• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) yang dilengkapi dengan media LKS di SMP Kanisius Bambanglipuro kelas IX tahun ajaran 2012/2013 pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) yang dilengkapi dengan media LKS di SMP Kanisius Bambanglipuro kelas IX tahun ajaran 2012/2013 pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung."

Copied!
281
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP

INVESTIGATION (GI) YANG DILENGKAPI DENGAN MEDIA LKS DI

SMP KANISIUS BAMBANGLIPURO KELAS IX TAHUN AJARAN

2012/2013 PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI

LENGKUNG

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh :

Febrianita Nora Indah Sari

081414025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILME PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur,

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

Bapak ibuku Tercinta, Bapak Rubiyana dan Ibu Endang

Adikku Valentinus Febry

Adhitya Rimantoko

Seluruh keluargaku

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana karya ilmiah.

Yogyakarta, 28 Februari 2013

Penulis

(6)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Febrianita Nora Indah Sari

NIM : 081414025

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) YANG DILENGKAPI DENGAN MEDIA LKS DI

SMP KANISIUS BAMBANGLIPURO KELAS IX TAHUN AJARAN

2012/2013 PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI

LENGKUNG”

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempubliksikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu permintaan ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 28 Februari 2013

Yang menyatakan

(7)

vii

ABSTRAK

Febrianita Nora Indah Sari. 2013. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Yang Dilengkapi Dengan Media LKS di SMP Kanisius Bambanglipuro Kelas IX Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung. Program Studi Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keaktifan dan hasil belajar matematika di SMP Kanisius Ganjuran dalam pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung dengan menggunakan media LKS dan model pembelajaran Group Investigation (GI).

Penelitian di lapangan dilakukan pada bulan Juli – Agustus 2012 dengan subyek penelitian adalah siswa kelas IX B SMP Kanisius Bambanglipuro. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Data yang digunakan adalah data keaktifan siswa dan hasil belajar siswa. Data keaktifan siswa didapat dari lembar observasi. Data keaktifan siswa diambil dengan menggunakan turus. Selanjutnya dihitung presentase keaktifan dalam diskussi kelompok dan presesntasi, berdasarkan presentase tersebut selanjutnya ditentukan kriteria keaktifan berdasarkan kategori Kartika Budi (2001:53). Data hasil belajar siswa diambil dari nilai tes hasil belajar yang kemudian dikoreksi dan dinilai berdasarkan pedoman penilaian. Selanjutnya nilai hasil belajar dibandingkan dengan nilai KKM di sekolah tersebut.

(8)

viii

ABSTRACT

Febrianita Nora Indah Sari. 2013. The Implementation of Cooperative Learning in Group Investigation Using LKS in the IX Grade Students of Kanisius Junior High School of the 2012/2013 Academic Year on The Curved Side Subject. Mathematic Education Study Program. Departement of Mathematic Education and Science. Faculty of Teachers Training Education. Sanata Dharma University.

The purpose of the study was to determine the level of the activeness and mathematics learning result at Kanisius Bambanglipuro Junior High School in the curved side subject using LKS and cooperative learning models investigation.

The research was held on July-August 2012. The participants were students of class IX B Kanisius Bambanglipuro Junior High School. Type of qualitative research is descriptive kualitatif and kuantitatif. The data were from students activeness data and students learning result. The students activeness obtained from the observation data. The data used stake. The students activeness data were analyzed by calculating the percentage of students activeness in discussion groups and presentations which were determined based on the percentage of the activeness by Kartika Budi (2001:53). The students learning result data derived from test scores then were corrected and assessed based on the guidelines result. Then the data were compared with the KKM score of that category. The level of the students activeness in the first and second presentage is low with presentage 83,33% in very high, high and enough and low category. However, in the second in very high, high and enough and low category. (2) the precentage of students who achieved KKM score (more than 65) was 43,33% with the average score of 5, 46 so the students learning results were low.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) YANG DILENGKAPI DENGAN MEDIA LKS DI SMP

KANISIUS BAMBANGLIPURO KELAS IX TAHUN AJARAN 2012/2013 PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG”.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Skripsi ini dapat tersusun atas bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Thomas Sugiarto, M.T selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, serta memberikan motivasi, nasehat, saran kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Andy Rudhito, S. Pd., selaku ketua Program Studi Pendidikan Matematika.

(10)

x

4. Ibu Antonita Suharyati,S.Pd., selaku guru mata pelajaran Matematika di SMP Kanisius Bambanglipuro yang telah memberikan bantuan dan bimbingan selama pelaksanaan penelitian.

5. Bapak, Ibu serta keluargaku atas segala dukungan baik secara moral maupun material.

6. Terima kasih kepada Adhitya Rimantoko atas doa dan dukungannya kepada penulis.

7. Terimakasih kepada Francisca Romana Mia Hiastuti, Cicilia Kurniawati yang telah menjadi observer pada saat penelitian.

8. Teman-teman kos dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak berperan dalam penulisan skripsi ini.

Penulis mengharapkan kritik dan saran demi untuk selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Penulis

(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

(12)

xii

(13)

xiii

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, DATA PENELITIAN DAN ANALISIS DATA PENELITIAN

A. Pelaksanaan penelitian ... 51

B. Analisis data ... 64

C. Pembahasan ... 96

D. Keterbatasan Penelitian ... 101

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 102

B. Saran ... 103

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Observasi Keaktifan Siswa Pada Saat Diskusi

Kelompok ... 39

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrument Observasi Keaktifan Siswa Pada Saat Presentasi 40 Tebel 3.3 Kisi-Kisi Soal Pada Tes Hasil Belajar ... 41

Tabel 3.4 Rubrik Penilaian Tes Hasil Belajar ... 41

Tabel 3.5 Kriteria Penafsiran Reliabilitas ... 47

Tabel 3.6 Kriteria Keaktifan Siswa ... 48

Tabel 3.7 Kriteria Keaktifan Secara Keseluruhan ... 49

Tabel 3.8 Kriteria Hasil Belajar Secara Keseluruhan ... 49

Tabel 4.1 Rincian Kegiatan Pembelajaran ... 52

Tabel 4.2 Analisis Untuk Perhitungan Validitas Butir Soal No 1 a ... 64

Tabel 4.3 Analisis Untuk Perhitungan Validitas Butir Soal No 1 b ... 66

Tabel 4.4 Analisis Untuk Perhitungan Validitas Butir Soal No 2 ... 67

Tabel 4.5 Analisis Untuk Perhitungan Validitas Butir Soal No 3 ... 68

Tabel 4.6 Analisis Untuk Perhitungan Validitas Butir Soal No 4 a ... 70

Tabel 4.7 Analisis Untuk Perhitungan Validitas Butir Soal No 4 b ... 71

Tabel 4.8 Analisis Untuk Perhitungan Validitas Butir Soal No 4 c ... 72

Tabel 4.9 Analisis Untuk Perhitungan Validitas Butir Soal No 4 d ... 74

Tabel 4.10 Analisis Untuk Perhitungan Validitas Butir Soal No 5 ... 75

Tabel 4.11 Analisis Untuk Perhitungan Validitas Butir Soal No 6 ... 76

(15)

xv

Tabel 4.13 Analisis Validitas Butir Soal Untuk Hasil Belajar ... 79

Tabel 4.14 Skor Total yang Dicapai Masing-Masing Siswa ... 80

Tabel 4.15 Jumlah Kuadrat Masing-Masing Butir Soal yang Diperoleh Siswa 81 Tabel 4.16 Analisis Reliabilitas Hasil Belajar Siswa ... 84

