• Tidak ada hasil yang ditemukan

2) Data Sekunder

1.7 Pengalaman Penelitian

Penelitian ini dilakukan kurang lebih selama enam bulan, yang mana sejak bulan November 2017. Pada saat itu awalnya peneliti hanya melakukan observasi biasa saja di sekitar rumah peneliti sendiri. Lantas sambil melakukan pengamatan peneliti berfikir untuk melakukan wawancara bebas terlebih dahulu kepada informan-informan yang sudah terdata dalam jajaran informan yang akan peneliti libatkan tentunya. Keesokan harinya peneliti mulai berkeliling dengan berjalan kaki kepada salah seorang informan yang kebetulan jarak rumah beliau dengan peneliti sendiri tidak jauh, bisa dikatakan tetangga dekat peneliti. Di sore hari sekitar pukul 15.00 dengan menggunakan pakaian rumah yang biasa saja layaknya seorang muslimah peneliti mulai berjalan, dalam perjalanan melewati anak-anak

yang sedang bermain samberlang4, lantas diseberang ibu-ibu yang sedang membersihkan halaman rumah dengan membakar sampah dedaunan yang berserakan di halaman rumahnya. Setelah melewati tiga rumah sampailah dirumah informan yang seorang kakek tua tinggal seorang diri. Sesampainya peneliti langsung disambut hangat oleh kakek yang kerap disapa Mbah Rejo itu. Di usianya yang renta ia masih mampu memberikan guyonan kepada orang-orang.

Wawancara pun dimulai meskipun secara bebas. Karena kerap kali ditengah pembicaraan kami menyinggung masalah pribadi peneliti sendiri, seperti

“cowokmu wong endi?”, “wes, kapan nikah iki?”,dengan gaya bahasa seorang kakek tua tanpa gigi mmbuat hal ini semakin lucu, ditambah lagi pendengaran beliau yang mulai menyamar sehingga membuat percakapan kami sore itu terdengar sedikit riuh. Satu jam tak terasa sudah kami lewati dan akhirnya peneliti pamit pulang agar tidak mengganggu aktifitas Mbah Rejo di sore hari yakni membersihkan rumah dan memberi makan ayamnya dan membuat janji untuk kembali lagi jika ada informasi yang kurang dimengerti. Namun sayangnya sebelum peneliti kembali lagi beliau telah meninggal dunia pada awal Ramadhan lalu. Hal tersebut membuat peneliti harus menambah jumlah informan kembali untuk mendapatkan informasi yang sebenarnya telah ada pada Mbah Rejo.

Pada saat melakukan wawancara bebas tidak banyak yang peneliti libatkan, dikarenakan informasi yang dibutuhkan memang sudah dimiliki oleh

4Samberlang merupakan permainan tradisional masyarakat Desa Lama yang dimainkan dengan cara dua regu tanpa ada ketentuan jumlah anggotanya. Dimainkan dengan cara melemparkan bola kasti kearah tumpukan pecahan yang telah disusun vertical berjumlah sepuluh dengan lingkaran yang menaunginya. Pecahan yang digunakan pun biasanya tutup botol yang kaleng lalu digepengkan hingga pipih. Setelah bola dilempar atau digelindingkan dan mengenai pecahan tersebut makan kedua regu akan berlari menyelamatkan diri dari serangan bola penjaga rumah.

Misi permainan ini adalah menyusun kembali pecahan yang telah berserakan kedalam lingkaran

daftar informan yang ada pada peneliti. Oleh karena itu tidak banyak waktu yang terbuang untuk meraba- raba sampai pada akhirnya mendapatkan informasi yang diinginkan. Saat itu informan yang baru sempat peneliti wawancara adalah Mbah Rejo, karena keterbatasan waktu yang peneliti miliki, memutuskan untuk mencari informasi padahari penyelenenggaraan kegiatan saja. Sementara itu, setelah wawancara hari itu hingga bulan Februari 2018 peneliti melakukan observasi jarak jauh via handphone melalui ibu peneliti yang syukurnya sangat membantu.

Hari demi hari pun berlalu, tibalah hari dimana penyelenggaraan tradisi dimulai tepat tanggal 22 Maret 2018. Kegiatan dilaksanakan dalam dua hari berturut-turut dan mengharuskan peneliti mengikuti prosesi tradisi dari awal hingga akhir. Hari pertama saat itu peneliti mensurvei lokasi yang dijadikan tempat penyelenggaraan dan meminta ijin dengan Kepala Desa terlebih dahulu untuk mengikuti selama penyelenggaraan acara. Pak Jumin, beliau Kepala Desa Lama yang terkenal sangat sulit ditemui sehingga harus membuat janji terlebih dahulu, tentu saja tak terkecuali peneliti sendiri. Hari itu peneliti mencoba menelepon dan ternyata mendapat respon baik dari beliau, akhirnya peneliti memutuskan untuk menemui di tempat keberadaan beliau hari itu dan disetujui.

Warung Kopi dekat lapangan bola menjadi tempat sakral tongkrongan Pak Jumin, sepanjang hari waktu beliau bisa dihabiskan di warung tersebut sambil berbincang bersama sesama penikmat warung maupun orang-orang yang telah memiliki janji dengan beliau.

Setelah berjumpa dengan Pak Jumin akhirnya peneliti memperoleh ijin untuk mengikuti acara tradisi bersih desa hingga selesai. Kebetulan yang sangat beruntung, pada saat penyelenggaraan acara ini ada salah satu paslon tingkat III

yang mengadakan kampanye sehingga penyelenggaraan hari itu pun berjalan sangat meriah tidak seperti biasanya. Peneliti mulai mengikuti acara dari pagi hari saat warga sudah mulai beraktifitas untuk membangun tenda memasak yang dilakukan di bawah keramat (kuburan) hingga esok harinya, yang mana setelah sebelumnya masyarakat telah selesai bergotong royong terlebih dahulu. Satu per satu rangkaian tenda pun tersusun. Di tempat yang berbeda warga juga sedang mempersiapkan untuk acara hiburan berikut kampanye paslon yang jauh lebih meriah, pada saat itu peneliti hanya mendokumentasikan dan berbincang sedikit dengan salah satu orang tua yang sudah sepuh bernama Mbah Setrak dan seorang polisi yang sedang bertugas berkeliling saat itu. Sayangnya tak ada satu pun kata-kata dari mbah tersebut yang mampu peneliti pahami, dikarenakan beliau hanya mampu berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa halus ditambah lagi kondisi gigi yang sudah tidak ada membuat pelafalan beliau sulit dipahami. Seharian berlalu hingga malam peneliti mengikuti agenda kegiatan sambil berbincang-bincang di bawah kramat dengan warga sambil membuat gulungan-gulungan daun pisang yang akan digunakan untuk makan bersama esok pagi. Di tengah aktifitas malam itu salah seorang ibu-ibu pun bertanya dengan temannya tentang peneliti, benar saja jika warga yang sedang masak-masak sejak siang itu banyak yang tidak mengenali peneliti sehingga terlihat sangat acuh. Setelah mengetahui barulah keramahan mereka mulai terlihat dan bersahabat ketika peneliti melemparkan berbagai pertanyaan terkait kegiatan. Tak terasa hari pun makin larut, peneliti pamit untuk kembali ke rumah karena tidak sanggup jika harus bergadang bersama bapak-bapak yang bertugas menjaga tenda hingga pagi dan membuat janji untuk mengikuti ritual esok paginya.

Keesokan paginya, ternyata janji pun meleset. Peneliti bangun kesiangan dan telah melewatkan janji mengikuti ritual yang diadakan setahun sekali tersebut.

Kesal sekali rasanya, padahal hari itu adalah acara puncak dari kegiatan tahunan ini. Meskipun demikian peneliti tetap melanjutkan rangkaian kegiatan pagi itu hingga selesai. Tak ingin melewatkan kesempatan untuk kedua kalinya, sesaat setelah pemuka adat yang memimpin ziarah pagi itu turun dari kramat langsung peneliti hampiri dan terjadilah tanya jawab pagi itu sebelum acara kenduri selamet dimulai. Dengan sapaan hangat Mbah Karno, selaku pemimpin ziarah pagi itu menerima kedatangan peneliti dan menjawab semua pertanyaan peneliti dengan santai dan menyeluruh. Pagi itu waktu yang kami gunakan ternyata tidaklah cukup, hingga akhirnya peneliti memohon ijin untuk melanjutkan wawancara di kediaman beliau nantinya pasca kegiatan selesai.

Saat acara selametan hari itu tiba-tiba peneliti menjadi seorang fotografer yang mendapat amanat langsung dari Pak Jumin, kebetulan kami sudah sangat akrab karena sering terlibat dalam banyak kegiatan terlebih beliau juga yang sangat mengenal ibu peneliti dengan sangat baik menjadikan hubungan kami terlihat sangat akrab. Pagi itu kenduri selamet berlangsung kurang lebih selama satu jam. Dan selama itu juga peneliti melakukan tugasnya, tak lupa peneliti juga mendapat siraman makanan dari acara tersebut. Kenduri selamet pagi itu berjalan khidmat dan lancar meskipun tak banyak warga yang hadir. Rangkaian acara kenduri terselesaikan satu persatu. Setelah acara selesai pun diajak makan bersama oleh bapak kepala desa bersama rekan-rekan kerjanya juga pemuka agama yang kala itu sedang berebut makanan.

Setelah selesai kenduri selamet, selanjutnya dalam rangkaian acara peneliti bergegas menuju tempat hiburan, disana juga terdapat makanan yang melimpah ruah. Layaknya warga biasa dan tidak terlalu menonjol peneliti mengikuti hiburan kala itu berupa wayang kulit serta tak lupa sambil menikmati hidangan yang disajikan. Sekitar pukul 11.00 WIB wayang dimulai. Sambil menunggu sinden selesai berdandan berbagai music disuguhkan dari mulai dangdut dan lain-lainnya yang membuat suasana siang itu benar-benar meriah. Disekeliling panggung wayang juga disesaki anak-anak. Sebelum adegan ditampilkan oleh dalang, berbagai tembang jawa pun didendangkan oleh sinden serta kawan-kawan gamelan lainnya sebagai pemanasan. Hari itu peneliti tidak sampai selesai mengikuti hiburan dikarenakan tidak paham dengan tembang-tembang yang didendangkan ditambah lagi phobia terhadap keramain, maka dari itu memutuskan untuk kembali kerumah.

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN