• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS :Studi Eksperimen di SD Segugus 03 Teluknaga Tangerang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS :Studi Eksperimen di SD Segugus 03 Teluknaga Tangerang."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

i

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……….. i

KATA PENGANTAR ……….. ii

UCAPAN TERIMA KASIH ………. iii

DAFTAR ISI ……….. iv

DAFTAR TABEL ……….. ix

DAFTAR GAMBAR ………. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ………. xv

BAB I PENDAHULUAN………... 1

A. Latar Belakang Masalah ………... B. Rumusan Masalah ………. C. Batasan Masalah ……….. D. Tujuan Penelitian ………..…… E. Manfaat Penelitian ……… F. Variabel Penelitian ……… G. Hipotesis ……… H. Definisi Operasional ………. 1 5 6 7 8 9 9 10 BAB II KAJIAN TEORITIS ……… 11

A. Definisi dan Hakikat Belajar ………...…….. 11

(2)

ii

1. Masalah-Masalah Intern Belajar ………... a. Sikap Terhadap Belajar ……….

b. Motivasi Belajar ………

c. Konsentrasi Belajar ……….. d. Menggali Hasil Belajar yang Tersimpan ……….. e. Kemampuan Berprestasi atau Unjuk Kerja Hasil Belajar ………. 2. Masalah-Masalah Ekstern Belajar ………...

13 13 14 14 15 15 16 a Guru Sebagai Pembina Siswa Belajar ……….. b Prasarana dan Sarana Pembelajaran ……… c Kebijakan Penilaian ……… 3. Konsep Pembelajaran ………

4. Konsep Kurikulum………

16 16 16 17 19 C. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ……… 1. Sejarah dan Hakekat Ilmu Pengetahuan Sosial ………. 2. Tujuan Pendidikan IPS di Sekolah Dasar ……… D. Pembelajaran Berbasis Pengalaman ……… 1. Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Pengalaman ……… 2. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Pengalaman ……… 3. Teori Belajar yang Melandasi Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman …. 4. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Pengalaman ………... 5. Tipe Pembelajaran Berbasis Pengalaman ………

21 21 24 25 25 27 31 36 37

BAB III METODE PENELITIAN ……… 38

A. Metode Penelitian ……….

B. Desain Penelitian ……….. C. Populasi dan Sampel Penelitian ……… 1. Populasi Penelitian ………

(3)

iii

2. Sampel Penelitian……… 40

D. Instrumen Penelitian ………. 1. Tes Prestasi Belajar ………

2. Observasi ………...

E. Prosedur Penelitian ………... 1. Persiapan Penelitian ……….. 2. Pelaksanaan Penelitian ………..

3. Pelaporan ………..

F. Teknik Analisis Tes ………

G. Hasil Uji Coba Soal ………

H. Teknik Pengolahan Data ………

41 41 42 43 43 44 44 45 47 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….... 51 A. Data Hasil Penelitian ………. B. Hasil Penelitian ………. 1. Hasil Belajar Siswa Pada Ranah Kognitif ………

51 51 51 a. Hasil Belajar Kelas Eksperimen Siswa Kelas IVB SDN Keboncau I Pada

Ranah Kognitif ……….. 51

b. Hasil Belajar Kelas Kontrol Siswa Kelas IVA SDN Keboncau I Pada Ranah

Kognitif ……… 54

2. Uji Hipotesis ……… 57

3. Hasil Belajar Siswa pada Ranah Afektif ……… 61 a. Hasil Belajar Siswa Kelas IVB SDN Keboncau I pada Ranah Afektif

Sebelum Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman ………… 62 b. Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol Kelas IVB SDN Keboncau I Pada Ranah

(4)

iv

4. Hasil Belajar Siswa pada Ranah Psikomotor ……… 70 a. Hasil Belajar Siswa Kelas IVB SDN Keboncau I pada RanahPsikomotor

Sebelum Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman ………….. 71 b. Hasil Belajar Siswa Kelas IVB SDN Keboncau I Pada Ranah Psikomotor

Setelah Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman ……… 72 5. Hasil Belajar Siswa Pada Ranah Kognitif Ditinjau Dari Gender ……...

6. Respon Siswa ………

7. Hasil Belajar Ditinjau dari Ketuntasan Belajar ……… 78 88 91 8. Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman terhadap

Peningkatan Hasil Belajar Siswa ……… 92

C. Pembahasan ………...

1. Hasil Belajar Siswa pada Ranah Kognitif ……… 2. Hasil Belajar Siswa pada Ranah Afektif ………... 3. Hasil Belajar Siswa pada Ranah Psikomotor ……… 4. Hasil Belajar Ditinjau dari Gender ………

93 93 97 100 101 5. Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman terhadap

Peningkatan Hasil Belajar Siswa ……….. 103 BAB V SIMPULAN DAN SARAN ……….

A. Simpulan ………...

B. Saran ………. ………...

DAFTAR PUSTAKA ……… LAMPIRAN-LAMPIRAN ……….……...

