• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Luaran Pada Kelahiran Sungsang Antara Metode Persalinan Pervaginam Dengan Perabdominam Di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Januari 2012 - Desember 2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Luaran Pada Kelahiran Sungsang Antara Metode Persalinan Pervaginam Dengan Perabdominam Di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Januari 2012 - Desember 2012."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

iv

ABSTRAK

Perbandingan Luaran Pada Kelahiran Sungsang Antara Metode

Persalinan Pervaginam dengan Perabdominam di Rumah Sakit

Immanuel Bandung Periode Januari 2012-Desember 2012

Suciana Ajrina Suyanto, 2013, Pembimbing 1 : dr. Laella K. Liana, Sp.PA, M.Kes. Pembimbing 2 : dr. Rimonta F. Gunanegara, Sp.OG

Letak sungsang adalah keadaan dimana bokong bayi memasuki rongga pelvis sebelum kepala. Persalinan sungsang dapat menimbulkan gangguan pada neonatus. Salah satu contoh gangguan yang paling sering terjadi adalah asfiksia. Untuk menilai derajat asfiksia atau luaran bayi dapat digunakan nilai APGAR.

Dua metode persalinan sungsang yang digunakan adalah metode persalinan pervaginam dan perabdominam. Metode persalinan sungsang yang lebih aman dan menimbulkan risiko morbiditas yang lebih kecil pada neonatus masih menjadi pertanyaan yang besar di kalangan ibu hamil.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode persalinan manakah yang lebih aman dilakukan pada bayi letak sungsang.

Desain penelitian: Penelitian bersifat observasional analitik dengan rancangan

penelitian secara retrospektif terhadap seluruh data rekam medis pasien partus sungsang di Rumah Sakit Immanuel Bandung, periode 1 Januari 2012-31 Desember 2012.

Hasil penelitian: Rerata nilai APGAR didapat lebih tinggi pada persalinan

sungsang metode perabdominam. Namun setelah dinilai secara statistik tidak ada perbedaan yang berarti antara persalinan sungsang baik dengan metode pervaginam maupun perabdominam (p > 0.005) .

Kesimpulan: Tidak ada perbedaan luaran bayi pada persalinan sungsang antara metode pervaginam dengan perabdominam.

(2)

ABSTRACT

Outcome Differential in Breech Delivery Between Vaginal Breech

Delivery and Cesarean Breech Delivery at Immanuel Hospital

Bandung from January 2012 to December 2012

Suciana Ajrina Suyanto, 2013; 1st Tutor : dr. Laella K. Liana, Sp.PA, M.Kes. 2nd Tutor : dr. Rimonta F. Gunanegara, Sp.OG

Breech presentation is a condition where the buttocks of the fetus enter the pelvis before the head. Breech delivery can cause such neonatal morbidities. One of the most common morbidity is asphyxia. We can use APGAR score to examine the neonatal outcome.

Two methods used in breech delivery are vaginal delivery and cesarean delivery. Which of the methods is safer and has lower risk of neonatal morbidity still become a huge question amongst pregnant moms.

The aim of this study is to determine which breech delivery method is safer to perform.

Study Design: Retrospective observational analytical study of breech delivery

medical records conducted in Immanuel Hospital Bandung from January 1st to December 31st 2012.

Results: Higher mean of APGAR score was noted on cesarean delivery method.

But there was no significant difference statistically in both methods.

Conclusion: There is no significant difference in neonatal outcome between

vaginal delivery and cesarean delivery.

(3)

viii

DAFTAR ISI

Judul ... i

Lembar persetujuan... ii

Surat Pernyataan ... iii

Abstrak ... iv

Abstract ... v

Kata Pengantar... vi

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Lampiran ... xii

BAB I Pendahuluan ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 2

1.3. Tujuan ... 3

1.4. Manfaat ... 3

1.5. Kerangka Pemikiran ... 3

1.6. Hipotesis ... 4

1.7. Metode Penelitian ... 4

(4)

