• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembiayaan Musyarakah di BJB Syariah KCP Kuningan sudah diberlakukan sejak BJB Syariah didirikan. Pembiayaan musyarakah sendiri adalah akad kerjasama yang terjadi diantara para pemilik modal untuk menggabungkan modal dan usaha secara bersama dalam suatu kemitraan. Pembiayaan musayarakah dapat digunakan semua jenis usaha, kecuali yang tidak sesuai dengan syariat Islam seperti perusahaan minuman keras dan perusahaan rokok. Menurut Bapak Dadan Darmawan Mutaqien selaku Marketing Pembiayaan di BJBS KCP Kuningan, Terdapat dua jenis pembiayaan yang menggunakan akad pembiayaan musyarakah, yaitu:

1. Pembiayaan Modal Kerja

Pembiayaan modal kerja ditujukan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja perusahaan dalam menjalankan bisnis/usahanya. Jangka waktu pembiayaan ini biasanya berkisar 1 s/d 3 tahun. Pembiayaan modal kerja dapat menggunakan skema murabahah, musyarakah, ataupun mudharabah. Skema musyarakah digunakan pada kasus pembiayaan yang tidak khusus untuk pembelian barang namun juga untuk memenuhi kebutuhan modal kerja perusahaan yang bersifat non kebendaan, misal: pembayaran gaji pegawai, biaya lain yang langsung berhubungan dengan bisnis perusahaan.

2. Investasi

Pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan pembelian aset perusahaan, misalnya pembelian mesin untuk perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi, pembelian alat-alat berat untuk para kontaktor tambang, pembelian gedung dan sebagainya. Jangka waktu pembiayaan ini biasanya lebih lama dari pada jangka waktu pembiayaan modal kerja, bisa sampai dengan 7 tahun. Hal tersebut tentunya didasarkan kemampuan cashflow nasabah.

(2)

Penjelasan diatas diperkuat dari hasil wawancara bersama Bapak Dadan Darmawan Mutaqien selaku Marketing Pembiayaan di BJBS KCP Kuningan yang menjelaskan bahwa:

Terdapat dua jenis pembiayaan yang menggunakan akad musyarakah di BJBS KCP Kuningan.

Dalam pembiayaan musyarakah pihak BJB Syariah bertindak sebagai mitra pasif, maksudnya adalah pemberi dana, dimana pemberi dana hanya memberikan modal tanpa ikut terlibat dalam menjalankan usaha namun setiap bulannya bank menerima bagi hasil dari keuntungan usaha musyarakah. Dalam menetapkan nisbah bagi hasil BJB Syariah dapat dilakukan melalui dua cara: pertama, pembagian keuntungan proporsional sesuai modal, pada cara ini keuntungan harus dibagi sesuai dengan modal yang disetorkan tanpa memandang apakah pekerjaan yang dilaksanakan oleh mitra sama ataupun tidak. Kedua, pembagian keuntungan tidak proporsional dengan modal, dengan cara ini dalam penentuan nisbah bukan hanya karena porsi modal yang disetorkan tetapi juga tanggung jawab mitra pada usaha tersebut atau waktu kerja yang lebih panjang, namun BJBS KCP Kuningan menggunakan cara pembagian hasil musyarakah sesuai dengan kesepakatan pada saat akad pembiayaan dengan mengambil persentase dari keuntungan usaha bukan dari besarnya modal musyarakah bank.

Menurut Bapak M.Akbar Ramadhan selaku Administrasi Pembiayaan di BJBS KCP Kuningan, Untuk mengajukan pembiayaan dengan akad musyarakah mitra harus melengkapi persyaratan kerjasama musyarakah dari pihak BJB Syariah dengan melampirkan KTP pengurus, SIUP, NPWP, Laporan Keuangan Usaha yang sudah diaudit. Adapun tahapan dalam melakukan akad musyarakah adalah sebagai berikut:

Pertama, Bank melihat karakteristik dari nasabah, dilihat dari pengalaman nasabah tersebut apakah sudah pernah bermasalah dengan bank. Kedua,memeriksa identitas nasabah tersebut, bank mensurvei tempat usaha dari nasabah tersebut. Ketiga, apabila perusahaan, maka dilihat dari Surat Ijin Usahanya. Keempat, Laporan Keuangannya apakah wajar dalam hasil auditnya, jika perusahaan kecil maka dilihat dari tabungan nasabah.

(3)

Penjelasan diatas diperkuat dari hasil wawancara bersama Bapak Dadan Darmawan Mutaqien selaku Marketing Pembiayaan di BJBS KCP Kuningan yang menjelaskan bahwa:

Untuk mengajukan pembiayaan dengan akad musyarakah mitra harus melengkapi persyaratan yang sudah ditetapkan oleh BJBS KCP Kuningan.

Pembiayaan dengan akad pembiayaan musyarakah sebenarnya kurang banyak digunakan di bank BJBS KCP Kuningan, bank lebih banyak bermain dengan menggunakan skema akad pembiayaan murabahah dikarenakan dianggap lebih mudah. Untuk pembiayaan musyarakah ssendiri di tahun 2017 hanya sebanyak 7 nasabah dengan total nominal pembiayaan yang telah disalurkan sebesar Rp.1.700.000.000; ini dikarenakan pembiayaan musyarakah setiap periodenya nasabah harus menyetorkan laporan laba rugi usahanya untuk menghitung pembagian bagi hasil masing-masing mitra dari usaha musyarakah.

A. Implementasi Pengakuan, Pengukuran, dan Pencatatan Transaksi Pembiayaan Musyarakah di Bank BJB Syariah Kantor Cabang Pembantu Kuningan

Dibawah ini akan disajikan implementasi dari pembiayaan modal kerja dengan menggunakan akad musyarakah yang ada di BJB Syariah KCP Kuningan dengan jenis pembiayaan musyarakah modal kerja.

