• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI OLEH ROBERT YOHANNES PARDEDE NIM:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI OLEH ROBERT YOHANNES PARDEDE NIM:"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH

ROBERT YOHANNES PARDEDE NIM:141000425

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

ANALISIS PERAN KADER JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DALAM KOLEKTABILITAS IURAN BPJS KESEHATAN

DI KECAMATAN MEDAN HELVETIA DAN KECAMATAN MEDAN DELI

KOTA MEDAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

OLEH

ROBERT YOHANNES PARDEDE NIM:141000425

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(3)

i

Peran Kader Jaminan Kesehatan Nasional dalam Kolektabilitas Iuran BPJS Kesehatan di Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Deli Kota Medan’beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Oktober 2018

ROBERT YOHANNES P

(4)

ii

(5)

iii TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Dr. Juanita, SE, M.Kes

Anggota : 1. Destanul Aulia, S.K.M, M.B.A, M.Ec, Ph.D 2. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M, M.P.H

(6)

iv Abstrak

Defisit merupakan salah satu tantangan yang dihadapi BPJS Kesehatan Kota Medan, sebesar Rp 84 miliar ( Agustus 2017) meningkat sebesar Rp 95 miliar (Desember 2017). Program kader JKN merupakan salah satu langkah yang diharapkan mampu untuk mengkatkan partisipasi masyarakat dalam

meningkatkan kolektabilitas iuran BPJS Kesehatan. Kecamatan Medan Helvetia merupakan kecamatan dengan jumlah tunggakan tertinggi sebesar Rp 8,5 miliar dan Kecamatan Medan Deli merupakan kecamatan dengan jumlah tunggakan terendah sebesar Rp 1,2 miliyar. Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin menganalisis peran kader JKN dalam kolektabilitas iuran BPJS Kesehatan di Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Deli. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dengan mengunakan pendekatan studikasus. Metode pengumpulan data yaitu dengan melakukan observasi, wawancara terhadap 18 informan, dan melakukan dokumentasi. Hasil dalam penelitian ini menunjukan bahwa kader JKN yang ada di Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Deli sudah memiliki pengetahuan yang baik terkait dengan tugas dan fungsinya sebagi kader yang didukung oleh pelatihan yang dilakukan BPJS Kesehatan KC Medan sebelum bertugas. Kader JKN juga memiliki hambatan saat menjalakan tugas, mulai dari data yang tidak sesuai, sosialisi yang masih kurang terhadap masyarakat, pembagian kerja yang belum merata, sehingga berpengaruh terhadap pencapaian kader yang belum sesuai dengan target yang sudah ditetapkan oleh BPJS Kesehatan KC Medan. Hal ini menunjukan bahwa dalam menjalakan tugas kader belum dapat bekerja secara efektif dan efisien. Peneliti menyarankan kepada pihak BPJS Kesehatan agar memperbaiki sistem pendataan perseta yang menunggak, mengadakan penerimaan kader baru untuk mengisi tempat yang belum memiliki kader. Kepada kader JKN agar lebih melakukan pendekatan terhadap masyarakat melalui sosialisasi.

Kata kunci : Kader JKN, Kolektabilitas, Iuran.

(7)

v

2017). The JKN cadre program is one step that is expected to be able to increase public participation to elevate the dues of collectability by BPJS of Health. Medan Helvetia district has the highest amount of arrears of Rp. 8.5 billion and Medan Deli District has the lowest arrears of Rp. 1.2 billion. Based on the background, the researcher wanted to analyze the role of JKN cadres in the dues of

collectability by BPJS of Health in Medan Helvetia Sub-district and Medan Deli Sub-district. This research is descriptive qualitative research using case study method. The method of collecting data are doing by observation, interviewing 18 informants, and documentation. The results of the research show that in Medan Helvetia Sub-district and Medan Deli Sub-district the JKN cadres already have good knowledge related to their duties and functions as cadres. They are powered by training before service by BPJS of Health KC Medan. The JKN cadres have many obstacles in service from incompatible data, lack of socialize to public, the tasks not yet thorough, so that it has an impact on unreached target that set by BPJS of Health KC Medan. This shows that they have not been able to work effectively and efficiently. The researcher suggested, in order that the BPJS of Health have to improve the data collection system from participants who in arrears, recruit new cadres to fill sub-district that have no any cadre.

Furthermore, the JKN cadres should extra approach through socialization to the public.

Keywords: JKN Cadres, Collectability, Contribution.

(8)

vi

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan penyertaanNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Peran Kader Jaminan Kesehatan Nasional dalam Kolektabilitas Iuran BPJS Kesehatan di Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Deli Kota Medan” guna untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orangtua terkasih; Bapak Parningotan Pardede dan Ibu Yunisar SM Siahaan. Terima kasih untuk seluruh doa, nasihat, kasih sayang dan pengorbanan yang luar biasa yang telah Ayah dan Ibu berikan kepada penulis.

Dalam masa-masa pengerjaan skripsi ini, penulis juga sadar banyak peran dari orang-orang sekitar yang ikut andil membantu penulis. Oleh karen itu dengan segenap kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M, Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs Zulfendri, M.Kes selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

(9)

vii

5. Destanul Aulia, S.K.M., MBA., M.Ec., Ph.D selaku Dosen Penguji I Skripsi yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran, bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. Puteri Citra Cinta Asyura Nst, SKM, MPH selaku Dosen Penguji II Skripsi yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran, bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

7. dr. Surya Darma, MPH selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memperhatikan dan mengarahkan penulis selama mengikuti pendidikan di FKM USU.

8. Seluruh Dosen Departemen AKK, seluruh Dosen dan Staff FKM USU yang telah memberikan ilmu, bimbingan serta dukungan moral kepada penulis selama mengikuti masa-masa perkuliahan di FKM USU.

9. Pihak Pimpinan BPJS KC Medan dan Kader JKN di Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Deli yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian.

10. Teristimewa kepada saudara penulis David MT Pardede, Elisiabet Meliana Pardede dan Maria Agustina Pardede, yang selalu memberikan doa terbaik serta dukungan tanpa henti bagi penulis.

11. Untuk seluruh teman-teman penulis yang telah memberikan semangat dan dukungan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(10)

viii

12. Semua pihak yang telah berjasa dan tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan dan kerjasamanya dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadarai bahwa masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, baik dari sisi isi maupun bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi penyempurnaan skripsi ini.

Kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Medan, Oktober 2018

Penulis

(11)

ix Daftar Isi

Halaman

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi i

Halaman Pengesahan ii

Halaman Penetapan Tim Penguji Skripsi iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xii

Daftar Lampiran xiii

Daftar Istilah xiv

Riwayat Hidup xv

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 7

Tujuan Penelitian 8

Tujuan Umum 8

Tujuan Khusus 8

Manfaat Penelitian 9

Tinjauan Pustaka 11

Pembiayaan Kesehatan 11

Fungsi Pembiayaan Kesehatan 11

Pengertian JKN 12

Prinsip JKN 14

BPJS Kesehatan 16

Kepesertaan BPJS Kesehatan 19

Iuran BPJS 23

Kader JKN 25

SOP 27

Kerangka Pikir 28

Metode Penelitian 30

Jenis Penelitian 30

Lokasi dan Waktu penelitian 30

Informan Penelitian 31

Definisi Konsep 31

Metode Pengumpulan Data 32

Metode Pengukuran 33

Metode Analisis Data 34

(12)

x

Hasil dan Pembahasan 35

Gambaran Umum Tempat Penelitian 35

Karakteristik Responden 36

Gambaran Umum Program Kader 37

Struktur Kader di Kota Medan 38

Input 38

SOP 39

Tugas Kader 41

Proses 42

Pelaksanaan Kolektabilitas iuran 42

Hal yang dipersiapkan Oleh Kader Sebelum Bertugas 43 Cara Kader JKN Melakukan Kunjungan 45

Pembagian kerja 49

Dukungan Masyarakat 52

Hambatan Kader JKN 54

Pengawasan 60

Laporan Kader JKN kepada BPJS Kesehatan KC Medan 60 Bentuk pengawasan yang Dilakukan Oleh BPJS Kesehatan 61

Keluaran 63

Target Kader JKN 63

Pencapaian Kader JKN 64

Harapan Program Kader JKN 66

Ksesimpulan dan Saran 68

Kesimpulan 68

Saran 70

Daftar Pustaka 72

Lampiran

(13)

xi Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Kelebihan Asuransi Sosisal dibandingkan Asuransi Komersial

14

2 Karakteristik Informan 36

(14)

xii

Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Kerangka Pikir 28

2 Struktur Kader JKN 38

3 Alur Kerja Kader JKN 39

(15)

xiii

Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman 1 Surat Permohonan Izin Penelitian 75

2 Surat Izin Penelitian 76

3 Surat Selesai penelitian 77

4 Panduan Wawancara 78

5 Lampiran Dokumentasi 84

(16)

xiv Daftar Istilah

BPJS Badang Penyelenggara Jaminan Sosial JKN Jaminan Kesehatan Nasional

KIS Kartu Indonesia Sehat WHO Word Health Organisation PPOB Payment Point Online Bank ATM Automatic Teller Machine KC Kantor Cabang

(17)

xv

Riwayat Hidup

. Penulis bernama Robert Yohannes Pardede berumur 22 tahun, dilahirkan di Temanggung 10 Juni 1996. Penulis beragama Kristen Protestan, anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Parningotan Pardede dan Ibu Yunisar SM Siahaan.