BAB II Tinjauan Pustaka ... 5

2.1. Letak Sungsang ... 5

2.2. Persalinan Sungsang ... 7

2.2.1. Persalinan Sungsang Pervaginam ... 7

2.2.1.1. Ekstraksi Parsial ... 9

2.2.1.2. Ekstraksi Total ... 9

2.2.2. Persalinan Sungsang Perabdominam ... 10

2.3. Luaran Bayi ... 13

BAB III Subjek dan Metode Penelitian ... 16

3.1. Metode Penelitian ... 16

3.2. Rancangan Penelitian ... 16

3.3. Teknik Pengambilan Data ... 16

3.4. Instrumen Penelitian... 16

3.5. Sampel Penelitian ... 17

3.6. Kriteria Sampel Penelitian ... 17

3.7. Alur Penelitian ... 17

3.8. Teknik Analisis Data ... 17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 18

4.1. Hasil Penelitian... 18

4.2. Pembahasan ... 20

(5)

x

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 23

5.1. Simpulan ... 23

5.2. Saran ... 23

Daftar Pustaka ... 24

Lampiran ... 25

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Sistem Penilaian APGAR ... 13

Tabel 4.1. Jumlah Bumil Sungsang Berdasar Usia ... 18

Tabel 4.2. Jumlah Bumil Sungsang Berdasar Paritas ... 18

Tabel 4.3. Jumlah Bumil Sungsang Berdasar Status Rujukan... 19

Tabel 4.4. Jumlah Bumil Sungsang Berdasar Komplikasi Kehamilan ... 19

(7)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Hasil Penelitian ... 23

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Letak sungsang adalah kondisi jika bokong bayi memasuki rongga pelvis sebelum kepala (Cunningham, Leveno, Bloom, Hauth, Rouse, & Spong, 2010). Persalinan sungsang merupakan salah satu keadaan patologis yang dapat menimbulkan gangguan pada neonatus. Angka kejadian dari kehamilan letak sungsang berkurang mulai dari 20% pada usia kehamilan 28 minggu, hingga mencapai 3-4% saat usia kehamilan sudah aterm sehubungan dengan bayi yang secara spontan berputar untuk mencapai presentasi kepala ketika usia kehamilan semakin tua (Alston, 2012).

Faktor-faktor yang menjadi predisposisi untuk terjadinya letak sungsang adalah faktor maternal, faktor fetus, dan faktor plasenta. Contoh dari faktor maternal dapat berupa anomali uterus, tumor pelvis, dan multiparitas. Faktor fetus contohnya anomali kongenital, hidrosefalus, polihidramnion, oligohidramnion. Sedangkan faktor plasenta dapat berupa plasenta previa maupun ruptur plasenta(Cunningham, Leveno, Bloom, Hauth, Rouse, & Spong, 2010).

Salah satu contoh komplikasi yang paling sering terjadi pada persalinan sungsang adalah asfiksia. Asfiksia adalah gangguan pertukaran gas yang jika berlanjut dapat menyebabkan hipoksemia dan hipercapnia yang progresif (Reece & Hobbins, 2007).

Menurut hasil riset kesehatan dasar tahun 2007, tiga penyebab utama kematian perinatal di Indonesia adalah gangguan pernapasan atau respiratory disorders (35,9%), prematuritas (32,4%) dan sepsis neonatorum (12.0%)(Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI, 2008).

(9)

2

Nilai APGAR, terutama pada menit ke-1, dari persalinan sungsang pervaginam biasanya memberikan nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan persalinan perabdominam (Cunningham, Leveno, Bloom, Hauth, Rouse, & Spong, 2010). Operasi seksio sesaria adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu (laparatomi) dan uterus (histerotomi)(Cunningham, Leveno, Bloom, Hauth, Rouse, & Spong, 2010).

Banyak ibu hamil yang memilih untuk melahirkan melalui proses persalinan secara seksio sesaria dengan tujuan untuk mengurangi risiko komplikasi persalinan. Namun ada penelitian lain yang menyatakan bahwa persalinan secara seksio sesaria mempunyai risiko lebih besar untuk terjadinya kematian ibu, waktu pemulihan yang lebih lama, kematian janin yang tidak diketahui penyebabnya (unexplained stillbirth) pada beberapa kehamilan, dan gangguan pernafasan pada neonatus(Kolas, Saugstad, Daltveit, Nilsen, & Oian, 2006).

