BAB
KETERPADUAN STRATEGI
PENGEMBANGAN KABUPATEN DAIRI
5.1. RTRW KABUPATEN DAIRI
5.1.1. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Wilayah
Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Dairi merupakan arahan perwujudan ruang
yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Tujuan penataan ruang wilayah
Kabupaten Dairi, yaitu :
”Mewujudkan Wilayah Kabupaten Dairi Yang Aman, Nyaman, Produktif,
Berwawasan Lingkungan dan Berorientasi Agribisnis”
Berdasarkan tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Dairi yang ingin dicapai, maka
kebijakan dan strategi penataan ruang untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah
Kabupaten Dairi dapat diuraikan sebagai berikut.
A. Kebijakan struktur ruang, yaitu :
i. Peningkatan pelayanan pusat-pusat kegiatan yang merata, berhierarki dan sinergis;
ii. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi,
telekomunikasi, energi, sumber daya air, serta prasarana dan sarana wilayah yang
terpadu dan merata di seluruh wilayah.
Peningkatan pelayanan pusat-pusat kegiatan yang merata, berhierarki dan sinergis.
Strategi untuk mewujudkan kebijakan tersebut, yaitu :
• Meningkatkan keterkaitan antar pusat-pusat kegiatan;
• Menjaga berfungsinya secara optimal pusat-pusat kegiatan yang sudah ada;
• Mendorong berfungsinya pusat-pusat kegiatan baru.
Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi,
telekomunikasi, energi, sumber daya air, serta prasarana dan sarana wilayah yang
terpadu dan merata. Strategi untuk mewujudkan kebijakan tersebut, yaitu :
• Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan
pelayanan transportasi darat serta keterpaduan intra dan antar moda transportasi;
• Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi;
• Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tidak
terbarukan serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik secara
optimal;
• Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan sistem
jaringan sumber daya air, mempercepat konservasi sumber air, serta meningkatkan
pengendalian daya rusak air.
B. Kebijakan Pola Ruang, yaitu :
i. Kebijakan Pengembangan Kawasan Lindung, yaitu :
• Pemeliharaan dan perwujudan Kelestarian fungsi lingkungan hidup dan
pengembalian keseimbangan ekosistem;
Strategi untuk mewujudkan kebijakan tersebut, yaitu :
Mengusulkan pelepasan kawasan hutan lindung sesuai ketentuan
perundang-undangan;
Mempertahankan luasan kawasan lindung, dan meningkatkan kualitas
kawasan lindung;
Mengelola kawasan lindung untuk mendukung terwujudnya pembangunan
berkelanjutan, dengan mengembalikan ekosistem kawasan lindung,
memantapkan kawasan berfungsi lindung, merehabilitasi kawasan lindung
dalam rangka pengendalian dan pengawasan kawasan lindung.
• Pecegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan
lingkungan hidup.
Strategi untuk mewujudkan kebijakan tersebut, yaitu :
Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup
terutama kawasan tangkapan air, sungai, danau/waduk dan mata air;
Melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau
dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu
mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya;
Melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi,
dan/atau komponen lain yang dibuang kedalamnya;
Mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung
menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan
hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan;
Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk
menjamin kepentingan generasi saat ini dan generasi masa depan;
Mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin kesinambungan
ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta
keanekaragamannya;
Mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi bencana
di kawasan rawan bencana.
ii. Kebijakan Pengembangan Kawasan Budidaya, yaitu :
• Perlindungan lahan pertanian terhadap alih fungsi lahan;
Strategi untuk mewujudkan kebijakan tersebut, yaitu :
Menetapkan kawasan yang sudah dan yang berpotensi untuk dikembangkan
Meningkatkan produktifitas pertanian tanaman pangan.
• Peningkatan pengelolaan potensi daerah berbasis agribisnis, ekonomi kerakyatan
dan kepariwisataan;
Strategi untuk mewujudkan kebijakan tersebut, yaitu :
Meningkatkan keterampilan petani, pengelolaan agribisnis melalui pemberian
insentif, pengembangan kawasan strategis dan komoditas unggulan;
Memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan usaha kecil dan menengah
untuk mengolah hasil-hasil pertanian;
Memfasilitasi promosi usaha komoditas pertanian, usaha kecil dan menengah;
Meningkatkan kajian dan mengelola potensi pariwisata.
• Pengalokasian ruang didasarkan pada karakteristik wilayah;
Strategi untuk mewujudkan kebijakan tersebut, yaitu :
Menetapkan kawasan budidaya dan kawasan rawan bencana sesuai dengan
karakteristik alam.
• Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar sesuai dengan fungsi dan
tidak melampaui daya dukung dan daya tampung;
Strategi untuk mewujudkan kebijakan tersebut, yaitu :
Menetapkan ketentuan-ketentuan peraturan zonasi pada masing-masing
kawasan budidaya sesuai dengan karakteristiknya;
Membatasi perkembangan kegiatan budidaya terbangun di kawasan rawan
bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian
akibat bencana;
Mengendalikan pemanfaatan di kawasan budidaya melalui mekanisme
perizinan;
bagi kegiatan yang mengakibatkan gangguan bagi fungsi utamanya;
Melakukan penertiban bagi kegiatan-kegiatan yang tidak sesuai fungsi.
• Pengembangan sektor ekonomi unggulan melalui peningkatan daya saing dan
diversifikasi produk.
Strategi untuk mewujudkan kebijakan tersebut, yaitu :
Menetapkan dan mengembangkan kawasan agropolitan sebagai strategi
pengembangan wilayah dalam usaha pengembangan sistem agribisnis yang
disinergikan untuk mengoptimalkan kawasan dalam pembangunan;
Mengembangkan kegiatan ekonomi berbasis pada sumberdaya alam dan
potensi lokal;
Mendorong kegiatan pengolahan komoditi unggulan di pusat produksi
komoditi unggulan;
Mengembangkan kawasan budidaya untuk mendorong dan meningkatnya
kegiatan usaha produktif.
iii. Kebijakan Pengembangan Kawasan Strategis, yaitu :
• Kebijakan kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup;
• Kebijakan kawasan strategis dari sudut kepentingan kepentingan pertumbuhan
ekonomi;
Strategi untuk mewujudkan kebijakan tersebut, yaitu :
Mengembangkan kawasan agropolitan yang berkesinambungan;
Mengembangkan kawasan-kawasan strategis ekonomi sesuai dengan daya
dukung dan potensinya.
• Kebijakan kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya;
Merevitalisasi situs-situs peninggalan budaya;
Mengembangkan potensi-potensi bidang kebudayaan dan pariwisata dalam
rangka menunjang pengembangan ekonomi wilayah.
• Kebijakan kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya
alam.
• Strategi untuk mewujudkan kebijakan tersebut, yaitu mengembangkan potensi
sumberdaya alam yang dimiliki untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat
dengan melestarikan lingkungan.
Strategi untuk mewujudkan kebijakan tersebut, yaitu memelihara keseimbangan ekosistem di sekitar kawasan strategis serta wilayah hulu yang mempengaruhinya
5.1.2. Rencana Struktur Ruang
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan kerangka tata ruang wilayah
kabupaten yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhierarki satu
sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten
terutama jaringan transportasi.
Pusat kegiatan di wilayah kabupaten merupakan simpul pelayanan sosial, budaya,
ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat di wilayah kabupaten, sedangkan sistem
jaringan prasarana wilayah kabupaten meliputi sistem prasarana transportasi, energi,
telekomunikasi, dan sumber daya air yang mengintegrasikannya dan memberikan
layanan bagi fungsi kegiatan yang ada di wilayah kabupaten.
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria :
1. Mengakomodasi rencana struktur ruang nasional, rencana struktur ruang wilayah
provinsi, dan memperhatikan rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota yang
berbatasan;
2. Jelas, realistis, dan dapat di implementasikan dalam jangka waktu perencanaan;
3. Pusat-pusat permukiman yang ditetapkan oleh pemerintah kabupaten memenuhi
a) Terdiri atas Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), Pusat Pelayanan Lingkungan
(PPL), serta pusat kegiatan lain yang berhierarki lebih tinggi yang berada di
wilayah kabupaten yang kewenangan penentuannya pada Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Provinsi;
b) Memuat penetapan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) serta Pusat Pelayanan
Lingkungan (PPL);
c) Harus berhierarki dan tersebar secara proporsional di dalam ruang serta
saling terkait menjadi satu kesatuan sistem wilayah kabupaten.
4. Dapat memuat pusat-pusat kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada angka 3
huruf a diatas dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Pusat kegiatan yang dipromosikan untuk dikemudian hari ditetapkan sebagai
PKL (dengan notasi PKLp)
b) Pusat kegiatan yang dapat ditetapkan menjadi PKLp hanya Pusat Pelayanan
Kawasan (PPK)
c) Pusat kegiatan sebagaimana dimaksud huruf a diatas harus ditetapkan
sebagai Kawasan Strategis Kabupaten dan mengindikasikan program
pembangunannya di dalam arahan pemanfataan ruangnya, agar
pertumbuhannya dapat didorong untuk memenuhi kriteria PKL.
5. Sistem jaringan prasarana Kabupaten dibentuk oleh sistem Jaringan Transportasi
sebagai sistem jaringan prasarana utama dan dilengkapi dengan sistem jaringan
prasarana lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5.1.2.1. Sistem Perkotaan Kabupaten Dairi
A. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) di Kabupaten Dairi
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (RTRWN); menetapkan Kota Sidikalang sebagai Pusat Kegiatan Wilayah
Sehubungan dengan itu, sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor
23 Tahun 2006 tentang Rencana Umum Tata Ruang Kawasan Perkotaan Sidikalang,
Kota Sidikalang terdiri dari 2 (dua) Kecamatan, yaitu Kecamatan Sidikalang dan
Kecamatan Sitinjo sebagai hasil pemekaran Kecamatan Sidikalang.
Selain PKW, Kabupaten Dairi termasuk dalam pengembangan kawasan andalan
Provinsi Sumatera Utara, merupakan bagian dari Pengembangan Kawasan Tapanuli
dan sekitarnya dengan fokus pengembangan pada sektor perkebunan,
pertambangan, perikanan laut, pertanian, industri dan pariwisata.
Kawasan Strategis Nasional di Kabupaten Dairi meliputi 3 (tiga) kawasan, yaitu :
• Kawasan Danau Toba dan sekitarnya di Kecamatan Silahisabungan;
• Kawasan Ekosistem Leuser di Kecamatan Tanah Pinem, Gunung Sitember,
Silima Pungga-pungga dan Siempat Nempu Hilir;
• Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser di Kecamatan Tanah Pinem.
Wilayah Sungai (WS) di Kabupaten Dairi terdiri dari 2 (dua) WS, yaitu :
• WS Toba – Asahan (Sumatera Utara – Strategis Nasional) dengan tahapan
pengembangan I-IV/A/1; WS Toba – Asahan di Kabupaten Dairi terdiri dari 11
anak sungai yang dialirkan ke Danau Toba melalui Waduk PLTA Renun di
Kecamatan Sumbul telah dimanfaatkan untuk PLTA Renun dengan Kapasitas
Tenaga 2 x 41 MW atau setara dengan 82 MW.
• WS Alas – Singkil termasuk DAS Singkil (Nanggroe Aceh Darussalam dan
Sumatera Utara - Lintas Provinsi) dengan tahapan pengembangan I-IV/A/1.
B. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sumatera Utara di
Kabupaten Dairi
Sistem Perkotaan Provinsi Sumatera Utara di Kabupaten Dairi didasari kriteria dan
arahan kebijakan sistem hierarki perkotaan dengan rencana struktur pusat kegiatan
• 1 (satu) PKN;
• 9 (sembilan) PKW;
• 40 (empat puluh) PKL.
1 (satu) diantara 9 (sembilan) PKW di Provinsi Sumatera Utara berada di Ibukota
Kabupaten Dairi, yaitu Kota Sidikalang dengan fungsi utama sebagai Pusat
Pemerintahan Kabupaten Dairi, Industri Pengolahan Hasil Pertanian dan
Perdagangan sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel. 5.1. Rencana Sistem Perkotaan Kabupaten Dairi di Provinsi Sumatera Utara
No Hierarki Kota
Kabupaten Status Kota Strategi Fungsi yang Diarahkan 1. PKW Kecamatan
Selain itu, kebijakan struktur ruang wilayah Kabupaten Dairi yang ditetapkan dalam
RTRW Provinsi Sumatera Utara, yaitu :
• Menetapkan Pengembangan Jaringan Jalan Strategis Keruangan, yaitu
Jaringan Jalan lintas tengah menghubungkan Batas Aceh – Lau Pakam –
Sidikalang – Panji – Tele – Dolok Sanggul – Siborongborong – Tarutung –
Sipirok – Padang Sidempuan – Siabu – Jembatan Merah – Ranjau Batu – batas
Sumatera Barat
• Pengembangan jaringan jalan Kolektor Primer (K-1 dan K-2) menghubungkan :
Medan – Kabanjahe – Kutabuluh – Lau Pakam – batas Aceh – Sidikalang
- Kutabuluh – ke arah Tapak Tuan (batas Aceh) - Kabanjahe – Merek – Sumbul
– Sidikalang - Panji – Tele – Dolok Sanggul – Siborong-borong
• Peningkatan Kapasitas Pembangkit listrik PLTA Renun;
• Pengembangan pengelolaan Wilayah Sungai, meliputi :
Wilayah Sungai Strategis Nasional, yaitu WS Toba – Asahan;
Wilayah Sungai Lintas Provinsi, yaitu WS Alas - Singkil
• Pengembangan pola pengelolaan Cekungan Air Tanah (CAT), yaitu
• CAT Sidikalang.
C. Sistem Perkotaan Dairi
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi (RTRWP) Sumatera Utara, dan dengan memperhatikan Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten yang berbatasan, sistem perkotaan di
Kabupaten Dairi dikelompokkan menjadi 4 (empat) tata jenjang (hierarki) dengan 4
(empat) Wilayah Pengembangan (WP) sebagai berikut:
i. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Kota Sidikalang
PKW Kota Sidikalang berpusat di Kota Sidikalang, termasuk dalam WP I dengan
• Sebagian Kecamatan Siempat Nempu Hulu.
Fungsi utama, yaitu:
• Ibukota Kabupaten Dairi;
• Pusat pelayanan pemerintahan kabupaten;
• Pusat pelayanan kesehatan kabupaten dan dengan kabupaten/kota yang
berbatasan;
• Pusat pengembangan kawasan agropolitan.
Untuk mendukung fungsi Kota Sidikalang, kegiatan utama yang dikembangkan,
yaitu :
• Kegiatan ekonomi
Kegiatan ekonomi yang dikembangkan adalah sektor industri pengolahan
pertanian, perdagangan, dan pengembangan agribisnis;
• Kegiatan non ekonomi
Kegiatan non ekonomi yang dikembangkan adalah kegiatan pemerintahan,
pusat pendidikan dan kesehatan skala kabupaten dan dengan kabupaten/kota
yang berbatasan.
ii. Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) Kota Sumbul
• Kegiatan ekonomi
Kegiatan ekonomi yang dikembangkan sektor pertanian, perdagangan, dan
pengembangan agribisnis perikanan;
• Kegiatan non ekonomi
Kegiatan non ekonomi yang dikembangkan adalah kegiatan pemerintahan
Kecamatan, pendidikan kejuruan.
Sebagian Kecamatan Siempat Nempu Hulu.
Fungsi utama, yaitu :
• Ibukota Kecamatan;
• Pusat pelayanan pemerintahan skala kecamatan; • Pusat Distrik Agropolitan.
Untuk mendukung fungsi Kota Tigalingga, kegiatan utama yang dikembangkan,
yaitu kegiatan ekonomi sektor pertanian, perdagangan, dan pengembangan
agribisnis.
• Kota Parongil, berpusat di Kota Parongil, termasuk dalam WP IV Kawasan
Perkotaan Parongil, dengan hinterland meliputi :
Kecamatan Silima Pungga-pungga
Kecamatan Siempat Nempu Hilir
Kecamatan Lae Parira
Fungsi Utama, yaitu:
Ibukota Kecamatan;
Pusat pelayanan pemerintahan Skala Kecamatan;
Pusat Distrik Agropolitan.
Pusat Pertambangan.
iv. Pusat Pengembangan Lokal (PPL)
• Kutabuluh
• Silalahi
• Berampu
• Sigalingging
• Bunturaja
• Lae Parira
• Silumboyah
• Tiga Baru
• Sopobutar
• Gunung Sitember
Tabel. 5.2. Rencana Sistem Perkotaan Kabupaten Dairi
5.1.2.2. Rencana Sistem Jaringan Prasarana
Sistem jaringan prasarana dibentuk oleh sistem jaringan transportasi sebagai sistem
jaringan prasarana utama dan dilengkapi dengan sistem jaringan prasarana lainnya,
seperti energi, telekomunikasi, sumber daya air, dan lingkungan.
Rencana Sistem Transportasi Kabupaten Dairi dikembangkan sebagai bagian dari
arahan sistem transportasi Nasional dan Provinsi Sumatera Utara untuk
mendukung struktur ruang wilayah Kabupaten Dairi sehingga tercipta sinergitas
yang hierarkis dalam pengembangannya untuk mewujudkan harmonisasi penataan
ruang dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan hidup sesuai dengan
daya dukungnya.
Rencana sistem jaringan transportasi diarahkan untuk meningkatkan pelayanan
jaringan transportasi, yaitu :
• Meningkatkan fungsi dan kelas jalan, yaitu jaringan jalan arteri, kolektor, dan
lokal;
• Membuka akses pada wilayah yang terisolasi untuk meningkatkan pemasaran
hasil-hasil produksi pertanian melalui pembangunan jalan lingkar dalam dan
lingkar luar Kota Sidikalang, serta jalan lingkar Kabupaten Dairi
• Mengoptimalkan fungsi terminal penumpang A Sitinjo, terminal C Kota
Sidikalang dan membangun terminal di pusat PKLp dan PPK.
• Mengoptimalkan fungsi terminal agribisnis Sitinjo, sub terminal agribisnis
menyatu dengan terminal C Kota Sidikalang, terminal di pusat PKLp dan PPK.
• Mengoptimalkan fungsi Dermaga di Silahisabungan sebagai bagian dari
sistem dermaga Kawasan Danau Toba.
• Mewujudkan akses pelayanan yang merata, berjenjang dan mengarahkan
pertumbuhan wilayah dengan tetap konsisten mempertahankan
keseimbangan lingkungan dan ketersediaan sumberdaya.
Untuk mewujudkan sistem jaringan transportasi dalam melayani mobilitas orang,
barang dan jasa, maka rencana sistem jaringan tranportasi Kabupaten Dairi adalah
1. Jaringan Jalan Berdasarkan Kewenangan
a. Jaringan Jalan Nasional di Kabupaten Dairi, yaitu :
• Kabanjahe - Kuta Buluh
• Kota Buluh – Lawe Pakam
• Batas Tanah Karo – Panji • Sidikalang – Kota Buluh
• Jalan Sisingamangaraja (Jalan Ahmad Yani Sidikalang) • Jalan Tigalingga (Sidikalang)
• Panji – Sidikalang
• Jalan arah ke Medan (Sidikalang)
• Sidikalang –- Batas NAD (Sukarame/Pakpak Bharat) • Jalan ke Karing
• Panji – Batas Tapanuli Utara II (saat ini batas Kab.Samosir) • Jalan Runding Sidikalang
b. Jaringan Jalan Provinsi di Kabupaten Dairi, yaitu :
Jaringan Jalan Provinsi di Kabupaten Dairi. Sehubungan dengan adanya
peningkatan fungsi jaringan jalan di Kabupaten Dairi, yaitu peningkatan
fungsi jaringan jalan kewenangan Provinsi menjadi kewenangan Nasional,
berikut ini ruas jalan di Kabupaten Dairi yang diusulkan menjadi jaringan
jalan Provinsi sebagaimana pada sub bab Rencana Jaringan Jalan
Kabupaten Dairi.
2. Jaringan Jalan Berdasarkan Fungsi
a. Jalan Arteri Primer
Berdasarkan RTRW Provinsi Sumatera Utara, tidak ada Fungsi jaringan arteri
primer di Kabupaten Dairi. Untuk itu, melalui penyusunan RTRW Kabupaten
Dairi ini, jaringan jalan Nasional dan usulan jaringan jalan Provinsi di
b. Jalan Kolektor Primer
• Medan – Kabanjahe - Kuta Buluh – Lau Pakam – batas Aceh
• Kuta Buluh – Sidikalang – ke arah Tapak Tuan (batas Aceh)
• Kabanjahe – Merek – Sumbul – Sidikalang
• Panji (antara Sumbul – Sidikalang) – Tele – Dolok Sanggul –
Siborongborong
3. Jaringan Jalan Berdasarkan Peran Strategis
a. Jalan Lintas Tengah :
Batas Aceh – Lau Pakam – Sidikalang – Panji – Tele – Dolok Sanggul –
Siborongborong – Tarutung – Sipirok – Padangsidimpuan – Siabu –
Jembatan Merah – Ranjaubatu – batas Sumatera Barat (ke arah Lubuk
Sikaping)
b. Jalan Poros/Penghubung/Feeder/Strategis Provinsi
Medan – Kabanjahe – Merek – Sumbul – Sidikalang – BatasAceh (ke arah
Tapak Tuan)
4. Pengembangan Jaringan Transportasi Angkutan Sungai, Danau dan
Penyeberangan
Pengembangan Jaringan Transportasi Angkutan Sungai, Danau dan
Penyeberangan (ASDP), yaitu Jalur Penyeberangan lintas Kabupaten, yaitu Ajibata –
Tomok, Simanindo – Tigaras, Balige – Onan Runggu serta Nainggolan – Balige.
5. Pengembangan Sistem Angkutan Penumpang
Pengembangan Sistem Angkutan Penumpang berdasarkan arahan-arahan tersebut
diatas, rencana pengembangan sistem transportasi di Kabupaten Dairi difokuskan
pada pengembangan sistem transportasi darat dengan tujuan untuk membangun
dan berjenjang antar PPL, PPK, PKL, PKW hingga ke PKN sebagai inlet-outlet point
Kabupaten Dairi dengan wilayah internal maupun eksternal.
5.1.2.3. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Energi Listrik
Karakteristik pengembangan sistem jaringan prasarana energi di Kabupaten Dairi
adalah energi listrik, utamanya dengan menggunakan sistem interkoneksi Sumatera
Bagian Utara didukung dengan sistem setempat (isolated) pada lokasi-lokasi yang
relatif sulit dijangkau sistem interkoneksi. Dengan pengembangan demikian diharapkan
dapat melayani kebutuhan listrik sampai ke perdesaan.
Dalam sistem interkoneksi, dikembangkan jaringan SUTT (Saluran Udara Tegangan
Tinggi) dengan gardu induk dan gardu distribusi di Kecamatan Sidikalang, sedangkan
PLTA Renun dengan kapasitas tenaga 2 x 41 MW atau setara dengan 82 MW di
Kecamatan Silahisabungan.
Rencana pengembangan jaringan SUTT sebagaimana dimaksud dalam RTRWN,
diarahkan di sepanjang SUTT Sidikalang – Subulussalam. Selain itu, sebagaimana
potensi sungai-sungai di Kabupaten Dairi, telah dikembangkan PLTM (Pembangkit
Listrik Tenaga Mikro Hydro) dengan memanfaatkan terjunan sungai-sungai yang ada di
beberapa lokasi.
Adapun rencana kebutuhan daya listrik di Kabupaten Dairi sampai dengan tahun 2029
dapat diuraikan sebagaimana pada Tabel 5.4.
5.1.2.4. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air
Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Sumber Daya Air Nasional dan Provinsi
Sumatera Utara di Kabupaten Dairi, yaitu :
• Pengembangan air Danau Toba yang terletak di Dataran Tinggi di Wilayah Tengah
Provinsi Sumatera Utara, meliputi 7 (tujuh) kabupaten dengan luas sekitar 110.260
ha.
• Pengembangan dan pengelolaan Sumber Daya Air melalui pola dan rencana
pengelolaan Wilayah Sungai (WS) terhadap Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu
Pengembangan dan Pengelolaan WS Alas - Singkil lintas provinsi dengan Provinsi
NAD.
• Pengembangan dan pengelolaan Sistem Jaringan Sarana dan Prasarana Sumber
Daya Air, meliputi jaringan Irigasi, rawa dan jaringan pengairan lainnya untuk
mendukung ketahanan pangan, ketersediaan air baku, pengendalian banjir dan
pengamanan pantai melalui :
Pemeliharaan, perbaikan, peningkatan dan pembangunan jaringan irigasi, rawa
dan jaringan pengairan lainnya berdasarkan kewenangan Nasional, Provinsi
dan Kabupaten di dataran tinggi serta pegunungan.
Pemeliharaan, perbaikan, peningkatan dan pembangunan pengendalian daya
rusak air melalui pengembangan jaringan sarana dan prasarana sumber daya
air berupa waduk, kanal, sarana pengamanan pantai, pemecah ombak,
bantaran dan tanggul sungai, kolam retensi normalisasi alur sungai bagi
pengendalian banjir dan pengamanan pantai serta sistem drainase pada
A. Sumber-Sumber Air Baku
Potensi sumber air baku di Kabupaten Dairi dalam konteks pengembangan Sistem
Pengelolaan Air Minum (SPAM) tidak mengalami kendala, mengingat sumber air baku
yang dapat dimanfaatkan menyebar di seluruh wilayah, seperti :
• Air permukaan seperti sungai; • Mata air;
• Air tanah dangkal; • Air tanah sedang.
Wilayah yang memerlukan upaya khusus dalam pengelolaan air baku untuk memenuhi
kebutuhan air minumnya, yaitu Kota Sidikalang, Sumbul, Tigalingga dan Silima
Pungga-pungga serta beberapa IKK (Ibukota Kecamatan) dan perdesaan. Khusus untuk Kota
Sidikalang, memerlukan upaya khusus dalam pengelolaan air baku dalam memenuhi
kebutuhan air minumnya, utamanya di kawasan Bintang, Panji Bako, Juma Takkar dan
Kilometer 2 Sidikalang.
Sumber air baku PDAM Tirta Nciho berasal dari mata air dan air permukaan (sungai)
yang didistribusikan langsung ke pelanggan dengan menggunakan sistem gravitasi
dengan pengolahan Saringan Pasir Cepat (SPC) maupun Saringan Pasir Lambat (SPL)
Tabel. 5.4. Potensi dan Sumber Air Baku PDAM Tirta Nciho Kabupaten Dairi
B. Sungai
Wilayah Sungai (WS) telah ditetapkan secara Nasional berdasarkan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 11A/PRT/M/2006, sedangkan Cekungan Air Tanah masih
perlu pengkajian yang lebih seksama. Wilayah Sungai (WS) di Kabupaten Dairi
dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu :
• WS Toba – Asahan (Sumatera Utara – Strategis Nasional)
WS Toba – Asahan di Kabupaten Dairi terdiri dari 11 anak sungai yang dialirkan ke
Danau Toba melalui Waduk PLTA Renun di Kecamatan Sumbul telah dimanfaatkan
untuk PLTA Renun dengan kapasitas tenaga 2 x 41 MW atau setara dengan 82
MW.
• WS Alas – Singkil termasuk DAS Singkil (Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera
C. Jaringan Irigasi
Rencana pengembangan sistem irigasi di Kabupaten Dairi, yaitu peningkatan Sistem
Irigasi sederhana menjadi semi teknis, semi teknis menjadi teknis, dimana sumber air
yang dominan adalah sungai disamping mata air, air tanah ataupun air hujan. Irigasi
dimanfaatkan untuk pertanian tanaman pangan lahan basah yang menyebar di seluruh
Kecamatan di Kabupaten Dairi.
5.1.2.5. Rencana Pengembangan Prasarana Lainnya
A. Persampahan
Secara umum cara pembuangan sampah dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu
Pertama adalah pembuangan secara individual, seperti membuang sampah secara
individu dengan metode dan cara tersendiri; Kedua adalah dengan membuang sampah
secara kolektif yang dikelola oleh pemerintah atau swasta. Cara pembuangan sampah
di Kabupaten Dairi diarahkan secara kolektif dengan menyediakan tempat sampah,
selanjutnya dibuang pada tempat/lokasi (TPS) yang telah disediakan sebelum diangkut
ke TPA.
Untuk menunjang sistem pembuangan sampah secara kolektif, perlu direncanakan
sistem pengumpulan sementara sampah sebelum dibuang ke TPA. Sistem
pengumpulan saat ini menggunakan sistem pembuangan terbuka (open dumping)
dengan lokasi TPA khusus pada satu lokasi yang letaknya diluar kawasan permukiman.
Pelayanan persampahan di Kota-kota dan IKK di Kabupaten Dairi termasuk dalam
kategori penanganan yang prioritas untuk diantisipasi, mengingat pelayanan ini
termasuk pelayanan utama dari aspek penyediaan prasarana dan sarana dasar
perkotaan.
Pengelolaan persampahan ini terkait erat dengan luas dan jangkauan layanan,
karakteristik manajemen persampahan, kondisi fisik TPA, prasarana dan sarananya serta
partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan persampahan yang ada.
Secara umum, tingkat pelayanan sampah di Kabupaten Dairi masih sangat terbatas,
Khusus Kota Sidikalang, telah disediakan beberapa tong sampah di tempat-tempat
strategis dalam kota, seperti di pusat pasar, pertokoan, perkantoran, permukiman
penduduk di Perkotaan.
Sedangkan pada daerah yang belum terlayani, sampah dikelola secara individu, yaitu
dengan cara mengumpulkan sampah pada suatu tempat dan kemudian dibakar atau
ditimbun.TPA Sidiangkat merupakan satu-satunya TPA sampah di Kabupaten Dairi
dengan luas areal 4 ha di 2 lokasi TPA yang melayani persampahan dengan
menggunakan sistem open dumping dimana sampah hanya dibuang/ditimbun tanpa
dilakukan penutupan dengan tanah. Saat ini kondisinya masih dapat digunakan secara
terbatas.
Dengan menggunakan sistem pengolahan ini dapat menimbulkan gangguan terhadap
lingkungan, tempat berkembangnya faktor penyakit seperti lalat dan tikus,
menimbulkan bau, pencemaran terhadap air permukaan maupun air tanah dan rawan
terhadap bahaya kebakaran sehingga TPA ini perlu penataan, pembenahan dan
relokasi. Pengelolaan sampah di Kabupaten Dairi saat ini menggunakan konsep buang,
bakar, gali dan tutup dengan pola pengumpulan sebagai berikut :
• Pengumpulan sampah rumah tangga;
• Pengumpulan sampah di Pusat Kota dan disepanjang jalan-jalan lingkungan;
• Pengumpulan sampah dari pasar-pasar kota.
Tabel 5.5 Cakupan Pelayanan Sarana dan Prasarana Persampahan
Kecamatan Cakupan Pelayanan
Sidikalang, Sumbul, Tingga Lingga
Luas areal pelayanan Kota Sidikalang seluas 414 Ha termasuk didalamnya areal Pasar Kota Sidikalang seluas 7 Ha dengan jumlah pelanggan rumah tangga 4.300 KK, pelanggan non perumahan 385 unit.
11 Kecamatan
Lainnya
Belum dapat dilayani
Tabel. 5.6. Sarana dan Prasarana Persampahan
Sistem jaringan Persampahan meliputi :
• Penempatan lokasi tempat pengolahan sampah terpadu dan tempat pemrosesan
akhir sampah dengan sistem pelayanannya bersifat pembagian wilayah pelayanan;
• Tempat penampungan sementara secara terpusat pada tiap unit-unit lingkungan
dan pusat kegiatan pelayanan;
• Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan
khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya wajib menyediakan
Persampahan di Kabupaten Dairi terdiri atas sampah rumah tangga; sampah sejenis
sampah rumah tangga; dan sampah spesifik. Sampah rumah tangga berasal dari
kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.
Sampah sejenis sampah rumah tangga berasal dari kawasan komersial, kawasan
industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.
Rencana Pengelolaan Persampahan di wilayah Perkotaan meliputi :
• Penempatan lokasi tempat pengolahan sampah terpadu dan tempat pemrosesan
akhir sampah dengan sistem pelayanannya bersifat pembagian wilayah pelayanan;
• Tempat Penampungan Sementara (TPS) secara terpusat pada tiap unit-unit
lingkungan dan pusat kegiatan pelayanan;
• Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan
khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya wajib menyediakan
fasilitas pemilahan sampah.
Perencanaan sistem persampahan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
• Perencanaan harus sudah memperhitungkan limbah sampah yang akan terjadi baik
pada masa sekarang maupun masa yang akan datang;
• Harus direncanakan fasilitas pembuangan sampah pada tapak yang direncanakan;
• Pembuangan sampah ke TPA harus dapat segera dilakukan tanpa menimbulkan
bahaya sanitasi lingkungan, dan masing-masing persil menyediakan TPS berupa
tempat-tempat sampah sebagai tempat pembuangan sampah sementara;
• Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat pembuangan sampah
terakhir ke suatu tempat yang jauh dari lingkungan tempat tinggal.
Rencana sistem Persampahan, khususnya lokasi tempat pembuangan akhir sebagai
pengolahan sampah terpadu dan tempat pemrosesan akhir sampah sebaiknya terdapat
di luar pusat perkotaan dan sistem pelayanannya bersifat pembagian wilayah
pelayanan. Rencana pengembangan lokasi TPA di Kabupaten Dairi diarahkan di TPA
Rencana sistem jaringan persampahan juga didukung dengan adanya pengembangan
Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) secara terpusat pada tiap unit-unit
lingkungan.
Dalam Pembangunan TPA maka kriteria yang harus dipenuhi antara lain :
• Kondisi geologi
Tidak berlokasi di zona holocene fault;
Tidak boleh di zona bahaya geologi.
• Kondisi hidrogeologi
Tidak boleh mempunyai muka air tanah < 3 m;
Tidak boleh keluasan tanah lebih besar 10 – 6 cm/det;
Jarak terhadap sumber air minum harus lebih besar dari 100 meter di hilir
aliran;
Dalam hal tidak ada zona yang memenuhi kriteria-kriteria tersebut diatas,
maka harus diadakan masukan teknologi.
• Kemiringan zona harus kurang dari 20 %.
• Tidak boleh pada daerah lindung/cagar alam dan daerah banjir dengan periode
ulang 25 tahun.
• Harus memenuhi syarat AMDAL yang telah ditentukan sesuai dengan peraturan
perundang - undangan yang berlaku
• Teknologi penanganannya ramah lingkungan
• Untuk menghindari perembesan lindi terhadap air tanah perlu dilakukan
• Pemilahan sampah yang dilaksanakan pada sumber sampah
• Efisiensi dalam pengangkutan sampah
• Teknologi pengolahan sampah yang mengacu pada : prioritas kepada pengolahan
sampah organik seperti proses Bio fertilized, memaksimalkan sistem 3 R (reuse,
• Pengolahan sampah menjadi sumber energi baru perlu dikembangkan
• Posisi sanitary landfill harus dibawah air tanah karena dapat menimbulkan polusi
air yang menyebabkan bau, uap zat kimia beracun, bahan organik dan anorganik
beracun serta bibit penyakit
• Pembangunan perumahan yang membangun 80 rumah harus menyediakan
Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS), alat pengmupul, sedangkan
pengangkutan dan pembuangan akhir sampah bergabung dengan yang sudah
Paradigma Persampahan
Perkiraan Timbulan sampah dan rencana kebutuhan sarana persampahan dapat dilihat
Tabel. 5.7. Rencana Timbulan Sampah di Kabupaten Dairi Tahun 2010 - 2030
Gambar 5.3
B. Air Bersih
Keadaan Geografis Kabupaten Dairi umumnya lapisan tanah ditutupi batuan tuff yang
sangat padu dan terletak pada topografi yang sangat variatif (berbukit-bukit) sehingga
sumber mata air artesis maupun sumur dangkal sangat sulit ditemukan.
Sumber air yang digunakan masyarakat umumnya berasal dari :
• Air hujan yang ditampung secara individu dan berkelompok;
• Mata air, umumnya jauh dari permukiman penduduk;
• Air permukaan, seperti sungai dan saluran irigasi;
• Perpipaan yang disalurkan melalui Hidran Umum (HU) dan MCK;
• Sebagian dilayani PDAM Tirta Nciho melalui Sambungan Rumah dan Hidran
Umum.
Pemerintah Kabupaten Dairi telah berupaya membangun sarana dan prasarana air
bersih mulai dari Kota-kota, Ibukota Kecamatan dan Perdesaan di Kabupaten Dairi
dengan skala prioritas daerah yang padat penduduk dan rawan air bersih melalui .3. Skema Pembuangan Sampah di Kabupaten
B. Air Bersih
Keadaan Geografis Kabupaten Dairi umumnya lapisan tanah ditutupi batuan tuff yang
sangat padu dan terletak pada topografi yang sangat variatif (berbukit-bukit) sehingga
sumber mata air artesis maupun sumur dangkal sangat sulit ditemukan.
Sumber air yang digunakan masyarakat umumnya berasal dari :
Air hujan yang ditampung secara individu dan berkelompok;
Mata air, umumnya jauh dari permukiman penduduk;
Air permukaan, seperti sungai dan saluran irigasi;
Perpipaan yang disalurkan melalui Hidran Umum (HU) dan MCK;
Sebagian dilayani PDAM Tirta Nciho melalui Sambungan Rumah dan Hidran
Umum.
Pemerintah Kabupaten Dairi telah berupaya membangun sarana dan prasarana air
bersih mulai dari Kota-kota, Ibukota Kecamatan dan Perdesaan di Kabupaten Dairi
dengan skala prioritas daerah yang padat penduduk dan rawan air bersih melalui ten Dairi
B. Air Bersih
Keadaan Geografis Kabupaten Dairi umumnya lapisan tanah ditutupi batuan tuff yang
sangat padu dan terletak pada topografi yang sangat variatif (berbukit-bukit) sehingga
sumber mata air artesis maupun sumur dangkal sangat sulit ditemukan.
Sumber air yang digunakan masyarakat umumnya berasal dari :
Air hujan yang ditampung secara individu dan berkelompok;
Mata air, umumnya jauh dari permukiman penduduk;
Air permukaan, seperti sungai dan saluran irigasi;
Perpipaan yang disalurkan melalui Hidran Umum (HU) dan MCK;
Sebagian dilayani PDAM Tirta Nciho melalui Sambungan Rumah dan Hidran
Umum.
Pemerintah Kabupaten Dairi telah berupaya membangun sarana dan prasarana air
bersih mulai dari Kota-kota, Ibukota Kecamatan dan Perdesaan di Kabupaten Dairi
pembangunan penampungan air hujan, perlindungan mata air, sumur dangkal,
sambungan perpipaan dan Hidran Umum.
Di beberapa daerah pelayanan sudah ada sarana air bersih yang dikelola oleh
masyarakat setempat secara tradisional melalui lembaga-lembaga kemasyarakatan,
namun realitasnya sebagian besar pengguna sarana air bersih belum mampu
melaksanakan pengelolaan sehingga sarana yang dibangun tidak terpelihara.
Mencermati kondisi tersebut, Pemerintah Kabupaten Dairi telah membentuk institusi
pengelola yang diutamakan bagi daerah-daerah yang tidak mampu melaksanakan
pengelolaan secara swakelola oleh masyarakat setempat.
Cakupan pelayanan air minum Perkotaan di Kabupaten Dairi baru mencapai 34% yang
meliputi sistem perpipaan sekitar 32% dan sistem non perpipaan yang terlindungi
sekitar 2%. Diperkirakan masih terdapat masyarakat miskin di perkotaan yang belum
terlayani air minum baik dengan sistem perpipaan maupun sistem non perpipaan yang
terlindungi sebanyak 1.000 jiwa.
Cakupan pelayanan air minum perdesaan di Kabupaten Dairi terdapat 13 unit, derngan
cakupan pelayanan sekitar 9% dari seluruh penduduk perdesaan yang meliputi sistem
perpiaan sekitar 8% dan sistem non perpiaan yang terlindungi sekitar 1%. Masih
terdapat IKK rawan air minum dan desa rawan air minum.
Wilayah pelayanan PDAM Tirta Nciho saat ini telah berkembang ke beberapa
kecamatan, utamanya IKK dan Perdesaan di sekitar IKK. IKK yang pada saat ini telah
mendapatkan akses jaringan air minum sejumlah 8 (delapan) IKK termasuk Kota
Sidikalang, sedangkan untuk wilayah pelayanan pada tingkat perdesaan, akses jaringan
hanya terdapat di sekitar wilayah pelayanan Kota Sidikalang dan IKK lainnya
sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5.9.
Berdasarkan Tabel 5.9. menggambarkan bahwa persentase pelayanan air minum di
Kota-kota maupun IKK di Kabupaten Dairi masih sangat rendah. Khusus untuk Kota
Sidikalang dan wilayah sekitarnya pada saat ini hanya mampu menjangkau setengah
dari jumlah pelanggan.
Dengan demikian, Sistem Penyelenggaraan Air Minum (SPAM) di Kabupaten Dairi
belum mampu memenuhi kriteria penyelenggaraan air minum sebagaimana
ditargetkan Pemerintah maupun pencapaian yang diharapkan tercapai pada MDGs.
Rendahnya jumlah pelanggan PDAM Tirta Nciho dalam wilayah pelayanan dipengaruhi
oleh berbagai faktor, yaitu :
• Terbatasnya akses ke jaringan air minum;
• Produksi air minum tidak mencukupi;
• Unit produksi (IPA) tidak mampu meningkatkan kapasitas produksi dan tidak
tersedia reservoir untuk cadangan air minum yang juga dapat berfungsi sebagai
• Kualitas produksi sangat rendah, sehingga mengakibatkan menurunnya minat
masyarakat untuk berlangganan; dan
• Jaringan perpipaan tidak memadai, tingkat kehilangan air sangat besar sehingga
sulit melakukan ekspansi distribusi.
Untuk meningkatkan pelayanan air minum baik yang berada di kawasan perkotaan dan
perdesaan di Kabupaten Dairi, perlu dilakukan langkah langkah antara lain yaitu:
• Menambah jaringan perpipaan dalam layanan jaringan PDAM Tirta Nciho
Kabupaten Dairi ke permukiman;
• Mengurangi/menekan kehilangan air pada jaringan air minum;
• Meningkatkan kualitas/mutu air minum, kuantitas/jumlah pasokan air minum dan
kontinuitas/ keberlangsungan aliran air minum;
• Memanfaatkan sumber mata air yang ada untuk peningkatan pelayanan air minum,
khususnya masyarakat di kawasan rawan kekeringan dan air minum;
• Memakai mesin pompa air pada kawasan rawan air minum yang tidak memiliki
sumber mata air atau jauh dari sumber mata air sehingga lebih efektif dan efisien.
Perkiraan kebutuhan air bersih di Kabupaten Dairi diuraikan pada Tabel 5.10.
Tabel. 5.10. Rencana Kebutuhan Air Bersih di Kabupaten Dairi Tahun 2010 - 2030
Rencana pengembangan jaringan air bersih adalah tersedianya air bersih yang
memenuhi standar kesehatan untuk dikonsumsi rumah tangga, instansi
pemerintah/swasta, industri dan lain-lain.
• Pengembangannya diprioritaskan di Kota Sidikalang, Sitinjo, Sumbul, Tigalingga,
Parongil dan Kutabuluh, sedangkan di ibukota kecamatan lainnya dilakukan di
kota-kota yang memenuhi skala ekonomi dengan terlebih dahulu menganalisis
tingkat permintaan yang ada.
• Prasarana air bersih dikembangkan meliputi fasilitas air bersih dan sumber air yang
akan dimanfaatkan guna meningkatkan pelayanan air bersih yang memenuhi
standar kesehatan.
Gambar. 5.4. Ilustrasi Pengembangan SPAM
Pengembangannya diprioritaskan di Kota Sidikalang, Sitinjo, Sumbul, Tigalingga,
Parongil dan Kutabuluh, sedangkan di ibukota kecamatan lainnya dilakukan di
kota-kota yang memenuhi skala ekonomi dengan terlebih dahulu menganalisis
tingkat permintaan yang ada.
Prasarana air bersih dikembangkan meliputi fasilitas air bersih dan sumber air yang
akan dimanfaatkan guna meningkatkan pelayanan air bersih yang memenuhi
standar kesehatan.
Gambar. 5.4. Ilustrasi Pengembangan SPAM
Pengembangannya diprioritaskan di Kota Sidikalang, Sitinjo, Sumbul, Tigalingga,
Parongil dan Kutabuluh, sedangkan di ibukota kecamatan lainnya dilakukan di
kota-kota yang memenuhi skala ekonomi dengan terlebih dahulu menganalisis
tingkat permintaan yang ada.
Prasarana air bersih dikembangkan meliputi fasilitas air bersih dan sumber air yang
akan dimanfaatkan guna meningkatkan pelayanan air bersih yang memenuhi
standar kesehatan.
C. Drainase
Sistem Drainase adalah sistem buangan air hujan dalam suatu wilayah sedemikian rupa
sehingga tidak terjadi genangan yang dapat menyebabkan banjir. Sistem drainase
dibuat sedemikian rupa dengan menggunakan prinsip gravitasi untuk mengalirkan air
dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah.
Persoalan lancar atau tidaknya sistem drainase menjadi sangat berarti dalam
lingkungan perkotaan, khususnya di lingkungan padat penduduk terutama di
areal-areal pusat aktifitas manusia. Titik kunci dari perencanaan sistem jaringan drainase ini
adalah lancar tidaknya aliran air hujan yang mengalir di permukaan tanah.
Sistem drainase diatur dalam Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
239/KPTS/1987 tentang Fungsi Utama Saluran Drainase sebagai Drainase Kota dan
Fungsi Utama sebagai Pengendalian Banjir. Dalam pelaksanaannya, dibutuhkan
keterpaduan dengan prasarana dan sarana kota lainnya, seperti persampahan, air
limbah, perumahan dan tata bangunan serta jalan kota, sehingga dapat meminimalkan
biaya pelaksanaan, biaya operasional maupun pemeliharaannya.
Prasarana drainase meliputi sistem pembuangan air hujan maupun pembuangan air
limbah cair dari rumah tangga (domestic) dan sistem pengendalian banjir.
Pengembangan jaringan drainase diarahkan di ibukota kabupaten dan ibukota
kecamatan dalam upaya untuk mengantisipasi wilayah-wilayah yang rawan bencana
seperti banjir, erosi dan sebagainya.
Pengembangan jaringan drainase dilakukan dengan memanfaatkan karakter topografi
dan pola jaringan jalan Kabupaten Dairi sehingga pembuangan air dapat dialirkan
secara cepat dan bebas gangguan air tergenang atau banjir dengan membagi
beberapa jenis saluran penampung, saluran pengumpul serta saluran pembuang
sekunder dan primer/utama dengan mempertimbangkan :
• Saluran terbuka untuk memudahkan perawatan dan pembersihan;
Perencanaan sistem drainase tergantung dari beberapa hal, seperti tingginya curah
hujan rata-rata yang diterima oleh satu satuan kawasan; besar kecilnya daya serap air
oleh permukaan tanah. Hal ini tergantung dari koefisien serap permukaan yang sangat
tergantung dari jenis material penutup permukaan; luasnya bidang penyerapan air
hujan.
Semakin sulit air diserap oleh suatu permukaan, maka semakin banyak volume air yang
harus dialirkan melalui sistem pembuangan (drainse), demikian pula sebaliknya. Dan hal
ini sangat menentukan dimensi saluranyang digunakan sebagai sarana pembuangan.
Dengan meningkatnya beberapa fungsi ruang di perkotaan yang menyebabkan
terjadinya perubahan kawasan yang belum terbangun menjadi terbangun, perlu
diimbangi dengan perencanaan sistem drainase yang baik.
Sistem jaringan drainase terdiri dari :
• Jaringan primer, jaringan sekunder dan jaringan tersier;
• Sistem jaringan drainase disesuaikan dengan sistem drainase tanah yang ada dan
tingkat peresapan air kedalam penampang/profil tanah, serta arah aliran
memanfaatkan topografi wilayah;
• Pemeliharaan kelestarian sungai-sungai sebagai sistem drainase primer, melalui
kegiatan normalisasi sungai-sungai dan konservasi sempadan sungai.
Arahan rencana sistem jaringan drainase di Kabupaten Dairi adalah sebagai berikut :
• Sistem jaringan drainase makro diarahkan untuk melayani kawasan perkotaan
(dengan batas administratif kota) dan terintegrasi dengan sistem badan air
regional seperti sungai dan danau, sedangkan sistem jaringan drainase mikro
diarahkan dalam rangka melayani kawasan permukiman.
• Sistem jaringan drainase dikembangkan dengan prinsip menahan dan sebanyak
mungkin meresapkan air hujan ke dalam tanah/onsite storm water detention (OSD)
melalui bangunan alam dan/atau buatan seperti sumur-sumur resapan, kolam
• Pengembangan sistem drainase diprioritaskan di pusat perkotaan dan pusat-pusat
tangga dan sistem jaringan limbah industri. Sistem jaringan limbah rumah tangga dan
industri dipisahkan dari sistem pematusan yang didukung dengan sarana penunjang Pengembangan sistem drainase diprioritaskan di pusat perkotaan dan pusat-pusat
permukiman.
Paradigma Pengelolaan Dairnase
Gambar. 5.5. Sistem Drainase
D. Sistem Jaringan Air Limbah
Sistem jaringan limbah terdiri dari 2 (dua) sistem, yaitu sistem jaringan limbah rumah
tangga dan sistem jaringan limbah industri. Sistem jaringan limbah rumah tangga dan
industri dipisahkan dari sistem pematusan yang didukung dengan sarana penunjang Pengembangan sistem drainase diprioritaskan di pusat perkotaan dan pusat-pusat
permukiman.