Tabel 4.17 Analisis Keaktifan Siswa Pada Saat Diskusi Kelompok Sesi I ... 85

Tabel 4.18 Analisis Keaktifan Siswa Pada Saat Diskusi Kelompok Sesi II .... 87

Tabel 4.19 Analisis Keaktifan Siswa Pada Saat Presentasi Sesi I ... 89

Tabel 4.20 Analisis Keaktifan Siswa Pada Saat Presentasi Sesi II ... 91

Tabel 4.21 Skor Yang Diperoleh Tiap Siswa ... 92

Tabel 4.22 Presentase Ketuntasan Individu ... 93

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tabung ... 25

Gambar 2.2 Jaring-Jaring Tabung ... 26

Gambar 2.3 Kerucut ... 27

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

Lampiran A.1 Daftar Nama Siswa Kelas IX B ... 108

Lampiran A.2 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran ... 109

Lampiran A.3 Lembar Kerja Siswa Tabung ... 156

Lampiran A.4 Lembar Kerja Siswa Kerucut ... 159

Lampiran A.5 Lembar Pengamatan Keaktifan pada Saat Diskusi Kelompok . 163

Lampiran A.6 Lembar Pengamatan Keaktiifan pada Saat Presentasi ... 166

LAMPIRAN B Lampiran B.1 Soal Tes Hasil Belajar ... 169

Lampiran B.2 Kunci Tes Hasil Belajar ... 174

LAMPIRAN C Lampiran C.1 Hasil Pekerjaan Siswa ... 182

Lampiran C.2 Tabel Perhitungan Validitas Tes hasil Belajar ... 190

Lampiran C.3 Validitas Tes Hasil Belajar ... 206

Lampiran C.4 Reliabilitas Tes Hasil Belajar ... 207

LAMPIRAN D Lampiran D.1 Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa pada Saat Diskusi Kelompok Sesi I ... 212

(18)

xviii

Lampiran D.3 Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa pada Saat Presentasi

Sesi I ... 223

Lampiran D.4 Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa pada Saat Presentasi Sesi II ... 227

LAMPIRAN E Lampiran E.1 Jawaban Lembar Kerja Siswa Tabung ... 232

Lampiran E.2 Jawaban Lembar Kerja Siswa Kerucut ... 239

Lampiran E.3 Jawaban Tes Hasil Belajar ... 248

Lampiran E.4 Dokumentasi Penelitian ... 256

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persoalan kualitas pendidikan sampai saat ini masih tetap menjadi masalah yang utama dalam usaha pembaharuan sistem pendidikan nasional. Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh dunia pendidikan tersebut, pemerintah sudah mengupayakan berbagai cara untuk mengatasi masalah tersebut. Mulai dari pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas pendidik, pembaharuan sarana dan pra sarana pendidikan, pengadaan buku pelajaran yang kiranya dapat menunjang proses pembelajaran. Keberhasilan dalam proses belajar mengajar dipengaruhi oleh tingkat minat dan ketertarikan siswa terhadap proses pembelajaran.

Berdasarkan pengalaman peneliti pada saat belajar, matematika adalah pelajaran yang tidak menyenangkan, sulit, monoton, dan membosankan. Bentuk pembelajarannya hanya seperti itu saja tidak ada perubahan. Berdasarkan pengalaman dari peneliti, faktor yang menyebabkan siswa merasa matematika adalah pelajaran yang kurang menyenangkan adalah karena siswa merasa kesulitan terhadap mata pelajaran tersebut.

(20)

2

memperoleh keberhasilan dalam proses belajar dan pembelajaran, guru harus bisa untuk memiliih metode dan media mana yang tepat digunakan di dalam suasana kelas.

SMP Kanisius Ganjuran adalah salah satu sekolah yang mempunyai input siswa yang memiliki prestasi belajar yang beraneka ragam. Dengan keanekaragaman prestasi inilah keaktifan siswa juga beraneka ragam. Setiap kelas di SMP ini mempunyai prestasi belajar yang heterogen. Dilihat dari daftar nilai dari siswa kelas X SMP Kanisius Ganjuran, bahwa nilai Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester mata pelajaran Matematika lebih rendah dibandingkan nilai mata pelajaran yang lainnya, seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPA, IPS. Berdasarkan wawancara terhadap salah satu siswa kelas X SMP Kanisius Ganjuran, siswa merasa kesulitan dalam menangkap dan memahami konsep matematika yang disampaikan oleh guru yang mengakibatkan hasil belajar siswa juga rendah.

Berdasarkan wawancara dengan salah satu guru di SMP tersebut siswa kesulitan pada soal-soal penerapan pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung. Pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung guru sudah menggunakan media yang berupa alat peraga, tetapi penggunaan media tersebut belum maksimal karena siswa tetap masih merasa kesulitan.

(21)

memang tidak terlibat aktif dan bisa dikatakan kurang mandiri dalam mengerjakan LKS dari guru. Faktor yang menjadi alasan masalah tersebut adalah karena memang di kelas siswa yang menonjol hanya beberapa siswa. Sehingga beberapa siswa menggantungkan tugasnya kepada siswa yang lain. Taraf keaktifan siswa terhadap proses pembelajaran juga kurang menyeluruh.

Perlu adanya metode yang dapat melibatkan siswa untuk mengikuti proses belajar dan pembelajaran secara menyeluruh, tidak hanya terpaku pada satu sisi saja. Salah satu metode pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran adalah metode kooperatif. Pada proses belajar dalam kelompok akan membantu siswa membangun dan menemukan sendiri pemahaman mereka terhadap pengetahuan dan materi pelajaran. Dengan mereka menemukan sendiri pengetahuan tersebut, dengan sendirinya pengetahuan itu akan tertanam di dalam pikiran mereka. Salah satu siswa di SMP tersebut lebih mendominasi kamampuannya untuk menghafalkan materi pembelajaran, khususnya mata pelajaran matematika dari pada memahami. Jadi apabila sudah berselang beberapa hari siswa tersebut akan mudah sekali lupa karena siswa tersebut hanya menghafal materi pembelajaran.

(22)

masalah-4

masalah yang ditemukan tersebut bersama temannya, terutama teman di dalam satu kelompok.

Dalam penelitian ini peneliti mencoba mengkaji penerapan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dalam proses pembelajaran. Peneliti mengkaji penerapan metode GI, karena GI merupakan metode pembelajaran yang melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. GI juga dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berpikir aktif. Dalam pembelajaran keterlibatan aktif siswa dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap pembelajaran.

(23)

luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru. Di sini guru hanya berperan sebagai fasilitator sehingga yang berperan aktif adalah siswa sendiri. Pada akhir pertemuan guru menyimpulkan hasil dari berbagai kelompok sebagai rangkuman dari pokok bahasan yang diangkat.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Yang Dilengkapi Dengan Media LKS di SMP Kanisius Bambanglipuro Kelas IX Tahun Ajaran 2012/2013 Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Seberapa tinggi keaktifan siswa SMP Kanisius Bambanglipuro pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung dengan menggunakan metode Pembelajaran Kooperatif Group Investigation?

2. Seberapa tinggi hasil belajar siswa SMP Kanisius Bambanglipuro pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung dengan menggunakan metode Pembelajaran Kooperatif Group Investigation?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikemukakan tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

(24)

6

pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung dengan menggunakan metode Pembelajaran Kooperatif Group Investigation 2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa SMP Kanisius Bambanglipuro

pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung dengan menggunakan metode Pembelajaran Kooperatif Group Investigation

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat bagi siswa

1) Dapat meningkatkan daya tarik siswa dalam pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung

2) Dapat meningkatkan hasil belajar siswa

3) Dapat meningkatkan kemampuan berdiskusi, berkomunikasi dan bermusyawarah

b. Manfaat bagi guru :

1) Dapat meningkatkan kreativitas serta strategi belajar mengajar guru agar menjadi guru yang profesional.

2) Dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk bertatap muka dan mengemukakan pendapatnya secara bebas, dengan tidak mengabaikan aturan-aturan diskusi.

3) Dapat mempermudah guru dalam melibatkan keaktifan siswa dalam proses belajar.

