• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi. (S.Sos) Oleh: FAUZI RAHMAN NIM :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Skripsi. (S.Sos) Oleh: FAUZI RAHMAN NIM :"

Copied!
187
0
0

Teks penuh

(1)

REMAJA TARUNA JAYA II DINAS SOSIAL DKI JAKARTA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana sosial

(S.Sos)

Oleh:

FAUZI RAHMAN NIM : 1112054100039

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1439 H/2018 M

 

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Bentuk Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Anggota Keluarga Warga Bina Sosial Penyalahguna NAPZA di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta

Dalam mengatasi masalah NAPZA butuh peranan aktif dari segenap lapisan masyarakat agar penanggulangan bahaya NAPZA dapat berjalan efektif. Seperti dengan adanya PSBR Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta yang menjalankan kegiatan dukungan sosial keluarga dalam proses rehabilitasi karena mengingat bahwa keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan perawatan langsung pada setiap keadaan (sehat atau sakit) anggota keluarganya.

Penelitian ini penting dilakukan karena untuk mengetahui bagaimana bentuk dukungan sosial keluarga terhadap warga bina sosial penyalahguna NAPZA di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta. Metode yang peneliti gunakan dalam skripsi ini ialah metodologi pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Dimana dalam teknik pengumpulan data penulis melakukan wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Teknik pemilihan informan yang peneliti gunakan ialah purposive sampling dimana penulis menunjuk Pekerja Sosial PSBR Taruna Jaya II untuk dapat memberikan informasi yang peneliti butuhkan, lalu Pekerja Sosial tersebut akan memilih Keluarga dan WBS sebagai informan sesuai dengan kriteria yang telah peneliti tetapkan.

Adapun hasil temuan yang penulis dapatkan mengenai bentuk dukungan sosial yang diberikan keluarga terhadap WBS sesuai dengan teori House, yaitu dukungan informatif dengan adanya media informasi melalui telpon, facebook, atau surat;

dukungan emosional dengan adanya konseling keluarga;

dukungan instrumental dari adanya waktu yang diluangkan keluarga untuk berkunjung ke panti; serta dukungan penilaian dan penghargaan dari adanya hadiah yang diberikan keluarga jika WBS mampu mengikuti program panti dengan baik.

 

(6)

ii Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan memanjatkan puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga pada akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Warga Bina Sosial Penyalahguna NAPZA di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Kesejahteraan Sosial.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat guna meraih gelar Sarjana Sosial Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin menghaturkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu hingga

 

(7)

iii

1. Bapak Dr. Arif Subhan, MA selaku Dekan Ilmu Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik. Ibu Dr. Roudhonah, MA selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum. Bapak Dr.

Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.

2. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial, Ibu Hj. Nunung Khairiyah, MA selaku Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial. Terima kasih atas nasehat dan bimbingannya.

3. Ibu Ellies Sukmawati, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah membantu mengarahkan, membina, dan selalu bersedia meluangkan waktunya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

 

(8)

iv

Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalamannya kepada penulis.

5. Kepada seluruh informan yang telah bersedia memberikan informasi dan waktunya sehingga penelitian ini dapat selesai tepat waktu dan terima kasih juga untuk pengalaman serta cerita kalian yang membuat penulis paham secara mendalam mengenai penelitian ini.

6. Untuk Bapak Muhammad Kurniawan, S.Sos dan Bapak Joko Febriyan Laksono, S.T selaku Pekerja Sosial PSBR Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta dan Ibu Dra. Dermi Whiyati selaku Satuan Pelaksana Pelayanan Sosial PSBR Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta yang telah mengizinkan saya melakukan penelitian disini dan juga memberikan arahan serta motivasi kepada saya selama ini. Juga kepada para pengasuh di PSBR Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI

 

(9)

v

7. Kedua orang tua tercinta Syaiful Rahman dan Tarmijati yang tak henti memanjatkan doa dan dukungan apapun kepada penulis, sehingga penulis selalu termotivasi dengan kasih sayang kalian yang begitu besar. Juga untuk adik-adikku Zahra Aprilia dan Rizki Rahmansyah yang selalu menghibur dikala penulis sedang mengalami kesulitan.

8. Ardellawati yang telah memberikan semangat, memberikan pemikiran positif, motivasi, waktu, dukungan moral, dan perhatian terbaiknya kepada penulis selama penyelesaian skripsi.

9. Teman-teman terbaikku Nuni Nuraini Utami dan Ayu Sopia Yudistika yang selalu memberikan semangat tiada henti-hentinya yang membuat penulis selalu optimis bahwa skripsi yang penulis kerjakan dapat terselesaikan. Dan teman-temanku Opik, Uti, Ami dan fitri, Almh. Vivie Meylina, Syarivan (Ucok), Garsha.

Terimakasih.

 

(10)

vi kuliah.

11. Teman-teman penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan masukan, do’a, dan semangat di setiap perbincangan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan semoga Allah SWT senantiasa meridhoi setiap langkah kita, Amiin yaa Rabb al- alamin.

Jakarta, Juni 2018

Fauzi Rahman

 

(11)

vii

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR SINGKATAN ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang ... 1

B. Pembatas dan Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Metodologi Penelitian ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 16

F. SistematikaPenulisan ... 18

BAB II LANDASAN TEORI A. Dukungan Sosial ... 21

1. Definisi Dukungan Sosial ... 21

2. Bentuk dan Jenis Dukungan Sosial ... 22

3. Fungsi Dukungan Sosial ... 24

4. Sumber-sumber Dukungan Sosial ... 25

B. Keluarga ... 26

C. Intervensi Keluarga ... 27

1. Pengertian Konseling Keluarga... 28

 

(12)

viii

B. Visi dan Misi ... 34

C. Maksud dan Tujuan ... 35

D. Tugas dan Fungsi ... 35

E. Syarat dan Tata Cara Penerima Layanan ... 38

F. Struktur Organisasi ... 39

G. Program Rehabilitasi ... 40

H. Fasilitas Panti Dalam Memberikan Konseling Keluarga ... 43

BAB IV HASIL TEMUAN A. Pelaksanaan Program Rehabilitasi di PSBR Taruna Jaya II ... 45

1. Standar Pelayanan Rehabilitasi ... 45

a. Pelaksanaan Penerimaan ... 46

b. Pelaksanaan Pendekatan... 51

c. Pelaksanaan Assesmen ... 52

d. Pelaksanaan Pembinaan dan Bimbingan ... 54

e. Pelaksanaan Resosialisasi ... 56

f. Pelaksanaan Penyaluran ... 57

B. Sasaran Program ... 58

C. Dukungan Sosial Keluarga di PSBR Taruna Jaya II DinasSosial DKI Jakarta ... 59

1. Dukungan Informatif a. Menyediakan Media Informasi ... 59

b. Pemberian Nasihat ... 67

c. Melakukan Home Visit ... 70

2. Dukungan Emosional a. Empati ... 74

b. Perhatian ... 78

c. Cinta dan Kasih Sayang ... 82

3. Dukungan Instrumental a. Peluang Waktu ... 85

b. Bantuan Langsung ... 86

c. Bantuan Materi ... 90

 

(13)

ix

c. Umpan Balik ... 97

BAB V HASIL ANALISIS A. Dukungan Informatif ... 102

B. Dukungan Emosional ... 103

C. Dukungan Instrumental ... 105

D. Dukungan Penilaian/Penghargaan ... 107

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 111

B. Saran ... 114

DAFTAR PUSTAKA ... 115 LAMPIRAN-LAMPIRAN

 

(14)

x

BNN : Badan Narkotika Nasional

BNNP : Badan Narkotika Nasional Provinsi CSR : Corporate Social Responsibility IPWL : Instansi Penerima Wajib Lapor KADARKUM : Kelompok Kesadaran Hukum KORAMIL : Komando Rayon Militer

NAPZA : Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lain

PBB : Pelatihan Baris-Berbaris PSBI : Panti Sosial Bina Insan PSBR : Panti Sosial Bina Remaja

RSKO : Rumah Sakit Ketergantungan Obat

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

SDM : Sumber Daya Manusia

SOP : Standar Operasional Pelayanan

TC : Teraupeutic Community

TOGA : Tokoh Agama

TOMA : Tokoh Masyarakat

WBS : Warga Bina Sosial

 

(15)

xi Table 1.1 : Karakteristik Informan

Table 3.1   : Struktur Kegiatan Konseling Keluarga

(16)

xii

Gambar 3.1 : Konsultasi Keluarga Gambar 4.1 : Asrama Primary Gambar 4.2 : Pendataan WBS Gambar 4.3 : Assesmen WBS Gambar 4.4 : Kegiatan Kadarkum Gambar 4.5 : Praktek Belajar Kerja

Gambar 4.6 : Beranda facebook PSBR Taruna Jaya II Gambar 4.7 : Contoh Surat Pengantar

Gambar 4.8 : Ruang Konseling

Gambar 4.9 : Kegiatan Morning Meeting Gambar 4.10 : Keterampilan Minat dan Bakat Gambar 4.11 : Fasilitas Terbuka Untuk Olahraga

 

(17)

xiii

Lampiran 1 - Surat Bimbingan Skripsi Lampiran 2 - Surat Izin Penelitian Skripsi Lampiran 3 - Pedoman Wawancara Lampiran 4 - Transkip Wawancara Lampiran 5 - Dokumentasi

 

(18)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Meningkatnya jumlah penyalahguna NAPZA dari tahun ke tahun tentunya tidak bisa dianggap masalah yang ringan, tetapi perlu dianggap serius agar penanggulangannya bisa dilakukan secara tepat. Perlu adanya strategi yang kompleks dalam menghancurkan ancaman-ancaman serius tersebut. Dalam mengatasi masalah NAPZA perlu peranan aktif dari segenap lapisan masyarakat agar penanggulangan bahaya NAPZA dapat berjalan efektif.

Salah satu upaya yang dilakukan dalam menangani permasalahan NAPZA yaitu dengan mendirikan pusat rehabilitasi. Salah satu lembaga pemerintah yang memberikan pelayanan bagi korban penyalahguna NAPZA ialah Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta.[1]

Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta sebagai institusi pelayanan publik berupaya untuk dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan mutu atau kualitas yang baik, sehingga pelayanan dalam bentuk rehabilitasi sosial, Perlindungan Sosial, Peningkatan kompetensi, kemauan, dan atau kemampuan untuk berperan dalam

 

(19)

permberdayaan sosial, dan pelayanan khusus kepada Warga Bina sosial (WBS) atau orang dengan gangguan penyalahguna zat NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya) atau masyarakat umumnya dapat terjamin. Dalam proses rehabilitasi Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta menjalankan kegiatan dukungan sosial keluarga yang menjadi bagian penting dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan dan rehabilitasi sosial korban penyalahguna NAPZA.[1]

Bagi mereka yang sudah terjerat penyalahgunaan NAPZA diperlukan dukungan sosial keluarga agar mereka dapat kembali sembuh dari ketergantungan barang haram tersebut. Karena biasanya keluarga lebih memilih untuk memasukkan pelaku penyalahguna napza ke pusat rehabilitasi. Keluarga yang memasukkan anggota keluarga mereka yang terlibat masalah narkoba kedalam tempat rehabilitasi merasa apa yang dilakukannya telah cukup.

Dalam hal ini menunjukan bahwa sikap keluarga seakan- akan lepas tangan dan mempercayakan sepenuhnya proses pemulihan kepada tempat rehabilitasi tersebut. Padahal dukungan dari keluarga merupakan hal penting yang perlu dilakukan mengingat keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan perawatan langsung pada setiap keadaan (sehat atau sakit) anggota keluarganya.[2]

 

(20)

Dalam memberikan dukungan sosial keluarga kepada WBS menurut Ibu Dermi, selaku satuan pelayanan Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta mengatakan bahwa di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta dukungan sosial keluarga yang diberikan terhadap WBS terdapat tiga kategori, yaitu: pertama, dukungan sosial keluarga secara penuh merupakan dukungan sosial yang diberikan keluarga seperti rutin melakukan kunjungan ke panti dan keluarga tidak membiarkan WBS kembali ke lingkungan sebelumnya ketika WBS sudah keluar dari panti serta mengontrol pergaulan WBS; kedua, dukungan sosial keluarga tidak penuh maksudnya ialah keluarga sering memberikan kunjungan ke panti namun saat WBS keluar dari panti, keluarga acuh dan tidak mengontrol atau mengawasi lingkungan pergaulannya yang dapat menyebabkan WBS kembali terjerat penyalahgunaan NAPZA; dan ketiga, tidak ada dukungan sosial keluarga maksudnya adalah tidak adanya kepedulian keluarga terhadap perkembangan WBS baik selama berada di panti atau WBS sudah keluar dari panti.[3]

Dukungan sosial keluarga dalam masa pemulihan pasien penyalahguna NAPZA sangat diperlukan. Menurut House dan Kahn yang dikutip oleh Widhiowati dan Murni, menetapkan ada empat aspek dalam dukungan sosial, yaitu: pertama, dukungan emosional yang

 

(21)

melibatkan adanya keakraban dan penerimaan yang memberi keyakinan; kedua, dukungan instrumental yang berwujud atau memberi pelayanan dan bantuan secara langsung; ketiga, dukungan informasi yang meliputi pemberian nasehat, pemecahan masalah yang dihadapi individu dan pemberian saran terhadap perilaku individu;

dan keempat, dukungan penilaian atau penghargaan yaitu memberikan umpan balik yang mendukung seseorang baik dalam bekerja atau berperanan sosial sehingga individu merasa dirinya berharga.[4]

Menurut Houltberg et al., (2011) dukungan keluarga menjadi pendukung utama dalam kesehatan mental WBS selama proses rehabilitasi. Namun, jika dukungan keluarga yang diberikan buruk akan berdampak pada gangguan kesehatan mental WBS dalam proses rehabilitasi.[5] Dukungan keluarga membuat individu berkeyakinan bahwa mereka disayangi, diperhatikan, dan akan mendapatkan bantuan dari orang lain bila mereka membutuhkannya.

Dukungan sosial merupakan suatu wujud dukungan atau dorongan yang berupa perhatian, kasih sayang ataupun berupa penghargaan kepada individu lainnya. Islam selalu mengajarkan kasih sayang kepada semua makhluk serta memberi perhatian kepada makhluk lainnya. Dalam islam kita diajarkan untuk peduli dengan sesama, menyenangkan hati orang lain dan saling

 

(22)

mengasihi serta mencintai sesama. Islam menyerukan kepada manusia agar saling mengasihi satu sama lain seperti yang tertuang dalam Al-Quran surat At-Tahrim ayat 6:

ُساَّنلا اَهُدىُقَو اًراَن ْمُكيِلْهَأَو ْمُكَسُفْنَأ اىُق اىُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّيَأ اَي َلَم اَهْيَلَع ُةَراَجِحْلاَو اَم َ َّاللَّ َنىُصْعَي َلَ ٌداَدِش ٌظ َلِغ ٌةَكِئ

َنوُزَمْؤُي اَم َنىُلَعْفَيَو ْمُهَزَمَأ

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6).[6]

Ayat di atas menerangkan bahwa dakwah dan pendidikan harus bermula dari rumah, yang berarti kedua orangtua bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga pasangan masing-masing. Sebuah keluarga berkewajiban memberikan perhatian kepada anggota keluarganya yang lain, mendidik, harus saling menyayangi dan tetap berpegang teguh kepada agama Allah untuk mendapatkan petunjuk. Ungkapan positif dan dorongan untuk maju bisa diungkapkan sebagai perkataan yang baik dan sopan kepada orang lain, karena dengan begitu akan membantu seseorang dalam membentuk kepercayaan diri, serta

 

(23)

membuat seseorang akan merasa dihargai dan berguna.

Manusia dengan manusia lainnya haruslah saling mengasihi dan menyayangi, memberikan perhatian ketika manusia lainnya dalam keadaan yang sulit dalam menghadapi masalah. Orang tua yang selalu memberikan dukungan kepada anak-anaknya, seorang teman memberikan perhatian kepada teman lainnya, serta orang- orang yang memberikan perhatian, kasih sayang dan penghargaan terhadap yang lainnya inilah yang disebut dengan dukungan sosial.

Melihat dari segala bentuk permasalahan diatas, Maka dari itu peneliti memiliki ketertarikan untuk melakukan penelitian ini dikarenakan peneliti ingin mengetahui sejauh mana dukungan sosial yang diberikan keluarga terhadap warga bina sosial penyalahguna NAPZA di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta. Atas dasar alasan tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengambil tema penelitian skripsi dengan judul “Bentuk Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Anggota Keluarga Warga Bina Sosial Penyalahguna Napza di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta”.

 

(24)

B. Pembatas dan Perumusan Masalah 1. Pembatas Masalah

Untuk membuat penelitian ini terarah dan tidak melebar, maka penulis perlu membatasi penelitian ini pada bentuk dukungan sosial keluarga terhadap warga bina sosial penyalahguna NAPZA di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta.

2. Perumusan Masalah

a. Bagaimanakah bentuk dukungan sosial keluarga terhadap anggota keluarga warga bina sosial penyalahguna NAPZA di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Mendeskripsikan bagaimana dukungan sosial keluarga terhadap warga bina sosial penyalahguna NAPZA di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta.

2. Manfaat penelitian a. Manfaat Akademis

1) Hasil penelitian peneliti diharapkan dapat menjadi bahan bacaan referensial bagi umum dan mahasiswa tentang dukungan sosial

 

(25)

keluarga terhadap warga bina sosial penyalahguna NAPZA di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta.

2) Bagi peneliti dapat menambah wawasan ilmiah dalam bidang studi mengenai bentuk dukungan sosial keluarga terhadap warga bina sosial penyalahguna NAPZA di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta.

b. Manfaat Praktisi

Hasil dari penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga sebagai bahan pembelajaran untuk menambah pengetahuan serta bisa menjadi acuan mendasar khususnya bagi pihak lembaga Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta dan umumnya untuk seluruh panti sosial terutama dalam menumbuh kembangkan dukungan sosial keluarga terhadap warga bina sosial penyalahguna NAPZA sehingga dapat membantu mereka sembuh dari ketergantungan.

D. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian adalah serangkaian hukum, aturan, dan tata cara tertentu yang diatur dan ditentukan berdasarkan kaidah ilmiah dalam menyelenggarakan

 

(26)

suatu penelitian dalam koridor keilmuan tertentu yang hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Metode penelitian kemudian dibagi menjadi:

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang dihasilkan dari data-data yang dikumpulkan dan berupa kata-kata serta merupakan suatu penelitian alamiah. Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy J.Moleong (2000) mendefinisikan metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.[7]

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam hal ini menggunakan penelitian deskriftif (Descriptive Research), yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang, penelitian deskriptif memusatkan perhatian pada masalah actual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian deskriptif peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut.[8]

 

(27)

3. Teknik Pemilihan Informan

Teknik yang digunakan untuk pemilihan informan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling.

Purposive Sampling merupakan teknik pemilihan informan berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki oleh subjek yang dipilih karena ciri-ciri tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan.[9]

Tabel 1.1

Karakteristik Informan

No Informan Jumlah

1. Warga Bina Sosial yang mendapatkan dukungan keluarga

5 Orang

2. Keluarga WBS yang memberikan dukungan kepada WBS

5 Orang

3. Pekerja Sosial Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta

2 orang

4. Satuan Pelayanan Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta

1 orang

 

(28)

4. Sumber Data a. Data primer

Menurut Sunyoto data primer adalah data asli yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti untuk menjawab masalah penelitiannya secara khusus.

Pada umumnya, data primer ini sebelumnya belum tersedia sehingga seorang peneliti harus melakukan pengumpulan sendiri data ini berdasarkan kebutuhannya.[10]

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang dapat diperoleh dengan cara melakukan studi dokumen.

Melalui studi dokumen ini yaitu untuk menambah data-data yang diperlukan dalam penelitian dan sesuai dengan ruang lingkup masalah yang peneliti tentukan.[10]

5. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara

Menurut Sugiono, wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu dan dengan wawancara, peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam mengintrepetasikan situasi dan fenomena yang terjadi yang tidak mungkin bisa ditemukan melalui observasi.[11] Dalam

 

(29)

wawancara ini yang dilakukan penulis untuk mengumpulkan data yakni dengan cara mengajukan pertanyaan kepada WBS sebagai penerima dukungan sosial keluarga, orang tua WBS sebagai pemberi dukungan sosial keluarga, dan pekerja sosial serta satuan pelayanan Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta.

b. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan aktivitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara sistematis. Pengamatan dapat dilakukan secara terlibat (partisipatif) ataupun nonpartisipatif. Pengamatan terlibat merupakan jenis pengamtan yang melibatkan peneliti dalam kegiatan orang yang menjadi sasaran penelitian, tanpa mengakibatkan perubahan pada kegiatan atau aktivitas yang bersangkutan dan dalam hal ini peneliti tidak manutupi dirinya selaku peneliti. Untuk menyempurnakan aktivitas pengamatan partisipatif ini, peneliti diharuskan mengikuti kegiatan keseharian yang dilakukan informan dalam waktu tertentu, memerhatikan apa yang terjadi, mendengarkan apa yang dikatakannya, mempertanyakan informasi yang menarik dan mempelajari dokumen yang dimiliki.[12]

 

(30)

Dalam hal ini penulis melakukan pengamatan langsung, mengamati dan mendengarkan dalam rangka memahami, mencari jawaban dan mencari bukti atas bagaimana bentuk dukungan sosial keluarga terhadap warga bina sosial penyalahguna NAPZA di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta.

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Studi dokumen merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui media tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan.[13]

6. Teknik Analisis Data

Penelitian kualitatif menghasilkan data dalam bentuk rekaman hasil wawancara, transkip wawancara, catatan hasil pengamatan, dokumen- dokumen tertulis, serta catatan lain yang tidak terekam selama pengumpulan data. Dalam penelitian ini, analisis data yang peneliti lakukan berupa reduksi data yaitu proses pemilihan,

 

(31)

penyederhanaan, pengabstrakan, dan pengubahan data kasar yang muncul dari catatan tertulis yang dihasilkan ketika berada dilapangan. Selanjutnya penyajian data yaitu aktivitas menyajikan data hasil penelitian, sehigga memungkinkan peneliti mengambil kesimpulan sementara dan dapat merencanakan tindakan berikutnya bila ternyata masih terdapat data yang tidak lengkap, perlu klarifikasi, atau sama sekali belum diperoleh.

Terakhir peneliti melakukan verifikasi yaitu aktifitas merumuskan kesimpulan berdasarkan dua aktifitas sebelumnya, kesimpulan ini dapat berupa kesimpulan sementara maupun simpulan akhir.[14]

7. Teknik Keabsahan Data

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan sehingga data yang diperoleh sangat berpeluang untuk keluar dari obyektifitas, untuk itu cukup penting untuk penulis melakukan pemeriksaan kembali data yang diperoleh dengan tujuan untuk mendapatkan kevalidan data.

Teknik keabsahan data yang digunakan oleh penulis adalah triangulasi sumber dan metode. Menurut Burhan Bungin, triangulasi metode yaitu membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, sedangkan triangulasi sumber membandingkan apa yang

 

(32)

dikatakan didepan umum dengan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.[15]

8. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta yang beralamatkan Jl. Babakan Pocis RT. 03 RW.01, Babakan, Setu, Kota Tangerang Selatan dan waktu pelaksanaan penelitian dimulai bulan Oktober 2017 s.d Mei 2018. Lembaga ini dipilih karena merupakan lembaga yang memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan mutu atau kualitas yang baik, sehinga pelayanan dalam bentuk Rehabilitasi sosial, Perlindungan Sosial, Peningkatan kompetensi, kemauan, dan atau kemampuan untuk berperan dalam permberdayaan sosial, dan pelayanan khusus kepada Warga Bina sosial (WBS) atau orang dengan gangguan penyalahguna NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya) atau masyarakat umumnya dapat terjamin.

9. Teknik Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini mengacu kepada Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017.

 

(33)

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelusuran atau mencari informasi tentang karya ilmiah yang berhubungan dengan penelitian ini. Adapun penelitian tersebut diantaranya:

1. Peneliti menggunakan literatur berupa jurnal internasional yang dianggap relevan dengan penelitian ini. Jurnal Internasional yang ditulis oleh Elise Woodman dan Morag McArthur menjelaskan mengenai dukungan keluarga dalam kesehatan mental remaja dan pengalaman remaja dalam keterhubungan keluarga yang akan mendukung praktik kerja sosial dengan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk pekerja sosial mendukung remaja dalam membangun dan menjaga keterhubungan keluarga sepanjang masa remaja.[5]

Dalam penelitian ini, sebuah keterhubungan keluarga ditandai oleh hubungan positif dan suportif, dan biasanya menunjukkan komunikasi terbuka, waktu bersama yang berkualitas, berbagi kegiatan, kepercayaan, dukungan di masa-masa sulit, pengawasan orang dewasa yang tepat, dan membangun perspektif remaja untuk mendukung penilaian, intervensi dan pendidikan tentang dukungan

 

(34)

keluarga. Dalam jurnal tersebut memiliki keterkaitan dengan penelitian peneliti yaitu mengenai membangun dukungan keluarga terhadap anggota keluarga yang menjadi warga bina sosial penyalahguna NAPZA di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta, dengan adanya dukungan sosial keluarga dapat menunjukkan bahwa keluarga dapat menyediakan lingkungan yang aman untuk membantu warga bina sosial menuju kearah perubahan yang positif.[5]

2. Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Self Esteem pada Penyalahguna Narkoba yang Direhabilitasi.

Disusun oleh: Nuni Nurhidayati dan Duta Nurdibyanandaru. Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya 2014. Isi pokok dari jurnal ini membahas bahwa semakin tinggi dukungan sosial keluarga maka semakin tinggi self esteem yang dimiliki penyalahguna narkoba, sebaliknya semakin rendah dukungan sosial keluarga maka makin rendah pula self esteem pada penyalahguna.

Ketersediaan dukungan sosial dari keluarga menjadi hal yang penting bagi penyalahguna narkoba, memahami karakteristik penyalahguna narkoba dan dukungan yang

 

(35)

dibutuhkan penyalahguna narkoba selama rehabilitasi bisa meningkatkan keberhargaan diri penyalahguna narkoba, sehingga dapat menunjang kesembuhan penyalahguna narkoba dari ketergantungannya. Yang menjadi pembeda antara penelitian terdahulu tersebut dengan skripsi penulis ialah subjek yang diteliti dan bentuk pengolahan data yang digunakan.

F. Sistematika Penulisan

Agar pembahasan ini menjadi sistematis serta untuk mempermudah analisa materi dalam penulisan skripsi ini, maka penulis akan menjelaskan dalam sistematika penulisan. Secara garis besar, skripsi ini terdiri dari lima bab yang dibagi dalam sub-sub bab dan setiap sub-sub bab mempunyai pembahasan masing- masing yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

BAB I : Pendahuluan berisi tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodelogi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.

BAB II : Tinjauan Teoritis berisi tentang kajian teori mengenai pengertian dukungan sosial keluarga.

BAB III : Gambaran Umum tentang Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta

 

(36)

meliputi: sejarah lahirnya, visi dan misi terbentuknya Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta, program kerja dan struktur Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta.

BAB IV : Hasil Temuan bentuk dukungan sosial keluarga terhadap warga bina sosial penyalahguna NAPZA pada Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta.

BAB V : Pembahasan analisis bentuk dukungan sosial keluarga terhadap warga bina sosial penyalahguna NAPZA pada Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta.

BAB VI : Penutup berisikan kesimpulan dan saran. Di akhir penulisan ini penulis memasukan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

 

(37)

 

(38)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Dukungan Sosial

1. Definisi Dukungan Sosial

Menurut Cohen dan Syme seperti yang dikutip oleh Didiet Widhiowati dan Rokna Murni menjelaskan bahwa dukungan sosial dipahami sebagai suatu bentuk hubungan sosial yang bersifat menolong dengan melibatkan aspek emosi, informasi, bantuan instrumental, dan penghargaan. Sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya.[4] Begitupun juga menurut House seperti yang dikutip oleh Nuni Nurhidayati dan Duta Nurdibyanandaru menjelaskan bahwa dukungan sosial adalah kadar keberfungsian dari hubungan yang dapat dikategorikan dalam empat hal yaitu dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi dan dukungan penilaian. [16]

Pengertian diatas mencerminkan bahwa dukungan sosial dapat menjadi aspek yang penting terhadap kesembuhan setiap individu karena setiap individu membutuhkan adanya kasih sayang dan perhatian dari orang yang berada disekitarnya terutama dari keluarga.

Hal ini dilakukan agar penerima dukungan sosial tidak

 

(39)

mengalami kegoncangan jiwa, seperti perasaan tidak dihargai dan kesepian.

Dukungan sosial dapat berlangsung secara alamiah didalam jejaring bantuan keluarga, kawan, tetangga, dan teman sebaya, atau didalam kelompok dan organisasi, yang secara spesifik diciptakan atau direncanakan untuk mencapai tujuan dukungan sosial. Dalam semua tahap, dukungan sosial keluarga menjadikan keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal, sehingga akan meningkatkan kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan.[17]

2. Bentuk Dukungan Sosial

Menurut House yang dikutip oleh Setiadi dalam buku konsep dan proses keperawatan keluarga (2008) bahwa setiap bentuk dukungan sosial keluarga mempunyai ciri-ciri antara lain:

a. Informatif, yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan oleh seseorang dalam menanggulangi persoalan- persoalan yang dihadapi, meliputi pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan dan informasi dapat disampaikan kepada orang lain yang mungkin menghadapi persoalan yang sama atau hampir sama.

 

(40)

b. Perhatian emosional, setiap orang pasti membutuhkan bantuan afeksi dari orang lain, dukungan ini berupa dukungan simpatik dan empati, cinta, kepercayaan, dan penghargaan.

Dengan demikian seseorang yang menghadapi persoalan merasa dirinya tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mau mendengar segala keluhannya, bersimpati dan empati terhadap persoalan yang dihadapinya, bahkan mau membantu memecahkan masalah yang dihadapinya.

c. Bantuan instrumental, bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya, atau menolong secara langsung kesulitan yang dihadapi, misalnya dengan menyediakan peralatan lengkap dan memadai bagi penderita, menyediakan obat-obat yang dibutuhkan dan lain-lainnya.

d. Bantuan penilaian, yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Penilaian ini bisa positif dan negatif yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang. Berkaitan dengan dukungan sosial

 

(41)

keluarga maka penilaian yang sangat membantu adalah penilaian yang positif.[17]

3. Fungsi Dukungan Sosial

Menurut Will (2008), bahwa fungsi dukungan sosial antara lain:

a. Dukungan Harga Diri. Ancaman harga diri, meningkatnya keraguan akan kemampuan diri, cara membicarakan masalah yang dihadapi. Bentuknya berupa perhatian, menawarkan simpati dan meyakinkan kembali elemen penting dari dukungan sosial ini adalah perasaan diterima dan dihargai.

b. Dukungan Informasi. Individu tidak dapat merasakan masalah yang dihadapi, maka dukungan ini dilakukan dengan memberikan informasi, nasehat dan petunjuk tentang cara-cara pemecahan masalah.

c. Dukungan Instrumental. Bersifat nyata (berbentuk materi) yang bertujuan untuk meringankan beban bagi individu yang membutuhkan dan orang lain yang dapat memenuhi.

d. Dukungan keterdekatan sosial. Dukungan ini diberikan untuk memberikan kepuasan

 

(42)

intrinsik bagi individu dan untuk mengatasi kesepian dan memberikan kepuasan serta kehangatan berkawan dan penerimaan dalam kelompok.

e. Dukungan motivasi. Dukungan ini diberikan dengan memberikan dorongan kepada individu agar dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi.[4]

4. Sumber-sumber Dukungan Sosial

Dukungan sosial bisa didapatkan dari berbagai sumber. Menurut Goldberger dan Breznitz, dukungan sosial bersumber antara lain: orang tua, saudara kandung, anak-anak, kerabat, pasangan hidup, sahabat, rekan kerja atau juga dari tetangga. Thoits mengatakan bahwa dukungan sosial bersumber dari orang-orang yang memiliki hubungan berarti dengan individu, misalna keluarga, teman dekat, pasangan hidup, saudara dan tetangga.

Sumber dukungan sosial merupakan aspek paling penting untuk diketahui dan dipahami. Dengan pengetahuan dan pemahaman tersebut, seseorang akan tahu kepada siapa ia akan mendapatkan dukungan sosial sesuai dengan situasi dan keinginannya yang spesifik, sehingga dukungan sosial memiliki makna yang berarti bagi kedua belah pihak.

 

(43)

Seorang remaja tidak lagi dapat disebut sebagai anak kecil, tetapi belum juga dapat dianggap sebagai orang dewasa. Disatu sisi ia ingin bebas dan mandiri serta lepas dari pengaruh orangtua, disisi lain pada dasarnya ia tetap membutuhkan bantuan, dukungan serta perlindungan orangtuanya.[18]

B. Keluarga

Keluarga adalah unit atau satuan masyarakat yang terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Kelompok ini, dalam hubungannya dengan perkembangan individu, sering dikenal dengan sebutan primary group. kelompok inilah yang melahhirkan individu dengan berbagai macam bentuk kepribadian dalam masyarakat. Tidaklah dapat dipungkiri bahwa sebenarnya keluarga mempunyai fungsi yang tidak hanya terbatas selaku penerus keturunan saja.

Keluarga sebagai kelompok pertama yang dikenal individu sangat berpengaruh secara langsung terhadap perkembangan individu sebelum maupun sesudah terjun langsung secara individual di masyarakat. Dalam bentuk yang paling dasar, sebuah keluarga terdiri dari seorang suami dan seorang isteri ditambah dengan anak-anak mereka yang belum kawin, ada kalanya anak tiri atau anak angkat yang secara resmi mempunyai hak dan kewajiban yang kurang lebih sama dengan anak kandung, dan yang biasanya tinggal dalam satu rumah yang sama. Satuan

 

(44)

atau kelompok sosial semacam ini disebut keluarga batih atau keluarga inti.

Disamping keluarga inti kita juga mengenal keluarga luas atau besar. Keluarga besar terwujud apabila didalam keluarga inti itu ada tambahan sejumlah orang lain baik yang sekerabat maupun yang tidak sekerabat dengan salah satu pasangan suami isteri keluarga inti yang bersangkutan, yang bersama-sama tinggal dalam satu rumah dan menjadi anggota keluarga inti. [19]

Keluarga sebagai unit terkecil satuan sosial mempunyai fungsi tertentu. Fungsi keluarga dapat digolongkan dalam dua tipe ialah fungsi yang dapat dilaksanakan oleh keluarga sendiri dan fungsi yang dapat dilakukan baik oleh keluarga itu sendiri maupun yang dapat dilakukan oleh lembaga sosial lain. [19]

C. Intervensi Keluarga

Intervensi pada level keluarga, menurut Zastrow dilakukan dengan melihat keluarga sebagai suatu sistem yang anggotanya saling berinteraksi dan mempunyai saling ketergantungan satu dengan yang lainnya. Karena itu, masalah yang dihadapi oleh individu biasanya dipengaruhi oleh dinamika yang ada di keluarga mereka.

Sebagai konsekuensinya, perubahan pada satu anggota keluarga (members of the family) akan dapat memengaruhi anggota keluarga yang lain.

 

(45)

Salah satu metode „penyembuhan‟ yang digunakan untuk mengatasi masalah dalam keluarga adalah melalui terapi keluarga (family therapy) atau menurrut Zastrow dikenal pula dengan nama konseling keluarga (family counseling). Zastrow mengemukakan alasan lain untuk menempatkan keluarga sebagai fokus perhatian, karena keikutsertaan (partisipasi) dari anggota keluarga biasanya diperlukan dalam proses „penyembuhan‟ (klien). Misalnya saja, bila seseorang merasa bahwa kebiasaannya untuk menggunakan narkoba bukanlah suatu hal yang salah, maka anggota keluarga yang lainnya akan dapat mengingatkan bahwa ia sedang mengalami suatu masalah.

Bahkan lebih jauh lagi, anggota keluarga tersebut dapat saling memperkuat dalam proses terapi (penyembuhan), sekurang-kurangnya memberikan dukungan sosial dan moral terhadap si pelaku penyalahguna narkoba tersebut.[20]

1. Pengertian Konseling Keluarga (Family Counseling)

Untuk membantu secepatnya pemulihan klien, amat diperlukan dukungan keluarga seperti ayah, ibu, saudara, dan keluarga dekat lainnya. Nuansa emosional yang akrab harus mampu diciptakan agar terjadi keterbukaan klien terhadap keluarga, sebaliknya anggota keluarga mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap pemulihan klien.[21] Dampaknya adalah tumbuh

 

(46)

rasa aman, percaya diri, dan rasa tanggung jawab klien terhadap diri dan keluarga. Untuk mencapai keberhasilan dalam konseling keluarga maka prosedur yang harus ditempuh adalah: a) menyiapkan mental klien untuk menghadapi anggota keluarga. b) memberi kesempatan kepada setiap anggota keluarga menyampaikan perasaan terpendam, kritikan-kritikan dan perasaan-perasaan negatif lainnya terhadap klien. c) selanjutnya memberi kesempatan kepada klien untuk menyampaikan isi hatinya berupa kata-kata pengakuan jujur atas kesalahan- kesalahannya. d) keluarga menaruh kepercayaan terhadap semua upaya klien dan mendorong penyembuhan klien dengan tulus dan kasih sayang.[21]

Konseling keluarga merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada individu-individu anggota keluaga melalui sistem keluarga dengan membenahi komunikasi agar berkembang potensi mereka seoptimal mungkin dan masalahnya dapat diatasi atas dasar kemauan membantu dari semua anggota keluarga berdasarkan keleraan, toleransi, penghargaan, dan kasih sayang.[22]

a. Konseling Keluarga Pendekatan Gestalt Menurut Walter Kempler mendefinisikan konseling keluarga dengan pendekatan Gestalt sebagai suatu model difokuskan pada saat sekarang ini dan pada pengalaman keluarga yang dilakukannya dalam sesi-sesi konseling. Hal yang

 

(47)

lebih ditekankan adalah keterlibatan konselor dalam keluarga. Kempler bahkan beranggapan bahwa konseling keluarga eksperiesial sebenarnya adalah persoalan pribadi sebagai manusia bagi konselor itu, dan masalah teknik cenderung tak menjadi yang terpenting dalam sesi-sesi itu. Tidak ada alat atau skill, yang ada hanyalah hubugan orang dengan orang, manusia dengan manusia.

Karena itu penting bagi konselor adalah menengarkan suara dan emosi mereka. Konselor melakukan perjumpaan dalam konseling keluarga sebagai partisipan penuh, sebagai sahabat, sebagai orang yang dipercaya dalam perjumpaan antara sesama. Karena itu Kampler senang dengan style directive dan confrontatif nya, sebab hubungan mereka akrab.[23]

b. Pendekatan Konseling Keluarga Munurut Aliran Adler

Pendekatan Adler bertujuan untuk mempermudah perbaikan hubungan anak-anak dan meningkatkan hubungan di dalam keluarga.

Mengajarkan anggota keluarga bagaimana menyesuaikan diri yang lebih baik terhadap anggota keluarga yang lainnya dan bagaimana hidup bersama dalam keluarga sosial yang sederajat (sesama manusia).

 

(48)

Dinkmeyer mengungkapkan bahwa Pendekatan Adler bertujuan menyempurnakan kehidupan dalam keluarga dengan cara Sharing (berbagi) dan yang terpenting mengajar anggota keluarga agar mampu memberikan semangat dan dorongan untuk berkembang bagi anggota lain.

 

(49)

 

(50)

BAB III

PROFIL LEMBAGA

A. Sejarah Berdirinya Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta

Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta berdiri sejak tahun 1973 dengan nama Unit Rehabilitasi Sosial Korban NAPZA berlokasi di Sasana Tresna Werdha Budi Dharma Jl. RS. Fatmawati Cilandak, Jakarta Selatan dibawah naungan Departemen Sosial. Pada tahun 1975 berpindah ke Jl. S. Parman Kav- 57 Slipi, Jakarta Barat dengan nama Panti Rehabilitasi Korban Narkotika Wisma Khusnul Khotimah. Dalam perkembangannya pada tahun 1979, nama panti berubah menjadi Panti Sosial Pamardi Putra Khusnul Khotimah.

Tahun 1994 lokasi berpindah ke Babakan Pocis III Serpong, Tangerang Selatan. Kemudian pada tahun 2018 kembali berganti nama menjadi Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta dan nama tersebut tetap bertahan hingga sekarang. Dengan adanya likuidasi Departemen Sosial, maka tahun 1999 Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta dialihkan ke Pemerintah Provinsi DKI Jakarta c.q Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta.

 

(51)

Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan dan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan narkoba/NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya). Menurut Undang Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika telah memberikan perlakuan yang berbeda bagi pelaku penyalahgunaan narkotika, sebelum Undang Undang ini berlaku tidak ada perbedaan perlakuan antara pengguna, bandar, maupun prosedur narkotika.[1]

B. Visi dan Misi 1) Visi

Terwujudnya kondisi Korban Penyalahgunaan NAPZA ( WBS)

yang Sehat, Bersih, Produktif, dan Normatif melalui Pelayanan Rehabilitasi Sosial.

2) Misi

1. Menciptakan lingkungan yang sehat dan bebas Narkotika, Psikoptropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA).

2. Memberikan pelayanan kepada klien/ WBS secara Profesional.

3. Membina klien/ WBS agar mampu mengatasi masalah dan memiliki ketrampilan kerja.

4. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi

 

(52)

pelayanan rehabilitasi sosial.

5. Menjalin kerja sama lintas sektoral.

C. Maksud dan Tujuan 1) Maksud

Kegiatan pelaksanaan rehabilitasi terpadu bagi korban penyalahgunaan NAPZA yang dilaksanakan di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta dimaksud untuk memperoleh hasil penanganan yang optimal dalam upaya mencapai sasaran program rehabilitasi sosial serta adanya keterpaduan langkah dalam pelaksanaannya.

2) Tujuan

Memulihkan kondisi fisik, mental, spiritual, psikis sosial, sikap dan perilaku agar para remaja tersebut kembali menjadi generasi muda Indonesia yang mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar, baik dalam lingkungan warga maupun lingkungan masyarakatnya, mampu menolong dirinya sendiri/mandiri, kreatif, bergairah dan produktif serta berguna bagi nusa dan bangsa.[1]

D. Tugas dan Fungsi

Sesuai dengan peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No 355 Tahun 2016 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Panti

 

(53)

Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:

1) Tugas Pokok

Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial dalam pelaksanaannya menyelenggarakan kegiatan Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahguna Narkoba yang meliputi: Identifikasi dan Assesment, Bimbingan dan pelatihan serta Penyaluran dan Bina Lanjut.

2) Fungsi

Berdasarkan tugas pokok tersebut PSBR Taruna Jaya II mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:

a) Pelaksanaan Penerimaan meliputi Registrasi, Persyaratan Administrasi dan Penempatan dalam Panti.

b) Pelaksanaan Pendekatan Awal meliputi Identifikasi, Seleksi, Observasi, Wawancara dan Motivasi.

c) Pelaksanaan Assesment meliputi penelaahan, rasa pengungkapan, pemahaman masalah dan potensi.

d) Pelaksanaan Pembinaan dan Bimbingan meliputi:

 

(54)

Pembinaan Fisik, Bimbingan Mental dan Spiritual, Bimbingan Sosial, Bimbingan Psikologis, Bimbingan dan Pelatihan Ketrampilan (Montir Mobil, Montir Motor, Las dan Elektronika), serta Bercocok Tanam.

e) Pelaksanaan Resosialisasi meliputi Praktek Belajar Kerja/Magang dan Pelaksanaan Reintegrasi dalam bentuk kunjungan ke rumah, lingkungan sekolah/pekerjaan/masyarakat dan Outing (Rekreasi).

f) Pelaksanaan Penyaluran meliputi: Kembali kepada keluarga dan bekerja.

g) After Care/Bina Lanjut meliputi: Home Visit/Kunjungan Keluarga, Wawancara, Dialog, Konselling. Bila pada kenyataannya Warga Bina Sosial (WBS) belum berhasil, maka dapat kembali ke Panti untuk mengikuti Pemantapan Program dan akan ditempatkan di Ruang Shelter.

h) Terminasi, yaitu Pengakhiran/pemutusan program pelayanan dan rehabilitasi sosial.

Terminasi/penghentian pelayanan dilakukan 1 (satu) tahun setelah WBS disalurkan.[1]

 

(55)

E. Syarat dan Tata Cara Penerima Layanan

Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 335 Tahun 2016, Remaja yang terlibat masalah NAPZA, sehingga menyebabkan timbulnya gangguan-gangguan dalam melaksanakan fungsi sosial psikologisnya, dari semua golongan sosial maupun ekonomi dengan syarat:

1) Kriteria WBS:

a) Remaja/ Pemuda Laki-laki yang terlibat masalah NAPZA yang menyebabkan timbulnya gangguan-gangguan dalam melaksanakan fungsi sosial psikologisnya, dari semua golongan sosial maupun ekonomi

b) Ber-KTP DKI dan atau hasil penertiban c) Ada keinginan dari calon klien/ WBS

untuk berhenti dari penyalahgunaan NAPZA ( surat perjanjian bermaterai ) d) Ada surat pengantar dari RT/RW dan

Kelurahan/Kecamatan Tempat tinggal/domisili

e) Ada kesanggupan orang tua/ wali untuk bekerja sama dengan Panti (Surat Pernyataan dari orang tua bermaterai) f) Bersedia mematuhi tata tertib / peraturan di

Panti

g) Bersedia tinggal di asrama selama

 

(56)

Rehabilitasi Sosial dengan Surat Pernyataan tertulis

h) Jika mendapatkan kiriman dari keluarga, WBS/ Klien sudah harus melalui pemeriksaan dan pengobatan rehabilitasi medis dari Rumah Sakit (sudah detoksifikasi)

2) Usia WBS:

Usia 15 sampai dengan 35 tahun 3) Asal WBS:

a) Rujukan dari Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya (PSBI)

b) Masyarakat c) Organisasi sosial d) LSM/ NGO e) Kepolisian f) Dan Lain-lain F. Struktur Organisasi

Tabel 3.1

Struktur Kegiatan Konseling Keluarga PSBR Taruna Jaya II

PENDAMPING PEKERJA SOSIAL

JOKO SUSILO, ST M. KURNIAWAN, S.Sos

W.

SATUAN PELAYANAN

Dra. DERMI WHIYATII / AHMAD TAUFIK, A.Ks

 

(57)

G. Program Rehabilitasi

Salah satu program rehabilitasi yang digunakan untuk pelayanan pada WBS di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta Tangerang Selatan adalah program konsultasi keluarga, home visit (family support group). Dalam menjalankan program konsultasi keluarga terdapat standar operasional pelayanan (SOP) yang dilaksanakan oleh Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta Tangerang Selatan, yaitu sebagai berikut:[1]

1) Satuan pelaksana pembinaan sosial menugaskan petugas untuk melaksanakan kegiatan konsultasi, dimulai dengan rencana kegiatan konsultasi selama 10 menit.

2) Petugas membentuk tim untuk melaksanakan kegiatan konsultasi dengan batas waktu selama 1 jam untuk menghasilkan daftar nama tim kegiatan konsultasi.

3) Petugas melaporkan hasil pembentukan tim konsultasi kepada satuan pelaksana pembinaan sosial,

4) Satuan pelaksana pembinaan sosial menelaah hasil pembentukan tim kegiatan konsultasi, jika setuju dilanjutkan, jika tidak setuju akan dikembalikan kepada petugas untuk diperbaiki,

 

(58)

5) Tim melakukan koordinasi dan persiapan pelaksanaan kegiatan dan tempat konsultasi degan batas waktu 3 hari dan menghasilkan materi atau bahan dan jadwal kegiatan kosultasi.

6) Tim melaksanakan kegiatan konsultasi, kegiatan berlangsung 60 menit per WBS dan keluarga dan selama proses konsultasi menghasilkan daftar nama WBS dan keluarga, foto kegiatan, kelengkapan laporan selama konsultasi.

7) Tim membuat draf awal laporan kegiatan konsultasi dengan batas waktu selama 3 hari.

8) Tim menyerahkan draf awal laporan kegiatan kepada satuan pelaksana pembinaan sosial, 9) Satuan pelaksana pembinaan sosial memeriksa

draf awal laporan kegiatan konsultasi, jika setuju diserahkan ke petugas untuk didokumentasikan, jika tidak setuju dikembalikan kepada tim untuk dilengkapi/diperbaiki,

10) Satuan pelaksana pembinaan sosial memerintahkan petugas untuk mendokumentasikan laporan kegiatan konsultasi,

11) Petugas mendokumentasikan laporan kegiatan konsultasi.

 

(59)

Gambar 3.1 Konsultasi Keluarga

Sumber : Hasil Observasi, 22 Januari 2018

Sedangkan program home visit adalah program yang dilakukan PSBR Taruna Jaya II untuk mengetahui keberadaan keluarga WBS, mengetahui latar belakang keluarga WBS. Home visit dilakukan ketika pendamping menilai perlu atau tidaknya dilakukan home visit untuk mengetahui keberadaan keluarga WBS. Tujuan home visit untuk mengetahui ada masalah apa dengan anak dikeluarga, lalu bagaimana hubungan dengan keluarganya. Selain itu, tujuan lain dari home visit ialah menyampaikan perkembangan anak selama proses rehabilitasi terhadap keluarga WBS, dan membuat kesepakatan atau persetujuan untuk kelanjutan masa depan anak, apakah anak ingin disalurkan ke tempat kerja atau dikembalikan ke keluarga.[3]

 

(60)

H. Fasilitas Panti Dalam Memberikan Konseling Keluarga

1) Luas Tanah : 33.030 M2 2) Luas Bangunan : 3.928 M2 3) Kapasitas Tampung : 200 orang 4) Bangunan Panti meliputi :

a) Ruang Kantor b) Aula

c) Asrama

d) Ruang Ibadah, Musholla/ Masjid e) Ruang Makan

f) Ruang Konseling g) Ruang Adaptasi h) Ruang Identifikasi i) Ruang Bimbingan j) Ruang Perawatan k) Ruang Klinik

5) Prasarana dan Sarana Penunjang, meliputi:

a) Perlengkapan poliknik b) Perlengkapan Ibadah

c) Kendaraan Operasional/Dinas:

Roda empat : 1 (satu) unit (Ambulan) Roda dua : 1 (satu) unit

 

(61)

 

(62)

BAB IV HASIL TEMUAN

Berdasarkan hasil temuan lapangan bentuk dukungan sosial keluarga terhadap anggota keluarga warga bina sosial penyalahguna NAPZA di PSBR Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta dari Oktober 2017 s.d Mei 2018, dapat diperoleh suatu informasi bentuk dukungan sosial keluarga terhadap anggota keluarga warga bina sosial penyalahguna napza di PSBR Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta.

A. Pelaksanaan Program Rehabilitasi di PSBR Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta

1. Standar Pelayanan Rehabilitasi

Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta sebagai institusi pelayanan publik berupaya untuk dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan mutu atau kualitas yang baik, sehingga pelayanan dalam bentuk Rehabilitasi sosial berperan dalam permberdayaan sosial dan pelayanan khusus kepada Warga Binaan sosial (WBS)/Orang dengan masalah sosial.

Dalam memberikan pelayanan rehabilitasi terdapat standar pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh PSBR Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta yang meliputi:

 

(63)

a) Pelaksanaan penerimaan meliputi registrasi, persyaratan administrasi, dan penempatan dalam panti.

Tahapan pertama bagi WBS untuk bisa mendapatkan pelayanan rehabilitasi di panti harus melalui proses registrasi dan memenuhi persyaratan administrasi. Jika persyaratan administrasi sudah terpenuhi, maka WBS akan ditempatkan kedalam asrama sesuai ketentuan.

Penempatan asrama bagi WBS terbagi menjadi 4 kategori, yaitu:

1) Primary (Teraupeutic Community)

 WBS hasil rujukan/penerimaan dari PSBI Bangun Daya 1 dan 2 sebagai pembinaan awal setelah dilakukan sosialisasi program dan internalisasi selama maksimal 1 (satu) minggu di Ruang Adaptasi.

 WBS dengan klasifikasi anak Jalanan, anak Punk, maupun Anak titipan keluarga/ IPWL untuk mendapatkan treatment/ program sebelum naik ke Re-Entry.

 Masa Pembinaan/treatment di Primary minimal 3 s/d 4 bulan atau melihat kondisi perkembangan WBS.

 

(64)

Gambar 4.1 Asrama Primary

Sumber : Hasil Observasi, 01 Februari 2018

Proses pengajuan WBS yang akan naik ke Re- Entry berdasarkan hasil musyawarah/ pertimbangan Koordinator Konselor, Pekerja Sosial, Komandan Piket dan mengetahui/ persetujuan Satuan Pelaksana, Pelayanan Sosial / Pembinaan Sosial.

2) Re-Entry 1

 Tempat bagi WBS yang dapat dan bisa

menjadi Role Model

(panutan/contoh/teladan) bagi WBS lainnya.

 WBS yang dapat diandalkan prilaku, sikap, nilai-nilai pribadinya, integritas/kepribadian untuk dapat berkembang dan berubah lebih baik.

 

(65)

 Pernah menjadi Chief/ Head di Asrama lain baik Primary maupun Re-Entry.

 Dapat diikutsertakan dalam pelatihan/pembinaan/ kegiatan lomba/

kegiatan luar lainnya ke luar PSBR Taruna Jaya II khusus klien/ WBS yang didakan Dinas Sosial maupun Kemensos ataupun BNN .

 Dapat diusulkan dan direncanakan sebagai pendamping WBS jika telah mengikuti Pelatihan Dasar Pendamping WBS (masa training).

 Dapat dilatih program-program

pembinaan, treatment,

kepemimpinan/leadership,

kemandirian, tanggung jawab, kedisiplinan, dan wawasan buat inspirasi/ motivasi WBS lainnya (Outbound, dll).

 Jika sudah mendapat pembinaan di Re- Entry 1 minimal 6-12 bulan dapat diberikan tanggung jawab (masa percobaan) sebagai pendamping WBS di Re-Entri 2 atau 3.

3) Re-Entry 2

 Merupakan WBS hasil tingkatan dari Primary/ TC yang telah mendapatkan

 

(66)

report (laporan) perkembangan dari Konselor/ Pekerja Sosial.

 WBS secara Fisik, Mental Spritual, Sosial, Psikologis dan Prilaku yang baik berdasarkan raport perkembangan.

 Adanya Pendampingan dari Konselor dan Pendamping.

 Mengikuti kegiatan

Keterampilan/Vokasional.

 WBS mengikuti semua program yang ada di Panti.

 Adanya WBS klasifikasi WBS dari hasil penertiban/ razia (Anak Jalanan/

Punk) dan yang masih terapi obat (Berobat jalan RSKD Duren Sawit).

 Adanya raport perkembangan WBS.

 Bagi WBS yang melakukan pelanggaran berat dapat dikembalikan ke ruang Adaptasi dan atau Primary/

TC.

 Bagi WBS yang bagus perkembangannya dapat dimasukkan ke Re-Entry 1.

4) Re-Entry 3

 Secara umum merupakan WBS yang masih dalam perawatan/ pengobatan

 

(67)

dari Dokter Psikiater RSKD Duren Sawit (masih minum obat Psikotik/

terapi medis).

 Mengikuti semua program yang ada di Panti baik itu Morning Meeting, PBB, Bimbingan Kedisplinan, Bimbingan Mental Spiritual/ Agama Islam, Bimbingan Kadarkum, Bimbingan Olahrga ( Futsal/ senam ), Bimbingan Kesenian, Bimbingan Ketrampilan/

Vokasional, Bimbingan Konseling Individu, bimbingan Sosial Kelompok/

Statis Group, Pengajian malam Jum‟at.

 Adanya Laporan Perkembangan WBS tiap hari/ minggu/ bulan secara menyeluruh.

 Adanya Group piket untuk kebersihan dan aktivitas sehari-hari di sekitar asrama dengan pendamping konselor.

 Setiap Asrama/ kamar terdiri 10-11 orang WBS dengan didampingi konselor.

 Adanya Job Function setiap WBS (Chief, Head, Ekspeditor, Ramrod, Crew) untuk pembagian tugas agar berjalan sesuai tugas yang diberikan seperti Departement House Keeping,

 

(68)

Gastronomi, Laundry, Landscape/

taman.

 Diupayakan WBS hasil penerimaan dari Keluarga (IPWL).[1]

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis menyimpulkan bahwa setiap calon WBS harus memenuhi persyaratan administrasi sehingga calon WBS tersebut tercatat dalam data PSBR Tarua Jaya II yang kemudian oleh panti WBS tersebut akan ditempatkan di asrama sesuai dengan ketentuan.

b) Pelaksanaan pendekatan awal meliputi, observasi, identifikasi, motivasi, dan seleksi.

Dalam melakukan observasi dan identifikasi terhadap WBS, pekerja sosial menggunakan form 12 untuk menggali dan menganalisa rencana rehabilitasi yang akan diberikan terhadap WBS.

Seperti yag disampaikan oleh Bapak Joko selaku Pekerja Sosial di PSBR Taruna Jaya II:

“Disini ada formulir baku (form 12), disitu ada aspek bpss lalu kita gali, rencana apa yg akan kita berikan, analisa kebutuhan yang mereka butukan.”[24]

 

(69)

Gambar 4.2 Pendataan WBS

Sumber : Hasil Observasi, 26 Januari 2018 c) Pelaksanaan assesmen meliputi penelaahan,

pengungkapan, dan pemahaman masalah dan potensi.

Dalam tahapan selanjutnya WBS akan bersosialisasi terhadap lingkungan di panti dan mendapatkan pembinaan selama di panti. Selain itu pekerja sosial dan atau pendamping bersama- sama mengawasi dan merencanakan pembinaan yang tepat bagi WBS dalam mengembangkan minat dan bakatnya. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Bapak Joko Selaku Pekerja Sosial di PSBR Taruna Jaya II:

“Disini kita juga menerapkan masa orientasi, setelah WBS melakukan pembinaan di primary kita turunkan di

 

(70)

bimbingan vokasional tapi kita ikut sertakan sehari ikut mobil, sehari ikut motor, dan yang lainnya sehingga WBS bisa menentukan mana sih yang cocok sesuai dengan minat dan bakat.”[24]

“Ada yang langsung dan tidak langsung, yang langsungnya itu bentuk motivasi dan konseling. Setiap WBS itu kan mendapatkan pendamping, fungsi pendamping itu sendiri untuk memberikan konsultasi kepada WBS ketika dia mengalami kesulitan selama mengikuti program disini. Kita asah si anak ini untuk bisa disalurkan sesuai dengan minat dan bakatnya, misal minatnya di bengkel.”[24]

 

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel usia dan siklus hidup, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri terhadap minat menabung

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan beberapa strategi paedagogik yang dapat dilakukan oleh guru ataupun dosen untuk meningkatkan efektifitas dan efisensi

Padi merupakan tanaman yang membutuhkan air cukup banyak untuk hidupnya. Bentuk batangnya bulat dan berongga, daunnya memanjang seperti pita yang terdiri pada

Berdasarkan penelitian dengan responden yang berjumlah 50 orang yang dilakukan pada wilayah kerja PKM Puskesmas Pasundan, didapatkan hasil variabel tingkat

Berbeda dengan sistem barter, sistem yang menuntut pertukaran terjadi apabila pihak pertama memiliki barang yang diinginkan oleh pihak kedua dan sebaliknya (contoh:

 Kedua sektor merupakan bagian integral dari sistem ekonomi di suatu negara dan menggunakan sumber daya yang sama untuk mencapai tujuan organisasi  Keduanya menghadapi masalah

Bagi para mahasiswa yang cemerlang dalam bidang akademik, mereka dapat mencapai jenjang pendidikan lebih tinggi melalui program transfer seperti yang terjadi pada American