1. Akad Transaksi Musyarakah

Pada tanggal 5 Februari 2017, nasabah dengan inisial Bapak Y menandatangani akad pembiayaan musyarakah modal kerja dengan bank BJBS Syariah KCP Kuningan. Nasabah mengajukan pembiayaan kepada bank karena mengalami kekurangan dana untuk modal kerjanya dengan total proyek sebesar Rp.150.000.000 tapi nasabah hanya memiliki dana sebesar Rp.50.000.000 sehingga kekurangannya akan menjadi modal kerja Bank sebesar Rp.100.000.000. Nasabah akan mengangsur pembiayaan musyarakah tersebut selama 12 bulan (1 Tahun) dengan kesepakatan pembagian hasil usaha musyarakah sebesar 15% untuk BJB Syariah dan

(4)

85% untuk nasabah dari hasil usaha musyarakah tersebut. BJBS KCP Kuningan membebankan biaya administrasi sebesar 875.000 kepada nasabah yang nantinya akan digunakan sebagai biaya-biaya yang terjadi selama akad musyarakah seperti biaya notaris, survei dan lain-lain, penetapan biaya administrasi ini sesuai dengan besarnya jumlah pembiayaan yang diberikan oleh pihak BJB Syariah. BJB Syariah juga membebankan denda keterlambatan atas pembayaran pembiayaan musyarakah sebesar Rp.4.250 per hari tunggakan kepada nasabah. Informasi akad musyarakah yang dilakukan oleh BJB Syariah sebagai mitra pasif dengan Bapak Y sebagai mitra aktif (nasabah), hal ini dapat dilihat pada skema sebagai berikut:

Ketentuan Pembiayaan

Jenis Pembiayaan : Musyarakah Modal Kerja Tujuan Penggunaan Dana : Modal Kerja

Jenis Akad : Al-Musyarakah

Modal Kerja Bank : Rp. 100.000.000 (66,67 %) Modal Nasabah : Rp. 50.000.000 (33,33 %) Total Proyek : Rp. 150.000.000

Jangka Waktu : 12 (Dua Belas) Bulan

Nisbah Bagi Hasil : 15 % (Bank) 85 % (Nasabah) Biaya Administrasi : Rp. 875.000

Denda Keterlambatan : Rp. 4.250 per hari tunggakan

Pengembalian pokok : Diangsur setiap bulan per tanggal 5 setiap bulannya

Pemberian Bagi hasil : Diangsur setiap bulan per tanggal 5 setiap bulannya

(5)

Tabel 4.1

Realisasi laba bruto usaha bapak Y Periode

(Bulan)

Laba Kotor (Rp) Porsi Basil (15

%) dalam rupiah

Tanggal pembayaran

I 20.000.000 3.000.000 5/03/2017

II 15.000.000 2.250.000 5/04/2017

III -5.000.000 750.000 5/05/2017

IV 25.000.000 3.750.000 7/06/2017

V 40.000.000 6.000.000 5 & 10/07/2017

VI 12.000.000 1.800.000 5/08/2017

VII 25.000.000 3.750.000 15/09/2017

VIII 15.000.000 2.250.000 10/10/2017

IX 30.000.000 4.500.000 5/11/2017

X 20.000.000 3.000.000 5 /12/2017

XI 27.000.000 4.050.000 5/01/2018

XII 35.000.000 5.250.000 5/02/2018

Tabel 4.2

Jadwal Angsuran Pokok

Jadwal Pengembalian Jumlah Angsuran Tanggal Pembayaran

5/03/2017 Rp. 8.333.333 5/03/2017

5/04/2017 Rp. 8.333.333 5/04/2017

5/05/2017 Rp. 8.333.333 5/05/2017

5/06/2017 Rp. 8.333.333 7/06/2017

5/07/2017 Rp. 8.333.333 5 & 10/07/2017

5/08/2017 Rp. 8.333.333 5/08/2017

5/09/2017 Rp. 8.333.333 15/09/2017

(6)

5/10/2017 Rp. 8.333.333 10/10/207

5/11/2017 Rp. 8.333.333 5/11/2017

5/12/2017 Rp. 8.333.333 5 &20/12/2017

5/01/2018 Rp. 8.333.333 5/01/2018

5/02/2018 Rp. 8.333.333 5/02/2018

Jumlah angsuran pokok yang harus diserahkan per bulan dapat dihitung dengan rumus berikut:

Pengembalian pokok perbulan = Total pembiayaan Jumlah bulan pelunasan

= Rp. 100.000.000 12

= Rp. 8.333.333

2. Pengakuan dan Pengukuran a. Investasi musyarakah

Pada saat penyerahan modal dalam bentuk kas maupun aset non-kas kepada nasabah, BJB Syariah mencatat dan mengakuinya sebagai pembiayaan musyarakah. Pembiayaan musyarakah yang diberikan pihak BJB Syariah kepada nasabah adalah berbentuk uang dan/atau barang bukan dalam bentuk piutang. Pembiayaan musyarakah diukur sebesar jumlah yang diberikan kepada nasabah sebesar Rp.100.000.00. Maka BJB Syariah melakukan pencatatannya sebagai berikut.

Dr. Pembiayaan musyarakah 100.000.000

Kr. Rekening bapak Y 100.000.000

Dalam PSAK 106 investasi musyarakah diakui pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset non kas kepada mitra aktif.

Investasi musyarakah diukur sebesar jumlah pembayaran kas atau aset non kas kepada mitra aktif. Pencatatan atas pengakuan dan pengukuran tersebut menurut PSAK 106 adalah:

(7)

Dr. Investasi musyarakah 100.000.000

Kr. Kas / Rekening nasabah 100.000.000 Implementasi yang dilakukan oleh BJBS KCP Kuningan atas pengakuan, pengukuran dan pencatatan dalam hal investasi musyarakah sudah sesuai dengan PSAK 106 paragraf 27. Hanya saja ada sedikit perbedaan yang tidak signifikan dimana dalam PSAK 106 akunnya diakui sebagai investasi musyarakah tetapi di BJB Syariah KCP Kuningan akunnya diakui sebagai pembiayaan musyarakah, hal ini menjadi sedikit perbedaan ketika dilapangan dimana lembaga-lembaga keuangan syariah lebih banyak menggunakan dan lebih banyak mengenal akun pembiayaan musyarakah.

b. Investasi musyarakah dalam bentuk kas

Dalam hal pembiayaan atas dasar Akad Musyarakah diberikan dalam bentuk uang harus dinyatakan secara jelas jumlahnya. BJBS KCP Kuningan mengakui pembiayaan musyarakah dalam bentuk kas sebagai debit pembiayaan musyarakah pada kas, dan pembiayaan dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah kas yang diberikan kepada nasabah dalam hal ini adalah sebesar Rp.100.000.000. Maka BJB Syariah mencatatnya dengan jurnal sebagai berikut.

Dr. Pembiayaan musyarakah 100.000.000

Kr. Kas 100.000.000

Menurut PSAK 106 investasi musyarakah dalam bentuk kas diakui sebagai investasi musyarakah dan diukur sebesar jumlah kas yang dibayarkan. Pencatatan untuk investasi musyarakah dalam bentuk kas berdasarkan PSAK 106 adalah sebagai berikut.

