• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN TABANAN - DOCRPIJM 1504702385Bab5 Keterpaduan Strategi Compress

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB V KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN TABANAN - DOCRPIJM 1504702385Bab5 Keterpaduan Strategi Compress"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

KETERPADUAN

STRATEGI

PENGEMBANGAN

KABUPATEN TABANAN

Bab ini menguraikan secara ringkas Dokumen Rencana Bidang Cipta Karya yang dimiliki oleh Kabupaten Tabanan meliputi : RTRW, RPJMD, Perda Bangunan Gedung, RISPAM, SSK, RTBL, RP2KP, RTBL KSK dan mengintegrasikan strategi dan program pembangunan Bidang Cipta Karya.

5.1.

ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN

TABANAN

Visi/tujuan, misi/sasaran/lingkup,kebijakan/kebijakan umum, dan strategi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tabanan disajikan pada Tabel 5.1

(2)

V - 2

(3)
(4)

V - 4 Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten merupakan perwujudan rencana struktur ruang, pola ruang, dan kawasan strategis kabupaten dalam bentuk indikasi program utama pemanfaatan ruang. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya disajikan pada Tabel 5.2 Tabel 5.2 Identifikasi Indikasi Program RTRW Kabupaten Tabanan terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

NO USULAN PROGRAM

UTAMA LOKASI

1 Pemantapan Integrasi Pengelolaan Terpadu Kawasan Perkotaan Tabanan dengan PKN Kawasan Perkotaan Sarbagita

2 Pemantapan Identitas PPK Yang Berjatidiri Budaya Bali

Seluruh Kec, kecuali Kec Tabanan dan Kec Kediri

Ya APBD Prov/Kab Pemprov/ Pemkab

3 Pemantapan Status Pusat Kegiatan Lokal (PPL) Dan Kaw. Agropolitan

Seluruh Kec, kecuali Kec Tabanan dan Kec Kediri

Ya APBD Prov/Kab Pemprov/ Pemkab

4 Pengintegrasian SPAM Sarbagitaku Dalam Sistem Tabanan

Kec. Tabanan dan Kec.Kediri

Ya APBN, APBD Dinas PU Prov/Kab, PDAM

5 Pengintegrasian SPAM Sarbagitaku Dalam Sistem Tabanan Wilayah Pelayanan pada SPAM yang Telah Ada

Semua Kecamatan Ya/Tidak APBN, APBD Dinas PU Prov/Kab, PDAM

6 Pengembangan Jaringan Perpipaan Baru Di Kaw Perkotaan Yg BlmTerlayani

Semua Kecamatan Ya/Tidak APBN, APBD Dinas PU Prov/Kab, PDAM

7 Pengembangan SPAM Baru Baik Jaringan Perpipaan Maupun Non Perpipaan Di Kawasan Perdesaan

Semua Kecamatan Ya/Tidak APBN, APBD Dinas PU Prov/Kab, PDAM

8 Pemantapan Kerjasama Pengelolaan Sampah Dan Pemanfaatan IPST Di TPA Suwung Sbg TPA Regional PKN Kawasan Perkotaan Sarbagita

Semua Kecamatan Ya/Tidak APBN, APBD DPU Prov, DKB Kab

9 Peningkatan Fungsi TPA Mandung Melalui Sistem Controlled Landfill

Kec.Kerambitan Tidak APBN, APBD DPU Prov, DKB Kab

10 Peningkatan Sarana Dan Prasarana Pengolahan Sampah TPA Mandung

Kec.Kerambitan Tidak APBN, APBD DPU Prov, DKB Kab, Swasta, dan Masy 11 Peningkatan Jumlah TPS

Serta Pewadahan Sampah Setempat

(5)

NO USULAN PROGRAM 13 Peningkatan Kerjasama

Pengelolaan Sampah Dengan Masyarakat

Semua Kecamatan Ya/Tidak APBN, APBD DPU Prov, DKB Kab, Swasta, dan Masy 14 Pemasyarakatan dan

Sosialisasi Konsep 3R

Semua Kecamatan Ya/Tidak APBN, APBD DPU Prov, DKB Kab, Swasta, dan Masy 15 Pengembangan IPAL Di

Kawasan Perkotaan Tabanan

Kec.Tabanan dan Kec.Kediri

Ya APBN, APBD Kem PU, Dinas PU Prov./Kab 16 Pengembangan IPAL Pada

Kaw. Efektif Pariwisata Soka, Bedugul dan Tanah Lot

Semua kecamatan kecuali Kec.Marga dan Kec Penebel

Ya APBN, APBD Dinas PU Prov. Masyarakat

17 Pengembangan IPAL Komunal (Sanimas) di Lingkungan Kawasan Permukiman Padat

Semua kecamatan kecuali Kec.Marga dan Kec Penebel

Ya APBN, APBD Dinas PU Prov./Kab

18 Fasilitasi Pengelolaan Limbah Setempat Pada Masyarakat

Semua Kecamatan Ya/Tidak APBD Kab. DPU Kab.

19 Normalisasi Beberapa Aliran Sungai Rawan Banjir

Semua Kecamatan Ya/Tidak APBN, APBD Dinas PU Prov./Kab 20 Pemeliharaan Dan

Pengembangan Jaringan Drainase Jalan-Jalan Lingkungan Permukiman

Semua Kecamatan Ya/Tidak APBD Kab. DPU Kab.

21 Penetapan Dan Sosialisasi Jalan-Jalan Sebagai Jalur Evakuasi Bencana

Semua Kecamatan Ya/Tidak APBN, APBD Dinas PU Prov./Kab

22 Penetapan Dan Sosialisasi Tempat-Tempat Yang Dipakai Sebagai Ruang Evakuasi Bencana

Semua Kecamatan Ya/Tidak APBN, APBD Dinas PU Prov./Kab

23 Revitalsasi Desa Tua Yang Memiliki Tata Ruang Desa Dan Arsitektur Khas

Kecamatan Marga Tidak APBD Prov/Kab Dinas PU Prov./Kab

24 Peningkatan Pelayanan Sistem Jar. Prasarana Permukiman (Jaringan Jalan Permukiman, Energi, Telekomunikasi, Air Minum, Air Limbah, Pengelolaan Persampahan, Drainase)

Semua Kecamatan Ya/Tidak APBD Prov/Kab Dinas PU Prov./Kab, BUMN

25 Perwujudan ruang terbuka hujau, ruang terbuka non hijau, ruang Ruang Pejalan Kaki, Jalur dan Ruang Evakuasi Bencana

(6)

V - 6 Tabel 5.3 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Wilayah Kaupaten Tabanan

NO ZONA BERDASARKAN POLA

RUANG WILAYAH KABUPATEN DESKRIPSI

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

KETENTUAN UMUM KEGIATAN KET.

1 Kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai PKN

kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi.

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pemantapan Kawasan Perkotaan Tabanan sebagai perkotaan di sekitar kawasan perkotaan inti dari PKN Kawasan Perkotaan Denpasar-Badung- Gianyar-Tabanan, pusat pemerintahan Kabupaten, pusat perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, dan regional, kegiatan pariwisata, kegiatan sosial-budaya dan kesenian, pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan internasional, nasional, dan regional, kegiatan pertanian, permukiman, kegiatan penghijauan, penyediaan untuk ruang terbuka non hijau kota, penyediaan prasarana dan sarana pejalan kaki, penyediaan prasarana dan sarana angkutan umum, penyediaan prasarana dan sarana kegiatan sektor informal dan ruang evakuasi bencana, kegiatan peningkatan kuantitas dan kualitas jaringan jalan kawasan perkotaan pelayanan jaringan air minum, jaringan drainase, pengelolaan persampahan, pengolahan air limbah, pelayanan energi dan listrik, pelayanan telekomunikasi dan utilitas perkotaan lainnya; kegiatan yang dapat mendukung pelestarian bangunan yang memiliki nilai-nilai sejarah, budaya, kawasan suci, tempat suci, dan pola-pola permukiman tradisional setempat;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud huruf a yang tidak mengganggu fungsi Kawasan Perkotaan;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b;

d. pemanfaatan ruang kawasan perkotaan disesuaikan dengan karakter sosial budaya masyarakat setempat, mengacu pada konsep Catus Patha, Tri Mandala serta penataan lansekap dan wujudbangunan berciri arsitektur tradisional Bali;

e. pemanfaatan ruang untuk bangunan gedung dengan intensitas sedang dan tinggi serta ketinggian bangunan paling tinggi 15 (lima belas) meter dari permukaan tanah;

f. pengembangan kawasan perkotaan diarahkan dengan besaran koefisien wilayah terbangun (KWT), paling besar 60 (enam puluh) persen dari luas Kawasan Perkotaan;

g. penyediaan kawasan perkotaan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas kawasan perkotaan; dan

h. penataan ruang kawasan perkotaan wajib dilengkapi dengan rencana rinci kawasan perkotaan yang dilengkapi peraturan zonasi dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

2 Kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai PPK

kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau

(7)

NO ZONA BERDASARKAN POLA

RUANG WILAYAH KABUPATEN DESKRIPSI

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

KETENTUAN UMUM KEGIATAN KET.

beberapa desa. prasarana dan sarana angkutan umum, penyediaan prasarana dan sarana kegiatan sektor informal dan ruang evakuasi bencana, pelayanan jaringan air minum, jaringan drainase, pengelolaan persampahan, pengolahan air limbah, pelayanan energi dan listrik;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud huruf a yang tidak mengganggu fungsi Kawasan Perkotaan;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b;

d. pemanfaatan ruang kawasan perkotaan disesuaikan dengan karakter sosial budaya masyarakat setempat, mengacu pada konsep Catus Patha, Tri Mandala serta penataan lansekap dan wujud bangunan berciri arsitektur tradisional Bali;

e. penyediaan RTH kawasan perkotaan paling sedikit 40 (empat puluh) persen dari luas kawasan perkotaan;

f. pemanfaatan ruang untuk bangunan gedung dengan intensitas sedang dan tinggi serta ketinggian bangunan paling tinggi 15 (lima belas) meter dari permukaan tanah; dan

g. penataan ruang kawasan perkotaan wajib dilengkapi dengan rencana rinci kawasan perkotaan yang dilengkapi peraturan zonasi dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

3 Kawasan Perdesaan wilayah pelayanannya adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintah, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan utama pertanian dan pengelolaan sumber daya alam termasuk perikanan tangkap dengan ciri bentang pola ruang pertanian dan lingkungan alami; b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan pertanian di luar kawasan lindung,

kegiatan penghijauan, kegiatan yang mendukung pelestarian karang bengang sebagai ruang terbuka hijau pada batas antar desa/unit permukiman sebagai identitas desa; kegiatan yang mendukung pelestarian budaya dan lingkungan hidup bagi wilayahnya;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b;

d. pemanfaatan ruang kawasan perdesaan disesuaikan dengan mempertahankan proporsi lahan pertanian tanaman pangan paling sedikit 90 (sembilan puluh) persen dari luas kawasan pertanian; dan

e. pemanfaatan ruang kawasan perdesaan disesuaikan dengan karakter sosial budaya masyarakat setempat, mengacu pada rencana tata palemahan pada awig-awig Desa Adat/Pakraman;

4 pusat pelayanan lingkungan (PPL)

pusat permukiman yang berfungsi untuk

(8)

V - 8

NO ZONA BERDASARKAN POLA

RUANG WILAYAH KABUPATEN DESKRIPSI

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

KETENTUAN UMUM KEGIATAN KET.

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana huruf a sepanjang tidak mengganggu fungsi-fungsi pelayanan lokal;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b;

d. pengembangan PPL diarahkan untuk melayani jumlah penduduk paling sedikit 5.000 (lima ribu) jiwa dan paling banyak 10.000 (sepuluh ribu) jiwa; dan

e. penyediaan prasarana dan sarana transportasi antar desa maupun antar kawasan perkotaan terdekat.

5 Kawasan agropolitan kawasan yang terdiri atas satu atau ebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan

pengolahan sumber dayaalam tertentu yang ditunjukan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem

permukiman dan sistem agribisnis.

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pertanian, pembangunan prasarana dan sarana penunjang pertanian, kegiatan pariwisata berbasis agropolitan, kegiatan penelitian dan penghijauan;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain yang dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi utama lahan pertanian dan tidak mengubah fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b; dan

d. penyediaan prasarana dan sarana kegiatan agribisnis seperti jaringan jalan ke pusat produksi, perbankan dan terminal agribisnis.

6 sistem penyediaan air baku untuk air minum

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:

1) perlindungan dan pemeliharaan bangunan penampungan air, bangunan pengambilan/penyadapan, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, sistem pemompaan, dan/atau bangunan sarana pembawa serta perlengkapannya; dan

2) pengembangan kerja sama antar wilayah dalam penyediaan air baku untuk air minum. b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi pemanfaatan sumber air untuk kebutuhan air

minum;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi pembangunan instalasi pengolahan air minum yang dibangun langsung pada sumber air baku; dan

(9)

NO ZONA BERDASARKAN POLA

RUANG WILAYAH KABUPATEN DESKRIPSI

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

KETENTUAN UMUM KEGIATAN KET.

7 sistem penyediaan air minum (SPAM);

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan bangunan pengambilan air, pembangunan prasarana dan sarana sistem penyediaan air minum, kegiatan penunjang sistem penyediaan air minum, penghijauan;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu keberlanjutan fungsi penyediaan air minum, mengakibatkan pencemaran air baku dari air limbah dan sampah, dan mengakibatkan kerusakan prasarana dan sarana penyediaan air minum; dan

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengganggu keberlanjutan fungsi penyediaan air minum, mengakibatkan pencemaran air baku dari air limbah dan sampah, dan mengakibatkan kerusakan prasarana dan sarana penyediaan air minum.

8 sistem pengelolaan persampahan;

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pengoperasian TPA sampah berupa pemilahan, pengumpulan, pengolahan, pemrosesan akhir sampah, dan pengurugan berlapis bersih (sanitary landfill), pemeliharaan TPA sampah, dan industri terkait pengolahan sampah;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan pertanian non pangan, kegiatan penghijauan, kegiatan permukiman dalam jarak yang aman dari dampak pengelolaan persampahan, dan kegiatan lain yang tidak mengganggu fungsi kawasan peruntukan TPA sampah; dan

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengganggu fungsi kawasan peruntukan TPA sampah.

9 sistem pengolahan air limbah a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi pembangunan prasarana dan sarana air limbah dalam rangka mengurangi, memanfaatkan kembali, dan mengolah air limbah domestik;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi sistem jaringan air limbah; dan

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi pembuangan sampah, pembuangan Baha Berbahaya dan Beracun, pembuangan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, dan kegiatan lain yang mengganggu fungsi sistem jaringan air limbah.

10 sistem penanganan drainase a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan prasarana dan sarana sistem jaringan drainase dalam rangka mengurangi genangan air dan mendukung pengendalian banjir; b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada

huruf a yang tidak mengganggu fungsi sistem jaringan drainase;

(10)

V - 10

NO ZONA BERDASARKAN POLA

RUANG WILAYAH KABUPATEN DESKRIPSI

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

KETENTUAN UMUM KEGIATAN KET.

pengembangan atas ruang milik jalan. 11 jalur evakuasi bencana a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:

1) pemberian tanda-tanda, informasi dan sosialisasi jalur-jalur jalan yang digunakan sebagai jalur evakuasi bila terjadi bencana;

2) tersedianya tempat-tempat berkumpul bila terjadi bencana;

3) pengembangan sistem peringatan dini terhadap kemungkinan adanya bencana;

4) penyediaan ruang-ruang evakuasi bencana mencakup lapangan umum, gedung serbaguna atau rumah sakit rujukan.

b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat meliputi kegiatan pembangunan yang tidak mengganggu fungsi prasarana dan sarana jalur evakuasi bencana;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan yang dapat mengganggu fungsi dan peruntukan jalur evakuasi bencana; dan

d. jalur jalan yang digunakan sebagai jalur evakuasi merupakan jalan-jalan utama wilayah yang terhubung lebih singkat dengan tempat-tempat atau ruang evakuasi bencana yang telah ditetapkan maupun lokasi rumah sakit.

12 ruang terbuka hijau (RTH) area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam

a. Penetapan RTH dengan kriteria :

1) ruang-ru ang terbuka di kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan yang difungsikan sebagairuang tanpa bangunan meliputi taman kota, hutan kota, lapangan olahraga, pemakaman umum dan setra, kawasan jalur hijau pertanian, jalur-jalur perlindungan lingkungan, taman perumahan, sabuk hijau berupa lahan pertanian dan hutan, kawasan lindung berupa hutan lindung, Taman Wisata Alam dan sejenisnya;

2) berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari bentuk satu hamparan dan jalur; dan

3) didominasi komunitas tumbuhan. b. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:

1) kegiatan pemanfaatan ruang untuk kegiatan rekreasi;

2) pengembangan taman-taman berupa taman lingkungan perumahan, taman skala banjar, taman skala desa, taman skala kecamatan dan taman skala kota yang terintegrasi dengan lapangan terbuka; dan

3) pemantapan taman-taman kota sebagai pusat kegiatan sosial, rekreasi, olah raga, keagamaan.

(11)

NO ZONA BERDASARKAN POLA

RUANG WILAYAH KABUPATEN DESKRIPSI

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

KETENTUAN UMUM KEGIATAN KET.

1) pemanfatan taman pekarangan perumahan, halaman perkantoran, halaman pertokoan dan halaman tempat usaha lainnya sebagai ruang terbuka hijau dengan proporsi tertentu sesuai luas lahan dan persyaratan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan Koefisien Dasar Hijau (KDH) yang ditetapkan; dan

2) pendirian bangunan pada RTH pada ruang terbuka dibatasi hanya untuk bangunan penunjang kegiatan sosial, rekreasi, olah raga, pertanian, dan keagamaan.

d. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b.

13 kawasan cagar budaya tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai budaya tinggi dan sebagai tempat serta ruang di sekitar situs purbakala dan kawasan yang memiliki bentukan geologi alami yang khas

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi pengamanan dan menjaga pelestarian dari berbagai bentuk ancaman baik oleh kegiatan manusia maupun alam, mempertahankan dan memelihara, memperbaiki, mengganti, menambah dengan penyesuaian terhadap bentuk asli;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi pembangunan bangunan yang bukan merupakan kawasan tempat suci, dapat berubah dengan mempertahankan bentuk asli bangunan; dan

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi merubah fungsi kawasan cagar budaya yang berupa tempat suci.

14 kawasan permukiman perkotaan a. kegiatan yang diperbolehkan dalam kawasan permukiman perkotaan, meliputi:

1) pembangunan bangunan perniagaan yang boleh dibangun meliputi warung, toko kecil, kantor kecil, industri rumah tangga dan sebagainya yang tidak mencemari lingkungan baik berupa pencemaran air, pencemaran udara, pencemaran suara maupun pencemaran estetika/pandangan/visual, dan tidak menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan keamanan lingkungan;

2) pendirian bangunan umum meliputi bangunan pelayanan umum dan pemerintahan (setingkat desa/kelurahan kebawah), pendidikan (setingkat SD kebawah), kesehatan (setingkat apotek, praktek dokter), peribadatan, taman lingkungan, dan pertamanan;

3) pengharusan penataan lintasan jaringan utilitas dengan memprioritaskan pada penerapan sistem pembangunan secara terintegrasi dengan menempatkan dalam trowongan khusus bawah tanah dan/atau ditanam sesuai dengan pola jalur sempadan jalan serta memperhatikan keselamatan dan estetika lingkungan;

(12)

V - 12

NO ZONA BERDASARKAN POLA

RUANG WILAYAH KABUPATEN DESKRIPSI

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

KETENTUAN UMUM KEGIATAN KET.

6) pengharusan penyediaan kolam penampungan air hujan secara merata di setiap bagian kota yang rawan genangan air dan rawan banjir;

7) pengharusan penyediaan fasilitas parkir bagi setiap bangunan untuk kegiatan usaha; dan 8) pengaturan kepadatan penduduk dan kepadatan bangunan dalam kawasan permukiman b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:

1) kegiatan industri kecil rumah tangga yang tidak menimbulkan polusi pada kawasan peruntukan permukiman;

2) penataan bangun-bangunan pelengkap lingkungan kawasan permukiman perkotaan sepertireklame agar serasi, aman, dan tidak menganggu arus lalu lintas;

3) penetapan jenis dan penerapan syarat-syarat penggunaan bangunan;

4) pengembangan kegiatan pada lahan yang sesuai dengan kriteria fisik, meliputi: topografi datarbergelombang dengan kelerengan lahan 0 sampai dengan 25 (nol sampai dua puluh lima) persen, ketersediaan dan mutu sumber air bersih, bebas dari potensi banjir/genangan dengan sistem drainase baik sampai sedang; dan

5) pengharusan penerapan ciri khas arsitektur Bali.

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b.

15 kawasan permukiman perdesaan a. pengembangan pada lahan yang sesuai dengan kriteria fisik meliputi topografi datar-bergelombang dengan kelerengan lahan 0 sampai dengan 25 (nol sampai dua puluh lima) persen, ketersediaan dan mutu sumber air bersih, bebas dari potensi banjir/genangan dengan sistem drainase baik sampai sedang;

b. kegiatan yang diperbolehkan dalam kawasan permukiman perdesaan meliputi:

1) kegiatan perniagaan dengan bangunan yang boleh dibangun meliputi warung, toko kecil, kantor, industri rumah tangga dan sebagainya yang tidak mencemari lingkungan baik berupa pencemaran air, pencemaran udara, pencemaran suara maupun pencemaran estetika/pandangan/visual, dan tidak menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan keamanan lingkungan;

2) pendirian bangunan perniagaan jika berkelompok tidak boleh lebih dari 4 unit bangunan dan tidak dilengkapi dengan gudang; dan

(13)

NO ZONA BERDASARKAN POLA

RUANG WILAYAH KABUPATEN DESKRIPSI

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

KETENTUAN UMUM KEGIATAN KET.

c. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi pengembangan kegiatan industri kecil rumah tangga yang tidak menimbulkan polusi pada kawasan peruntukan permukiman;

d. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b.

e. terintegrasi secara serasi dengan kawasan pertanian dan kawasan ruang terbuka perdesaan dan pertanian sesuai konsep tata palemahan desa pekraman yang tekait;

f. pengharusan penerapan ciri khas arsitektur Bali;

(14)

V - 14

5.2.

ARAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH

DAERAH (RPJMD) KABUPATEN TABANAN

Kebijakan Pembangunan Daerah berupa visi dan misi, strategi, serta arah kebijakan pembangunan disajikan pada Tabel 5.4

Kebijakan Umum dan Program Pembangunan terkait Bidang Cipta Karya di Kabupaten Tabanan, meliputi :

a. Sasaran Terwujudnya Tabanan yang hijau, lestari dan aman sebagai penyangga lingkungan alam Bali; dengan strategi dan arah kebijakan : Menyelenggarakan penataan ruang wilayah dan kawasan yang seimbang sesuai daya dukung dan daya tampung ruang, melalui :

1) Program Pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH);

2) Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan.

b. Sasaran Meningkatnya sarana, prasarana dan infrastruktur kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, dengan strategi dan arah kebijakan Meningkatkan kuantitas dankualitas infrastruktur perdesaan dan perkotaan, melalui :

1) Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku; 2) Program pembangunan infrastruktur perdesaaan.

Indikasi Recana Program Prioritas dan Kebutuhan Pendanaannya di Kabupaten Tabanan disajikan pada Tabel 5.5

Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberi gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah Kabupaten Tabanan pada akhir periode masa jabatan. Hal ini ditunjukan dari akumulasi pencapaian indikator outcome program pembangunan daerah setiap tahun atau indikator capaian yang bersifat mandiri setiap tahun sehingga kondisi kinerja yang diinginkan pada akhir periode RPJMD dapat dicapai.

Sesuai dengan Tujuan Otonomi Daerah, ada tiga aspek kinerja yang bisa diukur dengan indikator-indikator kinerja, yaitu: (1) Kesejahteraan Masyarakat (2) Daya Saing Daerah;(3) Pelayanan Umum.

Terkait dengan Inrastruktur Bidang Cipta Karya penetapan indikator kinerja, termasuk dalam indikator daya saing infrastruktur mendukung penetapan kinerja daya saing daerah, melupti :

1. Persentase penanganan sampah meningkat, dari 90 % tahun 2010 menjadi 90 % pada akhir RPJMD (2015);

2. Persentase penduduk berakses air minum meningkat, dari 90 % tahun 2010 menjadi 90 % pada akhir RPJMD (2015);

3. Persentase Rumah tangga (RT) yang menggunakanmair bersih meningkat, dari 80 % tahun 2010 menjadi 80 % pada akhir RPJMD (2015);

4. Persentase luas pemukiman yang tertata meningkat, dari 70 % tahun 2010 menjadi 70 % pada akhir RPJMD (2015);

(15)
(16)
(17)

5.3.

ARAHAN PERATURAN DAERAH TENTANG BANGUNAN GEDUNG

Kabupaten Tabanan telah memiliki Peraturan Daerah No 9 Tahun 2013 tentang Bangunan Gedung.Peraturan daerah ini bertujuan untuk :

1. mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan tata bangunan gedung yang serasi dan selaras dengan lingkungannya;

2. mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang menjamin keandalan teknis bangunan gedung dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan;

3. mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung;dan 4. mewujudkan bangunan gedung yang menampilkan Arsitektur Tradisional Bali. Lingkup peraturan daerah ini meliputi ketentuan mengenai fungsi klasifikasi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat dan pembinaan serta IMB dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Fungsi bangunan gedung meliputi:

1. Fungsi hunian, mencakup fungsi utama sebagai tempat tinggal manusia yang meliputi rumah tinggal tunggal, rumah tinggal deret, rumah tinggal susun, dan rumah tinggal sementara.

2. Fungsi keagamaan , mencakup fungsi utama sebagai tempat melakukan ibadah yang meliputi bangunan mesjid termasuk musola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng.

3. Fungsi usaha, mencakup fungsi utama sebagai tempat melakukan kegiatan usaha yang meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal, bangunan gedung tempat penyimpanan dan kegiatan usaha lainnya yang tidak bertentangan dengan peraturan perunang-undangan yang berlaku.

4. Fungsi sosial dan budaya, mencakup fungsi utama sebagai tempat melakukan kegiatan sosial dan budaya yang meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium, olahraga dan bangunan gedung pelayanan umum.

5. Fungsi khusus, mencakup fungsi utama sebagai tempat melakukan kegiatan yang mempunyai tingkat kerahasiaan tinggi tingkat nasional atau yang penyelenggaraannya dapat membahayakan masyarakat di sekitarnya dan/atau mempunyai risiko bahaya tinggi yang meliputi bangunan gedung untuk nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan, bangunan sejenis yang ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum.

Fungsi bangunan gedung di wilayah Kabupaten Tabanan seperti tersebut di atas diklasifikasikan berdasarkan:

a. klasifikasi tingkat kompleksitas meliputi bangunan gedung sederhana, bangunan gedung tidak sederhana, dan bangunan gedung khusus;

(18)

V - 18 c. klasifikasi tingkat risiko kebakaran meliputi bangunan gedung tingkat risiko

kebakaran rendah, tingkat risiko kebakaran sedang, dan tingkat risiko kebakaran tinggi;

d. klasifikasi zonasi gempa bumi Kabupaten Tabanan termasuk Zona yang kritis ; e. klasifikasi lokasi meliputi bangunan gedung di lokasi renggang, bangunan gedung di

lokasi sedang, dan bangunan gedung di lokasi padat;

f. klasifikasi ketinggian meliputi bangunan gedung bertingkat rendah, bangunan gedung bertingkat sedang, dan bangunan gedung bertingkat tinggi; dan

g. klasifikasi kepemilikan meliputi bangunan gedung milik Negara, bangunan gedung milik perorangan, dan bangunan gedung milik badan usaha.

Persyaratan bangunan gedung meliputi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung.

Persyaratan administratif bangunan gedung meliputi: (a). status hak atas tanah dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah; (b). status kepemilikan bangunan gedung, dan (c). IMB.

Persyaratan teknis bangunan gedung meliputi:

a. persyaratan tata bangunan dan lingkungan yang terdiri atas: (1). persyaratan peruntukan lokasi; (2). intensitas bangunan gedung; (3). arsitektur bangunan gedung; (4). pengendalian dampak lingkungan untuk bangunan gedung tertentu; dan (5). rencana tata bangunan dan lingkungan.

b. persyaratan keandalan bangunan gedung terdiri atas: (1). persyaratan keselamatan; (2). persyaratan kesehatan; (3). persyaratan kenyamanan; dan (4). persyaratan kemudahan.

Penyelenggaraan Bangunan Gedung, meliputi :

1. Kegiatan pembangunan bangunan gedung diselenggarakan melalui proses perencanaan teknis dan proses pelaksanaan konstruksi.

2. Kegiatan pemanfaatan bangunan gedung, meliputi kegiatan pemeliharaan, perawatan, pemeriksaan secara berkala, perpanjangan Sertifikat Laik Fungsi, dan pengawasan pemanfaatan bangunan gedung.

3. Kegiatan pelestarian bangunan gedung, meliputi kegiatan penetapan dan pemanfaatan termasuk perawatan dan pemugaran serta kegiatan pengawasannya. 4. Kegiatan pembongkaran bangunan gedung, meliputi penetapan pembongkaran dan

pelaksanaan pembongkaran serta pengawasan pembongkaran.

Penyelenggaraan bangunan gedung dapat dilaksanakan oleh perorangan atau penyedia jasa di bidang penyelenggaraan gedung.

Peran masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung dapat terdiri atas: a. pemantauan dan penjagaan ketertiban penyelenggaraan bangunan gedung;

b. pemberian masukan kepada Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dalam penyempurnaan peraturan, pedoman dan standar teknis di bidang bangunan gedung;

(19)

d. pengajuan gugatan perwakilan terhadap bangunan gedung yang mengganggu, merugikan dan/atau membahayakan kepentingan umum.

5.4.

ARAHAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

(RISPAM)

Dokumen RISPAM dipakai sebagai pedoman dalam menyusun program pengembangan SPAM di daerah secara berkelanjutan guna menjamin ketersediaan air minum bagi masyarakat sesuai dengan kondisi daerahnya. Dokumen RISPAM juga dapat dijadikan pedoman dalam menentukan komposisi pembiayaan program dan pelaksanaan pembangunan serta pemeliharaan prasarana dan sarana air minum perkotaan dan perdesaan.

Tujuan, sasaran, rencana sistem penyediaan, dan rencana pengembangan SPAM sesuai RISPAM disajikan pada Tabel 5.6

Rencana Pentahapan Pengembangan SPAM (5 Tahunan), meiputi :

1. Rencana Tahap I, rencana program jangka pendek dalam penyediaan air baku di Unit Kota yang meliputi wilayah Kecamatan Tabanan, Kediri dan sebagian Marga. Rencana tahap I adalah pemenuhan kebutuhan air minum pada akhir tahun 2015. Adapun rencana penanganan pada program ini :

• Pengembangan dan pemanfaatan Mata Air Metaum dengan kapasitas pengambilan 230 L/dt yang potensial dan ramah lingkungan untuk meningkatkan pelayanan;

• Pemasangan pipa transmisi dari intake sumber mata air Metaum sampai Reservoar agar diperoleh kuantitas dan kualitas air yang tetap terjaga;

• Pengembangan dan pemasangan pipa distribusi utama (JDU) dari reservoar sampai rencana blok pelayanan;

• Pengembangan dan pemasangan pipa distribusi layanan dari masing-masing blok layanan.

• Menjaga tingkat kebocoran sehingga setiap tahun menurun

• Penyuluhan dan penyebaran informasi terhadap masyarakat tentang penghematan pemakaian air untuk daerah perkotaan / komersil.

2. Rencana Tahap II, adalah pemenuhan kebutuhan air minum dengan jangka waktu dari tahun (2016 – 2020). Adapun rencana penanganan pada program ini :

• Pengembangan dan pemanfaatan air permukaan Tukad Balian (IPA Tukad Balian) yang potensial dan ramah lingkungan untuk meningkatkan pelayanan di wilayah kecamatan Selemadeg barat.

• Pengembangan dan pemanfaatan air permukaan Tukad Lambuk (air baku Bendungan Lambuk) yang potensial dan ramah lingkungan untuk meningkatkan pelayanan di wilayah kecamatan Selemadeg dan sebagian Kerambitan.

• Pemasangan pipa transmis dari intake IPA sampai Reservoar agar diperoleh kuantitas dan kualitas air yang tetap terjaga.

(20)

V - 20 • Pengembangan dan pemasangan pipa distribusi utama (JDU) dari reservoar

(RD Sembung) pada sistem penyediaan air baku IPA Tukad Balian dan sampai rencana blok pelayanan.

• Pengembangan dan pemasangan pipa distribusi layanan dari masing-masing blok layanan.

• Menjaga tingkat kebocoran sehingga setiap tahun menurun.

• Penyuluhan dan penyebaran informasi terhadap masyarakat tentang penghematan pemakaian air untuk daerah perkotaan / komersil.

• Menjaga kapasitas produksi sumber air baku dan penyempurnaan SPAM Unit Selemadeg dan eksisting.

• Pemasangan pipa transmisi dari intake IPA Bendungan Lambuk sampai Reservoar agar diperoleh kuantitas dan kualitas air yang tetap terjaga.

• Pengembangan dan pemasangan pipa distribusi utama (JDU) dari reservoar (RD Megati) pada sistem penyediaan air baku Bendungan Lambuk dan sampai rencana blok pelayanan.

• Pengembangan dan pemasangan pipa distribusi layanan dari masing-masing blok layanan.

• Penambahan kapasitas produksi sumber dan penyempurnaan pada PAM Desa yang ada di Kecamatan Baturiti dan Kecamatan Kerambitan.

(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)

V - 26 3. Rencana Tahap III, rencana program pembangunan penyediaan air baku di Unit

Penebel, Unit Baturiti dan Unit Kerambitan. Rencana tahap III adalah pemenuhan kebutuhan air minum dengan jangka waktu dari tahun (2021 – 2025). Adapun rencana penanganan pada program ini :

• Pengembangan IPA Nyanyi 150 L/dt dan perluasan SPAM.

• Pemasangan pipa transmisi dari intake IPA Nyanyi sampai Reservoar agar diperoleh kuantitas dan kualitas air yang tetap terjaga.

• Pengembangan dan pemasangan pipa distribusi utama (JDU) dari reservoar (RD) pada sistem penyediaan air baku dan sampai rencana blok pelayanan. • Peningkatan kapasitas produksi sumber pada SPAM PDAM unit Penebel. • Pengembangan dan pemasangan pipa distribusi pada SPAM unit Penebel. • Peningkatan kapasitas produksi sumber pada SPAM PDAM unit Baturiti. • Pengembangan dan pemasangan pipa distribusi pada SPAM unit Baturiti. • Peningkatan kapasitas produksi sumber pada SPAM PDAM unit Kerambitan. • Pengembangan dan pemasangan pipa distribusi pada SPAM unit kerambitan. • Pengembangan dan pemasangan pipa distribusi layanan dari masing-masing

blok layanan.

• Menjaga tingkat kebocoran sehingga setiap tahun menurun.

• Penyuluhan dan penyebaran informasi terhadap masyarakat tentang penghematan pemakaian air untuk daerah perkotaan / komersil.

• Penambahan kapasitas produksi sumber dan penyempurnaan pada PAM Desa yang ada di Kecamatan Selemadeg dan Marga.

• Peningkatan sistem jaringan pipa transmisi dan distribusi pada pengelolaan PAM Desa yang ada di Kecamatan Selemadeg dan marga .

• Pemeliharaan dan pengoperasian PAM DES yang berkelanjutan. • Bantuan teknis pengelolaan sistem jaringan PAM Desa.

4. Rencana Tahap IV, periode tahun 2026 – 2029 adalah program peningkatan dan penambahan kapasitas desain disesuaikan dengan jumlah penduduk yang akan dilayani dan peningkatan cakupan pelayanan. Rencana program pada tahap IV dalam adalah rencana pengembangan jaringan distribusi dan peningkatan jumlah pelanggan. Penanganan program pada tahapan ini meliputi :

• Pengembangan dan pemanfaatan IPA Tukad Saba yang potensial dan ramah lingkungan untuk meningkatkan pelayanan di wilayah kecamatan Pupuan.

• Pemasangan pipa transmisi dari intake IPA Tukad Saba sampai Reservoar agar diperoleh kuantitas dan kualitas air yang tetap terjaga.

• Pengembangan dan pemasangan pipa distribusi utama (JDU) dari reservoar (RD) pada sistem penyediaan air baku dan sampai rencana blok pelayanan. • Penambahan pipa pada jaringan pipa distribusi utama maupun bagi secara

paralel.

(27)

• Menjaga tingkat kebocoran sehingga setiap tahun menurun.

• Penempatan valve dan accesories lainnya pada titik tertentu untuk mengatur aliran.

• Pergantian water meter yang rusak / kurang berfungsi dengan baik.

Rencana penurunan kebocoran pada SPAM, meliputi :

1. Penurunan Kebocoran Teknis, melakukan tindakan untuk mengurangi kehilangan air secara fisik maka diperlukan hal-hal sebagai berikut :

• Peta jaringan perpipaan yang secara akurat memuat informasi: letak, dimensi, jenis, tahun pemasangan, dan asesoris yang terpasang.

• Meteran induk dan meteran di zona distribusi yang berfungsi baik.

• Peralatan deteksi kebocoran serta peralatan untuk melakukan perbaikan.

• Zona-zona distribusi/pelayanan air yang dilengkapi dengan asesoris untuk melakukan kontrol kehilangan air serta pelaksanaan perbaikan.

• SDM yang memiliki kemampuan berkaitan perbaikan dan pemasangan jaringan perpipaan.

• SOP untuk O&M perpipaan.

2. Penurunan Kebocoran Non Teknis, upaya mengurangi kehilangan air secara non fisik maka harus dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

• Inventarisasi pelanggan meliputi: lokasi, tipe/kelas, dimensi meteran, dan pemakaian airnya.

• Data teknis meteran pelanggan: jenis/tipe, tahun pembuatan, tahun pemasangan, informasi perbaikan/kalibrasi yang pernah dilakukan.

• Pembacaan meteran pelanggan secara cermat dan teratur.

5.5.

ARAHAN STRATEGI SANITASI KOTA (SSK)

(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)

Tabel 5.8 Keterkaitan antara Misi, Tujuan, Sasaran, Program, dan Kegiatan.

MISI 1: Meningkatnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

NO TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN

1 Meningkatkan budaya Hidup Bersih dan Sehat masyarakat Kabupaten Tabanan pada tahun 2013

Terwujudnya 100 % murid mulai jenjang TK sampai dengan SMA ber-PHBS pada tahun 2014

Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Kampanye PHBS di sekolah-sekolah Sosialisasi pentingnya CTPS bagi kesehatan Pembangunan sarana cuci tangan di sekolah-sekolah Terwujudnya rumah sehat ber- PHBS

diatas 90% di Kab Tabanan tahun 2013

Program peningkatan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat

Sosialisasi hidup sehat bersanitasi yang baik Sosialisasi pemisahan sampah organik dan anorganik Sosialisasi dan promosi penggunaan pupuk organik Terwujudnya 3 Kecamatan Sadar

Lingkungan pada 2013

Program peningkatan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat

Sosialisasi pemisahan sampah organik dan anorganik Sosialisasi dan promosi penggunaan pupuk organik Terwujudnya penyuluhan, kampanye

kesehatan, advokasi penyehatan lingkungan hingga tahun 2013 di seluruh desa area beresiko (6 desa)

Program Pengembangan Lingkungan Sehat

Kampanye hidup sehat bersanitasi yang baik

Sosialisasi stop BABS, sampah dan limbah ke saluran drainase

Misi 2 : Meningkatnya kuantitas dan kualitas pengelolaan air limbah, sampah, drainase dan air bersih

NO TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN

1 Meningkatkan kualitas

lingkungan dengan pengelolaan limbah RT limbah industri/UKM, Limbah RS, dan imbah Hotel pada tahun 2015

Terwujudnya pengelolaan limbah domestik dengan skala komunal 20 unit di 3 kecamatan pada tahun 2015

Program Lingkungan Sehat Perumahan

Pengadaan Truk tinja pelayanan di tiap kecamatan

Pengembangan pengolahan limbah secara komunal baik skala desa atau IKK

Pengembangan SANIMAS Program Perenc. Pembangunan

Daerah

(34)

V - 34 Misi 2 : Meningkatnya kuantitas dan kualitas pengelolaan air limbah, sampah, drainase dan air bersih

NO TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN

dan Hotel yang effluentnya memenuhi baku mutu buangan air limbah mulai 2013

Pengelolaan Air Minum dan Air

Limbah Pembangunan Pengolahan Limbah Terpadu khusus limbah medis

Terwujudnya tangki septic yang sesuai standar untuk jamban dan MCK hingga 50% RT pada tahun 2015

Program Upaya Kesehatan Masyarakat

Kampanye hidup bersanitasi yang baik

Sosialisasi pengelolaan air limbah dalam upaya pelestarian kualitas lingkungan yang baik

Sosialisasi SNI Septic tank skala rumah tangga

Pelatihan pembuatan septictank bagi aparat desa dan buruh bangunan setempat

Terwujudnya pengelolaan limbah industry, UKM, RPH dengan konsep minimisasi limbah dari sumber dan penggunaan sitem teknologi tepat guna mulai tahun 2013

Program Standarisasi pengolahan limbah industri/UKM

Sosialisasi standar SNI IPAL limbah industri/UKM

Pemberian insentif dan disinsentif pada perorangan dan perusahaan terkait pengolahan limbahnya sendiri

Pembangunan percontohan pengolahan limbah UKM Intesifikasi pengawasan pengelolaan limbah cair industri/UKM

2 Meningkatkan cakupan layanan persampahan sampai 80 % di Kabupaten Tabanan pada tahun 2014

Terwujudnya pengelolaan sampah di tiap RT dengan 3R dan komposting

Program pengembangan pengelolaan sampah 3R

Sosialisasi pemisahan sampah organik dan anorganik di tingkat rumah tangga

Pengembangan pelaksanaan 3R di beberapa desa Bantuan teknis pengembangan pengelolaan sampah 3R Pengadaan lahan untuk pengembangan pengelolaan sampah 3R Terwujudnya system sanitary

landfill di TPA Mandung pada tahun 2014

Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan

Perluasan lahan TPA Mandung Review DED TPA Mandung

Penyusunan Dokumen UKL UPL TPA Mandung Revitalisasi TPA Mandung

Supervisi Pembangunan TPA Operasional Rutin Persampahan

Operasioanl Rutin Pengangkutan Sampah Terwujudnya sarana dan prasarana

persampahan yang memadai untuk

Program Peningkatan sarana dan prasarana persampahan

(35)

Misi 2 : Meningkatnya kuantitas dan kualitas pengelolaan air limbah, sampah, drainase dan air bersih

NO TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN

melayani 3 Kecamatan prioritas Penyiapan lahan TPA Kecamatan

Pengadaan TPA skala kecamatan di 2 lokasi (Baturiti dan Selemadeg) Pembangunan 20 TPST Baru

Program pengembangan sarana dan prasarana pengolahan sampah medis

Pengembangan tempat pengolahan sampah medis di tiap puskesmas

Terwujudnya SDM pengelola sampah yang berkualitas

Program penguatan kelembagaan pengelola persampahan

Pelatihan tenaga teknis pengelola sampah di TPA Pembentukan UPTD TPA Mandung

Terwujudnya pengelolaan sampah berbasis masyarakat di 3 kecamatan

Program pengelolaan sampah berbasis masyarakat

Pembentukan 6 klpk swadaya masyarakat pengelola persampahan Bantuan teknis pengolahan sampah di tingkat desa

Program pelaksanaan kerjasama regional persampahan SARBAGITA

Operasional pengiriman sampah ke TPA Suwung

Program penyusunan dokumen perencanaan persampahan

Review Masterplan Persampahan Kabupaten Tabanan

Program penguatan regulasi pengelolaan lingkungan

Penyusunan perda pengelolaan sampah

Review Perda Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan

3 Meningkatkan dan

mengintegrasikan fungsi drainase jalan raya, permukiman dan perumahan pada tahun 2015 untuk mengurangi daerah genangan dan banjir

Terwujudnya sistem drainase yang tertata dengan baik dan tidak timbul genangan di 10 Kecamatan

Program Penyusunan Dokumen rencana pembangunan drainase lingkungan yang kompherensif

Penyusunan masterplan drainase lingkungan Kabupaten Tabanan Penyusunan DED drainase

Program Pengaturan dan pengawasan pembuangan limbah ke saluran drainase

Penyusunan peraturan pengelolaan limbah

Program penguatan kelembagaan pengelola saluran drainase

Pelatihan teknis pengelolaan saluran drainase

Peningkatan sarana dan prasarana drainase dan trotoar di wilayah perkotaan Tabanan hingga 90 %

Program pembangunan saluran drainase/gorong-gorong

(36)

V - 36 Misi 2 : Meningkatnya kuantitas dan kualitas pengelolaan air limbah, sampah, drainase dan air bersih

NO TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN

Pelebaran saluran drainase di beberapa titik Program Normalisasi saluran

drainase

Operasional dan pemeliharaan saluran drainase Pengedukan endapan pada dasar sungai/kali Perbaikan Trotoar

4 Meningkatkan cakupan

pelayanan air bersih dari 67,75% menjadi 100% sampai tahun 2015

Terwujudnya kualitas sumber air bersih dari sumur gali, Sumur pompa tangan, MA,dan PAH yang sesuai standar baku mutu pada tahuan 2015

Program Penyediaan dan Pengolahan Air Baku

Pengembangan IPA Telaga Tunjung

Pengembangan pemanfaatan air di hilir sungai Program penguatan regulasi air

bersih

Review perda retribusi air m inum

Penyusunan regulasi (perda) perlindungan mata air dan sumber air lainnya

Penyusunan Rencana Induk SPAM Kabupaten Tabanan Program pengembangan kerjasama

regional pengelolaan air bersih

Pengembangan kerjasama regional SARBAGITAKU

Program Monev Sumber air bersih Sosialisasi tentang hemat air Inventarisasi pemanfaatan sumber air Penentuan status mutu kualitas sumber air Monitoring pemanfaatan sumber-sumber air Pembangunan sumur pantau dan sumur resapan Terwujudnya kualitas dan kuantitas

pelayanan PDAM dan PAMDES yang prima pada tahun 2014

Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Pedesaan dan Pengelolaan Air Bersih

Pembentukan Pamdes melalui Pamsimas

Program penguatan institusi pengelola air bersih

Pelatihan pengelolaan air minum bagi KSM/Pamdes

Kerjasama dengan PERPAMSI dalam meningkatkan kualitas PDAM Pengadaan lahan untuk pengemb. SPAM Metaum seluas ± 25 are Terwujudnya sarana dan prasarana

air bersih perkotaan dan perdesaan di kab Tabanan sampai tahun 2015

Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah

Pembangunan jaringan distribusi air non perpipaan Pemasangan Water Meter Induk di beberapa titik Pembangunan Reservoir

(37)

MISI 3 : Meningkatnya pembangunan sanitasi terpadu melalui kearifan lokal

NO TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN

1 Meningkatkan pemanfaatan kearifan lokal dalam menunjang pembangunan sanitasi terpadu

Terwujudnya penyampaian pesan-pesan sanitasi melalui media kesenian tradisional

Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Diskusi Interaktif Sanitasi di Radio Global

Publikasi Sanitasi di Media Cetak dan Jurnal Terwujudnya pembinaan

pembangunan sanitasi kepada sanggarsanggar seni tradisonal dan seniman se Kab Tabanan

Program Kerjasama dengan sanggar-sanggar seni tradisional

Pentas Wayang Cenk Blong dengan tema sanitasi

Terwujudnya implementasi konsep Tri Hita Karana dalam pembangunan sanitasi

Program peningkatan kesadaran masyarakat dalam pngelolaan sumber air

Kampanye bijak pakai air bersih

Sosialisasi perlindungan sumber daya air dan pencemarnya

Terwujudnya pengelolaan air bersih dan limbah dengan melibatkan subak

Program kerjasama dengan Pekaseh

Kampanye dan sosialisasi Kali bersih dengan melibatkan Pekaseh

Terwujudnya pengeloaan kebersihan lingkungan berbasis desa pekraman

Program pemberdayaan masy. dalam pengelolaan lingkungan

Pelatihan kelompok masyarakat untuk pengelola air limbah

Program Pengembangan Lingkungan Sehat

Penyuluhan dan pelatihan di desa adat dalam penjagaan kualitas sanitasi

Penilaian terhadap desa yang memiliki sanitasi yang baik Program Peningkatan keberdayaan

masyarakat desa dalam pengelolaan saluran drainase

Penyuluhan pengelolaan saluran drainase secara mandiri

Pemberian bantuan alat pembuat bio pori bagi masingmasing desa di perkotaan

MISI 4 : Meningkatnya sumber-sumber pendanaan pembangunan sanitasi

NO TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN

(38)

V - 38

NO TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN

dan masyarakat

Terwujudanya program sanitasi yang inovatif sebagai program prioritas sampai tahun 2015

Program peningkatan sanitasi yang Inovatif

Pilot project bank Sampah di Kecamatan Tabanan

Pemanfaatan Gas Hasil pengolahan sampah di TPA menjadi energi listrik

Terwujudnya iklim pembangunan sanitasi yang mendukung swasta untuk dapat berperan serta mulai tahun 2012

Program peningkatan peran swasta dalam pemanfaatan sumber ai

Pembentukan kerjasama pengelolaan sumber air di Kabupaten Tabanan

Terwujudnya pemanfaatan hibah dan dana CSR untuk pembangunan sanitasi

Pemanfaatan dana hibah dan CSR Penggalangan dana melalui program hibah IEG Pesta seni lingkungan yang disponsori dana CSR

Penggalangan dana dari bank bank dan hotel untuk pengadaan bak sampah di kawasan objek pariwisata

Terwujudnya peran serta aktif masyarakat dan LSM dalam pembangunan sanitasi

Program Peningkatan Keterlibatan Swasta, dan LSM dalam pengelolaan limbah cair

Pengembangan pemanfaatan pupuk organic hasil pengolahan IPLT

(39)

Program pembangunan sanitasi kota di Kabupaten Tabanan menguraikan tahapan pembangunan sanitasi yang mencakup program jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Adapun tahapan perencanaan program adalah sebagai berikut:

• Tahap Pertama (2011 – 2013); Pada tahapan ini terdapat beberapa program yang mendesak yang harus dicapai pada tahun 2011 – 2013.

• Tahap Kedua (2014 - 2016); Pada tahap kedua yang rencana pencapaian sasaran programnya antara Tahun 2013 – 2014 bertujuan untuk mencapai target yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Tabanan maupun yang ada di SSK ini . Sasaran selanjutnya yang harus dicapai antara Tahun 2012 - 2015 adalah pemenuhan target dan sasaran dalam MDG’s (Millenium Development Goals). Pada tahap ini seluruh sistem pengelolaan sanitasi minimal telah mencapai sekitar 75 % dari program yang ditetapkan.

• Tahap Ketiga (2016 - 2020); Sasaran pencapaian program pada tahap ketiga direncanakan antara Tahun 2015 – 2020. Pada tahap ini sebagian besar perencanaan sistem pengelolaan sanitasi kabupaten telah dilaksanakan. Namun demikian perencanaan sistem pengelolaan sanitasi perlu dievaluasi setiap tahunnya sesuai dengan kondisi umum wilayah pelayanan.

• Tahap Keempat (2020 – 2025); Sasaran program pada tahap keempat direncanakan dicapai antara Tahun 2020 – 2025. Pada tahap ini seluruh sistem pengelolaan sanitasi kabupaten yang direncanakan telah dapat dilaksanakan sepenuhnya.

5.6.

ARAHAN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL)

5.6.1. Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Alit Saputra

A. Konsep Dasar Perancangan

Tema Kawasan

Konsep yang diterapkan untuk penataan kawasan ini yaitu “konsep kawasan terpadu” (zone integrated development) sedangkan mix fungsi dan aktivitas pada kawasan dituangkan dalam bentuk tema dan skenario yang disesuaikan dan potensi serta fungsi peruntukannya. Kawasan perencanaan seperti telah diuraikan sebelumnya memiliki potensi berupa kawasan pelayanan publik dan bisnis komersial, permukiman perkotaan, perkantoran, pendidikan serta sport center. Potensi yang dimiliki membentuk suatu kelompok fungsi dan kegiatan yang dipergunakan sebagai tema kawasan.

Adapun tema kawasan berdasarkan peruntukan yang ada, dibagi kedalam 4 (empat) tema yang berbeda tetapi masih merupakan suatu lingkage system yang terpadu (integrated) sebagai berikut :

TEMA SKENARIO LOKASI TUJUAN

A Pengembangan Pelayanan Publik dan Bisnis Komersial

Kawasan sepanjang Jalan Pahlawan hingga blok lapis pertama

Pembentukan citra kawasan sebagai Pusat Perkotaan Tabanan

B Pengembangan Permukiman Perkotaan dan Perkantoran

Kawasan bagian dalam yang mayoritas merupakan kawasan permukiman dan terdapat

(40)

V - 40

TEMA SKENARIO LOKASI TUJUAN

Komersil Diponegoro hingga blok lapis pertama

D Pengembangan Sport Center

Kawasan Lapangan Alit Saputra Penataan Lapangan Alit Saputra sebagai sport center, public open space serta RTH Kota

Sumber : RTBL Kawasan Alit Saputra

Gambar 5.1 Pembagian Blok Berdasarkan Tema Pengembangan Kawasan

Blok Pengembangan Kawasan dan Program Penangananannya

Seperti diketahui, perkembangan Kawasan Alit Saputra secara khusus maupun Kabupaten Tabanan pada umumnya telah mengalami kemajuan yang cukup pesat, baik secara ekonomi, pariwisata dan budaya maupun untuk pemanfaatan ruang fisik kotanya. Perkembangan tersebut bisa membawa dampak positif maupun negatif terhadap Kabupaten Tabanan, jika tidak diantisipasi dengan perangkat pengendali tata ruangnya terhadap bangunan dan lingkungannya.

Dasar-dasar pertimbangan dalam penentuan strategi perencanaan kawasan Alit Saputra meliputi :

1) Menjadikan semua elemen kawasan yang terdapat di Kawasan Alit Saputra didorong untuk semakin potensial dalam menghidupkan kawasan tersebut.

2) Optimasi fungsi kawasan dengan menyiapkan dan mengatur pemanfaatan ruang, baik untuk kebutuhan ruang-ruang publik maupun ruang-ruang privat.

(41)

potensi-potensi yang dimiliki melalui pembangunan yang berkelanjutan dan keseimbangan fungsi-fungsi, dengan tetap memperhatikan :

 Kondisi sosial-budaya setempat

 Kelestarian bangunan, lingkungan sekitar dan kelangsungan sumber daya alam yang ada (air, udara dan tanah)

 Sistem pengelolaan sirkulasi lalu lintas (traffic system management) dan perparkiran yang ada

 Kontekstual dengan arsitektur setempat

4) Optimalisasi penyediaan sarana dan prasarana kawasan sehingga mampu mendukung perkembangan kawasan

5) Penanggulangan permasalahan dan kecenderungan perkembangannya.

Gambar 5.2 Blok Pengembangan Kawasan

Secara garis besar arahan perancangan Kawasan Alit Saputra dibuat dalam zona pengembangan sebagai berikut:

(42)

V - 42 Kawasan ini diarahkan pengembangannya untuk membentuk citra Kawasan Perkotaan Tabanan karena merupakan entrance atau pintu gerbang Kota Utama. Arahan pengembangannya adalah penataan jalur jalan utama serta fasilitas pendukungnya seperti pedestrian, telajakan, taman jalan, plaza public dan penataan signage. Sedangkan arahan pengembangan untuk bangunanya adalah penataan fasade bangunan serta penggunaan style Bali. Selain itu juga untuk fasilitas parkir diarahkan adalah parkir off street dimana masing-masing bangunan harus memiliki lahan parkir sendiri.

2. Kawasan Pendidikan

Mengingat kawasan perencanaan juga merupakan kawasan pendidikan, maka konsep pengembangan untuk fasilitas pendidikan ini diarahkan untuk penataan taman serta fasilitas parkir.

3. Kawasan Bisnis Komersial

Menjadi bagian dari Pusat Kota Tabanan, maka tidak terlepas dari kawasan bisnis komersil. Kawasan bisnis komersial diarahkan pada jalan-jalan utama baik jalan hirarki 1 maupun hirarki 2 untuk skala wilayah dan kawasan. Sedangkan untuk skala local bercampur dengan kegiatan permukiman.

4. Kawasan Sport Center

Kawasan sport center diarahkan di Lapangan Alit Saputra dengan penataan fasilitas pendukungnya seperti penataan pagar, lapangan tenis dan parkir. Selain itu juga diarahkan sebagai ruang terbuka hijau dan public open space.

5. Kawasan Permukiman Perkotaan

Arahan pengembangan bagi kawasan permukiman perkotaan adalah penataan bangunan, perbaikan jaringan drainase, pengendalian pagar bangunan, penataan jalur pedestrian dan pengembangan konsolidasi lahan.

B. Rencana Umum dan Panduan Rancangan

Rencana penataan land use atau peruntukan lahan di Kawasan perencanaan, secara makro meliputi : Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya.

Kawasan Lindung :

Kawasan lindung yang ada di Kawasan Perencanaan terdiri dari kawasan perlindungan setempat yaitu sempadan sungai, sempadan jurang, radius kesucian pura, daerah sekitar mata air dan kawasan suci (campuhan, mata air) dan kawasan cagar budaya. a) Kawasan Sempadan Sungai

Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang tepi kiri dan kanan sungai. Tujuan perlindungan ini adalah untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai, serta mengamankan aliran sungai. Jarak sempadan sungai adalah 50 m di kiri dan kanan sungai tidak bertanggul. Kebijaksanaan pengelolaan kawasan sempadan sungai meliputi :

 Pada kawasan sempadan sungai dilarang mendirikan bangunan kecuali bangunan untuk pengawasan kelestarian sungai.

(43)

 Pemanfaatan lahan di daerah sempadan sungai yang dapat direkomendasi :

• Pemanfaatan lahan sempadan sungai untuk lahan perkebunan dengan tanaman yang diijinkan dan sistem penanaman yang sesuai, seperti menanam tanaman yang tidak menyerap air terlalu tinggi (contoh yang tidak direkomedasi adalah cengkeh), dan menanam tanaman dengan sengkedan (untuk kemiringan lereng >30%) dalam upaya mencegah terjadinya erosi.

• Bagi lahan yang tidak dapat ditanami tanaman produktif sebaiknya ditanami rumput, karena rumput sangat baik terhadap pencegahan erosi. Pemasangan reklame dan rambu-rambu untuk kepentingan umum.

• Pemanfaatan lahan tersebut harus terlebih dahulu mendapat ijin dari Pemerintah Daerah Kabupaten Tabanan.

• Pada sungai yang memiliki jurang, pengelolaannya disesuaikan dengan aturan sempadan jurang.

b) Kawasan Sempadan Jurang

Kawasan sempadan jurang adalah kawasan dengan jarak sekurang-kurangnya dua kali kedalaman jurang. Sedangkan batasan jurang adalah lereng dengan kedalaman sekurang-kurangnya 45% dan kedalaman sekurang-kurangnya 5 meter pada garis datar 11 meter. Kawasan sempadan jurang di Kota Tabanan tidak dapat dihitung karena sudah termasuk dalam kawasan sempadan sungai dan ruang terbuka hijau. Kebijaksanaan pengelolaan kawasan sempadan jurang adalah dengan melarang kegiatan budidaya pada kawasan ini seperti penebangan pohon ataupun pendirian bangunan pada kawasan ini dengan lebar sekurang-kurangnya 2 (dua) kali kedalaman jurang.

c) Kawasan Cagar Budaya

Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai budaya tinggi dan sebagai tempat atau ruang di sekitar situs purbakala dan kawasan yang memiliki bentukan geologi alami yang khas. Tujuan perlindungan kawasan ini adalah untuk melindungi kekayaan budaya bangsa berupa peninggalan sejarah, bangunan, arkeologi, monumen nasional, dan keragaman bentukan geologi yang berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan alam dan manusia.

Kriteria penetapan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah :  Tempat atau ruang di sekitar bangunan bernilai budaya tinggi ;

 Situs purbakala ; dan

 Kawasan dengan bentukan geologi tertentu yang mempunyai manfaat tinggi untuk kepentingan sejarah, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan.

Rencana pengelolaan kawasan cagar budaya adalah :

 Membuat rencana tata bangunan dan lingkungan di kawasan ini berdasarkan pendekatan radius kesucian pura dan peraturan perundangan yan berlaku.

 Melarang aktivitas yang dapat merusak atau terganggunya kondisi dan karakteristik kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan (termasuk kawasan cagar budaya terbangun), dan mengatur pengelolaannya.

(44)

V - 44 d) Kawasan Suci dan Tempat Suci

Kawasan suci dan tempat suci adalah kawasan di sekitar tempat suci atau Pura untuk mengamankan dan melindungi kesucian dan kegiatan yang berkaitan dengan Tempat Suci atau Pura tersebut.

e) Kawasan Suci

Kawasan-kawasan suci yang dipandang memiliki nilai kesucian oleh umat Hindu di Bali seperti kawasan gunung, danau, campuhan, pantai, laut, dan mata air. Di samping kawasan suci yang alami tersebut, persawahan yang merupakan bagian dari kebudayaan fisik di Bali, juga dapat dikategorikan sebagai kawasan suci, karena telah melalui proses pensucian dan diberlakukan sebagai areal yang suci. Di Kawasan Perencanaan yang termasuk kawasan suci adalah sebagai berikut :

 Kawasan Campuhan

Campuhan, merupakan pertemuan dua sungai atau lebih merupakan areal yang disakralkan karena ditempat ini dilakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan ritual keagamaan seperti melukat, ngebejiang, pengambilan air suci (toya panembak) untuk upacara pengabenan, dan lain-lainnya. Radius kesucian sangat tergantung dari kondisi setempat, namun pendekatan perlakuan dapat disetarakan dengan danau. Di wilayah perencanaan terdapat dua campuhan yang disucikan dan dikeramatkan.

 Kawasan Sekitar Mata Air

Mata air menjadi sumber air bersih dan air untuk ritual keagamaan. Pengamanan sumber air dalam budaya Bali dilakukan dengan upaya-upaya fisik maupun spiritual (sekala-niskala). Upaya sekala dilakukan dengan pemagaran, dan memasang bingkai fisik berupa jalur hijau yang umumnya ditumbuhi pepohonan lebat. Upaya niskala dilakukan dengan membangun pelinggih, perlakuan sakral, peng-angkeran kawasan, dan pembangunan opini bahwa segala wujud alami di sekitar mata air adalah druwe batara. Radius kesucian merupakan radius konservasi atau pengamanan yang setara dengan kawasan perlindungan setempat untuk mata air, yang paling sedikit 200 m untuk di luar kawasan permukiman. Sedangkan untuk radius di dalam permukiman miniman 25 m, atau disesuaikan dengan hasil kajian berkaitan dengan kondisi setempat. Kota Tabanan memiliki 1 mata air di pusat kota yang disucikan yaitu mata air Tirta Hening.

 Kawasan sawah (palemahan subak)

Sawah sebagai kawasan suci perlu diamankan dengan cara tetap memperlakukannya sebagai kawasan suci dan menekan sekecil mungkin alih fungsinya menjadi daerah terbangun. Alih fungsinya hanya dimungkinkan untuk kepentingan prasarana pelayanan umum dan pusat pemerintahan, dan sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku. Pengelolan kawasan suci adalah sebagai berikut :

• Pengelolaan kawasan suci campuhan disetarakan dengan kawasan resapan air • Pengelolaan kawasan suci mata air di setarakan dengan pengelolaan kawasan

sempadan pantai dan perlindungan sekitar mata air

• Pengelolaan kawasan subak dilakukan dengan tetap menjaga kesucian palemahan dan menjaga keberlanjutan sistem irigasi subak.

(45)

 Kawasan Tempat Suci (Kawasan Radius Kesucian Pura)

Kawasan tempat suci adalah kawasan di sekitar pura yang perlu dijaga kesuciannya dalam radius atau batas-batas tertentu sesuai status pura. Sesuai dengan Bhisama Parisada Hindu Dharma Pusat Nomor 11/Kep/I/PHDIP/1994 tentang Kesucian Pura, Tempat Suci dan radius kesuciannya dibedakan dalam tiga kategori :

Pura Sad Kahyangan, radius kesuciannya adalah Apeneleng Agung (minimal 5 Km) dari sisi luar penyengker pura. Di wilayah perencanaan tidak ada Pura Sad Kahyangan; Pura Dang Kahyangan, radius kesuciannya adalah Apeneleng Alit (minimal 2 Km) dari sisi luar penyengker pura. Pura Dalem Purwa Kubontingguh dan Pura puserjagat dapat disetarakan dengan pura Kahyangan Jagat. Pura Pusertasik-Puserjagat sebagai pura di madya mandala wilayah Kabupaten Tabanan;

Pura Kahyangan Tiga dan pura lainnya, menggunakan radius kesucian Apanimpug dan Apanyengker. Apanimpug dapat diperkirakan minimal 25 m berlaku untuk pura di luar perumahan, sedangkan Apanyengker minimal 5 m, diberlakukan untuk pura yang ada di dalam lingkungan perumahan. Sempadan bangunan gedung yang ada di sekitar Pura Kahyangan Tiga adalah 50 meter untuk bangunan bertingkat maksimum tiga tingkat dan minimum 25 meter untuk bangunan tidak bertingkat. Radius kesucian untuk Pura Tri Kahyangan Desa Pakraman pada dasarnya ditetapkan oleh desa pakraman bersangkutan.

 Pengelolaan kawasan tempat suci

Dalam kenyataannya agak sulit untuk memasang tanda-tanda batas kesucian ini dilapangan berkaitan dengan telah terbangunnya daerah sekitar pura, dan kondisi-kondisi geografis tertentu yang menjadi kendala. Oleh karena itu, maka untuk penataan yang lebih pasti, setiap pura khususnya Dang Kahyangan, ataupun Pura-pura kahyangan jagat terutama yang tergolong cagar budaya perlu dibuatkan rencana lingkungannya sampai ke tataran rencana tata bangunan dan lingkungan pura (RTBL). Pura-pura Kahyangan Tiga umumnya berada dalam daerah permukiman di wilayah palemahan desa pakraman. Pura Dang Kahyangan umumnya berada diluar permukiman. Pada prinsipnya radius kesucian pura perlu dibagi-bagi peruntukannya misalnya dalam tiga lapisan melingkar. Masing-masing lapisan diatur jenis kegiatan dan jenis bangunan yang diperbolehkan.

Lingkaran pertama (pusat) di sekitar pura, boleh ada kegiatan budidaya pertanian, kegiatan yang berkaitan dengan pemantapan dan pembinaan beragama (Hindu). Pembangunan di lingkaran ini dibatasi hanya pada bangunan-bangunan yang menunjang kegiatan-kegiatan tersebut seperti wantilan, toilet umum, dapur suci, lumbung suci, pesraman manggu/sulinggih, perpustakaan agama Hindu, dan fasilitas jalan kaki.

Lingkaran kedua (tengah), boleh ada kegiatan-kegiatan budidaya pertanian, pelayanan publik yang menunjang kegiatan pura seperti parkir kendaraan pengunjung, tempat tinggal pemangku, dan pelayanan jual beli yang insidentil terutama untuk konsumsi. Bangunan-bangunan yang menampung kegiatan tersebut berupa lintasan kendaraan beserta lapangan parkir terbuka yang dapat meresapkan air hujan, lintasan jalan kaki, warung-warung darurat yang tertata dengan baik untuk menunjang kegiatan wali, dan rumah jabatan pemangku.

(46)

V - 46 Kawasan Budidaya:

a) Kawasan Permukiman

Kawasan permukiman yang sudah ada tetap dipertahankan dan akan mengembangkan beberapa lokasi baru untuk mengakomodasi perkembangan penduduk dan aktivitasnya dalam Kawasan Perencanaan.

Jumlah fasilitas perumahan yang terdapat di Kota Tabanan tahun 2006 sebanyak 13.039 unit, dan berdasarkan hasil proyeksi maka pada tahun 2016 dibutuhkan sebanyak 18.178 unit atau diperlukan penambahan sebanyak 5.139 unit sampai 10 tahun kedepan. Tipe rumah yang akan dikembangkan diklasifikasikan atas :

 Perumahan dengan tipe kavling/persil besar ( > 400 m2) sebanyak 1.298 unit.  Perumahan dengan tipe kavling/persil menengah (201 – 400 m2) sebanyak 3.895

unit.

 Perumahan dengan tipe kavling/persil kecil (100 – 200 m2) sebanyak 5.194 unit.  Perumahan dengan tipe kavling/persil RSS (< 100 m2) sebanyak 7.791 unit.

 Pengembangan perumahan di Kawasan Perencanaan pada masa datang adalah mengikuti pola yang sudah ada dan menempati kawasan dengan kemiringan lereng 0 – 15%. Tidak diijinkan mengembangkan pada area persawahan, sempadan sungai, sempadan jurang, ruang terbuka hijau, kawasan suci dan daerah lindung lainnya.

 Dalam kawasan permukiman ini juga akan disediakan sarana pelayanan umum yang tersebar sesuai kebutuhan minimal penduduknya, berupa fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas perdagangan, fasilitas olah raga dan rekreasi, fasilitas pemerintahan dan pelayanan umum lainnya. Luas lahan yang dapat dikembangkan untuk daerah permukiman dan pelayanan lingkungan adalah 898,58 ha.

b) Pusat Pemerintahan (Civic Centre)

Dalam rangka mewujudkan pelayanan yang optimal bagi masyarakat, fasilitas kantor pemerintahan dipusatkan pada area Pusat Pemerintahan Kantor Bupati dan sekitarnya yang berlokasi di Desa Delod Peken. Dari luas eksisting 29.510,78 m2 dikembangkan menjadi 8,58 ha.

c) Pusat Perdagangan dan Jasa Skala Wilayah (CBD)

Pusat perdagangan dan jasa (central bussiness district) sesuai kebijakan Pemerintah Kabupaten Tabanan, diarahkan di pusat kota berdekatan dengan civic centre. Pengembangan pusat bisnis Kota Tabanan berupa pusat layanan keuangan/perbankan dan jasa lainnya di lokasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tabanan (eksisting). Luas kapling area ini 5,92 ha. Sedangkan RSUD Tabanan akan dipindahkan ke Bongan.

d) Pusat Perdagangan dan Jasa Retail (Grosir)

(47)

masih mencukupi untuk melayani jumlah penduduk di Kota Tabanan dan daerah sekitarnya.

e) Area Industri Pengolahan

Alokasi lahan industri untuk skala kecil sampai menengah diarahkan di Desa Dauh Peken berdekatan dengan Desa Bongan dan jalan arteri Kediri – Pesiapan. Pemilihan lokasi ini mengingat aksesbilitas tinggi karena langsung berhubungan dengan jalan arteri primer, terdapatnya industri di lokasi ini, juga terjadinya pergeseran struktur mata pencaharian penduduk di Desa Bongan pada 5 tahun terakhir dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier mengindikasikan bahwa Desa Bongan potensial dikembangkan untuk zona industri pengolahan skala kecil sampai menengah. Pengembangan area industri adalah seluas 6,26 ha.

f) Ruang Terbuka Hijau

Kawasan ruang terbuka hijau dialokasikan pada lahan persawahan yang telah ada, daerah sempadan sungai, daerah sekitar mata air, taman-taman yang berada di pusat kota, kawasan sasana budaya dan museum subak di sanggulan, serta di lingkungan-lingkungan permukiman.

Kebijakan pengelolaan yang dilakukan antara lain :

 Pemanfaatan ruang terbuka hijau tanpa bangunan sama sekali, khusus untuk daerah persawahan diperbolehkan ada bangunan hanya untuk keperluan pertanian dengan segala keterbatasan dan tidak untuk tempat bermukim atau tempat komersial.

 Bagi bangunan yang telah berada di kawasan RTH sebelum ditetapkannya RTRK ini maka diberlakukan status quo (bangunan boleh dimanfaatkan sampai kondisi bangunan rusak.

Dari perkiraan lahan yang dapat dikembangkan, area ruang terbuka hijau yang perlu dipertahankan di Kota Tabanan adalah seluas 1.886, 31 ha.

Peruntukkan Lahan Mikro

Gambar

Tabel 5.2 Identifikasi Indikasi Program RTRW Kabupaten Tabanan terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Tabel 5.3 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Wilayah Kaupaten Tabanan
Tabel  5.4  Visi, misi, strategi dan arah kebijakan pembangunan Kabupaten Tabanan
Tabel 5.5 Indikasi Recana Program Prioritas dan Kebutuhan Pendanaannya di Kabupaten Tabanan
+7

Referensi

Dokumen terkait

- Pembangunan sanitasi komunal (berbasis masyarakat) di wilayah perkotaan Pulau Batam KSK APBN/ APBD Kota Kemen PU/ Dinas PU.. - Pembangunan sanitasi komunal

10) Mengembangkan zona kawasan pesisir dan laut yang potensial di Kabupaten Probolinggo. 7) Pengembangan pemanfaatan ruang pada kawasan strategis baik untuk fungsi

lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.. b) Kawasan peruntukan permukiman perkotaan berupa kawasan permukiman yang didominasi oleh kegiatan non

2) zona bebas di sekitar jaringan drainase dibebaskan dari kegiatan yang dapat mengganggu kelancaran penyaluran air. pemeliharan dan pengembangan jaringan drainase

Optimalisasi pemanfaatan ruang kawasan strategis untuk mendukung pembangunan permukiman dan infrastruktur dalam kerangka menanggulangi kawasan permukiman kumuh.dan

Tujuan dari penentuan kawasan sempadan pantai adalah untuk melindungi wilayah pantai dari usikan kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai serta dalam hal

Perkotaan Wonosari Perkotaan Semanu, Playen, Panggang, Semin, Karangmojo, Rongkop, dan Nglipar Ya , APBD Prop, APBD Kab Bappeda dan DPU 2 Pengembangan

permukiman dan pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya pada kawasan prioritas