Pendidikan formal dimulai di TK Kencana Parapat tahun 2002. Pendidikan sekolah dasar di SDN Pejuang IV Bekasi tahun 2002-2008, sekolah menengah pertama di SMPN 270 Jakarta Utara tahun 2008-2011, sekolah menengah atas di SMAN 72 Jakarta Utara tahun 2011-2014, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Oktober 2018

Robert Yohannes P

(18)

Pendahuluan

Latar Belakang

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan merupakan lembaga yang bertanggung jawab dalam berlangsungnya program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Indonesia. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan adalah badan hukum publik yang bertanggungjawab kepada Presiden dan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh

penduduk Indonesia termasuk orang asing yang bekerja paling singkat enam bulan di Indonesia (UU No 24 Tahun 2011).

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan memiliki visi

Terwujudnya Jaminan Kesehatan (JKN) yang berkualitas dan berkesinambungan bagi seluruh Penduduk Indonesia pada tahun 2019 berlandaskan gotong royong yang berkeadilan melalui BPJS Kesehatan yang handal unggul dan terpercaya (BPJS Keshatan, 2017). Hal tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan dari BPJS selama hampir 4 tahun perjalanannya sebelum akhirnya sampai kepada yang diharapkan pada tahun 2019 tercapaianya cakupan semesta banyak tantangan yang dihadapi selama proses perjalanannya sampai saat ini.

Tantangan tersebut mulai dari defisit yang dialami oleh BPJS, tingkat partisipasi masyarakat yang masih belum maksimal, kepatuhan peserta dalam membayar iuran, dan permasalahan lainnya yang masih menjadi tantangan bagi Penyelenggara Jaminan Sosial khususnya BPJS kesehatan.

Defisit yang dialami Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan pada tahun 2014 mencapai Rp. 3,3 triliun , tahun 2015 sebesar Rp. 5,7 triliun, tahun

(19)

2016 mencapai Rp. 9,7 triliun, tahun 2017 sebesar Rp. 8,7 (Agustus 2018) triliun dan masih akan bertambah dan diprediksi akan akan mencapai angka Rp. 11 triliun ( Yayasan Kesehatan Perempuan, 2017).

Ada beberapa faktor penyebab defisit BPJS Kesehatan yaitu ke tidak patuhan para peserta dalam membayar iuran sehingga mengakibatkan tunggakan iuran. Segmen yang menjadi tantangan terbesar dalam pengelolaan BPJS adalah peserta sektor Informal. Karakteristik dan latar belakang peserta Informal yang unik dan beragam dengan jumlah populasi yang cukup besar sebagai peserta BPJS Kesehatan (BPJS Kesehatan, 2017).

Cakupan kepesertaan Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan per tanggal 1 april 2018 sebesar 73% dari jumlah penduduk Indonesia.

Proporsi PBI APBN sebesar 47% , PBI APBD sebesar 12% , PPU PNS sebesar 7%, PPU TNI sebesar 0,8% , PPU POLRI sebesar 0,6% , PPU BUMN sebesar 0,8% orang, PPU BUMD sebesar 0,1% , PPU Swasta sebesar 14% , PBPU Mandiri sebesar 14% , Bukan Pekerja sebesar 2,5% orang (BPJS

Kesehatan,2018).

Berdasarkan data di atas yang menjadi peserta informal adalah Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) Mandiri dan Bukan pekerja.

Segmen ini menjadi salah satu yang paling banyak terjadi penunggakan iuran.

BPJS Kesehatan melakukan upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dan mengoptimalisasikan kolektabilitas dalam sektor informal dengan

menghadirkan mekanisme baru dalam hal ini pemberdayaan masyarakat melalui program Kader JKN-KIS (BPJS Kesehatan, 2017).

(20)

3

Kader JKN-KIS merupakan wujud dari partisipasi masyarakat dalam menyukseskan Program JKN-KIS dan diharapkan akan mengoptimalkan sosialisasi, edukasi, serta sebagai pengingat dan pengumpul iuran juga

pendamping layanan. Hal ini sesuai dengan misi BPJS kesehatan di point kedua dan ketiga. Misi yang kedua yaitu memperluas kepesertaan JKN-KIS mencakup seluruh Indonesia paling lambat 1 Januari 2019 melalui peningkatan kemitraan dengan seluruh pemangku kepentingan dan mendorong partisipasi masyarakat serta meningkatkan kepatuhan kepesertaan. Sedangkan misi yang ketiga yaitu menjaga kesinambungan program JKN dengan mengoptimalkan kolektabilitas iuran, sistem pembayaran difasilitas kesehatan dan pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel (BPJS Kesehatan, 2017).

Kader JKN-KIS juga memiliki fungsi pemasaran sosial yang bertujuan dapat mengubah perilaku masyarakat untuk mendataftar menjadi peserta dan membayar iuran secara rutin. Secara berkala, peserata dan calon peserta JKN-KIS akan diberi edukasi melalui kunjungan-kunjungan agar lebih tertib dalam

melaksanakan kewajiban membayar iuran serta memahami pentingnya memiliki Jaminan Kesehatan (BPJS Kesehatan, 2017).

Sesuai dengan data BPJS Kesehatan terdapat 1.689 kader JKN-KIS aktif yang tersebar di seluruh Indonesia. Kader JKN-KIS diharapkan mampu untuk membantu dan meningkatkan partisipasi masyrakat dalam mendaftar maupun pengutipan iuran. Kader JKN-KIS juga diharapkan mampu untuk meningkatakan kolektabilitas tunggakan iuran di daerah mereka ditugaskan. Kader JKN-KIS diharapkan mampu untuk memiliki 500 keluarga binaan yang rutin di kunjungi

(21)

dan diberikan edukasi terkait kebijakan maupun informasi terkait dengan program BPJS Kesehatan (BPJS Kesehatan 2017).

Kader JKN-KIS yang sudah terbentuk adalah kader JKN-KIS di Semarang Jawa Tengah. Kader JKN-KIS di Kota Semarang terdapat 23 orang yang direkrut dari kader pendidik kesejahterahan keluarga(PKK) yang tersebar di 21 daerah yang ada di Kota Semarang . Kader JKN-KIS di Kota Semarang yang telah di tetapkan masing-masing mepunyai 500 keluarga binaan yang secara rutin

dikunjungi dan diberikan edukasi secara berkala terkait kepesertaan, pembayaran iuran. Hal tersebutlah yang membuat beberapa daerah di Kota Semarang dalam segi kolektabilitas iuran menjadi meningkat (BPJS Kesehatan 2017).

Selain Kota Semarang provinsi yang memiliki kader JKN-KIS adalah Provinsi Sumatera Utara, dari 33 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Sumatera Utara belum semua memiliki program kader JKN-KIS. Salah satu daerah yang sudah memiliki kader JKN-KIS adalah Kota Medan.

Permasalahan tunggakan bagi peserta BPJS Kesehatan merupakan permasalahan yang dihadapi oleh BPJS Kota Medan. BPJS Kesehatan Kota Medan mencatat ada 198.853 jiwa peserta mandiri baik kelas I, II, III menunggak banyaran premi pada tahun 2017 dengan nilai tunggakan mencapai Rp. 84 miliar (Metronews Agustus, 2017). Sementara pertanggal 31 Desember 2017 tunggakan di Kota Medan tercatat mencapai Rp. 95 miliar (BPJS Kesehatan Kota Medan, 2018). Hal ini juga juga sejalan dengan meningkatnya jumlah peserta PBU di Kota Medan sebesar 65% dari tahun 2015 sampai 2016 dan meningkat kembali menjadi 84% ditahun 2016 sampai 2017. Hal ini menjadi salah satu perhatian oleh

(22)

5

BPJS Kesehatan untuk mengurangi jumlah tunggakan dan meninggkatkan kepatuhan peserta melalui kader JKN-KIS yang dibentuk.

BPJS Kota Medan mempunyai target dalam sebulannya kader JKN-KIS di Kota Medan diharapkan mampu untuk menagih sebesar Rp.20 juta dan

melakukan kunjungan 500 kali selama satu bulan. Target tersebut diharapkan mampu untuk mengurangi jumlah tunggakan secara berkala di Kota Medan.

Kader JKN-KIS juga diwajibkan untuk melakukan tugasnya sesuai dengan standar operasional prosedur(SOP) yang sudah ditetapkan yaitu, menggunakan

rompi, topi, tanda pengenal kader, pin kader JKN-KIS juga membawa surat tugas kader JKN-KIS yang dikeluarkan oleh BPJS Kesehatan Kota Medan. BPJS Kesehatan akan melakukan evaluasi dengan melihat laporan mingguan dan bulanan kader yang akan dikirimkan setiap minggunya kepihak BPJS Kesehatan Kota Medan.

Kader JKN-KIS di Kota Medan tersebar di 14 kecamatan dari 21 kecamatan yang ada di Kota Medan yaitu Kecamatan Medan Area, Kecamatan Medan Sunggal, Kecamatan Medan Deli, Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan Denai, Kecamatan Medan Tuntungan, Kecamatan Medan Helvetia, Kecamatan Medan Johor, Kecamatan Medan Amplas, Kecamatan Medan Kota, Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Medan Labuhan, Kecamatan Medan Selayang, Kecamatan Medan Tembung. Jumlah kader yang ada di Kota Medan sebanyak 24 orang dengan pembagian kader sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan dimasing- masing kecamatan (BPJS Kesehatan Kota Medan, 2018).

(23)

Berdasarkan data yang ada di Kota Medan didapati bahwa Kecamatan Medan Helvetia merupakan kecamatan dengan jumlah tunggakan tertinggi.

Berdasarkan data BPJS Kesehatan Kota Medan per tanggal 31 Desember 2017 menyatakan bahwa Kecamatan Medan Helvetia merupakan kecamatan dengan jumlah tunggakan tertinggi. Jumlah tunggakan di Kecamatan Medan Helvetia ada sebanyak Rp. 8,5 miliyar dengan jumlah KK sebanyak 23.323. Selain itu untuk jumlah tunggakan terendah di Kota Medan didapati di Kecamatan Medan Deli.

Jumlah tunggakan di Kecamatan Medan Deli sebesar Rp. 1,2 miliyar dengan jumlah KK sebanyak 5414.Besadarkan data tersebut maka BPJS Kesehatan Kota Medan membentuk Kader JKN-KIS di kedua kecamatan terbut baik di Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Deli yang diharapkan mampu untuk meningkatkan tingkat partisipasi masyarakat dalam membayar iuran(BPJS Kesehatan Kota Medan, 2017).

Berdasarkan survei pendahuluan kader JKN-KIS di Kecamatan Helvetia dan Kecamatan Medan Deli jumlah kader di kecamatan ini masing-masing sebanyak tiga orang kader yang mengorganisir kolektabilitas iuran BPJS Kesehatan. Selama hampir satu tahun bekerja sebagai kader JKN-KIS capaian terbesar yang pernah dicapai oleh kader JKN-KIS di Kecamatan Medan Helvetia dengan jumlah kader sebanyak tiga orang sebesar Rp. 55 juta dan jumlah

kunjungan sebanyak 320 kunjungan dalam satu bulannya. Capaian yang pernah dicapai oleh kader JKN-KIS di Kecamatan Medan Deli sebesar Rp. 70 juta dan kunjungan sebanyak 370 kunjungan dalam kurun waktu satu bulan.

(24)

7

Hambatan yang dihadapi oleh kader JKN-KIS di Kecamatan Medan Helvetia dan Medan Deli adalah tidak sebandingnya jumlah KK yang harus dikunjungi dengan jumlah kader yang ada. Jumlah KK yang menunggak di Kecamatan Helvetia sebanyak 23.332 KK dengan jumlah kader JKN-KIS sebanyak tiga kader. Hal ini menunjukan bahwa 1 orang kader JKN-KIS bertanggung jawab mengutip iuran ke hampir 7774 KK di Kecamatan Helvetia.

Jumlah KK yang menunggak di Kecamatan Medan Deli sebanyak 5414 KK dengan jumalah kader JKN-KIS sebanyak 6 orang. Hal ini menunjukan bahwa 1 orang kader JKN-KIS harus bertanggung jawab mengutip iuran ke hampir 902 KK di Kecamatan Medan Deli. Sehingga kader JKN-KIS belum bisa

menjangkauan keseluruhan peserta yang menunggak baik di Kecamatan Medan Helvetia maupun Medan Deli.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti ingin menganalisa peran Kader JKN-KIS dalam kolektabilitas Iuran BPJS Kesehatan di Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Deli Kota Medan

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan penelitian ini adalah:

Standart operasional prosedur (SOP). Bagaimana Standart Operasional

Prosedur (SOP) pelayanan yang dilakukan kader JKN-KIS dalam pelaksanaan tugas yaitu kolektabilitas iuran BPJS Kesehatan ?

Pelaksanaan tugas kader.Bagaimana proses pelaksanaan tugas yang dilakukan kader BPJS dalam kolektabilitas iuran di Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Deli ?

(25)

Kendala kader.Apa saja kendala kegiatan yang dialami kader JKN-KIS dalam proses kolektabilitas iuran BPJS Kesehatan di Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Deli ?

Pengawasan oleh BPJS.Bagaimana pengawasan oleh BPJS Kesehatan Kota Medan terhadap peran kader JKN-KIS di Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Deli?

Capaian kader.Bagaimana capaian yang sudah dicapai selama kader menjalankan tugas?

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis peran kader BPJS dalam kolektabilitas iuran BPJS kesehatan Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Deli kota Medan.

Tujuan khusus. Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui standart operasional prosedur (SOP). Untuk

mengetahui Standart Operasional Prosedur (SOP) pelayanan yang dilakukan kader JKN-KIS dalam pelaksanaan tugas kolektabilitas iuran BPJS Kesehatan

Untuk mengetahui pelaksanaan tugas kader JKN-KIS. Untuk

mengetahui pelaksanaan tugas kader JKN-KIS dalam kolektabilitas Iuran BPJS Kesehatan di Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Deli.

Untuk mengetahui kedala kegiatan yang dihadapi kader JKN-KIS.

Untuk mengetahui kedala kegiatan yang dihadapi kader JKN-KIS dalam proses pengutipan iuran BPJS Kesehatan di Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Deli.

(26)

9

Untuk mengetahui pengawasan. Untuk mengetahui pengawasan yang

dilakukan oleh BPJS Kesehatan Kota Medan terhadap kader JKN-KIS di Kecamatan Medan Helvetia dan Medan Deli.

Untuk mengetahui capaian yang sudah didapatkan. Untuk mengetahui

capaian yang sudah didapatkan oleh kader JKN-KIS dalam kolektabilitas iuran BPJS Kesehatan yang sudah dilkakukan di Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Deli

Manfaat Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian mengenai anilisis peran kader JKN-KIS dalam kolektabilitas iuran di Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Deli kota Medan, diharapkan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut :

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan.

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dalam pendidikan tentang peran kader BPJS kesehatan dalam kolektabilitas iuran BPJS kesehatan di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan dan Kecamatan Medan Deli serta dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian selanjutnya.

Bagi peneliti dapat menambah wawasan. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dan memperluas pengetahuan keilmuan tentang peran Kader JKN-KIS dalam kolektabilitas Iuran BPJS Kesehatan Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Deli kota Medan.

Bagi kader penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan. Bagi kader penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan serta masukan dalam peningkatan kinerja Kader JKN-KIS dalam kolektabilitas Iuran BPJS Kesehatan.

(27)

Bagi BPJS Kota Medan. Bagi BPJS Kota Medan kiranya penelitian ini dapat memberikan perharhatian bagi BPJS Kesehatan Kota Medan dapat

dimanfaatkan sebagai peningkatan program kader JKN-KIS di Kota Medan.

(28)

Tinjauan Pustaka

Pembiayaan Kesehatan

Pembiayaan kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat (Azrul dan Azwar, 1996). Pembiayaan haruslah stabil dan berkesinambungan untuk

menjamin terselenggaranya kecukupan (edequacy), pemerataan (equity), efisiensi (efficiency), dan efektifitas (effectiveness) pembiayaan kesehatan itu sendiri.

Pengertian pembiayaan tersebut merujuk pada dua sudut pandang berikut:

Penyediaan pelayanan kesehatan (health provider). Penyediaan pelayanan kesehatan (health provider) adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat menyelenggarakan upaya kesehatan.

Pemakai jasa pelayanan (health consumer). Pemakai jasa pelayanan (health consumer) adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat memanfaatkan jasa pelayanan.

Fungsi Pembiayaan Kesehatan

Fungsi pembiayaan kesehatan merupakan fungsi penting dalam sebuah sistem kesehatan, dalam fungsi pembiayaan kesehatan ada tiga fungsi penting yaitu revenue collection, polling dan purchasing.

Revenue collection (sumber biaya). Revenue collection atau sumber biaya adalah cara atau sistem kesehatan mengumpulkan uang baik dari rumah tangga, binis, dan sumber-sumber eksternal (Word Bank, 2006). Pengumpulan ini berkaitan dengan akumulasi pendapatan dan manejemen sehingga peserta berbagi

(29)

risiko kesehatan secara kolektif, melindungi individu dalam besarnya kepesertaan, dan pengeluaran yang tidak terduga. Revenue collection merupakan prinsip yang universal dimana penekanannya kemudahan pengumpulan iuran yang dilakukan oleh pemerintah maupun pemberi kerja (Peta JKN, 2012).

Polling risk. Polling risk merupakan kontribusi yang dikumpulkan agar biaya perawatan dimiliki oleh semua orang dengan cara ditanggung bersama (Word Bank, 2006). Selain itu polling risk dapat diartikan sebagai upaya bersama agar semua penduduk berkontribusi membeyar iuran agar terkumpul dana untuk membiayai siapa saja yang sakit (Peta JKN, 2012)

Purchasing. Purchasing didefinisikan sebagai kontribusi yang digunakan untuk membeli atau menyediakan intervensi kesehatan yang tepat dan efisien.

Pembelian disini terkadang disebut sebagi sisi suply pada pendanaan meluputi beberapa perjanjian yang digunakan pembeli layanan kesehatan untuk membeyar kepada penyedia layanan kesehatan (Word Bank, 2006).

Pengertian Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Menurut WHO pengertian Jaminan Kesehatan Nasional adalah semua orang dan masyarakat dapat menggunakan layanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif yang bermutu dan efisien tanpa membeda-bedakan

penggunanya (WHO, 2014).

Jaminan Kesehatan Nasional merupakan pengembangan dari Asuransi Sosial yang tercantum dalam UU SJSN no. 40 tahun 2004. Pengertian Asuransi Sosial adalah menkanisme pengumpulan iuran yang bersifat wajib dari peserta, guna memberikan perlindungan kepada peserta atas risiko sosial ekonomi yang

(30)

13

menimpa mereka atau anggota keluaraganya (UU SJSN No. 40 Tahun 2004).

Jaminan Kesehatan Nasional juga salah satu pengembangan dari program Jaminan Sosial. Jaminan Sosial adalah bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Jaminan Sosial yang meliputi didalamnya program Asuransi Sosial dirangkum menjadi Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah tata cara penyelenggaraan program Jaminan Sosial oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan (UU No 40 Tahun 2014).

Dengan demikian Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang ada di Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

Pengertian Jaminan Kesehatan Nasional adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah (Peraturan BPJS No.

2 Tahun 2016). Selain itu sesuai dengan Sistem Jaminan Sosial Nasional bahwa Jaminan Kesehatan Nasional diselenggarakan dengan mekanisme Asuransi Sosial Kesehatan.

(31)

Kelebihan Sistem Asuransi Sosial dibandingkan Asuransi Komersial adalah sebagai berikut :

Tabel 1

Kelebihan Sistem Asuransi Sosial dibandingkan Asuransi Komersial

Asuransi Sosial Asuransi Komersial

Kepesertaan wajib untuk setiap

penduduk Kepesertaannya bersifat sukarela

Non Profit Profit

Manfaat Komperhensif Manfaat sesuai dengan premi yang dibayar

Perbedaan asuransi sosial dengan asuransi komersial dapat dilihat dari 3 sisi, yaitu:

Kepesertaan asuransi sosial. Kepesertaan asuransi Sosial bersifat wajib bagi seluruh penduduk, sedangkan untuk asuransi Komersial kepesertaannya bersifat sukarela.

Asuransi sosial bersifat nirbala. Asuransi sosial bersifat nirbala atau tidak berorientasi mencari keuntungan (not for profit), sedangkan asuransi Komersial berorientasi mencari keuntungan (for profitI).

Asuransi sosial manfaatnya komperhensif.Asuransi sosial manfaatnya komperhensif (promotif, preventif, kuratif , rehabilitatif) sesuai dengan kebutuhan medis, sedangkan asuransi komersial menfaatnya terbatas sesuai dengan premi yang dibayarkan (Bahan Paparan JKN dalam SJSN : 16).

Prinsip – Prinsip Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Prinsip Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada prinsip Sistem Jaminan Sosian Nasional (SJSN). Berikut ini merupakan prinsip tersebut :

Prinsip kegotongroyongan. Dalam SJSN prinsip gotoroyong berati peserta mampu membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat

(32)

15

membantu peserta yang sakit atau yang berisiko tinggi, dan peserta yang sehat mampu membantu peserta yang sakit. Hal ini terwujud karena kepesertaan SJSN bersifat wajib untuk seluruh penduduk, tanpa pandang bulu. Dengan demikian, melalui prinsip gotongroyong jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Prinsip nirbala.Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented). Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar -be sarnya kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana amanat, sehingga hasil pengembangannya, akan di manfaatkan sebesar -besarnya untuk kepentingan peserta.

Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas. Prinsip-prinsip manjemen ini yang mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dan yang berasal daei iuran peserta dan hasil pengembangan.

Prinsip protabilitas. Prinsip portabilitas jaminan sosial dimak sudkan untuk memberikan jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Prinsip kepesertaan bersifat wajib. Kepesertaan wajib dimaksudkan agar selu ruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan

penyelenggaraan program. Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal,

(33)

bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi peserta secara mandiri, se hingga pada akhirnya Sistem Jaminan So sial Nasional (SJSN) dapat mencakup se luruh rakyat.

Prinsip dana amanat. Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada badan- badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.

Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial.Dana dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk kepentingan peserta. ( Kementrian Kesehatan,2014 : 17)

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan

Badan penyelenggara Jaminan Sosial kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial kesehatan. BPJS Kesehatan dibentuk dengan UU No 40 Tahun 2004 tentang SJSN dan UU No 24 Tahun 2011 tentang BPJS. Kedua UU ini mengatur pembubaran PT Askes Persro dan mentrasformasikan PT Askes Persero menjadi BPJS Kesehatan.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah badan hukum publik yang bertanggungjawab kepada Presiden dan berfungsi

menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia (UU No 24 Tahun 2011). BPJS Kesehatan memiliki visi dan misi yaitu sebagai berikut:

Visi BPJS Kesehatan. Terwujudnya Jaminan Keshatan (JKN-KIS) yang berkualitas dan berkesinambungan bagi seluruh Penduduk Indonesia paada tahun

(34)

17

2019 berlandaskan gotong royong berkeadilan melalui BPJS Kesehatan yang handal, unggul dan terpercaya.

Misi BPJS Kesehatan.Misi BPJS Kesehatan adalah sebagai berikut : Meningkatkan kualitas layanan. Meningkatkan kualitas layanan yang

berkeadilan kepada para peserta, pemberi pelayanan dan pemangku kepentingan lainnya melalui sistem kerja yang efektif dan efisien.

Memperluas kepesertaan JKN-KIS. Memperluas kepesertaan JKN-KIS

mencakup seluruh Indonesia paling lambat 1 Januari 2019 melalui peningkatan kemitraan dengan seluruh pemangku kepentingan dan mendorong partisipasi masyarakat serta meningkatkan kepatuhan peserta.

Menjaga kesinambungan program JKN-KIS. Menjaga kesinambungan

program JKN-KIS dengan mengoptimalkan kolektibiltas iuran, system

pembayaran fasilitas kesehatan dan pengelolaan keuangan secara transparan dan akuntabel.

Memperkuat kebijakan dan implementasi program JKN-KIS.

Memperkuat kebijakan dan implementasi program JKN-KIS melalui peningkatan kerja sama antar lembaga, kemitraan, koordinasi dan komunikasi dengan seluruh pemangku kepentingan.

Memperkuat kapasitas dan tata kelola organisasi. Memperkuat kapasitas

dan tata kelola organisasi dengan didukung SDM yang profesional, penelitian, perencanaan dan evaluasi, pengelolaan proses bisnis dan manajemen resiko yang efektif dan efisien serta infrastruktur dan teknologi informasi yang handal.

