• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRADISI BERSIH DESA DI DESA LAMA KECAMATAN SEI LEPAN KABUPATEN LANGKAT

3.3 Alasan Masyarakat Mempertahankan Tradisi Bersih Desa

3.3.1 Untuk Melestarikan Warisan dari Para Pendahulu

Alasan pertama masyarakat Desa lama, Kecamatan Sei Lepan tetap mempertahankan tradisi bersih desa adalah untuk melestarikan warisan para pendahulu mereka, yakni para orangtua yang mengetahui sejarah dan berbagai

kisah yang memuat didalamnya. Tradisi bersih desa merupakan rutinitas masyarakat desa setiap tahun, sebagaimana pernyataan langsung yang diungkapkan oleh salah satu warga,

“tradisi ini tidak ada yang tahu bagaimana awalnya…Selain itu, tradisi ini dilakukan rutin tiap tahun.”

Pernyataan yang diungkapkan di atas, menunjukkan bahwa tradisi bersih desa adalah suatu warisan dari para pendahulu, di mana rutinitas kegiatan sangat terjaga.Hal ini bisa terlihat dari penyelenggaraan tradisi bersih desa yang selalu dilakukan setiap tahun. Tradisi bersih desa di Desa Lama, Kecamatan Sei Lepan dilakukan pada hari yang sama setiap tahunnya. Sebagaimana pernyataan oleh salah satu informan,

”Bersih desa dilaksanakan setiap satu tahun sekali, yaitu pada hari Kamis malam Jumat Kliwon pada bulan Sura. Kenapa bulan Sura, Jumat Kliwon dan Sura itu kan hari dan bulan yang dikeramatkan oleh orang Jawa, sehingga masyarakat percaya jika dilakukan ritual pada waktu itu akan mendatangkan kebaikan dan kelancaran”

Pernyataan di atas, menyiratkan bahwa aturan-aturan yang berada di dalam tradisi bersih desa tidak dapat dirubah dari dulu hingga sekarang.Misalnya saja hari diselenggarakannya tradisi bersih desa.Dari awal mula tradisi bersih desa dilakukan hingga sekarang, Kamis malam Jum‟at Kliwon pada bulan Sura adalah hari yang digunakan untuk menyelenggarakan tradisi.Tidak ada yang berani untuk merubah aturan-aturan yang telah dibuat oleh pendahulu mereka.

Selain itu, terdapat syarat yang harus dipenuhi di dalam tradisi bersih desa, yaitu harus diadakan wayang semalam suntuk pada setiap acara besih desa

dilakukan, hal ini dipertegas oleh pernyataan langsung salah satu informan yang menyatakan,

“wayangan dilestarikan di Desa Lama sudah sejak dahulu. jika tidak, maka tidak akan sempurna tradisi bersih desa ini. Ya walaupun tidak wajib dilaksanakan, tapi tetap berusaha mengadakannya, karena semua tergantung dengan biaya yang kita miliki”.

Berdasarkan pernyataan tersebut terlihat bahwa pagelaran wayang kulit menjadi sebuah keharusan bagi mereka meskipun tidak wajib dilaksanakan. Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan salah seorang warga lainnya,

“diusahakan selalu buat wayangan, karena jika tidak maka rasanya belum afdhol. Tapi jika dana tidak mencukupi yam au bagaimana lagi?! Tahun lalu saja kita tidak menggunakan wayang, hanya kenduri slamet.”

Meskipun pada umumnya pagelaran wayang harus menyertai kenduri slamet, namun lain halnya yang terjadi pada masyarakat Desa Lama, Kecamatan Sei Lepan yang tidak mengharuskan pengadaan wayang, karena hal itu terjadi bergantung dengan dana yang mereka miliki. Lagipula pagelaran wayang hanya sebagai hiburan semata, jadi yang terpenting disini adalah acara inti bersih desa, yakni kenduri slamet.Selain itu tidak ada ketakutan dan mitos yang beredar maupun berkembang dimasyarakat jika tidak melaksanakan hiburan, sehingga membuat masyarakat bersikap biasa saja bila tak ada.

Masyarakat Desa Lamapercaya bahwa tradisi bersih desa adalah warisan dari para pendahulu sehingga kelestariannya harus senantiasa tetap dijaga.

Sebagaimana diungkapkan oleh dalang yang menjadi salah satu pengisi acara tradisi bersih desa

“saya itu kan dalang, saya pelaku seni, lah yang mbayar saya itu adalah orang yang melestarikan tradisi. Tradisi dari mbah-mbah dulu itu sebenarnya semua bagus, tidak ada yang jelek.Menciptakannya saja susah, kita sebagai penerus tugasnya cuma menjaga dan melestarikan saja kenapa tidak mau.”

Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa tradisi bersih desa merupakan salah satu warisan kebudayaan.Dikatakan oleh Mbah KN bahwa ajaran baik dari nenek-moyang atau pendahulu setelahnya semuanya mengajarkan tentang kebaikan bukan sebaliknya, begitu pula dengan tradisi bersih desa.Banyak nilai yang terkandung di dalamnya, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman hidup masyarakat banyak. Bagi Mbah KN, melestarikan tradisi adalah suatu kewajiban.

Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas, Mbah SL menyatakan bahwa,

“karena semangat kegotongroyongan mbak, ya karena orang-orang dulu, ini karena tradisi.”

Di dalam tradisi bersih desa, terdapat rasa ingin saling tolong-menolong terhadap sesama untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan yang sama. Para warga saling bahu-membahu untuk mewujudkan acara tradisi bersih desa yang merupakan warisan luhur dari generasi terdahulu.

Hal ini mendapat penguatan dari SN yang menyatakan bahwa

“istilahnya, saya hanya nguri-uri tradisi Jawa mbak. Tidak ada maksud lain.

Terserah orang mengatakan itu ada hal mistik atau gaib, tetapi saya hanya bertujuan nguri-uri budaya jawi aja. Halah mbak, kalo saya melakukan tradisi ini bukan karena apa-apa mbak, ya cuma untuk melestarikan kebudayaan Jawa saja, tidak ada maksud lain. Lah kalo orang mau ngomong itu mistik atau apa lah ya terserah mereka. Itu kan menurut pemikiran mereka. Lagipula jika itu benar ya

kenapa? Toh kita juga hidup bareng mereka dan kita butuh mereka sebagai penjaga.”

Hal serupa juga dikatakan oleh Bp KL, yang menyatakan bahwa,

“kalau saya sendiri ikut berpartisipasi adalah untuk nguri-uri budaya jawi mbak.

Kalau untuk hal-hal mistik yang seperti orang lain bilang, saya kurang percaya.

Meskipun kebanyakan orang bilang ini ada kaitannya dengan hal mistik. Tradisi bersih desa itu kan warisan orangtua dulu-dulu, dan tanggung jawab kita untuk tetap menjaga dan melestarikannya.”

Dari dua pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa tradisi bersih desa masih sering dihubungkan dengan hal-hal mistik di dalamnya.Tetapi bagi Bp SN, semua hal-hal yang berbau mistik di dalam tradisi bersih desa adalah tidak masuk akal.Bp SN dan Bp KL sebagai generasi penerus merasa mempunyai tanggung jawab yang besar atas diadakannya tradisi bersih desa.Hal ini dikarenakan bahwa tradisi yang dilakukan satu tahun sekali ini adalah salah satu kebudayaan jawa yang harus tetap dijaga keberadaannya, jangan sampai dengan seiring berjalannya waktu tradisi hilang begitu saja.Tradisi bersih desa terselenggara atas kerjasama yang baik antar anggota masyarakat kampung, baik masyarakat asli maupun masyarakat pendatang.Semua warga tolong-menolong setiap tahunnya, agar bagaimana tradisi bersih desa tidak ditinggalkan setiap tahunnya.

Hal ini sebagaimana pernyataan oleh Ibu AS yang merupakan warga pendatang dan bukan berasal dari golongan suku Jawa mengatakan,

“bersih desa sudah ada sejak saya tinggal di kampung ini, terus dilestarikan, ya tugas generasi seperti saya yang melestarikan.”

Meskipun bukan merupakan kebudayaan yang biasa dilakukan, setelah pindah ke kampung, ibu AS merasa mempunyai kewajiban untuk turut serta dalam tradisi bersih desa, bahkan beliau merasa mempunyai tanggung jawab dalam menjaga dan melestarikan tradisi bersih desa di Desa Lama.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa, tradisi bersih desa tetap dilakukan setiap tahun oleh masyarakat Desa Lama adalah untuk melestarikan tradisi bersih desa, di mana istilah yang biasa disebut oleh masyarakat setempat adalah nguri-uri budaya Jawi. Masyarakat desa berusaha untuk tetap menjaga keberadaan tradisi bersih desa, karena tradisi tersebut adalah warisan dari para pendahulu mereka. Bagi masyarakat, tradisi bersih desa adalah suatu ciri khas di mana daerah lain belum tentu memilikinya. Pada saat banyak masyarakat Jawa yang tersebar di Pulau Sumatera meninggalkan tradisi bersih desa, Desa Lama tetap mempertahankan tradisi yang menjadi unggulan desa dan berharap akan terkenal hingga ke kota Pangkalan Brandan.