• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRADISI BERSIH DESA (Studi Di Desa Lama Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat) SKRIPSI. Oleh :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TRADISI BERSIH DESA (Studi Di Desa Lama Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat) SKRIPSI. Oleh :"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

TRADISI BERSIH DESA (Studi Di Desa Lama Kecamatan Sei Lepan

Kabupaten Langkat)

SKRIPSI

Diajukan Guna Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Dalam Bidang Antropologi

Oleh :

ANDINI 130905108

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS

TRADISI BERSIH DESA (Studi Pada Masyarakat Desa Lama Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memeperoleh gelar keserjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan di sini saya bersedia diproses secara hukum dan siap meninggalkan gelar keserjanaan saya.

Medan, September 2018

Penulis

Andini

(3)

ABSTRAK

Andini 2018, judul skripsi Tradisi Bersih Desa (Studi Pada Masyarakat desa Lama, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat) . Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 85 halaman, 12 daftar foto.

Penelitian ini berjudul, Tradisi Bersih Desa (Studi Pada di Desa Lama, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat) yang bertujuan untuk menggambarkan sekaligus mendeskripsikan mengenai bagaimana pelaksanaan tradisi bersih desa, alasan warga masyarakat masih mempertahankan bersih desa hingga sekarang ini, serta perubahan yang terjadi.

Penelitian ini menggunakan metode etnografi dan untuk memperoleh data yang di butuhkan, peneliti menggunakan teknik observasi dan wawancara. Peneliti melakukan observasi partisipasi dalam penelitian ini dan langsung terlibat di lapangan, dengan tujuan mengetahui kegiatan tradisi bersih desa selama sebelum dan akan pelaksanaan tiba.

wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam dengan menggunakan interview guide sebagai pedoman dalam melakukan wawancara. Dalam menemukan data, peneliti mencari informan yang mengetahui banyak mengenai tradisi bersih desa.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tradisi bersih desa dilaksanakan setahun sekali, yakni pada bulan Maret setiap tahunnya. Waktu ini adalah waktu dimana panen lokal telah selesai pada bulan Februari dan memasuki masa turun bibit (masa tanam) tanpa ada penanggalan khusus dalam penetapannya. Pelaksanaan bersih desa dilakukan dalam dua hari berturut-turut. Ada beberapa tujuan pelaksanaan bersih desa, yakni: Wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas panen yang telah diberikan pada tahun sebelumnya, dan memohon kembali untuk kelancaran dalam masa tanam berikutnya, Memohon perlindungan untuk seluruh warga desa agar terhindar dari malapetaka baik yang sifatnya alamiah maupun disengaja, Penghormatan kepada arwah leluhur pendahulu mereka di desa tersebut, yang mana telah menjaga mereka selalu dari segala malapetaka. Jikapun terjadi hal yang tak diinginkan maka hal itu kembali kepada Tuhan mereka. Tradisi tahunan masyarakat Desa Lama ini mencakup dua tahap diantaranya tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Dalam setiap tahapannya tanggung jawab dan pembagian tugas sangat jelas terlihat.

Bentuk partisipasi masyarakat dalam menyelenggarakan tradisi bersih desa ada tiga macam. Pertama adalah berbentuk materi, Kedua adalah berupa fisik atau tenaga. Ketiga adalah keterlibatan secara mental dan emosional. Ada beberapa alasan masyarakat tetap melestarikan tradisi bersih desa adalah karena pertama tradisi bersih desa merupakan warisan dari nenek-moyang atau para pendahulu mereka sehingga wajib dilestarikan dengan baik, kedua yaitu, sebagai media antara manusia dan Tuhan dalam rangka mengucapkan

(4)

keselamatan, dan rezeki, ketiga adalah mengambarkan suatu pengharapan, agar kehidupan jauh lebih baik dengan berkah yang diterima. Kemudian daripada itu dalam pelaksanaannya terjadi perubahan-perubahan yang sifatnya cepat maupun lambat, tercakup dalam perubahan fisik dan nonfisik.

Kata kunci :Tradisi, Bersih Desa, Desa Lama

(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur saya hadiahkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Tradisi Bersih Desa (Studi Pada Masyarakat desa Lama, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat)”

dengan baik. Penelitian ini dilakukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana S-1 bidang Antropologi Sosial di Departemen Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penulisan skripsi ini, saya banyak menerima bimbingan dan masukan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penghargaan terbesar saya persembahkan kepada keluarga besar saya terutama orangtua saya tercinta Ibu Halimatun Sakdiah yang memenuhi kebutuhan saya sehingga saya dapat menikmati fasilitas dalam dunia pendidikan hingga saat ini. Semoga ibu diberikan umur yang panjang, sehat selalu dan dilancarkan rezekinya. Tanpa adanya bimbingan dan do’amu saya tidak akan mampu untuk mengerjakan skripsi ini dengan baik. Tidak lupa pada kakak laki-laki saya Andriko dan adik saya Anika, terimakasih telah memberikan semangat dan do’a untuk saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Saya juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besanya untuk guru-guru saya mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, tanpa jasa kalian yang telah membuat saya dapat membaca dan menulis serta mendapatkan ilmu-ilmu lainnya yang sangat berguna dan penuh kesabaran telah mendidik saya, tanpa kalian saya tidak akan pernah bisa menuliskan skripsi ini.

Saya juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. Lister Berutu MA sebagai dosen pembimbing saya yang sudah banyak membantu saya. Lalu meluangkan waktu dan

(6)

tenaga untuk membimbing saya mulai dari pengajuan proposal sampai skripsi. Bapak telah banyak memberikan ilmu, semangat dan masukan-masukan yang berharga, serta dengan sangat sabar dalam membimbing. Saya minta maaf karena sudah banyak merepotkan bapak selama penulisan skripsi ini, semoga bapak beserta keluarga diberikan kesehatan dan kebahagiaan dalam menjalani hidup, dan juga kepada staf pegawai serta pengajar Departemen Antropologi, Bapak Dr. Fikarwin Zuska, Drs. Agustrisno,M.SP, dan seluruh dosen Antropologi, yang juga memberi dukungan baik kritik maupun saran, serta telah mendidik dan membekali ilmu pengetahuan. Kepada kak Nurhayati sebagai staf administrasi Departemen Antropologi FISIP USU, saya mengucapkan terimakasih banyak telah bersedia membantu kelancaran semua berkas yang diperlukan mulai dari selama kuliah hingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Saya juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada para informan saya yang merupakan orangtua saya di Desa Lama dan juga kakak, abang, paman, bibi yang telah bersedia membantu saya, yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan informasi untuk mendapatkan data dari skripsi ini, tanpa kalian saya tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini, biarlah kiranya Tuhan yang membalas segala kebaikan kalian.

Terima kasih buat abangda Salman Fauzi selalu memberikan motivasi-motivasi positif, dan teman- teman lateral khususnya abangda Prof. Hamdani Harahap, Abdullah akhyar Nasution, Saruhum Rambe, Farid Aulia, dan Dr. Yeni Absah, yang senantiasa memberikan dorongan motivasi demi terselesaikannya skripsi ini.

Buat sahabat-sahabat saya stambuk 2013 terkhusus Yona Tusiana, Selvi Ariska, Fadlun Nisa, Nur Intan Sari, terimakasih atas hubungan dan semua kenangan yang telah kita lalui bersama baik itu dalam suka maupun duka. Terimakasih atas pertemanan selama kuliah

(7)

ini serta diskusi-diskusi dan motivasi positif yang kalian berikan, sukses buat kita semua teman-teman.

Terimakasih banyak sekali lagi untuk semuanya. Kiranya Tuhan senantiasa membalas kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak kepada penulis.

Medan, September 2018 Penulis

Andini

(8)

RIWAYAT HIDUP

Andini, lahir di Pangkalan Berandan, 23 Desember 1994.Anak ke 2 (dua) dari pasangan alm.Rusito dan Halimatun Sakdiah br Ginting

Riwayat pendidikan formal sebagai berikut : SDN 054936 Wonorejo Desa Lama (2001-2007), SMPN 2 Babalan Pangkalan Berandan (2007-2010), SMAN 1 Babalan Pangkalan Berandan (2010-2013) serta melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi dan lulus di Departemen Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Sumatera Utara pada tahun 2013 melalui jalur BIDIKMISI-SBMPTN.

Berbagai kegiatan yang dilakukan selama masa studi sebagai berikut :

1. Peserta inisiasi dalam kegiatan penyambutan Mahasiswa baru Departemen Antropologi Sosial, FISIP USU pada tahun 2013.

2. Peserta Pelatihan Menulis Kreatif dan Advertising oleh Putra Gara dan Mayoko Aiko yang dilaksanakan di ruang sidang FISIP USU pada tanggal 07 Mei 2014.

3. Panitia inisiasi dalam kegiatan Penyambutan Mahasiswa Baru (PMB) Departemen Antropologi Sosial, FISIP USU pada tahun 2015.

4. Panitia RAKERNAS JKAI (Rapat Kerja Nasional Jaringan Kekerabatan Antropologi Indonesia) pada tanggal 26-28 Februari 2015 dengan tema “Lingkungan Hidup dan Adat Sumatera Utara”.

5. Mengikuti Training of Fasilitator angkatan ke VII oleh Depaertemen Antropologi Sosial, FISIP USU yang dilaksanakan di Armaya Wisata Alam pada tanggal 9-10 januari 2016.

6. Melakukan PKL-TBM (Paraktek Kerja Lapangan-Tinggal Bersama Masyarakat) di desa Marindal II Medan

7. Relawan di Lateral (Lembaga Transformasi Lokal) sejak 2017 hingga sekarang.

8. E-mail: dienandini.da@gmail.com

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan segala hal yang berkaitan dalam memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana dalam bidang Antropologi Sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini berjudul “Tradisi Bersih Desa (Studi Pada Masyarakat desa Lama, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat)” yang berisi kajian etnografi yang didasarkan pada wawancara mendalam yang dilakukan penulis di lapangan.

Dalam Bab 1 penulis menjelaskan latar belakang mengapa tertarik melakukan penelitian ini, juga ada tinjauan pustaka yang terdapat di dalamnya teori-teori untuk mempermudah penulisan skripsi ini. Ada 2 perumusan masalah yang menjadi pokok pertanyaan dalam penelitian, juga dalam bab ini berisi tujuan dan manfaat penelitian serta menjelaskan metode penelitian yang digunakan.

Bab II penulis menjelaskan gambaran lokasi penelitian. Gambaran lokasi penelitian terdiri dari sejarah desa lama, keadaan geografis dan susunan penduduk desa.

Bab III penulis menjelaskan mengenai sejarah tradisi bersih desa, kepercayaan masyarakat desa lama, norma dan aturan yang terkait bersih desa, alasan masyarakat masih mempertahankan tradisi bersih desa, persiapan pelaksanaan, penyelenggaraan bersih desa yang akan membahas prosesnya, keterlibatan masyarakat pada kegiatan bersih desa, serta nilai-nilai yang tergambarkan dalam penyelenggaraan bersih desa.

Bab IV menjelaskan mengenai tradisi bersih desa dan perubahan yang terjadi. Serta kaitannya dengan kajian studi.

(10)

Bab V yang menjadi penutup skripsi ini yang berisi kesimpulan dan saran.

Kesimpulan akan menjelaskan rangkuman keseluruhan dari isi skripsi dari Bab I hingga Bab IV, setelah itu penulis memberikan sedikit saran untuk pembaca.

Skripsi ini tentu masih jauh dari kata sempurna.Oleh sebab itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan selanjutnya serta sebagai bahan pembelajaran untuk tulisan-tulisan berikutnya dan penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca baik mahasiswa maupun masyarakat umum.

Medan, September 2018 Penulis

Andini

(11)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ORIGINALITAS... i

ABSTRAKSI... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iv

RIWAYAT HIDUP... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR FOTO... xii

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah………...………..…………... 1

1.2 Tinjauan Pustaka………...……….. 9

1.3 Rumusan Masalah ………...………. 17

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian………...………….. 18

1.5 Metode Penelitian………...…………... 19

1.6 AnalisisData………...……….. 27

1.7 Pengalaman Penelitian………...……...……... 28

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Sejarah Desa Lama………...…….. ……….………..34

2.2 Keadaan Geografis ………...……...……….….... 38

2.3 Keadaan Penduduk ………...……….. 41

2.3.1 Jumlah Penduduk………..…………...……….… 41

2.3.2 Susunan Penduduk..………...……….. 43

2.4 Sarana dan Prasarana………...………... 48

2.5 Gambaran Umum Masyaralat Jawa di Desa Lama …………...………. 53

BAB III TRADISI BERSIH DESA DI DESA LAMA KECAMATAN SEI LEPAN KABUPATEN LANGKAT 3.1 Sejarah Tradisi Bersih Desa……...……….………… 56

3.2 Kepercayaan Masyarakat Desa Lama... 62

3.3 Norma dan aturan yang Terkait Bersih Desa…...………....……….. 67

3.4 Alasan Masyarakat Mempertahan Tradisi Bersih Desa……...……….. 75

3.4.1 Untuk Melestarikan Warisan Dari Para Pendahulu…...…….…… 77

3.4.2 Wujud Terima Kasih Kepada Tuhan yang Maha Esa……...……... 81

3.4.3 Bentuk Pengharapan Untuk Kehidupan Selanjutnya …...………… 83

3.5 Persiapan Bersih Desa………...……….. 86

3.5.1 Rapat Persiapan ………...…... 86

3.5.2 Pembersihan/Gotong Royong………..……...…...….... 89

3.5.3 Membangun Kemah………...….... 90

3.5.4 Masak-Masak………..………... 92

3.5.5 Dzikir Akbar………...………….……… 95

3.6 Penyelenggaraan Bersih Desa ………...……… 96

3.6.1 Dziarah Kubur………...………... 96

3.6.2 Kenduri Selamet…………..………...……….. 98

3.6.3 Wayang Kulit……….…………...……….... 103

(12)

3.7.1 Keterlibatan Material………...… 108

3.7.2 Keterlibatan Fisik………...……….. 110

3.7.3 Keterlibatan Emosional dan Mental………...…….. 112

3.8 Nilai-nilai Yang Tergambarkan Dalam Penyelenggaraan Bersih Desa…... 114

BAB IV TRADISI BERSIH DESA DAN PERUBAHAN YANG TERJADI 4.1 Dinamika tradisi Bersih Desa..……...………... 115

4.1.1 Perubahan Fisik ………...………...……… 117

4.2.2 Perubahan Non Fisik ………...……… 119

4.2 Temuan Studi Dikaitkan Dengan Kajian Teori……...………...………. 122

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan………...….. 128

5.2 Saran………... 133

DAFTAR PUSTAKA ………...………….. 134

(13)

DAFTAR FOTO

Foto 1: Pintu masuk Desa Lama... 36

Foto 2: Peta Lokasi Desa Lama... 41

Foto 3: Tenda Dusun I di bawah Kramat... 91

Foto 4: Tenda II di Dusun III tempat makan bersama dan hiburan... 93

Foto 5: Kegiatan masak-masak di bawah kramat sejak sore hingga malam hari... 93

Foto 6: Masak-masak di bagian tratak untuk tamu... 95

Foto 7: Makam Mbah Datuk... 96

Foto 8: Persiapan kenduri selamet... 100

Foto 9: Masyarakat memadati tempat kenduri... 100

Foto 10: Tepung tawar bibit... 101

Foto 11: Makan bersama menggunakan daun pisang... 102

Foto 12: Pagelaran wayang kulit... 104

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Jumlah penduduk menurut kelompok umur, Jenis kelamin, 2018... 42

Tabel 2: Kelompok penduduk usia produktif... 43

Tabel 3: Susunan penduduk berdasarkan mata pencaharian... 45

Tabel 4: Susunan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan... 47

Tabel 5: Sarana Komunikasi dan Informasi... 49

Tabel 6: Sarana Transportasi... 49

Tabel 7: Sarana Peribadatan... 51

Tabel 8: Sarana dan Prasarana kesehatan... 51

Tabel 9: Sarana dan prasarana pendidikan... 52

(15)

INTERVIEW GUIDE

No Indikator Sub Indikator Jenis Data Sumber Data Metode

1 Gambaran Desa

Jumlah Penduduk

Sekunder Kantor Camat, Kantor Desa

Mengelompokkan dan memilih

Susunan Penduduk

Lokasi

Jarak

2 Konsep bersih desa

 Apa itu bersih desa

Primer Informan Kunci Indept

 Bagaimana sejarah bersih desa

 Bagaimana bersih desa di desa lama

3

Penyelenggaraan bersih desa

Penentuan waktu penyelenggaraan

Primer Kepala desa,

kepala dusun Indept

Penanggung jawab acara

Bagaimana keberlangsungan acara

4 Eksistensi tradisi bersih desa

 Pendapat masyarakat tentang tradisi bersih desa

Primer

Informan kunci, Informan

pangkal, Informan biasa

Indept

 Penting atau tidaknya bersih desa

 Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan bersih desa

 Apakah keadaan tradisi bersih desa mengalami perubahan

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Data Informan:

Nama Wagiman

Usia 87 tahun

Pekerjaan Petani

Nama Rejo

Usia 87 tahun

Pekerjaan Petani

Nama Karnomo

Usia 82 tahun

Pekerjaan Produsen tahu

Nama M. Talib

Usia 87 tahun

Pekerjaan Petani

Nama Halimatus Sakdiah

Usia 53 tahun

Pekerjaan Pedagang kecil

Nama Tajwid

Usia 48 tahun

Pekerjaan Kepala Sekolah

Nama Jumin

Usia 55 tahun

Pekerjaan Kepala desa

Nama Darto

Usia 45 tahun

Pekerjaan Petani

Nama Frida

Usia 85 tahun

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Nama Sikem

Usia 78 tahun

Pekerjaan Ibu rumah tangga

(17)

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia terletak di wilayah yang menghampar dari ujung utara Pulau Weh sampai ke bagian timur di Merauke. Selain itu, Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dengan keragaman budaya yang dimilikinya. Oleh karena itu bangsa Indonesia disebut juga bangsa majemuk yang memiliki beragam budaya. Selain itu, Indonesia memiliki letak sangat strategis dan tanah yang subur dengan kekayaan alam melimpah ruah. Dalam hal ini kita dapat menemui berbagai kebudayaan lokal yang dimiliki setiap masyarakatnya. Budaya lokal meliputi berbagai kebiasaan dan nilai bersama yang dianut masyarakat tertentu.

Pengertian budaya lokal sering di hubungkan dengan kebudayaan suku bangsa.

Konsep suku bangsa sendiri sering dipersamakan dengan konsep kelompok etnik.

Menurut Fredrik Barth sebagaimana dikutip oleh Parsudi Suparlan, suku bangsa hendaknya dilihat sebagai golongan yang khusus. Kekhususan suku bangsa diperoleh secara turun temurun dan melalui interaksi antar budaya. Budaya lokal atau dalam hal ini budaya suku bangsa menjadi identitas pribadi ataupun kelompok masyarakat pendukungnya. Ciri-ciri yang telah menjadi identitas itu melekat seumur hidup seiring kehidupannya. "Budaya lokal adalah nilai-nilai lokal hasil budi daya masyarakat suatu daerah yang terbentuk secara alami dan diperoleh melalui proses belajar dari waktu ke waktu. Budaya lokal dapat berupa hasil seni, tradisi, pola pikir, atau hukum adat."

(19)

Pada saat sekarang ini kita sudah memasuki era globalisasi. Dimana pengaruh globalisasi sangat mudah diterima oleh masyarakat yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga mampu mengubah dunia secara mendasar. Gejala yang menonjol sebagai dampak dari globalisasi informasi adalah perubahan budaya dalam masyarakat tradisional, yakni dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat terbuka. Berbicara mengenai perubahan budaya artinya kita sedang berbicara mengenai proses pergeseran, pengurangan, penambahan, dan perkembangan unsur-unsur dalam suatu kebudayaan yang terjadi melalui interaksi antara masyarakat suatu pendukung kebudayaan dengan unsur-unsur kebudayaan baru dan melakukan penyesuaian antar unsur-unsur kebudayaan tersebut. Sebagaimana kebudayaaan memiliki sifat dinamis, yaitu selalu bergerak dan mengalami perubahan, baik secara cepat maupun lambat.

Jika kita lihat kenyataan dalam perkembangan zaman teknologi yang berpangkal pada kehidupan modern, maka adat istiadat bangsa Indonesia ini akan menghadapi tantangan berupa pergeseran nilai. Tidak mustahil pergeseran nilai dapat mendangkalkan adat istiadat leluhur, terlebih pada generasi muda yang masih belum kuat dan belum mampu mengantisipasi kedatangan budaya asing yang serba modern yang mendasarkan pada kemampuan teknologi dan melupakan sumber nilai-nilai luhur yang mengakar pada adat istiadat kebudayaan bangsa kita. Kalau pergeseran nilai dibiarkan berlarut-larut, maka tidak mustahil adat akan dilupakan dan bahkan tidak dikenal oleh generasi muda dan akhirnya akan hilang sama sekali. Kalau hal itu terjadi tentu sangat disayangkan.

(20)

Budaya adalah bagian dari sebuah masyararakat yang tinggal dalam sebuah lingkungan. Sebagaimana Julian H. Steward (1930) mengatakan

―lingkungan dan budaya tidak dapat dipisahkan satu sama lain tapi terlibat dalam mempengaruhi dialektika yang disebut umpan balik atau timbal balik.‖

Dua ide dasar dari sudut pandang ekologis yang tidak bisa dipisahkan dalam konsep hubungan timbal balik, baik itu lingkungan maupun budaya adalah pemberian, tapi satu sama lain disimpulkan dalam istilah lain bahwa lingkungan bermain aktif, tidak hanya berperan dalam membatasi atau menyeleksi aktivitas manusia. Pengaruh lingkungan dan budaya yang relatif mempengaruhi lingkungan dan budaya dalam hubungannya dengan umpan balik yang tidak sama. Sesuai dengan pandangan ini, kadang kala budaya memainkan suatu peran aktif dan kadang kala juga lingkungan lepas tangan.

Steward percaya bahwa beberapa sektor dari budaya memiliki hubungan yang kuat dengan lingkungan daripada sektor lain, dan analisa ekologis harus bisa digunakan untuk menjelaskan kesamaan persilangan budaya hanya ada di inti budaya. Inti budaya terdiri dari sektor ekonomi masyarakat, yang menonjolkan aktivitas kehidupan dan penyelenggaraan ekonomi masyarakat. Masyarakat yang tinggal di daerah tertentu pasti mempunyai budaya atau tradisi yang diyakini dan dilestarikan. Budaya dan tradisi itu biasanya dipercaya turun temurun oleh suatu masyarakat yang tinggal di dalamnya. Tradisi diturunkan dari orang tua kepada anak-anaknya dengan harapan anak-anaknya mewarisi atau melakukan tradisi yang sama. Sama halnya dengan upacara bersih desa atau yang dikenal dengan istilah Rasulan.

(21)

Perwujudan dari sebuah kebudayaan adalah berupa benda-benda yang diciptakan manusia sebagai makhluk yang berbudaya berupa pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi-organisasi social, religi/agama, seni dan lain- lain. Tujuannya untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Jadi kebudayaan bisa didapat dari mana saja, baik dalam pelajaran di sekolah maupun dari lingkungan sosialnya. Orang biasanya banyak belajar dari apa yang ia lihat sehari-hari, mereka punya kebiasaan yang umumnya sama dengan orang-orang di sekitarnya. Kebudayaan itu secara tidak di sengaja muncul dalam masyarakat dan di setujui secara tidak langsung oleh sebuah masyarakat tersebut. Namun biasanya di anut dan di percaya dalam suatu masyarakat.

Contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah budaya ―Rasulan‖. Rasulan ini terdapat di berbagai daerah di Jawa. Pada dasarnya budaya/tradisi ini adalah sebagai perwujudan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah pada tahun itu.

Kemudian juga agar panen tahun depan tidak berkurang dan daerah itu supaya terhindar dari musibah. Aneh mungkin bagi orang yang tidak tahu. Namun masih ada masyarakat kita yang meyakininya sebagai upacara adat. Masyarakat mensyukurinya dengan cara memasak nasi dan lauk-pauknya dalam jumlah yang besar kemudian dibawa ke balai desa untuk di do‘akan kemudian dimakan bersama dan sisanya dibagikan kepada seluruh warga. Kemudian pada malam harinya di adakan pagelaran wayang kulit.

Upacara ini juga tidak jelas apa latar belakang dan darimana datangnya namun sampai saat ini masih di lakukan oleh warga di beberapa daerah di Indonesia yang memiliki penduduk suku Jawa . Dengan upacara kita menemukan nilai-nilai masyarakat yang tak dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari,

(22)

upacara senantiasa mengingatkan manusia tentang eksistensi mereka dan hubungan mereka dengan lingkungan, hubungan masyarakat dengan masyarakat, karena melalui upacara warga masyarakat dibiasakan untuk menggunakan simbol- simbol yang bersifat abstrak (misalnya penggunaan bubur merah putih dalam tradisi yang melambangkan persatuan dan kesatuan layaknya yin dan yang dalam kehidupan, dan lain sebagainya) yang berada pada tingkat pemikiran di berbagai kegiatan sosial (Soetarno, 2002). Di dalamnya selain terdapat ucapan syukur tetapi juga terdapat interksi social antara warga desa dengan yang lainnya, interaksi antara manusia dengan Tuhannya dan juga ada interaksi manusia dengan dunia lain yang hidup berdampingan dengan manusia seperti roh dan para arwah leluhur. Bersih desa/ rasulan ini memiliki makna yang luas bagi masyarakat yang mempercayai dan yang mempunyai tradisi ini. Kebiasaan ini juga tidak jelas bagaimana asal-usulnya, namun sampai saat ini masih terus dilakukan oleh sebagian besar masyarakatnya. Ada orang-orang tua yang mungkin tahu seluk beluk ―rasulan‖ tapi ada juga yang hanya ikut-ikutan karena orangtuanya juga melakukan hal seperti itu atau mungkin hanya karena ―umum sanak‖ atau biar sama dengan warga kampung yang lain. Hal ini terjadi karena tradisi ―rasulan‖ ini sudah dilakukan sejak dulu.

Tradisi bersih desa atau Rasulan mempunyai 2 makna yaitu, pertama sebagai gerakan kebersihan yang dikerjakan oleh masyarakat setempat secara bergotong- royong, kedua sebagai persembahan terhadap para nabi, danyang, serta ibu pertiwi yang telah memberikan hasil panenan dari apa yang telah ditanam di sawah ladangnya. Upacara tradisi bersih desa itu merupakan upacara intensifikasi yaitu suatu upacara yang menandai keadaan krisis dalam kehidupan kelompok.

(23)

Kegiatan upacara bersih desa tidak lepas dari interaksi sosial masyarakat karena interaksi sosial melibatkan banyak orang sehingga mempunyai hubungan timbal balik antara pelaku dan upacara yang akan dilakukan serta unsur-unsur yang mendukungnya. Oleh karena itu interaksi sosial menjadi faktor terpenting dalam hubungan dengan orang lain dan menyangkut keberhasilan suatu upacara, hal ini menunjukkan adanya gotong-royong dan kerja sama. Adat dan budaya manusia tidak dapat dipungkiri peranannya sebagai ritual atau kepercayaan masyarakat.

Tradisi dalam masyarakat Jawa mewujud dalam beragam bentuk, salah satunya adalah tradisi bersih desa. Menurut Sumardi, dkk (1997:134) menyatakan bahwa upacara bersih desa mempunyai banyak sebutan, misalnya sedekah bumi, rasulan, slametan bumi suran dan lainnya. Sedekah bumi adalah memberi penghargaan kepada bumi dengan persembahan berupa makanan, Rasulan merupakan istilah bersih desa yang digunakan oleh masyarakat di Pulau Jawa, slametan bumi dan suran memiliki makna yang sama dengan sedekah bumi.

Pemberian nama ini biasanya tergantung dari daerah masing-masing, selain itu makna yang terkandung dari setiap istilah-istilah tersebut juga sama. Namun pada prinsipnya upacara bersih desa adalah upaya manusia untuk mencari keseimbangan atau hubungan dengan makhluk yang tidak kasat mata (gaib) dan diyakini sebagai penjaga atau pelindung desa. Waktu pelaksanaan bersih desa yaitu satu tahun sekali, biasanya sesudah musim panen padi. Namun lain halnya yang dilakukan oleh masyarakat Desa Lama, yang mana penyelenggaraan bersih desa dilaksanakan dalam rangka turun bibit atau turun sawah, yakni saat mereka akan baru melakukan tanam padi. Tujuannya adalah agar tanaman padi yang nantinya ditanam akan mendapatkan berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa

(24)

melalui para leluhur hingga akhirnya menghasilkan panen yang sangat memuaskan bagi masyarakatnya. Terkait soal bulan, hari, tanggal, dan cara pelaksanaannya tidak selalu sama antara satu desa dengan desa yang lain. Secara umum tanggal dan hari pun tidak sembarangan ditentukan, melainkan ada hari- hari tertentu di kalender Jawa yang merupakan hari sakral untuk melakukan ritual bersih desa

.

Tempat penyelenggaraan bersih desa dan pesta desa mengikuti kebiasaan desa setempat, ada kegiatan yang merata dilakukan di seluruh lingkungan desa beserta penghuninya, disamping itu juga ada kegiatan yang dipusatkan pada tempat-tempat tertentu, 1) tradisi puncak dipusatkan di balai desa, 2) pesta desa dipusatkan di lapangan desa setempat, 3) sedekah misal dilaksanakan di makam leluhur, 4) sesaji dan doa dilakukan di makam atau petilasan cikal bakal desa (Suwardi, 2006:1-2).

Kecamatan Sei lepan merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Meskipun letaknya yang berada di Sumatera Utara tak menjadikannya melulu memiliki masyarakat yang dominan bersuku Batak. Seiring dengan perkembangan jaman tentu banyak sekali perubahan- perubahan telah terjadi yang dilatarbelakangi oleh berbagai faktor pula. Dalam hal ini salah satu dampak yang menonjol adalah persebaran penduduk, yakni transmigrasi. Akibat dari transmigrasi tentunya masyarakat secara universal berpindah ketempat tinggal mereka yang baru dengan membawa budaya yang mereka dapatkan dari tempat tinggal awalnya. Masyarakat Jawa menjadi salah satu suku terbanyak yang menduduki populasi di Indonesia, hal inilah yang mengharuskan mereka melalukan persebaran di berbagai daerah penjuru Indonesia agar persebaran penduduk merata. Salah satu teempat tujuan tersebut

(25)

adalah Desa Lama. Disinilah mereka mulai menyambung kehidupan baru, dengan tata cara kelakuan yang sama dengan tempat asal mereka. Dan memang sejak awal di bangunnya Desa Lama ini adalah oleh masyarakat Jawa, meskipun lama kelamaan telah muncul beberapa suku yang turut hadir yakni Batak, Karo, dan Melayu, namun keberadaannya masih sangat jauh di bawah jumlah masyarakat Jawa.

Awalnya masyarakat Jawa di Desa Lama merupakan para pensiunan buruh Kebun Lada dari Kota Binjai, dan pada masa itu mereka terpaksa harus mencari tempat tinggal baru setelah mengalami Pemutusan Hubungan Kerja oleh pihak perkebunan. Meskipun pada awalnya masih sangat sedikit mereka yang memilih tinggal di Desa lama, namun lambat laun seiring berjalannya waktu desa pun mulai ramai dengan para penduduk baru. Tak lama waktu yang dibutuhkan untuk mereka saling berinteraksi, dikarenakan telah adanya kesamaan RAS maka sangat mudah bagi mereka untuk berkomunikasi. Atas kesamaan inilah mereka memiliki inisiatif untuk membuat suatu ucapan rasa syukur kepada pemilik tanah yang mana telah membantu mereka dalam menjalani kehidupan pertanian sebagai mata pencaharian utama penduduk disana., dalam bentuk kenduri selamet. Semakin tahun panen yang didapatkan pun meningkat, lantas mereka kembali membuat kesepakatan untuk memberikan hiburan yang di sandingkan dengan kenduri selamet, yakni wayang kulit. Berangkat dari sinilah maka mereka mulai melakukan tradisi rutin ini dan dinamai ―Bersih Desa‖.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka Tradisi Bersih Desa pada masyarakat Desa Lama, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat ini menarik untuk diteliti karena kehadirannya sejak tahun 1974 masih tetap dipertahankan

(26)

oleh masyarakat Desa Lama, walaupun terjadi perubahan-perubahan didalamnya.

Hal ini dilakukan agar dapat menjelaskan tentang tradisi bersih desa itu sendiri maupun hal-hal yang terkait dengan eksistensinya dalam masyarakat hingga saat ini.

1.2 Tinjauan Pustaka

Perkembangan manusia dibentuk oleh kebudayaan yang melingkunginya.

Dalam batasan-batasan tertentu, manusia mengubah dan membentuk kebudayaannya, tetapi pada dasarnya manusia lahir dan besar sebagai penerima kebudayaan dari generasi yang mendahuluinya. Kebiasaan yang turun temurun dalam suatu masyarakat inilah disebut tradisi (Mardimin, 1994:12). Tradisi dikatakan sebagai suatu sistem yang menyeluruh, terdiri dari cara aspek dan pemberian arti terhadap laku ujaran, laku ritual dan berbagai jenis laku lainnya dari manusia atau sejumlah manusia yang melakukan tindakan satu dengan yang lain (Wasid, dkk, 2011:30). Tradisi merupakan mekanisme yang dapat membantu memperlancar perkembangan pribadi anggota masyarakat, juga sebagai pembimbing pergaulan bersama di dalam masyarakat (Mardimin, 1994:13).

Dalam kebudayaan terdapat apa yang disebut dengan ekologi budaya, yaitu mempelajari kebudayaan dari kelompok manusia yang beradaptasi dengan sumber alam lingkungan dan terhadap eksistensi dari kelompok manusia lainnya.

Lingkungan merupakan tempat untuk beraktualisasi, bereksistensi dan berinteraksi bagi manusia. Hubungan antara sesama manusia dengan makhluk lain bisa dijalankan dengan baik, apabila terjadi simbiosis mutualisme, dengan prinsip kerjasama yang saling menguntungkan. Masing-masing saling memberi ruang dan kemerdekaan hidup, sehingga terjalin keselarasan dan keserasian. Dalam proses

(27)

budaya akan terjadi apa yang disebut equilibrium dan disequilibrium, untuk mencapai equilibrium (keseimbangan) antara manusia dengan lingkungan dibutuhkkan sarana kebudayaan, sedangkan dalam proses keseimbangan sering terjadi disequilibrium (ketidakseimbangan) antara manusia dengan lingkungannya. Maka untuk menjaga keseimbangan ini dalam tradisi budaya diadakan slametan (Sutardjo, 2008:11). Menurut Koentjaraningratat (1974:20) dalam (Herusatoto, 1983:103106) tradisi atau adat istiadat atau disebut juga adat tata kelakuan, dapat dibagi dalam empat tingkatan, diantaranya sebagai tingkat nilai budaya, tingkat norma-norma, tingkat hukum, tingkat aturan khusus. Tradisi pada dasarnya tidak terlepas dari pengertian kebudayaan.

Kata budaya sendiri berasal dari ―kebudayaan‖ yang dalam bahasa inggrisnya adalah ―culture‖. Kata ―kebudayaan‖ berasal dari kata Sanskerta

‖buddhayah‖ yaitu bentuk jamak dari ―buddhi‖ yang berarti ―budi‖ atau ―akal‖.

Dengan demikian ke-budaya-an dapat diartikan: ―hal—hal yang bersangkutan dengan akal‖. Budaya sebagaimana istilah ini digunakan dalam antropologi, tentunya, tidaklah berarti pengembangan di bidang seni dan keanggunan sosial.

Budaya lebih diartikan sebagai himpunan pengalaman yang dipelajari.

Seorang antropolog, yaitu E.B. Taylor memberikan definisi mengenai kebudayaan, yaitu ―kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat—istiadat dan kemampuan- kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang dihadapkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat‖. Dengan kata lain, kebudayaan mencakup semuanya yang dihadapkan dan dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

(28)

Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (dalam Rusdi Muchtar, 2009) merumuskan kebudayaan sebagai hasil sebuah karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (Material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat. Secara ontologis, kebudayaan lantas dipahami sebagai produk dari eksistensi diri manusia, yang meliputi semua aspek kegiatan manusia, baik di bidang politik, sosial, ekonomi, kesenian, ilmu dan teknologi maupun agama.

Jadi, hakikat kebudayaan adalah proses kreatif diri manusia yang aktual dalam menjawab tantangan yang dihadapinya, sehingga ia dapat melampaui dunia tubuhnya, melepaskan diri dari dorongan-dorongan darah daging tubuhnya, menuju proses pencerahan spiritual yang agung, dengan menghayati makna kehidupan rohaninya yang dalam sepanjang kehidupannya, yang sesungguhnya telah mendasari kehidupannya sendiri, sehingga sebagai makhluk yang mulia di muka bumi ini, manusia mampu melakukan perubahan dan penciptaan sesuatu yang lebih baru lagi, sebagai sarana pertemuannya dengan tenaga gaib yang mencerahkan dan menjadi sumber kreatifitasnya.

Kebudayaan merupakan keseluruhan gagasan dan karya yang dipelajari, dibagi, dan dipertukarkan yang di dalamnya terdapat nilai-nilai atau aspek penting yang mendasari kehidupan dalam suatu masyarakat. Kebudayaan memiliki tiga wujud diantaranya adalah ide, aktivitas, dan artefak. Wujud kebudayaan tersebut dapat diuraikan melalui berbagai tradisi. Tradisi merupakan warisan sosial budaya

(29)

yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi oleh nenek moyang di masa lampau.

Kearifan Lokal dalam Tradisi Masyarakat Jawa mempunyai beberapa kearifan lokal yang merupakan pandangan hidup masyarakat Jawa yang sarat dengan pengalaman religius. Pengalaman religius ini merupakan bentuk kepercayaan dan penghayatan kepada Yang Maha Pencipta, Yang Maha Tunggal.

Yang Maha Tunggal menjadikan spirit bagi manusia untuk selalu berbuat kebajikan, bersikap penuh kasih, dan menumbuhkan etos kerja yang tinggi.

Masyarakat Jawa mempercayai dan meyakini bahwa pengalaman religius sebagai wahana untuk bersikap spiritual sehingga ada keharmonisan antara dunia dengan manusia (Herawati, 2012:65).

Menurut Tiezzi dalam (Nuraeni & Alfan, 2012: 68) bahwa kearifan lokal merupakan pengetahuan yang eksplisit, muncul dari periode panjang yang berevolusi bersama-sama masyarakat dan lingkungannya, dalam sistem lokal yang sudah dialami bersama-sama. Dengan demikian, kearifan lokal tidak sekedar sebagai acuan tingkah laku seseorang dalam hidup bermasyarakat, tetapi lebih luasnya mampu mendinamisasi kehidupan masyarakat yang penuh keadaban.

Tiezzi juga menambahkan bahwa ujung atau pengendapan dari kearifan lokal ini akan mewujud menjadi tradisi atau agama.

Menurut Haryati Soebadio mengatakan bahwa local genius adalah juga cultural identity, identitas/kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri (Ayatrohaedi, 1986:18-19).

(30)

Wujud kearifan lokal meliputi aspek yang cukup luas. Dilihat dari sisi substansi yang ditampilkan dalam kehidupan sosial, menurut Muchtar (2009:236) kearifan lokal dapat dibedakan ke dalam lima kategori diantaranya a) kearifan yang berupa pandangan hidup, kepercayaan atau ideologi yang diungkapkan dalam bentuk kata-kata bijak (filsafat), b) kearifan yang berupa sikap hidup sosial, nasehat, dan iktibar yang diungkap dalam bentuk pepatah, perumpamaan, pantun, syair atau folklor (cerita rakyat), c) kearifan yang berupa ritus/seremoni yang diwujudkan ke dalam bentuk upacara, d) kearifan yang berupa prinsip, norma, dan tata aturan bermasyarakat yang terwujud menjadi sistem sosial, e) kearifan yang berupa kebiasaan yang terlihat dari perilaku sehari-hari dalam pergaulan sosial.

Pandangan hidup yang melekat pada masyarakat menurut Koentjaraningrat (1974) terbagi lagi menjadi tiga aspek yaitu 1) hubungan manusia dengan Tuhan; 2) hubungan manusia dengan manusia; 3) hubungan manusia dengan lingkungan alam/hidup (Herawati, 2004:24-35), Kearifan lokal merupakan suatu identitas budaya dari pengetahuan-pengetahuan leluhur sejak dulu berupa berbagai sikap dan etika moralitas komunitas masyarakat local atau setempat yang bersifat religius. Kerarifan lokal ini mengandung arti relasi antara manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan, dan manusia dengan Tuhan yang terinternalisasi dan diikuti oleh anggota masyarakat dimana bertujuan untuk mengatur berbagai tatanan kehidupan yang harmonis antara dunia dengan manusia.

Apa itu Bersih Desa? Bersih desa sendiri merupakan salah satu upacara adat jawa yang diselenggarakan setelah para petani padi. Hal ini dimaksudkan untuk mengungkapkan rasa syukur karena tanaman padi telah berhasil dipanen

(31)

dan telah menghasilkan panenan yang memuaskan. Disamping itu, sadran1 juga merupakan penghormatan terhadap para leluhur yang telah meninggal dunia dan mendo‘akan agar dosa-dosanya diampuni oleh Tuhan, serta agar yang ditinggalkan selalu mendapatkan keselamatan, murah rejeki dan mudah sandang pangan serta agar desa terhindar dari bala bencana2.

Bersih Desa merupakan sebuah kearifan tradisional lokal yang masih di pertahankan keberadaannya hingga saat ini di tengah-tengah masyarakat Desa Lama. Bersih Desa sendiri merupakan sebuah adat atau kebiasaan pada masyarakat Jawa umumnya, yang di selenggarakan sebagai wujud hormat atau rasa terima kasih kepada Tuhan.

Bagi masyarakat jawa, kegiatan tahunan yang bernama Bersih Desa ini merupakan ungkapan refleksi sosial keagamaan. Hal ini dilakukan dalam rangka menziarahi makam para leluhur yang pelaksanaannya dilakukan secara kolektif.

Ritual ini dipahami sebagai bentuk pelestarian warisan tradisi dan budaya nenek moyang. Tradisi ini merupakan simbol adanya hubungan dengan leluhur, sesama dan yang Maha Kuasa, serta sebuah ritual yang mencampurkan budaya lokal dan nilai-nilai islam, sehingga sangat tampak adanya lokalitas yang masih kental islami.

Tradisi ini sendiri sudah ada sejak turun temurun oleh masyarakat. Hanya saja mereka membawa pergi ke tempat tinggal mereka baru. Sehingga keberadaannya menjadi tersebar oleh masyarakat yang membawa dari daerah

1Sadran atau Nyadran berasal dari bahasa Sansakerta “sraddha” yang berarti keyakinan.Merupakan serangkaian upacara yang dilakukan oleh masyarakat Jawa.

2http://pustaka-makalah.blogspot.co.id/2011/03/upacara-adat-desa-sebagai.html (diakses 06

(32)

aslinya. Seiring perkembangan jaman, di beberapa daerah suku Jawa mulai meninggalkan tradisi yang merupakan warisan leluhur ini (Ismaryati: 1988).

Adanya anggapan kurang modern dan merupakan kegiatan yang syarat akan pemborosan dijadikan alasan oleh beberapa daerah tersebut untuk tidak menyelenggarakan tradisi Bersih Desa lagi. Umumnya daerah tersebut merupakan daerah pinggiran yang sudah mendapat pengaruh budaya dan informasi dari luar sehingga lambat laun mulai mengadopsi budaya kekotaan. Kendati demikian, masih ada daerah-daerah yang tetap menjalankan tradisi leluhur ini. Salah satu daerah yang masih setia melaksanakan upacara tradisi Bersih Desa adalah Masyarakat Desa Lama, Kabupaten Langkat.

Tradisi dalam masyarakat Jawa mewujud dalam beragam bentuk, salah satunya adalah tradisi bersih desa. Menurut Sumardi, dkk (1997:134) menyatakan bahwa upacara bersih desa mempunyai banyak sebutan, misalnya sedekah bumi, rasulan, slametan bumi suran dan lainnya. Pemberian nama ini biasanya tergantung dari daerah masing-masing. Namun pada prinsipnya upacara bersih desa adalah upaya manusia untuk mencari keseimbangan atau hubungan dengan makhluk yang tidak kasat mata (gaib) dan diyakini sebagai penjaga atau pelindung desa. Waktu pelaksanaan bersih desa yaitu satu tahun sekali, biasanya sesudah musim panen padi. Namun lain halnya yang dilakukan oleh masyarakat desa lama, yang mana penyelenggaraan bersih desa dilaksanakan dalam rangka turun bibit atau turun sawah, yakni saat mereka akan baru melakukan tanam padi.

Yang mana tujuannya adalah agar tanaman padi yang nantinya ditanam akan mendapatkan berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa melalui para leluhur hingga akhirnya menghasilkan panen yang sangat memuaskan bagi masyarakatnya.

(33)

Terkait soal bulan, hari, tanggal, dan cara pelaksanaannya tidak selalu sama antara satu desa dengan desa yang lain. Tempat penyelenggaraan bersih desa dan pesta desa mengikuti kebiasaan desa setempat, ada kegiatan yang merata dilakukan di seluruh lingkungan desa beserta penghuninya, disamping itu juga ada kegiatan yang dipusatkan pada tempat-tempat tertentu, 1) tradisi puncak dipusatkan di balai desa, 2) pesta desa dipusatkan di lapangan desa setempat, 3) sedekah misal dilaksanakan di makam leluhur, 4) sesaji dan doa dilakukan di makam atau petilasan cikal bakal desa (Suwardi, 2006:1-2).

Menurut Muriatmono (1981:39), upacara bersih desa selalu didahului dengan membersihkan desa dari segala kotorannya yaitu sampah-sampah harus dibersihkan, membersihkan got-got saluran air agar lancar pengairannya, membenahi pagar halaman dan sebagainya, sehingga kampung kelihatan bersih, rajin, dan dalam suasan menyenangkan. Kebersihan di makam juga dilakukan, di makam tidak ada acara khusus yang ada hanya mengirim doa. Pelaksanaan kebersihan di makam ini dilakukan oleh warga desa secara gotong royong.

Menurut (Jarianto, 2006:3132 dalam Sukari, 2008:711), pertunjukan tayub merupakan pertunjukan yang sangat populer dalam masyarakat Jawa. Sebagian besar pertunjukan tayub diselenggarakan dalam hajat perkawinan, sedekah bumi, kaul (nadzar) dan juga khitanan. Penyelenggaraan pertunjukan tayub di bebarapa daerah menjadi kebanggaan dan bagian penting dari status sosial bagi yang nanggap Dari berbagai pandangan tentang bersih desa, terangkum bahwa bersih desa merupakan tradisi selametan desa pada masyarakat agraris di Jawa yang dilakukan setahun sekali setelah musim panen dengan bentuk pelaksanaan yang berbeda-beda.

(34)

Berdasarkan pemaparan yang telah disampaikan sebelumnya, maka dari itu saya melihat hubungan ekologi dan kebudayaan masyarakat dengan mengikuti konsep ―inti kebudayaan‖ dari Julian Steward. Salah satu pendekatan ekologi kebudayaan seperti yang diungkapkan Julian Steward bahwa dalam meneliti suatu ekosistem perhatian diletakkan pada ―inti pola kebudayaan‖ (cultural core) masyarakat yang bersangkutan, yaitu serangkaian unsur-unsur sosial, politik, kepercayaan, yang paling nyata menentukan beragam cara masyarakatnya itu menjamin kehidupan ekonomi dari lingkungan yang dikuasainya.

Dengan kata lain, tidak segala aspek kebudayaan adalah hasil dari hubungan manusia dengan alam. Namun selalu ada aspek kebudayaan yang secara fungsional dipengaruhi oleh alam, dan itulah yang disebut Steward sebagai inti kebudayaan. Memang penggunaan pendekatan ini memerlukan pencarian terhadap aspek kebudayaan mana yang mempunyai interaksi yang kuat dengan alam dan dapat menjadi representasi dari inti kebudayaan. Pada kasus di masyarakat Jawa, ekologi yang menjadi inti budaya bukan dari dimensi udara maupun air/laut, namun lebih ke pertanian sawah. Pengelolaan sawah inilah yang secara lebih lanjut dapat dilihat pengaruhnya pada organisasi sosial, struktur desa, stratifikasi sosial, hubungan kekerabatan, dan sebagainya seperti yang ditunjukkan oleh Geertz.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, penelitian ini akan dipermudah dengan perumusan masalah yang bertujuan untuk mendapatkan fokus objek kajian dan sekaligus juga sebagai pembatas bagi

(35)

permasalahan yang diteliti agar tidak meluas. Rumusan masalah ini diuraikan ke dalam dua pertanyaan penelitian, yaitu:

1.Bagaimana tradisi bersih desa di desa lama?

2.Mengapa tradisi bersih desa masih di pertahankan hingga saat ini?

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian antara lain adalah :

1.Untuk mengetahui bagaimana tradisi bersih desa

2.Untuk mengetahui alasan warga masyarakat Desa Lama masih mempertahankan tradisi bersih desa

1.4.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini penting karena diharapkan dapat menghasilkan informasi yang akan memberikan jawaban permasalahan penelitian baik secara teoretis maupun secara praktis. Manfaat penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoretis Manfaat teoretis yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan sumbangan kepada semua pembaca untuk memperkaya khasanah keilmuan dan memperluas wawasan pandangan tentang segala sesuatu di balik kebudayaan tradisional.

2. Manfaat Praktis Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah bisa sebagai titik tolak untuk melaksanakan penelitian sejenis secara mendalam.

(36)

1.5 Metode Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah kualitatif dengan metode etnografi, untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

1.5.1 Jenis Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi ke dalam dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder.

1) Data Primer

Data primer merupakan data pokok atau data utama dari sebuah penelitian.

Data pokok yang akan dicari dalam penelitian ini berfokus pada bagaimana tradisi bersih desa yang ada di Desa Lama serta eksistensi tradisi bersih desa itu sendiri di kalangan masyarakat yang masih bertahan hingga saat ini. Data tentang struktur sosial dan lain sebagainya. Selain itu, untuk memperkecil kemungkinan adanya bagian data yang terlewatkan peneliti juga menggunakan rekaman suara dan catatan lapangan atau field note yang akan membantu pendokumentasian penelitian.

2) Data Sekunder

Data sekunder dapat diartikan sebagai data pelengkap untuk melengkapi data penelitian yang tentunya disesuaikan dengan pembahasan penelitian.

Data ini dapat diperoleh dari buku, artikel, jurnal serta dokumentasi berupa foto-foto yang ada dilokasi yang dianggap relevan dengan penelitian.

(37)

1.5.2 Metode Pengumpulan Data 1)Observasi/Pengamatan

Pengamatan (observasi) adalah suatu tindakan untuk meneliti suatu gejala (tingkah laku ataupun peristiwa) dengan cara mengamati. Selain itu observasi atau pengamatan adalah suatu metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian yang melibatkan panca indra (Bungin, 2007:115).

Peneliti akan melakukan teknik observasi guna memperoleh gambaran penuh tentang segala tindakan, percakapan, tingkah laku, dan semua hal yang akan ditangkap oleh panca indera terhadap apa yang dilakukan masyarakat yang diteliti dilapangan.

Kegiatan observasi ini mampu memahami permasalahan yang akan diteliti secara lebih mendalam. Dalam penelitian yang akan dilakukan ini, peneliti menggunakan teknik observasi partisipasi. Dalam melakukan observasi partisipasi ini, peneliti mengamati sesuatu gejala dalam kedudukannya sebagai orang yang terlibat dalam kegiatan dari masyarakat yang diteliti. Dengan kata lain, peneliti berpartisipasi dengan kegiatan-kegiatan yang diamatinya, akan menggali informasi lebih mendalam, terbuka, tegas dan bebas tetapi tetap dalam fokus pada apa yang akan diteliti, yakni terkait bagaimana kegiatan tradisi bersih desa di Desa Lama dilakukan. Kegiatan yang dilaksanakan selama dua hari dua malam tersebut mengharuskan peneliti berfokus melakukan observasi pada pelaksanaan bersih desa tersebut. Sebelum pelaksanaan kegiatan dilakukan pasti ada tahap persiapan terlebih dahulu, ini juga menjadi bagian dari observasi peneliti. Objek

(38)

observasi lainnya yakni kenapa tradisi bersih desa di Desa Lama ini masih dipertahankan hingga sekarang, serta perubahan yang terjadi dalam proses perkembangannya.

Observasi yang dilakukan dalam hal ini sebenarnya tidak sulit, karena pada dasarnya lokasi penelitian merupakan daerah tempat tinggal peneliti sendiri yang mana informasi yang ingin diketahui sudah terlebih dahulu diketahui oleh peneliti sendiri. Oleh sebab itu lebih sangat mudah dalam melakukan observasi.

Meskipun demikian kegiatan ini tidaklah semata-mata mudah seperti yang dibayangkan, karena peneliti sendiri keberadaannya masih seperti orang asing dikalangan masyarakat. Hal ini disebabkan karena peneliti yang sibuk menyelesaikan studi di luar kota sehingga jarang berada dirumah apalagi untuk berinteraksi dengan masyarakat setempat.

Kegiatan observasi bagi peneliti sendiri lebih kepada kegiatan silaturrahim ke tetangga-tetangga baik itu terdekat maupun yang sudah antar dusun. Hal ini juga membuat peneliti sendiri menjadi lebih banyak mengenal penduduk desa daripada yang sebelumnya. Satu per satu identitas masyarakat mulai peneliti kenali dan lebih mengenal lagi sambil sekedar berbincang bebas.

Pengamatan ini dilakukan selama tujuh hari berturut-turut pada 18 sampai dengan 25 Februari 2018 disaat peneliti memiliki waktu luang, bukan dikhususkan menyisihkan waktu demi kegiatan ini, mengingat informasi yang dibutuhkan dianggap hanya sebagai informasi tambahan saja, selebihnya sudah diketahui oleh peneliti sendiri. Karena sebelum kegiatan observasi kali ini peneliti sudah terlebih dahulu melakukan prasurvey dua tahun silam untuk pengajuan

(39)

judul skripsi. Pengamatan yang dilakukan saat itu sedang berlangsungnya rapat kedua yang dilaksanakan pada tanggal 17 Februari 2018 pukul 19.00 WIB di kediaman Mbah Wagiman. Hingga selesai rapat peneliti tetap mengikuti kelangsungannya, dan keesokan harinya mengikuti beberapa kepala dusun secara bergantian dari satu dusun ke dusun lainnya dengan membuat kesepakatan waktu untuk memberitahukan kepada warganya perihal hasil rapat malam itu. Kegiatan prasurvey yang dilakukan setiap harinya hampir sama, yakni berkeliling sambil menyapa warga masyarakat atau sesekali mampir3 sambil berbincang-bincang.

Disinilah terjalinnya raport bagi peneliti yang nantinya akan digunakan juga dalam kegiatan survey kegiatan bersih desa. Beruntungnya dengan kegiatan prasurvey ini peneliti jadi lebih dikenal di masyarakat dan diterima dalam melakukan penelitian.

2) Teknik Wawancara

Teknik lain yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data yaitu teknik wawancara. Wawancara itu sendiri diartikan sebagai tanya jawab antara peneliti dengan informan yang akan diteliti. Untuk mendapatkan data yang lebih banyak dan bervariasi dari informan maka diperlukan wawancara mendalam atau sering disebut dengan istilah dept interview untuk mengorek lebih dalam pengetahuan maupun pengalaman informan. Dalam melakukan wawancara peneliti menggunakan interview guide atau pedoman wawancara sebagai alat bantu untuk memfokuskan pertanyaan dalam menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini, yakni terkait bagaimana pelaksanaan tradisi bersih desa di desa lama, selain itu kenapa tradisi bersih desa di desa lama ini masih dipertahankan

3

(40)

hingga sekarang. Dalam hal ini beberapa tokoh masyarakat dan 3 (tiga) masyarakat biasa mulai dari pemuda, ibu—ibu, maupun bapak—bapak akan dilibatkan nantinya. Tidak terlalu banyak jumlah yang akan dlibatkan, karena umumnya masyarakat disana lebih memercayakan informasi kepada tetua.

Wawancara dilakukan beberapa kali sampai data yang ingin didapat terpenuhi untuk menjawab permasalahan dalam penelitian. Hasil wawancara yang telah dilakukan telah mampu membantu penulis untuk menjelaskan bagaimana pelaksanaan tradisi bersih desa di desa lama, selain itu kenapa tradisi bersih desa di desa lama ini masih dipertahankan hingga sekarang. Tidak hanya itu, gambaran umum tentang kondisi strukstur social yang berlaku di masyarakat juga tergambarkan dengan baik melalui wawancara mendalam yang dilakukan.

Wawancara sebagai salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melibatkan sejumlah orang yang diwawancarai sebagai informan. Perlu pula disampaikan bahwa kegiatan wawancara dalam penelitian ini dapat dibagi atas fase penelitian yang dilakukan. Sejalan dengan fase yang dijelaskan sebelumnya, saat kegiatan prasurvey berlangsung, peneliti juga telah melakukan wawancara secara bebas. Wawancara pada fase ini lebih banyak ditujukan untuk tujuan mengidentifikasi tokoh atau individu yang secara khusus memiliki peran tersendiri dimasyarakat dan membantu memetakan kondisi desa secara umum.

Pengalaman melakukan wawancara di fase ini dalam catatan peneliti dimulai pada hari pertama kegiatan prasurvey yaitu pada hari Minggu tanggal 5 Februari 2018. Berdasarkan informasi yang telah diperoleh peneliti dari Ibu Sakdiah tentang adanya beberapa tokoh masyarakat yang sebaiknya peneliti

(41)

wawancarai, salah satunya yaitu tokoh adat Desa Lama. Kemudian penelitipun akhirnya berupaya melakukan wawancara pada tokoh adat di Desa Lama yang bernama Mbah Rejo. Kebetulan Mbah Rejo merupakan salah seorang tetangga peneliti sendiri yang jarak rumahnya juga tak jauh dari rumah peneliti. Peneliti akhirnya menemui Mbah Rejo di sore hari, tidak susah menemui Mbah Rejo karena beliau seorang duda berusia 79 tahun yang tidak memiliki banyak aktifitas sehari-hari, kebanyakan waktunya dihabiskan dirumah bersantai sambil merokok atau hanya sekedari mengurus ternak ayamnya di belakang rumah. Saat peneliti datang beliau mengajak duduk di teras rumahnya yang cukup luas terbuat dari semen, maklum saja rumahnya merupakan pusat singgah anak-anaknya sehingga sengaja didesain lebih luas agar nyaman saat perkumpulan keluarga diadakan.

Lebih lanjut beliau menanyakan maksud kedatangan peneliti dengan didahului identitas peneliti yang tidak beliau kenal tanpa menyebutkan nama orang tua. Di Desa Lama sendiri pada umumnya para orang tua yang sudah berusia 40 tahun keatas sulit mengenali anak-anak disana tanpa mengetahui nama orang tuanya terlebih dahulu, setelah itu barulah dimasukkan kedalam memori ingatan mereka, baik itu laki-laki maupun perempuan. Kemudian peneliti mulai melakukan wawancara.

Wawancara yang berlangsung lebih kurang 1 (satu) jam itu memberikan pengalaman bagi peneliti terkait hal-hal yang telah terjadi pada masyarakat Desa Lama. Dan mungkin hal ini masih banyak yang tidak mengetahuinya atau bahkan tidak ingin mengetahuinya. Yakni bagaimana proses terjadinya kebudayaan yang masyarakat lestarikan serta perjalanan sejarah yang terus berlangsung hingga saat ini. Terlepas dari itu semua cerita kami pun akhirnya menyeret pada struktur

(42)

social masyarakat Desa Lama serta urusan pribadi peneliti, karena bagi peneliti Mbah Rejo ini sudah seperti kakek sendiri yang ingin mengetahui tentang diri peneliti.

Sementara itu aktifitas wawancara lainnya berlangsung seiring dengan berlangsungnya fase survey dan sesudahnya. Pada fase survey ini, metode yang dipakai peneliti adalah wawancara mendalam. Informan dalam penelitian ini dibagi kedalam tiga bentuk yaitu: informan pangkal, informan biasa, dan informan kunci. Ada beberapa kriteria khusus yang harus dipenuhi sebagai informan, baik informan pangkal, informan biasa, maupun informan kunci. Untuk informan pangkal kriteria yang harus dipenuhi yaitu informan merupakan orang yang mengetahui tentang kondisi desa serta, mengetahui perjalanan tradisi bersih desa sendiri, sebagai contoh mengetahui pencetus tradisi bersih desa pada masyarakat Desa Lama tersebut, dalam hal ini informan yang dilibatkan adalah para tetua desa, panitia penyelenggaraan acara bersih dessa sendiri, yaitu kepala dusun, untuk informan biasa yakni masyarakat setempat yang turut hadir dalam kemeriahan penyelenggaraan bersih desa (seperti: orangtua, remaja, maupun anak-anak), sedangkan untuk informan kunci kriteria yang harus dipenuhi yaitu orang yang banyak mengetahui tentang tradisi bersih desa namun tidak secara keseluruhan, seperti kepala desa, pemuka agama. Selain itu ada beberapa kriteria khusus yang harus dipenuhi sebagai sumber data primer untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Kriteria-kriteria informan kunci itu adalah sebagai berikut:

 Lamanya informan menetap di Desa Lama. Semakin lama seorang informan tinggal di Desa Lama maka akan semakin banyak

(43)

informasi yang didapat dari informan terkait dengan dinamika kehidupan yang terjadi di Desa Lama serta sejarah terbentuknya Desa Lama.

 Kedudukan social informan dalam masyarakat. Artinya, informan kunci merupakan mereka yang dapat mewakili lapisan-lapisan social masyarakat di Desa Lama.

Dalam penelitian ini jumlah informan ada 13 (tiga belas) orang, masing- masing terdiri dari informan pangkal 3 orang yang mana dua orang diantaranya merupakan warga biasa yang mengetahui sejarah berdirinya desa Lama serta perjalanannya hingga sekarang, satu lainnya merupakan masyarakat yang memiliki kedudukan jabatan di Desa. Sementara itu informan biasa yang berhasil diwawancarai berjumlah 5 orang. Sedangkan untuk informan kunci ada 5 orang informan yang keseluruhannya bermata pencaharian utama sebagai petani.

Informan kunci dalam penelitian ini terdiri dari berbagai latar belakang kedudukan dan kehidupan social yang berbeda-beda dalam masyarakat. Dua orang merupakan tokoh adat dalam masyarakat Desa Lama yang sangat disegani terlebih usia mereka yang sudah lanjut. Satu orang merupakan tokoh agama yang sangat terkemuka di kalangan masyarakat Desa Lama, selain itu memiliki jabatan formal di masyarakat. Dua orang merupakan warga biasa yang sejak awal berdirinya Desa Lama sudah tinggal menetap. Satu lainnya merupakan Pejabat tertinggi di Desa Lama yakni kepala desa. Pemilihan informan-informan ini tentu didasari atas pengamatan selama peneliti tinggal di Desa lama dan melihat orang- orang yang berkompeten sesuai bidangnya masing-masing.

3) Pengembangan Rapport

(44)

Dalam melakukan observasi maupun wawancara, membangun rapport sangat diperlukan dalam penelitian, agar tercipta hubungan yang baik dengan informan sehingga data-data yang dihasilkan benar-benar sesuai fakta di lapangan.

Setiap individu memiliki cara yang berbeda dalam menghadapi infiormannya, terlepas dari itu pengembangan raport dalam penelitian memang sangat diperlukan demi mencapai tujuan dari penelitian tersebut.

4) Teknik Dokumentasi

Melalui teknik dokumentasi ini, peneliti mengumpulkan data-data yang diperlukan dengan cara pengambilan gambar atau merekam video melalui bantuan alat visual seperti kamera handphone dan juga kamera digital.

1.6 Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa kualitatif. Proses analisa ini dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu sebgai berikut:

 Tahap telaah dan pengkalsifikasian data. Dalam tahapan ini data diklasifikasikan berdasarkan sumber darimana data diperoleh

 Tahapan reduksi data. Dalam tahapan ini data yang telah diklasifikasikan berdasarkan sumber data direduksi atau disederhanakan sehingga mudah dipahami. Selain itu dalam tahapan ini juga dilakukan penambahan atau pengurangan data sebagai bentuk penyempurnaan data.

 Tahap kategorisasi data. Dalam tahapan ini data dikategorisasikan berdasarkan permasalahan dalam penelitian ini.

(45)

 Tahap pemeriksaan keabsahan dan penafsiran data. Dalam tahapan ini peneliti menggunakan teknik triangulasi yaitu melalui tiga tahapan pengecekan sebagai berikut:

1. Pertama, triangulasi sumber data, yaitu membandingkan data yang diperoleh melalui teknik wawancara dengan data hasil observasi dan survey.

2. Kedua, melakukan review kajian terdahulu untuk mengetahui pendapat para peneliti dan pakar lain yang melakukan penelitian serupa.

3. Ketiga, peneliti akan melakukan triangulasi teori, yaitu membandingkan data empiris dengan kajian teoritis terutama pendekatan ekologi kebudayan Julian Steward sebagai acuan teori yang digunakan untuk melihat permasalahan dalam penelitian ini.

1.7 Pengalaman Penelitian

Penelitian ini dilakukan kurang lebih selama enam bulan, yang mana sejak bulan November 2017. Pada saat itu awalnya peneliti hanya melakukan observasi biasa saja di sekitar rumah peneliti sendiri. Lantas sambil melakukan pengamatan peneliti berfikir untuk melakukan wawancara bebas terlebih dahulu kepada informan-informan yang sudah terdata dalam jajaran informan yang akan peneliti libatkan tentunya. Keesokan harinya peneliti mulai berkeliling dengan berjalan kaki kepada salah seorang informan yang kebetulan jarak rumah beliau dengan peneliti sendiri tidak jauh, bisa dikatakan tetangga dekat peneliti. Di sore hari sekitar pukul 15.00 dengan menggunakan pakaian rumah yang biasa saja layaknya seorang muslimah peneliti mulai berjalan, dalam perjalanan melewati anak-anak

(46)

yang sedang bermain samberlang4, lantas diseberang ibu-ibu yang sedang membersihkan halaman rumah dengan membakar sampah dedaunan yang berserakan di halaman rumahnya. Setelah melewati tiga rumah sampailah dirumah informan yang seorang kakek tua tinggal seorang diri. Sesampainya peneliti langsung disambut hangat oleh kakek yang kerap disapa Mbah Rejo itu. Di usianya yang renta ia masih mampu memberikan guyonan kepada orang-orang.

Wawancara pun dimulai meskipun secara bebas. Karena kerap kali ditengah pembicaraan kami menyinggung masalah pribadi peneliti sendiri, seperti

“cowokmu wong endi?”, “wes, kapan nikah iki?”,dengan gaya bahasa seorang kakek tua tanpa gigi mmbuat hal ini semakin lucu, ditambah lagi pendengaran beliau yang mulai menyamar sehingga membuat percakapan kami sore itu terdengar sedikit riuh. Satu jam tak terasa sudah kami lewati dan akhirnya peneliti pamit pulang agar tidak mengganggu aktifitas Mbah Rejo di sore hari yakni membersihkan rumah dan memberi makan ayamnya dan membuat janji untuk kembali lagi jika ada informasi yang kurang dimengerti. Namun sayangnya sebelum peneliti kembali lagi beliau telah meninggal dunia pada awal Ramadhan lalu. Hal tersebut membuat peneliti harus menambah jumlah informan kembali untuk mendapatkan informasi yang sebenarnya telah ada pada Mbah Rejo.

Pada saat melakukan wawancara bebas tidak banyak yang peneliti libatkan, dikarenakan informasi yang dibutuhkan memang sudah dimiliki oleh

4Samberlang merupakan permainan tradisional masyarakat Desa Lama yang dimainkan dengan cara dua regu tanpa ada ketentuan jumlah anggotanya. Dimainkan dengan cara melemparkan bola kasti kearah tumpukan pecahan yang telah disusun vertical berjumlah sepuluh dengan lingkaran yang menaunginya. Pecahan yang digunakan pun biasanya tutup botol yang kaleng lalu digepengkan hingga pipih. Setelah bola dilempar atau digelindingkan dan mengenai pecahan tersebut makan kedua regu akan berlari menyelamatkan diri dari serangan bola penjaga rumah.

Misi permainan ini adalah menyusun kembali pecahan yang telah berserakan kedalam lingkaran

Gambar

Foto 1. Pintu Masuk ke Desa Lama
Foto 2. Peta Lokasi Desa lama
Tabel 2  Kelompok PendudukUsiaProduktif  Umur  (Tahun)  Kelompok  Jumlah  18-56  Angkatan kerja  1.600
Tabel 7  Sarana Peribadatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Wan Mukhlis, 99203026/PWD, “Studi Tentang Pengembangan Wilayah di Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat”, (di bawah bimbinaan Prof. Bachtiar Hassan Miraza sebagai Ketua. Tarmizi,

Observasi disebut juga dengan pengamatan meliputi penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Dalam metode observasi ini, peneliti akan melakukan

(1) Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan

Selain itu penulis juga melakukan metode observasi partisipan yaitu metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan

Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan di

Tujuan dari pada penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan implementasi pengelolaan dana desa yang dijalankan oleh aparatur pemerintah Desa Lama Baru Kecamatan

“metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan”. Berikut adalah macam - macam observasi dalam

Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan. 13 Untuk mengetahui aktivitas dari obyek