(35)

Dalam rangka menjalankan fungsi penyelenggara program Jaminan Kesehatan Nasional sesuai dengan UU No 24 Tahun 2011 tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial, BPJS Kesehatan memiliki fungsi sebagai berikut:

Menerima pendaftaran peserta JKN, Mengumpulkan iuran JKN dari

peserta,Mengelola dana JKN, Membiayai pelayanan kesehatan dan membayarkan manfaat JKN, Mengumpulkan dan mengelola data peserta JKN, Memberi

informasi mengenai penyelenggaraan JKN

Untuk menjalankan fungsi tersebut BPJS kesehatan juga diberi wewenang sebagai berikut:Menagih pembayaran Iuran,Menempatkan dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang,Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja dalam memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Jaminan Sosial Nasional, Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah, Membuat atau menghentikan kontrak kerja atau menghentikan kontrak dengan fasilitas kesehatan, Memberikan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang tidak memenuhi kewajiban, Melaporkan pemberi kerja jika memang didapati adanya pelanggaran yang dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku,

Melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan program Jaminan Sosial.

(36)

19

Kepesertaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Di dalam Undang SJSN diamanatkan bahwa seluruh penduduk wajib menjadi peserta jaminan kesehatan termasuk WNA yang tinggal di Indonesia lebih dari enam bulan. Untuk menjadi peserta harus membayar iuran jaminan kesehatan. Bagi yang mempunyai upah/gaji, besaran iuran berdasarkan persentase upah/gaji dibayar oleh pekerja dan Pemberi Kerja. Bagi yang tidak mempunyai gaji/upah besaran iurannya ditentukan dengan nilai nominal tertentu, sedangkan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu membayar

iuranmakaiurannyadibayaripemerintah. Untuk itu berikut beberapa pengertian yang terkait dengan kepesertaan:

Peserta.Peserta adalah setiap orang termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 bulan di Indonesia, yang telah membayar Iuran.

Pekerja. Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lain.

Pemberi kerja. Pemberi kerja adalah orang perseoranagan, pengusaha, badan hukum, atau badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan membayar gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lainnya.

Peserta dalam Jaminan Kesehatan Nasional terbagi menjadi dua yaitu Penerima Bantuan Iuran (PBI) Kesehatan dan bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) kesehatan dengan rincian sebagai berikut:

Peserta PBI Jaminan Kesehatan. Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu.

(37)

Peserta bukan PBI. Peserta bukan PBI adalah peserta yang tidak tergololong fakir miskin dan orang tidak mampu yang terdiri atas :

Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya. Pekerja penerima

upah dan anggota keluarganyayaitu:

a.)Pegawai Negeri Sipil, b) Anggota TNI,

c) Anggota Polri, d) Pejabat Negara,

e) Pimpinan dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, f) Pegawai pemerintah dan non pegawai negeri,

g) Pegawai swasta,

h)Pekerja yang tidak termasuk huruf a'sampai dengan huruf g yang menerima Upah.

Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya. Pekerja bukan

penerima upah dan anggota keluarganyayaitu:

a) Pekerja diluar hubungan kerja atau pekerja mandiri,

b) Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima upah,

c) Pekerja sebagaimana dimaksud huruf a dan b, termasuk warga negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.

(38)

21

Bukan pekerja dan anggota keluarganya. Bukan pekerja dan anggota

keluarganya yaitu:

a) Investor, b) Pemberi kerja, c) Penerima pensiun, d) Veteran,

e) Perintis kemerdekaan,

f) Janda, duda, atau anak yatim piatu dari veteran atau perintis kemerdekaan, g) Bukan pekerja yang tidak termasuk dalam huruf a sampai dengan huruf e yang mampu membayar iuran.

Penerima pensiun.Penerima pensiun terdiri yang dimaksud adalah :

a) Pegawai Negeri sipil yang berhenti dengan hak pensiun,

b) Anggota TNI atau anggota POLRI yang berhenti dengan hak pensiun, c) Pejabat negara yang berhenti dengan hak pensiun,

d) Janda, duda, atau anak yatim piatu penerima pensiun sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c yang mendapat hak pensiun,

e) Penerima pensiun selain huruf a, huruf b, huruf c,

f) Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun sebagaimana dimaksud pada huruf e yang mendapat hak pensiun

WNI di luar negeri. Jaminan kesehatan bagi pekerja WNI yang bekerja di luar negeri diatur dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tersendiri.

(39)

Setiap orang yang ingin menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional haruslah mendaftar. Syarat pendaftaran, lokasi pendaftaran , dan prosedur pendaftaran yang sudah ditetapkan adalah sebagai berikut :

Syarat pendaftaran. Syarat dan ketentuan peserta sesuai dengan peraturan

BPJS kesehatan.

Lokasi pendaftaran. Lokasi pendaftaran dilakukan di kantor BPJS

setempat/terdekat

Prosedur pendaftaran. Prosedur pendaftaran adalah sebagai berikut:

Pemerintah mendaftarkan PBI JKN. Pemerintah mendaftarkan PBI JKN sebagai peserta kepada BPJS kesehatan.

Pemberi pekerja mendaftarkan pekerjanya. Pemberi pekerja mendaftarkan pekerjanya atau pekerja dapat mendaftarkan diri sendiri sebagai peserta kepada BPJS kesehatan.

Bukan pekerja dan peserta lainnya. Bukan pekerja dan peserta lainnya wajib mendaftarkan diri dan keluarganya sebagai peserta kepada BPJS kesehatan.

Sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional mempunyai hak dan

kewajiban. Hak sebagai peserta JKN adalah berhak mendapatkan identitas berupa kartu dari BPJS kesehatan menandakan kepesertaan dan dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Sementara kewajiban peserta adalah membayar iuran sesuai dengan yang dibebankan dan melaporkan data kepesertaan kepada BPJS kesehatan jika memang terjadi pemindahan domisili peserta.

(40)

23

Iuran dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayar secara teratur oleh Peserta, Pemberi kerja, dan/atau pemerintah untuk program Jaminan

Kesehatan( Peraturan BPJS no 2 Tahun 2016). Pembayaran iuran dilakukan oleh peserta sesuai dengan kepesertaannya sebagai berikut:

a) Bagi peserta PBI iuran dibayar oleh pemerintah,

b) Bagi Peserta Pekerja Penerima Upah iuran dibayar oleh pemberi kerja atau pekerja itu sendiri,

c) Bagi Peserta Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan pekerja iuran dibayarkan oleh peserta yang bersangkut,

d)Besar iuran Jaminan Kesehatan ditetapkan melalui Peraturan Presiden dan akan disesuaikan dengan kondisi ekonomi, sosial dan kebutuhan dasar layak hidup.

Besaran untuk iuran BPJS Kesehatan sesuai deangan peraturan yang berlaku adalah sebagai berikut:

a) Untuk peserta mandiri kelas I sebesar Rp.80.000-, b) Untuk peserta mandiri kelas II sebesar Rp.51.000-, c) Untuk peserta mandiri kelas III sebesar Rp.25.500-,

BPJS kesehatan bertanggung jawab dalam atas ketersedian dana JKN, sehingga UU SJSN memberikan wewenang kepada BPJS Kesehatan untuk menegakkan kepatuhan Peserta supaya mereka membayar iuran dengan tepat jumlah dan tepat waktu. Untuk menegakan kepatuhan peserta dalam membayar iuran BPJS Kesehatan berwenang untukmenagih pembayaran iuran, melakukan pengawasan dan pemeriksaan, mengenakan sanksi administatif kepada pekerja

(41)

atau pemberi kerja yang lalai,melaporkan pemberi kerja yang lalai kepada instansi terkait.

Selanjutnya, BPJS kesehatan menegelolah seluruh pendapatan iuran yang terkumpul dari peserta dan Pemerintah serta sumber lainnya untuk membeli dan membayar pelayanan kesehatan bagi peserta JKN. BPJS kesehatan juga berhak mendapatkan dana operasional dari iuran yang dikumpulkan untuk pengelolaan dana JKN.

Dalam penagihan iuran BPJS Kesehatan juga memiliki petunjuk teknis sesuai dengan peraturan BPJS kesehatan No 16 Tahun 2016 adalah :

Pengiriman informasi tagihan. Pengiriman informasi tagihan akan

dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Pengiriman tagihan. Pengiriman tagihan dilakukan setiap bulan kepada peserta oleh BPJS kesehatan.

Pengiriman informasi. Pengiriman informasi tagihan bagi Pekerja Penerima Upah atau Badan Usaha adalah pada bulan menunggak ke 1 (satu) bulan.

Pengiriman informasih tagihan. Pengiriman informasih tagihan bagi peserta Pekerja Bukan Penerima Upah atau individu adalah pada bulan menunggak ke 1 (satu) bulan.

(42)

25

Mekanisme pengiriman informasi tagihan.Mekanisme pengiriman informasi tagihan adalah sebagai berikut:

a). Kantor pusat menentukan metoda penagihan yang paling efektif dan efisien dalam pengiriman informasi tagihan kepada peserta ( termasuk didalamnya tunggakan, besar iuran bulanan maupun besaran denda bila ada),

b). Kantor Divisi Regional dan Kantor Cabang melakukan monitoring serta evaluasi terhadap efektivitas metoda penagihan iuran yang dipilih untuk mengirimkan informasi tagihan kepada peserta,

c).Pengiriman informasi tagihan kepada peserta BPJS Kesehatan dapat dilakukan melalui :Surat ( secara tercatat), Email,SMS, Telepon dilengkapi denagan berita acara, dan Kujungan dilengkapi dengan berita acara.

Pembayaran iuran peserta BPJS dalam peraturan BPJS Kesehatan No 16 Tahun 2016 memiliki petunjuk teknis sebagai berikut: a) Waktu pembayaran iuran oleh peserta dan pemberi kerja adalah tanggal 1 (satu) sampai denagan tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan, b) Channel pembayaran iuran jaminan kesehatan dapat berupa:Perbankan dan Non perbankan, c) Chanel perbankan yang dimaksud adalah sebagai berikut:ATM (Automatic Teller Machine), EDC (Electronic Data Capture), Autodebet, Teller, SMS Banking, Internet Banking, dan Chanel non perbankan dilakukan melalui sistem Payment Point Online Bank(PPOB) Kader Jaminan Kesehatan Nasional

Pemberdayaan masyarakat melalui partisipasi masyarakat dalam membantu setiap program dari BPJS Kesehatan dirasa penting. Hal ini sesuai dengan target pencapaian Universal Health Coverage(UHC) atau cakupan

(43)

semesta yang ditargetkan pada tanggal 1 Januari 2019. Bukan hanya untuk itu saja partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan dalam mendukung program lain baik dari segi penyampaian informasi, pendampingan program, dan kepatuhan peserta dalam setiap pembayaran Iuran. Tujuannya adalah agar masyarakat lebih

mempunyai rasa kepemilikan terhadap program – program yang dibuat atau dijalankan oleh BPJS Kesehatan. Untuk itu meningkatkan tingkat partisipasi masyarakat BPJS Kesehatan membuat program Kader JKN-KIS pada tahun 2017.

Kader JKN-KIS merupakan wujud partisipasi masyarakat yang adalah orang –orang yang menjadi mitra BPJS Kesehatan yang diharapkan mampu mengoptimalkan sosialisasi, edukasi, serta sebagai pengingat dan pengumpul iuran. Kader JKN-KIS juga merupakan orang yang memiliki kapasitas yang sesuai denagn kriteria dan direkrut oleh BPJS kesehatan untuk menjalankan fungsi sebagai berikut:

a) Fungsi sosialisasi (pemasaran sosial), b) Perekrutan peserta, dan

c) Pengingat dan pengumpul iuran.

Melalui fungsi pemasaran sosial kader JKN-KIS diharapkan dapat merubah perilaku masyarakat untuk menjadi peserta dan membayar iuran secara rutin. Kader JKN-KIS juga berfungsi sebagai pengingat dan pengumpul iuran baik kepada peserta PBPU aktif maupun yang menunggak. Selain itu kader JKN juga berperan sebagai agen PPOB, sehingga bagi peserta yang ingin membayar iuran BPJS Kesehatan dapat langsung membayarkannya kepada kader JKN-KIS.

(44)

27

Dalam menjalankan tugasnya kader JKN-KIS haruslah bekerja sesuai dengan ketentuan yang sudah dibuat oleh BPJS Kesehatan sebagai berikut:

Selalu menggunakan aparatus resmi, yang terdiri dari:Rompi, Topi,

Nametag, dan Pin yang bertuliskan kader JKN

Membawa surat tugas sebagai kader JKN-KIS yang ditanda tangani oleh

Kepala Cabang BPJS setempat (BPJS Kesehatan, 2017) Standar Operasional Prosedur(SOP).

Standard Operating Procedures (SOP) adalah serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan administrasi pemerintahan, bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa dilakukan (Permenpan No.PER/21/M-PAN/11/2008). Standar operasional prosedur merupakan panduan yang digunakan untuk memastikan kegiatan

operasional organisasi atau perusahaan berjalan dengan lancar ( Sailendra, 2015).

Manfaat SOP menurut permenpan No.PER/21/M-PAN/11/2008 adalah : 1. Sebagai standarisasi cara yang dilakukan pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan khusus, mengurangi kesalahan dan kelalaian.

2. SOP membantu staf menjadi lebih mandiri dan tidak tergantung pada intervensi manajemen, sehingga akan mengurangi keterlibatan pimpinan dalam pelaksanaan proses sehari-hari.

3. Meningkatkan akuntabilitas dengan mendokumentasikan tanggung jawab khusus dalam melaksanakan tugas.

(45)

4. Menciptakan ukuran standar kinerja yang akan memberikan pegawai. cara konkret untuk memperbaiki kinerja serta membantu mengevaluasi usaha yang telah dilakukan.

5. Menciptakan bahan-bahan training yang dapat membantu pegawai baru untuk cepat melakukan tugasnya.

6. Menunjukkan kinerja bahwa organisasi efisien dan dikelola dengan baik.

7. Menyediakan pedoman bagi setiap pegawai di unit pelayanan dalam melaksanakan pemberian pelayanan sehari-hari.

8. Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas pemberian pelayanan.

9. Membantu penelusuran terhadap kesalahan-kesalahan prosedural dalam

memberikan pelayanan. Menjamin proses pelayanan tetap berjalan dalam berbagai situasi.

Kerangka Pikir

Dalam mengatasi permasalahan tunggak iuran BPJS khususnya disektor informal dibutuhkan partisipasi masyarakat untuk dapat membantu mengatasi masalah tersebut. Untuk itu dibentuklah kader JKN-KIS sebagai salah satu solusi dalam hal wujud partisipasi masyarakat dalam pengutipan iuran ditempat kader tersebut ditugaskan. Jika hal tersebut berjalan maka dapat membantu BPJS Kesehatan dalam mengurangi jumlah tunggakan dan meningkatnya partisipasi masyarakat dalam hal pembayaran iuran bulanan maupun tunggakan (jika ada).

(46)

29

Penjelasan kerangka pikir dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Pikir INPUT

Standar Operasional Prosedur (SOP) Kader JKN-KIS

PROSES 1. Pelaksanaan

kolektabilitas iuran 2. Hambatan yang

dihadapi kader JKN-KIS 3. Pengawasan

OUTPUT Pencapaian Kader JKN-KIS :

-Tercapai

-Tidak Tercapai

(47)

Berdasarkan pokok masalah yang dikaji, yaitu mengenai analisis peran kader JKN-KIS dalam kolektabilitas iuran BPJS Kesehatan, maka penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara kualifikasi lainnya (Strauss and Corbin, 1997).

Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan deskriptif kualitaif dengan studi kasus. Jenis penelitian ini merupakan penelitian yang rinci mengetahui suatu objek tertentu selama kurun waktu tertentu secara mendalam dan menyeluruh.

Alasan mengapa peneliti menggunakan deskriptif kualitatif adalah karena penelitian ini berupa deskriptif mengenai peran kader JKN-KIS dalam kolektabilitas iuran BPJS Kesehatan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Lokasi penelitian adalah tempat dimana situasi sosial

tersebut akan diteliti. Penentuan lokasi dimaksud untuk mempermudah dan memperjelas obyek yang menjadi sasaran penelitian. Penelitian akan dilaksanakan di Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Deli Kota Medan Provinsi Sumatera Utara.

Waktu penelitian. Penelitian ini dimulai dari bulan Mei 2018 sampai dengan September 2019.

(48)

31

Informan Penelitian

Informan penelitian adalah orang mengetahui, berkaitan langsung dan menjadi pelaku dari dari suatu kegiatan yang diharapkan dapat memberi informasi secara jelas dan tepat. Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah:

1.Kader JKN-KIS di Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Deli sebanyak 10 orang

2.BPJS Kesehatan sebagai penanggung jawab program kader JKN-KIS

3. Peserta BPJS Kesehatan di Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Deli yang berhasil membayar sebanyak 2 orang dan 2 yang tidak membayar dimasing-masing kecamatan.