E. Batasan Istilah

(25)

Dilengkapi Dengan Media LKS di SMP Kanisius Bambanglipuro Kelas IX Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung”, maka penulis perlu memberikan batasan istilah tentang :

1. Penerapan

Menurut W.J.S. Poerwadarminto dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan sebagai pemasangan, pengenaan, perihal mempraktekkan.

2. Pembelajaran Kooperatif Group Investigation

Group Investigation merupakan salah satu bentuk model pembelajaran

kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia.

3. Media

Media berasal dari bahasa Latin „medium‟ (antara) yang berarti adalah berbagai jenis komponen yang dapat membawa informasi antara sumber dan penerima yang bertujuan untuk memudahkan komunikasi dan belajar (Smaldino, dkk, 2011)

4. Keaktifan

(26)

8

Hasil adalah sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dst) oleh usaha (Poerwadarminto, 1985). Belajar adalah usaha melatih daya berpikir, mengingat perasaan, mengenal agar berkembang sehingga kita dapat berpikir, mengingat dan sebagainya (Hamalik, 1983:23).

Jadi hasil belajar matematika adalah hasil yang dicapai siswa dalam melatih berpikir dan mengingat dalam mata pelajaran matematika atau hasil yang telah dicapai setelah melakukan kegiatan belajar matematika.

(27)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori-teori Belajar

Dalam kegiatan belajar mengajar, proses belajar memegang peran yang sangat penting. Kegiatan mengajar hanya bermakna apabila terjadi kegiatan belajar siswa. Oleh karena itu, penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik–baiknya tentang proses belajar siswa agar dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa-siswa.

Ada yang berpendapat bahwa belajar merupakan suatu kegiatan menghafal sejumlah fakta-fakta. Guru yang berpendapat demikian akan merasa puas jika siswa-siswanya telah sanggup menghafal sejumlah fakta di luar kepala. Pendapat lain mengatakan bahwa belajar adalah sama saja dengan latihan sehingga hasil belajar akan nampak dalam keterampilan-keterampilan tertentu. Pandangan seseorang tentang belajar akan mempengaruhi tindakan-tindakannya yang berhubungan dengan belajar dan setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda tentang belajar. Banyak jenis kegiatan oleh banyak orang dinamakan belajar.

(28)

10

Menurut Thorndike (dalam Esti, 2006), belajar didefinisikan sebagai pembentukan hubungan atau koneksi antara stimulus dan respon dalam penyelesaian masalah (problem solving) yang dapat dilakukan dengan cara trial and error (coba-coba). Menurut Cronbach (dalam Sardiman 1986:20)

belajar adalah perubahan tingkah taku atau perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Dikemukakan oleh Hilgard (dalam Sukmadinata, 2009) belajar adalah suatu proses di mana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respon terhadap situasi. Belajar bukan hanya sebuah pengalaman, tetapi belajar adalah suatu proses bukan merupakan sebuah hasil. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan di dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Apabila diperhatikan dari beberapa uraian di atas sebagian besar definisi belajar sebagian besar menekankan pada segi perilaku. Dari beberapa batasan belajar yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu dengan cara trial and eror untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dan memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

(29)

juga belajar dari bentuk-bentuk pengalaman yang menyentuh perassaan mereka (Hamzah dan Nurdin,2011)

Setiap individu memang tidak sama, masing-masing individu memang berbeda. Kemampuan belajar pun juga berbeda. Usaha dan keberhasilan belajar diperngaruhi oleh beberapa faktor. Dalam keadaan di mana siswa tidak dapat belajar secara semestinya itulah siswa mempunyai kesulitan belajar. Kesulitan belajar tidak hanya dipengaruhi oleh faktor intelegensi saja, tetapi juga disebabkan oleh faktor non-intelegensi. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyanto (1991:76), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah :

1. Faktor Intern (faktor dari dalam diri manusia itu sendiri) yang meliputi : a. Faktor Fisiologis :

Siswa yang sedang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar dibandingan dengan siswa yang sehat. Sebab siswa itu akan mengantuk, capek, sehingga daya konsentrasi belajar siswa menjadi terganggu.

(30)

12

b. Faktor psikologis :

Belajar juga memerlukan kesiapan psikologis, ketenangan dengan baik. Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah :

1) Intelegensi atau kecerdasan:

Kecerdasan mempunyai peranan penting yang sangat besar dalam proses keberhasilan seseorang dalam belajar sesuatu. Orang cerdas akan cepat menguasai pelajaran dibanding dengan orang yang kurang cerdas, meskipun fasilitas dan waktu yang digunakan untuk mempelajari materi sama.

2) Bakat :

(31)

3) Minat :

Tidak adanya minat seseorang siswa terhadap pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Ada tidaknya minat terhadap sesuatu pelajaran dapat dilihat dari cara anak mengikuti pelajaran, memperhatikan atau tidaknya dalam pelajaran.

4) Motivasi :

Motivasi berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Seseorang yang besar motivasinya akan lebih giat untuk berusaha, tampak gigih, dan tak mau menyerah. Tetapi seseorang yang mempunyai motivasi yang rendah ataupun seseorang yang tidak mempunyai motivasi tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu kelas.

5) Faktor kesehatan mental :

Dalam belajar tidak hanya menyangkut segi kecerdasan saja, tetapi juga menyangkut segi emosional. Kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan hasil belajar yang baik. Seseorang yang mempunyai emosional mental yang kurang sehat dapat merugikan belajarnya.

6) Kemampuan kognitif

(32)

14

yang tinggi akan memungkinkan seseorang dapat belajar lebih baik dari pada siswa yang memiliki kemampuan penalaran sedang.

2. Faktor Ekstern : 1) Faktor orang tua:

Orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anak-anaknya, acuh tak acuh, tidak memperhatikan perkembangan kemajuan belajar anak-anaknya, akan menjadi penyebab kesulitan belajar bagi anaknya. Orang tua yang kejam, otoriter, akan menimbulkan mental yang tidak sehat bagi anak. Sehingga anak menjadi tidak betah dirumah dan mencari teman sebaya untuk bermain, dengan begitu anak akan lupa belajar. Sebaliknya jika orang tua terlalu memanjakan anak, akibatnya anak tidak mempunyai kemampuan dan kemauan, sehingga menggantungkan semuanya kepada orang tuasnya, malas mengerjakan tugas-tugas yang mengakibatkan nilai belajarnya menurun.

B. Pembelajaran Kooperatif

(33)

Jadi, model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut : 1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

2. Menyajikan informasi

3. Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok belajar 4. Membimbing kelompok belajar dan bekerja 5. Evaluasi

6. Memberi penghargaan

Metode pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tipe yang berbeda-beda. Tipe metode pembelajaran kooperatif tersebut antara lain (Suyatno, 2009:52):

1. Tipe STAD (Student Teams Achievement Division)

Tipe STAD adalah metode pembelajaran kooperatif untuk pengelompokan kemampuan heterogen yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota. Keanggotaan yang heterogen tersebut berdasakan tingka prestasi, jenis kelamin.

(34)

16

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut :

a) Mengarahkan siswa untuk bergabung ke dalam kelompok

b) Membuat kelompok yang heterogen, di mana satu kelompok terdiri dari 4-5 siswa

c) Mendiskusikan bahan belajar secara kolabratif

d) Mempresentasikan hasil kerja kelompok sehingga akan terjadi diskusi kelas

e) Mengadakan kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok

f) Mengumumkan rekor tim dan individual g) Memberikan penghargaan

2. Tipe NHT (Numbered Head Together)

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah sebagai berikut :

a) Mengarahkan

b) Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu

(35)

d) Mempresentasikan hasil kerja kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai dengan tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi di dalam kelas

e) Mengadakan kuis individual dan membuat skor perkembangan tiap siswa

f) Mengumumkan hasil kuis dan memberikan penghargaan 3. Tipe Jigsaw

Tipe Jigsaw merupakan bentuk pembelajaran kooperatif yang mempunyai sintak sebagai berikut : pengarahan, informasi bahan ajar, kelompok heterogen, memberikan bahan ajar yang terdiri dari beberapa bagian yang sesuai dengan banyak siswa di tiap kelompok. Buat kelompok ahli yang diambil dari kelompok asal yang juga sesuai bahan ajar yang sama, sehingga dalam kelompok tersebut terjadi sebuah diskusi.

Metode pembelajaran kooperatif ini siswa ditempatkan ke dalam sebuah tim, di mana tim tersebut terdiri dari 6 orang untuk mempelajari bahan ajar yang sudah dipecah sesuai jumlah anggota tim. Sehingga setiap anggota tim mendapatkan bahan ajar yang berbeda-beda untuk dipelajari. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif tipe ini adalah :

a) Dibentuk sebuah tim yang terdiri dari 5-6 orang setiap tim yang disebut kelompok asal

b) Kelompok asal tersebut dibagi lagi menjadi kelompok ahli

(36)

18

d) Kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk bertukar informasi dengan kelompok asal

4. TGT (Teams Games Tournament)

Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) ini masih berkaitan dengan STAD, di mana siswa memainkan permainan dengan anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka. Penerapan metode ini adalah dengan cara mengelompokkan siswa yang heterogen, tugas yang diberikan untuk tiap kelompok bisa sama bisa juga berbeda. Setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual maupun kerja sama dalam diskusi. Usahakan agar setiap kelompok dapat kompak dan tumbuh rasa kompetisi antar kelompok yang satu dengan yang lainnya, sehingga suasana diskusi menjadi nyaman dan menyenangkan. Hal itu dapat terjadi juka guru bersikap terbuka, ramah, lembut, santun. Setelah siswa selesai dalam diskusi kelompok, maka akan dilaksanakan diskusi kelas.

5. TAI (Team Assisted Individualy)

Pengertian secara umum mengenai model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualy (TAI) adalah bantuan individual dalam

(37)

membedakan STAD dengan TAI adalah pelaksanaan langkah pengajaran di kelas. Dalam STAD pengajaran di kelas menggunakan satu langkah saja, tetapi untuk TAI menggabungkan antara pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individu.

6. PBI (Problem Based Instruction)

Problem Based Instruction (PBI) memberikan kesempatan kepada siswa

untuk mempelajari teori melalui praktik. PBI adalah suatu metode pembelajaran kooperatif yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah dapat digunakan sebagai awal untuk mendapatkan pengetahuan baru. Sehingga masalah yang ada dapat digunakan sebagai sarana siswa untuk belajar sesuatu. PBI merupakan proses pembelajaran di mana awalnya pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata kemudian dari masalah ini dirangsang untuk mempelajari masalah yang ada berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka dapatkan sebelumnya sehingga dari situ akan dibentuk dan diperoleh pengalaman baru.

(38)

20

7. Model Group Investigation (GI)

Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) adalah dengan sintak : pengarahan, membuat kelompok yang beranggotakan heterogen dengan orientasi tugas, merencanakan pelaksanaan investigasi, tiap kelompok diajak untuk menginvestigasi proyek tertentu, pengolahan data penyajian data hasil investigasi, diadakan presentasi, kuis individual, membuat skor tentang perkembangan siswa, mengumumkan hasil kuis dan memberikan penghargaan. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model GI dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

Dalam metode GI terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian atau inquiri, pengetahuan atau knowledge, dan dinamika kelompok atau the

dynamic of the learning group.

Secara ringkas dapar dipaparkan mengenai sintak pembelajaran kooperatif model GI, yaitu :

a) Pemilihan topik

b)Perencanaan kooperatif c) Implementasi

(39)

e) Presentasi hasil final f) Evaluasi

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penerapan metode Group Investigation, (Sugiyanto,2010), adalah sebagai berikut:

a) Seleksi Topik

Para siswa memilih berbagai topik dalam suatu bahan ajar. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Anggota tiap kelompok heterogen, baik dalam jenis kelamin, kemampuan akademik.

b) Merencanakan Kerjasama

Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar, tugas dan tujuan umum yang berhubungan dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih.

c) Implementasi

(40)

22

d) Analisis dan Sintesis

Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh, dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.

e) Penyajian Hasil Akhir

Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu tujuan pembelajaran mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinasi oleh guru, pelaksanaan ini juga dipandu oleh guru.

f) Evaluasi

Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.

Dapat diketahui bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode GI merupakan pembelajaran kooperatif yang melibatkan kelompok kecil di mana siswa bekerja menggunakan inquiri kooperatif, perencanaan, proyek, diskusi kelompok, presentasi di depan kelas.

C. Keaktifan

Keaktifan belajar siswa merupakan unsur yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran.

(41)

1. Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental, dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus terkait (Sardiman:100).

2. Menurut Rohani (2004 : 6-7), belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik adalah siswa giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain atau bekerja, ia tidak hanya duduk, hanya mendengarkan dan bertindak pasif. Siswa yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran. Saat siswa aktif jasmaninya dengan sedirinya akan aktif jiwanya, dan juga sebaliknya, keduanya merupakan suatu kesatuan.

3. Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar adalah untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam kegiatan pembelajaran.

4. Belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual, dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Nana, 2009)

D. Hasil Belajar

(42)

24

berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, kecakapan, kemampuan, sikap, dan nilai.

Bloom (dalam Hartini Nara dan Eveline Siregar, 2011:8) menggolongkan perilaku dalam kawasan kognitif, afektif, psikomotorik. Kawasan kognitif merupakan kawasan yang berhubungan dengan proses berpikir atau berperilaku yang termasuk hasil kerja otak, terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi atau penerapan, analisa, sintesa, dan evaluasi. Kawasan afektif mencakup sikap, nilai perasaan dan minat. Perilaku ini dimunculkan oleh seseorang sebagai pertanda kecenderungannya untuk membuat keputusan atau pilihan untuk beraksi di dalam lingkungan tertentu. Kawasan psikomotorik mencakup kemampuan gerak dan motorik, perilaku ini dimunculkan oleh hasil kerja fungsi tubuh manusia. Dalam proses belajar mengajar di sekolah saat ini, kemampuan kognitif lebih dominan dibandingkan kemampuan afektif dan psikomotorik. Walaupun demikian tidak berarti kemampuan afektif dan psikomotorik diabaikan sehingga tidak perlu diadakan penilaian.

(43)

Penilaian hasil belajar biasanya dilakukan dalam bentuk yang bermacam-macam, misalnya tes lisan atau akhir pengajaran guru menilai keberhasilan pengarajaran (tes formatif), tes yang dilakukan pada akhir program seperti tes akhir semester. Tes merupakan salah satu cara untuk menafsirkan besarnya kemampuan manusia secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadapsejumlah stimulus atau pertanyaan (Djemari, 2009:67). Tes tersebut bisa berbentuk tes lisan maupuntes tertulis baik jenis tes esai ataupun tes objektif.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa suatu proses pembelajaran pada akhirnya akan menghasilkan kemampuan yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Di mana ketiga kemampuan ini akan diperoleh melalui suatu proses pembelajaran dalam arti bahwa kemampuan sebagai konsekuensi pembelajaran indikator untuk mengetahui hasil belajar, yang akan dicapai di dalam tugas-tugas, tugas rumah, tes akhir semester.

E. Materi

Materi yang akan disampaikan kepada siswa adalah (Wahyudin, dkk; 2008:33-38) :

1. Tabung

Gambar 2.1 Tabung

Bangun tersebut dibatasi oleh dua sisi yang sejajar dan kongruen berbentuk lingkaran (ditunjukkan oleh daerah yang diarsir) serta sisi

(44)

26

lengkung (daerah yang tidak diarsir). Bangun ruang seperti ini dinamakan tabung.

i. Luas Permukaan Tabung

Daerah yang membatasi bangun ruang tabung yang berbentuk persegi panjang dan 2 buah lingkaran, dengan ukuran sebagai berikut :

Panjang = keliling alas tabung = 2 πr Lebar = tinggi tabung = t

Gambar 2. 2 Jaring-jaring tabung

Sehingga luas selimut tabung = panjang x lebar = 2 x π x r x t

= 2 πrt

Luas permukaan tabung sama dengan luas jarring-jaringnya, yaitu : L = luas selimut tabung + 2 x luas alas

Dengan demikian luas permukaan tabung adalah L = 2πrt + 2πr2

= 2π r ( t + r)

r

T1

r

(45)

2. Kerucut

Bangun kerucut adalah bangun yang dibatasi oleh sebuah sisi alas berbentuk lingkaran dan sebuah sisi lengkung yang memiliki jaring-jaring berbentuk luas juring.

Gambar 2.3 kerucut

i. Luas Permukaan Kerucut

Daerah yang membatasi bangun ruang kerucut, yang jaring-jaring kerucut adalah sebagai berikut :

Gambar 2.4 Jaring-jaring kerucut

Luas permukaan kerucut dapat ditemukan dengan menggunakan perbandingan:

Panjang busur AA’ = keliling alas kerucut = 2πr. s

T

(46)

28

r = jari-jari lingkaran alas

Keliling lingkaran yang berjari-jari s adalah 2 πs.

s = jari-jari lingkaran

Luas lingkaran yang berjari-jari s adalah .

Oleh karena

Dari uraian di atas maka didapatkan :

luas juring TAA’ =

Luas juring TAA’ = luas selimut kerucut, maka luas selimut

kerucut adalah πrs.

Dengan demikian, luas permukaan kerucut adalah

L = luas selimut kerucut + luas alas kerucut

L = πrs +πr2 = πr(s + r)

Jadi, rumus luas permukaan kerucut adalah

F. Lembar Kerja Siswa

Lembar Kerja Siswa (LKS) ini dibuat agar siswa aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Setiap pertemuan akan dibagikan LKS kepada masing-masing kelompok untuk nantinya didiskusikan bersama anggota kelompok yang telah ditentukan. LKS ini menuntun siswa untuk berlatih mandiri dalam menemukan rumus luas permukaan tabung dan kerucut. Di LKS 1 siswa

(47)

diharapkan mampu menemukan sendiri rumus luas permukaan tabung dan juga disertai latihan soal. Sama halnya dengan LKS 2, di LKS 2 siswa diharapkan bisa menemukan sendiri luas permukaan kerucut disertai dengan latihan soal. Di mana latihan soal yang terdapat di dalam kedua LKS nantinya akan dipresentasikan setiap akhir sesi 1 dan akhir sesi 2.

Berikut merupakan LKS 1 dan LKS 2 :

1. Lembar Kerja Siswa 1

LEMBAR KERJA SISWA

(LKS)

Kompetensi dasar : Menghitung luas selimut dan volume tabung, kerucut dan bola Indikator : Menghitung luas selimut tabung, kerucut, dan bola.

Tujuan : 1. Siswa dapat mencari dan menemukan secara mandiri rumus luas permukaan tabung

2. Siswa dapat menentukan luas permukaan tabung.

3. Siswa dapat menggunakan rumus luas permukaan kerucut untuk menentukan unsur-unsur tabung yang lain.

(48)

30

Perhatikan gambar tabung dan jaring-jaring tabung di atas!

Berdasarkan gambar 1.2, terdiri dari berapa bagiankah bangun ruang tabung?

Luas permukaan tabung = luas selimut tabung + luas alas + luas atap

= ……… + ………..+ ……….

= ……….

Jadi, luas permukaan tabung adalah

L permukaan = ………….

SOAL LATIHAN!

1. Diberikan sebuah tabung dengan jari-jari 20 cm dan tinggi 40 cm, tentukan :

a. Luas alas tabung

b. Luas selimut tabung

c. Luas permukaan tabung jika tutupnya dibuka

2. Diketahui luas permukaan sebuah tabung 10. 205 cm2, dan jari-jari-jari tabung

25 cm. hitunglah tinggi tabung!

2. Lembar Kerja Siswa 2

LEMBAR KERJA SISWA (LKS)

Kompetensi dasar : Menghitung luas selimut dan volume tabung, kerucut dan bola

(49)

Tujuan : 1. Siswa dapat mencari dan menemukan secara mandiri rumus luas permukaan kerucut

2. Siswa dapat menentukan luas permukaan kerucut

3. Siswa dapat menggunakan rumus luas permukaan kerucut untuk menentukan unsur-unsur kerucut yang lain.

Gambar 1. 1

Gambar 1.2

1. Perhatikan gambar kerucut dan jaring-jaring kerucut di atas!

2. Berdasarkan gambar 1.2, terdapat berapa bagiankah jaring-jaring tabung tersebut?

3. Masih ingatkah kalian tentang panjang busur? Luas juring? Perbandingan panjang busur terhadap lingkaran? Perbandingan luas juring terhadap lingkaran?

4. Ingat materi itu untuk menemukan luas permukaan kerucut! s

T

(50)

32

Luas permukaan kerucut = luas selimut + luas alas

= ……….. + ……….. = ………

SOAL LATIHAN!

1. Sebuah kerucut berdiameter 12 cm. Jika tingginya 8 cm dan π = 3,14,

hitunglah:

a. Luas selimutnya;

b. Luas alasnya;

c. Luas permukaan kerucut.

2. Ukuran garis pelukis kerucut lebih panjang 15 cm dari pada panjang jari-jari

alasnya. Jika luas selimut kerucut adalah 2. 198 cm2 dan = 3, 14, hitunglah :

a. panjang jari-jari dan panjang garis pelukis kerucut b. luas permukaan kerucut

G. Kerangka Berpikir

(51)

Pendapat tentang matematika sebagai pelajaran yang sulit ditandai dengan kurangnya hasil belajar siswa dengan minimnya rata-rata hasil belajar siswa. Selain itu aktivitas siswa dalam kelompok juga masih kurang. Dalam analisa peneliti, hal ini disebabkan penggunaan model pembelajaran yang kurang dalam melibatkan keaktifan siswa dengan lingkungan sekitarnya.

Peneliti menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI). Dalam metode ini siswa dilibatkan langsung sejak

(52)

34

BAB III

METODE PENELITIAN

Di dalam bab ini akan dipaparkan metode penelitian yang digunakan untuk menjawab pertanyaan di dalam rumusan masalah yang mencakup jenis penelitian, subjek penelitian, waktu dan tempat penelitian, instrumen penelitian dan metode pengumpulan data.

A. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Peneliti mendeskripsikan segala bentuk kejadian dan segala fenomena yang dialami subjek penelitian. Sedangkan data yang menunjukkan angka-angka akan dianalisis secara kuantitatif.

B. Subjek Penelitian

1. Siswa kelas IX SMP Kanisius Bambanglipuro tahun ajaran 2012/2013. Siswa di sekolah ini memiliki tingkat intelegensi yang berbeda-beda, latar belakang budaya pun juga berbeda-beda. Tidak semua siswa di sekolah ini berasal dari kota Bantul saja. Beberapa siswa berasal dari luar kota Yogyakarta. Karakteristik dari masing-masing siswa juga beraneka ragam, karena berasal dari latar belakang yang berbeda-beda.

(53)

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Kanisius Bambanglipuro pada bulan Juli – Agustus 2012

D. Variabel Penelitian

Agar mampu menjawab permasalahan dalam penelitian ini, ada beberapa variabel yang ingin diteliti yaitu :

1. Variabel bebas :

Penerapan pembelajaran kooperatif Group Investigation 2. Variabel terikat :

a) Keaktifan siswa dalam pembelajaran

b) Hasil belajar siswa, khususnya kemampuan menyelesaikan soal pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung

E. Desain Penelitian

Pada penelitian ini langkah-langkah yang akan dilakukan secara umum oleh peneliti adalah:

1. Pemilihan materi, pemilihan materi yang dapat dikaitkan dengan metode investigasi dan pemakaian lembar kerja siswa.

2. Mempersiapkan perencanaan pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran.

(54)

36

5. Pengolahan data.

F. Metode Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber datanya adalah siswa IX SMP Kanisius Bambanglipuro.

2. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif yang terdiri dari:

a. Hasil keaktifan siswa b. Hasil belajar siswa 3. Cara Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan 2 macam data, yaitu :

a. Data mengenai keaktifan siswa dikumpulkan melalui: i. Observasi

Obsevasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Nana, 2012). Pengamatan tersebut berkenaan dengan cara guru mengajar, suasana kelas, kepala sekolah yang sedang memberikan pengarahan. Data keaktifan siswa dikumpulkan melalui observasi.

(55)

kelas yang dijadikan subjek penelitian untuk mendapatkan gambaran secara langsung. Keaktifan siswa dapat dilihat dari keaktifan bertanya atau menjawab pertanyaan dalam diskusi dan presentasi.

b. Data mengenai hasil belajar siswa dikumpulkan melalui : i. Post-test

Tes merupakan sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban, atau sejumlah pertanyaan yang membutuhkan tanggapan, dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap asspek tertentu dari orang byang dikenai tes (Djemari, 2008). Post test adalah evaluasi akhir pada saat materi ajar itu telah diberikan (Fikri, 2009).

Bentuk tes berupa uraian karena dapat melihat kemampuan siswa dalam mengerjakan soal yang diberikan dengan melihat langkah-langkah pengerjaan dari soal.

G. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Pembelajaran

(56)

38

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksaan Pembelajaran digunakan oleh peneliti sebagai pedoman untuk mengajar pada saat proses pembelajaran berlangsung. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh peneliti disesuaikan dengan proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Group Investigation, yaitu dengan penemuan. Di dalam RPP terdapat kegiatan pembelajaran di mana siswa dibimbing dan dituntut untuk melakukan sebuah penemuan.

b. Lembar Kerja Siswa

Dalam pembelajaran yang dilaksanakan oleh peneliti, siswa mengerjakan LKS yang secara berkelompok. Dari jawaban siswa dapat diketahui pola berpikir siswa untuk menyelesaikan soal yang diberikan, dan peneliti juga dapat mengetahui seberapa tinggi siswa dapat memahami soal yang diberikan. Soal yang terdapat di dalam LKS menuntut agar siswa dalam setiap kelompok

dapat terlibat aktif dengan memberikan ide yang mereka miliki dan mengajarkan untuk belajar mandiri, karena LKS ini siswa dibimbing untuk melakukan sebuah penemuan, lebih khususnya penemuan rumus luas permukaan tabung dan luas permukaan kerucut.

2. Instrumen Pengumpulan Data

(57)

data dalam penelitian ini berupa lembar observasi, dan tes hasil belajar (post-test).

1. Lembar Observasi

Lembar observasi memuat aspek-aspek perilaku siswa pada setiap kegiatan pembelajaran berdasarkan komponen dalam metode pembelajaran tipe Group Investigation (GI) pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung.

Lembar observasi dibagi menjadi lembar observasi untuk diskusi kelompok dan presentasi.

Aspek-aspek perilaku siswa yang merupakan keaktifan dalam diskusi kelompok dapat dilihat dari tabel instrument observasi berikut ini :

Tabel 3. 1 Kisi-kisi Instrumen Observasi Keaktifan Siswa pada Saat

Siswa berdiskusi dengan teman satu kelompoknya untuk menyelesaikan LKS

2.1

Siswa bertanya kepada teman satu kelompoknya akan hal yang belum dipahami dalam mengerjaka LKS

2.2

Siswa mau memberikan penjelasan ketika ada teman satu kelompoknya yang belum memahami materi dalam LKS

2.3

Siswa mengerjakan apa yang diperintahkan di dalam LKS

(58)

40

No

. Aspek Keaktifan Indikator No. soal

Siswa menggunakan alat-alat yang dibutuhkan untuk menyelesaikan LKS

Siswa mencari informasi yang dibutuhkan untuk menyelsaikan LKS

2.1

Siswa bekerja sama dalam penyelidikan yang dilakukan oleh kelompok

2.2

Siswa mempersiapkan presentasi 2.3

Siswa mengumpulkan LKS 2.4

Aspek-aspek perilaku siswa yang merupakan keaktifan dalam diskusi kelompok dapat dilihat dari tabel instrument observasi berikut ini :

Tabel 3. 2 Kisi-kisi Instrumen Observasi Keaktifan Siswa pada Saat Presentasi

No. Aspek Keaktifan Indikator No. soal

1 Sikap dan

tanggapan siswa dalam presentasi

Siswa mengajukan pertanyaan kepada kelompok lain yang sedang melakukan presentasi.

1.1

Siswa mampu mengemukakan pendapat untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain.

1.2

Siswa memperhatikan penjelasan siswa lain yang menjawab pertanyaan atau sedang menjawab pertanyaan.

1.3

Siswa memberikan kesempatan kepada teman satu kelompok untuk mengemukakan pendapat.

(59)

2. Instrumen Tes

Pada penelitian ini instrumen yang digunakan salah satunya adalah instrumen tes. Tes yang diadakan setiap akhir sesi ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa selama proses pembelajaran pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung dengan menggunakan model pembelajaran tipe Group Investigation (GI).

Soal uraian pada tes menggunakan kisi-kisi soal sebagai berikut :

Tabel 3. 3 : Kisi-Kisi Soal Pada Tes Hasil Belajar

Standar Kompetensi : 2. Memahami sifat-sifat tabung, kerucut dan bola, serta menentukan ukurannya

Kompetensi Dasar Materi Indikator Tingkat

Taksonomi

1. Menghitung luas selimut tabung 3. Mengitung luas selimut

kerucut

Tabel 3.4 Rubrik Penilaian Tes Hasil Belajar

No.

soal Penilaian Skor

Skor

Total

(60)

42

No.

soal Penilaian Skor

Skor

Total

Siswa hanya mensubtitusi unsur yang diketahui ke dalam rumus

perhitungan tidak selesai. 3

Siswa menyesaikan soal yang hasil yang didapatkan benar. 5

1 b. Siswa hanya mensubtitusi unsur yang diketahui ke dalam rumus

perhitungan tidak selesai. 3 5

Siswa menyesaikan soal yang hasil yang didapatkan benar. 5

2. Siswa hanya menuliskan rumus. 1

10 Siswa hanya mensubtitusi unsur-unsur tabung yang terdapat pada

soal. 2

Siswa mengerjakan dan terdapat perhitungan. 5

Siswa melakukan perhitungan (yang masih berhubungan dengan

soal) tetapi tidak mendapatkan hasil. 8

Siswa mensubtitusi unsur-unsur tabung ke dalam rumus dan

menghitungnya sampai menemukan tinggi. 10

3. Siswa hanya menuliskan rumus 1

10 Siswa hanya mensubtitusi unsur-unsur kerucut yang telah

diketahui di soal. 2

Siswa melakukan perhitungan untuk menemukan garis pelukis (s). 6

Siswa mengerjakan, melakukan perhitungan sampai menemukan

garis pelukis (s). 8

Siswa menemukan garis pelukis (s) dan dapat mencari tinggi

(sesuai yang ditanyakan) dengan menggunakan phytagoras. 10

4 a. Siswa melakukan perhitungan, tidak menemukan panjang garis

pelukis (sesuai yang ditanyakan) 1

4 Siswa melakukan perhitungan tetapi hasil penjumlahan salah. 2

Siswa melakukan perhitungan, menggunakan phytagoras dan

menemukan panjang garis pelukis sesuai yang ditanyakan. 4

4.b Siswa hanya menuliskan rumus luas selimut kerucut. 1

4 Siswa hanya mensubtitusi unsur kerucut yang telah diketahui di

soal ke dalam rumus luas selimut kerucut. 2

(61)

No.

soal Penilaian Skor

Skor

Total

Siswa menuliskan rumus, mensubstitusi unsur ke dalam rumus dan

menghitungnya sampai menemukan luas selimut kerucut. 4

4 c. Siswa hanya menuliskan rumus luas alas kerucut. 1

4 Siswa hanya mensubtitusi unsur kerucut yang telah diketahui di

soal ke dalam rumus luas alas kerucut. 2

Siswa menyelesaikan soal hingga menemukan luas alas kerucut. 4

4 d. Siswa hanya menuliskan rumus luas permukaan kerucut. 1

4 Siswa langsung menuliskan jawaban tanpa melalui perhitungan

rumus. 1

Siswa hanya mensubstitusi apa yang diketahui ke dalam rumus

luas permukaan kerucut. 2

Siswa menuliskan rumus dan melakukan perhitungan untuk

mencari luas permukaan kerucut tetapi belum menemukan hasil

atau salah.

3

Siswa menemukan menghitung dan menemukan hasil dari luas

permukaan kerucut. 4

5. Kerucut:

Siswa menuliskan luas permukaan kerucut 0

10 Siswa hanya menuliskan rumus luas selimut kerucut 1

Siswa terlebih dahulu mencari garis pelukis (s) 2

Siswa menghitung luas selimut kerucut tetapi belum menemukan

hasil dari luas selimut kerucut 3

Siswa menghitung luas selimut tabung hingga mendapatkan hasil

luas selimut kerucut. 4

Tabung:

Siswa menuliskan luas permukaan tabung 0

Siswa hanya menuliskan rumus luas permukaan tabung tanpa

tutup 1

Siswa hanya mensubstitusi unsur-unsur tabung ke dalam rumus. 2

Siswa menghitung luas permukaan tabung tanpa tutup tetapi

(62)

44

No.

soal Penilaian Skor

Skor

Total

Siswa menghitung luas permukaan tabung tanpa tutup dan hasil

yang didapat benar. 4

Hasil Akhir:

Siswa menemukan luas selimut kerucut dan luas permukaan

tabung tanpa tutup dan menjumlahkannya.

2

6. Siswa hanya menuliskan luas selimut kerucut 1

10 Siswa hanya mensubtitusi unsur-unsur kerucut dari soal ke dalam

luas selimut kerucut. 2

Siswa menghitung luas selimut tabung tetapi belum menemukan

hasil dari luas selimut tabung (sudah menemukan tapi jawaban

salah)

3

Siswa menyelesaikan soal hingga menemukan hasil dari luas

selimut kerucut. 5

Siswa menghitung total biaya dengan mengalikan luas selimut

dengan biaya tenda. 6

Siswa menghitung biaya yang dibutukan, tetapi jawaban yang

diperoleh salah atau belum selesai 8

Siswa menemukan biaya pembuatan tenda yang berbentuk kerucut

dan jawaban benar. 10

Siswa mencari jari-jari tabung berdasarkan keliling alas yang telah

diketahui dengan langkah yang benar tetapi jawaban salah. 2

7. Siswa mencari jari-jari tabung berdasarkan keliling alas yang telah

diketahui dengan jawaban yang benar. 3

15 Siswa hanya menuliskan luas tabung tanpa tutup. 1

Siswa hanya mensubstitusi unsur-unsur tabung yang terdapat di

dalam soal ke dalam rumus luas permukaan tabung tanpa tutup. 2

Siswa melakukan perhitungan dengan benar tetapi belum selesai

atau belum menemukan jawaban. 3

Siswa melakukan perhitungan dengan benar tetapi jawaban yang

didapatkan salah. 4

(63)

No.

soal Penilaian Skor

Skor

Total

mencari luas permukaan tabung tanpa tutup dan jawaban yang

dihasilkan benar.

Siswa hanya menuliskan langkah untuk mencari biaya yang

dibutuhkan seperti yang tertera di bawah ini :

Biaya = luas sel tanpa tutup x biaya per m2.

9

Siswa melakukan perhitungan dengan langkah yang benar tetapi

belum mendapatkan hasil akhir yaitu biaya total. 11

Siswa melakukan perhitungan sampai diperoleh biaya total, tetapi

jawaban yang dihasilkan salah. 12

Siswa melakukan perhitungan dengan benar hingga diperoleh

biaya total, dan jawaban yang dihasilkan benar. 15

H. Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Sebuah tes tersebut diatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur, dan juga dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium (Suharsimi Arikunto:1984;56).

rumus korelasi product moment dengan angka kasar:

(64)

46

XY

r = Koefisien korelasi antara X dan Y

N = Jumlah subjek atau siswa yang diteliti ΣX = Skor tiap butir soal

ΣY = Skor total 2

X = Jumlah kuadrat skor butir soal 2

Y = Jumlah kuadrat skor total

Butir soal dikatakan valid jika . Karena jumlah siswa adalah 32 siswa, maka = 0,349

2. Reliabilitas

Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Menurut Suharsimi Arikunto (1984:66) suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.

Untuk keperluan mencari reliabilitas butir soal uraian, maka rumus yang digunakan adalah rumus alpha, rumus tersebut sebagai berikut:

dengan

Keterangan :

11

r = Indeks korelasi (harga reliabilitas) 2

i = Jumlah varians skor tiap-tiap item

(65)
(66)

48

Kriteria penafsiran reliabilitas:

Tabel 3.5 Tabel Kriteria Penafsiran Reliabilitas

Kriteria

0,000 < r11 < 0,200 reliabilitas sangat rendah

0,200 < r11 < 0,400 reliabilitas rendah

0,400 < r11 < 0,600 reliabilitas cukup

0,600 < r11 < 0,800 reliabilitas tinggi

0,800 < r11 < 1,000 reliabilitas sangat tinggi

(Suharsimi Arikunto, 1984:59-60)

I. Metode Analisis Data

1. Data aktivitas siswa di kelas

Untuk mengetahui seberapa besar keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar maka digunakan lembar observasi. Peneliti dibantu oleh observer untuk mengamati jenis keaktifan yang dilakukan oleh siswa.

Untuk menghitung keaktifan masing-masing siswa digunakan rumus sebagai berikut :

Prosentase keaktifan siswa =

Keterangan:

n = skor yang diperoleh tiap siswa

N = jumlah seluruh skor

(67)

Dengan kriteria penilaian:

Tabel 3. 6 Tabel Kriteria Keaktifan Siswa

% Keterlibatan Efektifitas 0 – 20

Dari tabel di atas dapat diketahui keaktifan siswa sebagai berikut :

a. Siswa yang memiliki kriteria keaktifan kurang dari atau sama dengan 20 % berarti memiliki keaktifan yang sangat rendah.

b. Siswa yang memiliki kriteria keaktifan 21% sampai dengan 40% berarti memiliki keaktifan yang rendah.

c. Siswa yang memiliki kriteria keaktifan 41% sampai dengan 60% berarti memiliki keaktifan cukup.

d. Siswa yang memiliki kriteria keaktifan 61% sampai dengan 80% berarti memiliki keaktifan yang tinggi.

e. Siswa yang memiliki kriteria keaktifan 81% sampai dengan 100% berarti memiliki keaktifan yang sangat tinggi.

Setelah menentukan criteria dari masing-masing siswa, untuk menrntukan keaktifan seluruh siswa digunakan tabel sebagai berikut :

Tabel 3. 7 Kriteria Keaktifan Siswa Secara Keseluruhan

Jumlah keaktifan siswa

(68)

50

(Kartika Budi : 2001)

2. Data hasil belajar siswa

Data hasil belajar siswa diambil dari nilai hasil belajar siswa secara individu.

Untuk menghitung ketuntasan belajar individu menggunakan analisis deskriptif prosentase dengan perhitungan:

x 100%

Kriteria:

Apabila tingkat ketercapaian < 65% maka siswa tidak tuntas belajar

Apabila tingkat ketercapaian > 65% maka siswa tuntas belajar

Tabel 3. 8 Kriteria Hasil Belajar Secara Keseluruhan

(69)

Berdasarkan tabel di atas dapat dituliskan sebagai berikut :

a. Jumlah siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 40% berarti tingkat hasil belajar keseluruhan siswa adalah sangat rendah.

b. Jumlah siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 41% sampai dengan 55% berarti tingkat hasil belajar siswa secara keseluruhan adalah rendah.

c. Jumlah siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 56% sampai dengan 65% berarti tingkat hasil belajar siswa secara keseluruhan adalah cukup.

d. Jumlah siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 66% sampai dengan 79% berarti tingkat hasil belajar siswa secara keseluruhan adalah tinggi.

(70)

51

BAB IV

PELAKSANAAN PENELITIAN, DATA PENELITIAN DAN ANALISIS

DATA PENELITIAN

A. Pelaksanaan

Sebelum melaksanakan dan memulai penelitian, peneliti terlebih dahulu mempersiapkan instrument penelitian yang akan digunakan, yang terdiri dari RPP dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI), Lembar Kerja Siswa (LKS), instrumen hassil belajar dan

tabel pengamatan keaktifan siswa.

Pada awal pelaksanaan penelitian yang akan dilaksanakan di kelas IX B SMP Kanisius Bambanglipuro, peneliti terlebih dahulu menguji instrumen tes hasil belajar siswa. Hal ini dilakukan untuk mengukur validitas dan reliabilitas hasil belajar yang akan digunakan pada saat penelitian. Uji coba tes hasil belajar dilaksanakan di kelas IX A SMP Kanisius Bambanglipuro pada tanggal 19 September 2012 pada pukul 09.55 – 11.15. Soal yang diberikan berjumlah 7 soal dan semua soal berbentuk soal uraian.

(71)

pertemuan dan 1 kali pertemuan digunakan untuk tes akhir dengan alokasi waktu 2 jam pertemuan.

Dalam kegiatan pembelajaran di kelas dibentuk kelompok, di mana setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Diadakan dua kali tes evaluasi pada pertemuan ketiga dan keenam, yaitu pada tanggal 12 September 2012 dan 19 September 2012 pada jam yang sama, pukul 11.30 – 12.50. Evaluasi tersebut berupa kuis yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan individu siswa ketika menggunakan model pembelajaran kooperatif bertipe GI.

Berikut rincian kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada setiap pertemuan :

Tabel 4. 1 Rincian Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan

ke- Waktu Kegiatan yang dilaksanakan

I 31 Agustus 2012 1. Memberi salam dan perkenalkan diri 2. Mengingatkan siswa tentang materi

sebelumnya, yaitu tentang unsur-unsur tabung.

3. Pembagian kelompok.

4. Menyampaikan metode yang akan dipakai di dalam pembelajaran pada pertemuan ini, yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran Group Investigasi ( GI ).

5. Membagikan tugas kelompok yang berbentuk Lembar Kerja Siswa (LKS). II 10 september

2012

1. Presentasi penemuan rumus tabung 2. Mengerjakan soal di dalam kelompok III 12 September

2012

1. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok 2. Mengerjakan soal secara individu

IV 14 September 2012

1. Pembentukan kelompok baru untuk sesi II 2. Diskusi kelompok penemuan rumus luas

permukaan kerucut

(72)

53

Pertemuan

ke- Waktu Kegiatan yang dilaksanakan

2012 penemuan rumus luas permukaan kerucut. 2. Diskusi kelompok untuk mengerjakan

soal VI 19 September

2012

1. Presentasi hasil diskusi kelompok 2. Pemberian soal secara individu VII 24 September

2012

Ulangan Harian

1. Pertemuan pertama

Berikut merupakan uraian secara garis besar mengenai proses pembelajaran yang terjadi :

a. Pendahuluan :

i. Peneliti mengawali pertemuan pertama dengan memberi salam dan memperkenalkan diri. Peneliti kemudian mengabsen satu persatu siswa apabila ada siswa yang tidak hadir sekaligus ingin mengenal siswa satu persatu.

ii. Peneliti mengingatkan siswa tentang materi sebelumnya, yaitu tentang unsur-unsur tabung. Karena banyak siswa di kelas tersebut yang lupa tentang materi tersebut, peneliti agak menghabiskan banyak waktu di sesi ini, tidak sesuai dengan perkiraan peneliti sebelumnya.

(73)

b. Inti :

i. Peneliti membagi kelas menjadi 6 kelompok, setiap kelompok beranggotakan 5 siswa. Peneliti membentuk kelompokyang beranggotakan 5 siswa setiap kelompok dengan alasan agar jalannya diskusi kelompok lebih efektif, sehingga di dalam kelompok tersebut semuanya bekerja dan saling membantu.

ii. Peneliti membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada setiap kelompok.

iii. Pada saat diskusi berlangsung, siswa diperbolehkan untuk menggunakan sumber-sumber belajar untuk menyelesaikan LKS yang diberikan. Peneliti hanya sebagai fasilitator pada saat berjalannya diskusi. Tetapi beberapa kelompok melihat rumus permukaan tabung yang seharusnya ditemukan sendiri, mereka malah melihat dari buku. Ketika peneliti menanyakan kepada semua anggota kelompok “Ini asalnya dari mana?”, mereka terlihat bergitu kebingungan.

iv. Pada saat diskusi kelompok berlangsung siswa yang berkemampuan tinggi kurang bisa membantu siswa karena siswa yang berkemampuan tinggi lebih mendominasi dalam pembacaan atau mendominasi soal yang diberikan.

v. Pada saat pertemuan pertama dengan peneliti suasana kelas kurang bisa dikendalikan. Beberapa siswa menjadi “provokator” teman

Gambar

Gambar 2.1 Tabung
Gambar 2.4 Jaring-jaring kerucut
Tabel  3.  1  Kisi-kisi  Instrumen  Observasi  Keaktifan  Siswa  pada  Saat  Diskusi Kelompok
Tabel  3.  2  Kisi-kisi  Instrumen  Observasi  Keaktifan  Siswa  pada  Saat  Presentasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kelebihan dari alat yang dibuat adalah lengan robot tidak hanya mengambil dan meletakkan benda ditempat yang telah disediakan tetapi juga dapat dilakukan penyusunan

pembelajaran melalui metode bermain peran dengan media kantin sekolah pada materi “ Jual Beli “ di kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi dapat menigkatkan hasil belajar

Argu-men: Hukum agama adl kebenaran dlm Quran, yaitu wahyu Allah &amp; kesempurnaan moral di satu pihak, &amp; di pihak lain akal budi sbg sumber ketajaman

Apakah selama bekerja, Anda memiliki keluhan kesehatan yang berkaitan dengan kulit4. Jika “Ya”, gejala apa saja yang

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

Berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Lelang Nomor : 07/TAP/DISTANNAK-06/POKJA/2015 tanggal 07 Juli 2015 tentang Penetapan Pemenang Lelang Paket Pekerjaan Pembuatan Pagar BRC

Apabila pemerintah kabupaten/kota telah terbiasa menyusun program berbasis evaluasi dirinya, maka output yang diharapkan adalah pemerintah daerah dapat menyusun rencana

As a starting point, a microkinetic model of NO oxidation based on Langmuir-Hinshelwood mechanism was used to fit the base case of NO oxidation data to yield kinetic