3.1 Pendekatan dan Konsep Bentukan
Ditinjau dari fungsi bangunan ini sebagai wahana rekreasi pendidikan yang mempelajari tentang dinosaurus maka yang menjadi ide dasar atau nyawa dari asal bentukan tersebut harus sesuatu yang benar-benar khas mengambil dari dinosaurus.
Dalam hal ini prinsip yang diambil adalah prinsip anatomi kerangka dinosaurus, pergerakan gaya yang terjadi dari sistem kerangka dalam tubuh dinosaurus sehingga sang dinosaurus dapat berdiri dengan kokoh. Hal ini yang diterapkan sehingga bangunan harus dapat berdiri kokoh dengan sistem yang sama dengan sistem anatomi kerangka dinosaurus. Pendekatan yang diambil adalah pendekatan mimesis yang berarti tiruan atau mimik dari suatu rutinitas atau sistem. Dan sistem yang diambil sebagai pendekatan adalah sistem konstruksi dan pergerakan kerangka dinosaurus untuk diterapkan dalam sistem konstruksi bangunan. Bentukan dari bangunan ini tercipta dari proses mengadopsi sistem ini ke dalam bangunan wahana rekreasi ini.
Sistem yang saya adopsi adalah sistem tulang Tyrannosaurus rex.
proporsinya yang asimetris namun tetap memiliki sistem yang kokoh sehingga dia bisa menjadi kadal penguasa dengan anatomi terkokoh..
Gambar 3.1. Tyrannosaurus Rex
Sistem pergerakan yang ada adalah gaya antara tubuh bagian depan (kepala dan badan) yang saling menyeimbangkan dengan bagian belakang (ekor) dengan tumpuan Tungkai yang kokoh. Sistem utamanya bergantung pada sistem tulang belakang yang menghubungkan seluruh konstruksi tubuh, dengan menanggung gaya2 vertikal maupun horizontal yang terjadi.
Gambar 3.2. Kerangka Tyrannosaurus Rex
Gambar 3.3. Pergerakan Tyrannosaurus Rex
Tulang punggung menjadi pusat tumpuan daripada tulang –tulang rusuk yang kemudian menyangga organ dan badan dinosaurus dan tulang punggung ini pula yang berfungsi sebagai komponen penyalur gaya beban.. Gaya vertikal yang terjadi diresultansikan dengan gaya horizontal sistem tulang punggung sehingga mengecilkan dan mengatasi pembebanan, gaya yang terjadi disalurkan ke tanah
melalui pondasi yang kokoh. Hal ini yang siadopsikan ke dalam bangunan . Dan bentukan daripada sistem kerangka inilah yang mengambil peranan dalam pembentukan fasad bangunan.
Gambar 3.4. Penataan Konstruksi dan Massa Bangunan
Dari gambar 3.4 dapat dilihat pengadopsian sistem kerangka t-rex yang diwujudkan dalam bangunan modern, dapat dilihat adanya tulang rusuk yang mengangkat massa bangunan yang ditumpu oleh busur tulang punggung dan ditopang core sebagai tungkai atau kaki dari bangunan
Dari pengadopsian tersebut maka setelah difinishing dengan fasad dan pertimbangan estetika maka terbentuklah tampak bangunan yang diinginkan dengan finishing tekstur kasar serta penataan vegetasi yang “liar” ingin menampilkan kesan natural sebagai bangunan yang bercitrakan pendidikan alam.
Gambar 3.5. Perspektif Eksterior A Fasad Bangunan
Gambar 3.6. Perspektif Eksterior B Fasad Bangunan
Gambar 3.7. Tampak Bangunan
3.2 Pendalaman
Dalam mendesain bangunan ini pendekatan yang saya ambil tentu adalah pendekatan sistem struktur. Karena kendala utama dari perwujudan konsep ini adalah perwujudan sistem sturkturnya. Bagaimana agar bangunan ini benar-benar bisa dibangun di lapangan. Hal lebih lanjut dan mendetail akan dijelaskan dalam sistim konstruksi bangunan.
`3.3. Rencana Pengadaan Fasilitas
Fasilitas yang ada pada bangunan ini dapat dibedakan 2 bagian, yitu area indoor (yang berada di dalam bangunan dan area outdoor (yang berada di luar bangunan)
Seperti yang telah dibahas pada sirkulasi dalam site, lobby menjadi area utama yang merupakan pintu gerbang menuju fasilitas - fasilitas lain , namun lobby tersebut diletakkan di lantai 3. Dan fasilitas yang lain yang diletakkan mulai dari lantai 1 sampai 7. Fasilitas yang ada pada wahana ini antara lain:
Yang berada di dalam bangunan (indoor space):
Æ Lobby Area
Æ Ruang Audio visual
Æ Ruang pusat Pustaka dan Literatur Æ Ruang auditorium
Æ Ruang forum dan seminar pendidikan Æ Market buku,souvenir dan merchandise
Æ Area pameran replika kerangka dan fosil dinosaurus Æ Indoor restaurant
Æ Workshop pembuatan replika
Yang berada di luar bangunan (outdoor space) Æ Area eksplorasi rimba purba
Æ Resto outdoor Æ Outdoor Hall
Pengadaan fasilitas wahana pada lantai 1 (1st floor)
Gambar 3.8. Pengadaan Fasilitas Lantai 1
D
D
C F
E
B A
G
Keterangan :
A : Main Entrance B : Sub Entrance C : Outdoor Hall D : Taman Eksplorasi E : Area Pameran Temporer F : Workshop
G : Loading Dock
Pengadaan fasilitas wahana pada lantai 2 (2nd floor)
VOID
Gambar 3.9. Pengadaan Fasilitas Lantai 2
Pengadaan fasilitas wahana pada lantai 3 (3rd floor)
Gambar 3.10. Pengadaan Fasilitas Lantai 3
H
J
Keterangan :H : Dropping Area I : Office
J : Dapur
I
K M L
N
Keterangan K : Lobby Area L
buku M : Resto
: Market suvenir dan
Indoor N : Resto Outdoor O : R. Audio Visual
O
Pengadaan fasilitas wahana pada lantai 4 (4th floor)
Gambar 3.11. Pengadaan Fasilitas Lantai 4
Pengadaan fasilitas wahana pada lantai 5 (5th floor)
Gambar 3.12. Pengadaan Fasilitas Lantai 5
P
Keterangan
P : Area pameran replika kerangka Q : R. Baca bebas
Q
R
T S
Keterangan R : Area
replika kerangka S : R. Perpustakaan T : Public auditorium
pameran
Pengadaan fasilitas wahana pada lantai 6 (6th floor)
Gambar 3.13. Pengadaan Fasilitas Lantai 6
Gambar 3.14. Pengadaan Fasilitas Lantai 7 Pengadaan fasilitas wahana pada lantai 7(7th floor)
U
Keterangan
U : Area pameran replika kerangka V : R. Perpustakaan
V
Keterangan
W : Area pameran replika kerangka X : R.Seminar V.I.P
W
X
3.3.1 Outdoor Space
Æ Area eksplorasi rimba purba
Gambar 3.15. Taman Eksplorasi
Area ini merupakan area taman terbuka dimana para anak-anak dan kaum muda bis berpetualang sambil melihat “kehidupan” dinosaurus yang
“berkeliaran” melalui replika-replikanya. Di sinilah divisualisasikan tentang habitat asli kehidupan dinosaurus
Æ Kafe outdoor
Gambar 3.16. Resto Outdoor
Area ini merupakan fasilitas wahana yang ditujukan untuk umum, dengan konsep agar pengunjung bisa menikmati makanan yang disajikan dan bersantai di udara terbuka dengan view taman eksplorasi rimba purba.
Æ Outdoor Hall
Gambar 3.17. Outdoor Hall
Area ini merupakan lapangan terbuka yang disewakan sebagai tempat acara non permanent namun harus memiliki kaitan dengan pengetahuan tentang alam untuk mempertahankan citra bangunan, misalnya pameran tanaman outdoor, pertunjukan atraksi hewan, dan sebagainya.
3.3.2 Indoor Space
Æ Lobby Area
Gambar 3.18. Lobby Area
Lobi dalam bangunan ini memiliki peranan yang sangat penting karena semua fasilitas yang ada harus diakses melalui lobi ini. Jadi lobi merupakan pintu masuk menuju wahana ini. Maka konsep interior yang ingin ditimbulkan adalah perasaan memasuki dunia lain, The Lost World dengan plafon yang luar biasa tinggi dan konsep interior zaman purba membuat pengunjung benar – benar merasa melompat balik ke jutaan abad yang lalu dimana dinosaurus hidup.
Æ Ruang Audio visual
Sebagai area penyimpanan dokumentasi-dokumentasi visual dan sebagai area untuk menampilkan pemutaran film-film yang berbau pendidikan prasejarah, mempelajari bagaimana behaviour dinosaurus dalam habitatnya, serta
me
sebagainya.
Æ
Gambar 3.19. Perpustakaan
Sebagai wahana pendidikan di sini tersedia perpustakaan yang menyimpan berbagai literatur dan dokumen tertulis yang dapat menunjang perkembangan pendidikan prasejarah.
Æ Ruang auditorium
Gambar 3.20. Auditorium
Fasilitas ini berfungsi untuk acara – acara yang menggunakan media visual yang besar, misalnya seminarakbar untuk umum yang mendatangkan arkeolog luar negeri yang akan berpresentasi, atau menyaksikan bersama film tentang dinosaurus dan sebagainya
nonton berbagai dokumentasi dan rekaman pengetahuan prasejarah dan
Ruang pusat Pustaka dan Literatur
Æ Ruang forum dan seminar pendidikan
Gambar 3.21. R. Seminar VIP
bangan ilmu adakan ruang seminar dan forum sebagai nai pendidikan demi tuntutan nghadirkan ahli arkeolog dari luar sewakan sebagai ruang seminar yang VIP
Area ini menyediakan toko yang menjual buku-buku pengetahuan tentang prasejarah serta berbagai merchandise yang bertema dinosaurus, mulai dari cindera mata, mainan, hingga produk-produk seperti baju yang bertema dinosaurus.
Gambar 3.22. Ruang Penjualan Buku dan Souvenir
Sebagai wahana pendidikan yang ditujukan untuk perkem pra-sejarah di Indonesia. Tentu perlu di
fasilitas untuk pertemuan dan diskusi menge perkembangan ilmu pengetahuan, misal me negeri. Selain itu ruangan ini dapat di
Æ Market buku, souvenir dan merchandise
Æ Area pameran replika kerangka dan fosil dinosaurus
Gambar 3.23. Area Pameran Replika Kerangka dan Fosil Dinosaurus
Sebagai area pendidikan tentu tak cukup hanya menampilkan replika dinosaurus yang hidup tapi juga mempelajari bagaimana struktur kerangkanya serta sistem pergerakannya, fosil-fosilnya. Semua dihadirkan didalam interior museum replika.
Æ Indoor restaurant
Gambar 3.24. Restoran indoor
Selain restoran pada tempat terbuka, disediakan pula yang di dalam bangunan agar pengunjung dapat menikmati fasilitas restoran di dalam ruangan.
Æ Area pameran temporer
Gambar 3.25. Area Pameran Temporer
Sebagai wahana pendidikan bangunan ini menyediakan fasilitas ruangan yang difungsikan untuk area pamer dan bisa disewakan, namun dalam batasan untuk tujuan pendidikan alam dan lingkungan hidup agar mempertahankan citra wahana sebagai wahana pendidikan. Karena kedepannya wahana ini akan menjalin kerjasama dengan badan arkeologi dunia dan akan sering mengadakan acara–acara dan pameran-pameran tentang lingkungan hidup. Plafon ruangan ini setinggi 8 meter untuk menambah kesan luas ruangan yang sudah luas, dan juga bisa berguna misal bila mendatangkan fosil tulang luar negri yang tingginya lebih dari 6 meter.
Æ Workshop pembuatan replika
Untuk kebutuhan replika patung, robot dinosaurus hidup maupun kerangkanya disini menyediakan workshop untuk memproduksi replika itu sendiri karena ditinjau dari efisiensi biaya dan waktu serta sirkulasi penempatan mengingat ukuran replika dinosaurus tidaklah kecil. Jadi pengadaan replika lebih mudah dan dapat bervariatif serta memudahkan untuk kebutuhan maintenancenya.
3.4. Analisis Kebutuhan Ruang
Tabel 3.1. Besaran Ruang Fasilitas Wahana
Ruang Kapasitas
(orang) Standar Sumbe
r
Luas (m2) Taman Replika
Outdoor --- As 15000
Resto Outdoor
R. Makan 200 1.3 x 200=260 m2 NAD 260
Dapur
Pantry/ dapur NAD 30
Gudang NAD 4
Kasir NAD 6
Wastafel 1.8 x 4 buah = 7,2 NAD 7,2
Subtotal 307,2
Resto Indoor
R. Makan 200 1.3 x 200=260 m2 NAD 260
Bar 20 1.2 x 20= 24 m2 NAD 24
Subtotal 284
Loket karcis 2 1 loket = 10 m2 LTA 20
Bursa buku /
suvenir LTA 80
Toilet
Pria :
kloset = 2.25 m2 x 3 buah = 6.75 m2 urinoir = 1.8 m2 x 5 buah = 9 m2 wastafel = 1.8 m2 x 4 buah = 7.2 m2 Wanita :
kloset = 2.25 m2 x 8 buah = 18 m2 wastafel = 1.8 m2 x 4 buah = 7.2 m2
NAD 48,15
Tabel 3.1. Besaran Ruang (Sambungan)
Auditorium/R.
Seminar 200 NAD 400
R. Peralatan
auditorium LTA 60
Lobi Museum 1000 0.8 m2 x 1000 = 800 m2 NMH 800
Toilet NAD 48,15
Museum
Replika 2000 LTA 5000
R.Audio Visual
(mini theater) 500 As 1000
Perpustakaan Penitipan /
sirkulasi 3 orang NAD 20
R. baca NAD 100
R. buku NAD 60
R. katalog NAD 10
R. fotokopi 1 orang NAD 10
R.
administrasi 2 orang NAD 20
Subtotal 220
Servis As 20
Gudang NAD 20
Toilet servis NAD 20
Total 23.327
Tabel 3.1. Besaran Ruang (Sambungan)
Unit pelayanan administratif
Ruang Kapasitas Standar Sumber Luas (m2)
Kepala kantor 3 orang LTA 60
Rapat LTA 120
Kepala tata usaha 3 orang LTA 20
Seksi keuangan 7 orang LTA 60
Seksi kepegawaian 8 orang LTA 60
Seksi rumah tangga 13 orang LTA 100
R. tamu LTA 20
Musholla & toilet NAD 40
Total 766,5
Unit pelayanan serivs
Ruang Kapasitas Standar Sumber Luas (m2)
Workshop Replika Asumsi 1500
Gudang servis Asumsi 20
Musholla & wudhu NAD 40
R. makan / istirahat LTA 50
Dapur LTA 30
R. karyawan LTA 70
R. genset HSRBD 50
R. Chiller HSRBD 130
R. PLN LTA 50
R. trafo LTA 30
R. panel LTA 40
Gudang Teknis HSRBD 12
Tandon + pompa LTA 50
Loading dock LTA 400
Total 3724,6 Total Lahan Fasilitas=23327+766,5+3724,6 = 27.818,1m2
Keterangan :
HSRBD : Handbook of Sport and Recreational Building Design NAD : Neufert Data Architects
NMH : New Metric Handbook LTA : Literatur Tugas Akhir
Analisis Perhitungan Parkir Ketentuan :
1 mobil 25 m2
Æ 1 sepeda motor 2,1 m2 Æ 1 bis 65 m2
Parkir Mobil
Æ Jumlah pengunjung diasumsikan 1000 orang Æ Asumsi 60% x 1000 orang = 600 orang Æ Asumsi 1 mobil @ 4 orang = 150 mobil Æ Jumlah mobil untuk pengelola = 20 mobil
Æ Jumlah mobil untuk penyelenggara acara = 6 mobil Æ Total jumlah mobil = 176 mobil
Luas area parkir mobil= 176 mobil x 25 m2 = 4400 m2 Parkir Sepeda Motor
Æ Jumlah pengunjung diasumsikan maksimal 1000 orang Æ Asumsi 30% X 1000 orang = 300 orang
Æ Asumsi 1 sepeda motor @ 2 orang = 150 sepeda motor Æ Jumlah sepeda motor untuk staff = 70 sepeda motor
Luas area parkir sepeda motor = 220 sepeda motor x 2,1 m2 = 462 m2 Parkir Bis
Æ Asumsi jumlah bis 4 buah
Æ Luas area parkir bis = 4 bis x 65 m2 = 260 m2
Total Lahan Parkir = 4.400+ 462 + 260 = 5.122m2 Total Luas Lahan = 27.818,1 + 5.122 = 32.940,1m2
3.5 Sistem Struktur dan Konstruksi
3.5.1 Analisa Fungsi Komponen Penyusun Bangunan
Dalam hal ini sesuai prinsip gaya pada anatomi dinosaurus, keduanya harus saling menyeimbangkan
Sistem konstruksi penggantung inipun dibagi jadi 2 bagian utama Æ Penggantung massa bangunan (A)
Æ Core penopang massa bangunan (B)
Sistem konstruksi penggantung massa utara(kepala) inipuun dibagi 2 komponen utama yaitu:
Æ Busur penyalur beban gaya (tulang punggung) (c) Æ Rangka Penggantung beban (tulang rusuk) (d)
(A) (d)
(c)
(B) (B)
Gambar 3.26. Skema Sistem Konstruksi dan Massa Bangunan
Sesuai dengan konstruksi anatomi tulang dinosaurus, maka bangunan ini terdiri dari 3 komponen utama pendukung bangunan. Yaitu
Æ Sistem konstruksi bangunan (kerangka)
Æ Massa bangunan yang menjadi beban konstruksi
Sistem konstruksi bangunan memiliki 2 bagian posisi penggantung massa:
Æ Konstruksi massa utara (U) Æ Konstruksi massa selatan (S)
(U) (S)
Seperti terlihat diatas beban massa terbagi menjadi 2 bagian, bagian utara(Æ) dan bagian selatan (Å). Prinsip gaya antar keduanya harus saling menyeimbangkan.
Komponen strukturalnya sendiri terbagi jadi struktur penggantung (A) dan struktur core penopang (B)
Gambar 3.27. Skema Sistem Konstruksi dan Massa Bangunan Utara
Konstruksi penggantung ini terbagi jadi 2 bagian lagi yaitu Busur penyalur beban gaya (A) serta Konstruksi pemegang beban bangunan (B)
Prinsip kerjanya menyamakan kerja tulang punggung dan rusuk pada dinosaurus. Beban dipegang oleh rusuk penggantung, dan rusuk penggantung ini bertumpu pada busur utama.
(A) (B)
3.5.2 Analisa Sistem Penyaluran Beban
3.5.2.1Sistem Penyaluran Beban Pada Konstruksi Kerangka Tyrannosaurus Rex.
Dorsal Vertebrae Caudal vertebrae Illium(ilia)
Fibulae
Caudal Ribs
Tarsalis
Gambar 3.28. Keterangan Kerangka Tyrannosaurus Rex
Gambar 3.29. Gaya Yang Terjadi Pada Sistem Kerangka Tyrannosaurus Rex
Pada Tulang Tyrannosaurus, yang menjadi pusat keseimbangan adalah tungkai illium yang memiliki kadar fosfor yang tinggi karena berfungsi sebagai penyeimbang beban depan(daerah kepala) yang disalurkan ruas tulang punggung depan(dorsal vertebrae)dan beban belakang(daerah ekor) yang disalurkan melalui ruas tulang punggung belakang(caudal vertebrae). Beban organ dalam dan daging dipegang oleh tulang rusuk(ribs) yang menumpu pada ruas tulang
Ribs
punggung(caudal & dorsal vertebrae) yang menyalurkan beban ke tengah sebagai penyeimbang dan disalurkan ke fibulae dan akhirnya berhenti di Tarsalis yang berfungsi sebagai pondasi.
Beban massa utara(U) dan selatan(S) dipegang oleh konstruksi rusuk penggantung(B). Untuk menahan beban massa bangunan yang cenderung jatuh kebawah, maka diperlukan resultan gaya keatas untuk mengangkat massa bangunan. Pada massa utara(U), gaya tersebut diperoleh dari kabel tarik pada ujung busur(p) ditarik menuju batang tarik keseimbangan(q) dan dilanjutkan menuju pondasi(r), hal yang sama terjadi pada massa selatan(S) ujung busur(t) ditarik menuju (q) dan dilanjutkan ke pondasi(v). Gaya-gaya tarik tersebut akan mengakibatkan tekan pada titik (w) dan (x), lalu diteruska langsung ke pondasi.
Core(cr) disini memiliki peranan untuk menahan beban lateral yang terjadi agar konstruksi kerangka tidak patah dan juga sebagai pengaku agar plat lantai atau massa bangunan tidak mengalami banyak pergerakan.
3.5.2.2 Pengadopsian Terhadap Sistem Konstruksi Bangunan
(B) (B) (p)
(t) (B)
(q)
(S) (U)
(w) (x)
(cr) (cr)
(r) (v)
Gambar 3.30. Penyaluran Gaya Pada Sistem Struktur
Caudal Vertebrae Dorsal Vertebrae Caudal Vertebrae Dorsal Vertebrae Illium
Ribs
Gambar 3.31. Perbandingan Konstruksi Asli T-rex Dengan Aplikasinya Dalam Bangunan
3.5.3 Material dan Detail Penyusun Komponen Struktural
bb) (st)
(aa)
Gambar 3.32. Aksonometri Rangka Utama Illium
Fib
Fibulae Ribs
Tarsalis Tarsalis ulae
(
Komponen struktural busur tulang punggung utama terdiri dari 2 busur rangka batang raksasa (aa) dan (bb) yang dihubungkan dengan segitiga space truss baja (st)
Untuk menambah kekakuan gaya lateralnya antara segitiga space truss dihubungkan dengan open web joist yang juga berfungsi sebagai pendukung rangka penutup atap, Hubungan antara Space Truss, Open Web Joist lengkapnya dapat dilihat dari gambar 3.25 dan 3.26 (Detil A dan F).
Sedangkan bila dilihat dari samping, maka busur ini juga terbagi jadi busur bagian utara dan selatan, (bagian kepala dan ekor T-Rex) yang harus saling meneyimbangkan, maka hubungan join segitiga space truss dan busur rangka utamanya harus diperhatikan, karena memiliki posisi yang krusial, sebagai tungkai illium (pada T-Rex) yang menjadi titik temu dua bagian yang harus saling menyeimbangkan. Detail lengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.27 (Detil C)
Detil F Open Web Joist
Detil A
Space Truss
Busur Selatan Busur utara
Gambar 3.33. Rangka Busur utama
Gambar 3.34. Detil A
Gambar 3.35. Detil F
Tampak atas
Gambar 3.36. Detil C
Sedangkan untuk komponen struktural busur tulang punggungnya sendiri terdiri dari rangka batang besar yang masing masing kompoen penyusunnya juga terdiri dari 4 rangka batang yang ditutup plat GRC sebagai finishingnya.
Potongan Komponen Busur
Gambar 3.37. Busur Utama
Bila salah satu komponen rangka batang busur utama dipotong maka akan terlihat bahwa satu batang komponen busur utama ini terdiri dari 4 rangka batang baja I 400x400 yang difinishing dengan ditutup plat GRC kasar untuk mendapatkan tampilan natural.
Gambar 3.38. Potongan Komponen Penyusun Rangka Busur Utama
Lalu pada sistem ”tulang rusuk” atau konstruksi pemegang beban sendiri juga terdiri dari rangkaian rangka batang baja I 400x400 yang juga difinishing tekstur kasar dengan material plat GRC.
Rangka batang Baja I 400x400
Finishing plat GRC kasar
Gambar 3.39. Rangka Batang Busur Rusuk Pengganntung Lantai
Gambar 3.40. Aksonometri Busur Rusuk Penggantung Lantai
Untuk menahan gaya lateral utara-selatan dan sebaliknya agar rusuk tidak patah maka diberi batang pengaku baja kanal C yang juga difungsikan
sebagai pendukung plat dinding.
Batang baja kanal C Gaya Lateral
Hubungan antara rangka batang rusuk penggantung, batang C pengaku pendukung dinding dan lantai yang digantung dapat dilihat pada gambar 3.31(DetailE)
Gambar 3.41. Detail E
Peranan core disini adalah sebagai panahan beban lateran dan pengaku massa bangunan dari beban lateral. Hubungan antara Core, rangka dan plat lantai dapat dilihat pada gambar berikut.
Gaya lateral Barat – Timur
Gaya Lateral Utara - selatan
Core
Gambar 3.42. Peranan Core
Gambar 3.43. Detail D
3.5.4 Finishing Fasad Bangunan
Dalam sub-bab sebelumnya telah banyak dijelaskan tentang finishing komponen struktural bangunan, dalam hal ini akan dijelaskan penggunaan material penutup elemen – elemen bangunan lebih lanjut yang belum dijelaskan pada sub-bab berikutnya.
`
Gambar 3.44. Potongan Keterangan Fasad bangunan.
Æ a) Bahan penutup `dinding exterior plat GRC finishing tekstur kasar.
Æ b) Bahan penutup rangka busur utama plat GRC finishing tekstur kasar.
Æ c) Bahan penutup atap busur plat aluminium.
Æ d) Bahan penutup atap lobi utama plat aluminium.
Æ e) Bahan penutup atap ujung bangunan plat GRC tektur kasar.
Æ f) Bahan dinding core beton finishing tekstur kasar.
Æ g) Bahan dinding fasad panel Curtain Wall 0.01
a a
c
b e
e
f f g
g d
Massa fasad penutup lobby
Æ Massa fasad penutup lobby ini terpisah dengan konstruksi bangunan yang ada.(pondasi utama) dan sebagainya.. Memiliki pondasi sendiri dan berdiri sendiri.
Gambar 3.46. Detil H
Æ Terdiri dari rangkaian space truss difishing dengat penutup dinding plat GRC kasar.
Gambar 3.45. Potongan Massa Fasad Lobby Area
3.6 Sistem Utilitas Bangunan
3.6.1 Sistem Air Bersih
Pengadaan air bersih langsung dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) untuk persediaan air minum dan untuk keperluan sehari-hari dengan sumur bor. Sistem distribusi air bersih yang digunakan adalah sistem upfeed.
Pada bangunan museum ini. tandon air diletakkan pada lantai basement. Air dari tandon didistribusikan dengan pompa menerus ke atas. Selanjutnya pompa akan mendistribusikan air menuju toilet, kafetaria, dan sistem pencegah kebakaran.
Kebetulan karena wc pada bangunan ini tipikal (di dalam core), semua menerus hingga basement, maka memudahkan penerapan sistem ini.
pa
Gambar 3.47. Aksonometri Distribusi Air Bersih
Diagram 1. Sistem Distribusi Air Bersih Pom
Tandon bawah + pompa
PDAM
Meteran
Pompa
Pompa Area yang dilayani
Tandon
3.6.2 Sistem Pembuangan
Bahan buangan berupa air kotor yang berasal dari toilet, wastafel, dapur, ruang keamanan, kafetaria, halaman dan taman dapat langsung dialirkan ke sumur resapan sedangkan bahan buangan berupa kotoran padat yang berasal dari toilet dialirkan ke septic tank terlebih dahulu kemudian dialirkan ke sumur resapan yang jaraknya minimal 10 meter dari septic tank.
Diagram 2. Sistem Pembuangan Air Kotor & Kotoran
3.6.3 Sistem Pelistrikan
Sistem listrik melalui bagian ME di area servis dengan cadangan genset, kemudian melalui panel-panel distribusi ke seluruh bagian bangunan.
Distribusi listrik melalui: PLN – meter listrik – panel PLN (cadangan genset) – trafo – panel utama – panel distribusi.
3.6.4 Sistem Penghawaan
Sistem penghawaan yang digunakan aktif dengan AC sentral berupa chilled water system. Sistem ini dipakai dengan pertimbangan sistem ini dijalankan dengan dibantu alat untuk mengatur kelembaban udara (dehumidifier). Sistem ini dipakai pada ruang pamer dan tempat penyimpanan koleksi karena penggunaan yang hampir sepanjang waktu untuk mengkondisikan udara dengan kelembaban netral yang berkisar antara 40-60%. Ruang mesin AC disebar di dua tempat untuk pembagian pelayanan ruang yang besar agar ruangan tidak terlalu besar dan untuk kepentingan perawatan.
Septic tank Kotoran
Air Kotor
Sumur Resapan
Saluran Kota
3.6.5 Sistem Evakuasi Kebakaran
Menggunakan fasilitas evakuasi pada area jarak tempuh maksimum 30 meter dari tiap sudut ruangan. Pada massa penghubung/pusat diletakkan 4 tangga darurat
Gambar 3.48. Denah Posisi Tangga Darurat Lantai 3