Definisi Konsep

Adapun yang menjadi definisi konsep dalam penelitian ini adalah:

Masukan (input). Masukan (input)adalah segala kebutuhan yang dimasukan dalam pelaksanaan tugas kader JKN-KIS sebagai pengingat dan pengumpulan iuran sehingga dapat berjalan dengan baik, meliputi Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah dokumen yang berkaitan dengan prosedur kader JKN-KIS dalam menjalankan tugasnya di Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Deli secara terstruktur untuk menyelesaikan pekerjaan agar didapatkan hasil kerja yang efektif dan efisien.

Proses (Process). Proses (Process) adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan tugas kader JKN-KIS. Adapun proses yang dilakukan adalah sebagai berikut :

(49)

Kolektabilitas. Kolektabilitas adalah proses mengumpulkan iuran BPJS

kesehatan oleh kader JKN-KIS di Kecematan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Deli.

Hambatan. Hambatan adalah halangan atau rintangan yang dihadapi kader

JKN-KIS di Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Deli selama menjalankan tugas dan fungsinya.

Pengawasan.Pengawasan adalah penilikan dan pengarahan kader JKN-

KIS di Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Deli oleh BPJS Kesehetan Kota Medan dalam menjalankan tugasnya.

Keluaran (output). Keluaran (output) adalah hasil dari pelaksanaan tugas kader JKN-KIS. Dari hasil tersebut diharapkan kader mampu melaksankan tugasnya sesuai dengan yang sudah ditargetkan. Adapun yang menjadi keluarannya adalah: a) Tercapai artinya kader mampu mencapai target yang sudah ditetapkan oleh BPJS Kesehatan Kota Medan dan b)Tidak tercapai artinya kader belum mampu untuk mencapai target yang sudah ditetapkan oleh BPJS Kesehatan Kota Medan.

Metode Pengumpulan data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

Observasi. Observasi yaitu untuk menlihat secara langsung dan nyata bagaimana kader dalam menjalankan tugasnya khususnya dalam pengutipan iuran BPJS Kesehatan.

Wawancara.Wawancara mendalam yaitu melakukan tanya jawab Teknik wawancara peneliti menggunakan wawancara semi terstruktur, dimana pedoman

(50)

33

wawancara telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti dan untuk jawaban lebih bebas. Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mempersiapkan garis besar pertanyaan yang menyangkut hal-hal pokok sebagai pedoman pelaksanaan. Alasan peneliti menggunakan metode wawancara yaitu untuk mendapatkan jawaban yang valid dengan informan. Kaitannya dengan peneliti ini, wawancara dimaksudkan untuk mengetahui keadaan responden yang sebenarnya dan memperoleh data.

Dokumentasi. Dokumentasi yaitu teknik dokumentasi dalam penelitian ini menggunakan data rekaman hasil wawancara dan foto-foto sewaktu observasi atau wawancara sehingga peneliti mendapatkan bukti bahwa sudah melakukan wawancara dan observasi. Alasan peneliti menggunakan teknik dokumentasi karena untuk melengkapi data-data yang belum lengkap diperoleh dari hasil observasi dan wawancara sebagai bukti penelitian.

Metode Pengukuran Data

Dalam penelitian ini teknik pemerikasaan keabsahan menggunakan teknik triangulasi yaitu teknik pemerikasaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar dari data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan tahap data yang diperoleh dari partisipan. Triangulasi yang dilakukan adalah triangulasi sumber dan triangulasi dokumen . Triangulasi sumber yaitu dengan memilih informan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan yang diajukan. Sedangkan triangulasi dokumen adalah menggali kebenaran informasi tertentu melalui beberapa metode dan sumber data.

(51)

Metode Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, seperti yang dianjurkan oleh Miles dan Huberman (1992) analisis data meliputi langkah pokok yaitu:

Pengumpulan data. Pengumpulan data yaitu peneliti mencatat seluruh data secara obyektif dan apa adanya sesuai dengan hasil observasi dan wawancara dilapanagan.

Reduksi data. Reduksi data adalah proses pemilihan, perumusan perhatian pada penyederhanaan atau menyangkut data dalam bentuk uraian (laporan) yang terinci dan sistematis, menonjolkan pokok-pokok yang penting agar lebih mudah dikendalikan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, membuang yang tidak perlu, yang akan memberikan gambaran yang lebih terarah tentang hasil pengamatan dan juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data itu apabila diperlukan.

Penyajian data. Penyajian data merupakan upaya untuk menyajikan data untuk melihat gambaran keseluruhan data atau bagian-bagian tertentu dalam penelitian.

Kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dan verifikasi adalah upaya untuk mencari makna terhadap data yang dikumpulkan dengan mencari pola, tema, hubungan, pesamaan, hal-hal yang sering timbul dan sebagainya.

(52)

Hasil dan Pembahasan

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Medan Helvetia mempunyai luas wilayah 11.550 KM2dan memiliki batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Marelan 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Petisah 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Barat 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Sunggal

Kecamatan Medan Helvetia terbagi atas 7 kelurahan yaitu kelurahan Cinta Damai, Dwi Kora, Helvetia, Helvetia Tengah, Helvetia Timur, Sei Sikambing C II, Tanjung Gusta.

Kecamatan Medan Deli mempunyai luas wilayah 2.197 KM2 dan memiliki batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Labuhan

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Barat dan Kecamatan Medan Timur

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

Kecamatan Medan Deli terbagi atas 5 kelurahan yaitu kelurahan Tanjung Mulia, Tanjung Mulia Hilir, Mabar Hilir, Mabar, Kota Bangun, Lalang.

(53)

Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini dijelaskan melaui tabel berikut ini :

Tabel 1

Karakteristik Responden Nama

Responden

Jenis Kelamin Umur Pendidikan Terakhir

Keterangan Dinny

Setianingrum

Perempuan 35 tahun Sarjana KABID Penagihan &

Keuangan

Nurdiana Perempuan 50 tahun SMA Kader Medan

Helvetia Nurjanah

Ginting

Perempuan 50 tahun SMA Kader Medan Helvetia Juli Susilawati Perempuan 56 tahun SMA Kader Medan

Helvetia Imam Sutowo Laki-laki 45 tahun SMK Kader Medan

Deli

Budi Laki-laki 40 tahun Sarjana Kader Medan Deli

Zulhamri Laki-laki 42 tahun Sarjana Kader Medan Deli

Sei Putra Sihombing

Laki-laki 30 tahun SMA Kader Medan Deli

Revina Febrianti Perempuan 25 tahun SMA Kader Medan Deli

Faulia Tamara Perempuan 22 tahun SMA Kader Medan Deli

Umi Sariah Perempuan 57 tahun SMA Peserta Kecamatan Medan Helvetia

(Bersambung)

(54)

37

Tabel 1

Karakteristik Responden Nama

Responden

Jenis Kelamin Umur Pendidikan Terakhir

Keterangan Sormalina

Saragih

Perempuan 63 tahun SMA Peserta

Kecamatan Medan Helvetia Sarojah Deli Perempuan 49 tahun SMP Peserta

Kecamatan Medan Helvetia

Irwan Laki-laki 30 tahun Sarjana Pesrta

Kecamatan Medan Helvetia Andra Dirga

Pradifta

Laki-laki 35 tahun SMA Peserta

Kecamatan Medan Deli HJ Sumiati Perempuan 55 tahun Diploma Peserta

Kecamatan Medan Deli Siti Farida Perempuan 54 tahun SMP Peserta

Kecamatan Medan Deli Mey Linda Perempuan 34 tahun Diploma Peserta

Kecamatan Medan Deli

Gambaran Secara Umum Program Kader JKN-KIS di Kota Medan Program kader JKN-KIS yang ada di Kota Medan diuji coba pada bulan September 2016 dengan masa uji coba selama 3 bulan. Program Kader JKN-KIS di Kota Medan berakhir pada bulan Desember 2016 dan dievaluasi oleh pihak BPJS Kesehatan Pusat berkodinasi dengan BPJS Kesehatan Kota Medan. Hasil dari evaluasi tersebut adalah pembuatan sistem terkait dengan program Kader

(55)

JKN-KIS. Setelah perbaikan dilakukan program kader JKN-KIS di Kota Medan mulai kembali berjalan pada bulan Mei 2017 sampai dengan sekarang. Kader yang ada di Kota Medan sebanyak 27 Kader yang tersebar di 15 Kecamatan yang ada di Kota Medan.

Struktur Kader di Kota Medan

Struktur kader JKN yang ada di Kota Medan adalah sebagai berikut :

Kepala BPJS KC Medan

Bagian Penagihan & Keuangan

Supervisior Kader

Kader JKN dimasing-masing kecamatan

Gambar 1. Struktur Kader JKN di Kota Medan Masukan ( Input)

Masukan(Input) adalah segala kebutuhan yang dimasukan dalam pelaksanaan tugas kader JKN-KIS sebagai pengingat dan pengumpulan iuran sehingga dapat berjalan dengan baik. Masukan dalam penelitian ini dikategorikan sebagai berikut:

(56)

39

Standar Operasional Prosedur (SOP). Standar Operasional Prosedur

(SOP) adalah dokumen yang berkaitan dengan prosedur kader JKN dalam

menjalankan tugasnya di Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Deli secara terstruktur untuk menyelesaikan pekerjaan agar didapatkan hasil kerja yang efektif dan efisien.

SOP kader JKN sesuai dengan informasi yang diberikan oleh informan 1 (pihak BPJS Kesehatan) yaitu sebagai berikut :

1. Kader JKN wajib melaksanakan kunjungan kepada peserta binaannya, untuk mengingatkan pembayaran tunggakan iuran, menyampaikan denda layanan dan informasi lainnya terkait dengan BPJS Kesehatan. Saat melakukan kunjungan kerumah peserta binaan tersebut merupakan kesempatan bagi Kader untuk membangun hubungan yaitu dengan meminta kontak peserta, sehingga kader dapat melakukan kontak pada kesempatan berikutnya.

2. Apabila peserta binaan belum juga membayarkan tunggakan iurannya untuk selanjutnya kader dapat mengingatkan pembayaran melalui media lainnya, seperti Short Message Service (SMS), telepon dan media komunikasi yang lain, sampai peserta melunasi tunggakannya (tidak terdapat pembatasan jumlah kunjungan) 3. Apabila peserta binaan telah melunasi tunggakan iurannya, maka :

a. Kader berhak mendapatkan imbalan jasa pengumpulan iuran yaitu 25% dari tunggakan iuranyang berhasil ditagih.

b. Kantor cabang melakukan validasi data kunjungan dan melakukan perhitungan imbal jasa.

4. Kantor Cabang melakukan pembayaran atas imbal jasa Kader JKN.

(57)

Kader JKN-KIS dalam menjalankan tugasnya haruslah menggunakan atribut yaitu :

1. Rompi 2. Topi 3. Name Tag

4. Pin yang bertuliskan Kader JKN

Semua atribut ini haruslah digunakan saat kader berkunjung ataupun saat kader menjalankan perannya sebagai seorang kader JKN-KIS.

Kader JKN dipilih oleh pihak BPJS Kesehatan dengan beberapa syarat yaitu sebagai berikut :

1. Penduduk desa setempat atau tetangga desa, 2. Memiliki alat komunikasi berbasis android, 3. Sudah terdaftar menjadi peserta JKN-KIS, 4. Terdaftar menjadi agen PPOB dari channel, 5. Pendidikan minimal SLTA sederajat,

6. Berusia minimal 18 tahun dan maksimal 60 tahun,

7. Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) dari Kantor Polisi setempat, 8. Surat keterangan sehat dari dokter/ puskesmas,

9. Bersedia melakukan kunjungan ke rumah-rumah,

10. Membuat dan menandatangani surat keterangan kesediaan menjadi kader JKN-KIS sebagai mitra BPJS Kesehatan,

11. Memiliki komunikasi yang baik,

12. Memiliki kemampuan yang cakap dan gigih,

(58)

41

13. Diutamakan memiliki pengalaman dalam organisasi kemasyarakatan atau keagamaan.

Berdasarkan syarat yang ditentukan oleh BPJS Kesehatan terkait dengan hal yang harus dimiliki oleh seorang kader JKN dapat dikatakan bahwa kader di Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Deli sudah memenuhi syarat untuk menjadi kader JKN dapat dibuktikan dari pendidikan kader JKN mulai dari SLTA dan juga sarjana, kader JKN di masing-masing kecamatan juga memiliki umur yang sesuai dengan yang sudah ditentukan, kader JKN juga ada yang tergabung dalam organisasi kemasyarakatan.

Tugas kader JKN. Berdasarkan wawancara terhadap 10 informan mengenai tugas kader JKN. Diperoleh respon sebagai berikut:

“ Kader adalah seorang yang menginformasikan terkait jumlah tunggakan peserta, menginformasikan tanggal jatuh tempo, kapan terkhir membayar, lokasi pembayaran iuran BPJS Kesehatan, dan juga menginformasikan sanksi denda. Tugas kader bukan seperti debcollector tapi sebagai pengedukasi dan melakukan sosialisasi. Tidak dibenarkan kader meminta uang kepada peserta sebagai upah selain dari upah yang akan diberikan oleh BPJS Kesehatan” (Informan 1)

Berdasarkan sitasi diketahui bahwa yang menjadi tugas utama kader adalah melakukan edukasi dan sosialisasi terkait dengan pembayran iuran BPJS Kesehatan juga mengingatkan perserta untuk rutin membayaran iuran BPJS Kesehatan. Hal tersebut sesuai dengan fungsi Kader JKN yang sudah ditetapkan oleh BPJS Kesehatan bahwa kader mempunyai peran sebagai pengedukasi .

“ Kader JKN adalah orang yang mengunjungi peserta yang menunggak lebih dari 4 bulan keatas. Kader juga memberikan edukasi baik terkait pelayanan maupun juga cara pembayaran. Selain dari pada itu kader juga hanya mengingatkan bahwa peserta tersebut telah menunggak.

Memberikan edukasi terkait dampak jika tidak membayar iuran BPJS Kesehatan.” (Informan 2,3,4,5,6,7,8,9,10)

(59)

Berdasarkan sitasi diketahui bahwa kader JKN di Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Deli sudah mengetahui dan memahami bahwa yang menjadi tugas dari kader JKN adalah sebagai pengedukasi dan juga sebagai pengingat peserta untuk membayar iuran setiap bulannya.

Tugas kader JKN yang sudah ditetapkan oleh BPJS Kesehatan adalah fungsi sosialisasi, edukasi, pengingat dan pengumpul iuran bagi peserta BPJS Kesehatan (BPJS Kesehatan). Berdasarkan tugas yang sudah ditetapkan oleh BPJS Kesehatan kader JKN yang ada di Kecamatan Medan Helvetia dan Medan Deli sudah memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik terkait dengan tugas kader JKN. Hal tersebut dapat dibuktikan berdasarkan hasil wawancara terhadap kader JKN di Kecamatan Medan Helvetia dan kader JKN di Kecamatan Medan Deli yang mengatakan bahwa tugas kader JKN adalah sebagai pengedukasi dan pengingat bagi peserta untuk membayar iuran secara rutin terhadap peserta binaan kader.

Proses

Proses adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan tugas kader JKN-KIS.

Pelaksanaan kolektabilitas iuran. Kolektabilitas iuran yang dimaksud adalah proses pengumpulan atau pengutipan iuran BPJS Kesehatan oleh kader JKN di Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Deli.

Gambar

Gambar 1. Kerangka PikirINPUT Standar Operasional Prosedur (SOP) Kader JKN-KIS  PROSES  1
Gambar 1.  Struktur Kader JKN di Kota Medan  Masukan ( Input)
Gambar 1. Data tunggakan di Kota medan
Gambar 3. Wawancara dengan KASUBAG Keuangan dan Penagihan BPJS  Kesehatan KC Medan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini maka yang menghubungkan antara pengawasan internal terhadap kinerja pemerintah daerah, Revrisond Baswir (2004:138) menyatakan bahwa Pelaksanaan

Dalam Pekerjaan pengawasan Pekerjaan Fisik Penguatan Tebing Sungai Tinombo Desa Dusunan Kab. Parigi Moutong, evaluasi kondisi lokasi pekerjaan merupakan langkah

Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa perilaku vulva hygiene p ada remaja di Panti Asuhan Yatim Putri „Aisyiyah Yogyakarta, responden memiliki perilaku vulva

Grafik disamping memperlihatkan Bahwa jumlah responden yang menilai Fasilitas Pendukung Layanan Layanan Perpustakaan Jurusan Bahasa lnggris Baik (hijau)

Broadcasting Satellite Service

KETUA RAPAT/WAKIL KETUA KOMISI V (Ir. Terima kasih pak. Demikianlah kira-kira apa yang kita dengarkan atas penjelasan dari BMKG, Basarnas maupun BPWS. Oleh karena tidak

Apabila konsep ideal dilaksanakan maka dapat diharapkan kualitas pendidikan akan meningkat secara signifikan.sehingga dengan pelaksanaan supervisi yang baik, maka hasil

[r]