• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gaya belajar siswa kelas IV dan V SD serta gaya mengajar guru di kelas tersebut dalam pembelajaran IPA di SDS Subsidi Pusat Damai Kalimantan Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gaya belajar siswa kelas IV dan V SD serta gaya mengajar guru di kelas tersebut dalam pembelajaran IPA di SDS Subsidi Pusat Damai Kalimantan Barat."

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

GAYA BELAJAR SISWA KELAS IV DAN V SD SERTA GAYA

MENGAJAR GURU DI KELAS TERSEBUT DALAM

PEMBELAJARAN IPA DI SDS SUBSIDI PUSAT DAMAI

KALIMANTAN BARAT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh

Margareta Pamela

NIM: 091424027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

GAYA BELAJAR SISWA KELAS IV DAN V SD SERTA GAYA

MENGAJAR GURU DI KELAS TERSEBUT DALAM

PEMBELAJARAN IPA DI SDS SUBSIDI PUSAT DAMAI

KALIMANTAN BARAT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh

Margareta Pamela

NIM: 091424027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HIDUP A DA LA H SUA TU PERJUA NGA N DA N TIDA K A DA KA TA

MUSTA HIL JIKA KA MU MA U BERUSA HA

...sebab segala sesuatu yang kami kerjakan, Engkaulah yang

melakukannya bagi kami.

Yesaya 26:12

(6)
(7)

vi

ABSTRAK

GAYA BELAJAR SISWA KELAS IV DAN V SD SERTA GAYA MENGAJAR GURU DI KELAS TERSEBUT DALAM PEMBELAJARAN

IPA DI SDS SUBSIDI PUSAT DAMAI KALIMANTAN BARAT

Margareta Pamela Universitas Sanata Dharma

2013

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dan kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui (1) gaya belajar IPA siswa kelas IV dan V Students of SDS Subsidi Pusat Damai Kalimantan Barat; (2) gaya mengajar guru IPA kelas tersebut di SDS Subsidi Pusat Damai Kalimantan Barat.

Penelitian dilaksanakan di SDS Pusat Damai Kalimantan Barat pada awal April 2013 dengan sampel sebanyak 122 siswa dan 2 guru mata pelajaran IPA kelas VB dan kelas VC. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kuesioner gaya belajar siswa, wawancara siswa dan guru, pengamatan (observasi), dan fieldnotes. Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif menggunakan Non Parametrik K related Samples test dan analisis statistik deskriptif, sedangkan kualitatif menggunakan teknik Coding.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) gaya belajar siswa SDS Subsidi Pusat Damai berdasarkan kuesioner chek list menunjukkan dominan gaya belajar auditorial. Dan hasil dari kuesioner pilihan ganda diperoleh dominan gaya belajar visual. (2) Gaya mengajar guru dilihat dari 4 aspek yaitu metode pembelajaran, media pembelajaran, urutan pembelajaran dan alokasi waktu pembelajaran adalah gaya mengajar yang cenderung keaktivitas-aktivitas auditorial. Dari hasil pnelitian menunjukkan kesesuaian antara gaya mengajar guru dan gaya belajar siswa yang auditorial.

Kata kunci: gaya belajar, gaya mengajar, VAK

(8)

vii

ABSTRACT

STUDENTS’ LEARNING STYLE IN ELEMENTARY SCHOOL FOR FOURTH AND FIFTH GRADER AND TEACHER’S TEACHING STYLE

IN THOSE CLASSES IN LEARNING OF NATURAL SCIENCES IN SD SUBSIDI PUSAT DAMAI KALIMANTAN BARAT

Margareta Pamela Sanata Dharma University

2013

This research was descriptive quantitative and qualitative descriptive which was aimed to find out (1) learning styles of Natural Sciences’ fourth and fifth grader SDS Subsidi Pusat Damai Kalimantan Barat, (2) the teaching styles of Natural Sciences’ teacher in those classes in SDS Subsidi Pusat Damai Kalimantan Barat.

The research was conducted in SDS Subsidi Pusat Damai in early April 2013 with a sample of 122 students and 1 science teacher of VB and VC grade. Instruments that used in data collection are science learning style questionnaire, interview students and teachers, observations, and fieldnotes. Data were analyzed quantitatively using statistic Non Parametrik K related Samples test and statistic deskptive analysis, while qualitative data were analyzed using Coding technique.

The results show that: (1) students' learning styles SDS Subsidi Pusat Damai based on questionnaire chek list showed dominant auditory learning style. And multiple-choice questionnaires showed dominan visual learning style (2) teachers' teaching styles are observed using 4 aspects; teaching methods, instructional media, learning sequence and allocation of instructional time is a teaching style that tends to auditory activities. The results of the research showed the correspondence between teachers’ teaching style and students' learning styles auditory.

(9)
(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat-Nya atas segala berkat dan rahmat yang telah diberikan, sehingga skripsi dengan judul “Gaya Belajar Siswa Kelas IV dan V SD Serta Gaya Mengajar Guru Di Kelas Tersebut

Dalam Pembelajaran IPA Di SDS Subsidi Pusat Damai Kalimantan Barat” ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini dibuat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. T. Sarkim, M.Ed, Ph.D selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan masukan yang berharga dalam penyelesaian skripsi ini. 2. Segenap Dosen Pendidikan Fisika yang telah memberikan pengajaran yang

berguna dalam perkuliahan.

3. Staf sekretariat JPMIPA atas bantuannya selama menjadi mahasiswi dan membantu dalam pembuatan surat ijin dan jadwal ujian.

4. Linin, S. Pd selaku Kepala Sekolah SDS Subsidi Pusat Damai yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

(11)

x

6. Ibu Lusia Pipit selaku Guru mata pelajaran IPA kelas VC SDS Subsidi Pusat Damai yang telah bersedia membantu dalam melaksanaan penelitian.

7. Agnes Ika Kurniawati dan Benedicta Retvina Prasetyanti yang telah menjadi rekan kerja tim dalam penelitian ini dan telah banyak membantu dalam penyelesaian Skripsi ini.

8. Bapak, Alm. mama, Adik-Adikku serta Keluargaku yang selalu memberikan dukungan, bantuan, doa dan kasih yang tiada habisnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Pacarku Fransiskus Ramba Agus yang selalu memberikan dukungan, semangat dan doa selama penulis menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas kesetiaan, bantuan dan pengertiannya.

10. Seluruh Teman-Teman Pendidikan Fisika yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaan dan kerjasamanya selama kuliah.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu selama penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 19 Agustus 2013 Penulis

(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN .... ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .... ... v

ABSTRAK .... ... vi

ABSTRACT ... ... vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ... viii

KATA PENGANTAR .... ... ix

DAFTAR ISI ………... ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Batasan Pengertian ... 4

F. Deskripsi Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

(13)

xii

B. Gaya Belajar ... 11

1. Pengertian Gaya Belajar ... 11

2. Klasifikasi Gaya Belajar ... 12

3. Manfaat Pemahaman Gaya belajar ... 21

C. Gaya Mengajar Guru ... 22

1. Pengertian Mengajar ... 22

2. Gaya Mengajar ... 25

D. IPA atau Sains ... 26

E. Gaya Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Jenis Penelitian... 29

B. Subyek Penelitian ... 29

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 30

D. Metode Penelitian ... 30

E. Instrumen Penelitian ... 31

1. Kuesioner ... 31

2. Wawancara ... 32

3. Observasi ... 33

4. Fieldnotes... 34

F. Validitas Instrumen ... 34

G. Metode Analisis Data ... 35

1. Data Hasil Kuesioner Gaya Belajar Siswa ... 35

(14)

xiii

3. Fieldnotes... 37

4. Observasi ... 38

BAB IV DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 40

B. Data Penelitian ... 42

1. Kuesioner Gaya Belajar ... 43

2. Wawancara ... 43

3. Fieldnotes ... 44

4. Rekaman Video Hasil Observasi ... 44

C. Analisis Data ... 46

1. Gaya Belajar Siswa ... 46

2. Gaya Mengajar Guru ... 56

D. Pembahasan ... 66

1. Gaya Belajar IPA ... 66

2. Gaya Mengajar Guru ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 76

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Aspek Kuesioner Chek List... 31 Tabel 2. Sebaran Sampel Siswa Kelas IV dan V SDS Pusat Damai ... 40 Tabel 3. Daftar Analisis Hasil Kuesioner Pilihan Ganda ... 48 Tabel 4. Hasil Frekuensi Kuesioner Pilihan Ganda SDS Subsidi Pusat

Damai ... 51 Tabel 5. Hasil Frekuensi Kuesioner Pilihan Ganda di SMP Charitas 02 Mojosari

OKU Timur Palembang... 52 Tabel 6. Hasil Frekuensi Kuesioner Pilihan Ganda Siswa SMA Bhakti Karya

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Permohonan Ijin Penelitian ...79

2. Surat Keterangan Penelitian ...80

3. Kuesioner Gaya Belajar Siswa ...81

4. Data Mentah Kuesioner Chek List...86

5. Data Mentah Kuesioner Pilihan Ganda...91

6. Transkrip Wawancara 3 Siswa ...94

7. Transkrip Wawancara Dengan 3 Guru tentang Gaya Belajar Siswa...100

8. Transkrip Wawancara Gaya Mengajar guru ...103

9. Fieldnotes (catatan lapangan)...112

10.Transkrip Video Observasi ...122

11.Hasil Pentabulasian Data kuesioner Chek List ...129

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar dilakukan oleh semua orang, terutama siswa sebagai peserta didik di dalam lingkungan pendidikan. Saat ini kita sering menjumpai banyak siswa yang lebih suka bermain daripada belajar. Hal ini dikarena mereka menganggap belajar itu sangat sulit dan membuat frustasi sehingga mereka tidak maksimal dalam belajar. Hal tersebut mungkin ada kaitannya dengan gaya belajar yang diterapkan oleh siswa. Gaya belajar itu perlu diketahui karena kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran berbeda-beda tingkatannya. Sebagian siswa lebih suka guru mereka mengajar dengan cara menuliskan segalanya di papan tulis. Ada siswa yang senang belajar di keramaian bahkan bahkan di kerumunan atau di tempat darmawisata, sebaliknya ada yang senang belajar di tempat sepi, sendiri, bahkan dikeheningan malam. Ada juga yang senang belajar kalau sambil mendengarkan musik. Apapun cara yang ditempuh siswa, perbedaan gaya belajar itu menunjukkan cara tercepat dan terbaik untuk bisa menyerap sebuah informasi dari luar dirinya.

(18)

2

menyampaikan informasi sesuai dengan gaya belajar siswa. Guru yang memahami perbedaan gaya belajar masing-masing siswanya di dalam satu kelas, akan menggunakan metode yang bervariasi agar semua siswa dapat menyerap informasi dengan maksimal. Namun yang ada di dalam proses pendidikan kita adalah sebuah kenyataan bahwa kebanyakan guru menyampaikan informasi dengan cara mereka sendiri tanpa peduli dengan gaya belajar siswanya. Cara mengajar seperti ini juga sering dijumpai siswa, pada guru mata pelajaran IPA. Hal ini semakin mempersulit mereka dalam belajar IPA, yang menurut mereka materinya saja sudah sulit untuk dipelajari.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian gaya belajar seperti apa yang sering diterapkan oleh siswa Sekolah Dasar untuk memahami materi dan mengetahui cara mengajar seperti apa yang dilakukan oleh guru mereka. Sehingga dalam skripsi ini diambil judul Gaya Belajar Siswa Kelas IV dan V SD Serta Gaya Mengajar Guru di Kelas Tersebut Dalam Pembelajaran IPA di SDS

Subsidi Pusat Damai Kalimantan Barat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa gaya belajar siswa kelas IV dan V dalam pembelajaran IPA di SDS Subsidi Pusat Damai Kalimantan Barat?

(19)

3

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui gaya belajar siswa kelas IV dan V SDS Subsidi Pusat Damai Kalimantan Barat dalam pembelajaran IPA.

2. Mengetahui Gaya mengajar guru di SDS Subsidi Pusat Damai Kalimantan Barat dalam pembelajaran IPA.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi siswa

Dapat memberikan pengetahuan bagi siswa untuk mengenali gaya belajarnya sendiri, sehingga dalam belajar siswa tidak merasa terbebani dan belajar sesuai dengan gaya belajarnya.

2. Bagi Sekolah

Dapat menjadi upaya bagi sekolah untuk meningkatkan prestasi siswa-siswi dalam pembelajaran.

3. Bagi Peneliti

(20)

4 4. Bagi Guru

Mendapat gambaran mengenai gaya belajar siswanya dan dapat mengembangkan metode mengajar yang sesuai dengan gaya belajar siswa.

E. Batasan Pengertian

1. Gaya Belajar

Gaya belajar adalah cara belajar yang sering digunakan oleh siswa untuk bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang dalam menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi pada proses belajar.

2. Gaya Belajar Visual (Visual Learners)

Gaya belajar visual adalah gaya belajar yang harus melihat terlebih dahulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Untuk lebih sederhananya, gaya belajar ini adalah belajar dengan cara melihat (DePorter dan Hernacki, 2010: 116-120).

3. Gaya Belajar Auditorial (Auditory Learners)

Gaya belajar ini mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Gaya belajar ini adalah belajar dengan cara mendengar (DePorter dan Hernacki, 2010: 116-120).

4. Gaya Belajar Kinestetik (Tactual Learners)

(21)

5

dengan cara bergerak, bekerja dan melibatkan aktivitas fisik (DePorter dan Hernacki, 2010: 116-120)

5. Gaya Mengajar

Gaya mengajar merupakan suatu kebiasaan yang menggambarkan perilaku guru dalam proses pengajaran dengan mengacu pada cara, metode, dan juga media yang digunakan untuk menyampaikan informasi. Selain itu gaya mengajar juga melibatkan urutan dalam proses pembelajaran yang selalu berhubungan dengan alokasi waktu.

F. Deskripsi Penelitian

(22)

6

1. Penelitian ini merupakan penelitian yang belum pernah dilakukan di prodi Pendidikan Fisika maka lebih mudah bila dilakukan secara bersama.

2. Peneliti ingin meneliti gaya belajar siswa di situasi yang berbeda dan jenjang sekolah yang berbeda pula.

(23)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Definisi Belajar

Dalam Supriadie dan Deni (2012: 1) pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar, terencana dan diupayakan untuk memungkinkan peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri, baik fisik maupun nirfisik; yakni mengembangkan potensi pikir (mental-intelektual), sosial, emosional, nilai moral, spiritual, ekonomikal (kecakapan hidup), fisikal, maupun kultural, sehingga ia dapat menjalani hidup dan kehidupannya sesuai dengan harapan dirinya, keluarganya, masyarakat, bangsa dan negara; serta dapat menjawab tantangan peradaban yang semakin maju.

Menurut Driyarkara (1980: 128), pendidikan sebagai suatu bentuk hidup bersama, pemasukkan manusia muda ke dalam alam nilai-nilai dan kesatuan antar pribadi yang mempribadikan.

Menurut Fakry dalam Supriadie dan Deni (2012: 2) mengatakan bahwa pendidikan sebagai suatu proses yang secara rasional, sistematik, dan berencana dilakukan untuk mengubah perilaku manusia menuju tahap kematangan yang dikehendaki.

Sedangkan menurut Ahmad Tafsir dalam Tatang (2012: 16) memaknai pendidikan sebagai bimbingan yang diberikan seseorang secara maksimal.

(24)

8

mengembangkan potensi diri menuju tahap kematangan yang dikehendaki secara maksimal.

Di dalam pendidikan terdapat proses pembelajaran yang terdiri dari belajar dan mengajar. Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat mendasar dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan, karena belajar adalah kunci utama dalam setiap usaha pendidikan (Muhibbin, 2008: 59).

Dalam mengkaji hakikat belajar Muhibbin (1995: 90) mengulas pendapat Hintzman yang mengatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.

Muhibbin (1995: 90) juga mengulas pendapat dari Wittig yang yang mendefinisikan hakikat belajar sebagai: any relatively permanent change in an organism’s behavioral rappertoire that occrus as a result of experience.

Artinya, belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.

(25)

9

Siregar dan Nara (2011: 4) juga mengulas pendapat Singer yang mendefinisikan belajar sebagai perubahan perilaku yang relatif tetap yang disebabkan praktik atau pengalaman yang sampai dalam situasi tertentu.