Dari tahun 1970 hingga 2007, persalinan seksio sesaria di Amerika Serikat meningkat dari 4,5% menjadi 31,8%. Pada 1,5 juta kehamilan, terdapat angka kematian ibu sebesar 2,2 per 100,000 persalinan seksio sesaria. Morbiditas ibu meningkat pula menjadi 2 kali lipat dengan persalinan seksio sesaria dibandingkan persalinan pervaginam (Cunningham, Leveno, Bloom, Hauth, Rouse, & Spong, 2010).

Untuk itu penulis ingin membandingkan metode persalinan apa yang memberikan luaran yang lebih baik pada bayi dengan posisi sungsang.

1.2 Identifikasi Masalah

(10)

3

1.3 Maksud dan Tujuan

Ingin mengetahui metode persalinan manakah yang memberikan gambaran luaran yang lebih baik pada bayi lahir sungsang.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

1.4.1 Manfaat Praktis

Memberikan informasi kepada masyarakat dan tenaga medis tentang metode persalinan yang memberikan gambaran luaran yang lebih baik pada kehamilan sungsang.

1.4.2 Manfaat Akademis

Mengetahui metode persalinan mana yang memberikan luaran terbaik pada kelahiran sungsang sebagai bahan pembelajaran.

1.5 Kerangka Pemikiran

Metode persalinan yang tepat untuk bayi dengan letak sungsang masih menjadi pertanyaan yang banyak diajukan oleh kalangan ibu hamil di seluruh dunia. Beberapa mengatakan bahwa persalinan secara seksio sesaria lebih aman karena persalinan sungsang pervaginam dapat menimbulkan beberapa komplikasi seperti kematian neonatus dini, inkontinensia fekal dan urin setelah lahir, dan unexplained stillbirth(Kolas, Saugstad, Daltveit, Nilsen, & Oian, 2006).

Namun ada juga beberapa yang mengatakan bahwa persalinan sungsang secara seksio sesaria meningkatkan risiko kematian bagi ibu, waktu pemulihan pasca melahirkan yang lebih lama, risiko terjadinya unexplained stillbirth yang lebih besar, dan gangguan respirasi pada bayi baru lahir (Kolas, Saugstad, Daltveit, Nilsen, & Oian, 2006).

(11)

4

perinatal maupun menurunkan angka kejadian asfiksia pada bayi (Kolas, Saugstad, Daltveit, Nilsen, & Oian, 2006).

Berdasarkan teori diatas maka penulis ingin membuktikan metode persalinan manakah yang bisa memberikan nilai APGAR yang lebih baik.

1.6 Hipotesis Penelitian

Gambaran luaran bayi sungsang pervaginam lebih buruk dibandingan dengan perabdominam.

1.7 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah observasional analitik dengan teknik pengambilan data secara retrospektif di Rumah Sakit Immanuel Bandung selama periode 1 Januari 2012-31 Desember 2012.

1.8 Lokasi dan Waktu

(12)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Luaran kelahiran sungsang dengan metode persalinan pervaginam maupun perabdominam tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna secara statistik.

5.2 Saran

 Selama tidak ada kontraindikasi, bayi sungsang lebih baik dilahirkan dengan metode pervaginam karena hasil luaran tidak berbeda dengan yang dilahirkan secara perabdominam, selain itu waktu pemulihan ibu lebih cepat dan biaya lebih hemat.

(13)

29

RIWAYAT HIDUP

Nama : Suciana Ajrina Suyanto

NRP : 1010114

Tempat Tanggal Lahir : Cirebon, 20 Maret 1992

Agama : Islam

Alamat : Jl. Saputra 9 no.25 Tuparev Cirebon

Riwayat Pendidikan :

1996-1998 TK 27, Cirebon

1998-2004 SD Negeri Kebon Baru IV, Cirebon

2004-2007 SMP Negeri 1 Cirebon, Cirebon

2007-2010 SMA Negeri 1 Cirebon, Cirebon

2010-sekarang Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha,

(14)

PERBANDINGAN LUARAN PADA KELAHIRAN SUNGSANG ANTARA METODE PERSALINAN PERVAGINAM DENGAN PERABDOMINAM DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI

2012-DESEMBER 2012

Suciana Ajrina Suyanto*, Laella K. Liana**, Rimonta F. Gunanegara***

*Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung **Bagian Patologi Anatomi Universitas Kristen Maranatha, Bandung ***Bagian Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Immanuel, Bandung

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Jl.Prof. Drg. Suria Sumantri No.65, Bandung

ABSTRAK

Letak sungsang adalah keadaan dimana bokong bayi memasuki rongga pelvis sebelum kepala. Dua metode persalinan sungsang yang digunakan adalah metode persalinan pervaginam dan perabdominam. Metode persalinan sungsang yang lebih aman dan menimbulkan risiko morbiditas yang lebih kecil pada neonatus masih menjadi pertanyaan yang besar di kalangan ibu hamil.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui metode persalinan manakah yang lebih aman dilakukan pada bayi letak sungsang.

Desain Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan rancangan penelitian secara retrospektif terhadap seluruh data rekam medis pasien partus sungsang di Rumah Sakit Immanuel Bandung, periode 1 Januari 2012-31 Desember 2012.

Hasil Penelitian yang didapat adalah rerata nilai APGAR ditemukan lebih tinggi pada persalinan sungsang metode perabdominam. Namun setelah dinilai secara statistic tidak ada perbedaan yang berarti antara kedua metode persalinan (p > 0,05).

Simpulan penelitian ini adalah tidak ada perbedaan yang berarti secara statistik pada luaran bayi sungsang dari kedua metode persalinan.

(15)

ABSTRACT

Breech presentation is a condition where the buttocks of the pelvis enter the pelvis before the head. Two methods used in breech delivery are vaginal delivery and cesarean delivery. Which of the methods is safer and has lower risk of neonatal morbidity still become a huge question amongst pregnant moms.

The aim of this study is to determine which breech delivery method is safer to perform.

The design of this study is retrospective observational analytical study of breech delivery medical records conducted in Immanuel Hospital Bandung from Januari 1st to December 31st 2012.

The result of this study is higher mean of APGAR score was found in cesarean delivery method. But there was no significant difference statistically in both methods.

The conclusion of this study is that there is no significant difference in neonatal outcome between vaginal delivery and cesarean delivery.

(16)

PENDAHULUAN

Letak sungsang didefinisikan sebagai letak memanjang dengan

bokong sebagai bagian yang

terendah atau yang biasa disebut sebagai presentasi bokong1. Menurut hasil riset kesehatan dasar tahun 2007, tiga penyebab utama kematian

perinatal di Indonesia adalah

gangguan pernapasan atau

respiratory disorders (35,9%), prematuritas (32,4%) dan sepsis

neonatorum (12.0%)2. Tipe

persalinan sungsang yang

memberikan luaran bayi yang lebih baik dan lebih aman untuk dilakukan

masih menjadi pertanyaan di

kalangan ibu hamil.

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah peneliti ingin mengetahui metode persalinan mana yang lebih aman untuk dilakukan dan memberikan gambaran luaran bayi yang lebih baik.

METODE PENELITIAN DAN INSTRUMEN

(17)

Tabel 4 Jumlah Bumil Sungsang didiagnosis sungsang berdasarkan usia didapat jumlah terbanyak yang memilih persalinan pervaginam ada

pada kelompok usia 20-25 tahun sedangkan yang memilih persalinan perabdominam ada pada kelompok usia 25-30 tahun.

Jumlah ibu hamil sungsang

berdasarkan riwayat paritas didapat lebih banyak pada ibu nullipara.

Jumlah ibu hamil sungsang

berdasarkan status rujukan didapat lebih banyak pada kelompok yang tidak ada status rujukan. Tabel 5 menunjukkan jumlah ibu hamil yang

dikelompokkan berdasarkan

komplikasi kehamilannya.

Pada tabel 5 didapat rerata nilai APGAR lebih tinggi pada persalinan

perabdominam yaitu 9,89. Namun

setelah dilakukan uji statistik

ternyata tidak ada perbedaan yang signifikan pada luaran bayi dari kedua metode persalinan karena didapat nilai p > 0,05.

Hipotesis penelitian adalah

gambaran luaran bayi sungsang yang dilahirkan pervaginam lebih buruk dibandingkan bayi sungsang yang dilahirkan perabdominam. Hal yang

mendukung adalah rerata nilai

APGAR didapat lebih tinggi pada

(18)

mendukung adalah dari hasil uji statistik t test tidak berpasangan didapat angka 0,176 untuk persalinan sungsang pervaginam dan 0,116

untuk persalinan sungsang

perabdominam (p > 0,05).

Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang berarti secara signifikan pada luaran bayi sungsang dari kedua metode persalinan.

SIMPULAN

Tidak ada perbedaan yang

signifikan secara statistik pada luaran bayi sungsang yang dilahirkan baik

dengan metode persalinan

pervaginam maupun perabdominam.

SARAN

Selama tidak ada kontraindikasi bayi sungsang lebih baik dilahirkan secara pervaginam karena tidak ada perbedaan luaran yang berarti, selain itu waktu pemulihan ibu lebih cepat dan biaya yang dikeluarkan juga lebih murah.

Untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan di rumah sakit atau institusi kesehatan lain di daerah lain.

OBSTETRIC (23rd edition

ed.). United States of

America: Mc Graw-Hill

Company.

2. Badan Penelitian dan

Pengembangan

Departemen Kesehatan RI.

(19)

24

DAFTAR PUSTAKA

Alston, E. 2012. Guidelines Breech Presentation. GUIDELINES FOR THE MANAGEMENT OF BREECH PRESENTATION.

Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI. 2008. Riset Kesehatan Dasar 2007 , 278-279.

Budiarta.2008. Karakteristik Persalinan dengan Ekstraksi Forceps di RS Sanglah Denpasar Tahun 2004.

Cunningham F. G, Leveno K. J, Bloom S. L, Hauth J. C, Rouse D. J, & Spong C. Y. 2010. Breech Presentation and Delivery In Williams OBSTETRIC (23rd edition ed.). United States of America: Mc Graw-Hill Company.

Edmonds, D. K. 2007. Dewhurt's Textbook of Obstetric and Gynaecology. Blackwell Publishing.

Kliegman, R. M., Behrman, R. E., Stanton, B. M., Geme, J. S., & Schor, N. F. 2011. Nelson Textbook of Pediatric (19th ed.). Elsevier.

Kolas, T., Saugstad, O. D., Daltveit, A. K., Nilsen, S. K., & Oian, P. 2006. Planned cesarean versus planned vaginal delivery at term: Comparison of newborn infant outcomes. American Journal of Obstetric & Gynecology , 195, 1539.

MacDorman, M. F., Menacker, F., & Declercq, E. 2008. Neonatal and Maternal Outcomes by Method of Delivery. Cesarean Births in the United States: Epidemiology, Trends, and Outcomes , 302.

Molteno , E. D., Malan, A. F., & Hesse, H. D. 2010. Retrieved 06 21, 2013, from

Reece E. A , & Hobbins J. C. 2007. Clinical Obstetric The Fetus and Mother. Blackwell Publishing.

Gambar

Tabel 1 Jumlah Bumil Sungsang Berdasarkan Usia
Tabel 4 Jumlah Bumil Sungsang Berdasar Komplikasi Kehamilan

Referensi

Dokumen terkait

Halaman Gambar 2.1 Model Penelitian Menggunakan Analisis Diskriminan 21 Gambar 2.2 Model Penelitian Menggunakan Regresi Logistik 22 Gambar 2.3 Model Penelitian Menggunakan

Penelitian ini dirancang untuk mcndapatkan aktivitas enzim protease yang tinggi yang dapat digunakan sebagai bahan aditif deterjen.. U ntuk mencapai tujuan tersebut

Devia Sari, Afiks {Ka - an} Bahasa Minangkabau di Kota Sawahlunto, Sastra Daerah, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas, Padang, 2012. Bahasa Minangkabau adalah

Hasil utama dari sistem ini berupa sebuah library java yang digunakan sebagai fungsi login pada sistem developer.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sistem

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KESIAPAN BELAJAR MANDIRI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1

Pasien ini disiapkan untuk dilakukan lobektomi, tapi dari temuan operasi didapatkan letak kista yang superfisial dan tidak melekat erat ke kelenjar tiroid, dimana

www.bpkp.go.id Transparansi Akuntabilitas Keuangan Desa Sesuai dengan Regulasi yang Berlaku Memudahkan Tatakelola Keuangan Desa Kemudahan Penggunaan Aplikasi

Kualitas Akhlaq Siswa Dihubungkan Dengan Prestasi Pembelajaran Aqidah Akhlaq Di Madrasah Aliyah Negeri Purwakarta Tahun Ajaran 2013-2014.. Universitas Pendidikan Indonesia