Dr. Investasi musyarakah-kas 100.000.000

Kr. Kas 100.000.000

Implementasi yang dilakukan oleh BJBS KCP Kuningan atas pengakuan, pengukuran dan pencatatan dalam hal investasi musyarakah dalam bentuk kas sudah sesuai dengan PSAK 106 paragraf 28 a. Hanya

(8)

saja ada sedikit perbedaan yang tidak signifikan dimana dalam PSAK 106 akunnya diakui sebagai investasi musyarakah tetapi di BJB Syariah KCP Kuningan akunnya diakui sebagai pembiayaan musyarakah, hal ini menjadi sedikit perbedaan ketika dilapangan dimana lembaga-lembaga keuangan syariah lebih banyak menggunakan dan lebih banyak mengenal akun pembiayaan musyarakah.

c. Investasi musyarakah dalam bentuk aset non kas

Pembiayaan musyarakah dalam aset non kas diakui sebagai debit pembiayaan musyarakah pada aset non kas. Dan pengukuran pembiayaan musyarakah aset non kas pada BJBS KCP Kuningan adalah:

1) Dalam hal pembiayaan atas dasar musyarakah yang diberikan dalam bentuk barang, maka barang tersebut harus dinilai atas dasar harga pasar (net realizable value) dan dinyatakan secara jelas jumlahnya.

2) Investasi musyarakah dalam bentuk barang yang diukur dengan nilai atas dasar harga pasar yang diserahkan akan berkurang nilainya sebesar penyusutan atas barang yang diserahkan.

Jurnal pencatatan yang dilakukan oleh BJBS KCP Kuningan untuk investasi musyarakah aset non kas adalah sebagai berikut.

Dr. Pembiayaan musyarakah xxx

Kr. Aset non kas xxx

Menurut PSAK 106 dalam bentuk aset non kas dinilai sebesar nilai wajar dan jika terdapat selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat aset non kas, maka selisih tersebut diakui sebagai:

1) Keuntungan tangguhan dan diamortisasi selama masa akad;

2) Kerugian pada saat terjadinya.

Investasi musyarakah non kas yang diukur dengan nilai wajar aset yang diserahkan akan berkurang nilainya sebesar beban penyusutan atas aset yang diserakan dikurangi dengan amortisasi keuntungan tangguhan (jika ada). Pencatatan menurut PSAK 106 untuk investasi aset non kas adalah sebagai berikut.

(9)

Dr. Investasi musyarakah-aset non kas xxx

Kr. Aset non kas xxx

Implementasi yang dilakukan oleh BJBS KCP Kuningan mengenai pengakuan, pengukuran dan pencatatan atas investasi musyarakah dengan aset non-kas sudah sesuai dengan PSAK 106 paragraf 28 dan 29. Hanya saja untuk nominal tidak dicantumkan karena dalam hal ini menggunakan implementasi aset dalam bentuk kas.

d. Biaya yang timbul akibat akad musyarakah

Bank BJBS KCP Kuningan mengakui biaya-biaya lain yang terjadi akibat akad musyarakah (seperti biaya notaris, materai dan biaya survei) sebagai pendapatan administrasi. Dengan menjelaskan secara rinci kepada nasabah digunakan untuk apa-apa saja biaya administrasi yang dibebankan kepada nasabah tersebut. Dan tidak dimasukan sebagai pembiayaan musyarakah karena tidak ada kesepakatan antara kedua pihak. Biaya yang timbul akibat akad musyarakah diukur sebesar jumlah yang dibebankan oleh pihak BJB Syariah kepada nasabah sebesar Rp.

875.000 sesuai dengan kesepakatan. Jurnal pencatatan untuk transaksi diatas adalah:

Dr. Rekening nasabah Y 875.000

Kr. Pendapatan administrasi 875.000

Dalam PSAK 106 Paragraf 30 dijelaskan bahwa biaya yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya, biaya studi kelayakan) tidak dapat diakui sebagai bagian investasi musyarakah kecuali ada persetujuan dari seluruh pihak. Biaya-biaya yang terjadi akibat akad musyarakah dikukur sebesar jumlah yang disepakati seluruh pihak. Pencatatan untuk transaksi diatas adalah:

Dr. Kas/Rekening nasabah 875.000

Kr. Pendapatan administrasi 875.000

(10)

Implementasi yang dilakukan oleh pihak BJB Syariah atas pengakuan, pengukuran dan pencatatan dalam hal biaya yang timbul akibat akad musyarakah sudah sesuai dengan PSAK 106 paragraf 30.

e. Pembayaran angsuran pokok dan pembayaran bagi hasil dari mitra pasif Pada saat BJB Syariah menerima pembayaraan angsuran pokok pembiayaan dan bagi hasil setiap bulannya sesuai dengan tanggal yang disepakati. BJB Syariah mengakui sebagai kas pada pembiayaan musyarakah dan kas pada pendapatan bagi hasil musyarakah. Pada saat pembayaran angsuran pokok dan bagi hasil BJB Syariah mengukur pembayaran tersebut sesuai dengan besar pembayaran pokok dan bagi hasil sebesar jumlah yang telah disepakati pada awal akad pembiayaan antara nasabah dengan pihak BJB Syariah yaitu untuk pembayaran angsuran pokok sebesar Rp 8.333.333 setiap bulannya dan pembayaran bagi hasil sesuai dengan pendapatan usahanya sebesar Rp.3.000.000 pada bulan pertama. Jurnal yang dicatat ketika bapak Y membayarkan bagi hasil dan pembayaran angsuran pokok pembiayaan musyarakah pada BJB Syariah sesuai dengan tanggal yang disepakati ialah:

Dr. Rekening bapak Y 3.000.000

Kr. Pendapatan bagi hasil musyarakah 3.000.000

Dr. Rekening bapak Y 8.333.333

Kr. Pembiayaan musyarakah 8.333.333

Menurut PSAK 106 pembayaran angsuran pokok diakui sebagai kas pada pembiayaan musyarakah dan pembayaran bagi hasil diakui sebagai kas pada pendapatan bagi hasil musyarakah. Dan diukur sebesar pembayaran pokok pada periode tersebut dan sebesar pembagian bagi hasil sesuai dengan kesepakatan akad musyarakah. Pencatatan PSAK 106 untuk transaksi diatas adalah sebagai berikut.

Dr. Kas / Rekening nasabah 8.333.333 Kr. Pembiayaan musyarakah 8.333.333

(11)

Dr. Kas / Rekening nasabah 3.000.000 Kr. Pendapatan bagi hasil musyarakah 3.000.000

Implementasi yang dilakukan oleh BJBS KCP Kuningan pada proses pengakuan, pengukuran dan pencatatan transaksi musyarakah mengenai Pembayaran angsuran pokok dan pembayaran bagi hasil dari mitra pasif sudah sesuai dengan PSAK 106.

f. Pembayaran angsuran pokok dan pembagian hasil dari mitra pasif yang mengalami keterlambatan

Pembayaran angsuran pokok yang mengalami keterlambatan dari waktu yang disepakati antara pihak BJB Syariah dengan nasabah diakui sebagai piutang musyarakah dan diukur sebesar jumlah jumlah kas yang diberikan untuk usaha musyarakah oleh pihak BJB Syariah kepada pihak nasabah dibagi dengan jumlah waktu yang disanggupi oleh nasabah untuk melunasi pembiayaan musyarakah tersebut dan dikurangi dengan kerugian usaha musyarakah (jika terjadi kerugian). Maka pencatatan yang dilakukan oleh pihak BJB Syariah untuk transaksi tersebut misalnya pada tanggal 5 Juni 2017 namun nasabah baru membayar tanggal 7 Juni 2017 adalah sebagai berikut.

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

05/06/2017 Piutang musyarakah jatuh tempo 8.333.333

Pembiayaan musyarakah 8.333.333

07/06/2017 Rekening Bapak Y 8.333.333

Piutang musyarakah jatuh tempo 8.333.333 05/06/2017 Piutang pendapatan basil musyarakah 3.750.000

Pendapatan bagi hasil musyarakah akrual

3.750.000

07/06/2017 Rekening Bapak Y 3.750.000

Piutang Pendapatan basil musyarkah 3.750.000 Berdasarkan PSAK 106 paragraf 33, disebutkan bahwa jika pembiayaan musyarakah belum dikembalikan oleh mitra aktif pada saat

(12)

jatuh tempo, pembiayaan tersebut selanjutnya diakui sebagai piutang.

Pengembalian pokok investasi bank oleh nasabah diukur sesuai jumlah yang ditentukan bersama pada saat akad musyarakah disepakati. Dan dalam paragraf 32 Bagian mitra pasif atas investasi musyarakah menurun (dengan pengembalian dana mitra pasif secara bertahap) dinilai sebesar jumlah kas yang dibayarkan untuk usaha musyarakah pada awal akad dikurangi jumlah pengembalian dari mitra aktif dan kerugian (jika ada).

Untuk pencatatan menurut PSAK 106 adalah.

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit

(Rp) 05/06/2017 Piutang musyarakah jatuh tempo 8.333.333

Pembiayaan musyarakah 8.333.333

07/06/2017 Kas / Rekening nasabah 8.333.333

Piutang musyarakah jatuh tempo 8.333.333 05/06/2017 Piutang pendapatan basil musyarakah 3.750.000

Pendapatan bagi hasil musyarakah akrual

3.750.000

07/06/2017 Kas / Rekening Nasabah 3.750.000

Piutang Pendapatan basil musyarkah 3.750.000 Implementasi yang dilakukan oleh pihak BJBS KCP Kuningan dalam hal pengakuan, pengukuran dan pencatatan untuk pembayaran angsuran pokok dan pembayaran bagi hasil musyarakah sudah sesuai sebagaimana dengan PSAK 106.

g. Denda keterlambatan

Untuk pembayaran yang mengalami keterlambatan pembayaran baik itu pembayaran angsuran pokok atau pembayaran bagi hasil BJB Syariah mengenakan denda keterlambatan kepada nasabah. Denda tersebut diakui sebagai dana kebajikan yang akan digunakan untuk kegiatan-kegiatan sosial dan diukur sebesar jumlah yang disepakati oleh

(13)

pihak BJB Syariah dengan pihak nasabah. Untuk pembiayaan dengan kisaran:

1) Rp.10.000.000-Rp.100.000.000 sebesar Rp.1.250 2) Rp.100.000.000-Rp.250.000.000 sebesar Rp.4.250 3) Rp.250.000.000-Rp.500.000.000 sebesar Rp.16.250 4) Rp.500.000.000-Rp.750.000.000 sebesar Rp.26.250 5) Rp.750.000.000-Rp.2.000.000.000 sebesar Rp.32.250

Kita implementasikan untuk pembayaran bulan September yang seharusnya dibayar pada tangga 5 namun bapak Y baru mampu membayar pada tanggal 15, sehingga bapak Y terhitung mengalami keterlambatan selama 10 hari dengan denda sebesar Rp.4.250 per hari tunggakannya. Maka perhitungan denda keterlambatan yang harus dibayar oleh bapak Y adalah besarnya denda dikalikan dengan jumlah hari keterlambatan, yaitu Rp.4.250 x 10 hari = Rp.42.500. Maka jurnal yang dicatat oleh BJB Syariah untuk transaksi tersebut adalah:

Dr. Kas-Dana kebajikan 42.500

Kr. Pendapatan non halal-Dana kebajikan 42.500

Dalam PSAK 106 pengenaan denda terhadap keterlambatan pengembalian dana musyarakah oleh mitra aktif diakui sebagai dana sosial. Dan diukur sebesar yang dibayarkan oleh mitra aktif kepada mitra pasif sesuai dengan kesepakatan akad. Pencatatan dalam PSAK 106 untuk denda keterlambatan adalah sebagai berikut.

Dr. Kas-Dana sosial 42.500

Kr. Pendapatan-Dana sosial 42.500

Implementasi yang dilakukan oleh pihak BJB Syariah mengenai pengakuan,pengukuran dan pencatatan denda keterlambatan transaksi musyarakah sudah sesuai sebagai mana dengan pengakuan dan pengukuran denda menurut PSAK 106.

h. Pengembalian pokok pembiayaan musyarakah diakhir akad

(14)

Pembiayaan musyarakah yang belum dikembalikan oleh mitra aktif pada saat akad berakhir diakui sebagai piutang musyarakah oleh pihak BJB Syariah sedangkan yang sudah mampu dikembalikan oleh nasabah diakui sebagai kas yang masuk dalam rekening nasabah pada pembiayaan musyarakah. Pada saat bank menerima kembali pengembalian modal musyarakah pada akhir akad dicatat sesuai dengan jumlah kas yang dikeluarkan atau dibayarkan untuk usaha musyarakah pada awal akad.

Maka pencatatan yang dilakukan oleh pihak BJBS KCP Kuningan untuk pengembalian pokok musyarakah diakhir akad adalah sebagai berikut.

Jika pembiayaan musyarakah mampu dikembalikan oleh mitra aktif pada saat jatuh tempo.

Rekening Bapak Y 100.000.000

Pembiayaan Musyarakah 100.000.000

Jika pembiayaan musyarakah belum dikembalikan oleh mitra aktif saat jatuh tempo, pembiayaan musyarakah tersebut selanjtunya diakui sebagai piutang.

Piutang Pembiayaan Musyarakah 100.000.000

Pembiayaan Musyarakah 100.000.000

Menurut PSAK 106 pada saat akad diakhiri, investasi musyarakah yang belum dikembalikan oleh mitra aktif diakui sebagai piutang.

Pengembalian dana mitra pasif diakhir akad dinilai sebesar jumlah kas yang dibayarkan untuk usaha musyarakah pada awal akad dikurangi dengan kerugian (jika ada); atau nilai wajar aset musyarakah non-kas pada saat penyerahan untuk usaha musyarakah setelah dikurangi penyusutan dan kerugian (jika ada). Pencatatan pengembalian pokok pembiayaan musyarakah pada akhir akad adalah sebagai berikut.

Pembiayaan musyarakah mampu dikembalikan oleh mitra aktif pada saat jatuh tempo.

Kas / Rekening nasabah 100.000.000

(15)

Pembiayaan Musyarakah 100.000.000

Pembiayaan musyarakah belum dikembalikan oleh mitra aktif saat jatuh tempo, pembiayaan musyarakah tersebut selanjtunya diakui sebagai piutang.

Piutang Pembiayaan Musyarakah jatuh tempo

100.000.000

Pembiayaan Musyarakah 100.000.000

 Saat nasabah membayar piutang pembiayaan musyarakah jatuh tempo.

Kas / Rekening Nasabah 100.000.000 Piutang Pembiayaan Musyarakah

Jatuh Tempo

100.000.000

Implementasi yang dilakukan oleh pihak BJBS KCP Kuningan dalam hal pengakuan, pengukuran dan pencatatan atas pengembalian pokok pembiayaan musyarakah pada akhir akad sudah sesuai sebagaimana dengan PSAK 106 paragraf 33.

1. Pembagian hasil usaha musyarakah

Pembagian hasil usaha musyarakah di BJBS KCP Kuningan menggunakan ketentuan sebagai berikut.

1) Pembagian hasil usaha dari pengelolaan dana dinyatakan dalam bentuk nisbah yang disepakati;

2) Nisbah bagi hasil yang disepakati tidak dapat diubah sepanjang jangka waktu investasi, kecuali atas dasar kesepakatan para pihak;

3) Nisbah bagi hasil dapat ditetapkan berjenjang “tiering” yang besarnya disepakati pada awal akad;

4) Pembagian keuntungan dapat dilakukan dengan metode bagi untung atau rugi (profit and loss sharing) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing);

(16)

BJB Syariah mengakui pembagian hasil usaha musyarakah sebagai pendapatan bagi hasil musyarakah jika mengalami keuntungan dan penyisihan kerugian jika mengalami kerugian. Dan diukur sebesar dengan jumlah yang disepakati pada saat awal akad mengenai pembagian keuntungan bagi hasil dan kerugiannya diukur sesuai dengan porsi dana dari masing-masing mitra. Pada bulan Maret 2017 BJB Syariah menerima pendapatan bagi hasil usaha musyarakah dari Bapak Y sebesar Rp.3.000.000 maka BJB Syariah langsung mengakui pendapatan bagi hasil pada periode tersebut. Pencatatan atas penerimaan bagi hasil pada 5 Maret 2017:

Rekening bapak Y 3.000.000

Pendapatan bagi hasil musyarakah 3.000.000

Menurut PSAK 106 Paragraf 34 Pendapatan usaha investasi musyarakah diakui sebesar bagian mitra pasif sesuai kesepakatan.

Sedangkan kerugian investasi musyarakah diakui sesuai dengan porsi dana.

Pendapatan bagi hasil musyarakah diakui sebagai debit kas pada pendapatan bagi hasil musyarakah saat mengalami keuntungan dan debit kas yang dikurangi penyisihan kerugian pada pembiayaan musyarakah, saat mengalami kerugian usaha. Maka jurnal yang dicatat atas transaksi diatas menurut PSAK 106 adalah sebagai berikut.

Kas / Rekening nasabah 3.000.000

Pendapatan bagi hasil musyarakah 3.000.000

Implementasi yang dilakukan oleh BJBS KCP Kuningan atas pengakuan, pengukuran dan pencatatan dalam hal pengakuan hasil usaha musyarakah sudah sesuai sebagaimana dengan PSAK 106 paragraf 34.

Penjelasan tentang pengakuan, pengukuran dan pencatatan diatas sesuai dengan hasil wawancara dengan bapak Dadan Darmawan Mutaqien dan bapak M.Akbar Ramadhan selaku Staf Administari dan Marketing Pembiayaan BJBS KCP Kuningan, menjelaskan bahwa:

(17)

Pengakuan, pengukuran dan pencatatan transaksi musyarakah di BJBS KCP Kuningan di implementasikan sesuai PSAK 106 mengenai Akuntansi Musyarakah.

3. Penyajian dan Pengungkapan

Pembiayaan musyarakah di BJBS KCP Kuningan disajikan dalam Laporan Keuangan (Neraca) yang berada disisi aktiva hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.3. Ketentuan akuntansi yang ada di BJBS KCP Kuningan juga mengungkapkan tentang transaksi-transaksi pembiayaan diantaranya jenis musyarakahnya, porsi dana masing-masing mitra, aktivitas usaha, pengelola usaha, pembagian hasil usaha musyarakah dan pengungkapan lain yang diperlukan. Bank wajib menjelaskan kepada nasabah mengenai karakteristik produk pembiayaan atas dasar akad musyarakah, serta hak dan kewajiban nasabah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia mengenai transfaransi informasi produk bank dan penggunaan data pribadi nasabah.

Tabel 4.3

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Per 31 Maret 2017 dan 31 Desember 2016

(dalam jutaan rupiah)

No. POS-POS

ASET 31Mar 2017 31 Des 2016

1. Kas 43,370 45,731

2. Penempatan pada Bank Indonesia 1,342,704 1,235,565 3. Penempatan pada bank lain 420,002 542,543

4. Tagihan spot dan forward - -

5. Surat berharga dimiliki 90,000 353,000

6. Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo)

657,951 149,621

7. Tagihan akseptasi - -

(18)

8. Piutang 4,336,131 4,315,972

a. Piutang murabahah 7,466,515 7,461,626

b. Pendapatan margin murabahah yang ditangguhkan -/-

(3,203,313) (3,215,363)

c. Piutang istishna’ 1,378 867

d. Pendapatan margin istishna’ yang ditangguhkan -/-

(517) (215)

e. Piutang qardh 72,037 69,017

f. Piutang sewa 31 40

9. Pembiayaan bagi hasil 930,791 1,054,188

a. Mudharabah 193,765 223,543

b. Musyarakah 737,026 830,645

c. Lainnya - -

10. Pembiayaan sewa 39,590 43,970

a. Aset ijarah 50,987 55,372

b. Akumulasi penyusutan/amortisasi -/- (11,397) (11,402)

c. Cadangan kerugian penurunan nilai - -

11. Penyertaan - -

12. Cadangan kerugian penurunan nilai aset produktif -/-

(732,162) (728,180)

a. Individual (483,583) (450,944)

b. Kolektif (248,579) (277,236)

13. Aset tidak berwujud 5,184 2,299

Akumulasi amortisasi -/- (1,879) (1,707)

14. Salam - -

15. Aset istishna’ dalam penyelesaian 165 -

a. Termin istishna’ -/- - -

16. Aset tetap dan inventaris 178,431 175,751

Akumulasi penyusutan -/- (32,514) (30,462)

(19)

17. Properti terbengkalai - -

18. Aset yang diambil alih 28,849 19,176

19. Rekening tunda - -

20. Aset antar kantor - -

a. Kegiatan operasional di Indonesia - -

b. Kegiatan operasional di luar Indonesia - - 21. Cadangan kerugian penurunan nilai aset

lainnya -/-

- -

22. Persediaan - -

23. Aset pajak tangguhan 132,377 137,253

24. Aset lainnya 131,527 126,933

TOTAL ASET 7,750,517 7,441,653

Menurut PSAK 106 paragraf 36 Mitra pasif menyajikan hal-hal sebagai berikut yang terkait dengan usaha musyarakah dalam laporan keuangan:

1) Kas atau aset yang diserahkan kepada mitra aktif disajikan sebagai investasi musyarakah.

2) Keuntungan tangguhan dari selisih penilaian aset non-kas yang diserakan pada akhir nilai wajar disajikan sebagai pos lawan (contra acount) dari investasi musyarakah.

Sedangkan mengenai pengungkapan akuntansi musyarakah sebagaimana PSAK 106 ialah mitra mengungkapkan hal-hal yang terkait transaksi musyarakah, tetapi tidak terbatas pada:

1) Isi kesepakatan utama usaha musyarakah, seperti : porsi dana, pengembalian hasil, aktivitas usaha musyarakah, dan lain-lain

2) Pengelola usaha, jika tidak ada mitra aktif

3) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah

(20)

Maka implementasi yang dilakukan oleh pihak BJBS KCP Kuningan dalam hal penyajian dan pengungkapan pembiayaan musyarakah sudah sesuai sebagaimana yang ada dalam PSAK 106 paragraf 37.

B. Analisis Kesesuaian Penerapan Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Musyarakah Pada Bank BJB Syariah Kantor Cabang Pembantu Kuningan Dengan PSAK No. 106

Setelah melihat bagaimana penggambaran implementasi perlakuan akuntansi mengenai transaksi pembiayaan musyarakah yang ada di BJB Syariah KCP Kuningan, selanjutnya penulis menganalisis kesesuaian perlakuan akuntansi atas transaksi musyarakah pada Bank BJB Syariah KCP Kuningan berdasarkan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia yaitu PSAK 106 tentang Akuntansi Musyarakah yang dijelaskan dalam uraian tabel dibawah ini.

Tabel 4.4

Analisis Pengakuan Dan Pengukuran

Aspek Perlakuan Akuntansi

Menurut PSAK No. 106

Perlakuan Akuntansi Pada bank BJB Syariah KCP Kuningan

Sesuai/Tidak Sesuai

Investasi musyarakah

Pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset non kas kepada mitra aktif dicatat sebagai investasi musyarakah. Dan diakui

sebesar jumlah

pembayaran kas atau penyerahan aset non kas kepada mitra aktif.

Pada saat penyerahan modal dalam bentuk kas maupun aset non-kas kepada mitra aktif dicatat dan diakui sebagai pembiayaan musyarakah. Pembiayaan atas dasar musyarakah diberikan dalam bentuk uang dan/atau barang, serta bukan dalam bentuk piutang

Sesuai dengan PSAK 106 paragraf 27.

Hanya saja ada sedikit perbedaan yang tidak signifikan dimana dalam PSAK 106 akunnya diakui sebagai investasi musyarakah tetapi di BJB Syariah KCP

(21)

atau tagihan. Kuningan akunnya diakui sebagai pembiayaan

musyarakah.

Investasi Musyarakah dalam bentuk kas

Investasi musyarakah dalam bentuk kas diakui sebagai investasi musyarakah dan diukur sebesar jumlah kas yang dibayarkan.

Pembiayaan dalam bentuk kas yang dinilai adalah sebesar jumlah yang diberikan kepada nasabah.

Dan diakui sebagai debit pembiayaan musyarakah- kas.

Sesuai dengan PSAK 106 Paragraf 28 a.

Hanya saja ada sedikit perbedaan yang tidak signifikan dimana dalam PSAK 106 akunnya diakui sebagai investasi musyarakah tetapi di BJB Syariah KCP Kuningan akunnya diakui sebagai pembiayaan

musyarakah.

Investasi musyarakah dalam bentuk aset nonkas

Dalam bentuk aset non kas dinilai sebesar nilai wajar dan jika terdapat selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat aset non kas, maka selisih tersebut diakui sebagai:

1. Keuntungan

tangguhan dan diamortisasi selama masa akad; atau

1. Dalam hal pembiayaan atas dasar musyarakah yang diberikan dalam bentuk barang, maka barang tersebut harus dinilai atas dasar harga pasar (net realizable value) dan dinyatakan secara jelas jumlahnya.

2. Pembiayaan musyarakah dalam bentuk barang

Sesuai

(22)

2. Kerugian pada saat terjadinya.

Investasi musyarakah non kas yang diukur dengan nilai wajar aset yang diserahkan akan berkurang nilainya sebesar beban penyusutan atas aset yang diserakan dikurangi dengan amortisasi keuntungan tangguhan (jika ada)

yang diukur dengan nilai atas dasar harga pasar yang diserahkan akan berkurang nilainya sebesar penyusutan atas barang yang diserahkan.

Biaya yang timbul akibat akad

musyarakah

Biaya yang terjadi akibat akad (misalnya, biaya studi kelayakan) tidak dapat diakui sebagai bagian investasi musyarakah kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra

Biaya-biaya lain yang timbul atas akad pencairan tidak masuk dan tidak diakui sebagai pembiayaan musyarakah karena tidak ada perjanjian sebelumnya.

Sesuai, karena BJBS KCP Kuningan tidak mengakui biaya lain yang timbul saat akad musyarakah sebagai pembiayaan

musyarakah karena tidak ada kesepakatan sebelumnya.

Pembayaran angsuran pokok dari mitra aktif

Pembayaran angsuran pokok dari mitra aktif diakui sebagai kas pada pendapatan musyarakah.

Dalam PSAK 106 paragraf 32 Bagian mitra pasif atas investasi musyarakah

Pada saat bank menerima kembali pengembalian modal musyarakah pada akhir akad dinilai dan dicatat sesuai dengan

jumlah kas yang

dikeluarkan atau dibayarkan

Sesuai

(23)

menurun (dengan pengembalian dana mitra pasif secara bertahap) dinilai sebesar jumlah kas yang dibayarkan untuk usaha musyarakah pada awal akad dikurangi jumlah pengembalian dari mitra aktif dan kerugian (jika ada)

untuk usaha musyarakah pada awal akad.

Pembayaran angsuran pokok dari mitra aktif yang mengalami keterlambatan

Berdasarkan PSAK 106 paragraf 33, disebutkan bahwa jika pembiayaan musyarakah belum dikembalikan oleh mitra aktif pada saat jatuh tempo, pembiayaan tersebut selanjutnya diakui sebagai piutang.

Pengembalian pokok investasi bank oleh nasabah sesuai dengan jadwal dan diukur sesuai jumlah yang ditentukan bersama pada saat akad musyarakah disepakati.

Dan dalam paragraf 32 Bagian mitra pasif atas investasi musyarakah

Pembayaran angsuran di BJBS KCP Kuningan ketika mengalami keterlambatan akan diakui sebagai piutang pembiayaan musyarakah.

Dan pengembalian pokok angsuran diukur sesuai dengan jumlah yang disepakati pada saat akad.

Sesuai

(24)

menurun (dengan pengembalian dana mitra pasif secara bertahap) dinilai sebesar jumlah kas yang dibayarkan untuk usaha musyarakah pada awal akad dikurangi jumlah pengembalian dari mitra aktif dan kerugian (jika ada)

Denda

keterlambatan

Berdasarkan PSAK 106 dan diperkuat oleh Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 17/DSN-MUI/IX/2000 Besaran denda atas keterlambatan diakui sebagai dana sosial atau Qardhul Hasan yang diukur sesuai jumlah uang yang besarnya ditentukan atas dasar kesepakatan dan dibuat saat akad ditandatangani.

Untuk pembayaran yang mengalami keterlambatan pembayaran baik itu pembayaran angsuran pokok atau pembayaran bagi hasil BJB Syariah mengenakan denda keterlambatan kepada nasabah. Denda tersebut diakui sebagai dana kebajikan yang akan digunakan untuk kegiatan- kegiatan sosial daan dikur sebesar jumlah yang disepakati oleh pihak BJB Syariah dengan pihak nasabah. Untuk pembiayaan dengan kisaran:

1) Rp.10.000.000- Rp.100.000.000

Sesuai

(25)

sebesar Rp.1.250 2) Rp.100.000.000-

Rp.250.000.000 sebesar Rp.4.250 3) Rp.250.000.000-

Rp.500.000.000 sebesar Rp.16.250 4) Rp.500.000.000-

Rp.750.000.000 sebesar Rp.26.250 5) Rp.750.000.000-

Rp.2.000.000.000 sebesar Rp.32.250

Pengembalian pokok

pembiayaan musyarakah diakhir akad

Pada saat akad diakhiri, investasi musyarakah yang belum dikembalikan oleh mitra aktif diakui sebagai piutang. Pengembalian dana mitra pasif diakhir akad dinilai sebesar jumlah kas yang dibayarkan untuk usaha musyarakah pada awal akad dikurangi dengan kerugian (jika ada); atau nilai wajar aset musyarakah non-kas pada saat penyerahan untuk

Jika nasabah belum mampu mengembalikan pembiayaan musyarakah pada saat jatuh

tempo maka bank

mengakuinya sebagai piutang pembiayaan musyarakah jatuh tempo.

Pada saat bank menerima kembali pengembalian modal musyarakah pada akhir akad dinilai dan dicatat sesuai dengan jumla kas yang dikeluarkan atau dibayarkan untuk usaha musyarakah pada awal akad

Sesuai, karena bank juga mengakui pembiayaan yang belum dikembalikan sebagai piutang. Hal ini sesuai dengan PSAK 106 Paragraf 33.

(26)

usaha musyarakah setelah dikurangi penyusutan dan kerugian (jika ada)

Bagi hasil musyarakah

Pendapatan usaha investasi musyarakah diakui sebesar bagian mitra pasif sesuai kesepakatan. Sedangkan kerugian investasi musyarakah diakui sesuai dengan porsi dana.

1. Pembagian hasil usaha dari pengelolaan dana dinyatakan dalam bentuk nisbah yang disepakati;

2. Nisbah bagi hasil yang disepakati tidak dapat diubah sepanjang jangka waktu investasi, kecuali atas dasar kesepakatan para pihak;

3. Nisbah bagi hasil dapat ditetapkan berjenjang

“tiering” yang besarnya disepakati pada awal akad;

4. Pembagian keuntungan dapat dilakukan dengan metode bagi untung atau rugi (profit and loss sharing) atau

metode bagi

pendapatan (revenue sharing);

Sesuai, karena pengakuan pendapatan hasil usaha di BJBS KCP Kuningan juga diakui sesuai dengan kesepakatan

sebagaimana PSAK 106 Paragraf 34

(27)

Tabel 4.5

Analisis Pengungkapan

Aspek Perlakuan Akuntansi

Menurut PSAK No. 106

Perlakuan Akuntansi Pada bank BJB Syariah KCP Kuningan

Sesuai/Tidak sesuai

Transaksi musyarakah

Mitra mengungkapkan hal- hal yang terkait transaksi musyarakah, tetapi tidak terbatas pada:

a. Isi kespakatan utama usaha musyarakah, seperti : porsi dana, pengembalian hasil, aktivitas usaha musyarakah, dan lain- lain

b. Pengelola usaha, jika tidak ada mitra aktif c. Pengungkapan yang

diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah

Ketentuan akuntansi yang ada di BJBS KCP Kuningan juga mengungkapkan tentang transaksi-transaksi pembiayaan diantaranya jenis musyarakahnya, porsi dana masing-masing mitra, aktivitas usaha, pengelola usaha, pembagian hasil usaha musyarakah dan pengungkapan lain yang diperlukan.

Bank wajib menjelaskan kepada nasabah mengenai karakteristik produk pembiayaan atas dasar akad musyarakah, serta hak dan kewajiban nasabah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia mengenai transfaransi informasi

produk bank dan

penggunaan data pribadi nasabah

Sesuai dengan PSAK 106 paragraf 37, karena BJBS KCP Kuningan juga mengungkapkan pembagian porsi dana masing-masing mitra dan bagi hasil usaha dalam laporan keuangannya.