Paradigma Pengelolaan Dairnase
Gambar. 5.5. Sistem Drainase
D. Sistem Jaringan Air Limbah
Sistem jaringan limbah terdiri dari 2 (dua) sistem, yaitu sistem jaringan limbah rumah
tangga dan sistem jaringan limbah industri. Sistem jaringan limbah rumah tangga dan
tinja. Pengolahan limbah industri dilakukan secara terpadu di kawasan industri dengan
pemasangan pipa pengolahan limbah industri untuk industri besar.
Sistem jaringan limbah di Kabupaten Dairi meliputi :
• Penggunaan septik-tank dan peresapan dengan memperhatikan desain peresapan;
• Kawasan industri dan pusat-pusat kegiatan perdagangan wajib menyediakan
sistem pembuangan air limbah terpusat;
• Sistem pembuangan secara komunal untuk pusat kegiatan fasilitas umum.
Untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan yang disebabkan limbah, perlu
dikembangkan penanganan sistem pembuangan air limbah terpusat.
Jenis penanganan air limbah meliputi :
1. Penanganan Air Limbah Sistem Setempat (On-Site)
Penanganan air limbah sistem setempat (on-site) yaitu penanganan air limbah di lokasi
setempat untuk melayani perorangan atau sekelompok warga yang dikelola oleh warga
setempat dengan penggunaan teknologi tepat guna/sederhana.
2. Pengananan Air Limbah Sistem Terpusat (Off-Site)
Penanganan air limbah sistem terpusat (off-site) yaitu penanganan air limbah untuk
melayani sejumlah penduduk yang dikelola oleh suatu lembaga dengan penggunaan
teknologi tinggi.
Sistem pembuangan air limbah harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
• Dirancang dengan baik, meliputi penampungan dan pembuangan yang sifatnya
segera dari tinja manusia dan limbah industri, sehingga tidak menimbulkan
penyebaran penyakit, kimia, dan fisis.
• Perencanaan sistem harus memperhatikan kondisi dan karakter tapak, serta harus
dibuat di atas rencana tata letak topografinya.
Rencana pengelolaan prasarana limbah meliputi :
• Mengembangkan sistem setempat yang diarahkan pada sistem publik bagi wilayah
• Pengadaan dan mengoptimalkan pelayanan sistem terpusat pada
kawasan-kawasan yang sudah dilayani sistem tersebut;
• Pengelolaan penanganan air limbah dari kegiatan industri, rumah sakit, hotel,
Gambar. 5.6. Aplikasi Pilihan Teknologi Sanitasi
Gambar. 5.7. Kebijakan Sektor Air Limbah Permen PU no. 16/PRT/M/2008 Gambar. 5.6. Aplikasi Pilihan Teknologi Sanitasi
Gambar. 5.7. Kebijakan Sektor Air Limbah Permen PU no. 16/PRT/M/2008 Gambar. 5.6. Aplikasi Pilihan Teknologi Sanitasi
5.1.3. Rencana Pola Ruang
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yang
dimaksud dengan kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan
sumber daya buatan. Sedangkan kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan
dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya
alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
Rencana pola ruang merupakan rencana distribusi peruntukan ruang yang meliputi
rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk
fungsi budidaya.
Fungsi rencana pola ruang wilayah kabupaten, yaitu :
• Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan
kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten;
• Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;
• Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan
untuk dua puluh tahun;
• Sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang.
Rencana pola ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan :
• Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
• Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kabupaten;
• Kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan lingkungan;
• Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
Rencana pola ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria :
• Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWN beserta rencana
• Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWP beserta rencana
rincinya;
• Mengakomodasi kebijakan pengembangan kawasan andalan nasional yang berada
di wilayah kabupaten bersangkutan;
• Memperhatikan rencana pola ruang wilayah kabupaten yang berbatasan;
• Mengacu pada klasifikasi pola ruang wilayah kabupaten yang terdiri atas kawasan
lindung dan kawasan budi daya.
Dalam penyusunan RTRW Kabupaten Dairi ini, dapat diidentifikasi dan dijelaskan bahwa
terkait kawasan hutan memiliki perbedaan cara pandang, baik dari segi fungsi kawasan
hutan, luasan kawasan hutan maupun lokasinya.
Cara pandang terkait kawasan hutan diidentifikasi menjadi 3 (tiga) perspektif
sebagaimana dapat diuraikan sebagai berikut.
A. Kawasan Hutan Menurut Register
Kawasan hutan register di Kabupaten Dairi memiliki luas 97.437 ha atau sekitar 50,54%
luas wilayah Kabupaten Dairi dengan panjang batas luar sepanjang 573,1 km,
berbatasan dengan kawasan hutan Batu Ardan (Register 66) dan kawasan hutan Adian
Tinjoan (Register 67) di Kabupaten Pakpak Bharat. Secara administratif, luas kawasan
hutan Batu Ardan 10.500 ha berada di Kabupaten Pakpak Bharat, sedangkan kawasan
hutan Adian Tinjoan seluas 7.912 ha berada di Kabupaten Dairi, seluas 11.868 ha
Tabel. 5.11. Kawasan Hutan Register di Kabupaten Dairi
Kawasan hutan Dairi (Register 82) ditetapkan dan ditunjuk berdasarkan GB tanggal 28
Juni 1943 Nomor 10, Nomor Register 82 dengan luas 22.131 ha dan sudah
terpasang tanda batas/pal sebayak 80 buah, demikian juga jalan batas sepanjang 71,60
km.
Kawasan hutan ini terletak disebelah Timur Kabupaten Dairi, mengarah ke Selatan dan
merupakan batas wilayah Kabupaten Dairi dengan Kabupaten Samosir, terletak di
Kecamatan Sumbul, Silahisabungan dan Kecamatan Parbuluan dengan fungsi hutan
lindung seluas 12.000 ha dan HPT seluas 10.131 ha.
Kawasan hutan Dairi Register 82 merupakan Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba
dan berfungsi sebagai sumber air untuk irigasi dan air minum di Kecamatan Sumbul,
Parbuluan dan Silahisabungan. Kawasan hutan ini berada di daerah hulu sungai Lae
PLTA Renun dan dialirkan ke Danau Toba menghasilkan tenaga listrik dengan kapasitas
terpasang sebesar 2 x 82 MW.
B. Kawasan Hutan Berdasarkan RTRW Provinsi Sumatera Utara
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRW) Provinsi Sumatera Utara
tahun 2003 - 2018, ditetapkan luas kawasan hutan di Kabupaten Dairi seluas
145.537,28 ha dengan perincian sebagaimana pada Tabel 5.12.
Tabel. 5.12. Kawasan Hutan Berdasarkan RTRW Provinsi Sumatera Utara
C. Kawasan Hutan Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
44/Menhut-II/2005.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 44/Menhut-II/2005, tanggal
16 Februari 2005 tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Wilayah Propinsi Sumatera
Utara, maka di Kabupaten Dairi ditetapkan kawasan hutan seluas 137.968,03 ha dengan
perincian sebagaimana pada Tabel 5.13.
Tabel. 5.13. Kawasan Hutan Berdasarkan SK Menhut Nomor 44/Menhut-II/2005
Berbagai permasalahan yang dapat diidentifikasi terkait kawasan hutan, utamanya
kecenderungan perubahan fungsi kawasan hutan menjadi lahan pertanian dan
permukiman penduduk, mengakibatkan sekitar 30 % dari luas kawasan hutan
Tabel. 5.14. Kondisi Kawasan Hutan Register di Kabupaten Dairi
5.1.3.1. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung
Rencana kawasan lindung bertujuan untuk mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan
hidup, meningkatkan daya dukung lingkungan dan menjaga keseimbangan ekosistem
antar wilayah guna mendukung proses pembangunan berkelanjutan.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M 2009 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, kawasan lindung di
Kabupaten Dairi didasarkan pada fungsinya, yaitu :
• Kawasan hutan lindung;
• Kawasan bergambut;
• Kawasan resapan air;
• Kawasan perlindungan setempat, meliputi sempadan pantai, sempadan sungai,
kawasan sekitar danau atau waduk, kawasan sekitar mata air, serta kawasan
lindung spiritual dan kearifan lokal lainnya;
• Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi kawasan suaka
alam, cagar alam, Taman Nasional, taman hutan raya, taman wisata alam dan
• Kawasan rawan bencana alam, meliputi kawasan rawan tanah longsor,
• Kawasan lindung geologi, meliputi kawasan cagar alam geologi, kawasan rawan
bencana alam geologi dan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air
tanah;
• Kawasan lindung lainnya, meliputi cagar biosfer, ramsar, taman buru, kawasan
perlindungan plasma-nutfah, kawasan pengungsian satwa dan kawasan koridor
bagi jenis satwa.
Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.5. Pemerintah Kabupaten Dairi mengusulkan
review terhadap luasan kawasan hutan lindung seluas 33.000 ha dari luas sebelumnya
seluas 60.463,89 ha menjadi 27.463,89 ha.
Tabel. 5.15. Tipologi Permasalahan Kawasan Hutan Kabupaten Dairi Pasca Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 44/Menhut-II/2005
Adapun arahan pengelolaan hutan lindung dalam penyusunan RTRW Kabupaten Dairi,
yaitu :
• Mengusulkan pelepasan hutan lindung yang telah berubah fungsi menjadi
• Melaksanakan reboisasi pada lahan-lahan kritis serta memasyarakatkan hutan pada
kawasan hutan lindung yang telah berubah fungsi menjadi lahan pertanian;
• Operasi pengamanan hutan lindung secara fungsional dan terpadu secara rutin
sehingga tidak terjadi perambahan hutan lindung yang baru;
• Melaksanakan tata batas kawasan hutan lindung dengan cara mempertahankan
hutan lindung yang masih utuh, menetapkan kawasan hutan lindung diluar
kawasan hutan lindung menjadi kawasan hutan lindung, termasuk areal in living;
• Penyediaan sarana/prasarana pengamanan dan perlindungan hutan lindung;
• Meningkatkan peran serta masyarakat di sekitar hutan lindung dan didalam
kawasan hutan lindung untuk pelestarian hutan lindung, termasuk upaya
pencegahan kebakaran hutan lindung;
• Penerapan peraturan di bidang kehutanan secara tegas dan kosekuen;
• Membangun kerjasama dengan pihak-pikak terkait lainnya untuk mencegah
terjadinya perambahan hutan
• Meningkatkan peran serta dan partisipasi para pihak, baik masyarakat, dunia usaha
maupun pemerintah untuk mengamankan/menghempang perambahan hutan.
Kawasan bergambut di Kabupaten Dairi berada pada Kawasan Hutan Adian Tinjoan
(Register 67), terletak di sebelah Selatan Kabupaten Dairi dan merupakan batas dengan
Kabupaten Pakpak Bharat, berada diantara Kecamatan Parbuluan dan Sitinjo Kabupaten
Dairi. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa kawasan hutan Adian Tinjoan di
Kabupaten Dairi sekitar 7.912 ha sedangkan sisanya berada di Kabupaten Pakpak
Bharat, yaitu sekitar 11.868 ha.
Kawasan resapan air di Kabupaten Dairi termasuk kawasan hutan Delleng Cengkeh
(Register 59), Sibuatan Selatan (Register 62), Adian Tinjoan (Register 67) dan kawasan
Tabel. 5.16. Kawasan Resapan Airi di kabupaten Dairi
Arahan kawasan resapan air dalam penyusunan RTRW Kabupaten Dairi, yaitu :
• Melarang semua kegiatan budidaya di DAS yang dapat mengganggu dan merusak
fungsi DAS;
• Menjaga bantaran sungai dari erosi dan longsor;
• Menanam vegetasi pelindung dan mampu menyerap dan menahan aliran air;
• Percepatan rehabilitasi lahan yang mengalami kerusakan;
• Pengolahan tanah secara teknis, seperti membuat embung, Cekungan Air Tanah
(CAT), bendungan sehingga dapat memberikan kemampuan peresapan air yang
lebih tinggi;
• Melakukan konservasi CAT Sidikalang, dengan luas sekitar 2.438 km2meliputi
Kabupaten Dairi, Pakpak Bharat, Samosir, Humbang Hasundutan dan Tapanuli
5.1.3.2. Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan perlindungan setempat berfungsi untuk melestarikan fungsi badan perairan
dan kerusakan oleh kegiatan budidaya.
Kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Dairi terdiri dari :
• Sempadan pantai;
Perlindungan terhadap sempadan pantai dilakukan untuk melindungi wilayah
pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai. Kriteria
sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional
dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 meter dari titik pasang
tertinggi kearah darat.
Kawasan sempadan pantai di Kabupaten Dairi terletak di kawasan pantai Danau
Toba Kecamatan Silahisabungan.
• Sempadan sungai;
Perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan untuk melindungi sungai dari
kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai,
kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.
Kriteria sempadan sungai adalah :
Sekurang-kurangnya 100 meter di kanan sungai besar dan 20 meter di
kiri-kanan anak sungai yang berada di luar permukiman.
Untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai yang
diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10-15 meter.
Sungai-sungai di wilayah Kabupaten Dairi yang dikategorikan sebagai sungai besar
dan sungai kecil ditetapkan sempadannya sebagai kawasan perlindungan
Simuhur, Lau Gunung, Lae Kentara, Lae Panencoh, Lae Patulen, Lae Longki, Lau
Belulus, Lae Pandaroh, Lae Nuaha, Lae Lobe, Lae Panginuman, Lae Pangoroan, Lae
Silobi dan sungaisungai lainnya.
Arahan pengembangan sempadan sungai, yaitu :
Pengembangan irigasi/drainase.
Pembangunan sarana dan prasarana pengembangan sumber daya air, seperti
pengendalian banjir, pengendalian sedimen, pengembangan suplai air bersih
perkotaan, pencegahan pencemaran, peningkatan kualitas air baku.
Arahan pengelolaan kawasan sempadan sungai, yaitu :
Perlindungan sekitar sungai atau sempadan sungai dilarang melakukan alih
fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan kualitas air sungai;
Dilarang mendirikan bangunan di sepanjang sempadan sungai yang tidak
memiliki kaitan dengan pelestarian atau pengelolaan sungai;
Sungai yang melintasi kawasan permukiman ataupun kawasan perdesaan
maupun perkotaan dilakukan reorientasi pembangunan dengan menjadikan
sungai sebagai bagian dari latar depan.
Sungai yang memiliki arus deras diarahkan menjadi bagian wisata alam
petualangan seperti arung jeram, out bond, dan kepramukaan;
Sungai yang arusnya lemah dan bukan sungai yang menyebabkan timbulnya
banjir dapat digunakan untuk pariwisata;
Sempadan sungai yang arealnya masih luas dapat digunakan untuk
pariwisata melalui penataan kawasan tepian sungai.
• Kawasan sekitar danau/waduk;
Kawasan Sekitar danau/waduk di Kabupaten Dairi, yaitu Danau Toba di Kecamatan
Danau Kempawa di Kecamatan Tanah Pinem, Waduk PLTA Renun di Kecamatan
Sumbul dan lain-lain.
Arahan pengelolaan kawasan sekitar danau/waduk dilakukan dengan :
Perlindungan sekitar danau/waduk untuk kegiatan yang menyebabkan alih
fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air;
Danau/waduk selain untuk irigasi, pengendali air, perikanan, sumber energi
listrik juga untuk pariwisata. Untuk itu diperlukan pelestariannya beserta
seluruh tangkapan air di atasnya;
Danau/waduk yang digunakan untuk kepentingan pariwisata diijinkan
membangun selama tidak mengurangi kualitas tata air yang ada;
Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah
atau ground cover untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air;
Membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung untuk
bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi danau/waduk.
• Kawasan sekitar mata air;
Kawasan sekitar mata air berada menyebar di seluruh kecamatan kecamatan di
Kabupaten Dairi. Arahan pengelolaan kawasan sekitar mata air, yaitu :
Perlindungan sekitar mata air untuk kegiatan yang menyebabkan alih fungsi
lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air;
Pembuatan sistem saluran bila sumber dimanfaatkan untuk air minum atau
irigasi;
Selain sebagai sumber air minum dan irigasi, sumber air juga digunakan
untuk peruntukan pariwisata selama tidak mengurangi kualitas tata air yang
ada, sedangkan penggunaan sumber air untuk rekreasi dan renang, perlu
Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah
atau ground cover untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air;
Membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung untuk
bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi mata air.
• Ruang Terbuka Hijau.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang atau jalur dan/atau
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
Kriteria penetapan RTH Kota menurut Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, meliputi :
Lahan dengan luas paling sedikit 2.500 meter persegi;
Berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari bentuk satu
hamparan dan jalur;
Didominasi komunitas tumbuhan.
Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan adalah sebagai berikut :
RTH di perkotaan terdiri dari RTH Publik (milik pemerintah dan terbuka untuk
umum) dan RTH Privat (milik perorangan atau institusi);
Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri
dari 20% RTH publik dan 10% RTH privat;
Apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah
memiliki total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku,