ABSTRAK
DURASI DAYA REPELEN LOSIO MINYAK SEREH (Cymbopogon nardus L.)
TERHADAP NYAMUK BETINA Culex sp.
SEBAGAI VEKTOR FILARIASIS LIMFATIK PADA MANUSIA
Marshellia Setiawan, 2012, Pembimbing I : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc. Pembimbing II : Rosnaeni, Dra., Apt.
Culex sp. merupakan vektor berbagai penyakit, salah satunya adalah filariasis limfatik yang dapat dicegah antara lain dengan menggunakan repelen. Tujuan penelitian ini untuk menilai efek repelen losio minyak sereh (LMS) terhadap nyamuk betina Culex sp. dan membandingkan potensinya dengan
N,N-dietil-m-toluamid (DEET).
Desain penelitian eksperimental laboratorik sungguhan. Daya repelen diuji menggunakan modifikasi metode Fradin & Day, dengan cross over design. Subjek penelitian lima orang pria dewasa mendapat lima perlakuan secara acak, yaitu LMS 20%, 40%, dan 80%, kontrol negatif (basis losio), dan kontrol pembanding (losio DEET 12,5%) dengan jeda waktu satu hari, menggunakan hewan coba nyamuk betina Culex sp. sebanyak 250 ekor. Data yang diukur adalah durasi (menit) yang dibutuhkan sejak lengan pertama kali masuk ke dalam kandang sampai ada nyamuk yang hinggap ke lengan subjek penelitian. Analisis data menggunakan ANAVA satu arah, yang dilanjutkan dengan uji Tukey HSD dengan α=0,05, kemaknaan ditentukan berdasarkan nilai p<0,05.
Hasil penelitian menurut uji Tukey HSD, rerata durasi (menit) daya repelen LMS 20% (56,68±8,00), 40% (92,02±7,13), dan 80% (216,50±7,89), berbeda sangat bermakna (p<0,01) dengan kontrol negatif (23,11±4,97) dan berbeda sangat bermakna (p<0,01) pula dengan pembanding (290,12±12,57).
Simpulan penelitian losio minyak sereh berefek repelen terhadap nyamuk betina Culex sp. dengan potensi yang lebih lemah dari DEET.
v ABSTRACT
REPELLENCY DURATION OF CITRONELLA OIL LOTION (Cymbopogon nardus L.)
AGAINST FEMALE Culex sp.
AS LYMPHATIC FILARIASIS VECTOR IN HUMAN
Marshellia Setiawan, 2012, Advisor I : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc.
Advisor II : Rosnaeni, Dra., Apt.
Culex sp. is lymphatic filariasis vector which bites can be prevented using repellent. The purpose of this study is to assess the effectivity of citronella oil
lotion as female Culex sp. repellent and to compare its potential with N,N-diethyl-m-toluamide (DEET).
Real laboratory experimental design was conducted at each five men as subjects using five treatments randomly : 20%, 40%, and 80% citronella oil
lotion, lotion base (negative control), and 12.5% DEET lotion (comparative
control), with one-day time lag. Repellency duration since the forearm was inserted into the cage until first mosquito land was assessed using 250 female
Culex sp. according to modification of Fradin & Day method, using cross over design. Repellency duration was analyzed using one-way ANOVA, followed by Tukey HSD with α=0.05, level of significance at p<0.05.
There were highly significant differences (p<0.01) between average repellency duration (minute) of 20%, 40%, and 80% citronella oil lotion (56.68±8.00, 92.02±7.13, and 216.50±7.89, consecutively) compared to both negative control (23.11±4.97) and comparative control (290.12±12.57).