(28)

Tabel 4.6 Analisis Penyajian

Aspek Perlakuan Akuntansi

Menurut PSAK No. 106

Perlakuan Akuntansi Pada Bank BJB Syariah KCP Kuningan

Sesuai/Tidak Sesuai

Laporan

keuangan usaha musyarakah

Mitra pasif menyajikan hal-hal sebagai berikut yang terkait dengan usaha musyarakah dalam laporan keuangan:

a. Kas atau aset yang diserahkan kepada mitra aktif disajikan sebagai investasi musyarakah

b. Keuntungan tangguhan dari selisih penilaian aset non-kas yang diserakan pada akhir nilai wajar disajikan sebagai pos lawan (contra acounti) dari investasi musyarakah

Penyajian akuntansi musyarakah di BJBS KCP Kuningan dapat dilihat pada Tabel 4.3 mengenai Laporan Keuangan (Neraca) Tahunan, yakni tahun 2017 dan 2016.

Sesuai, Penyajian akuntansi musyarakah

di BJBS KCP

Kuningan dapat dilihat pada Tabel 4.3 mengenai Laporan Keuangan (Neraca) Tahunan, yakni tahun 2017 dan 2016 dan sudah sesuai dengan PSAK 106 paragraf 35 dan 36 karena mitra aktif juga ikut mencatat setiap laporan hasil usahanya setiap periode, mulai dari laporan keuangan (Neraca) dan laporan laba rugi

C. Analisis Ekonomi Terhadap Hasil Penelitian

Bank BJBS KCP Kuningan sudah baik dalam mengimplementasikan transaksi musyarakah sesuai dengan PSAK 106 tentang akuntansi musyarakah

(29)

yang merupakan standar akuntansi keuangan yang ada di Indonesia. Semua aturan-aturan main dalam akuntansi syariah yang sudah dapat di implemetasikan dengan baik oleh bank BJBS KCP Kuningan, dengan ini dapat diharapkan sistem pengakuan, pengukuran dan pencatatan ini akan benar-benar dapat dilakukan dan sesuai dengan kaidah-kaidah syariah sehingga pelaporannyapun nanti akan sesuai dengan PSAK. Dari segi ekonomi penerapan akuntansi yang sudah sesuai dengan aturan dan kaidah-kaidah syariah ini akan memberikan dampak yang baik, terlebih lagi jika semua bank dan lembaga keuangan lainnya menggunakan PSAK seperti halnya bank BJB Syariah dalam laporan-laporan keuangannya mulai dari pengakuan, pengukuran, pencatatan, pengunkapan, penyajian hingga pelaporannya ini akan memberikan dampak yang sangat baik. Dampak penelitian ini terhadap ekonomi diantaranya:

1. Kepercayaan masyarakat akan lebih baik terhadap bank syariah

Dengan semakin baiknya tingkat kepercayaan masyarakat kepada bank syariah maka akan lebih mempermudah menarik minat masyarakat terhadap bank syariah, ini akan membantu bank syariah berkembang menjadi bank yang lebih besar. Jika bank syariah mampu berkembang menjadi lebih besar dan dipercaya masyarakat, akan dapat memberi konstribusi terhadap pertumbuhan ekonomi negara.

2. Terjadi transparansi yang dapat diandalkan

Transparansi disini maksudnya adalah adanya keterbukaan antara nasabah dan pihak bank. sehingga akan tumbuh rasa saling percaya dan keterbukaan nasabah (mitra) terhadap pihak bank. dalam melakukan transaksi bank wajib untuk menyampaikan informasi kepada nasabah, yaitu:

a. Nama produk b. Jenis produk

c. Manfaat dan risiko produk

d. Persyaratan dan tata cara penggunaan produk e. Biaya-biaya yang melekat

(30)

f. Perhitungan bunga/bagi hasil/margin keuntungan g. Jangka waktu berlakunya produk, serta

h. Penerbitan produk

Peraturan Bank Indonesia No. 7/6/PBI/2005 tentang transparansi produk dan penggunaan data nasabah tidak hanya mewajibkan bank untuk menyampaikan informasi yang lengkap dan jelas kepada masyarakat, namun juga mewajibkan bank untuk menjaga data nasabahnya. Bank diperkenankan memberikan data pribadi nasabah kepada pihak lain dengan syarat telah mendapat persetujuan tertulis dari nasabah. Dimana, sebelum menyetujui datanya dapat diberikan kepada pihak lain, nasabah berhak mendapat penjelasan mengenai tujuan dan konsekunesi dari pemberian data pribadi nasabah tersebut kepada pihak lain.

3. Tidak terjadinya Asimetri Informasi

Dalam bidang ekonomi, asimetri informasi terjadi salah satu pihak dari suatu transaksi memiliki informasi lebih banyak atau lebih baik dibandingkan pihak lainnya. (Sering juga disebut dengan istilah informasi asimetrik/informasi asimetris). Asimetri informasi merupakan kondisi dimana ada ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi (prepaper) dengan pihak pemegang saham dan stakeholder pada umumnya sebagai pengguna informasi (user).

Namun karena kesesuaian yang diterapkan oleh BJBS KCP Kuningan sebagaimana sesuai dengan PSAK 106 ini diharapkan pihak bank dan nasabah sama-sama memperoleh informasi yang sesuai, sehingga tidak ada pihak yang merugikan atau dirugikan.

4. Terhindarnya moral hazard

Moral hazard adalah salah satu model dari asimetris informasi. Moral hazard yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman sehingga manajer dapat melaakukan tindakan di luar pengetahuan pemegang

(31)

saham yang melanggar kontrak dan sebenernya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan.

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 3 Tahap Kegiatan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus. Metode digunakan untuk mendapatkan informasi tentang kapasitas, titik

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang sistem informasi keluar masuk gabah dengan algoritma FIFO (First In First Out) menggunakan Visual Basic 2010 di Gudang

Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan paving block dengan luas permukaan yang hampir sama pada umur 28 hari, didapatkan nilai kuat tekan tertinggi adalah 24,14 MPa

Dengan memperhatikan kembali siklus hidrologi dapat diketahui bahwa air yang jatuh dipermukaan tanah sebagiam mengalir dipermukaan tanah dan menjadi aliran limpasan yang

Dari uraian diatas dan berdasarkan hasil dari penelitian terdahulu, maka penulis melakukan penelitian ini dengan judul ´ Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kualitas

Adapun penelitian lain yang dilakukan oleh Seli Noeratih, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang,

Data dari laporan realisasi anggaran memberikan gambaran yang lebih rinci oleh Sekolah Dasar Negeri 021 Loa Janan Kutai Kartanegara selama tahun 2013, dan dapat

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menjelaskan keterkaitan di antara variabel yang diteliti untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan