• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deteksi Dini Masalah Psikologis dan Perilaku Siswa Sekolah Dasar pada Masa Pandemi Covid-19 Menggunakan Strength and Difficulties Questionnaire (Sdq)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Deteksi Dini Masalah Psikologis dan Perilaku Siswa Sekolah Dasar pada Masa Pandemi Covid-19 Menggunakan Strength and Difficulties Questionnaire (Sdq)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. 4 No. 1, Desember 2022 ISSN (Cetak): 2685-7480 SEMINAR NASIONAL DIES NATALIS UNM Ke-61

Memperkokoh Jiwa Wirausaha yang Berkarakter, Kompetitif, dan Adaptif di Era Post Truth

P r o s i d i n g S e m i n a r N a s i o n a l D i e s N a t a l i s U N M - 6 1 | 158

Deteksi Dini Masalah Psikologis dan Perilaku Siswa Sekolah Dasar pada Masa Pandemi Covid-19 Menggunakan Strength and Difficulties

Questionnaire (Sdq)

Farida Aryani

1

, Suciani Latif

2

1,2Universitas Negeri Makassar

E-mail: farida.aryani@unm.ac.id1 suciani.latif@unm.ac.id2

Abstract: This study aims to determine the use of instruments to measure psychological problems and behavior of elementary school students during the COVID-19 pandemic using a strength and difficulties questionnaire (SDQ) for junior high school teachers. The SDQ instrument is a questionnaire given to teachers to measure psychological and behavioral problems of students which includes five dimensions measured, namely prosocial attitudes, emotional problems, behavioral problems, hyperactivity and peer relationships. This study used a limited experiment design, namely to 20 junior high school teachers in Bone District.

In this study, training was conducted on the use and analysis of SDQ instruments for junior high school teachers in Bone District. The research instrument used in this study was a questionnaire to measure teacher responses after receiving SDQ training to help emotional and behavioral problems of junior high school students. Data analysis in this study used percentage descriptive analyze to determine the teacher's response after receiving SDQ training. The results of the use of SDQ can be used as a reference for teachers in helping or responding to students who have problems, especially those related to the smooth learning process at school and then transfer student problems to professionals if there are students who have serious problems who need help services.

Keyword: Psychological and behavioral problems of students, COVID-19 pandemic, SDQ

PENDAHULUAN

Virus Corona telah menjadi permasalahan global yang sangat serius, bukan hanya berpengaruh terhadap kesehatan fisik semata, namun juga berpengaruh terhadap kesehatan mental masyarakat. Di Indonesia pada tahun 2020 tercatat sebesar 132.816 kasus dengan tingkat kematian 4,5 % . Angka kejadian COVID 19 pada anak di Indonesia cukup besar, yaitu 9,1 % jika dibandingkan negara lainnya seperti Tiongkok (0,9%) dan Amerika (5%) (Isella, Suarca, & Sari, 2021). Berbagai kebijakan telah dibuat untuk memutus mata rantai penyebaran virus COVID-19, antara lain menjaga jarak, menggunakan masker, pembelajaran daring, dan pembelajaran tatap muka terbatas di sekolah. Dengan adanya kebijakan ini menyebabkan perubahan signifikan sehari-hari, termasuk pada anak. Meskipun anak mudah untuk beradaptasi dengan perubahan pada

situasi pandemi, namun perubahan yang tiba-tiba ini akan berdampak pada kesehatan mental anak.

Hasil penelitian menunjukan bahwa anak-anak merasa tidak nyaman belajar dari rumah, cemas karena tidak bisa bermain dengan teman dan mengalami mood swing selama pandemi (Panda et al., 2021).

Apa yang harus guru persiapkan untuk menghadapi permasalahan tersebut? Langkah yang bisa ditempuh guru salah satunya adalah deteksi dini. Dalam penanganan kesehatan mental pada anak, Langkah awal yang digunakan adalah dengan mengidentifikasi penyebabnya.

Salah satu instrumen yang digunakan untuk mengukur masalah perilaku dan psikologis pada anak during pandemi COVID-19 adalah SDQ.

SDQ merupakan kuesioner yang digunakan untuk melakukan deteksi dini terhadap masalah psikologis dan perilaku pada anak umur 4 sampai 17 tahun (Goodman, 1997). SDQ dapat

(2)

Vol. 4 No. 1, Desember 2022 ISSN (Cetak): 2685-7480 SEMINAR NASIONAL DIES NATALIS UNM Ke-61

Memperkokoh Jiwa Wirausaha yang Berkarakter, Kompetitif, dan Adaptif di Era Post Truth

159 | F a r i d a A r y a n i

digunakan untuk komunitas sekolah dengan didampingi oleh guru dan orangtua (Al-Mukhani, Bekker, & Cottrell, 2018). Kuesioner SDQ adalah sebuah alat ukur atau kuesioner deteksi awal perilaku anak dan remaja (4-17 tahun) untuk memberikan gambaran perilaku anak yang berfokus pada kekuatan dan juga kesulitan anak (Goodman, Ford, Simmons, Gatward, & Meltzer, 2000; Goodman & Scott, 1999; Kristoffersen &

Smith, 2013). Instrumen ini dikembangkan oleh psikolog anak asal Inggris, Goodman pada tahun 1997. Instrumen ini bertujuan untuk mendeteksi dini adanya masalah mental dan emosional pada anak, serta membantu guru dan orang tua dalam mengenal permasalahan emosi yang dihadapi oleh anak sehingga dapat lebih dini memberikan intervensi positif (Rizkiah, Risanty, &

Mujiastuti, 2020). Instrumen SDQ terdiri dari 25 pernyataan dengan lima dimensi yang akan di ukur yaitu sikap prososial, masalah emosi, masalah perilaku, hiperaktivitas dan hubungan teman sebaya, yang masing-masing dimensi terdiri dari 5 item. Goodman menjelaskan kekuatan yang dimaksud dalam SDQ adalah perilaku prososial, sedangkan difficulties adalah gejala emosi, perilaku, hiperaktivitas dan masalah dengan tekan sebaya. Untuk setiap pernyataan diberikan pilihan jawaban tidak benar (skor 0), agak benar (skor 1), dan benar (skor 2) (Muris, Meesters, & van den Berg, 2003).

Sedangkan hasil SDQ kategorinya adalah sebagai berikut normal, borderline dan bawah ambang batas (Istiqomah, 2017).

Untuk lebih jelasnya kategori-kategori dalam SDQ meliputi: (1) Perilaku prososial adalah suatu sikap alamiah, dimana seseorang adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup secara individual. (Baron & Bryne, 2005) mendefinisikan prososial sebagai tindakan menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan apapun, (2) Hiperaktif adalah sebuah pola perilaku pada seseorang yang menunjukan sikap tidak bisa diam, impulsive dan sulit diatur.

Perilaku hiperaktif yang dimaksud adalah merasa gelisah, tidak dapat duduk tenang, sering meninggalkan tempat duduk tanpa alasan yang jelas, suka berlari, memanjat, dan selalu aktif bergerak, (3) Masalah perilaku merupakan aspek perilaku mengganggu atau suatu pola negatif, permusuhan dan perilaku menentang. Perilaku yang dimaksud berupa memukul, berkelahi,

mengejek, dan menolak untuk menuruti permintaan orang lain, (4) gejala emosi adalah suatu keadaan biologis dan psikologis dalam serangkaian kecenderungan bertindak. Gejala emosi yang dimaksud adalah anak yang memiliki karakteristik yang kompleks seperti sering merasa khawatir, sering mengeluh sakit dan sering menangis atau tidak merasa bahagia, (5) Hubungan dengan teman sebaya merupakan suatu gejala dimana anak kurang bisa bersosialisasi dengan teman sebayanya. Anak seringkali merasa tidak diterima oleh teman sebayanya, dan mengakibatkan anak membatasi dirinya untuk berinteraksi secara aktif dengan teman sebayanya (Al-Mukhani et al., 2018;

Istiqomah, 2017; Oktaviana & Wimbarti, 2014).

Penelitian mengenai SDQ telah banyak dilakukan di berbagai negara. SDQ Belanda dapat mendeteksi dini masalah kesehatan mental pada anak dengan Intellectual disorder (Emerson, 2005). Penelitian lainnya dilakukan di Amerika oleh Dickey & Blumberg (2004) terhadap 9574 anak dan remaja berusia 4-17 tahun. Dalam penelitian ini instrument SDQ diadaptasi dari SDQ yang telah dikembangkan oleh (Oktaviana & Wimbarti, 2014) dari Universitas Gajah Mada (2014). Dalam adaptasi instrument SDQ yang menjadi perhatian adalah Bahasa dan budaya, sehingga proses adaptasi telah mempertimbangkan aspek bahasa dan budaya (Hambleton, Merenda, & Spielberger, 2004). Dalam penelitian ini SDQ digunakan dalam melakukan deteksi kesehatan mental siswa sekolah dasar. Alur deteksi dini SDQ menggunakan tiga pilihan yaitu normal, borderline (ambang batas) dan abnormal (bawah ambang batas). Beberapa fakta tentang penggunaan SDQ di berbagai negara diuraikan sebagai berikut. Pada umumnya hasil-hasil penelitian mengenai problem emosi pada anak menunjukan bahwa anak perempuan memiliki problem emosi lebih berat daripada anak laki-laki terutama dalam hal internalizing problem seperti sedih, kecemasan, dan depresi. Sebaliknya externalizing problem, seperti hiperaktif, agresif umumnya lebih banyak dilakukan oleh siswa laki-laki dari pada

(3)

Vol. 4 No. 1, Desember 2022 ISSN (Cetak): 2685-7480 SEMINAR NASIONAL DIES NATALIS UNM Ke-61

Memperkokoh Jiwa Wirausaha yang Berkarakter, Kompetitif, dan Adaptif di Era Post Truth

P r o s i d i n g S e m i n a r N a s i o n a l D i e s N a t a l i s U N M - 6 1 | 160 perempuan (Cheng et al., 2018).

Perbedaan gender terkait hal serupa juga terjadi dalam konteks penelitian di Indonesia (Ediati &

Utari, 2017). Hasil penelitian menunjukan bahwa masalah perilaku di sekolah lebih banyak di alami oleh siswa laki-laki 11 % abnormal borderline dari pada siswa perempuan (Bertrand

& Pan, 2013; Conner & Lochman, 2010;

Kristoffersen & Smith, 2013) menjelaskan bahwa gangguan tingkah laku lebih banyak terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Prevalensi gangguan tingkah laku pada anak laki-laki di bawah 18 tahun terdapat sekitar 6%-16%, sedangkan pada anak

perempuan terdapat 2%-9%

(American Psychiatric Association, 2010).

Berdasarkan penjelasan di atas, SDQ memiliki banyak keunggulan dan dapat digunakan oleh guru terlatih dalam lingkup sekolah dasar. SDQ dapat dijadikan rujukan bagi guru di sekolah sebagai alat untuk mendeteksi awal (screening) masalah psikologis dan perilaku siswa.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan uji coba eksperimen terbatas pada 20 orang guru SMP di Kabupaten Bone. Penelitian ini dilakukan dengan melibatkan guru-guru SMP di Kabupaten Bone.

Penelitian ini dilakukan dengan melatih guru- guru SMP penggunaan instrumen SDQ untuk dijadikan sebagai deteksi awal permasalahan psikologis dan perilaku siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner respon guru SMP setelah mendapatkan pelatihan penggunaan instrumen SDQ bagi siswa SMP.

Analisis data menggunakan analisis deskriptif persentase.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan memberikan pelatihan pada guru-guru SMP di Kabupaten Bone terhadap penggunaan instrumen SDQ. Pada pelatihan ini guru-guru SMP diberikan pelatihan terkait penggunaan dan cara dalam menganalisis SDQ yang terdiri dari 5 indikator yaitu: 1) sikap prososial siswa, 2) hiperaktif adalah sebuah pola perilaku pada siswa yang menunjukan sikap tidak bisa diam, impulsive dan sulit diatur, 3) masalah perilaku

merupakan aspek perilaku mengganggu atau suatu pola negatif, permusuhan dan perilaku menentang pada siswa, 4) gejala emosi siswa adalah suatu keadaan biologis dan psikologis dalam serangkaian kecenderungan bertindak, dan 5) hubungan dengan teman sebaya merupakan suatu gejala dimana anak kurang bisa bersosialisasi dengan teman sebaya siswa.

Selanjutnya hasil SDQ kategorinya adalah sebagai berikut normal, borderline dan bawah ambang batas.

Hasil penelitian terhadap 20 orang guru SMP terhadap penggunaan SDQ diuraikan sebagai berikut: (1) guru menyatakan sangat setuju instrumen SDQ dapat mengukur masalah psikologis dan perilaku siswa (91%) , (2) guru menyatakan sangat setuju instrumen SDQ dapat membantu guru untuk melakukan deteksi awal masalah siswa (95%), (3) guru menyatakan sangat setuju petunjuk penggunaan SDQ mudah dipahami (92 %),(4) guru menyatakan sangat setuju pernyatan-pernyataan SDQ mudah dipahami (85%), (5) guru menyatakan sangat setuju cara menganalisis hasil SDQ mudah dipahami (91%), (6) guru menyatakan sangat setuju pemberian kategori (interpretasi) dalam SDQ mudah dipahami ( 95%), (7) guru menyatakan sangat setuju pengisian SDQ tidak membutuhkan waktu yang lama (93%), (8) guru menyatakan sangat setuju instrument SDQ dibutuhkan oleh guru untuk melakukan deteksi dini masalah perilaku dan emosi siswa (90%), (9) guru menyatakan sangat setuju SDQ dapat menjadi rekomendasi bagi sekolah untuk membantu masalah yang dihadapi siswa ( 86 %) dan (10) guru menyatakan sangat setuju hasil keputusan SDQ dapat membantu sekolah dalam penanganan masalah siswa di sekolah (91%).

Berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukan bahwa instrumen SDQ dapat dijadikan sebagai deteksi awal permasalahan emosi dan perilaku siswa SMP terutama dalam situasi pasca pandemic COVID-19. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian bahwa selama masa pandemi siswa dilaporkan mengalami masalah pada aspek emosi dan perilaku. Hasil studi menunjukan bahwa siswa tidak mandiri (36%), sering marah (31%), kurang perhatian (32%), sering khawatir (29%), gangguan tidur (21%), nafsu makan buruk (18%), serta kelelahan (16%) (Jain, Gupta, Satam, & Panda, 2020).

(4)

Vol. 4 No. 1, Desember 2022 ISSN (Cetak): 2685-7480 SEMINAR NASIONAL DIES NATALIS UNM Ke-61

Memperkokoh Jiwa Wirausaha yang Berkarakter, Kompetitif, dan Adaptif di Era Post Truth

161 | F a r i d a A r y a n i

Dalam upaya melakukan penanganan pada siswa di sekolah, diperlukan alat/instrumen untuk melakukan deteksi awal masalah yang dialami siswa. Salah satu instrumen yang dapat digunakan bagi siswa SMP adalah SDQ. SDQ merupakan sebuah instrumen yang digunakan untuk mendeteksi masalah emosi dan perilaku siswa SMP(Al-Mukhani et al., 2018; Goodman, 1997). SDQ dalam penggunaannya dapat diimplementasikan untuk komunitas sekolah dengan didampingi oleh guru terlatih (Al- Mukhani et al., 2018). Instrumen SDQ merupakan kuesioner screening awal untuk memberikan gambaran perilaku dan emosi siswa yang berfokus pada kekuatan dan juga kesulitan anak (Goodman et al., 2000; Kristoffersen &

