteri Aeromonas hydrophila memerlukan dosis 50 mL. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis yang diberikan akan memberikan peningkatan imunnitas pada ikan patin yang terserang Aeromonas hydrophila.

KATA KUNCI : Ikan Patin, Biji Teratai, dan Antibakteri

1. Latar Belakang

Ikan patin tergolong ikan yang pertumbuhannya cepat, Ikan ini merespon dengan baik terhadap pakan buatan yang diberikan serta dapat dibudidayakan disemua tipe air tawar, seperti sungai, waduk, danau, dan rawa. Hambatan yang sering dihadapi dalam budidaya ikan patin yaitu terjadinya penyakit yang berdampak pada kematian, penyakit yang sering menyerang adalah penyakit bakterial, contohnya adalah penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia) yang dikarenakan oleh bakteri Aeromonas

hydrophila. Menurut Endang et al (2017), bahwa Infeksi bakteri Aeromonas hydrophila memiliki

gejala antara lain ialah: kulit mudah terkelupas, bercak merah di seluruh tubuh, insang berwarna kebiruan atau pucat, exopthalmia (bola mata menonjol keluar), sirip punggung, sirip dada, sirip perut, serta sirip ekor terlepas, terjadinya pendarahan pada anus, dan hilangnya nafsu makan. Akibat dari penyakit ini dapat menyebabkan kerugian ekonomi serta finansial pada petani tambak ikan patin.

Pengendalian penyakit yang dikarenakan oleh bakteri Aeromonas hydrophila dapat dilakukan dengan antibiotik. Penggunaan antibiotik tidak sesuai dengan dosisnya dapat menyebabkan efek resistensi pada ikan.Cara lain untuk pengobatan penyakit ini dengan menggunakan bahan-bahan alami yang berasal dari tumbuhan. Selain mudah didapat dan harga terjangkau, pemanfaatan ramuan tumbuhan ini tidak menghasilkan efek samping. Salah satunya dengan memanfaatkan Ekstrak Biji Teratai (Nymphaea pubescens L.)

(11)

2

Secara umum, tanaman teratai mempunyai kandungan tannin serta alkaloid yang berpotensi sebagai antibakteri. Komponen fitokimia yang terdapat pada biji teratai adalah alkaloid, flavonoid, steroid, glikosida, saponin, tanin dan triterpenoid. Menurut Widya (2012) bahwa komponen fitokimia yang terdapat pada ekstrak biji teratai ialah fenol 79%, tanin terkondensasi (77 %), glikosida (49 %), saponin (38 %), flavonoid (28 %) dan alkaloid (25%). Berdasarkan uraian tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai Efektivitas Ekstrak Biji Teratai (Nymphaea pubescens L.) sebagai anti bakteri

Aeromonas hydrophila pada ikan patin (Pangasius sp.), serta diharapkan ekstrak biji teratai ini dapat

menjadi potensi alternatif dalam pengobatan, maupun dapat mengurangi bakteri Aeromonas hydrophila, dengan harga yang murah, mudah diperoleh, dan tidak menimbulkan efek samping pada ikan patin.

2. Bahan dan Metode

2.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 15 Maret 2021 – 27 Maret 2021 di Instalasi Perikanan Budidaya (IPB) Mojokerto (DKP : Jawa Timur) untuk pemeliharaan dan penginfeksian bakteri pada ikan patin dan Laboratorium Perikanan Universitas Brawijaya Malang untuk uji darah ikan patin. Alat yang digunakan pada penelitian ini ialah akuarium, aerator, selang dan batu aerasi, Thermometer, pH meter, gelas ukur, Saringan, Mikroskop, Objek glass, Sahli meter, Jarum suntik, Sentrifuge, Haemocytometer, laminar flow, rotary evaporator, bahan yang digunakan antara lain ialah ikan patin 7-8 cm, pakan pellet. Ekstrak biji teratai, etanol 96%, aquadest, Na Citrat 3,8%, Larutan Turk dan larutan Hayem.

2.2 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Dalam penelitian ini digunakan 5 perlakuan dan 3 ulangan lalu menggunakan 150 ekor ikan patin dan dipelihara dalam 3 aquarium dengan jumlah ikan 50 ekor/aquarium. Berikut dosis yang diberikan pada tiap perlakuan menurut Ditha (2015):

A : 25 ml ekstrak biji teratai dan 5 ml air tawar B : 37,5 ml ektsrak biji teratai dan 5 ml air tawar C : 50 ml ekstrak biji teratai dan 5 ml air tawar

K+ : penginfeksian dan tanpa pemberian ekstrak biji teratai K- : tanpa penginfeksian bakteri dan pemberian ekstrak biji teratai 2.3 Pembuatan Ekstrak Biji Teratai

Pembuatan ekstrak adalah sebagai berikut Ditha (2015), Sebelum pembuatan ekstrak biji teratai, biji teratai dicuci bersih terlebih dahulu lalu dikeringkan pada suhu ruang. Biji teratai yang sudah kering di blender hingga halus. Serbuk biji teratai yang telah didapat lalu di maserasi dengan etanol sebanyak 5 liter selama 3 hari, dan disaring dengan kain saring dan dipisahkan dengan ampas dan filtratnya. Kemudian filtrat tersebut diuapkan menggunakan rotary evaporator selama 2,5 jam sampai pelarut habis dan didapatkan ekstrak murni biji teratai.

2.4 Adaptasi Ikan

Uji perlakuan ini sesuai dengan pernyataan Aryana Fajriyani (2017), Wadah yang digunakan adalah aquarium sebanyak 15 buah. Sebelum digunakan aquarium dicuci terlebih dahulu, selanjutnya diisi air dan ikan dimasukan kedalam aquarium dengan kepadatan 10 ekor ikan patin dan berukuran 7-8 cm. ikan dipelihara terlebih dahulu selama 7 hari, dengan pemberian pakan secara ad libitum sebanyak 2 kali sehari. Adaptasi dilakukan agar mengurangi resiko stress pada ikan.

2.5 Uji Perlakuan

Uji perlakuan ini sesuai denganDitha (2015), penginfeksian bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan patin dengan menggunakan 0,01 mL/ekor dan dosis 107 CFU/ml secara intramuscular. Setelah itu

diamati gejala klinis yang dialami pada ikan. Lalu, ikan patin dipindahkan dalam 3 aquarium yang telah diberi ekstrak biji teratai sesuai dengan dosis. Tiap aquarium berisi 30 ekor ikan dengan dosis yang berbeda, yaitu 25 mL, 37,5 mL, dan 50 mL. Setelah direndam selama 13 jam, ikan dipindahkan pada

(12)

3

akuarium pemeliharaan, tiap akuarium berisi 10 ekor. Pada jam ke-96 dilakukan uji darah yang terdiri dari total eritrosit, total leukosit, hemoglobin, dan Differential Leukosit (Limfosit, Monosit, dan Neutrofil)

2.6 Uji Darah

Setiap ikan diambil darah sebanyak 1 mL dengan jarum suntik yang telah diberi Natrium Citrat 3,8% yang berfungsi untuk mencegah pembekuan darah. Pengambilan darah tepat di bawah tulang ekor atau caudal vin. Darah yang berada dalam jarum suntik dimasukkan kedalam tabung ependof. Setelah itu darah digunakan untuk penghitungan jumlah eritrosit, perhitungan jumlah leukosit, perhitungan hemoglobin, dan differensial leukosit.

2.7 Uji Hematologi

Perhitungan Jumlah Eritrosit

Darah dihisap dengan pipet eritrosit sampai batas 0,5. Kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai batas 101 yang tertera pada pipet thoma eritrosit. Isi pipet dikocok agar tercampur, sekitar 3 tetes pertama dibuang terlebih dahulu untuk menghilangkan rongga udara, kemudian diteteskan pada kotak haemocytometer dan ditutup dengan cover glass. Lalu diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 40. Rumus perhitungan total eritrosit menurut (Firly, 2015), yaitu :

Eritrosit = (A/N) x (1/V) x Fp

A : ∑ sel terhitung

N : ∑ kotak Haemocytometer yang diamati V : volume kotak haemocytometer

Fp : Faktor pengenceran Perhitungan jumlah leukosit

Perhitungan jumlah leukosit sesuai dengan prosedur dari Klontz dalam Hendry Yanto (2015), sampel darah diambil dari tabung eppendorf dengan menggunakan pipet thoma leukosit sampai batas 0,5. Kemudian ditambahkan larutan Turk sampai batas 11 yang tertera pada pipet thoma leukosit. Isi pipet dikocok agar tercampur, sekitar 3 tetes pertama dibuang terlebih dahulu kemudian diteteskan pada haemocytometer, dan ditutup dengan cover glass. Kemudian diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x40. Jumlah leukosit dihitung dengan cara menghitung sel yang terdapat pada 4 kotak kecil, dan dilakukan perhitungan dengan rumus:

Jumlah leukosit : n × 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒆𝒏𝒄𝒆𝒓 𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆

Perhitungan Hemoglobin

Hemoglobin diukur menggunakan metode Sahli Ridwan (2020), pertama darah dihisap dengan pipet Sahli sampai skala 0,02 mL, dan dipindahkan ke Hb meter yang telah diisi HCl 0,1 N sampai skala 10, kocok dan biarkan 3-5 menit dan membentuk senyawa hematin. Kemudian ditambahkan aquades sampai warna darah larutan standar yang ada dalam Hb-meter. Skala dibaca dengan melihat permukaan cairan.

Differensial Leukosit

Selanjutnya dilakukan perhitungan differensial leukosit yang terdiri dari limfosit, monosit dan neutrofil. Perhitungan jumlah leukosit ini digunakan untuk mengetahui presentase tiap jenis leukosit yang ada pada darah. Pengamatan ini dilakukan dengan cara mengamati preparat ulas darah dibawah mikroskop dengan pembesaran 1000x. Rumus persentase differensial leukosit sebagai berikut : Persentase Limfosit = 𝐿 100x 100% Persentase Monosit = 𝑀 100x 100% Persentase Neutrofil = 𝑁 100 x 100%

(13)

4

3. Hasil dan Pembahasan

Total Eritrosit

Total eritrosit pada ikan dilakukan untuk melihat kesehatan pada ikan patin melalui pemeriksaan darah yang dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1.Total eritrosit pada ikan patin

Keterangan: K- (Tanpa penginfeksian dan pemberian ekstrak biji teratai); K+ (Penginfeksian dan tanpa pemberian ekstrak biji teratai); P1 (25 mL ekstrak biji teratai); P2 (37,5 mL ekstrak biji teratai); P3 (50 mL ekstrak biji teratai).

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa jumlah total eritrosit berkisar antara 1,90 - 3,65 x 106

sel/mm3. Total eritrosit tersebut termasuk kedalam kategori normal. Menurut Grant (2015), jumlah

eritrosit normal pada ikan patin antara 1,91-2,83 x 106 sel/mm3. Nilai total eritrosit yang tertinggi

terdapat pada perlakuan P3 sebesar 3,65 x 106 sel/mm3 dan total eritrosit terendah pada perlakuan K+

ialah 1,90 x 106 sel/mm3. Nilai total eritrosit tertinggi ini, dikarenakan senyawa saponin dan flavonoid

yang ada pada ekstrak biji teratai aktif dalam meningkatkan kesehatan pada ikan patin namun senyawa saponin juga berdampak pada rendahnya total eritrosit pada ikan. Menurut Chandra (2018), senyawa saponin dapat memacu dalam penyusunan protein dan flavonoid untuk melindungi sel, antiinflamasi, antibiotik serta mempunyai hubungan sinergis dengan vitamin c. Menurut Aryana Fajriyani (2017) bahwa rendahnya total eritrosit diduga karena senyawa saponin mampu melisiskan sel darah merah, sehingga total eritrosit ikan patin lebih rendah.

Data total eritrosit ini sejalan dengan kadar Hb, hasil yang tertinggi pada P3. Kadar Hb berkaitan dengan keseimbangan osmolaritas plasma darah. Adanya bakteri Aeromonas hydrophila mengandung toksin hemolisin yang dapat mempengaruhi keseimbangan Hb. Hemolisin dapat berdampak osmolaritas plasma darah lebih rendah, sel darah merah yang terdapat dalam plasma darah dengan osmolaritas rendah akan mengalami lisis, hal ini yang mengakibatkan faktor virulensi pada Aeromonas hydrophila. Rendahnya kadar Hb bisa mengakibatkan laju metabolisme menurun serta energi yang dihasilkan ikan menjadi rendah. Hal ini dapat membuat ikan menjadi lemah dan tidak mempunyai nafsu makan. dan menurut Zissalwa (2020), bahwa faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit yaitu nutrisi pakan, ukuran, spesies, perbedaan induk, aktivitas fisik, serta umur. Faktor yang mempengaruhi lainnya yakni faktor fisiologis dan kondisi lingkungan.

Hasil analisis variansi (ANOVA) menunjukkan bahwa perendaman ekstrak biji teratai berpengaruh nyata terhadap total eritrosit ikan patin setelah pemeliharaan selama jam ke 96, ditandai dengan nilai (Sig<0,05). Dan diperoleh Fhitung =370,016 dan Ftabel = 3,26 pada taraf 0,05, dengan demikian Fhitung > Ftabel, Sehingga diperoleh bahwa perlakuan perendaman ekstrak biji teratai pada ikan patin yang diinfeksi Aeromonas hydrophila memberikan pengaruh nyata terhadap total eritrosit ikan patin.

Perlakuan 1 2 3 Pengamatan Jam ke 96 (.106 sel/mm3) K- 2,70 2,70 2,70 2,70 ± 0,000 K+ 1,95 1,90 1,85 1,90 ± 0,050 P1 3,15 3,11 3,20 3,15 ± 0,045 P2 3,45 3,27 3,30 3,34 ± 0,096 P3 3,72 3,65 3,58 3,65 ± 0,070

(14)

5

Total Leukosit

Leukosit memiliki peran penting dalam pertahanan tubuh dari infeksi patogen. Pengamatan leukosit disajikan pada tabel berikut :

Tabel 2.Total Leukosit pada ikan patin

Keterangan: K- (Tanpa penginfeksian dan pemberian ekstrak biji teratai); K+ (Penginfeksian dan tanpa pemberian ekstrak biji teratai); P1 (25 mL ekstrak biji teratai); P2 (37,5 mL ekstrak biji teratai); P3 (50 mL ekstrak biji teratai).

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa total Leukosit pada ikan patin setelah perlakuan antara 7,20– 9,83 x 104 sel/mm3. Menurut Hartika (2014), bahwa jumlah leukosit ikan yang normal ialah 2-5 x 104

sel/mm3. Jumlah leukosit pada penelitian ini diatas nilai leukosit normal. Tetapi, semakin tinggi dosis

yang digunakan maka semakin rendah nilai leukosit yang didapat, hal ini menunjukkan bahwa ekstrak biji teratai dapat meningkatkan imunnitas pada ikan. Pada perlakuan 3 dapat dilihat Jumlah leukosit mendekati perlakuan K- sehingga dapat disimpulkan Ekstrak biji teratai dapat berpengaruh terhadap total leukosit pada ikan patin yang diinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila. Menurut Firly et al., (2015), peningkatan sel leukosit dikarenakan refleksi keberhasilan sistem imun ikan dalam meningkatkan respon imun seluler untuk imunitas tubuh. Hal ini menunjukkan bahwa dosis yang diberikan pada P3 merupakan dosis yang tepat sehingga imunostimulan yang terkandung dalam ekstrak, yaitu flavonoid yang dapat menstimulasi sistem imun dan antioksidan pada ikan dengan baik.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Haryani et al., (2012) bahwa flavonoid bersifat antibakteri serta antioksidan yang dapat meningkatkan kerja sistem imun dan meningkatkan leukosit lebih cepat serta lebih cepat untuk mengaktifkan limfoid. Selain itu, flavonoid bersifat antiinflamasi sehingga mampu mengurangi peradangan dan membantu mengurangi rasa sakit apabila terjadi pendarahan maupun pembengkakan pada luka. Dari hasil yang ditemukan bahwa menurut A'yunin (2020), peningkatan sel darah putih dapat terjadi dikarenakan ikan berusaha meningkatkan daya tahan tubuhnya dari infeksi bakteri, sehingga leukosit menuju tempat yang terinfeksi.

Berdasarkan hasil uji Anova diketahui bahwa penambahan ekstrak biji teratai berpengaruh nyata terhadap total leukosit pada ikan patin selama pemeliharaan. Diperoleh Fhitung = 250,795 dan F tabel = 3,26 dengan taraf 0,05, dengan demikian Fhitung>Ftabel. sehingga dapat diperoleh bahwa perlakuan perendaman ekstrak biji teratai pada ikan patin yang diinfeksi Aeromonas hydrophila memberikan pengaruh nyata terhadap total leukosit ikan patin.

Perlakuan 1 2 3 Pengamatan Jam ke 96 (.104 sel/mm3) K- 7,2 7,2 7,2 7,20 ± 0,000 K+ 9,9 9,9 9,7 9,83 ± 0,115 P1 9,3 9,1 9,3 9,23 ± 0,115 P2 8,8 8,5 8,7 8,66 ± 0,152 P3 7,4 7,6 7,7 7,56 ± 0,152

(15)

6

Total Hemoglobin

Hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen yang berfungsi untuk proses katabolisme. Kadar hemoglobin sejalan dengan jumlah eritrosit, semakin tinggi kadar hemoglobin semakin tinggi juga jumlah eritrosit (Esti Handayani, 2013).

Tabel 3.Total Hemoglobin pada ikan patin

Keterangan: K- (Tanpa penginfeksian dan pemberian ekstrak biji teratai); K+ (Penginfeksian dan tanpa pemberian ekstrak biji teratai); P1 (25 mL ekstrak biji teratai); P2 (37,5 mL ekstrak biji teratai); P3 (50 mL ekstrak biji teratai).

Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa hasil hemoglobin antara 3,50-7,40g/%. Menurut Hendry Yanto (2015), bahwa hemoglobin normal berkisar 5,05-8,33 g/%. Dapat dilihat bahwa total hemoglobin K+ menurun dibandingkan K-. Sedangkan untuk dosis yang diberikan pada perlakuan P1, P2 dan P3 semakin meningkat dan terdapat total hemoglobin tertinggi pada perlakuan P3 yaitu dengan menggunakan dosis 50 mL ekstrak biji teratai. Hal ini dikarenakan pada ekstrak biji teratai mengandung tanin, sesuai dengan pernyataan Mercy Ngajow (2004) bahwa tannin memiliki target pada polipeptida dinding sel sehingga pembentukan dinding sel menjadi kurang sempurna hal ini menyebabkan sel bakteri lisis karena tekanan fisik maupun osmotik sehingga sel bakteri mati.

Menurut Sukarni (2012), bakteri A. hydrophila dapat mengganggu peranan lamela insang sehingga membuat kandungan oksigen dalam darah berkurang. Hal ini disebabkan adanya bakteri yang menyerang ikan sehingga dapat mengganggu proses pengikatan oksigen dalam darah. Setelah perendaman dengan menggunakan ekstrak biji teratai, total hemoglobin pada ikan mengalami peningkatan sampai batas normal. Menurut Yunita Paramitha Hasibuan (2020), peningkatan kadar hemoglobin menunjukkan bahwa pemberian ekstrak mampu meningkatkan sistem imun pada ikan.

Hasil pengamatan total hemoglobin menggunakan uji Anova menunjukkan bahwa perendaman dengan ekstrak biji teratai berpengaruh nyata terhadap total hemoglobin pada ikan patin yang telah diinfeksi bakteri. Diperoleh bahwa Fhitung = 145,520 dan Ftabel = 3,26 dengan taraf 0,05, dengan demikian Fhitung>Ftabel sehingga diperoleh bahwa perlakuan perendaman ekstrak biji teratai pada ikan patin yang diinfeksi Aeromonas hydrophila memberikan pengaruh nyata terhadap hemoglobin ikan patin.

Perlakuan 1 2 3 Pengamatan Jam ke 96 (g/%) K- 4,5 4,5 4,5 4,50 ± 0,000 K+ 3,4 3,6 3,5 3,50 ± 0,100 P1 5,7 5,5 5,8 5,66 ± 0,152 P2 6,1 6,8 6,5 6,46 ± 0,351 P3 7,1 7,4 7,7 7,40 ± 0,300

(16)

7

Differensial leukosit ikan patin

Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan persentase komponen sel leukosit. Differensial Leukosit terbagi menjadi 3 pengamatan yaitu Limfosit, monosit, dan neutrofil.

Limfosit

Tabel 4. Limfosit pada Ikan Patin

Keterangan: K- (Tanpa penginfeksian dan pemberian ekstrak biji teratai); K+ (Penginfeksian dan tanpa pemberian ekstrak biji teratai); P1 (25 mL ekstrak biji teratai); P2 (37,5 mL ekstrak biji teratai); P3 (50 mL ekstrak biji teratai).

Limfosit berfungsi sebagai sistem kekebalan spesifik yang mampu melindungi tubuh dari infeksi patogen. Menurut Bikrisirna (2013), limfosit berfungsi untuk merespon antigen dengan membentuk antibodi dan pengembangan imunitas. Berdasarkan hasil yang diperoleh, persentase limfosit ditemukan lebih tinggi dari monosit dan neutrofil. Hal ini dikarenakan limfosit memiliki fungsi sebagai kekebalan tubuh. Setelah perendaman biji teratai dapat dihasilkan jumlah limfosit antara 71,33-83,00 %. Sesuai dengan pernyataan Preanger (2016), bahwa jumlah limfosit pada ikan patin normal antara 71,12 - 82,88%. Dari penelitian ini dapat dihasilkan nilai limfosit tertinggi pada perlakuan P3 sebesar 81,66 %, menurut Jose et al., (2014), kandungan flavonoid berpotensi meningkatkan proliferasi limfosit, meningkatkan jumlah sel T serta sel B. Dengan meningkatnya immunoglobulin, antibodi igM berusaha melawan antigen yang terdapat pada tubuh ikan. Meningkatnya limfosit dapat mengalami pembelahan menjadi sel plasma, dan sel plasma memproduksi dan melepaskan ribuan antibodi yang akan memasuki peredaran darah untuk menempel pada antigen (Uribe et al., 2011).

Dari data yang diperoleh didapat bahwa terendah pada perlakuan K+ sebesar 63%, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan rendahnya jumlah limfosit pada ikan yang terinfeksi A. hydrophila dikarenakan adanya penurunan daya tahan tubuh pada ikan tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rustikawati (2012), adanya peningkatan intensitas infeksi oleh patogen tertentu akan meningkatkan kebutuhan limfosit dan menimbulkan terjadinya pengurangan sel limfosit. Kisaran persentase sel limfosit selama penelitian memperlihatkan proporsi yang lebih tinggi, hal ini disebabkan karena limfosit digunakan untuk menghasilkan antibodi dalam menyerang sel-sel asing yang masuk dalam tubuh.

Hasil analisis statistik uji One-way Anova pada pengamatan menunjukkan bahwa perendaman biji teratai berpengaruh nyata terhadap ikan patin yang diinfeksi bakteri A. hydrophila (P<0,05). Diperoleh Fhitung = 109,948 dan Ftabel = 3,26 dengan taraf 0,05, dengan demikian Fhitung>Ftabel sehingga diperoleh bahwa perlakuan perendaman ekstrak biji teratai pada ikan patin yang diinfeksi

Aeromonas hydrophila memberikan pengaruh nyata terhadap limfosit pada ikan patin.

Perlakuan

1

2

3

Pengamatan Jam ke 96

(%)

K-

83

83

83

83,00 ± 0,000

K+

63

64

62

63,00 ± 0,100

P

1

73

70

71

71,33 ± 0,152

P

2

78

76

77

77,00 ± 0,351

P

3

80

81

84

81,66 ± 0,300

(17)

8

Monosit

Tabel 5. Monosit pada Ikan Patin

Keterangan: K- (Tanpa penginfeksian dan pemberian ekstrak biji teratai); K+ (Penginfeksian dan tanpa pemberian ekstrak biji teratai); P1 (25 mL ekstrak biji teratai); P2 (37,5 mL ekstrak biji teratai); P3 (50 mL ekstrak biji teratai).

Monosit ialah sel darah putih yang mempunyai peranan dalam fagositosis antigen yang masuk dalam tubuh. Berdasarkan hasil yang diperoleh nilai tertinggi monosit setelah diberi perlakuan dihasilkan oleh P1 dan terendah pada P3. Menurut Qurrota A’yunin (2020), jumlah monosit normal pada ikan patin adalah 5-13%. Meningkatnya Jumlah monosit disebabkan karena ikan mengalami infeksi bakteri dan jika nilai monosit lebih tinggi dari kisaran normal hal ini diduga karena ikan mengalami stress. Infeksi yang masuk ke dalam tubuh akan merangsang sel darah putih untuk memproduksi monosit lebih banyak. Hal ini sesuai dengan penyataan Destriana (2011) yang menyatakan bahwa fungsi monosit sebagai agen makrofag yang memfagosit benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Menurut R. Dewi et al., (2013) bahwa nilai monosit lebih tinggi dari kisaran normal diduga karena kondisi ikan yang stress. Devitha (2013) menambahkan bahwa pada saat terjadi infeksi oleh benda asing, monosit akan bergerak cepat meninggalkan pembuluh darah dan menuju daerah yang terinfeksi untuk melakukan fagositosis. Monosit memiliki kemampuan menembus dinding pembuluh kapiler, kemudian masuk ke jaringan dan berdiferensiasi menjadi makrofag.

Hasil analisis data dengan menggunakan One-way Anova menunjukkan bahwa perendaman ekstrak biji teratai dapat berpengaruh nyata terhadap ikan patin yang diinfeksi bakteri. Dan diperoleh Fhitung = 54,292 dan F tabel = 3,26 dengan taraf 0,05, dengan demikian Fhitung>Ftabel sehingga diperoleh bahwa perlakuan perendaman ekstrak biji teratai pada ikan patin yang diinfeksi Aeromonas

hydrophila memberikan pengaruh nyata terhadap monosit ikan patin. Neutrofil

Tabel 6. Neutrofil Pada Ikan Patin

Keterangan: K- (Tanpa penginfeksian dan pemberian ekstrak biji teratai); K+ (Penginfeksian dan tanpa pemberian ekstrak biji teratai); P1 (25 mL ekstrak biji teratai); P2 (37,5 mL ekstrak biji teratai); P3 (50 mL ekstrak biji teratai).

Neutrofil merupakan jenis leukosit yang berperan untuk mekanisme pertahanan tubuh yang bekerja sebagai respons adanya infeksi dalam tubuh. Persentase neutrofil pasca pengobatan dengan ekstrak biji teratai mengalami penurunan pada tiap perlakuan hingga batas normal yaitu antara 6,33-12,00 %. Dari hasil yang diperoleh, pada P1 persentase neutrofil masih tinggi. Hal ini dikarenakan pada P1 sel bekerja dalam menekan infeksi. Sedangkan P3, persentase neutrofil menurun yaitu 6,33%. Hal

Perlakuan

1

2

3

Pengamatan Jam ke 96

(%)

K- 9 9 9 9.00 ± 0,000 K+ 20 17 19 18,67 ± 1,527 P1 17 16 17 16,67 ± 0,577 P2 14 15 14 14.33 ± 0,577 P3 12 13 11 12.00 ± 1,000

Perlakuan 1 2 3 Pengamatan Jam ke 96 (%) K- 8 8 8 8,00 ± 0,000 K+ 17 15 14 15,33 ± 1,527 P1 10 14 12 12,00 ± 2,000 P2 8 9 9 8,66 ± 0,577 P3 8 6 5 6,33 ± 3,514

(18)

9

ini menunjukkan bahwa pada P1 hanya mampu sedikit dalam mengobati infeksi bakteri, Penurunan jumlah neutrofil mendekati kisaran normal memperlihatkan bahwa biji teratai sebagai imunosupresi yaitu menekan atau menormalkan kembali reaksi imun. Menurut Devitha (2013), setelah terinfeksi bakteri jumlah sel neutrofil dapat ditekan, sel-sel mati dan jaringan nekrotik yang mengandung neutrofil telah mati secara bertahap akan mengalami lisis dalam beberapa hari. Tetapi pada P3 dengan dosis yang diberikan mampu mencegah infeksi bakteri secara maksimal. Menurut Riski Hartika (2014) bahwa jumlah neutrofil pada ikan yang normal yaitu 6-8%.

Dari hasil analisis variasi (ANOVA) menunjukkan bahwa perendaman ekstrak biji teratai dapat berpengaruh nyata terhadap ikan patin yang diinfeksi bakteri. Diperoleh Fhitung = 21,519 dan Ftabel = 3,26 dengan taraf 0,05, dengan demikian Fhitung>Ftabel sehingga diperoleh bahwa perlakuan perendaman ekstrak biji teratai pada ikan patin yang diinfeksi Aeromonas hydrophila memberikan pengaruh nyata terhadap netrofil ikan patin.

Survival Rate (SR)

Survival Rate atau kelangsungan hidup ikan merupakan persentase jumlah ikan yang hidup dari jumlah ikan yang dipelihara dari satu wadah, kelangsungan hidup dapat ditunjukkan dari kematian (Ulfah et al,. 2016). Setelah dilakukan penelitian, dapat diperoleh data rata-rata kelulushidupan benih ikan patin seperti terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kelangsungan Hidup Ikan Patin

Terlihat bahwa persentase tingkat kelangsungan hidup ikan patin yang dicapai pada masing-masing perlakuan berbeda. Tingkat kelulushidupan terendah ditemukan pada K+ yaitu 10%, kemudian diikuti P1 sebesar 66,67%, P2 76,67%, P3 83,33%, dan tingkat kelulushidupan tertinggi pada K- yaitu 93,33%. Tingginya kelangsungan hidup pada perlakuan P3 dikarenakan bahan aktif yang terdapat pada biji teratai yang mampu meningkatkan imun lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Sehingga mampu menghambat pertumbuhan Bakteri A. hydrophila yang lebih baik didalam tubuh ikan patin.

Komponen fitokimia yang ada didalam kandungan biji teratai ialah alkaloid, flavonoid, steroid, glikosida, saponin, tannin, dan triterpenoid. Menurut Ditha (2015), bahwa tanin dapat membunuh pertumbuhan bakteri dikarenakan memiliki daya toksisitas yang dapat menyebabkan perubahan permeabilitas sel, lalu flavonoid juga sebagai antibakteri dan antiinflamasi yang bekerja dengan menghambat pertumbuhan pada bakteri dengan merusak dinding sel dan membran sitoplasma. dan Noer (2015) menyatakan senyawa saponin mampu melakukan mekanisme penghambatan dengan membentuk senyawa kompleks dengan membran sel melalui ikatan hidrogen, sehingga dapat menghancurkan sifat permeabilitas dinding sel dan dapat menimbulkan kematian sel. Sedangkan alkaloid mampu melakukan mekanisme dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan

K- K+ P1 P2 P3 SR (%) 93,33 10 66,67 76,67 83,33 -20 0 20 40 60 80 100 120 PERLAKUAN

SR (%)

(19)

10

pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut.

Pada kontrol positif mendapat persentase kelangsungan hidup paling rendah. Hal ini dikarenakan ikan yang terinfeksi bakteri A. hydrophila tidak direndam dengan ekstrak biji teratai sehingga tidak ada senyawa aktif yang dapat menahan pertumbuhan bakteri A.hydrophila. Menurut Masitoh (2020), bakteri

A. hydrophila dapat menghasilkan produk bersifat toksin dan mampu menyebabkan darah mengalami

hemolisis, lalu hemolisis dapat mengakibatkan kematian meskipun kelainan klinis yang terlihat dari luar karena peradangan. Dalam penelitian ini dosis terbaik yang digunakan terdapat pada P3 yaitu 50 mL ekstrak biji teratai, dimana dari penelitian tersebut menunjukkan kelangsungan hidup yang lebih tinggi dibanding perlakuan lain.

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, perendaman ekstrak biji teratai pada ikan patin yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila selama 13 jam dapat berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kelangsungan hidup, total leukosit, total eritrosit, total hemoglobin, dan differensial leukosit ikan patin.

Dosis ekstrak biji teratai yang dapat memberikan peningkatan daya tahan tubuh ikan patin terbaik diperoleh pada perlakuan 3 (50 mL ekstrak biji teratai) dengan kelangsungan hidup 83,33%, total eritrosit 3,65 x 106, total leukosit 7,56 x 104, total hemoglobin 7,40 g/%, differensial leukosit (Limfosit

(20)

11

DAFTAR ACUAN

Alfia Sabban, D. Rumahlatu, Th. Watuguly. Potensi Ekstrak Daun Teratai (Nymphaea pubescens L.) Dalam Menghambat Staphylococcus aureus. Biopendix. Vol 3 (2) : 129-141

Aryana Fajriyani, S. H. (2017). Pengaruh Serbuk Jahe Pada Pakan Terhadap Profil Darah, Pertumbuhan Dan Kelulushidupan Ikan Patin (Pangasius sp.). Journal of Aquaculture Management and

Technology, Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017, Halaman 39-48.

A'yunin, Q. (2020). Analisis Kondisi Kesehatan Ikan Patin (Pangasius sp.) yang terinfeksi Bakteri

Edwardsiella tarda. Journal of Aquaculture and Fish Health, Vol. 9(2).

Bikrisirna, S. L. (2013). Ketahanan Tubuh Ayam Broiler pada Kondisi Tropis yang Diberi Jambu Biji Merah (Psidium guajava) sebagai Sumber Antioksidan. Agromedia 31 (2):46-57.

Chandra., H. S. (2018). Diferensiasi Leukosit Ikan Jambal Siam (Pangasius hyptophthalamus) yang Terinfeksi Aeromonas hydrophila dan Diobati Dengan Ekstrak Daun Rhizophora sp. Jurnal, 1-13.

Devitha. (2013). Gambaran Parameter Hematologis Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Diberi Vaksin DNA Sterptococcus iniae Dengan Dosis yang Berbeda. Journal of Aquaculture

Management and Technology. Vol 2 (4) : 7-20

Ditha Cahyaningrum, S. (2015). Pengaruh Perendaman Ekstral Ceremai (Phyllanthus acidus [L] skeels) Terhadap Kelulushidupan dan Histopatologi Ginjal Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) yang Diinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila. Journal of Aquaculture Management and

Technology , 40-46.

Endang T.P. Sari, T. G. (2017). Pengendalian Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan Nila (Oreochromis niloticus) dengan Ekstrak Limpang Lengkuas Merah (Alpinia purpurata). Jurnal

Biologi Papua, vol 9 (2) : 37-42.

Esti Handayani Hardi, S. (2013). Kandidat Vaksin Potensial Streptococcus agalactiae untuk Pencegahan Penyakit Streptococcus pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Veteriner. Vol 14 (4) : 408-416

Firly Waliani Rahma, G. M. (2015). Pengaruh Pemberian Ekstrak Sargassum sp. Dengan Pelarut Metanol Pada Pakan Terhadap Jumlah Eritrosit dan Differensial Leukosit Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, vol 7 (2)

Grant. (2015). Fish hematology and associated disorders. Veterinary Clinics; Exotics Animal Practice, 83-103.

Hartika, R. M. (2014). Gambaran darah ikan Nila (Oreochromis niloticus) dengan penambahan dosis prebiotik yang berbeda dalam pakan. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 4 (4).

Haryani A, G. R. (2012). Uji Efektivitas daun pepaya untuk pengobatan infeksi bakteri Aeromonas

hydrophila pada Ikan Mas Koki. Jurnal Perikanan dan Kelautan, Vol 3 : 215.

Hendry Yanto, H. H. (2015). Studi Hematologi untuk Diagnosa Penyakit Ikan secara Dini di Sentra Produksi Budidaya Ikan Air Tawar Sungai Kapuas Kota Pontianak. Jurnal Akuatik, 11-20.

(21)

12

Jose, J., S. Sudhakaran., S. Kumar T. M2., S. Jayaraman and J. Variyar. 2014. Study of In Vitro Immunomodulatory Effect of Flavonoid Isolated from Phyllanthus niruri on Human Blood Lymphocytes and Evaluation of its Antioxidant Potential. International Journal of

Pharmacognosy and Phytochemical Researh. Vol 6 (2) : 284-289

Masitoh, A. Z. (2020). Efektivitas Ekstrak Daun Sembung (Blumea balsamifera L) Terhadap Kelangsungan Hidup Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Yang Diinfeksi Bakteri

Aeromonas hydrophila. Journal Akuakultur Rawa Indonesia. Vol 2 (1) : 07 - 09

Mercy Ngajow, J. A. (2004). Pengaruh Antibakteri Ekstrak Kulit Batang Matoa (Pometia pinnata) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus secara In Vitro. Jurnal MIPA UNSRAT, 2 (2) 128-132. Noer. 2015. Bioaktivitas Ulva reticulata Forsskal Asal Gili Kondo Lombok Timur terhadap Bakteri.

Jurnal Biotika. Vol 5 (1) : 45-60

Preanger, C. U. (2016). Gambaran ulas darah ikan lele di Denpasar Bali. Indonesia Medicus Veterinus, 96-103.

R. Dewi Dharina Nurjannah, S. B. (2013). Pengaruh Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata) terhadap profil Darah dan Kelulushidupan Ikan Mas (Cyprinus carpio) yang diinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila. Journal of Aquaculture Management and Technology, Vol 2, Nomor 4 (72-83).

Ridwan, M. (2020). Hematologi Eritrosit Ikan Patin Siam (Pangasius hypophthalmus) yang Diberi Pakan dengan Penambahan Larutan Biji Mangga Harumanis (Mangifera indica L). Jurnal

Ruaya. Vol 8 (2)

Ririen Ghaliah Ghayatul Quswa, A. D. (2016). Pencegahan Infeksi Aeromonas hydrophila pada Ikan Patin dengan Menggunakan Tepung Paci-Paci (Leucas lavandulaefolia). Journal Akuakultur

Rawa Indonesia, 4 (1):40-52.

Riski Hartika, M. A. (2014). GAMBARAN DARAH IKAN NILA (Oreochromis niloticus) dengan penambahan dosis prebiotik yang berbeda dalam pakan. Jurnal Perikanan dan Kelautan, Vol. 4 No. 4 : 259-267.

Rustikawati. (2012). Efektivitas Ekstrak Sargassum sp. Terhadap Differensial Leukosit Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Diinfeksi Streptococcus iniae. Jurnal Akuatik. Vol 3 (2) : 125-134

Sianturi, S. T. (2013). Pengaruh Buah Terong Belanda (Solanum betaceum Cav.) terhadap Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Mencit Jantan (Mus musculus L.) Anemia Strain DDW Melalui Induksi Natrium Nitrit (NaNO2). Saintia Biologi, 1 (2) : 49-54.

Sukarni, M. d. (2012). Kajian Penggunaan Ciprofloxacin Terhadap Histologi Insang dan Hati Ikan Botia yang Diinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila. J. Exp , 2 (1) :7.

Ulfah Lainun Bokings, Y. K. (September 2016). Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan patin Siam dengan Pakan Buatan dan Cacing Sutra. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. , Vol 4 (3)

Uribe, C. F. (2011). Innate and adaptive immunity in teleost fish. a review. Veterinarni Medicina

(22)

13

Yunita Paramitha Hasibuan, H. S. (2020). Gambaran Darah Merah Ikan Jambal (Pangasianodon

Hypophthalmus) Siam Yang Diberi Pakan Mengandung Jamu Fermentasi Untuk Mencegah

Penyakit Motile Aeromonas Septicemia. Jurnal Ruaya, Vol 9 (1).

Zissalwa, F. (2020). Profil Eritrosit Ikan Jambal Siam (Pangasius hypophthalmus) yang diberi pakan Mengandung Ekstrak Daun Mangrove (Rhizopora apiculata) dan Dipelihara dalam Keramba.

(23)

14

LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambaran Darah Ikan Patin

(24)

15

(25)

16

Gambar

Tabel 1.Total eritrosit pada ikan patin
Tabel 2.Total Leukosit pada ikan patin
Tabel 3.Total Hemoglobin pada ikan patin
Tabel 4. Limfosit pada Ikan Patin
+3

Referensi

Dokumen terkait

Zamjena vanjske stolarije Zamjena stare rasvjete Toplinska izolacija vanjskog zida vanjskog zida.. prikazuje za koliki se postotak smanjila potrošnja primarne energije

informasi dengan perilaku deteksi dini kanker leher rahim metode IVA menunjukkan ada hubungan yang bermakna secara statistik antara informasi tentang program IVA

sitogenetik pada trimester pertama berupa trisomi autosom. Insiden trisomi meningkat dengan bertambahnya usia. Risiko ibu terkena aneuploidi adalah 1 : 80,  pada usia diatas

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis dan menjelaskan pengaruh variabel Kepemimpinan Strategis dan variabel Budaya Organisasi secara bersama-sama terhadap

Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan variasi bahan additive jenis lain untuk mengetahui pengaruh campuran bahan pada deep soil mix (DSM). Menggunakan

Batang C (aluminium dengan massa 7,4 g) pada putaran 22 rpm dengan sudut masuk 20 o gagal memasuki celah pemuatan, sedangkan batang yang kasar, batang D berbahan baja, keberhasilan

Dari hasil tersebut algoritma optimal yang dapat digunakan untuk kompresi citra bitmap adalah AMBTC karena AMBTC memiliki rasio kompresi dan kualitas citra hasil kompresi