1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk mengetahui dinamika pembangunan suatu negara, dapat dilihat dari besarnya kontribusi sektoral terhadap pendapatan nasional dari tahun ke tahun, perubahan kontribusi suatu sektor akan merubah stuktur ekonomi suatu negara atau daerah.Kuznet (1966) dalam Jhinghan, (2003:57), mendefinisikan pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan terus menerus dalam produk/output per kapita atau per pekerja dan biasanya diikuti dengan perubahan struktural.Menurut Kurniawan (2011)transformasi struktural merupakan proses perubahan struktur perekonomian dari sektor pertanian ke sektor industri atau jasa dan masing-masing perekonomiannegara akan mengalami transformasi yang berbeda-beda. Pertumbuhan ekonomi dapat mengakibatkan perubahan struktur perekonomian. Transformasi struktur sendiri merupakan proses perubahan struktur perekonomian dari sektor pertanian ke sektor industri atau jasa, dimana masing-masing perekonomian mengalami transformasi yang berbeda-beda (Nazara dan Amir, 2005).
Proses transformasi struktural di Indonesia berlangsung sangat cepat.
Kontribusi sektor pertanian terhadap PDB telah berkurang lebih dari 50 persen dari tahun 1967, pada tahun 1992 kontribusi sektor pertanian hanya 36 persen dari pangsanya. Pada kurun waktu yang sama, terjadi pula peningkatan dalam kontribusi sektor industri(industri secara umum, termasuk pertambangan,
2 manufaktur, perusahaan umum dan konstruksi) yakni lebih dari 350 persen, sedangkan khusus sektor industri sendiri kenaikan tercatat kenaikan sebesar 300 persen(Hill, 1996: 28) dan(Arsyad, 2010: 17).
Pemilihan Prioritas kebijakan pembangunan ekonomi daerah, yang didasarkan potensi dan kekhasan daerah, merupakan masalah pokok dalam pembangunan daerah (Arsyad, 2002: 108). Jawa Timur merupakan provinsi terbesar kedua dalam perekonomian nasional, hal ini bisa dilihat dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Timur yang menempati urutan kedua setelah DKI Jakarta.
Tabel 1.1 PDRB Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2004-2010 (Dalam Miliar Rupiah)
Provinsi 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1 DKI Jakarta
278.525
295.271
312.827
332.971
353.723
371.469
395.622 2 Jawa Timur
242.229
256.443
271.249
288.404
305.539
320.861
342.281 3 Jawa Barat
230.003
242.884
257.499
274.180
291.206
303.405
322.224 4 Jawa Tengah
135.790
143.051
150.683
159.110
168.034
176.673
186.993 5 Banten
54.880
58.107
61.342
75.350
79.701
83.454
88.552
6 DI.Yogyakarta 16.146
16.911
17.536
18.292
19.212
20.064
21.044
Sumber: BPS, 2011 (diolah)
Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Timur cukup fluktuatif, di awali pada tahun 2005 mengalami penurunan dan tahun 2006 meningkat lagi, namun pada tahun 2007 sampai tahun 2009 PDRB Jawa Timur mengalami penurunan yang sangat tajam.Hal ini disinyalir disebabkan adanya krisis global di perparah adanya bencana luapan lumpur Lapindo yang sedikit banyak berpengaruh terhadap perekonomian Provinsi Jawa Timur.
3 Gambar 1.1 Laju Pertumbuhan PDRB Jawa Timur Tahun 2004-2010
Sumber: BPS, 2011
Struktur ekonomi Jawa Timur sepanjang tahun 2000-2010 terdapat tiga sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadapperekonomian Jawa Timur, dengan dominasi sektor perdagangan (perdagangan, hotel dan restoran) sektor industri pengolahan (manufaktur) dan sektor pertanian.Dari ketiga sektor tersebut, sektor pertanian dari tahun ketahun cenderung mengalami penurunan kontribusinya, sektor industri pengolahan (manufaktur) terjadi penurunan meski tidak terlalu signifikan, sedangkan sektor perdagangan (perdagangan, hotel dan restoran) cenderung mengalami peningkatan kontribusi.
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Pertumbuhan (%)
Tahun
Jawa Tengah DI.Yogyakarta Jawa Timur Nasional
4 Gambar 1.2 Pangsa PDRB 9 sektor di Jawa Timur Tahun 2000-2010
Sumber : BPS, 2011
Aspek penting lain dari transformasi struktural adalah sisi ketenagakerjaan (Nazara dan Amir, 2005). Perubahan pada komposisi tenaga kerja sektoral juga mampu menjelaskan tentang dimensi transformasi struktural (Arsyad, 2010:
17).Jika dilihat dari jumlah tenaga kerja di Jawa Timur, sektor pertanian justru yang mendominasi. Jumlah tenaga kerja yang bekerja disektor pertanian sebesar 39,7 persen, sedangkan sektor industri dan jasa yang memberikan kontribusi PDRB cukup besar, jumlah tenaga kerja yang bekerja pada sektor tersebut hanya 14,07 persen dan 12,98 persen.
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00
2001 2002 2003 2004 2005 2008 2009 2010
Pangsa PDRB (%)
Tahun
Industri Pengolahan Perdaganga n
Pertanian Pertambang an
Listrik, gas Konstruksi Pengangkut an Kmnksi Keuangan Jasa-Jasa
5 Tabel 1.1 Persentase Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Lapangan Usaha Tahun 2011
Lapangan Usaha Tenaga Kerja (%) Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 39,70397
Perdagangan, Restoran dan Hotel 20,63476
Industri Pengolahan 14,07299
Jasa-jasa 12,98201
Bangunan 6,116706
Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi 3,747789
Keuangan 1,912922
Pertambangan dan Penggalian 0,70003
Listrik, Gas dan Air 0,12882
Sumber: BPS, 2012
Adanya Bencana disuatu daerah dapat menyebabkan deindustrialisasi (Kuncoro, 2007).Adanya bencanaluapan lumpur Lapindo sedikit banyak berdampak terhadap perekonomian Jawa Timur. Berdasarkan catatan Bappenas, kerugian lumpur Lapindo mencapai 27,4 triliun. Sumber lain menyebutkan, kerugian yang di akibatkan luapan lumpur Lapindo mencapai 45 triliun pertahun, meliputi kerugian ekonomi masyarakat, industri, serta infrastruktur (Sukiadi, 2008).Jumlah sumberdaya yang semakin menurun juga dapat menggeser kontribusi sektoral, menurut data Kementerian Pertanian (Kementan) Lahan pertanian di Indonesia tiap tahun menyusut kisaran 50-100 ribu hektar per tahun.Penyusutan ini dikarenakan alih fungsi menjadi lahan industri, perumahan dan perkantoran. Sementara di Jatim, tiap tahun penyusutan lahan pertanian mencapai 1.000 hektar lebih. Hal ini disebabkan banyak pengembang mengalihfungsikan lahan tersebut dengan mendirikan bangunan pemukiman atau pusat perbelanjaan(Putro, 2014: 2).
Analisis pertumbuhan atau kontribusi sektoralyang dilakukan oleh para peneliti, ekonom maupun perencana pembangunan biasanya memanfaatkan data
6 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Produk Domestik Bruto (PDB).Namun penggunaan data PDB atau PDRB saja untuk merumuskan suatu rencana pembangunan yang menyeluruh dan konsisten antarsektor yang satu dengan sektor yang lain, agaknya terbukti masih kurang memadai. Hal ini diakibatkan keterkaitan atau interaksi antarsektor secara eksplisit tidak dapat ditunjukkan oleh data PDB danPDRB.Padahal interaksi atau keterkaitan antarsektor menjadi fokus perhatian para perencana dan ekonom yang ingin selalu menjaga keseimbangan ekonomi makro.Hal itu menunjukkan peran pentingnya memahami tabel Input-Output (I-O) (Kuncoro, 2011: 295).
Kelebihan model I-O adalah dapat menggambarkan secara rinci struktur ekonomi pada suatu kurun waktu tertentu.Struktur ekonomi dapat mencakup wilayah suatu negara, daerah, maupun antardaerah. Dengan demikian, manfaat Tabel I-O adalah: (1) menggambarkan secara lengkap aliran barang, jasa, dan input antarsektor, (2) dapat dimanfaatkan sebagai alat peramal mengenai pengaruh suatu perubahan kondisi ekonomi atau kebijakan ekonomi (Boediono, 1981: 52).
7 1.2 Keaslian Penelitian
Penelitian tentang perubahan struktur ekonomi di Provinsi Jawa Timur pernah dilakukan oleh Nazara dan Amir (2005)dengan menggunakan pendekatan analisis input-output periode tahun 1996-2000.Penggunaan data input-output yang cukup lampau (1996-2000) kurang dapat menjelaskan perubahan struktur ekonomi Provinsi Jawa Timur saat ini mengingat perkembangan perekonomian di Provinsi Jawa Timur yang cukup dinamis.
Delima (2009) juga melakukan penelitian dengan menggunakan analisis input-output tahun 2000 dan 2004 hasil updating, penelitian ini lebih
menitikberatkan untuk mengetahui apakah terjadi deindustrilasasi di Provinsi Jawa Timur dengan lima kriteria penurunan PDRB, output, ekspor, tenaga kerja, dan keterkaitan antarsektor. Penelitian mengenai perubahan struktur ekonomi dengan cakupan wilayah lebih luas dilakukan oleh Kurniawan (2011), dengan menggunakan data input-outputIndonesia tahun 1971-2008.Di level Internasional analisis perubahan struktural dengan menggunakan analisisinput-output di lakukan oleh Munjal (2007), penelitian dilakukan untuk mengetahui perubahan struktur ekonomi India dengan menggunakan analisisMultiplier Product Matrix (MPM).Penelitian ini lebih mengacu kepada penelitian Munjal (2007) yang menganalisis perubahan struktur ekonomi negara India.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian di atas, keaslian penelitian ini adalah periode data yang lebih terbaru yang digunakan dalam analisa.Dari penjelasan di atas penelitian-penelitian sebelumnya mengenai perubahan struktur ekonomi dapat diringkas pada tabel berikut.
8 Tabel 1.3 Penelitian Terdahulu
No Pengarang Metoda Hasil
1 Esteban-Pretel, Julen and Sawada, Y (2013)
Analisis
pendekatan model neoklasik 2 sektor
Tiga faktor yang mempengaruhi perubahan struktur ekonomi Jepang (kebijakan subsidi pertanian, pembatasan migrasi tenaga kerja dan peningkatan Total Faktor Produksi (TFP) sektor pertanian.
2 Vries, et al (2012) Dekomposisi setruktural
Terjadi realokasi tenaga kerja di Rusia, India, Cina kecuali Brazil, peningkatan jumlah pekerja sektor formal meningkatkan pertumbuhan di Brazil, sedangkan di India peningkatan pekerja sektor informal menurunkan pertumbuhan.
3 Saygılı, H& Saygılı, M (2011)
Menggabungkan dua model: model permintaan dan penawaran ekspor
Perubahan struktur di Turki di pengaruhi perubahan struktur ekspor.
Perubahan struktur ekspor di pengaruhi integrasi (Negara lain).
4 Stefanski, R (2013) Analisa model pergeseran tenaga kerja multisektor dan sektor yang mnyebabkan permintaan minyak naik.
Perubahan struktur di Negara berkembang mempengaruhi harga minyak dengan proses seperti kurva U terbalik, tetapi dampaknya tidak permanen.
5 Keogh, G and Quill, P (2008)
Analisisinput- output, metode biproportional
Telah Terjadi perubahan struktural akibat kebijakan pemerintah dalam upaya mengurangi defisit anggaran dan upaya peniggakatan PDB.
6 Rada, Cand von Arnim, R (2012)
Analisis Social Accounting Matrix (SAM)
Perubahan struktural di Cina dan India di pengaruhi faktor guncangan permintaan (investasi dan eskpor), perubahan teknologi, distribusi pendapatan, depresiasi mata uang.
Integrasi ekonomi mendukung proses transformasi struktural di India dan Cina.
7 CHEN,et al (2010) Dekomposisi Perubahan struktur berpengaruh berkontribusi terhadap TFP dan pertumbuhan output.
8 Naudé, W (2009) Ekonometrik Kewirausahaan dapat menorong perubahan struktural ekonomi dan pertumbuhan.
9 Munjal, P (2007) Analisisinput- output, analisa MPM
Sektor yang mempunyai keterkaitan kedepan dan belakang yang tinggi adalah sektor intermediatedan sektor infrastruktur. Secara umum ada perubahan struktur di Negara India (1989-1990, 1993-1994, 1998-1999).
9 Tabel 1.3 Lanjutan
10 Nazara dan Amir (2005)
Analisisinput- output
berdasarkan analisis MPM terlihat pula perubahan struktur ekonomi Jawa Timur selama periode 1994 sampai 2000 walaupun tidak drastis.
11 Akita, A And Hermawan, A (2000)
Analisisinput- output
Terjadi perubahan struktur di Indonesia yaitu semula industri untuk memenuhi pasar dalam negeri, beralih ke pasar ekspor.
Ekspor didominasi sektor non- minyak semula didominasi minyak.
10 1.3 Rumusan Masalah
Menurut definisi dari Kuznet (1966, dalam Jhinghan, 2003:57), pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan terus menerus dalam produk/output perkapita atau perpekerja dan biasanya diikuti dengan perubahan struktural.Masing-masing wilayah atau daerah berbeda faktor penyebab terjadinya perubahan struktural. Perubahan struktural dapat disebabkan antara lain oleh dampak suatu kebijakan, perubahan sumberdaya baik jumlah maupun kualitas.
Selain itu, menurut Sastrosoenarto (2006 dalam Delima, 2009) guncangan ekonomiseperti krisis moneter maupun bencana alam juga dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktural.Jika di lihat dari struktur PDRB, kontribusi sektoral PDRB Provinsi Jawa Timur di dominasi sektor industri pengolahan dan jasa, tetapi jika dilihat dari jumlah tenaga kerja, sektor pertanian mendominasi jumlah tenaga kerja di Jawa Timur.
Adanya bencana luapan lumpur lapindo sedikit banyak akan mempengaruhi perekonomian Provinsi Jawa Timur. Selain berdampak pada Kabupaten Sidoarjo yang merupakan pusat industri Jawa Timur, juga berdampak pada daerah lainnya mengingat posisi Kabupaten Sidoarjo yang strategis menghubungkan Kota Surabaya dengan daerah pusat perekonomian Jawa Timur lainnya. Menurut Sukiadi (2008) 40 persen perekonomian Jawa Timur melalui Porong Sidoarjo.Penelitian terkait analisis kerugian akibat bencana luapan lumpur Lapindo telah banyak dilakukan, tetapi penelitian terkait analisis dampak luapan lumpur Lapindo terhadap struktur ekonomi Jawa Timur belum banyak dilakukan.
11 Dari uraian sebelumnya, penelitian ini menitikberatkan untuk mengetahuisektor ekonomi yang menjadi penggerak utama dan pendorong (sektor unggulan) perekonomian Provinsi Jawa Timur sepanjang tahun 2000- 2010,mengetahui dampak bencana lumpur Lapindo terhadap perekonomian Jawa Timur (dampak bencana terhadap total output, pendapatan rumah tangga dan kesempatan kerja), menganalisis dampak perubahan permintaan akhir (perubahan pengeluaran pemerintah dan investasi terhadap total output, pendapatan rumah tangga dan kesempatan kerja) dan menganalisis perubahan struktur ekonomi di Provinsi Jawa Timur dalam kurun waktu 2000-2010.
1.4 Pertanyaan penelitian
Berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan sebagai berikut:
1. Sektor ekonomi apasaja yang menjadi penggerak utama dan pendorong (sektor unggulan) pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Timur sepanjang tahun 2000-2010?
2. Bagaimana dampak bencana lumpur Lapindo bagi perekonomian Jawa Timur (dampak bencana terhadap total output, pendapatan rumah tangga dan kesempatan kerja)?
3. Bagaimana dampak pengeluaran pemerintah dan investasi (perubahan permintaan akhir) terhadap total ouput, pendapatan rumah tangga dan kesempatan kerja?
4. Apakah terjadi perubahan struktur ekonomi di Propinsi Jawa Timur sepanjang tahun 2000-2010?
12 1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui perkembangan perekonomian daerah di Propinsi Jawa Timur pada periode 2000-2010, secara khusus, tujuan penelitian ini adalah:
1. mengetahui sektor ekonomi yang menjadi penggerak utama dan pendorong pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Timur sepanjang tahun 2000-2010;
2. mengetahui dampak adanya bencana lumpur Lapindo terhadap perekonomian Jawa Timur (dampak bencana terhadap total output, pendapatan rumah tangga dan kesempatan kerja);
3. mengetahui dampak perubahan pengeluaran pemerintah dan investasi terhadap total output, pendapatan rumah tangga dan kesempatan kerja);
4. mengetahui perubahan struktur ekonomi di Provinsi Jawa Timur sepanjang tahun 2000-2010.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Sektor penggerak utama dan pendorong utama (sektor unggulan) yang di temukan dalam penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan kebijakan ekonomi bagi pemerintah Provinsi Jawa Timur.
2. Memberikan gambaran tentang dampak bencana lumpur Lapindo terhadap perekonomian sehingga dapat dijadikan langkah antisipasi dalam penanggulangan bencana.
13 3. Hasil analisis dampak pengeluaran pemerintah dan investasi dapat dijadikan sebagai dasar alokasi penganggaran pembangunan dan pemberian izin investasi.
4. Memberikan gambaran tentang perubahan struktur ekonomi sehingga dapat dijadikan evaluasi serta dasar bagi kebijakan pembangunan yang akan datang.
1.7 Sistematika Penulisan
Tesis ini disusun dalam lima bab dengan sistematika susunan sebagai berikut. Bab I terdiri dari latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.Bab II menguraikan landasan teori, kajian terhadap penelitian terdahulu, dan model penelitian atau kerangka penelitian.Bab III mengulas tentang metoda penelitian diantaranya mengenai jenis dan sumber data, metoda analisis data dan definisi operasional.Bab IV menyajikan pembahasan hasil penelitian.Bab V menyajikan kesimpulan dan saran memuat rangkuman dari hasil penelitian secara keseluruhan.