Smith, 2013). Hasil pelatihan dengan guru-guru SMP di kabupaten Bone menunjukan bahwa instrumen SDQ dapat digunakan oleh guru terlatih untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi di sekolah baik pada aspek emosi maupun perilaku. Hasil keputusan SDQ dikategorikan sebagai berikut: kategori normal, borderline dan bawah ambang batas (Istiqomah, 2017). Hasil keputusan ini selanjutnya dapat digunakan guru disekolah termasuk guru BK untuk penanganan siswa selanjutnya. Untuk lebih jelasnya kategori- kategori dalam SDQ yaitu, perilaku prososial, perilaku hyperaktif dan suka mengganggu, masalah perilaku (perilaku mengganggu, permusuhan dan perilaku menentang), gejala emosi (sering merasa khawatir, sering mengeluh sakit dan sering menangis atau tidak merasa Bahagia), dan hubungan dengan teman sebaya (Al-Mukhani et al., 2018; Goodman et al., 2000;

Istiqomah, 2017).

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa instrumen SDQ dapat dijadikan sebagai instrumen untuk mendeteksi masalah psikologis dan perilaku siswa selama masa pasca pandemi. Guru SMP dapat dilatih untuk menggunakan instrumen SDQ ini, sehingga guru dapat membantu siswa dalam mengatasi permasalahannya terutama yang berkaitan masalah yang berkategori ringan yang mengganggu prestasi akademiknya. Guru bimbingan konseling juga dapat menggunakan instrumen SDQ ini dalam membantu siswa dalam

mengatasi masalah siswa dalam hal emosi dan perilaku. Adapun saran dari penelitian ini adalah sekolah perlu mengembangkan mekanisme penanganan masalah siswa di sekolah dan penanganannya termasuk mekanisme rujukan ke professional jika ternyata ada masalah siswa yang butuh penanganan dari professional di luar sekolah.

DAFTAR RUJUKAN

Al-Mukhani, Z., Bekker, H. L., & Cottrell, D.

(2018). Describing psychological and behavioural problems in Omani young people: reliability of the Self-reported Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) in Oman. Journal of Child and Adolescent Health, 2(2).

Association, A. P. (2010). Diagnostic and statistical manual of mental disorders, text revision (DSM-IV-TR).

Baron, R. A., & Bryne, D. (2005). Psikologi Sosial Jilid 2 (Penerjemah: Djuwita, R.

dkk). Jakarta: Erlangga.

Bertrand, M., & Pan, J. (2013). The trouble with boys: Social influences and the gender gap in disruptive behavior. American Economic Journal: Applied Economics, 5(1), 32–64.

Cheng, S., Keyes, K. M., Bitfoi, A., Carta, M. G., Koç, C., Goelitz, D., APez, O. (2018).

Understanding parent–teacher agreement of the Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ): Comparison across seven European countries. International Journal of Methods in Psychiatric Research, 27(1), e1589.

Conner, B. T., & Lochman, J. E. (2010).

Comorbid conduct disorder and substance use disorders. Clinical Psychology: Science and Practice, 17(4), 337.

Dickey, W. C., & Blumberg, S. J. (2004).

Revisiting the factor structure of the strengths and difficulties questionnaire:

United States, 2001. Journal of the American Academy of Child & Adolescent Psychiatry, 43(9), 1159–1167.

Ediati, A., & Utari, A. (2017). Adolescents’

anxiety in the coastal region of central Java,

(5)

Vol. 4 No. 1, Desember 2022 ISSN (Cetak): 2685-7480 SEMINAR NASIONAL DIES NATALIS UNM Ke-61

Memperkokoh Jiwa Wirausaha yang Berkarakter, Kompetitif, dan Adaptif di Era Post Truth

P r o s i d i n g S e m i n a r N a s i o n a l D i e s N a t a l i s U N M - 6 1 | 162 Indonesia. Advanced Science Letters, 23(4),

3454–3456.

Emerson, E. (2005). Use of the Strengths and Difficulties Questionnaire to assess the mental health needs of children and adolescents with intellectual disabilities.

Journal of Intellectual and Developmental Disability, 30(1), 14–23.

Goodman, R. (1997). The Strengths and Difficulties Questionnaire: a research note.

Journal of Child Psychology and Psychiatry, 38(5), 581–586.

Goodman, R., Ford, T., Simmons, H., Gatward, R., & Meltzer, H. (2000). Using the Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ) to screen for child psychiatric disorders in a community sample. The British Journal of Psychiatry, 177(6), 534–

539.

Goodman, R., & Scott, S. (1999). Comparing the Strengths and Difficulties Questionnaire and the Child Behavior Checklist: is small beautiful? Journal of Abnormal Child Psychology, 27(1), 17–24.

Hambleton, R. K., Merenda, P. F., & Spielberger, C. D. (2004). Adapting educational and psychological tests for cross-cultural assessment. Psychology Press.

Isella, V., Suarca, I. K., & Sari, N. M. (2021).

Kesehatan mental anak selama pandemi Covid-19. Cermin Dunia Kedokteran, 48(11), 372–376.

Istiqomah, I. (2017). Parameter Psikometri Alat Ukur. Psympathic: Jurnal Ilmiah Psikologi,

4(2), 251–264.

Jain, O., Gupta, M., Satam, S., & Panda, S.

(2020). Has the COVID-19 pandemic affected the susceptibility to cyberbullying in India? Computers in Human Behavior Reports, 2, 100029.

Kristoffersen, J., & Smith, N. (2013). Gender Differences in the effects of behavioral problems on school outcomes.

Muris, P., Meesters, C., & van den Berg, F.

(2003). The strengths and difficulties questionnaire (SDQ). European Child &

Adolescent Psychiatry, 12(1), 1–8.

Oktaviana, M., & Wimbarti, S. (2014). Validasi klinik strenghts and difficulties questionnaire (SDQ) sebagai instrumen skrining gangguan tingkah laku. Jurnal Psikologi, 41(1), 101–114.

Panda, P. K., Gupta, J., Chowdhury, S. R., Kumar, R., Meena, A. K., Madaan, P., Gulati, S. (2021). Psychological and behavioral impact of lockdown and quarantine measures for COVID-19 pandemic on children, adolescents and caregivers: a systematic review and meta- analysis. Journal of Tropical Pediatrics, 67(1), fmaa122.

Rizkiah, A., Risanty, R. D., & Mujiastuti, R.

(2020). Sistem pendeteksi dini kesehatan mental emosional anak usia 4-17 tahun menggunakan metode forward chaining.

JUST IT: Jurnal Sistem Informasi, Teknologi Informasi Dan Komputer, 10(2), 83–93.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukan bahwa kinerja perbankan go public sesudah terjadinya pandemi covid-19 yang dilihat dari rasio NPL mengalami penurunan, terjadinya penurunan dikarenakan

Untuk membuat objek pada WebGL, yang pertama kali dilakukan adalah dengan menentukan vertex dari objek dan disimpan pada sebuah array. Lalu dengan menggunakan

dibidang dagang. Pembiayaan tersebut termasuk pembiayaan yang paling banyak dijalankan oleh pihak KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi, karena banyak dari mereka adalah para

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif yang dilakukan pada masa pandemi Covid-19, dimana untuk meminimalisir kegiatan secara langsung

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa cukup banyak waktu yang dihabiskan oleh para siswa ini untuk bermain video game yang dapat membawa beberapa dampak tertentu pada

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, tes performansi (unjuk kerja), observasi, dan studi pustaka. 1) Wawancara dilakukan untuk

Pengujian taraf signifikan perbedaan antara kelompok eksperimen A dan kelompok eksperimen B adalah bila Z hitung < dari Z tabel berarti tidak terdapat perbedaan yang

Teknik yang digunakan untuk melihat efektifitas media pembelajaran integer adalah deskriptif kuantitatif, dengan melihat perbandingan hasil pretest dan posttest