It was concluded that citronella oil lotion has repellency effect to female Culex sp. with weaker potency than DEET.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 3
1.3 Maksud dan Tujuan ... 3
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3
1.5 Kerangka Pemikiran ... 4
1.6 Hipotesis Penelitian ... 4
1.7 Metodologi Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Culex sp. ... 6
2.1.1 Taksonomi Culex sp. ... 6
2.1.2 Morfologi Culex sp. ... 6
2.1.3 Siklus Hidup Culex sp. ... 9
2.1.4 Perilaku Culex sp. ... 9
2.2 Filariasis Limfatik ... 11
2.2.1 Epidemiologi ... 13
2.2.2 Patofisiologi ... 14
ix
2.2.4 Penatalaksanaan ... 18
2.2.5 Pencegahan ... 18
2.3 Repelen ... 19
2.3.1 Repelen Fisik ... 20
2.3.2 Repelen Sintetik ... 20
2.3.2.1 DEET ... 20
2.3.2.2 Farmakologi DEET... 21
2.3.2.3 Toksikologi dan Efek Samping DEET ... 21
2.3.3 Repelen Alami ... 22
2.3.3.1 Cymbopogon nardus L. ... 22
2.3.3.2 Minyak Sereh (Oleum Citronella) ... 23
2.3.3.3 Mekanisme Kerja Minyak Sereh ... 24
2.4 Obat Topikal ... 25
2.4.1 Penetrasi dan Absorpsi Obat Topikal... 26
2.4.2 Losio ... 27
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan, Alat, Subjek Penelitian, dan Hewan Coba ... 29
3.1.1 Bahan Penelitian ... 29
3.1.2 Alat Penelitian ... 29
3.1.3 Subjek Penelitian ... 30
3.1.4 Hewan Coba ... 30
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30
3.3 Metodologi Penelitian ... 30
3.3.1 Desain Penelitian ... 30
3.3.2 Variabel Penelitian ... 31
3.3.2.1 Definisi Konsepsional Variabel ... 31
3.3.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 31
3.4 Prosedur Kerja ... 32
3.4.1 Persiapan Bahan Uji ... 32
3.4.2 Persiapan Hewan Coba ... 33
3.4.3 Cara Pemeriksaan ... 33
3.5 Metode Analisis ... 34
3.6 Hipotesis Statistik ... 34
3.7 Aspek Etik Penelitian ... 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 35
4.2 Pembahasan ... 37
4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 41
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 43
5.2 Saran ... 43
DAFTAR PUSTAKA ... 44
LAMPIRAN ... 49
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tempat perindukan dan istirahat, serta kebiasaan nyamuk Culex sp.
dewasa sebagai vektor filariasis ... 10
Tabel 2.2 Filaria limfatik ... 14
Tabel 2.3 Perbedaan minyak sereh tipe Ceylon dan tipe Jawa ... 24
Tabel 4.1 Durasi daya repelen losio minyak sereh dari berbagai kelompok perlakuan ... 35
Tabel 4.2 Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk ... 36
Tabel 4.3 Hasil ANAVA rerata durasi daya repelen ... 36
Tabel 4.4 Hasil uji Tukey HSD rerata durasi daya repelen ... 37
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Telur Cx. quinquefasciatus ... 8
Gambar 2.2 Larva Cx. quinquefasciatus ... 8
Gambar 2.3 Pupa Cx. pipiens molestus ... 8
Gambar 2.4 Cx.pipiens jantan ... 8
Gambar 2.5 Cx.pipiens betina ... 8
Gambar 2.6 Mikrofilaria Wuchereria bancrofti ... 12
Gambar 2.7 Stadium dewasa dari Wuchereria bancrofti jantan dan betina... 12
Gambar 2.8 Siklus hidup Wuchereria bancrofti ... 15
Gambar 2.9 Penampang pembuluh limfe yang berisi Brugia sp. dewasa... 16
Gambar 2.10 Elephantiasis ... 17
Gambar 2.11 Hidrokel dan elephantiasis ... 17
Gambar 2.12 Struktur kimia DEET (C12H17NO) ... 21
Gambar 2.13 Cymbopogon nardus L. ... 23
Gambar 2.14 Komponen aktif minyak sereh ... 25
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Surat Pernyataan Persetujuan Untuk Ikut Serta Dalam
Penelitian (Informed Consent) ... 49
LAMPIRAN 2 Bagan Prosedur Kerja Modifikasi Metode Fradin & Day ... 50
LAMPIRAN 3 Hasil Uji ANAVA ... 51
LAMPIRAN 4 Hasil Uji Tukey HSD ... 52
LAMPIRAN 5 Foto-foto Penelitian ... 53
LAMPIRAN 1
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN
UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :
Usia :
Alamat :
Pekerjaan :
No. KTP/lainnya :
Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa:
setelah mendapat keterangan sepenuhnya menyadari, mengerti, dan memahami tentang tujuan, manfaat dan risiko yang mungkin timbul dalam penelitian, serta sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri dari keikut sertaannya, maka saya setuju
ikut serta dalam penelitian yang berjudul:
DURASI DAYA REPELEN LOSIO MINYAK SEREH (Cymbopogon nardus L.) TERHADAP NYAMUK BETINA Culex sp. SEBAGAI VEKTOR FILARIASIS LIMFATIK PADA MANUSIA
Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya dan tanpa paksaan.
Bandung,
Mengetahui, Yang menyatakan
Penanggung jawab penelitian, Peserta penelitian,
50
LAMPIRAN 2
BAGAN PROSEDUR KERJA
MODIFIKASI METODE FRADIN & DAY
(Modifikasi dari Fradin, 2002).
Tes Inisial
(untuk semua subjek penelitian dan semua kelompok perlakuan)
Tes Kedua dan Ketiga
(untuk semua subjek penelitian dan semua kelompok perlakuan)
Oleskan repelen
Masukkan lengan ke dalam kandang selama 1 menit
Masukkan lengan selama 1 menit setiap 5 menit, sampai dengan
20 menit
Masukkan lengan selama 1 menit setiap 15 menit, sampai nyamuk hinggap selama
2-5 detik
Masukkan lengan selama 1 menit setiap 5 menit,
catat waktu sampai nyamuk hinggap selama
2-5 detik
Masukkan lengan selama 1 menit setiap 15 menit,
catat waktu sampai nyamuk hinggap selama
2-5 detik
Masukkan lengan selama 1 menit setiap 1 jam untuk
4 jam pertama, kemudian selama 1 menit setiap 15
menit selanjutnya, catat waktu sampai nyamuk hinggap selama 2-5 detik
Jika hinggap Jika hinggap Jika tidak hinggap Jika tidak hinggap Catat waktu sampai nyamuk hinggap selama 2-5 detik Jika < 20 menit
Jika 20 menit - 4 jam
51
LAMPIRAN 3
HASIL UJI ANAVA
Rerata durasi daya repelen losio minyak sereh (menit) terhadap nyamuk betina
Culex sp.
N Mean Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum Lower
Bound
Upper Bound
52
LAMPIRAN 4
HASIL UJI TUKEY HSD
Hasil uji Tukey HSD durasi daya repelen losio minyak sereh
(I) Kelompok
Perlakuan (J) Kelompok Perlakuan
Mean Difference (I-J)
Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound Losio Minyak Sereh
20%
Losio Minyak Sereh 40% -35.34* 5.36 .000 -51.40 -19.29 Losio Minyak Sereh 80% -159.82* 5.36 .000 -175.87 -143.77 Kontrol Negatif 33.57* 5.36 .000 17.52 49.62
Kontrol Pembanding -233.44* 5.36 .000 -249.50 -217.39 Losio Minyak Sereh
40%
Losio Minyak Sereh 20% 35.34* 5.36 .000 19.29 51.40 Losio Minyak Sereh 80% -124.48* 5.36 .000 -140.53 -108.42 Kontrol Negatif 68.91* 5.36 .000 52.86 84.97 Kontrol Pembanding -198.10* 5.36 .000 -214.15 -182.05 Losio Minyak Sereh
80%
53
LAMPIRAN 5
FOTO-FOTO PENELITIAN
Timbangan gram
Penangas air dan cawan penguap Cetaceum, cera alba, dan paraffin liquid
pada cawan penguap
54
Basis losio Basis losio dan losio minyak sereh
DEET 12,5%
55
Pupa Culex sp. Culex sp. dewasa
Alat penangkap nyamuk Pengambilan nyamuk betina
56
LAMPIRAN 6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nyamuk merupakan vektor penyakit filariasis, demam berdarah dengue, malaria, chikungunya, dan encephalitis. Penyakit-penyakit tersebut dibawa oleh nyamuk melalui cucukan pada manusia. Nyamuk betina mencucuk karena memerlukan protein yang terkandung dalam darah untuk pembentukan telur, sementara nyamuk jantan memperoleh makanan dari sari bunga (Center for Disease Control and Prevention, 2007).
Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit nematoda yang disebut filaria. Culex sp., nyamuk yang biasa berada di sekeliling manusia, merupakan salah satu vektor filariasis limfatik. Penyakit ini dapat menurunkan produktivitas penderita, karena adanya cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan, skrotum, payudara, dan genitalia wanita apabila tidak diobati (Center for Disease Control and Prevention, 2007; Wayangankar, 2010).
Filariasis limfatik mengenai lebih dari 90 juta orang di seluruh dunia dan ditemukan pada negara tropis dan subtropis. Di Afrika Tengah, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan, sedikitnya 21 juta orang terkena filariasis. Di Indonesia, sampai Oktober 2009 penderita kronis filariasis tersebar di 386 kabupaten / kota. Filariasis limfatik juga telah ditetapkan sebagai masalah kesehatan publik oleh WHO pada tahun 1997 sehingga diadakan program eliminasi secara global. Berbagai upaya untuk menghindari penularan dapat dilakukan untuk mengurangi angka kejadian filariasis (Center for Disease Control and Prevention, 2007; Depkes RI, 2009).
2
dapat dilakukan. Penggunaan larvasida dapat mencegah bertambahnya nyamuk dengan cara membunuh larva (Hunter, 1966; Motta, 2007).
N,N-dietil-m-toluamid (DEET) merupakan senyawa yang banyak digunakan sebagai repelen sintetik. Repelen ini bersifat toksik bagi tubuh manusia dan lingkungan. Efek samping yang timbul dapat berupa gangguan kulit seperti iritasi kulit, eritema, dan pruritus, sampai efek samping yang fatal seperti kejang, depresi saluran pernafasan, dan koma. Oleh karena itu, repelen dari bahan alami dengan efek samping minimal sangatlah dibutuhkan (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2010).
Repelen alami umumnya berasal dari tanaman yang mengandung minyak atsiri, salah satunya sereh (Cymbopogon nardus L.). Minyak sereh disebut
Oleum Citronella mengandung minyak atsiri dengan komponen utama citronellal
dan geraniol. Zat-zat tersebut bekerja menolak nyamuk dengan cara menghambat reseptor penciuman nyamuk. Pada awalnya, minyak sereh digunakan sebagai parfum karena baunya yang khas. Pemakaian minyak sereh sebagai repelen nyamuk dimulai pada awal abad ke-20 oleh tentara Indian dan selanjutnya didaftarkan untuk diperjualbelikan di Amerika Serikat pada tahun 1948. Minyak sereh kemudian terus digunakan sebagai repelen sampai sekarang (Guenther, 1990; Maia, 2011).
Minyak sereh sebagai repelen, pada umumnya digunakan dengan cara dioleskan langsung pada kulit tanpa penambahan zat pembawa. Penelitian yang dilakukan oleh Carroll dan Loye (2006) melaporkan proteksi terhadap nyamuk
Culex quinquefasciatus selama 100 menit setelah penggunaan topikal minyak sereh. Demikian juga penelitian yang dilakukan Catherina (2011) menyimpulkan bahwa minyak sereh berefek repelen terhadap nyamuk Culex sp., dan daya repelen semakin meningkat sesuai dengan kenaikan konsentrasi (Carroll, 2006).
3
Penulis tertarik meneliti daya repelen minyak sereh dengan penambahan basis. Dalam penelitian, bentuk sediaan obat yang akan digunakan adalah losio, dengan pertimbangan bentuk sediaan losio lebih mudah menyebar di permukaan kulit dan adanya zat pembawa dapat memperpanjang durasi kerja serta mengurangi efek samping (Ansel, 1989; Maia, 2011). Berdasarkan uraian di atas, penulis memilih penelitian dengan judul “Durasi Daya Repelen Losio Minyak Sereh (Cymbopogon nardus L.) terhadap Nyamuk Betina Culex sp. sebagai Vektor Filariasis Limfatik pada Manusia”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah penelitian ini adalah : 1. Apakah losio minyak sereh berefek repelen terhadap nyamuk betina Culex sp. 2. Apakah potensi repelen losio minyak sereh setara dengan DEET terhadap
nyamuk betina Culex sp.
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud Penelitian adalah untuk mencari repelen alami yang ramah lingkungan dengan efek samping minimal, dengan duration of action yang panjang.
Tujuan Penelitian :
1. Menilai efek repelen losio minyak sereh terhadap nyamuk betina Culex sp. 2. Membandingkan potensi repelen losio minyak sereh dengan DEET terhadap
nyamuk betina Culex sp.
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah
1. Manfaat akademis karya tulis ilmiah ini adalah untuk menambah pengetahuan mengenai bahan alami yang memiliki efek repelen.
4
1.5 Kerangka Pemikiran
N,N-dietil-m-toluamid (DEET) merupakan gold standard untuk repelen sintetik, dan memberikan efek yang baik jika tidak digunakan secara berlebihan. DEET bekerja dengan cara menghambat reseptor kimia karbondioksida dan asam laktat pada nyamuk. Karbondioksida dan asam laktat merupakan substansi yang dihasilkan tubuh manusia, sehingga nyamuk tidak dapat mendeteksi kulit yang diolesi DEET (Maia, 2011).
Minyak sereh (Oleum Citronella) mengandung minyak atsiri yang terdiri dari citronellal, citronellol, geraniol, citral, α-pinene, dan limonene. Senyawa-senyawa tersebut bekerja dengan menghambat reseptor penciuman nyamuk sehingga memiliki efek anti nyamuk. Minyak atsiri disebut juga minyak menguap atau minyak esensial, karena pada suhu biasa (suhu kamar) mudah menguap. Minyak atsiri memiliki bau khas mewakili bau tanaman asalnya (Guenther, 1990; Maia, 2011).
Losio adalah suatu suspensi, larutan, atau emulsi, yang bersifat encer dan digunakan sebagai obat luar. Losio mudah diserap oleh kulit dan mudah menyebar, sehingga memiliki duration of action yang lebih panjang daripada minyak atsiri (Ansel, 1989).
1.6 Hipotesis Penelitian
1. Losio minyak sereh berefek repelen terhadap nyamuk betina Culex sp.
2. Potensi repelen losio minyak sereh setara dengan DEET terhadap nyamuk betina Culex sp.
1.7 Metodologi Penelitian
5
jeda waktu satu hari, menggunakan hewan coba nyamuk betina Culex sp. Data yang diukur adalah durasi (menit) yang dibutuhkan sejak lengan pertama kali masuk ke dalam kandang sampai seekor nyamuk hinggap ke lengan subjek penelitian.
Analisis data menggunakan ANAVA satu arah, yang dilanjutkan dengan uji Tukey HSD dengan α=0,05 menggunakan perangkat lunak komputer, kemaknaan
43
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Simpulan dari penelitian ini adalah :
1. Losio minyak sereh berefek repelen terhadap nyamuk betina Culex sp.
2. Potensi repelen losio minyak sereh lebih lemah daripada DEET terhadap nyamuk betina Culex sp.
5.2 Saran
Saran dari penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini perlu dilanjutkan dengan genus nyamuk yang lain, misalnya
Aedes atau Anopheles.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel H.C. 1989. Sistem pemberian obat melalui kulit, salep, krim, lotio dan preparat lain. Dalam : Farida Ibrahim, ed. Pengantar bentuk sediaan farmasi, edisi 4. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). h.490-4, 513, 9-21.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2010. Bahaya deet pada insect – repellent. http://www.pom.go.id/public/siker/desc/produk/BahayaDEETpadaInsect. pdf, 6 Januari 2012.
Bateman C. 2012. Culex pipiens molestus pupa. http://www.flickr.com/photos/ craigbateman/6837752598/in/photostream, 18 September 2012.
Becker N., Petric D., Zgomba M., Boase C., Madon M., Dahl C., et al. 2010.
Mosquitoes and their control, 2nd ed. Verlag : Springer. p.9-24, 264-5.
Bergstrom K.G., Strober B.E. 2008. Principles of topical therapy. In : Wolff K., Goldsmith L.A., Katz S.I, Gilchrest B.A., Paller A.S., Leffell D.J., eds. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine, 7th ed. New York : McGraw-Hill. p.2091-6.
Brown D. 2012. Haiti takes on dreaded disease elephantiasis one mouth at a time. http://www.washingtonpost.com/national/health-science/haiti-takes-on- dreaded-disease-elephantiasis-one-mouth-at-a-time/2012/09/30/53c5e5b0-afef-11e1-80eb-46875d0c7789_story.html, 23 Oktober 2012.
Carroll S.P., Loye J. 2006. Pmd, a registered botanical mosquito repellent with deet-like efficacy. J Am Mosq Control Assoc., 22:507-14.
Center for Disease Control and Prevention. 2007. Mosquito-borne diseases. http://www.cdc.gov/ncidod/diseases/list_mosquitoborne.htm, 8 Desember 2011.
_______ 2012a. Repellents are an important tool to assist people in protecting themselves from mosquito-borne diseases. http://www.cdc.gov/ncidod/ dvbid/westnile/repellentupdates.htm, 13 Agustus 2012.
45
_______ 2012c. Filariasis. http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/HTML/Filariasis.htm, 17 September 2012.
_______ 2012d. Filariasis. http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/HTML/ImageLibrary/ A-F/Filariasis/body_Filariasis_il1.htm, 19 September 2012.
_______ 2012e. Filariasis. http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/HTML/ImageLibrary/ A-F/Filariasis/body_Filariasis_il2.htm, 28 Oktober 2012.
_______ 2012f. Filariasis. http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/HTML/ImageLibrary/ A-F/Filariasis/body_Filariasis_il5.htm, 28 Oktober 2012.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Formularium nasional, edisi 2. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. h.299, 314, 25.
_______ 1979. Farmakope indonesia, edisi 3. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. h.455.
_______ 2008. Riset kesehatan dasar 2007. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. h.99-102.
_______ 2009. Penderita filariasis tersebar di 386 kabupaten/kota. http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/453-penderita-filariasis-tersebar-di-386-kabupatenkota.html, 7 Desember 2011.
Department of Health Toxicology Unit. 2002. Review of the toxicology literature for the topical insect repellent diethyl-m-toluamide (deet) : Scientific evaluation and assessment. http://cot.food.gov.uk/pdfs/ dhreviewdeetno02.pdf, 14 Agustus 2012.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2009a. Komoditas tanaman sereh wangi. http://ditjenbun.deptan.go.id/budtansim/images/pdf/sereh%20wangi.pdf, 25 Agustus 2012.
_______ 2009b. Tanaman sereh wangi. http://ditjenbun.deptan.go.id/budtansim/ index.php?option=com_morfeoshow&task=view&gallery=10&Itemid=10, 19 September 2012.
46
Dransfield B. 2011. http://influentialpoints.com/Gallery/Mosquitoes_and_Biting_ Midges.htm, 17 September 2012.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1998. Parasitologi kedokteran, edisi 3. Srisasi Gandahusada, Herry D. Ilahude, Wita Pribadi, eds. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. h.222-3, 32-3.
Fradin M.S. 1998. Mosquitoes and mosquito repellents : A clinician’s guide. Ann
Intern Med., 128 : 931-40.
Fradin M.S., Day J.F. 2002. Comparative efficacy of insect repellents against mosquito bites. N Engl J Med., 347 : 13-8
Guenther E. 1990. Minyak sereh wangi. Dalam : S. Ketaren, R. Mulyono J., eds.
Minyak atsiri, edisi 1. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). h.74-6.
Herms W.B. 1969. Herms’s medical entomology. 6th ed. New York : Macmillan Publishing Co., Inc. p.169-76, 1097-8.
Hunter G.W., Frye, Swartzwelder. 1966. A manual of tropical medicine, 4th ed. Philadelphia : W.B. Saunders Company. p.752, 5, 94-5.
Kemas Ali Hanafiah. 2005. Rancangan percobaan teori dan aplikasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Kementrian Kesehatan RI. 2010. Filariasis di indonesia. Buletin Jendela Epidemiologi, 1 : 1-23.
Kongkaew C., Sakunrag I., Chaiyakunapruk N., Tawatsin A. 2011. Effectiveness of citronella preparations in preventing mosquito bites: systematic review of controlled laboratory experimental studies. Trop Med Int Health, 16 : 802-10.
Koul O., Walia S., Dhaliwal G.S. 2008. Essential oils as green pesticides : Potential and constraints. Biopestic. Int., 4 : 63-84.
47
Lawler S.P., Lanzaro G.C. 2005. Managing mosquitoes on the farm. http://www.vetmed.ucdavis.edu/ucmrp/publications/managingmosquitoeson thefarm.html, 18 September 2012.
Maia M.F., Moore S.J. 2011. Plant-based insect repellents: a review of their efficacy, development and testing. Malaria J., (suppl.1) 10 : 1-14.
Merck. 1983. The merck index, 10th ed. Windholz M., Budavari S., Blumetti R.F., Otterbein E.S., eds. Rahway : Merck & Co., Inc. p.332, 412, 629.
Motta S., Monti M. 2003. Insect repellents. In : Katsambas A.D., Lotti T.M., eds.
European handbook of dermatological treatments, 2nd ed. Verlag : Springer. p.747-50.
Nur Fatimah. 2012. Serai wangi : Tanaman perkebunan yang potensial. http://ditjenbun.deptan.go.id/bbp2tpsur/images/stories/perbenihan/sereh%20 wangi.pdf, 25 Agustus 2012.
Nutman T.B., Weller P.F. 2005. Filarial and related infections. In : Kasper D.L., Braunwald E., Fauci A.S., Hauser S.L., Longo D.L., Jameson J.L., eds. Harrison’s principles of internal medicine, 16th ed. New York : McGraw-Hill. p.1260-3.
Public Health Information and Resources of United States Air Force. 2012.
Arthropod taxonomy : Overview of militarily and medically significant arthropods. http://www.phsource.us/PH/ATAX/index.htm, 16 September 2012.
Schaefer H., Redelmeier T.E., Nohynek G.J., Lagemann J. 2008. Pharmacokinetics and topical applications of drugs. In : Wolff K., Goldsmith L.A., Katz S.I, Gilchrest B.A., Paller A.S., Leffell D.J., eds. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine, 7th ed. New York : McGraw-Hill. p.2097-102.
Service M. 2008. Culicine mosquitoes (culicinae). In : Medical entomology for students, 4th ed. Cambridge : Cambridge University Press. p.53-5.
48
Stanford University. 2012. Clinical presentations of lymphatic filariasis. http://www.stanford.edu/class/humbio103/ParaSites2006/Lymphatic_filaria sis/symptoms.htm, 19 September 2012.
United States Department of Agriculture. 2012. Plants profile. http://plants.usda.gov/java/profile?symbol=cyna, 3 Desember 2012.
United States Environmental Protection Agency. 1999. Other insecticides, acaricides, and repellents. In : Reigart J.R., Roberts J.R., eds. Recognition and management of pesticide poisoning, 5th ed. Washington DC : (tp). p.80-2.
_______ 2009. Active ingredients found in insect repellents. http://www.epa.gov/pesticides/health/mosquitoes/ai_insectrp.htm, 13 Agustus 2012.
_______ 2012. Using insect repellents safely.
http://www.epa.gov/pesticides/insect/safe.htm, 23 Oktober 2012.
Wayangankar S. 2010. Filariasis. http://emedicine.medscape.com/article/217776-overview#showall, 8 Desember 2011.
Wilcocks, Bahr M. 1972. Manson’s tropical diseases, 17th ed. London : Macmillan Publishers Ltd. p.216.
World Health Organization. 1997. Mosquitos and other biting diptera. In : Rozendaal J.A., ed. Vector control. http://www.who.int/
water_sanitation_health/resources/vector007to28.pdf, 16 September 2012.
_______ 2012. Lymphatic filariasis. http://www.who.int/mediacentre/ factsheets/fs102/en/, 22 Agustus 2012.