Komalasari (2010: 2) mengulas pendapat Sunaryo yang mengatakan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Menurut Saljo dalam Rossum dan Hammer (2004) belajar juga dapat dilihat dari sudut pandang siswa. Saljo menyimpulkan lima konsep belajar, yaitu :

1. Belajar sebagai peningkatan pengetahuan

Belajar sebagai peningkatan pengetahuan artinya belajar adalah mendapatkan hal-hal baru yang tidak diketahui sebelumnya. Sehingga semakin lama kita belajar maka pengetahuan kita semakin bertambah. 2. Belajar adalah mengingat

Belajar adalah mengingat artinya belajar sama dengan menghafal dan kemampuan untuk mereproduksi apa yang dihafal. Dalam hal ini apa yang dihafal adalah produknya sementara menghafal adalah bentuk prosesnya.

3. Belajar sebagai kemahiran memperoleh fakta, prosedur dan lain-lain yang dapat dimanfaatkan di masa depan

(26)

10

atas apa yang dipelajari untuk memutuskan kegunaannya di masa depan. Sehingga dalam belajar hal yang dilakukan tidak hanya menghafal tetapi juga berlatih sampai sempurna tanpa mengubah pengetahuan atau prosedur.

4. Belajar sebagai pemisahan makna

Belajar sebagai pemisahan makna artinya belajar adalah suatu proses pemahaman yang dicapai melalui ide-ide yang berkaitan dalam subyek, menemukan hal-hal apapun, melihat materi pelajaran lebih mendalam, mengumpulkan berbagai sudut pandang pada materi yang dipelajari dan mendapatkan gambaran besar. Jadi belajar adalah berpikir lebih jelas, melihat sesuatu yang baru dengan cara yang jauh lebih logis, dan melihat langkah-langkah untuk sampai pada kesimpulan.

5. Belajar sebagai proses menafsirkan yang bertujuan pada pemahaman realita

(27)

11

B. Gaya Belajar

Untuk memahami apa itu gaya belajar, maka pada bagian ini penulis akan mengulas tentang pengertian gaya belajar, klasifikasi gaya belajar, ciri-ciri dari masing-masing tipe gaya belajar dan manfaat pemahaman gaya belajar bagi guru dan siswa.

1. Pengertian Gaya Belajar

Prashing (2007: 29)menjelaskan bahwasemua orang dalam segala usia dapat benar-benar mempelajari apapun apabila dibiarkan melakukannya dengan gaya unik yang sesuai dengan kekuatan pribadi mereka sendiri. Gaya unik yang sesuai dengan kekuatan pribadi siswa adalah gaya belajar yang siswa terapkan, yang akan membuat siswa merasa terbantu dalam menyerap dan mengolah infomasi sehingga belajar dan berkomunikasi akan lebih mudah.

Menurut DePorter dan Hernacki (2006: 110-112), gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi. Nasution (1984: 93) gaya belajar merupakan cara siswa bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam proses belajar.

(28)

12

2. Klasifikasi Gaya Belajar

Menurut Gunawan (2007: 139) mengatakan bahwa telah banyak upaya yang dilakukan untuk mengenali dan mengkategorikan cara manusia belajar, cara memasukkan informasi ke dalam otak. Secara garis besar, ada tujuh pendekatan yang umum dikenal dengan kerangka referensi yang berbeda dan dikembangkan juga oleh ahli yang berbeda dengan variasinya masing-masing. Gunawan (2007: 139-140) merangkum ketujuh cara belajar tersebut, yaitu:

a. Pendekatan berdasarkan pada pemrosesan informasi; menentukan cara yang berbeda dalam memandang dan memproses informasi yang baru. Pendekatan ini dikembangkan oleh Kagan, Kolb, Honey dan Umford Gregorc, Butler, dan McCharty.

b. Pendekatan berdasarkan pada kepribadian; menentukan tipe karakter yang berbeda-beda. Pendekatan ini dikembangkan oleh Myer-Briggs, Lawrence, Keirsey & Bates, Simon & Byram, Singer-Loomis, Grey-Wheelright, Holland dan Geering.

c. Pendekatan berdasarkan pada modalitas sensori; menentukan tingkat ketergantungan terhadap indera tertentu. Pendekatan ini dikembangkan oleh Bandler & Grinder dan Messick.

(29)

13

e. Pendekatan berdasarkan pada interaksi sosial; menentukan cara yang berbeda dalam berhubungan dengan orang lain. Pendekatan ini dikembangkan oleh Grasha-Reichman, Perry, Mann, Furmann-Jacobs, dan Merill.

f. Pendekatan berdasarkan pada kecerdasan; menentukan bakat yang berbeda. Pendekatan ini dikembangkan oleh Gardner dan Handy.

g. Pendekatan berdasarkan wilayah otak; menentukan dominasi relatif dari berbagai bagian otak, misalnya otak kiri dan otak kanan. Pendekatan ini dikembangkan oleh Sperry, Bogen, Edwards, dan Hermann.

Dari ketujuh pendekatan tersebut, menurut Gunawan (2007: 142) ada tiga pendekatan belajar yang paling populer dan sering digunakan saat ini, yaitu:

1. Pendekatan berdasarkan preferensi sensori: visual, auditori dan kinestetik. Dari hasil survei diketahui bahwa terdapat 29% orang visual, 34% auditori dan 37% kinestetik.

2. Profil Kecerdasan, dikembangkan oleh Howard Gardner. Menurut gardner, manusia mempunyai delapan kecerdasan yaitu: linguistik, logika/matematika interpersonal, intrapersonal, musik, naturalis, spasial, dan kinestetik.

(30)

14

Sedangkan menurut Suyono dan Haryanto (2011: 148-160) ada beberapa gaya belajar. Gaya belajar tersebut meliputi:

a. Gaya belajar VAK

Gaya belajar ini ada tiga macam yaitu visual atau belajar dengan cara melihat, auditorial atau belajar dengan cara mendengar dan kinestetik atau belajar melalui gerakan-gerakan fisik.

b. The Myers-Briggs Type Indikator (TMBTI)

Gaya belajar ini sesuai dengan tipe kepribadian seseorang yang meliputi ekstrovert (berfokus pada dunia luar diri seseorang), pengindera (berfokus pada fakta dan prosedur), pemikir, dan pembuat pertimbangan.

c. Gaya belajar menurut Kolb

(31)

15

menerapkan materi pembelajaran dalam situasi nyata untuk memecahkan masalah keseharian).

d. Gaya belajar menurut model Honey and Mumford

Gaya belajar ini dikaitkan dengan siklus pengalaman Kolb yang meliputi gaya belajar aktivis, reflektor, teoritis dan pragmatis.

e. Gaya belajar menurut model Anthony Gregorc

Gaya belajar ini berlandaskan persepsi eksisting atau evaluasi kita terhadap dunia dengan cara pendekatan yang masuk akal. Ada empat kombinasi gaya belajar yang dominan yaitu: konkret, sekuensial, abstrak acak, abstrak sekuensial dan konkret acak

f. Gaya belajar Sudbury

Gaya belajar ini mengembangkan gaya belajar diri sendiri. Hal ini dikarenakan banyak cara bagi siswa untuk studi dan belajar. Dalam model demokratis ini suasana dibangun tanpa ada paksaan, tekanan, desakan, bujukan atau suapan.

g. Gaya belajar model Herrmann Brain Dominance Instrument

(32)

16 h. Gaya belajar Felder-silvermen

Gaya belajar inimenggolongkan pembelajar dalam klasifikasi pembelajar indrawi atau pembelajar intuitif, pembelajar visual atau pembelajar verbal, pembelajar induktif atau pembelajar deduktif, pembelajar aktif atau pembelajar reflektif, pembelajar sekuensial atau pembelajar global.

Dari berbagai macam gaya belajar di atas, dalam penelitian ini akan membahas gaya belajar VAK. Hal ini dikarenakan gaya belajar VAK ini sudah sangat populer di Indonesia (Gunawan, 2007: 142). Selain itu indikator gaya belajar VAK dapat dilihat dari kebiasaan belajar siswa. Berikut ini adalah definisi dan ciri-ciri gaya belajar VAK menurut DePorter dan Hernacki (2010: 116-120):

a. Gaya belajar Visual (Visual Learners)

Gaya belajar visual adalah gaya belajar yang harus melihat terlebih dahulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Untuk lebih sederhananya, gaya belajar ini adalah belajar dengan cara melihat. Gaya belajar visual dapat dideteksi dari kebiasaan anak ketika belajar, antara lain:

- mempunyai kebiasaan rapi dan teratur, karena itu yang akan di lihat orang. Misalnya rapi dan teratur dalam berpakaian dan membuat catatan;

(33)

17

- memiliki kemampuan dalam perencanaan dan pengaturan jangka panjang yang baik;

- teliti terhadap rincian dan hal-hal kecil yang harus dilakukan; - mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun

presentasi;

- lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar; - mudah mengingat dan menghafal sesuatu dengan asosiasi visual; - memiliki kemampuan mengeja huruf dengan sangat baik;

- biasanya tidak mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik ketika sedang belajar,

- mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali meminta bantuan orang lain untuk mengulanginya;

- merupakan pembaca yang cepat dan tekun; - lebih suka membaca sendiri daripada dibacakan;

- membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah atau proyek, dan terbiasa melakukan cek dan ricek sebelum membuat kesimpulan;

- jika sedang berbicara di telpon ia suka membuat coretan-coretan tanpa lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain;

(34)

18

- lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada berpidato/berceramah;

- lebih tertarik pada bidang seni (lukis, pahat, gambar) daripada musik;

- sering kali mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai menuliskan dalam kata-kata.

b. Gaya belajar Auditorial (Auditory Learners)

Gaya belajar ini mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Gaya belajar ini adalah belajar dengan cara mendengar. Gaya belajar auditorial dapat dideteksi dari kebiasaan anak ketika belajar, antara lain:

- berbicara sendiri ketika sedang belajar dan bekerja;

- mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik, karena dia akan sukar berkonsentrasi;

- menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca;

- belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang di diskusikan daripada apa yang dilihat;

- jika membaca maka lebih senang membaca dengan suara keras; - dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna

suara;

(35)

19

- berbicara dalam irama yang terpola dengan baik; - berbicara dengan sangat fasih;

- lebih menyukai seni musik dibandingkan seni yang lainnya;

- senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara panjang lebar;

- mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang berhubungan dengan visualisasi;

- lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-kata dengan keras daripada menuliskannya;

- lebih suka humor atau gurauan lisan daripada membaca buku humor/komik.

c. Gaya Belajar Kinestetik (Tactual Learners)

Gaya belajar ini harus menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar kita bisa mengingatnya. Gaya belajar ini adalah belajar dengan cara bergerak, bekerja dan melibatkan aktivitas fisik. Gaya belajar kinestetik dapat dideteksi dari kebiasaan anak ketika belajar, antara lain:

- berbicara dengan perlahan; - menanggapi perhatian fisik;

(36)

20

- belajar melalui praktek langsung dan manipulasi (mengembangkan data atau fakta);

- menghafalkan sesuatu dengan cara berjalan atau melihat langsung; - menggunakan jari untuk menunjuk kata yang dibaca ketika sedang

membaca;

- banyak menggunakan bahasa tubuh (non verbal);

- tidak dapat duduk diam di suatu tempat untuk waktu yang lama; - tidak dapat mengingat letak geografi, kecuali jika ia pernah datang

ke tempat tersebut;

- menggunakan kata-kata yang mengandung aksi; - pada umumnya memiliki tulisan yang jelek;

- menyukai kegiatan atau permainan yang menyibukkan (secara fisik);

- menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot, mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca sebagai bentuk penghayatan terhadap apa yang di baca;

(37)

21

3. Manfaat Pemahaman Gaya Belajar

Berdasarkan beberapa gaya belajar diatas, maka dapat dilihat bahwa mengetahui gaya belajar itu sangat penting. Pemahaman gaya belajar bagi siswa dapat berguna untuk mengetahui dengan sadar strategi-strategi apa yang harus mereka gunakan dalam belajar sehingga menjadi pelajar yang lebih percaya diri dan lebih puas dengan kemajuan belajar mereka (Prashing, 2007: 93). Maka dari itu siswa harus dapat mengkatagorikan gaya belajar apa yang dimilikinya, karena jika siswa memiliki salah satu karakteristik gaya belajar yang paling menonjol maka ia dapat dengan mudah untuk menyerap pelajaran. Hal ini dikarenakan ia mendapatkan rangsangan yang sesuai dalam belajar.

(38)

bunyi-22

bunyian, musik, gambar visual, gerakan-gerakan, pengalaman, dan bahkan percakapan (Suyono dan Haryanto, 2011: 164). Bahkan guru juga dapat menerapkan berbagai teknik penilaian yang berfokus pada gaya belajar yang berbeda-beda. Misalnya menggunakan tes lisan untuk siswa dengan gaya belajar auditorial, karena siswa dengan gaya belajar auditorial lebih pandai dalam bercerita, namun merasa kesulitan dalam menulis. Menggunakan tes tertulis untuk siswa dengan gaya belajar visual dan menggunakan ujian praktek untuk siswa dengan gaya belajar kinestetik. Sehingga diharapkan selama proses pembelajaran guru dapat memberikan porsi penilaian secara adil bagi setiap siswa.

C. Gaya Mengajar Guru

1. Pengertian Mengajar

Pengertian mengajar menurut Muhibbin (1995: 182) mengulas pendapat Tardif yang menyatakan bahwa mengajar itu pada prinsipnya adalah perbuatan yang dilakukan seseorang (dalam hal ini guru) dengan tujuan membantu atau memudahkan orang lain (dalam hal ini siswa) melakukan kegiatan belajar.

Dalam penelitian Rossum dan Hammer (2010) disimpulkan enam konsep mengajar, yaitu:

(39)

23

Artinya mengajar adalah menyajikan materi pelajaran yang harus dipelajari sedemikian rupa sehingga tidak terlalu kering (disajikan dengan humor jika mungkin). Materi pelajaran perlu dijelaskan dengan baik dan disajikan dalam cara yang terorganisir dengan baik, sehingga siswa tidak merasa kesulitan ketika harus belajar sendiri. 2. Mengajar adalah mengirimkan pengetahuan terstruktur, mengakui

keberadan siswa

Dalam konsep ini, mengajar adalah proses yang harus dilakukan dengan jelas, teratur, efisien, menghibur dan termasuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan. Hal ini menunjukkan adanya interaksi antara siswa dan guru, sehingga siswa merasa keberadaannya di dalam kelas diakui.

3. Mengajar adalah berinteraksi dan pembentukan

(40)

24

4. Mengajar adalah tantangan dan pengembangan jalan pikir bagi diri sendiri

Dalam hal ini mengajar adalah menantang siswa untuk berpikir dalam mencapai tujuan. Guru tidak mengarahkan siswa terlalu banyak, atau membiarkan siswa mencari tau sendiri apakah sesuatu itu tidak meungkin atau benar. Sehingga penilaian yang diberikan oleh guru harus fokus pada proses dan tidak bergantung pada hasil akhir. Dalam proses ini siswa menjadi peserta aktif, sedangkan peran guru terletak lebih dalam pembinaan proses pembelajaran.

5. Mengajar adalah pengajaran dialog

Dalam hal ini, mengajar adalah melibatkan siswa sebanyak mungkin kedalam subyek. Dalam hal ini, guru dan siswa bersama-sama mengerjakan suatu masalah dan membahasnya, sehingga semua pihak dapat mengajar.

6. Mengajar adalah saling percaya dan saling peduli

Mengajar adalah saling percaya dan peduli berarti mengajar yang berkembang dalam situasi pemahaman total antara siswa dan guru sehingga metode pengajaran tidak lagi penting.

(41)

25

2. Gaya Mengajar

Kara (2009) membahas pendapat Masse dan Popovich bahwa selain siswa, guru memainkan peran penting dalam proses pembelajaran. Perilaku guru di dalam kelas akan berdampak pada berbagai bidang dalam proses persiapan, presentasi kelas, kegiatan, dan pendekatan. Ia juga membahas pendapat Kaplan dan Kies bahwa istilah gaya mengajar guru mengacu pada perilaku pribadi guru dan media yang digunakan untuk mengirimkan data ke pelajar atau menerima dari pelajar. Kemudian ia mengulas pendapat Peacock yang mengungkapkan bahwa gaya mengajar guru merupakan cara alami, kebiasaan dan pilihan cara mengajarkan informasi baru dan ketrampilan dalam kelas.

Sedangkan Neher dkk mengungkapkan bahwa gaya mengajar merupakan sesuatu yang menyangkut dengan proses pengajaran bukan dari isi pengajaran (dalam Maizam, ND). Dan Irby mengungkapkan bahwa gaya mengajar mengacu pada cara, metode, dimana guru mencoba untuk menyampaikan informasi dan mempengaruhi pemahaman dan perilaku pelajar mereka (dalam Maizam, ND).

(42)

26

D. IPA atau Sains

Dalam mengkaji hakikat IPA Sumaji (1998: 31) mengulas pendapat James yang mendefinisikan sains sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut.

Selanjutnya Sumaji (1998: 31) menganalisis pendapat Whitehead yang menyatakan bahwa sains dibentuk karena pertemuan dua orde pengalaman. Orde pertama didasarkan pada hasil observasi terhadap gejala/fakta (orde observasi), dan orde kedua didasarkan pada konsep manusia mengenai alam semesta (orde konsepsional).

Dengan demikian, IPA (sains) berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak ada habis-habisnya.

Sementara itu menurut Samatowa (2010: 2) mengulas pendapat Hendro Darmojo yang menyatakan bahwa secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya.

(43)

27

keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya.

Sedangkan Samatowa (2010: 3) juga membahas pendapat Powler yang mengungkapkan bahwa IPA adalah ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen sistematis (teratur) artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten.

Samatowa (2010: 3) mengulas pendapat Winaputra yang mengemukakan bahwa IPA tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berfikir, dan cara memecahkan masalah.

(44)

28

E. Gaya Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA

(45)

29

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan mengenai desain penelitian, subyek penelitian, waktu dan tempat penelitian, metode penelitian, instrumen penelitian, validitas nstrumen, dan metode analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif dengan tujuan memperoleh gambaran mengenai gaya belajar siswa dan gaya mengajar guru. Untuk data kuantitatif, data diperoleh melalui penyebaran kuesioner ke semua siswa kelas IV dan V SDS Subsidi Pusat Damai. Sedangkan untuk data kualitatif, diperoleh melalui dua cara yaitu wawancara terhadap guru yang mengampu mata pelajaran IPA di kelas tersebut dan terhadap 5 siswa dari kelas IV dan V SDS Subsidi serta rekaman video pada salah satu kelas sebanyak 5 kali pertemuan.

B. Subyek Penelitian

(46)

30

C. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April yaitu pertengahan semester genap tahun ajaran 2012/2013.

2. Tempat Penelitian

Tempat dilakukannya penelitian ini adalah di SDS Subsidi Pusat Damai Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat.

D. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gaya belajar siwa dan gaya mengajar guru dan dilakukan dalam empat tahap.

(47)

31

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan 3 Instrumen, yaitu berupa kuesioner, wawancara, observasi dan fieldnotes.

1. Kuesioner

Kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kuisioner tertutup. Kuesioner ini berisi pernyataan-pernyataan yang menggambarkan gaya belajar siswa yang terdiri dari 30 item pernyataan yang terbagi menjadi dua jenis kuesioner tertutup, yaitu 15 item untuk kuesioner chek list dan 15 item untuk kuesioner pilihan ganda.

a. Kuesioner Chek List

Pada kuesioner chek list ini berisi pernyataan-pernyataan sebanyak 15 item yang mencakup ciri-ciri gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Butir-butir soal dari kuisioner ini dibuat berdasarkan indikator-indikator gaya belajar tersebut. Secara lebih lengkap kuesioner chek list dapat dilihat pada lampiran 3. Penyebaran butir soal berdasarkan

indikator gaya belajar dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini:

Tabel 1. Daftar Aspek Kuesioner Chek List

Aspek Gaya

Belajar Indikator No butir

Visual Memahami sesuatu dengan asosiasi visual

1, 2, 3, 4, 5

Auditorial Belajar dengan cara mendengar Baik dalam aktivitas lisan

(48)

32

Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak

13, 15

Menyukai kegiatan coba-coba 11

b. Kuesioner Pilihan Ganda

Kuisioner pilihan ganda juga terdiri dari 15 item peryataan yang mencakup ciri-ciri gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Kuesioner pilihan ganda ini mengacu pada Skripsi Purnahuti (2006) yang berjudul GAYA BELAJAR SISWA KELAS XB DAN GAYA MENGAJAR GURU MATEMATIKA SMA SEDES SAPIENTIAE BEDONO AMBARAWA dengan beberapa perubahan pada pernyataan-pernyataan gaya belajar VAK sesuai dengan topik yang dibahas dalam penelitian ini.

Pilihan jawaban yang tersedia pada masing-masing soal dalam kuisioner pilihan ganda ini berjumlah tiga pilihan, dan sudah dalam bentuk pernyataan-pernyataan yang mencakup aspek gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Kuesioner pilihan ganda secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 3.

2. Wawancara

(49)

33

Daftar pertanyaan yang digunakan dalam pelaksanaan wawancara adalah sebagai berikut:

a. Daftar Pertanyaan Wawancara Guru

- Apa cara yang dipilih guru dalam menyampaikan materi bercerita atau menjelaskan, menampilkan gambar atau grafik dan menyuruh siswa melakukan praktikum atau melakukan peragaan konsep IPA.

- Seberapa sering ketiga hal itu dilakukan?

- Perhatian guru terhadap tanggapan anak dalam cara mengajar guru tersebut?

- Untuk guru sendiri sebenarnya gaya belajarnya seperti apa? b. Kisi-kisi Pertanyaan Wawancara Siswa

- Menanyakan tanggapan siswa terhadap pelajaran IPA?

- Menanyakan bagaimana prestasinya dalam pelajaran IPA?

- Bagaimana cara dia belajar?

- Bagaimana cara gurumu mengajar?gambar, ceramah, praktikum

- Kamu bisa duduk berapa lama kalau sedang belajar IPA

- Kamu suka belajar di kondisi yang bagaimna? Sepi atau ramai.

3. Observasi

(50)

34

berfungsi merekam seluruh kegiatan guru dalam proses pembelajaran IPA di kelas. Observasi ini dilakukan sebanyak 5 kali.

4. Fieldnotes

Selain observasi, dalam penelitian ini juga dibuat fieldnotes atau catatan lapangan. Fieldnotes yang digunakan dalam penelitian ini merupakan fieldnotes deskriptif, yang mana peneliti secara obyektif mencatat dengan

detail kegiatan yang dilakukan oleh guru di kelas selama proses pembelajaran IPA. Tujuan dari fieldnotes adalah untuk berjaga-jaga jika ada peristiwa atau kegiatan yang tidak teramati oleh handycam dalam proses pembelajaran.

F. Validitas Instrumen

(51)

35

G. Metode Analisis Data

1. Data Hasil Kuesioner Gaya Belajar Siswa

a. Kuesioner Cheklist

Kuesioner chek list terdiri dari 15 item pernyataan dan jawaban yang diisi oleh siswa yang telah dikategorikan kedalam pernyataan positif dianalisis dengan skor sebagai berikut:

 Skor 4 untuk jawaban sangat setuju

 Skor 3 untuk jawaban setuju

 Skor 2 untuk jawaban tidak setuju

 Skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju

Skor yang diperoleh siswa dalam kuesioner tersebut diolah dengan cara menjumlahkan skor masing-masing variabel gaya belajar siswa. Dari hasil pentabulasian data tersebut, selanjutnya digunakan analisis statistik Non Parametrik K related Samples test. Statistik Non Parametrik K

related Samples test digunakan untuk mengetes distribusi bebas (Suparno,

2006: 106).

(52)

36

b. Kuesioner Pilihan Ganda

Kuesioner pilihan ganda terdiri dari 15 pertanyaan yang masing-masing memiliki 3 pilihan jawaban yang mewakili 3 variabel gaya belajar VAK, dengan kriteria pilihan jawaban sebagai berikut:

 Variabel V untuk jawaban a

 Variabel A untuk jawaban b

 Variabel K untuk jawaban c

Kuesioner pilihan ganda yang telah diisi oleh siswa diberikan skor satu berdasarkan jawaban yang disilang oleh siswa.

Dari hasil analisis kuesioner pilihan ganda, data yang dipeoleh akan dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu data yang signifikan dan data yang tidak signifikan. Signifikan berarti gaya belajar siswa dapat dibedakan, sedangkan apabila tidak signifikan berarti gaya belajar siswa tidak dapat dibedakan. Untuk menentukan signifikan maupun tidak signifikan maka digunakan statistik deskriptif dengan menggunakan nilai tengah atau median dari skala yang digunakan. Skala tersebut ditentukan dari 0 sampai 15, karena skor terendah dari setiap aspek adalah 0 dan skor tertinggi dari setiap aspek bernilai 15, maka median dari skala tersebut adalah sebesar 7,5. Namun, karena skor yang diberikan pada tiap soal bernilai minimal 1, dan kemudian memiliki kelipatan 1, maka nilai median yang ditentukan sebesar 8, dan dari skala antara 8-15 diambil

(53)

37

bernilai minimal 8 dan selisih antara skor tertinggi dengan kedua skor yang lain minimal bernilai 4.

2. Wawancara

Setelah menganalisis kuesioner gaya belajar siswa, selanjutnya dicari 5 siswa sebagai sampel wawancara gaya belajar siswa. Pemilihan 5 sampel ini dilakukan secara acak dengan terlebih dahulu melihat variabel-variabel gaya belajarnya yang terdapat dalam tabulasi hasil kuesioner. Selain 5 sampel siswa, dalam penelitian ini juga dilakukan wawancara terhadap 1 guru untuk mengetahui gaya mengajar guru. Pemilihan guru untuk diwawancarai adalah dengan cara menanyakan terlebih dahulu apakah guru yang hendak dijadikan sampel berkenaan untuk diwawancarai.

Setelah dilakukan wawancara baik terhadap 5 siswa maupun terhadap guru, selanjutnya peneliti menganalisis dengan cara membuat transkrip hasil wawancara guna memudahkan peneliti untuk dapat mengcoding berdasarkan kategori masing-masing variabel yang diteliti.

3. Fieldnotes

Fieldnotes atau catatan lapangan dibuat pada saat peneliti melakukan

(54)

38

secara rapi (membuat transkrip) agar selanjutnya dapat dicoding sesuai dengan kategori variabel yang diteliti.

4. Observasi

Pengambilan rekaman video proses pembelajaran dilakukan oleh satu orang teman, yang dikarenakan peneliti harus membuat fieldnotes proses pembelajaran. Selama pembelajaran peneliti tidak terlibat dalam kegiatan yang diteliti, tetapi hanya mengamati kegiatan belajar mengajar di kelas. Peneliti tidak secara aktif melibatkan diri dalam situasinya dan sungguh-sungguh hanya menjadi pengamat yang mengumpulkan data (Paul Suparno, 2010: 121-123).

Hasil dari pengamatan dengan video ini dianalisis dengan menggunakan 2 tahap yaitu:

a. Membuat traskrip data

Semua data yang masih belum berwujud gambar video perlu diubah ke dalam bentuk tulisan yang berupa traskrip data agar memudahkan peneliti dalam membuat coding.

b. Kategorisasi coding

(55)

39

(56)

40

BAB IV

DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Penelitian

Penelitian dilaksanakan disalah satu sekolah dasar swasta di Pusat Damai Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat, yaitu SD Swasta Subsidi yang termasuk ke dalam sekolah dasar swasta favorit di daerah ini. Di sekolah dasar ini sistem mengajar gurunya adalah sistem guru kelas yaitu satu guru mengajar seluruh mata pelajaran di kelas sekaligus sebagai wali kelas.

Dalam penelitian ini sampel data untuk kuesioner gaya belajar siswa diambil dari kelas IV yang terdiri dari 2 kelas dan kelas V yang terdiri dari 3 kelas dengan jumlah keseluruhan 122 siswa. Berikut ini adalah data sebaran sampel siswa kelas IV dan V SDS Subsidi Pusat Damai:

Tabel 2. Data Sebaran Sampel Siswa Kelas IV dan V SDS Pusat

Damai

Kelas Jumlah Siswa

IV A 28

IV B 28

VA 20

VB 23

VC 23

Total 122

(57)

41

ini akan mengadakan ujian sekolah selama 1 minggu, sehingga sekolah diliburkan dari tanggal 8 – 14 April 2013.

Penelitian ini terdiri dari empat tahap yaitu pembagian kuisioner, wawancara kepada guru, wawancara kepada siswa dan observasi proses belajar mengajar. Pada tanggal 4 April 2013, peneliti menyebarkan kuesioner di seluruh kelas IV dan di kelas V SD Pusat Damai. Kemudian pada tanggal 5, 6, 15 dan 16 April 2013 peneliti melakukan pengamatan di kelas VB dengan peneliti sebagai pengamat yang memperhatikan dan membuat catatan lapangan (fieldnotes) dari seluruh kegiatan guru dan siswa selama pelajaran IPA berlangsung dan satu orang teman yang bertugas merekam proses pembelajaran (dengan alat bantu handycam). Peneliti hanya berhasil melakukan pengamatan di kelas sebanyak 4 kali yang dikarenakan gurunya hanya mengijinkan dilakukannya pengamatan sebanyak 4 kali.

(58)

42

telephon tersebut direkam. Wawancara ini dilakukan kepada guru IPA kelas

VB dan guru IPA kelas VC serta 3 siswa yang telah mengisi kuisioner dan setelah dianalisis hasilnya menunjukkan perbedaan yang signifikan antara ketiga aspek gaya belajar. Wawancara kepada guru IPA kelas VB dan VC adalah sebagai pendukung hasil kuesioner dan wawancara ketiga siswa yang diambil sebagai sampel.

B. Data Penlitian

1. Kuesioner Gaya Belajar Siswa

(59)

43

2. Wawancara

a. Wawancara Gaya Belajar Siswa

Wawancara terhadap siswa dilakukan untuk melihat adanya kesesuaian gaya belajar siswa yang didapatkan dari hasil analisis kuesioner pilihan ganda dan hasil wawancara dengan sampel wawancara.

Untuk melihat kesesuaian tersebut peneliti mengambil 4 siswa secara acak dari data kuesioner chek list dan kuesioner pilihan ganda untuk dijadikan sampel wawancara. Setelah peneliti mendapatkan hasil wawancara 4 siswa, selanjutnya peneliti berkonsultasi kepada dosen pembimbing guna mengetahui apakah hasil wawancara ini bisa digunakan untuk langkah penganalisisan data. Ternyata hasil wawancara tersebut tidak dapat digunakan karena terdapat ketidaksesuaian antara hasil kuesioner yang telah diolah dan hasil wawancara 4 siswa tersebut. Kemudian peneliti disarankan untuk mengganti 4 sampel tersebut dengan sampel acak yang baru sebanyak 3 siswa. Alasan pemilihan 3 siswa tersebut dikarenakan hasil dari analisis kuesioner pilihan ganda untuk ketiga siswa ini menunjukkan perbedaan yang signifikan antara ketiga aspek gaya belajarnya. Hasil wawancara dengan ketiga siswa tersebut dapat dilihat pada lampiran 6.

(60)

44

mendukung hasil kuesioner dan wawancara ketiga siswa tersebut. Hasil wawancara dengan guru tersebut dibuat dalam bentuk transkrip yang dapat dilihat pada lampiran 7.

b. Wawancara Gaya Mengajar Guru

Untuk mengetahui gaya mengajar guru, peneliti mewawancarai salah satu guru yang sebelumnya sudah menyetujui untuk diwawancarai. Hasil wawancara gaya mengajar guru dibuat dalam bentuk transkrip yang ditunjukkan dalam lampiran 8.

3. Fieldnotes

Catatan lapangan (fieldnotes) dibuat pada saat peneliti melakukan pengamatan di kelas yang tujuannya untuk berjaga-jaga jika ada suatu peristiwa dalam proses pembelajaran tidak teramati oleh handycam. Fieldnotes secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 9.

4. Rekaman Video Hasil Observasi

Pengambilan data dilakukan dengan merekam kegiatan pembelajaran dengan handycam. Dari data yang diperoleh, ternyata sebagian besar dari apa yang teramati oleh handycam juga telah dicatat oleh peneliti pada saat pengamatan di dalam kelas.

(61)

45

pertemuan II terdiri dari 2 JP, pertemuan III terdiri dari 3 JP dan pertemuan IV terdiri dari 4 JP dilakukan di kelas. Pertemuan tersebut yaitu:

1. Pertemuan I (5 April 2013), membahas materi tentang cahaya dan sifat-sifatnya.

2. Pertemuan II (6 April 2013), membahas materi tentang bumi dan alam semesta serta latihan soal.

3. Pertemuan III (15 April 2013), membahas materi tentang pembentukan tanah dan latihan soal.

4. Pertemuan IV (16 April 2013), membahas materi tentang jenis batuan dan mengerjakan latihan soal.

(62)

46

C. Analisis Data

Data dari penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Pada bagian ini akan dibahas gaya belajar siswa dan gaya mengajar guru yang akan tampak pada deskripsi hasil kuesioner, wawancara guru dan siswa, fieldnotes serta rekaman video hasil observasi.

1. Gaya Belajar Siswa

a. Analisis Data Kuesioner Gaya Belajar Siswa

Kuesioner Chek List

Pada kuesioner chek list, dari data mentah yang diperoleh kemudian diolah dengan cara menjumlahkan skor masing-masing aspek gaya belajar setiap siswa yang dapat dilihat pada lampiran 11. Data penjumlahan skor dianalisis menggunakan statistik Non Parametrik K related Samples test. Hasil dari analisis statistik

Non Parametrik K related Samples test pada kuesioner chek list

adalah sebagai berikut.

NPar Tests

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Visual 122 12,3115 1,98791 6,00 17,00

Auditorial 122 15,1803 1,98347 11,00 19,00

(63)

47 Friedman Test

Ranks

Mean Rank

Visual 1,36

Auditorial 2,44

Kinestetik 2,20

Test Statisticsa

N 122

Chi-square 85,500

Df 2

Asymp. Sig. ,000

Monte Carlo Sig. Sig. ,000

95% Confidence Interval Lower Bound ,000

Upper Bound ,024

a. Friedman Test

Dari hasil analisis statistik Non Parametrik K related Samples test diatas terlihat bahwa nilai signifikan adalah 0,000

(64)

48  Kuesioner Pilihan Ganda

Berdasarkan hasil analisis kuesioner gaya belajar siswa pilihan ganda, maka data kuesioner pilihan ganda dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu data yang signifikan dan data yang tidak signifikan. Signifikan berarti gaya belajar siswa dapat dibedakan, sedangkan apabila tidak signifikan berarti gaya belajar siswa tidak dapat dibedakan. Data gaya belajar siswa dikatakan signifikan apabila memenuhi syarat statistik deskriptif yaitu skor tertinggi dari ketiga aspek gaya belajar memiliki besar minimal 8 dan selisih antara skor tertinggi dan kedua skor lain minimal 4. Hasil analisis data gaya belajar siswa pilihan ganda disajikan dalam tabel 6 berikut:

Tabel 3. Daftar Hasil Analisis Kuesioner Pilihan Ganda

No Nama Skor per Aspek Gaya Belajar Visual Auditorial Kinestetik

(65)
(66)
(67)

51

Keterangan : V = Visual; A = Auditorial; K = Kinestetik Keterangan: TBD = Tidak Bisa Dibedakan

Dari hasil pentabulasian data di atas diperoleh hasil gaya belajar siswa SDS Pusat Damai sebagai berikut.

Tabel 4. Hasil Frekuensi Kuesioner Pilihan Ganda Siswa SDS

Subsidi Pusat Damai

No Gaya belajar Jumlah Siswa

1 Visual 38

2 Auditorial 1

3 Kinestetik 2

4 Tidak bisa Dibedakan 81

(68)

52

adalah gaya belajar visual. Dan hasil analisis data kuesioner gaya belajar pilihan ganda pada SMP Charitas 02 Mojosari Oku Timur Palembang dan SMA Karya Bhakti Temanggung ditunjukkan oleh tabel 5 dan tabel 6 berikut ini.

Tabel 5. Hasil Frekuensi Kuesioner Pilihan Ganda di SMP

Charitas 02 Mojosari OKU Timur Palembang

No Gaya belajar Jumlah Siswa

1 Visual 46

2 Auditorial 1

3 Kinestetik 1

4 Tidak bisa Dibedakan 42

Tabel 6. Hasil Frekuensi Gaya Belajar Siswa SMA Bhakti

Karya Temanggung

No Gaya belajar Jumlah Siswa

1 Visual 39

2 Auditorial 2

3 Kinestetik 1

4 Tidak bisa Dibedakan 31

(69)

53

b. Analisis Data Hasil Wawancara Gaya Belajar Siswa

Dalam penelitian ini juga digunakan instrumen wawancara dengan siswa untuk melihat apakah ada kesesuaian antara hasil dari kuesioner pilihan ganda dengan hasil wawancara. Wawancara dilakukan setelah mengetahui hasil analisis kuesioner gaya belajar siswa pilihan ganda di SDS Pusat damai yang signifikan, maka diambil 3 siswa sebagai sampel untuk diwawancarai mengenai gaya belajarnya. Berikut ini merupakan hasil analisis wawancara dengan ke 3 siswa tersebut.

- Siswa 77:

Untuk memahami suatu materi dalam pelajaran IPA di kelas, siswa 77 ini dengan sering bertanya pada guru dan kadang-kadang mencatat. Jika belajar IPA di rumah lebih sering membaca buku. Siswa kurang mengerti belajar menggunakan gambar. Dalam pelajaran IPA, siswa lebih sering mencatat agar catatan tersebut dapat dibaca ulang dan diingat.

- Siswa 78:

(70)

54

di rumah ia hanya membaca yang penting-penting saja yang gurunya suruh.

- Siswa 109

Siswa ini senang belajar IPA, karena jika guru mengajar tidak tegang dan masih bisa praktek. Siswa ini belajar IPA nya dengan cara menyimak. Ketika guru menjelaskan di depan kelas, siswa ini kadang-kadang saja mencatatnya. Ia lebih mengingat penjelasan gurunya dibandingkan catatan miliknya. Walapun hanya sedikit yang ia ingat dari penjelasan gurunya, yang penting masih bisa mengingat. Siswa ini juga tidak bisa belajar jika suasana kelasnya ribut. Tidak suka belajar sambil mendengarkan musik.

(71)

55

Hasil kuesioner gaya belajar siswa dan wawancara terhadap 3 siswa didukung juga oleh hasil wawancara terhadap guru IPA masing-masing siswa. Untuk siswa 77 dan siswa 78 memiliki guru IPA yang sama yaitu guru B. Sedangkan siswa 109 guru IPAnya adalah guru A.

Dari hasil wawancara dengan guru A untuk siswa 109 terdapat kesamaan dengan hasil wawancara siswa 109 tersebut yang menunjukkan gaya belajar siswa tersebut adalah auditorial. Guru tersebut menjelaskan bahwa siswa ini selalu menyimak ketika dia menjelaskan materi di depan kelas yang dikarenakan dia duduk dibagian depan sehingga dapat fokus. Jika diberi catatan, sebagian besar siswanya mencatat.

(72)

56 2. Gaya Mengajar Guru

a. Analisis Data Hasil Observasi

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana gaya mengajar guru dalam pembelajaran IPA. Karena gaya mengajar guru melibatkan metode, media, urutan kegiatan dan alokasi waktu maka penulis akan meninjau gaya mengajar guru dari keempat aspek tersebut.

Gaya mengajar guru akan dilihat dari berbagai aktivitas yang terjadi di dalam kelas disaat pembelajaran IPA berlangsung. Kemudian segala aktivitas yang terjadi tersebut akan ditinjau dari sudut pandang siswa. Sehingga pada akhirnya gaya mengajar guru tersebut dapat digunakan untuk melihat apakah dalam mengajar guru mengajak siswa untuk belajar secara visual, auditorial atau kinestetik.

(73)

57

ke dalam ciri gaya belajar auditorial. Untuk aktivitas menulis, membaca, dan mengerjakan soal berarti guru melatih siswa untuk belajar dengan cara melihat yang termasuk ke dalam gaya belajar visual. Sedangkan untuk aktivitas melakukan percobaan atau praktek merupakan ciri dari gaya belajar kinestetik. Selain 5 aktivitas utama tersebut, peneliti juga menambahkan aktivitas komunikasi verbal yaitu seperti menegur siswa yang ribut, gurauan, cerita-cerita di luar materi pelajaran dan berupa nasehat-nasehat. Walaupun komunikasi verbal terdapat dalam kegiatan pembelajaran, komunikasi verbal tidak masuk ke dalam aktivitas utama yang digunakan untuk menentukan gaya mengajar guru.

Kemudian dari aktivitas-aktivitas yang ada tersebut, akan dilihat juga alokasi waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas tersebut. Dalam transkrip video, kegiatan pembelajaran IPA dikelas VB ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu kegiatan pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

Berikut ini adalah hasil pengelompokkan dari transkrip data observasi di kelas VB SDS Subsidi Pusat Damai sebanyak 4 kali pertemuan.

1. Pertemuan Pertama Hari Jumat, 5 April 2013

Pembukaan : Komunikasi verbal (1 menit 7 detik)

Inti :

(74)

58

2. Guru menjelaskan ( 5 menit 33 detik) 3. Guru menulis (6 detik)

4. Guru menjelaskan karya berteknologi sederhana. (5 menit 23 detik)

5. Komunikasi verbal (80 detik)

6. Menjelaskan cara pembuatan kaca pembesar dari bola lampu. (2 menit 21 detik)

7. Siswa membaca. (10 menit)

8. Guru mempraktekkan cara pembuatan kaca pembesar. (5 menit 34 detik)

9. Siswa melakukan percobaan. (6 menit 19 detik)

10.Guru dan siswa menarik kesimpulan dari percobaan kaca pembesar yang telah dilakukan. (2 menit 30 detik)

11.Siswa membaca. (1 menit 46 detik)

12.Menjelaskan cakram warna. (4 menit 56 detik) 13.Guru mempraktekkan cara pengguaan cakram

warna. (1 menit 48 detik)

14.Siswa melakukan percobaan cakram warna (5 menit 35 detik)

(75)

59

Media yang digunkan pada pertemuan pertama ini adalah papan tulis, buku paket, bola lampu bekas dan cakram warna. Dan metode yang digunakan adalah ceramah dan praktek

2. Pertemuan Kedua Hari Sabtu, 6 April 2013

Pembukaan : Salam pembuka. (20 detik) Inti :

1. Guru menulis. (21 detik)

2. Guru menjelaskan tentang bumi dan alam semesta. (3 menit 13 detik)

3. Komunikasi verbal. (47 detik)

4. Guru menjelaskan tentang lapisan atmosfer. (11 menit 11 detik)

5. siswa membaca. (4 menit 29 detik)

6. Guru menjelaskan tentang pencemaran lingkungan. (6 menit 2 detik)

7. Siswa membaca. (1 menit 29 detik) 8. Guru menjelaskan. (1 menit 26 detik) 9. Siswa membaca. (2 menit 9 detik)

10.Guru menjelaskan struktur lapisan bumi. (6 menit 34 detik)

11.Siswa mengerjakan soal. (21 menit 39 detik) 12.Siswa dan guru membahas hasil latihan soal. (4

(76)

60

13.Guru memberi nilai hasil pekerjaan siswa dan membagikannya. (5 menit 36 detik)

Penutup : Guru dan siswa menarik kesimpulan. (3 menit 53 detik)

Media yang digunakan pada pertemuan kedua ini adalah papan tulis dan buku paket. Dan metode yang digunakan adalah ceramah.

3. Pertemuan Ketiga Hari Senin, 15 April 2013

Pembukaan : Tidak terekam selama 2 menit. (fieldnotes) Inti :

1. Tidak terekam selama 15 menit. 2. Siswa membaca. (29 detik)

3. Guru menjelaskan tentang struktur bumi bagian luar. (1 menit 45 detik)

4. Komunikasi verbal. (23 detik) 5. Guru menjelaskan. (24 detik) 6. Siswa membaca. (48 detik)

7. Guru menjelaskan. (4 menit 37 detik) 8. Komunikasi verbal. (48 detik)

9. Siswa membaca. (1 menit 1 detik)

10.Guru menjelaskan tentang bebatuan. (2 menit 14 detik)

(77)

61

12.Guru menjelaskan tentang jenis-jenis batu. (4 menit 37 detik)

13.Siswa membaca. (1 menit 15 detik) 14.Guru menjelaskan. (16 detik) 15.Siswa membaca. (1 menit)

16.Guru menjelaskan tentang bebatuan dan proses pembentukan tanah.(7 menit 14 detik)

17.Guru menulis. (2 menit 28 detik) 18.Siswa mencatat.( 1 menit 33 detik) 19.Guru menulis. (12 detik)

20.Komunikasi verbal. (51 detik)

21.Guru menjelaskan tentang batuan beku dengan. (1 menit 34)

22.Komunikasi verbal. (1 menit 16 detik)

23.Guru menjelaskan tentang batuan beku. (63 detik)

24.Guru menulis di papan tulis. (23 detik)

25.Guru menjelaskan tentang magma, lava, kegunaan batuan. (6 menit 15 detik)

26.Siswa membaca tentang batuan beku. (5 detik) 27.Guru menjelaskan tentang batuan beku dan

sedimen. (1menit 9 detik)

(78)

62

29.Guru menjelaskan tabel 7.2 pada buku paket. (46 detik)

30.Komunikasi verbal. (5 menit 48 detik)

31.Guru penjelasan tentang jenis. (5 menit 48 detik)

32.Siswa membaca. (60 detik)

33.Siswa mengerjakan soal latihan. (3 menit 9 detik)

Penutup : -

Media yang digunakan pada pertemuan kedua ini adalah papan tulis dan buku paket. Dan metode yang digunakan adalah ceramah.

4. Pertemuan Keempat Hari Selasa, 16 April 2013

Pembukaan : Komunikasi verbal. (2 menit 33 detik) Inti :

1. Siswa dan guru bersama-sama membahas PR. (12 menit 11 detik)

2. Guru menjelaskan satu persatu batu yang di bawa oleh siswa. (4 detik 29 detik)

3. Komunikasi verbal. (3 menit 36 detik)

4. Guru menjelaskan jenis batu. (3 menit 11 detik) 5. Guru menulis. (1 menit 3 detik)

(79)

63

7. Guru menjelaskan tentang pelapukan. (5 menit 7 detik)

8. Komunikasi verbal. (1 menit 53 detik) 9. Siswa membaca. (2 menit 32 detik) 10.Komunikasi verbal. (2 menit 7 detik)

11.Guru menjelaskan tentang suhu. (2 menit 5 detik)

12.Siswa membaca. (2 menit 15 detik)

13.Guru menjelaskan tentang pelapukan kimia dan hujan asam. (6 menit 12 detik)

14.Komunikasi verbal. (22 detik) 15.Siswa membaca. (42 detik)

16.Guru menjelaskan pelapukan biologi. (4 menit 7 detik)

17.Guru memonten dan membagikan buku PR siswa. (4 menit 26 detik)

18.Siswa mengerjakan soal latihan. (9 menit 43 detik)

Penutup :-

Gambar

Tabel 1. Daftar Aspek Kuesioner Chek List..................................................
Tabel 1. Daftar Aspek Kuesioner Chek List
Tabel 2. Data Sebaran Sampel Siswa Kelas IV dan V SDS Pusat
Tabel 3. Daftar Hasil Analisis Kuesioner Pilihan Ganda
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir d, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai

Penempatan flash tank yang cukup memungkinkan adalah didalam feed water tank (umumnya menjadi satu dengan deaerator). Temperatur air didalam feedwater tank sangat penting,

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk dapat menghasilkan produk yang lebih berkualitas adalah dengan menerapkan sistem pengendalian kualitas yang sesuai,

Departemen Kesehatan Pedoman Penyelenggaraan Prosedur Rekam Medis5.

Dari data tersebut, diketahui bahwa data – data tersebut setelah diuji anava tidak berbeda bermakna sehingga dipilih salah satu dari data tersebut yaitu data yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kemandirian remaja di Kota Banda Aceh yang memiliki orangtua utuh dan orangtua tidak utuh serta perbandingan kemandirian di

Dalam menganalisis kedua pengaruh tersebut, peneliti melakukan analisa dengan menggunakan path analysis (analisis jalur) untuk menjelaskan tentang variabel-variabel dari kualitas

selaku koordinator skripsi Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata Semarang dan selaku dosen pembimbing I yang telah bersedia untuk membimbing,