• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENANAMAN NILAI- NILAI KARAKTER BAGI SISWA KELAS V DI SD N BADRAN YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENANAMAN NILAI- NILAI KARAKTER BAGI SISWA KELAS V DI SD N BADRAN YOGYAKARTA."

Copied!
572
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENANAMAN NILAI- NILAI KARAKTER BAGI SISWA KELAS V DI SD N BADRAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Resti Hutami NIM 12108241036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN PRA SEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

Barang siapa diantara kalian yang melihat kemungkaran, hendaklah dia merubahnya dengan tangannya. Apabila tidak mampu maka hendaknya dengan

lisannya. Dan apabila tidak mampu lagi maka dengan hatinya, sesungguhnya itulah selemah- lemah iman.

(HR. Muslim)

…kepandaian pada orang yang tidak sopan, tidak akan menjadikannya terhormat.

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Ucapan terima kasih kupersembahkan kepada:

1. Ayah dan ibu tercinta, R. Sidi Iswartana, A. Ma dan Tarsi yang tak kenal lelah untuk memberikan dukungan baik secara moral dan materi

2. Almamater tercinta Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk dapat menuntut ilmu.

(7)

vii

PENANAMAN NILAI- NILAI KARAKTER BAGI SISWA KELAS V DI SD N BADRAN YOGYAKARTA

Oleh Resti Hutami NIM 12108241036

ABSTRAK

Penelitian yang telah dilakukan mempunyai tujuan yaitu mendeskripsikan yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk menanamkan nilai karakter kepada siswa, terutama untuk siswa kelas V SD N Badran Yogyakarta. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui kendala yang dihadapi guru dalam menanamkan nilai- nilai karakter kepada siswa terlebih lagi, siswa kelas V SD N Badran.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan informan kepala sekolah, guru, dan siswa kelas V. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan. Teknik keabsahan menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada tiga proses yang dilakukan guru untuk menanamkan nilai karakter kepada siswa pertama melalui kegiatan pengembangan diri yang terdiri dari pengintegrasian dalam kegiatan sehari- hari dan kegiatan rutin. Pengintegrasian kegiatan sehari- hari meliputi keteladanan (berpakaian rapi, datang tepat pada waktun, berkata sopan, dan selalu menjaga kebersihan sekolah), teguran (secara lisan, tindakan, dan juga menggunakan media elektronik), kegiatan spontan (penggalangan dana, doa bersama, dan mengapresiasi prestasi siswa dengan menampilkan bakatnya), terakhir melalui pengkondisian (pengaturan tempat duduk, strategi pembelajaran seperti stand- up sit down, kegiatan bernyanyi, ice breaking, dan pengadaan sarana dan prasarana). Proses yang kedua melalui budaya sekolah yang meliputi budaya di luar kelas (ekstrakurikuler, kunjungan museum, bersih- bersih lingkungan sekolah), budaya di kelas (lomba kebersihan antar kelas, pemasangan tata tertib dan aturan kedisiplinan siswa), dan budaya di lingkup sekolah (kegiatan pentas seni dan seminar, upacara hari kenegaraan/ nasional, serta kegiatan infaq). Proses ketiga melalui integrasi mapel dengan mencantumkan nilai karakter dalam silabus dan RPP, menciptakan pembelajaran yang menumbuhkan keaktifan siswa, dan menyisipkan nilai karakter dalam setiap pembelajaran. Kendala yang dihadapi diantaranya pendanaan, waktu, dan kurangnya dukungan dari wali murid.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “PENANAMAN NILAI- NILAI KARAKTER BAGI SISWA KELAS V DI SDN BADRAN YOGYAKARTA”. Penyelesaian proposal ini tidak

lepas dari dukungan maupun bantuan dari berbagai pihak. Oelh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan pendidikan dan menimba ilmu di Fakultas Ilmu Pendidikan.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidian Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

3. Ketua jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Yogyakarta dan juga selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi.

4. Kepala sekolah, guru, siswa dan semua warga SD Negeri Badran yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian.

5. Staf dan karyawan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah berperan dalam kelancaran penulisan proposal skripsi ini.

6. Bapak dan ibu tercinta yang tak kenal lelah untuk terus mendukung penyelesaian skripsi ini.

(9)

ix

8. Semua pihak yang mungkin tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Terima kasih atas segala dukungan yang telah diberikan, semoga kebaikan semua pihak menjadi amal kebaikan dan mendapat pahala dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi yang telah disusun ini masih jauh dari kesempuraan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan oleh penulis. Semoga skripsi ini juga dapat bermanfaat bagi diri penulis sendiri maupun pembaca.

Yogyakarta, September 2016

(10)

x

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 9

C.Fokus Masalah ... 10

D.Rumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Penanaman Nilai Karakter ... 12

1. Pengertian Nilai ... 12

2. Pengertian Karakter ... 13

3. Nilai- nilai Karakter ... 14

4. Tujuan Penanaman Karakter ... 18

5. Pendekatan Penanaman Nilai ... 23

6. Upaya dan Strategi Penanaman Nilai Karakter ... 25

(11)

xi

B.Komponen Penanaman Nilai Karakter ... 42

C.Karakteristik Anak Usia SD ... 45

1. Tahap Perkembangan Anak SD ... 45

2. Perkembangan Moral Anak SD ... 50

D.Pertanyaan Penelitian ... 57

E. Kerangka Berfikir ... 57

BAB III METODE PENELITIAN A.Pendekatan Penelitian ... 59

B.Waktu dan Tempat Penelitain ... 59

C.Informan Penelitian ... 60

D.Teknik Pengumpulan Data ... 62

E. Instrumen Penelitian ... 65

F. Teknik Analisis Data ... 66

G.Keabsahan Data... 68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Lokasi Penelitian ... 70

B.Deskripsi Hasil Penelitian ... 71

1. Penanaman Nilai Melalui Kegiatan Rutin... 72

a) Melalui upacara rutin hari Senin ... 72

b) Melalui kegiatan keagamaan ... 77

c) Melalui kegiatan piket ... 85

2. Penanaman Nilai Melalui Kegiatan sehari- hari ... 90

a) Keteladanan ... 90

b) Kegiatan Spontan ... 97

c) Teguran ... 104

d) Pengkondisian ... 111

3. Penanaman nilai melalui budaya sekolah luar sekolah ... 118

4. Penanaman nilai melalui budaya sekolah di sekolah ... 139

5. Penanaman nilai melalui budaya sekolah di kelas ... 153

6. Penanaman Nilai Melalui Integrasi Mapel ... 156

(12)

xii

b) RPP ... 158

c) Proses pembelajaran ... 159

C.Pembahasan ... 161

1. Integrasi dalam kegiatan sehari- hari ... 161

a) Melalui keteladanan ... 161

b) Melalui kegiatan spontan ... 163

c) Teguran ... 165

d) Pengkondisian ... 167

2. Melalui kegiatan yang diprogramkan ... 168

a) Melalui kegiatan rutin ... 168

3. Melalui budaya sekolah ... 170

a) Budaya sekolah di sekolah ... 170

b) Budaya sekolah di kelas ... 173

c) Budaya sekolah di luar kelas ... 174

4. Melalui integrasi bidang studi ... 176

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 179

B.Saran ... 181

DAFTAR PUSTAKA ... 182

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1 Tahapan perkembangan karakter ... 41

Gambar 2 Alur berfikir... 58

Gambar 3 Komponen dalam analisis data ... 67

Gambar 4 RPP mata pelajaran Kewarganegaraan ... 187

Gambar 5 RPP silabus mata pelajaran Kewarganegaraan ... 187

Gambar 6 Kegiatan pembelajaran di kelas ... 187

Gambar 7 Kegiatan infaq ... 188

Gambar 8 Upacara hari Pendidikan Nasional ... 188

Gambar 9 Kegiatan ekstrakurikuler pencak silat ... 188

Gambar 10 Kegiatan ekstrakurikuler drumband ... 188

Gambar 11 Kegiatan kerja bakti ... 189

Gambar 12 Siswa mengepel ruangan kelas VI ... 189

Gambar 13 Dokumen tata tertib dan aturan kedisiplinan... 189

Gambar 14 Keteladanan guru ... 190

Gambar 15 Kegiatan Spontan ceramah dai cilik ... 190

Gambar 16 Kegiatan spontan penggalangan dana ... 190

Gambar 17 Pengkondisian melalui slogan ... 191

Gambar 18 Kegiatan rutin upacara ... 191

Gambar 19 Kegiatan piket ... 191

Gambar 20 Tata tertib mengenai piket ... 192

Gambar 21 Jadwal piket kelas V ... 192

Gambar 22 Sholat zuhur berjamaah ... 192

Gambar 23 Siswa mengerjakan tugas dari guru ... 192

Gambar 24 Pemeriksaan kebersihan kuku ... 192

Gambar 25 Siswa mencuci tangan setelah beraktivitas ... 193

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1 18 Nilai Karakter Kemendiknas ... 15

Tabel 2 Indikator Keberhasilan Penanaman Nilai ... 27

Tabel 3 Tahap Perkembangan Moral ... 53

Tabel 4 Tahapan Proses Berfikir ... 55

Tabel 5 Kisi- Kisi wawancara untuk guru... 194

Tabel 6 Kisi- Kisi wawancara untuk kepala sekolah ... 200

Tabel 7 Kisi- Kisi wawancara untuk siswa ... 207

Tabel 8 Kisi- Kisi observasi ... 214

Tabel 9 Nilai karakter dalam upacara rutin hari Senin ... 74

Tabel 10 Jenis kegiatan ekstrakurikuler ... 78

Tabel 11 Observasi kegiatan piket ... 88

Tabel 12 Kegiatan piket ... 90

Tabel 13 Contoh keteladanan di SD N Badran ... 96

Tabel 14 Kegiatan spontan di SD N Badran Yogyakarta ... 103

Tabel 15 Pengkondisian di SD N Badran ... 116

Tabel 16 Nilai yang ditanamkan dalam pengkondisian ... 127

Tabel 17 Kegiatan kunjungan museum ... 132

Tabel 18 Kegiatan membersihkan lingkungan sekolah ... 138

Tabel 19 Kegiatan pentas seni... 144

Tabel 20 Kegiatan infaq ... 149

Tabel 21 Perayaan hari kenegaraan/ nasional ... 152

Tabel 22 Nilai karakter mata pelajaran dalam silabus ... 157

Tabel 23 Silabus mata pelajaran yang memuat nilai karakter... 157

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1 Pedoman Observasi ... 217

Lampiran 2 Pedoman Wawancara untuk guru ... 226

Lampiran 3 Pedoman Wawancara untuk kepala sekolah ... 233

Lampiran 4 Pedoman Wawancara untuk siswa ... 240

Lampiran 5 Reduksi wawancara dengan guru ... 247

Lampiran 6 Reduksi wawancara dengan kepala sekolah ... 341

Lampiran 7 Reduksi wawancara dengan siswa ... 355

Lampiran 8 Reduksi hasil observasi ... 433

Lampiran 9 Penyajian data ... 490

Lampiran 10 Surat ijin penelitian fakultas ... 552

Lampiran 11 Surat ijin penelitian kota DIY ... 553

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu hal penting yang harus dimiliki manusia. Tanpa mengenyam suatu pendidikan manusia bisa dapat dengan mudah diperdaya oleh zaman yang kian lama kian berkembang. Zaman yang mana penggunaan teknologi yang semakin canggih, ilmu- ilmu baru yang kian bermunculan ditambah lagi dengan pendidikan yang memiliki kurikulum yang silih berganti. Semua itu mau tidak mau harus dihadapi dengan pendidikan. Pendidikan juga merupakan sarana untuk manusia bisa meningkatkan kualitas hidupnya ataupun kekurangan serta keterbatasan yang ada di dalam dirinya, sesungguhnya manusia itu memiliki kekurangan dan keterbatasan. Pendidikan sejatinya dilaksanakan oleh manusia sejak manusia berada di muka bumi.

Arti pendidikan yang terkait dengan pemaparan di atas terdapat dalam UU No. 20 Tahun 2003 yang mengungkapkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Mengembangkan potensi diri disini dapat diartikan sebagai manusia berusaha untuk mengatasi kekurangan ataupun keterbatasan dirinya demi mencapai kecerdasan dan keterampilan.

(17)

2

pengetahuan saja tetapi juga kemampuan afektif peserta didik harus diperhatikan. Pendidikan karakter sangat perlu untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari- hari terutama untuk kehidupan dilingkup pendidikan/ sekolah.

Pendidikan karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari semakin mendapatkan pengakuan dari masyarakat Indonesia pada saat ini. Pendidikan karakter sendiri dicanangkan oleh pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional pada 2 Mei 2010 (Fatchul Mu‟in 2011: 323). Tekad pemerintah untuk menjadikan

pengembangan karakter dan budaya bangsa menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional.

Pendidikan karakter sendiri menurut Fakry Gaffar (2010: 1) dalam Dharma Kesuma, dkk adalah sebuah proses transformasi nilai- nilai kehidupan untuk ditumbuh kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang tersebut. Selain pendapat tersebut, Sofan Amri (2011: 4) pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh guru yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara, atau menyampaikan materi, dan bagaimana guru bertoleransi dan berbagai hal terkait lainnya.

(18)

3

menunjukkan dalamnya perasaan seseorang ketika nilai- nilai itu baik dan menyampaikan cerita yang mengajarkan nilai- nilai yang baik.

Kedua pendapat di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pendidikan karakter adalah segala bentuk usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai- nilai positif seperti tata cara dalam berperilaku dan bertindak, sehingga nilai- nilai tersebut diharapkan mampu merubah tingkah laku ataupun watak seseorang menjadi lebih baik.

Pengimplementasian pendidikan karakter bukan hanya sekedar menjalankan program yang direncanakan pemerintah, namun pendidikan karakter ini jelas memiliki tujuan yang sangat penting. Menurut Dharma Kesuma (2011: 9) tujuan pendidikan karakter dalam sekolah khususnya diantaranya mengembangkan nilai- nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/ kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai- nilai yang dikembangkan, mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak sesuai dengan nilai- nilai yang dikembangkan oleh sekolah, dan membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.

(19)

4

“ nilai itu ditangkap, bukan diajarkan.” Ungkapan ini ada benarnya. tetapi yang lebih tepat adalah nilai- nilai itu ditangkap melalui contoh- contoh yang baik) dan diajarkan (melalui penjelasan langsung). Selain dapat memberi contoh- contoh yang baik, guru harus mampu menjelaskan mengapa perilaku- perilaku seperti mencuri sepeda, mengutil di toko, menggertak orang lain adalah salah, di dalam kelas sama seperti di dalam keluarga orang dewasa memberi pengaruh moral terbesar ketika mereka memberikan, dalam konteks hubungan yang penuh kepedulian, contoh yang baik sekaligus penjelasan yang masuk akal mengenai nilai- nilai yang baik.”

Jika telah diketahui dan dibaca tujuan terakhir dari pendidikan karakter jelas diketahui bahwa antara sekolah, orang tua dan tentunya masyarakat harus mampu melakukan kerjasama yang baik. Diketahui bahwa rata- rata anak didik mengikuti pembelajaran di sekolahnya hanya sekitar 7 jam per hari atau kurang dari 30 %, selebihnya sekitar 70 % anak didik berada di dalam keluarga maupun lingkungan sekitarnya.

Pendidikan karakter menjadi sangat penting untuk diterapkan dalam lembaga pendidikan ketika demoralisasi telah banyak kita rasakan secara nyata dalam kehidupan. Mentri Pendidikan Nasional M. Nuh (2010) menyatakan bahwa pendidikan karakter sangat penting, karena pendidikan karakter sebagai bagian dari upaya membangun bangsa yang berkarakter yang dijiwai dengan nilai- nilai luhur bangsa (Agus Wibowo 2012: 51).

(20)

5

berkampanye, itu artinya bahwa karakter khususnya bangsa ini perlu untuk dibenahi.

Karakter menjadi suatu hal yang sangat penting, karena banyak sekali contoh disekitar, membuktikan bahwa orang yang hanya memiliki kecerdasan otak saja, memiliki gelar yang tinggi belum tentu memiliki kesusksesan dalam kiprah di dunia kerja manakala karakter yang ada di dalam dirinya buruk. Seringkali yang justru hanya memiliki pendidikan formal yang lebih rendah tetapi memiliki karakter yang baik justru banyak yang berhasil. Hal itu menandakan bahwa pendidikan tidak hanya berpusat pada intelegensi semata.

Hal di atas didukung dengan hasil penelitian di Harvard University, Amerika Serikat, yang menyatakan bahwa ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata- mata oleh pengetahuan dan teknis saja (hard skill), tetapi oleh kemampuan mengolah diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan bahwa kesuksesan hanya ditentukan 20% oleh hard skill, dan sisanya 80% oleh soft skill. Bahkan, orang- orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung oleh kemampuan soft skill dari pada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan (Jamal Ma‟mun A, 2012: 47).

(21)

6

bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara, atau menyampaikan materi, dan bagaimana guru bertoleransi dan berbagai hal terkait lainnya. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Novan Ardy (2013: 165) yang menyatakan bahwa apabila guru memiliki komitmen yang kuat maka guru dapat berperan dalam melaksanakan proses pendidikan karakter. Guru tidak hanya dapat melahirkan siswa yang cerdas intelektual saja melainkan juga cerdas secara emosional dan memiliki kecakapan hidup.

Penanaman karakter bagi peserta didik dalam kehidupan sehari- hari masih banyak terjadi penyimpangan- penyimpangan. Krisis karakter belum juga menunjukkan gejala perbaikan. Sebagai contoh di tahun 2011 citra guru tercoreng oleh kasus contek masal di sebuah SD di Tandes Surabaya. Dalam kasus ini guru memaksa murid terpandainya untuk menyebarkan jawaban pada teman- temannya saat Ujian Nasional (Fatchul Mu‟in, 2011: 340). Hal ini menandakan bahwa guru belum memberikan keteladanan yang baik bagi murid- muridnya. Guru tak mau lagi jujur, guru lebih suka memanipulasi keadaan daripada mengikuti aturan dan parameter kebenaran.

(22)

7

orang besar, orang terpelajar dan memiliki jabatan yang tinggi. Ini menandakan bahwa pendidikan yang telah dilakukan hanya mengendepankan segi intelektualnya saja, namun mengabaikan segi karakter seperti nilai- nilai kejujuran, amanah, dan bersih. Sehingga ketika menjadi orang besar, sanggup melakukan perbuatan yang menyimpang.

Melalui kasus yang telah dipaparkan di atas, tentunya penanaman nilai karakter kepada siswa penting untuk dilakukan sedini mungkin. Dimulai dari lingkup yang kecil seperti di lingkungan keluarga dan di lingkungan sekolah, kemudian dapat berkembang ke lingkup yang lebih besar.

Kesempatan ini, peneliti akan melakukan penelitian mengenai nilai- nilai karakter yang bertempat di SD N Badran Yogyakarta. Sekolah dasar ini berada di wilayah Badran yang notabene adalah wilayah yang rawan terjadi konflik dan tindak kejahatan. Hal ini membuat sekolah dasar ini memiliki banyak cerita dan masalah- masalah sosial yang melibatkan siswa yang mana sebagian besar juga bertempat tinggal di daerah sekitar. Untuk itu sekolah berusaha menanamkan nilai- nilai karakter kepada siswa. Proses penanaman nilai karakter yang paling baik yaitu berada di kelas V.

(23)

8

menyampaikan kepada siswa agar selalu hidup rukun, damai dengan temannya, saling menghargai, karena pada hari sebelumnya guru mendapat laporan dari siswa bahwa telah terjadi saling mengejek di kelas V pada saat guru sedang ada acara di luar sekolah. Jika pada hari senin, sebelum pembelajaran guru selalu melakukan refleksi jalannya tugas upacara yang dilakukan oleh siswa kelas V, supaya siswa dapat mengetahui kesalahannya dan dapat jujur mengakui kesalahannya serta dapat memperbaiki dirinya sebagai petugas upacara, sehingga tugas selanjutnya dapat dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

Di SD N Badran secara keseluruhan terdapat beberapa aturan sekolah yang mengharuskan peserta didik dari kelas I- VI untuk mentaatinya, misalnya saja untuk menumbuhkan rasa peduli lingkungan SD N Badran memberlakukan punishment yaitu apabila membuang sampah sembarangan akan dikenai denda sebesar Rp 5.000 dan nama- nama yang melanggar akan dipampang pada papan pengumuman. Namun sayangnya punishment tersebut sudah dihentikan karena, lingkungan sekolah SD N Badran dianggap sudah bersih. Bukan hanya itu saja sebelum masuk ke dalam kelas siswa- siswi SD N Badran menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan bagi siswa yang terlambat masuk, mereka harus menunggu di depan gerbang hingga pintu gerbang dibuka setelah selesai menyanyikan lagu Indonesia Raya. Setelah melaksanakan kegiatan apel pagi (menyanyikan Indonesia Raya) siswa- siswi bersama guru melakukan jabat tangan sebelum masuk ke dalam kelas.

(24)

9

ini menandakan bahwa sekolah sangat mengutamakan penanaman nilai- nilai karakter sejak dini. Meskipun komponen sekolah sudah berusaha untuk menanamkan nilai karakter kepada siswa, namun terkadang siswa masih belum bisa sepenuhnya dapat mengimplementasikan nilai yang sudah didapatkannya melalui kehidupan sehari- hari. Sebagai contoh, apabila diberikan nasehat untuk tidak saling mengejek namun jika sedang ditinggal oleh ibu guru siswa masih ejek- ejekan dengan teman. Dengan begitu, komponen sekolah harus selalu melakukan monitor terhadap siswa, memberi pengarahan, dan motivasi secara terus- menerus tanpa bosan. Berdasarkan situasi dan kondisi nyata seperti uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian lebih jauh mengenai proses yang dilakukan sekolah uuntuk menanamkan nilai karakter dengan mengangkat judul penelitian yaitu “PENANAMAN NILAI- NILAI KARAKTER PADA SISWA KELAS V DI SD N BADRAN YOGYAKARTA”

B.Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan antara lain: 1. Proses penanaman nilai peduli lingkungan melalui sistem denda telah

dihapuskan, padahal proses penanaman nilai melalui sistem tersebut sudah cukup baik.

(25)

10

3. Siswa masih belum sepenuhnya dapt menerapkan nilai yang didapatkannya dalam kehidupan sehari- hari sehingga dibutuhkan motivasi dan dukungan dari pihak sekolah.

4. Belum terlihat adanya strategi/ cara khusus yang digunakan sekolah dalam proses penanaman nilai- nilai karakter kepada siswa khususnya kelas V pada saat observasi awal.

C.Fokus Masalah

Melihat luasnya permasalahan tentang pendidikan karakter yang diuraikan di atas, maka fokus penelitian ini adalah:

1. Proses penanaman nilai- nilai karakter kepada peserta didik di SD N Badran 2. Kendala yang dihadapi dalam penanaman nilai- nilai karakter di SD N

Badran khususnya kelas V D.Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian yaitu:

1. Bagaimana proses penanaman nilai- nilai karakter kepada peserta didik di SD N Badran?

2. Apa saja kendala yang dihadapi guru dalam penanaman nilai- nilai karakter bagi peserta didik di SD N Badaran khususnya kelas V

E.Tujuan Penelitian

(26)

11

mengetahui kendala apa saja yang dihadapi dalam penanaman nilai- nilai karakter.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan di SD N Badran Yogyakarta memiliki beberapa manfaat antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan wawasan mengenai penanaman nilai- nilai karakter di SD N Badran Yogyakarta

2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah

1) Memberi gambaran sejauh mana penanaman nilai- nilai karakter yang telah dilakukan oleh sekolah.

b. Bagi guru

1) memotivasi guru untuk tetap konsisten dalam mengintegrasikan nilai- nilai karakter dalam kegiatan sehari- hari yang dilakukan di sekolah. c. Bagi siswa

1) Memberikan informasi bagi siswa tentang nilai- nilai karakter apa saja yang sudah ditanamkan di sekolah khususnya untuk kelas tinggi 2) Membiasakan peserta didik dalam bertindak, bersikap, dan berucap

(27)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Penanaman Nilai Karakter 1. Pengertian Nilai

Nilai merupakan suatu konsep yang abstrak mengenai sesuatu yang baik, yang dicita- citakan, dan yang dianggap penting serta berguna bagi kehidupan manusia menurut ukuran masyarakat dimana nilai tersebut dijunjung tinggi. Manusia di dalam kehidupannya tidak akan terlepas dari sebuah nilai, karena nilai tersebut digunakan sebagai landasan dalam bertingkah laku dan berbuat dalam kehidupan sehari- hari. Hal tersebut senada dengan pendapat dari Gordon Allpot (Mulyana, 2004: 9) yang menyatakan bahwa nilai sebagai keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya.

(28)

13

Menurut Rukiyati (2008: 58) nilai pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, namun bukan objek itu sendiri yang dinamakan dengan nilai, namun terdapat sifat maupun kualitas dalam objek tersebut.

Dari beberapa pendapat ahli di atas mengenai pengertian nilai, dapat disimpulkan bahwa nilai itu adalah sesuatu yang abstrak, namun nilai tersebut melekat pada sesuatu objek, dan tetap ada di dalam sistem masyarakat, yang mana nilai tersebut digunakan manusia untuk sebagai dasar dalam bertindak agar tidak bertentangan dengan dengan nilai yang diyakini dan yang diketahuinya.

2. Pengertian Karakter

Kertajaya (Abdul Majid, 2013: 11) karakter adalah “ciri khas” yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah “asli” dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut dan merupakan mesin pendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap, berujar, dan merespon sesuatu.

Simon Philips (Fatchul Mu‟in, 2011: 160) menyatakan bahwa

(29)

14

Secara umum Doni Koesoema A. (2010: 80) mengemukakan bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan- bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, juga bawaan sejak lahir.

Dari beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa karakter merupakan landasan seseorang yang mendorong dalam ia befikir dan bersikap sehingga akan memunculkan suatu tindakan dan kebiasaan yang menjadi ciri khas dari individu tersebut yang membedakan dengan individu lain. Ciri khas individu tersebut terbentuk dari lingkungan tempat individu melakukan interaksi, misalnya keluarga, maupun linngkungan masyarakat

3. Nilai- nilai Karakter

Kemendiknas (2011: 8) mengungkapkan bahwa karakter dinilai menurut hubungan manusia dengan Tuhan, diri sendiri, sesama, dan lingkungan, dan bangsa Negara.

(30)

15

Adapun Sukamto (Masnur Muslich, 2011: 79) nilai- nilai yang perlu diajarkan kepada anak ada 12 nilai. 12 nilai tersebut adalah: 1) Kejujuran, 2) loyalitas dan dapat diandalkan, 3) hormat, 4) cinta, 5) ketidak egoisan dan sensitifitas, 6) baik hati dan pertemanan, 7) keberanian, 8) kedamaian, 9) mandiri dan potensial, 10) disiplin diri dan moderasi, 11) kesetiaan dan kemurnian, 12) keadilan dan kasih sayang.

Kementerian Pendidikan Nasional telah merumuskan 18 nilai pilar yang akan ditanamkan dalam diri peserta didik sebagai upaya untuk membangun karakter. 18 nilai karakter tersebut telah disesuaikan dengan kaidah- kaidah ilmu pendidikan secara umum, sehingga lebih implementatif untuk diterapkan dalam praksis pendidikan di sekolah.

Berikut ini akan dikemukakan 18 nilai karakter versi Kemendiknas sebagaimana tertuang dalam buku Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa yang disusun Kemendiknas (Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, 2010: 7- 10).

Tabel 1. 18 Nilai Karakter Kemendiknas No Nilai- Nilai dalam

pendidikan Karakter

Deskripsi

1. Religius ketaatan dan kepatuhan dalam

memahami dan melaksanakan ajaran agama yang dianut, termasuk dalam hal ini adalah sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dan berdampingan.

2. Jujur sikap dan perilaku yang

(31)

16

sebagai pribadi yang dapat dipercaya.

3. Toleransi sikap dan perilaku yang

mencerminkan penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras, etnis, pendapat, dan hal- hal lain yang berbeda dengan dirinya secara sadar dan terbuka, serta dapat hidup tenang di tengah perbedaan tersebut.

4. Disiplin kebiasaan dan tindakan yang

konsisten terhadap segala bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku

5. Kerja keras perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh- sungguh dalam menyelesaikan tugas, permasalahan, pekerjaan, dan lain- lain dengan sebaik- baiknya.

6. Kreatif sikap dan perilaku yang

mencerminkan inovasi dalam berbagai segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan cara- cara, bahkan hasil- hasil baru yang lebih baik dari sebelumnya.

7. Mandiri sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Namun hal ini bukan berarti tidak boleh kerja sama secara kolaboratif, malainkan tidak boleh melemparkan tugas dan tanggung jawab kepada orang lain. 8. Demokratis sikap dan cara berpikir yang

mencerminkan persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain. 9. Rasa ingin tahu cara berpikir, sikap dan perilaku

yang mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan dipelajari secara lebih mendalam.

10. Semangat kebangsaan atau nasionalisme

(32)

17

pribadi atau individu dan golongan. 11. Cinta tanah air Sikap dan perilaku yang

mencerminkan rasa bangga, setia, peduli dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya, sehingga tidak mudah menerima tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri.

12. Menghargai prestasi sikap terbuka terhadap prestasi orang lain dan mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat berprestasi yang lebih tinggi.

13. Komunikatif senang bersahabat atau proaktif, yakni sikap dan tindakan terbuka terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga tercipta kerja sama secara kolaboratif dengan baik.

14. Cinta damai perilaku yang mencerminkan suasana damai, aman, tenang, nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas atau masyarakat tertentu.

15. Gemar membaca kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk menyediakan waktu secara khusus guna membaca berbagai informasi, baik buku, jurnal, majalah, koran, dan sebagainya, sehingga menimbulkan kebijakan bagi dirinya.

16 Peduli lingkungan sikap dan tindakan selalu berupaya menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar.

17. Peduli sosial sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian terhadap orang lain maupun masyarakat yang membutuhkan.

18. Tanggung jawab sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.

(33)

18

saja dari Kemendikbud lebih dijabarkan kembali menjadi 18 nilai- nilai karakter.

Beberapa nilai di atas dapat dijadikan pihak sekolah sebagai nilai utama yang perlu ditanamkan kepada siswa- siswi sekolah dasar sesuai dengan situasi dan kondisi yang terdapat di lapangan, karena tentunya sekolah satu dengan sekolah yang lainnya memilki nilai yang berbeda yang ditanamkan kepada siswa- siswinya.

4. Tujuan penanaman karakter

Menurut Sa‟dun Akbar (2011: 8) mengungkapkan bahwa pendidikan

karakter pada dasarnya adalah upaya dalam proses internalisasi, menghadirkan, menyemaikan, dan mengembangkan nilai- nilai kebaikan pada diri peserta didik. Internalisasi nilai- nilai kebajikan pada diri peserta didik diharapkan dapat mewujudkan perilaku baik.

Sejalan dengan pendapat Sa‟dun Akbar, Masnur Muslich (2011: 81)

menyatakan bahwa tujuan pendidikan karakter adalah peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi, serta mempersonalisasikan nilai- nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari- hari.

(34)

19

dari sesuatu yang kecil dalam kehidupannya sehari- hari. Sehingga nilai- nilai tersebut akan terus mendarah daging dalam diri anak dan akan tercipta sumber daya manusia yang berkualitas.

Secara operasional menurut Doni Koesuma (2010.: 9) tujuan pendidikan karakter dalam seting sekolah sebagai berikut.

a. Menguatkan dan mengembangkan nilai- nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai- nilai yang dikembangkan. Penguatan dan pengembangan memilki makna bahwa pendidikan dalam setting sekolah bukan merupakan dogmatisasi nilai, tetapi proses membawa peserta didik agar nilai yang ada mampu diwujudkan dalam perilaku sehari- hari, sehingga apabila nanti peserta didik sudah dapat menyelesaikan pendidikannya, ia memiliki perilaku yang khas dari nilai yang dijadikan rujukan oleh sekolah tersebut.

b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai- nilai yang dikembangkan oleh sekolah. Tujuan dari mengoreksi perilaku peserta didik ini adalah mengarahkan perilaku peserta didik yang negatif menjadi perilaku peserta didik yang positif, namun proses pengarahan tersebut bukan suatu paksaan.

(35)

20

berada di dalam sekolah melainkan ia juga berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya terutama keluarga dan masyarakat. Apabila orang tua hanya mengandalkan pihak sekolah, maka akan sulit untuk menanamkan nilai- nilai karakter pada anak, sebab dalam setiap waktu akan terjadi proses dimana lingkungan akan mempengaruhi perilaku anak.

Selanjutnya mengapa pendidikan karakter menjadi sangat penting, karena kualitas suatu bangsa dipengaruhi pula oleh kualitas sumber daya manusia yang terdapat di dalamnya. Sumber daya mnusia terutama generasi muda harus mulai membangun karakter dan kemandirian. Jika suatu bangsa tidak memilki sumber daya manusia yang baik maka patut diwaspadai bahwa bangsa akan mengalami kehancuran. Thomas Lickona (Masnur Muslich 2011: 35) terdapat tanda- tanda bahwa suatu bangsa akan mengalami kehancuran. Tanda- tanda tersebut adalah:

1)meningkatnya kekerasan dikalangan remaja, 2) penggunaan bahasa dan kata- kata yang memburuk, 3) pengaruh peer-group yang kuat dalam tindak kekerasan, 4) meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas, 5) semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, 6) menurunnya etos kerja, 7) semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, 8) rendahnya tanggung jawab individu dan warga Negara, 9) membudayanya ketidakjujuran, dan 10) adanya rasa saling curiga dan kebencian sesama.

(36)

21

dapat menumbuhkan kecerdasan emosi, dan kecerdasan emosi inilah faktor penting anak dalam mempersiapkan masa depannya.

Joseph Zins, dkk (Novan Ardy, 2013: 76) menegaskan bahwa kecerdasan emosional yang di dalamnya terdapat pendidikan karakter memiliki pengaruh yang kuat terhadap keberhasilan belajar. Daniel Goleman (Novan Ardy, 2013: 79) menyatakan bahwa 80% dipengaruhi kecerdasan emosi, selebihnya yaitu sebesar 20% ditentukan oleh IQ.

Kurikulum pendidikan dibuat hanya cocok untuk 10- 20 persen otak- otak terbaik. Artinya, sebagian besar anak sekolah tidak dapat mengikuti kurikulum pelajaran. Akibatnya sebagian besar anak merasa tidak mampu. Ketidakmampuan yang berkepanjangan ini tidak menutup kemungkinan menimbulkan stres, dan stres inilah yang akan menyebabkan suatu kegagalan (Novan Ardy, 2013: 80).

Dalam bukunya Joseph Zins Emotional Intelligence and School

Succes (Novan Ardy, 2013: 77) menyebutkan ada 5 faktor yang

menyebabkan kegagalan, dan kegagalan tersebut bukan terletak pada kepandaian siswa melainkan pada karakter yang dimilki oleh siswa tersebut. Faktor- fator tersebut diantaranya adalah:

1. Rasa percaya diri

(37)

22

murid agar guru dapat membantu peserta didik mengembangkan kelebihan dan potensinya, dengan begitu lambat laun rasa percaya diri anak akan tumbuh karena potensi diri yang ia miliki.

2. Kemampuan bekerja sama

Kemampuan kerjasama ini dapat dilatih dengan cara membuat kerja kelompok saat guru melakukan proses pembelajaran. Kerjasama ini sangat penting supaya anak tidak memiliki sifat keegoisan. Kerjasama ini tidak hanya dapat bermanfaat bagi anak di lingkungan sekolah saja, melainkan juga bermanfaat bagi anak setelah anak menyelesaikan pendidikan, karena anak akan menjalin kerjasama tidak hanya dengan teman yang dia kenal saja, melainkan dengan lingkungan yang lebih luas. 3. Kemampuan bergaul

Selain peserta didik harus memiliki kemampuan bekerja sama, peserta didik harus memiliki kemampuan bergaul. Kemampuan kerjasama dengan kemampuan bergaul ini berbeda. Kemapuan bekerjasama berhubungan dengan dua orang, sedangkan kemampuan bergaul terkait dengan perorangan saja bagaimana ia harus memiliki sifat ramah, sifat memahami orang lain, dan juga bagaimana ia memperlakukan seseorang dengan baik.

4. Kemampuan berempati

(38)

23

Dengan begitu anak dapat merasakan kesedihan dan penderitaan orang lain. Melalui kegiatan tersebut, anak juga akan memiliki tenggang rasa terhadap sesamanya dan akan timbul jiwa penolong dalam diri anak. 5. Kemampuan berkomunikasi

Sebagai seorang makhluk sosial manusia harus dapat menjalin komunikasi dengan baik terhadap orang lain. Kemampuan berkomunikasi dapat dilatih dengan permulaan mendengar. Mendengar disini maksudnya adalah mendengarkan dan memahami apa yang disampaikan oleh orang lain kepada kita. Tanpa kita dapat mendengar lawan bicara berkomunikasi tentunya akan gagal.

5. Pendekatan dalam Pelaksanaan Penanaman Nilai

Terdapat pendekatan yang digunakan untuk melaksanakan pendidikan karakter. Superka (Masnur Muslich, 2010: 107) menyatakan ada lima macam pendekatan yang terkait dengan pendidikan karakter. Pendekatan tersebut diantaranya adalah:

a. Pendekatan penanaman nilai

(39)

24 b. Pendekatan perkembangan kognitif

Pendekatan ini mendorong siswa untuk berfikir aktif tentang masalah- masalah moral dan dalam membuat keputusan- keputusan moral. Ada dua tujuan utama yang ingin dicapai oleh pendekatan ini. Pertama, membantu siswa membuat pertimbangan moral yang kompleks berdasar pada nilai yang lebih tinggi. Kedua, mendorong siswa berdiskusi mengenai alasan yang mendasari ketika mereka memilih nilai dalam suatu masalah moral.

c. Pendekatan analisis nilai

Pendekatan ini menekankan pada pembahasan masalah yang memuat mengenai nilai- nilai sosial. Ada dua tujuan utama pendidikan moral adalah yang pertama melatih siswa untuk menganalisis masalah sosial yang mengandung nilai moral dengan cara berpikir yang logis. Kedua, melatih berfikir rasional dan analitik untuk menghubungkan tentang nilai. Metode pelajaran yang sering digunakan dalam pendekatan ini adalah pembelajaran individu, kelompok, diskusi kelas, penyelidikan lapangan, kepustakaan mengenai nilai- nilai moral

d. Pendekatan klarifikasi nilai

(40)

25

menggunakan kemampuan berfikir yang rasional dan kesadaran emosional sehingga mampu memahami nilai dari pola tingkah laku. e. Pendekatan pembelajaran berbuat

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan yang berhubungan dengan moral. Perbuatan tersebut dapat dilakukan secara individu maupun secara berkelompok, dan program- program yang ada di dalam pendekatan ini dapat memberi kesempatan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan demokrasi.

6. Upaya dan Strategi Penanaman Nilai Karakter a. Pengintegrasian ke dalam bidang studi

Mansnur Muslich (2011: 86- 87) menjelaskan bahwa pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran disetiap mata pelajaran. Materi pelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai- nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari- hari.

Sejalan dengan Mansnur Muslich, Agus Wibowo (2012: 84) mengungkapkan bahwa pengembangan nilai- nilai budaya dan karakter dapat diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan dari setiap mata pelajaran. Nilai- nilai tersebut tercantum dalam silabus maupun RPP. Pengembangan nilai- nilai yang termuat di dalam silabus dapat dilakukan dengan cara:

(41)

26

2) Menggunakan tabel yang memperlihatkan keterkaitan antara SK maupun KD dengan nilai dan indikator untuk menentukan nilai yang akan dikembangkan

3) Mencantumkan nilai- nilai karakter ke dalam silabus 4) Mencantumkan nilai- nilai karakter ke dalam RPP

5) Membuat proses pembelajaran berjalan dengan aktif agar siswa- siswi dapat menyerap nilai dan mengaplikasikannya dalam perilakunya sehari- hari

6) Memberikan bantuan kepada siswa- siswi apabila siswa- siswi tersebut kesulitan untuk menerapkan nilai- nilai karakter dalam kehidupan sehari- hari.

Jadi melalui penjelasan di atas dapat kita lihat bahwa internalisasi nilai- nilai karakter dalam integrasi bidang studi, guru tidak hanya secara formalitas mencantumkan nilai- nilai karakter tersebut ke dalam silabus maupun RPP karena sebuah tuntunan, melainkan guru memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan maupun menanamkan nilai- nilai karakter yang dikaitkan dengan pengalaman siswa agar nilai- nilai tersebut dapat dengan mudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari- hari. Dengan demikian diharapkan peserta didik dapat memiliki tingkah laku yang sesuai dengan nilai.

Selain kedua tokoh di atas, Sa‟dun Akbar (2011: 6)

(42)

27

menghadirkan dan internalisasi nilai- nilai dari berbagai dunia nilai, yaitu simbolik, empirik, stetik, etik, sinnoetik, dan sinoptik yang diwujudkan dalam berbagai mata pelajaran untuk mengembangkan perilaku (membangun karakter) peserta didik.

Paul Suparno (Zubaedi 2011: 243- 245) mengungkapkan ada 4 cara yang dapat dilakukan untuk menyampaikan pendidikan karakter yang di dalamnya termuat nilai- nilai karakter yang dicanangkan oleh Kemendikbud.

Kempat cara tersebut yaitu: 1) sebagai mata pelajaran tersendiri: model pendekatan/ cara penyampaian ini memiliki kedudukan yang sama dengan bidang studi yang lainnya. 2) terintegrasi dalam semua bidang studi: cara penyampaian ini dilakukan melalui pengintegrasian dalam setiap mata pelajaran, kemudian dipilih nilai- nilai karakter apa saja yang sesuai dengan tema atau pokok bahasan bidang studi. 3) di luar pengajaran: penguatan nilai dengan melakukan kegiatan yang mengandung nilai- nilai karakter. 4) model gabungan: penggabungan anatara model terintegrasi dengan model luar pelajaran. Penanaman nilai pada pengajaran formal digabungkan bersama dengan kegiatan yang berlangsung di luar jam pelajaran.

Di bawah ini akan disajikan tabel mengenai indikator keberhasilan bahwa suatu pembelajaran telah memperhatikan penyampaian nilai- nilai karakter kepada siswa, berikut tabel indikator keberhasilan pengembangan karakter di kelas:

Tabel 2. Indikator Keberhasilan Pengembangan Karakter di Kelas

Nilai Deskripsi Indikator Kelas

1. Religius

Sikap dan perilaku yang

patuh dalam

melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup

a. Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran

(43)

28

rukun dengan pemeluk agama lain.

melaksanakan ibadah

2. Jujur Perilaku yang

didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,

tindakan, dan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

a. Memberikan pelayanan yang sama terhadap seluruh warga kelas tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, status ekonomi.

b. Memberikan pelayanan 4. Disiplin

Tindakan yang

menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

a. Membiasakan hadir tepat waktu b. Membiasakan

mematuhi aturan

5. Kerja Keras

Perilaku yang

menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya

a. Menciptakan suasana kompetisi yang sehat

b. Menciptakan kondisi etos kerja, pantang menyerah dan daya tahan belajar

(44)

29

d. Memiliki pajangan tentang slogan atau motto tentang giat bekerja/belajar 6. Kreatif

Berpikir dan melakukan

sesuatu untuk

menghasilkan cara atau hasil baru dari apa yang telah dimiliki.

a. Menciptakan situasi belajar yang bisa menumbuhkan daya pikir dan bertindak kreatif b. Pemberian tugas

yang menantang munculnya karya-karya baru baik yang autentik maupun modifikasi 7. Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam peserta didik untuk belajar mandiri. 8.Demokratis

Cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

a. Mengambil

keputusan kelas secara bersama melalui

musyawarah dan mufakat. kebijakan melalui musyawarah dan mufakat.

d. Mengimplementasi kan model-model pembelajaran yang dialogis dan interaktif.

9. Rasa Ingin Tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat,

a. Menciptakan suasana kelas yang mengundang rasa ingin tahu

b. Eksplorasi

(45)

30

dan didengar terprogram

c. Tersedia media komunikasi/ 10.Semangat

Kebangsaan

Cara berpkir, bertindak, dan

wawasan yang

menempatkan

kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. hari-hari besar nasional

11.Cinta Tanah Air

Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, karakter, ekonomi, dan politik bangsanya.

a. Memajangkan: Foto Presiden dan Wakil Presiden, Bendera Negara, Lambang negara, Peta Indonesia, Gambar kehidupan masyarakat

Indonesia. b. Menggunakan

produk buatan dalam negeri 12.Menghargai

Prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong

dirinya untuk

menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan

mengakui dan

menghormati

keberhasilan orang lain.

a. Memberikan penghargaan atas hasil karya peserta didik

b. Memajang tanda-tanda penghargaan prestasi

c. Menciptakan suasana pembelajaran untuk memotivasi peserta didk berprestasi

13.Bersahabat/ Komunikatif

Tindakan yang

memperlihatkan rasa senang berbicara,

bergaul, dan

bekerjasama dengan orang lain.

a. Seting kelas yang memudahkan terjadinya interaksi peserta didik b. Pembelajaran yang

dialogis c. Guru

(46)

31

peserta didik d. Dalam

berkomunikasi guru tidak menjaga jarak dengan peserta didik 14.Cinta Damai Sikap, perkataan dan

tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan perilaku warga sekolah yang anti kekerasan

c. Pembelajaran yang tidak bias gender d. Kekerabatan di

menyediakan waktu

untuk membaca

berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya

a. Daftar buku/tulisan yang dibaca peserta didik b. Frekuensi

kunjungan perpustakaan c. Saling tukar

bacaan

d. Pembelajaran yang memotivasi anak menggunakan referensi 16.Peduli

Lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan

upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

a. Memelihara lingkungan kelas b. Tersedia tempat

pembuangan sampah di dalam kelas

c. Pembiasaan hemat energi

d. Memasang stiker perintah

(47)

32

17.Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

a. Berempati kepada sesama teman sekelas

b. Melakukan aksi sosial

c. Membangun

kerukunan warga kelas

18.Tanggung Jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan karakter), negara dan Tuhan YME.

a. Pelaksanaan tugas piket secara teratur b. Peran serta aktif dalam kegiatan sekolah

c. Mengajukan usul pemecahan

masalah

Sumber: Agus Wibowo (2012: 98- 104)

(48)

33

b. Penanaman nilai karakter melalui budaya sekolah

Selain melalui pengintegrasian dalam bidang studi, Agus Wibowo (2012: 93) pengembangan nilai- nilai karakter dalam budaya sekolah antara lain melalui:

(1) kelas, dilaksanakan melaui proses pembelajaran maupun kegiatan yang telah dirancang yang mana kegiatan tersebut harus dapat mengembangkan ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Contoh dari kegiatan budaya sekolah di dalam kelas adalah lomba kebersihan antar kelas, menyediakan kelengkapan yang berhubungan dengan karakter, misalnya tata tertib kelas dan aturan kedisiplinan siswa.

(2) kegiatan sekolah, kegiatan yang telah dirancang pada awal tahun dan sudah dimasukkan ke dalam kalender akademik serta biasa dilakukan dalam kegiatan sehari- hari baik oleh kepala sekolah, guru, ataupun siswa. Contoh dari kegiatan sekolah adalah pagelaran seni, lomba pidato yang bertemakan mengenai karakter, lomba kesenian, infaq, maupun perayaan hari kenegaraan.

(49)

34

membersihkan tempat- tempat umum, dan juga membantu membersihkan dan mengatur tempat beribadah.

Menurut Mamat Supriatna ( 2010: 3) kegiatan ekstrakurikuler dapat diartikan sebagai kegiatan pendidikan yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka. Kegiatan tersebut dilaksanakan di dalam dan/ atau luar lingkungan sekolah untuk memperluas pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan menginternalisasi nilai- nilai atau aturan- auran agama serta norma- norma sosial, baik lokal, nasional, maupun global untuk membentuk insan paripurna. Sedangkan menurut Direktur Pembinaan SMK (2008: 3) esktrakurikuler merupakan bagian dari pengembangan. Sasaran dari pengembangan diri adalah membentuk watak dan kepribadian peserta didik melalui kegiatan bimbingan dan konseling serta kegiatan ekstrakurikuler.

Dari kedua pendapat tersebut jelas bahwa penanaman nilai- nilai karakter yang dilakukan oleh sekolah kepada peserta didik tidak hanya melalui cara formal seperti yang dilakukan dalam proses pembelajaran tetapi juga dapat dilaksanakan melalui kegiatan di luar jam pelajaran yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik ataupun tenaga kependidikan yang memiliki kewenangan pada sekolah tersebut.

(50)

35

lomba- lomba yang dapat menumbuhkan nilai karakter peserta didik, contohnya lomba kesenian, lomba kebersihan, lomba pidato, dll, dan ketiga melalui kegiatan luar sekolah seperti ekstrakurikuler yang terdapat di sekolah maupun kegiatan yang berlangsung di luar sekolah misalnya saja berkunjung ke tempat- tempat bersejarah.

c. Penanaman Nilai Karakter Melalui Pengembangan Diri

Strategi yang dapat digunakan dalam pendidikan karakter yang didalamnya terdapat penanaman nilai serta erat kaitannya dengan pengembangan diri, Masnur Muslich (2010: 175- 177) mengungkapkan ada 2 strategi yang dapat diterapkan yaitu: 1) pengintegrasian dalam kehidupan sehari- hari, 2) pengintegrasian dalam kegiatan yang diprogramkan.

1. Pengintegrasian dalam kegiatan sehari- hari

Pelaksanaan strategi penanaman nilai karakter melalui pengembangan diri ini dapat dilakukan melalui cara berikut:

a. Keteladanan/ contoh

Masnur Muslich ( 2010: 175) mengatakan bahwa kegiatan pemberian contoh/ teladan bisa dilakukan oleh pengawas, kepala sekolah, staf administrasi di sekolah yang dapat dijadikan sebagai model. Contoh dari keteladanan menurut Masnur Muslich adalah taat terhadap peraturan di sekolah dan disiplin,

(51)

36

kependidikan yang lain dalam memberikan contoh terhadap tindakan-tindakan yang baik, sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya. Keteladanan ini dapat ditunjukkan melalui nilai disiplin (kehadiran guru yang lebih awal daripada peserta didik), kebersihan, kerapian, kasih sayang, kesopanan, perhatian, jujur, kerja keras, dan percaya diri.

Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa keteladanan adalah tindakan yang dilakukan oleh tokoh yang dijadikan panutan, sehingga diharapkan dapat memberi pengaruh yang positif terhadap peserta didik. Beberapa cara yang dapat dilakukan melalui keteladanan adalah datang tepat waktu, memakai pakaian rapi, menjaga kesopanan, penuh kasih sayang terhadap peserta didik, percaya diri, dan selalu bekerja keras.

b. Kegiatan spontan

Kegiatan spontan adalah kegiatan yang dilaksanakan secara spontan pada waktu itu juga. Contoh dari kegiatan spontan adalah menjenguk teman yang sedang sakit, mengumpulkan sumbangan untuk masyarakat yang terkena musibah (Masnur Muslich 2012: 176).

(52)

37

lainnya segera mengoreksi kesalahan yang dilakukan oleh peserta didik tersebut. selain itu apabila terdapat perilaku baik harus diberikan respon pada saat itu juga, misalnya dengan memberikan pujian.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan spontan ini adalah kegiatan yang dilakukan tanpa adanya suatu perencanaan dan dilaksanakan pada saat itu juga. Contoh dari kegiatan spontan adalah mengumpulkan dana atau sumbangan, menjenguk teman yang sakit, mengoreksi perilaku- perilaku siswa, dan memberikan pujian terhadap siswa.

c. Teguran

Guru mengingatkan peserta didik agar dapat bertindak sesuai dengan nilai yang baik, dan teguran ini juga bertujuan agar peserta didik dapat mengubah tingkah lakunya. Contoh dari kegiatan teguran yang dapat dilakukan oleh pendidik misalnya ketika ada siswa yang perbuatannya menyimpang, anak tersebut diberi nasehat agar dapat memperbaiki perbuatan yang tidak baik yang ia lakukan. d. Pengkondisian lingkungan

(53)

38

Sedangkan Masnur Muslich ( 2012: 177) mengungkapkan bahwa penataan lingkungan sekolah sedemikian rupa dengan cara penyediaan sarana prasarana agar tercipta kondisi yang dapat mendukung terlaksananya pendidikan karakter Contoh dari pengkondisian lingkungan seperti: penyediaan tempat sampah, toilet yang bersih, dan poster kata- kata bijak yang terdapat di luar kelas maupun di dalam kelas. Agus Wibowo memberi contoh pengkondisian adalah penaataan alat- alat belajar dan menyediakan tempatnya sehingga sekolah terlihat rapi dan tertata.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengkondisian dapat dilakukan dengan cara penyediaan slogan, tempat sampah, toilet yang bersih, menata alat- alat belajar dan juga menyediakan tempat untuk meletakkan alat- alat belajar. 2. Kegiatan yang diprogramkan

a. Kegiatan rutin

Kegiatan ini dilakukan oleh peserta didik secara terus menerus dan konsisten. Kegiatan ini contohnya berbaris sebelum masuk kelas, berdoa sebelum memulai pelajaran, membersihkan kelas/ piket, melaksanakan upacara, sholat berjamaah, dll (Masnur Muslich, 2012: 177).

(54)

39

kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan (kuku, telinga, rambut, dll) setiap hari senin, menjalankan ibadah bersama, mengucap salam dan berjabat tangan apabila bertemu dengan bapak/ ibu guru dan teman, berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran.

Dari kedua pendapat dapat disimpulkan bahwa kegiatan rutin meliputi pelaksanaan piket, melaksanakan kegiatan keagamaan, upacara rutin , pemeriksaan kebersihan badan, dan sapa salam.

Secara keseluruhan peneliti dapat menyimpulkan bahwa internalisasi nilai- nilai karakter yang ada di sekolah dapat melalui: 1) integrasi ke dalam bidang studi yaitu penyampaian nilai- nilai

karakter melalui mata pelajaran yang disesuaikan dengan pokok bahasan mata pelajaran tersebut.

2) Melalui budaya sekolah yang terdiri dari:

a) Dalam kelas, seperti: lomba kebersihan antar kelas, penyediaan tata tertib maupun aturan kedisiplinan siswa b) Di sekolah, sepeti: pagelaran seni, lomba pidato yang

bertemakan mengenai karakter, lomba kesenian antar kelas, lomba kebersihan, infaq, maupun perayaan hari keagamaan c) Di luar sekolah, seperti: pramuka, kunjungan ke tempat-

(55)

40

3) pengembangan diri yang meliputi:

a. keteladanan misalnya berpakaian rapi, mentaati tata tertib, berlaku disiplin, penuh

kasih sayang kegiatan

b. kegiatan spontan misalanya penggalangan dana, menjenguk teman yang sakit, dll.

c. teguran contohnya guru memperingatkan siswa apabila melihat perilaku yang tidak terpuji.

d. pengkondisian seperti: penyediaan slogan, tempat sampah, toilet yang bersih, menata alat- alat belajar dan juga menyediakan tempat untuk meletakkan alat- alat belajar. 7. Tahapan Perkembangan Karakter

Menurut Lickona (Zubaedi, 2004: 7-8) jika pendidikan karakter ingin berjalan dengan baik, maka tentunya harus melibatkan 3 aspek yang saling berkaitan. Aspek tersebut adalah:

a. Pengetahuan Moral (Moral Knowing)

Pengetahuan moral berhubungan dengan seorang individu mengetahui suatu nilai, yang mana nilai tersebut dijabarkan ke dalam 5 sub komponen, antara lain: 1) moral awareness (kesadaran moral), 2) knowing moral values (pengetahuan mengenai nilai- nilai moral), 3)

perspective- taking (memahami sudut pandang lain/ pandangan ke

(56)

41 b. Sikap moral (Moral Feeling)

Sikap moral juga dijabarkan ke dalam 6 sub komponen, antara lain: 1) Conscience (nurani), 2) Self- esteem (harga diri), 3) emphaty (empati), 4) loving the good (cinta kebaikan), 5) self- control (control diri), 6) humility (rendah hati). kata hati, rasa percaya diri, empati, cinta kebaikan, pengendalian diri, dan kerendahan hati.

c. Perilaku moral (Moral Action)

Moral action dijabarkan ke dalam 3 sub komponen, antara lain: 1) competence (kompetensi), 2) Will (keinginan), 3) habit (kebiasaan).

Menurut Kemendiknas dalam jurnalnya Policy Brief edisi 4 (2011: 8) menyebutkan bahwa tahapan pembentukan karakter melalui 6 tahapan yang digambarkan melalui bagan di bawah ini:

Gambar1. Tahapan Pembentukan Karakter Keterangan dari bagan:

1. Tahapan mengetahui 2. Tahapan memahami 3. Tahapan membiasakan 4. Tahapan meyakini

5. Tahapan melakukan sesuai dengan 1, 2, 3, 4

(57)

42

6. Tahapan mempertahankan.

Melalui kedua pendapat di atas baik dari Lickona maupun menurut Kemendiknas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa tahapan perkembangan moral yang diungkapkan kedua ahli hampir memiliki kesamaan yaitu tahap pertama adalah tahapan pengetahuan/ mengetahui, tahapan yang kedua yaitu sikap moral yang mana sikap moral ini adalah tahap dimana seseorang sudah memahami mengenai nilai- nilai kebaikan yang harus ada dikembangkan di dalam dirinya. Tahap ketiga adalah tahap dimana seseorang sudah mulai membiasakan menerapkan nilai dalam kehidupannya, karena seseorang sudah membiasakan untuk menerapkan nilai tersebut dalam kehidupannya, maka seseorang tersebut meyakini bahwa apa yang dilakukannya itu benar sehingaa ia akan berusaha untuk mempertahankan apa yang telah ia lakukan.

B.Komponen- komponen dalam Penanaman Nilai- Nilai Karakter

(58)

43

Komponen- komponen sekolah yang dapat menjalankan peran tersebut yaitu:

1. Kepala sekolah

Kepala sekolah melakukan pembinaan dalam hal modeling, pengajaran (teaching), dan penguatan karakter (reinforcing) yang baik terhadap semua warga sekolah. Kepala sekolah juga harus melakukan interaksi terhadap warga sekolah untuk mewujudkan budaya yang berkarakter.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh kepala sekolah supaya terwujud budaya sekolah yang berkarakter diantaranya adalah.

a. Berjuang dan berusaha keras untuk memodelkan diri atau menjadi model bagi semua guru, karyawan, dan siswa

b. Mendorong semua guru dan karyawan untuk menjadi model karakter yang baik bagi semua siswa.

c. Menyediakan waktu dalam siklus berkelanjutan, bagi guru untuk merencanakan dan melaksanakan pengintegrasian nilai- nilai karakter tertentu ke dalam pokok bahasan masing- masing mata pelajaran. d. Membentuk dan mendukung bekerjanya tim budaya sekolah dan

karakter dalam memperkuat pelaksanaan dan pembudayaan nilai, norma, dan kebiasaan- kebiasaan karakter di lingkungan sekolah.

(59)

44

2. Tim Pengawal Budaya Sekolah dan Karakter

Tim ini melibatkan pimpinan sekolah, bimbingan dan konseling, guru, dan perwakilan orang tua siswa. Tim ini bertugas untuk menentukan prioritas nilai, norma, kebiasaan- kebiasaan karakter tertentu yang akan dibudayakan dan ditanamkan di sekolah. Selain itu tim ini juga memiliki tugas merencanakan dan menyusun program pelaksanaan pembudayaan dan penanaman karakter di lingkungan sekolah dalam waktu tertentu. 3. Guru

Guru memiliki peranan yang sangat penting bagi penanaman nilai- nilai pada peserta didiknya, karena guru berhadapan langsung dan terus menerus dengan peserta didiknya, penanaman nilai tersebut dapat dilakukan melalui kebiasaan- kebiasaan dengan menggunakan berbagai cara melalui pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas. Guru merupakan model secara langsung yang dilihat oleh siswa- siswanya. Untuk itu guru harus memiliki sikap- sikap sebagai pendidik karakter anak.

Sejalan dengan hal di atas, Cece Wijaya dan Tabrani Rusya

(60)

45

simpatik, marik, luwes, bijaksana, dan sederhana dalam bertindak; i) bersifat terbuka; j) kreatif; k) berwibawa.

4. Keluarga

Orang tua wali dapat terlibat melalui kegiatan rutin atau bergilir yang dilaksanakan pihak sekolah, misalnya saja melalui pertemuan- pertemuan dengan wali kelas dan guru- guru.

5. Komite sekolah dan masyarakat

Komite bersama masyarakat dan pihak sekolah menyusun kegiatan- kegiatan yang dapat mendukung tercapainya penananman nilai- nilai karakter bagi warga sekolah.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penanaman nilai- nilai karakter seluruh komponen masyarakat harus dilibatkan tidak terkecuali. Dalam penelitian ini hanya akan melihat bagaimana nilai- nilai karakter tersebut ditanamkan dan nilai apa saja yang sudah berhasil ditanamkan dengan melibatkan seluruh unsur warga sekolah yaitu kepala sekolah, guru, karyawan, dan juga siswa.

C.Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar 1. Tahap Perkembangan Anak Sekolah Dasar

(61)

46

sesuai dengan tahap perkembangan peserta didiknya supaya tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Anak usia sekolah dasar dapat dikatakan sebagai anak yang telah memasuki masa kanak- kanak akhir. Masa kanak- kanak akhir ini dibagi menjadi 2 fase yaitu:

1. Masa kelas- kelas rendah sekolah dasar berlangsung antara usia 6/ 7 tahun- 9/ 10 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 1,2, dan 3 sekolah dasar

2. Masa kelas- kelas tinggi sekolah dasar, yang berlangsung antara usia 9/ 10 tahun- 12/13 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 4,5 dan 6 sekolah dasar.

Mgs. Nazarudin (2007: 46) mengungkapkan bahwa masa usia dini merupakan masa yang pendek, tetapi sangat penting bagi kehidupan seseorang. Berkaitan dengan nilai- nilai karakter untuk usia sekolah dasar, ada beberapa tugas perkembangan siswa sekolah diantaranya:

1. Mengembangkan konsep- konsep yang perlu bagi kehidupan sehari- hari,

2. Mengembangkan kata hati, moralitas, dan nilai- nilai, 3. Mencapai kebebasan pribadi, dan

4. Mengembangkan sikap- sikap terhadap kelompok- kelompok dan institusi- institusi sosial.

(62)

47

(1) Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain (2) sebagai makhluk yang sedang tumbuh, mengembangkan sikap yang sehat mengenai diri sendiri (3) belajar bergaul dengan teman sebaya (4) mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita (4) mengembangkan keterampilan- keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung (5) mengembangkan pengertian- pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari- hari (6) mengembangkan kata batin, moral dan skala nilai (7) mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga (8) mencapai kebebasan pribadi.

Anak sekolah dasar tentunya memiliki kebutuhan, meskipun kebutuhan yang diperlukan siswa satu dengan siswa yang lainnya sangat bervariasi. Kebutuhan yang diperlukan siswa tentu sesuai dengan tahapan perkembangannya. Dalam bukunya Rita Eka Izzaty (2008: 105- 113) membagi masa perkembangan anak- anak akhir menjadi 6 perkembangan, yaitu:

1. Perkembangan Fisik

Pertumbuhan fisik cenderung stabil, anak lebik tinggi, lebih gemuk, lebih kuat. Jaringan lemak berkembang lebih cepat daripada jaringan otot. Keterampilan geraknya mengalami kemajuan yang pesat, semakin lancar dan lebih terkoordinasi, sehingga kegiatan fisik sangat diperlukan untuk kestabilan tubuh dan kestabilan gerak serta melatih koordinasi untuk menyempurnakan berbagai keterampilan.

2. Perkembangan Kognitif

Gambar

Gambar kehidupan
Tabel 4. Tahapan Proses Berfikir
Gambar 2. Alur pikir penelitian
Gambar 3. Komponen dalam analisis data (interactive model)
+7

Referensi

Dokumen terkait

serta dalam penanaman karakter siswa melalui pembelajaran PAI pada siswa kelas IV SD Muhammadiyah 16 Surakarta tahun 2015. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. Akan

Hasil penelitian ini menunjukan:(1) Proses penanaman nilai karakter panti asuhan dan pondok pesantren Zuhriyah yaitu pendidikan karakter melaluipendekatan religius, nilai

Data diperoleh dari wawancara dengan kepala sekolah, guru, dan peserta didik didukung dari observasi pada kegiatan ekstrakurikuler, proses pembelajaran di kelas dan keseharian

Media komik akan dikembangkan sebagai media penanaman pembelajaran pendidikan karakter berbasis cerita pada siswa kelas V SD dengan menggunakan metode Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) strategi penanaman nilai-nilai karakter di MTs Abdul Qadir Pandansari Ngunut Tulungagung yaitu dengan metode ceramah,

Hasil penelitian ini menunjukkan: penanaman nilai-nilai karakter peserta didik melalui ekstrakurikuler pramuka di SD Negeri Mlati 1 Sendangadi Mlati Sleman Yogyakarta yaitu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanaman pendidikan karakter peduli lingkungan dilaksanakan berdasarkan kurikulum sekolah pada kegiatan rutin, kegiatan spontan,

Jurnal Pendidikan Tambusai 10890 Pembelajaran Ekstrakurikelr Tari Daerah untuk Penanaman Karakter bagi Siswa SD N 17 Kampung Baru Karnilawati1, Irza Rusni2, Desyandri3, Farida