(5)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Desain Penelitian ………. 39

Tabel 3.2 Interpretasi Validitas ……… 45

Tabel 3.3 Interpretasi Reliabilitas ……… 46

Tabel 3.4 Interpretasi Indeks Tingkat Kesukaran ……… 46

Tabel 3.5 Interpretasi Daya Pembeda ………... 47

Tabel 3.6 Validitas Butir Soal ……….. 47

Tabel 3.7 Reliabilitas Soal ……… 48

Tabel 3.8 Kategori Tafsiran Indeks Prestasi Kelompok untuk Aspek Kognitif …….. 49

Tabel 3.9 Persentase Keberhasilan Siswa Pada aspek Psikomotor dan Afektif …….. 50

Tabel 4.1 Perolehan Skor Pretes Kelas Eksperimen Kelas IVB SDN Keboncau I …. 52 Tabel 4.2 Perolehan Skor Postes Kelas Eksperimen Kelas IVB SDN Keboncau I …. 53 Tabel 4.3 Perolehan Skor Pretes Kelas Kontrol Kelas IVA SDN Keboncau I ……... 55

Tabel 4.4 Perolehan Skor Postes Kelas Kontrol Kelas IVA SDN Keboncau I ……… 56

Tabel 4.5 Uji Homogenitas Data ……….. 58

Tabel 4.6 Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ………. 58

Tabel 4.7 Uji t Perbedaan Rata-rata Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen …… 60

Tabel 4.8 Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen Kelas IVB SDN Keboncau I pada Ranah Afektif Sebelum Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman ………. 62

(6)

vi

Tabel 4.10 Rata-rata Hasil Belajar Siswa Kelompok Eksperimen Kelas IVB SDN Keboncau I Sebelum dan Sesudah Penggunaan Model Pembelajaran

Berbasis Pengalaman Uji Coba Seri I ………... 64 Tabel 4.11 Rata-rata Hasil Belajar Siswa Kelompok Eksperimen Kelas IVB SDN

Keboncau I dan Kelompok Kontrol Kelas IVA SDN Keboncau I pada

Ranah Afektif pada Uji Coba Seri II ……….. 65 Tabel 4.12 Rata-rata Hasil Belajar Siswa Kelompok Eksperimen Kelas IVB SDN

Keboncau I Sebelum Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis

Pengalaman Uji Coba dan Sesudah pada Seri II ……… 66 Tabel 4.13 Rata-rata Hasil Belajar Siswa Kelompok Eksperimen Kelas IVB SDN

Keboncau I dan Kelompok Kontrol Kelas IVA SDN Keboncau I

pada Ranah Afektif pada Uji Coba Seri III ……… 67 Tabel 4.14 Rata-rata Hasil Belajar Siswa Kelompok Eksperimen Kelas IVB SDN Keboncau I Sebelum Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis

Pengalaman Uji Coba dan Sesudah pada Seri III ……… 68 Tabel 4.15 Tabel Hasil Belajar Siswa Pada Ranah Afektif ……….. 70 Tabel 4.16 Hasil Belajar Siswa Kelas IVB SDN Keboncau I pada Ranah Psikomotor Sebelum Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman ……… 71 Tabel 4.17 Rata-rata Hasil Belajar Siswa Kelompok Eksperimen Kelas IVB SDN

Keboncau I dan Kelompok Kontrol Kelas IVA SDN Keboncau I pada

Ranah Psikomotor pada Uji Coba Seri I ……… 72 Tabel 4.18 Rata-rata Hasil Belajar Siswa Kelompok Eksperimen Kelas IV IVB

SDN Keboncau I Sebelum Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis

Pengalaman Uji Coba dan Sesudah pada Seri I ……… 73 Tabel 4.19 Rata-rata Hasil Belajar Siswa Kelompok Eksperimen Kelas IVB SDN

(7)

vii

Ranah Psikomotor pada Uji Coba Seri II ……… 74 Tabel 4.20 Rata-rata Hasil Belajar Siswa Kelompok Eksperimen Kelas IV IVB

SDN Keboncau I Sebelum Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Uji Coba dan Sesudah pada Seri II ……… 75 Tabel 4.21 Rata-rata Hasil Belajar Siswa Kelompok Eksperimen Kelas IVB SDN

Keboncau I dan Kelompok Kontrol Kelas IVA SDN Keboncau I pada

Ranah Psikomotor pada Uji Coba Seri III ……… 75 Tabel 4.22 Rata-rata Hasil Belajar Siswa Kelompok Eksperimen Kelas IV SDN

Keboncau I Sebelum Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis

Pengalaman Uji Coba dan Sesudah pada Seri III ……….. 76 Tabel 4.23 Tabel Hasil Belajar Siswa Pada Ranah Psikomotor ………... 78 Tabel 4.24 Perolehan Skor Pretes Kelompok Laki-laki Kelas Eksperimen Kelas IVB SDN Keboncau I ……… 78 Tabel 4.25 Perolehan Skor Postes Kelompok laki-laki Kelas Eksperimen Kelas IVB SDN Keboncau I ……… 80 Tabel 4.26 Perolehan Skor Pretes Kelompok Perempuan Kelas Eksperimen Kelas

IVB SDN Keboncau I ………. 81 Tabel 4.27 Perolehan Skor Postes Kelompok Perempuan Kelas Eksperimen Kelas

IVB SDN Keboncau I ………. 83 Tabel 4.28 Gain Kelompok Laki-laki dan Kelompok Perempuan Kelas Eksperimen . 84 Tabel 4.29 Gain Kelompok Laki-laki dan Kelompok Perempuan Kelas Eksperimen . 85 Tabel 4.30 Uji t Perbedaan Rata-rata Pre Tes Kelompok Laki-Laki dan Kelompok

Perempuan Pada Kelas Eksperimen ……… 86 Tabel 4.31 Uji t Perbedaan Rata-rata Pos Tes Kelompok Laki-Laki dan Kelompok

(8)

viii

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman ………. 89 Tabel 4.33 Persentase Respon Siswa Kelas IVB SDN Keboncau I Setelah

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman ……….. 90 Tabel 4.34 Rata-Rata Skor Pos Tes Siswa Dengan Skor Kriteria Ketuntasan

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perhatian dan Prestasi Siswa sebagai Fungsi dari Waktu ………. 14 Gambar 2.2 Proses terjadinya lupa ………... 15 Gambar 4.1 Uji Normalitas Pre test Kelas Eksperimen Kelas IVB SDN Keboncau I ……… 52 Gambar 4.2 Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen Kelas IVB SDN

Keboncau I ……… 54 Gambar 4.3 Uji Normalitas Pre test Kelas Kontrol Kelas IVA SDN

Keboncau I ……… 55 Gambar 4.4 Uji Normalitas Postes Kelas Kontrol Kelas IVA SDN

Keboncau I ……… 57 Gambar 4.5 Diagram Persentase Hasil Belajar Ranah Afektif Kelas IVB

SDN Keboncau I Sebelum dan Sesudah Penerapan Model

Pembelajaran Berbasis Pengalaman ……….. 69 Gambar 4.6 Diagram Persentase Hasil Belajar Ranah Afektif Kelompok

(10)

x

Gambar 4.9 Uji Normalitas Pre test Kelompok Laki-laki Kelas Eksperimen Kelas IVB SDN Keboncau I ………. 79 Gambar 4.10 Uji Normalitas Postes Kelompok Laki –laki Kelas Eksperimen Kelas IVB SDN Keboncau I ………... 80 Gambar 4.11 Uji Normalitas Pre test Kelompok Perempuan Kelas

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Perangkat Pembelajaran ……….. 117

Lampiran B Instrumen Tes ……… 130

Lampiran C Instrumen Observasi ……….. 144

Lampiran D Hasil Penelitian ……….………….. 151

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan dan mewujudkan potensi yang dimiliki siswa. Pengembangan potensi tersebut bisa dimulai dengan menumbuhkan keterampilan dan kemampuan berpikir siswa. Kemampuan dan keterampilan itu merupakan sesuatu yang perlu dimiliki oleh siswa, sebagai bekal dalam menghadapi persoalan-persoalan yang akan dihadapi, baik persoalan yang ada di sekolah maupun persoalan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu, kemajuan teknologi yang terus meningkat dan berkurangnya persediaan sumber-sumber alam menambah persoalan hidup menjadi semakin kompleks sehingga menuntut adaptasi secara kreatif untuk mencari pemecahan yang imajinatif.

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 disebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Supaya potensi ini berkembang, perlu suatu pembelajaran yang mampu memunculkan potensi tersebut, tidak terkecuali pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Namun kenyataan berbicara lain, berdasarkan pengalaman penulis ketika mengajar dan mengobservasi di beberapa sekolah di gugus Teluknaga Kabupaten Tangerang bahwa pengajaran di sekolah terutama pelajaran IPS masih menganut paradigma

(13)

2

lama bahwa anak dijadikan objek belajar dan guru yang dianggap serba tahu (teacher centered), anggapan seperti itu selayaknya ditinggalkan dengan cara merubah paradigma pengajaran di sekolah lebih kearah student centered, yaitu pengetahuan dibentuk, ditemukan dan dikembangkan oleh siswa, siswa membangun pengetahuan secara aktif, pengajar perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa, pendidikan adalah interaksi diatara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa (Anita Lie, 2007:5).

(14)

3

Dalam model pembelajaran dengan berbasis pengalaman ini yang diharapkan adalah proses pengalaman anak dalam pembelajaran bukan semata-mata hasil akhir saja.

“Ketika murid dapat mengaitkan isi dari mata pelajaran akademik seperti matematika, ilmu pengetahuan alam atau sejarah dengan pengalaman mereka sendiri, mereka menemukan makna, dan makna memberikan mereka alasan untuk belajar.” (Johnson : 91)

Pengalaman dalam pembelajaran memberikan arti yang sangat penting bagi anak didik, karena pembelajaran dengan banyak memberikan pengalaman sendiri kepada peserta didik akan lebih lama tersimpan dalam memori anak segala sesuatu yang terjadi dalam proses pembelajaran, dengan demikian soyogyanya seorang guru harus mau memberikan dan menjadi fasilitator bagi anak didiknya dalam menggembangkan potensinya.

Pengalaman adalah guru yang terbaik bagi seseorang. Ungkapan ini mengandung makna bahwa seseorang dapat belajar berburu dengan cara ikut berburu dengan orang tuanya kehutan. Dengan ikut berburu bersama orang tuanya, anak belajar mencari mangsa, belajar menggunakan alat berburu dan teknik berburu agar pulang dapat membawa hasil buruan. Dari contoh ini kita dapat mengetahui bagaimana pengalaman itu sangat lekat dibenak anak, maka seyogyanya model pembelajaran berbasis pengalaman ini dapat dijadikan alternatif model pembelajaran termasuk pembelajaran IPS, sehingga dapat menumbuhkan hasil belajar dan motivasi siswa dalam belajar IPS.

(15)

4

pembelajaran, belajar adalah suatu proses yang berkesinambungan yang berpijak pada pengalaman, proses belajar menuntut penyelesaian pertentangan antara modus-modus dasar untuk beradaptasi dengan lingkungan, belajar merupakan proses adaptasi terhadap dunia luar secara holistik (utuh), belajar merupakan interaksi antara individu dan lingkungan, dan belajar merupakan proses untuk menciptakan ilmu pengetahuan (Kolb, 1984:51). Adapun hubungannya dengan pembelajaran IPS, bahwa model pembelajaran ini berpotensi dapat mengembangkan hasil belajar siswa, hal ini disebabkan adanya kesamaan antara karakteristik model pembelajaran berbasis pengalaman dengan tujuan pembelajaran IPS yaitu siswa mampu mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, itu dapat dicapai melalui pembelajaran yang holistik dan adanya interaksi antara siswa dengan lingkungan.

Tujuan lainnya adalah siswa memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusian dan memiliki kemampuan berkominikasi, bekerja sama dan berkomunikasi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional dan global. Tujuan itu dapat tercapai melalui pembelajaran yang menekankan pada proses daripada hasil, holistik, berkesinambungan dan beradaptasi dengan lingkungan. Karakteristik pembelajaran tersebut didapati pada karakteristik model pembelajaran berbasis pengalaman.

(16)

5

Pembelajaran Berbasis Pengalaman terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS di SD Se-gugus 03 Teluknaga Kabupaten Tangerang” . Apabila hasil belajar siswa ini ditingkatkan secara optimal, diperkirakan siswa akan mampu mengatasi tantangan sekaligus menggunakan peluang untuk memberikan makna bagi hidupnya di masa yang akan datang secara lebih efektif, kreatif dan produktif.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut “Bagaimana Efektivitas Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS di SD Se-gugus 03 Teluknaga Kabupaten Tangerang?”

Secara lebih operasional, masalah tersebut dapat dijabarkan menjadi sejumlah pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Apakah hasil belajar pada ranah kognitif siswa pada mata pelajaran IPS yang mengikuti model pembelajaran berbasis pengalaman lebih baik daripada hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran biasa?

(17)

6

3. Apakah hasil belajar pada ranah psikomotor siswa pada mata pelajaran IPS yang mengikuti model pembelajaran berbasis pengalaman lebih baik daripada hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran biasa?

4. Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa laki-laki dengan perempuan pada mata pelajaran IPS yang mengikuti model pembelajaran berbasis pengalaman?

5. Bagaimana hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan pokok bahasan masalah-masalah sosial dengan menggunakan model pembelajaran berbasis pengalaman ditinjau dari ketuntasan belajar siswa? 6. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran dengan model

pembelajaran berbasis pengalaman?

7. Bagaimana efektivitas penggunaan model terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS?

C. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Kelas yang diteliti adalah kelas IV SD yaitu SDN Keboncau I

2. Pokok bahasan yang diteliti adalah permasalahan sosial pada pelajaran IPS di Sekolah Dasar kelas IV.

(18)

7

kejujuran dalam pengumpulan data (receiving ) dan kemampuan mengkomunikasikan hasil penyelidikan

4. Kemampuan hasil belajar siswa pada ranah psikomotor yang diteliti meliputi keterampilan dalam melakukan pengamatan, keterampilan dalam mengumpulkan data serta keterampilan dalam menyimpulkan data.

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah di sebutkan di atas, maka penelitian ini bertujuan:

1. Untuk menemukan perbedaan hasil belajar pada ranah kognitif siswa pada mata pelajaran IPS yang mengikuti model pembelajaran berbasis pengalaman dengan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran biasa

2. Untuk menemukan perbedaan hasil belajar pada ranah afektif siswa pada mata pelajaran IPS yang mengikuti model pembelajaran berbasis pengalaman dengan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran biasa

(19)

8

4. Untuk menemukan perbedaan hasil belajar siswa laki-laki dengan perempuan pada mata pelajaran IPS yang mengikuti model pembelajaran berbasis pengalaman.

5. Untuk menemukan bagaimana hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan pokok bahasan masalah-masalah sosial dengan menggunakan model pembelajaran berbasis pengalaman ditinjau dari ketuntasan belajar siswa

6. Untuk menemukan respon siswa terhadap pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis pengalaman

7. Untuk menemukan efektivitas penggunaan model terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.

E. Manfaat Penelitian

Secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan salah satu kajian bagi pelaksanaan pembelajaran di sekolah pada berbagai mata pelajaran dengan berbasis pengalaman. Selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan tentang pendekatan pembelajaran berbasis pengalaman terutama dalam pemebalajan IPS dan juga akan dapat memberikan konstribusi yang positif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran disemua jenjang pendidikan.

(20)

9

1. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran IPS.

2. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk memperluas pengetahuan dan wawasannya mengenai model pembelajaran berbasis pengalaman sebagai suatu pembelajaran alternatif dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat memotivasi guru untuk melakukan penelitian guna peningkatan profesionalismenya sebagai pendidik yang akan bermuara pada peningkatan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar siswa.

4. Bagi guru lain di sekolah, penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki proses pembelajaran serta meningkatkan pengetahuan dan minat dalam penelitian.

F. Variabel Penelitian

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran berbasis pengalaman sedangkan Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa.

G. Hipotesis

1. Hipotesis Statistik

(21)

10

H0 = Tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan antara yang mengikuti model pembelajaran berbasis pengalaman dengan yang mengikuti model pembelajaran biasa

H1 = Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan antara yang mengikuti model pembelajaran berbasis pengalaman dengan yang mengikuti model pembelajaran biasa

2. Hipotesis Penelitian

Ada perbedaan yang signifikan antara pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis pengalaman dengan model pembelajaran biasa dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial .

H. Definisi Operasional

1. Pembelajaran Berbasis pengalaman adalah suatu pembelajaran yang berfokus atau menekankan pada pengalaman siswa, baik pengalaman intelektual, emosional, sosial maupun fisik-motorik (Sukmadinata, 2004:192)

2. Peningkatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif dalam penelitian ini adalah peningkatan yang diukur dengan tes tertulis. Peningkatan ini diketahui dari selisih antara skor tes sesudah pembelajaran dengan skor sebelum pembelajaran.

(22)

11

menggunakan model pembelajaran berbasis pengalaman dengan indikator kemampuan rasa ingin tahu, kerjasama dalam pengamatan, sikap dalam pengambilan data, kejujuran dalam pengambilan data dan mengomunikasika hasil pengamatan.

4. Peningkatan hasil belajar siswa pada ranah psikomotor adalah gambaran kemampuan hasil belajar siswa pada ranah psikomotor selama menggunakan model pembelajaran berbasis pengalaman dengan indikator keterampilan melakukan pengamatan, keterampilan dalam mengumpulkan data dan keterampilan dalam menyimpulkan data

(23)

38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen (eksperimen semu). Penggunaan metode ini didasarkan pada tujuan metode ini yaitu untuk memperoleh informasi yang menjadi perkiraan peneliti melalui eksperimen sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan. Penelitian ini dilakukan pada dua kelompok siswa, yaitu kelompok eksperimen yang mempergunakan model pembelajaran berbasis pengalaman. Sedangkan kelompok kontrol mempergunakan pembelajaran konvensional dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menetapkan kelompok mana yang akan dijadikan sebagai kelompok eksperimen dan kelompok mana yang akan dijadikan kelompok kontrol pada Gugus 03 Teluknaga di Kabupaten Tangerang.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah The Matching Only Pretest-Postest Control Group (Fraenkel & Wallen, 1993: 243) yang diilustrasikan oleh gambar berikut ini.

(24)

39

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Keterangan:

O : Pengukuran awal (pre test) dan pengukuran akhir (post test) M : Matching subjects untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen XA : Perlakuan pembelajaran di kelas eksperimen

XB : Perlakuan pembelajaran di kelas kontrol

Menurut Fraenkel & Wallen (1933:243) the matching subjects adalah subjek penelitian tidak di tetapkan secara acak tetapi dengan cara mencocokkan subjek yang berada dalam kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol pada variabel penelitian. Pencocokan ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa kedua kelompok ekuivalen dan homogen dalam variabel tersebut. Anggota dari masing-masing pasangan yang dicocokan kemudian ditetapkan menjadi kelompok eksperimen dan kontrol secara mekanis. Dengan kata lain, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperbolehkan setelah siswa diberi perlakuan pretes yang berhubungan dengan variabel dependen penelitian.

Berikut ini hasil ujian homogenitas kedua kelompok berdasarkan skor prates mereka, dimana berdasarkan uji tersebut tampak bahwa kedua kelompok homogen dengan tingkat kepercayaan 95 %. Ini berarti kedua kelompok dapat dijadikan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen pada penelitian dengan tingkat kepercayaan 95%.

Treatment Group O M XA O

(25)

40

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah siswa kelas IV di Gugus Sekolah 03 Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang Provinsi Banten yang berjumlah 296 siswa yang tersebar di enam sekolah dasar.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili populasi secara representatif. Besarnya sampel dalam penelitian ditentukan dengan presentase, “.... apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15%, atau 20-25% atau lebih” (Suharsimi, 2003: 118).

Berdasarkan pendapat tersebut, maka ditetapkan dua kelas sebagai sampel. Satu kelas sebagai kelompok eksperimen yakni kelompok yang menggunakan model pembelajaran berbasis pengalaman dan satu kelas sebagai kelompok kontrol yakni kelompok yang tidak menggunakan model pembelajaran berbasis pengalaman akan tetapi menggunakan metode konvensional.

(26)

41

binaannya. Selain itu, SDN Keboncau I merupakan sekolah yang paling mudah diakses oleh penulis. Sampel dari anggota populasi tersebut diambil secara cluster

random berdasarkan kelompok bukan berdasarkan anggota-anggotanya yakni

membagi terlebih dahulu sekolah-sekolah yang berkategori tinggi dan rendah di

gugus sekolah 03 Teluknaga kemudian diambil secara random untuk kategori

tersebut.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian diartikan sebagai alat pengambil data yang diperlukan dan dapat menguji hipotesis penelitian.

1. Tes Prestasi Belajar

(27)

42

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen penelitian hasil belajar ranah kognitif adalah sebagai berikut:

a. Menentukan konsep dan subkonsep berdasarkan KTSP mata pelajaran IPS kelas IV semester 2 materi pokok Permasalahan-permasalahan sosial. b. Membuat kisi-kisi soal instrumen penelitian.

c. Membuat soal tes berdasarkan kisi-kisi, membuat kunci jawaban dan penskoran.

d. Meminta pertimbangan (judgment) soal-soal tes yang telah dibuat kepada dua orang dosen dan satu orang guru bidang studi terhadap instrumen penelitian.

e. Melakukan revisi terhadap soal-soal yang dianggap tidak valid dengan mengkonsultasikannya kepada dosen pembimbing.

f. Menggunakan instrumen tes yang dianggap valid dalam penelitian

g. Melakukan analisis tes meliputi uji validitas butir soal, tingkat kesukaran, daya pembeda dan reliabilitas instrumen.

2. Observasi

Teknik observasi digunakan untuk melihat secara langsung aktivitas guru dan menilai kinerja siswa selama proses pembelajaran. Instrumen observasi kinerja siswa merupakan instrumen observasi yang berfungsi untuk menilai hasil belajar siswa pada ranah afektif dan psikomotor. Instrumen observasi ini berbentuk cheklist, artinya observer hanya memberikan tanda ceklis (√) jika kriteria yang dimaksud dalam daftar cek (format observasi) ditunjukkan siswa.

(28)

43

(receiving), kejujuran dalam pengumpulan data (receiving ) dan kemampuan mengkomunikasikan hasil penyelidikan.

Sementara ranah psikomotor berkaitan dengan keterampilan dalam hal keterampilan dalam melakukan pengamatan, keterampilan dalam mengumpulkan data serta keterampilan dalam menyimpulkan data. Adapun instrumen observasi aktivitas guru, selain memuat daftar cek, juga disediakan kolom keterangan yang dimaksudkan untuk memuat saran-saran atau kekurangan-kekurangan aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung yang tidak termuat dalam daftar cek oleh observer.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan pedoman observasi hasil belajar ranah afektif dan psikomotor adalah sebagai berikut:

a. Menyesuaikan aspek-aspek afektif dan psikomotor sesuai dengan indikator kerja ilmiah yang terdapat pada kurikulum KTSP dan Bloom (dalam Clark, 1999).

b. Menentukan kriteria tiap keterampilan aspek afektif dan psikomotor c. Membuat pedoman observasi ranah afektif dan psikomotor

d. Mengkonsultasikan pedoman observasi dengan dosen pembimbing

E. Prosedur Penelitian 1. Persiapan Penelitian

Pada tahap ini peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut.

(29)

44

b. Studi literatur yaitu mengkaji teori-teori mengenai model-model pembelajaran khususnya model pembelajaran berbasis pengalaman dari berbagai sumber berupa buku, jurnal, artikel, makalah dan internet.

c. Seminar proposal.

d. Setelah judul disetujui oleh pembimbing, penulis menyusun instrumen dan mengajukan permohonan penelitian kepada pihak terkait.

e. Peneliti melakukan uji coba tes hasil belajar ranah kognitif untuk mengetahui layak tidaknya soal tersebut dijadikan instrumen penelitian. 2. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan perlakuan disesuaikan dengan jadwal yang telah ditentukan

oleh sekolah. Adapun pelaksanaannya adalah sebagai berikut.

a. Secara acak dipilih tiga sekolah sebagai sampel penelitian.

b. Memberikan tes awal kepada sampel penelitian.

c. Memberikan perlakuan sesuai dengan kriteria.

d. Memberikan tes akhir kepada sampel penelitian. Dari tes awal dan

akhir diperoleh gainnya, kemudian dihitung mean (rata-rata) untuk

mengetahui peningkatan hasil belajar ranah kognitif, selain itu

gain-gain ini digunakan untuk menguji hipotesis.

e. Untuk lembar observasi siswa dilakukan analisis deskriptif guna mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran berbasis pengalaman.

3. Pelaporan

Tahap pelaporan ini meliputi:

(30)

45

b. melakukan bimbingan dengan Dosen Pembimbing I dan II;

c. melaporkan hasil laporan kepada pihak – pihak yang berkepentingan.

F. Teknik Analisis Tes

Teknik analisis tes dilakukan untuk mengetahui kelayakan perangkat tes

prestasi belajar dalam pengambilan data. Analisis yang dilakukan meliputi uji

validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda dan reliabilitas instrumen.

1. Validitas Tes

Validitas tes merupakan ukuran yang menyatakan kesahihan suatu

instrumen sehingga mampu mengukur apa yang hendak diukur. Uji validitas tes

yang digunakan adalah uji validitas isi (content validity) dan uji validitas yang

dihubungkan dengan kriteria (criteria related validity). Untuk mengetahui uji

validitas isi tes, dilakukan penelaahan (judgement) terhadap butir-butir soal yang

[image:30.595.110.514.241.733.2]

dipertimbangkan oleh dua orang dosen. Sedangkan untuk mengetahui validitas yang dihubungkan dengan kriteria digunakan uji statistik dengan menggunakan ANATES. Adapun kriteria untuk validitas setiap item soal dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 3.2 Interpretasi Validitas

Koefisien Korelasi Kriteria validitas

0,80 < r ≤ 1,00 sangat tinggi 0,60 < r ≤ 0,80 tinggi 0,40 < r ≤ 0,60 cukup 0,20 < r ≤ 0,40 rendah 0,00 < r ≤ 0,20 sangat rendah

(31)

46

2. Reliabilitas Tes

Reliabilitas tes merupakan ukuran yang menyatakan konsistensi alat ukur

yang digunakan. Arikunto (2003: 154) menyatakan bahwa reliabilitas merujuk

pada tingkat keterandalan sesuatu (tes). Suatu tes dapat mempunyai taraf

kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.

Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes dalam penelitian ini

dengan menggunakan SPSS

Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas

[image:31.595.114.511.256.603.2]

instrumen yang diperoleh sesuai dengan tabel berikut ini.

Tabel 3.3 Interpretasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kriteria reliabilitas

0,81 < r ≤ 1,00 sangat tinggi 0,61 < r ≤ 0,80 tinggi 0,41 < r ≤ 0,60 cukup 0,21 < r ≤ 0,40 rendah 0,00 < r ≤ 0,21 sangat rendah

(Arikunto, 2003: 75)

3. Tingkat Kesukaran

Perhitungan tingkat kesukaran ini dimaksudkan untuk mengetahui sukar atau

mudahnya soal yang digunakan. Soal yang baik tidak terlalu mudah dan tidak

terlalu sukar. Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal dengan menggunakan ANATES. Adapun kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan indeks tingkat kesukaran tersebut sesuai tabel berikut ini.

Tabel 3.4

Interpretasi Indeks Tingkat Kesukaran Indeks Tingkat Kesukaran

0,00 – 0,25 sukar

[image:31.595.200.428.695.752.2]
(32)

47

0,76 – 1,00 mudah

(Syambasri Munaf, 2001: 63) 4. Daya Pembeda

Syambasri Munaf (2001: 21) menyatakan bahwa daya pembeda soal

adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang

pandai (menguasai materi yang ditanyakan) dengan peserta didik yang kurang

pandai (belum menguasai materi yang ditanyakan). Untuk menghitung daya

[image:32.595.107.522.244.766.2]

pembeda butir soal dengan menggunakan ANATES. Kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan daya pembeda yang diperoleh sesuai dengan tabel 3.5.

Tabel 3.5

Interpretasi Daya Pembeda

Daya pembeda Klasifikasi

0,70 ≤ r < 1,00 baik sekali 0,41 ≤ r < 0,70 baik 0,20 ≤ r < 0,40 cukup 0,00 ≤ r < 0,20 jelek

(Syambasri Munaf, 2001: 64)

G. Hasil Uji Coba Soal

Berdasarkan hasil uji coba soal didapat data sebagai berikut. Tabel 3.6

Validitas, Butir Soal No Soal Korelsi Momen Produck Pearson Kategori

Validitas Indeks

Kriteria Daya Pembeda Tingkat Kesuka ran Katego

ri Ket

1 0,444 cukup 0,273 cukup 0,6 Sedang

2 0,427 cukup 0,198 Jelek 0,5 Sedang direvisi

3 0,482 cukup 0,364 cukup 0,6 Sedang

4 0,513 cukup 0,409 baik 0,5 Sedang

5 0,428 cukup 0,273 cukup 0,3 Sedang

6 0,544 cukup 0,236 cukup 0,4 Sedang

7 0,454 cukup 0,455 baik 0,5 Sedang

8 0,593 cukup 0,545 baik 0,4 Sedang

9 0,431 cukup 0,273 cukup 0,5 Sedang

(33)

48

.725 30

Cronbach's

Alpha N of Items

11 0,571 cukup 0,273 cukup 0,6 Sedang

12 0,450 cukup 0,382 cukup 0,5 Sedang

13 0,452 cukup 0,282 cukup 0,7 Sedang

14 0,767 tinggi 0,864 Baik sekali 0,4 Sedang

15 0,504 cukup 0,205 cukup 0,3 Sedang

16 0,419 cukup 0,273 cukup 0,6 Sedang

17 0,683 tinggi 0,545 baik 0,4 Sedang

18 0,405 cukup 0,364 cukup 0,6 Sedang

19 0,427 cukup 0,273 cukup 0,5 Sedang

20 0,401 Rendah 0,237 cukup 0,2 Sedang direvisi

21 0,403 Cukup 0,245 cukup 0,3 Sedang

22 0,467 Cukup 0,267 cukup 0,6 Sedang

23 0,459 Cukup 0,211 cukup 0,6 Sedang

24 0,566 Cukup 0,297 cukup 0,6 Sedang

25 0,734 Tinggi 0,249 cukup 0,4 Sedang

26 0,405 Cukup 0,211 cukup 0,6 Sedang

27 0,432 Cukup 0,274 cukup 0,5 Sedang

28 0,411 Cukup 0,328 cukup 0,3 Sedang

29 0,432 Cukup 0,345 cukup 0,4 Sedang

30 0,455 Cukup 0,549 Baik 0,5 Sedang

[image:33.595.102.525.106.639.2]

Adapun untuk reabilitas tes ditunjukan oleh tabel sebagai berikut. Tabel 3.7

Reliabilitas Soal

Dari tabel di atas diperoleh nilai reliabilitas soal yaitu sebesar 0,725 dengan jumlah butir soal 30 item. Nilai ini menunjukkan bahwa alat ukur (instrument) tersebut reliabel.

H. Teknik Pengolahan Data

1. Hasil Belajar Ranah Kognitif

(34)

49

mencari Indeks Prestasi Kelompok (IPK). IPK diperoleh dengan menggunakan SPSS dengan tafsir atau menentukan kategori IPK sebagai berikut.

Tabel 3.8

Kategori Tafsiran Indeks Prestasi Kelompok untuk Aspek Kognitif

No Kategori Prestasi Kelas (%) Interpretasi

1. 0,00-30,00 Sangat rendah

2. 30,10-54,00 Rendah

3. 54,10-74,00 Sedang

4. 74,10-89,00 Tinggi

5. 89,10-100,00 Sangat tinggi

(Wayan & Sumartana dalam Luhut P. Panggabean,1989:29) Selain untuk menguji hasil belajar, penggunaan SPSS juga untuk menguji hipotesis.

2. Hasil Belajar Ranah Afektif Dan Psikomotor

Data hasil belajar afektif dan psikomotor siswa merupakan data yang diambil melalui observasi. Pengolahan data dilakukan terhadap banyaknya siswa yang melakukan aspek tertentu dalam kelas dan penguasaan setiap siswa pada aspek tertentu. Adapun langkah-langkah dalam mengolah data hasil observasi adalah skor yang diperoleh siswa ditentukan dengan menghitung jumlah dari perkalian antara skor yang didapat dari setiap indikator dengan bobot dari setiap indikator yang bersangkutan. Skor yang diperoleh siswa dihitung dengan uji statistik dengan menggunakan SPSS.

(35)

50

Tabel 3.9

Persentase Keberhasilan Siswa Pada aspek Psikomotor dan Afektif Presentase (%) Kategori

80 % – lebih sangat tinggi

60 % – 79 % tinggi

40 % – 59 % cukup

20 % – 39 % rendah

0 – 19 % sangat rendah

(Sa’adah Ridwan, 2000)

Selanjutnya untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar pada ranah afektif dan psikomotor, persentase rata-rata setiap seri divisualisasikan ke dalam bentuk grafik.

3. Efektivitas Model

[image:35.595.113.512.237.633.2]
(36)

109

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Penggunaan model pembelajaran berbasis pengalaman pada mata pelajaran IPS telah menjadikan pembelajaran lebih bervariasi dan sangat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran, hal ini terlihat dari hasil belajar ranah kognitif setelah diterapkannya model pembelajaran berbasis pengalaman mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan pembelajaran secara konvensional. Berdasarkan penilaian siswa terhadap model pembelajaran berbasis pengalaman pada pembelajaran IPS dapat mendorong mereka untuk mempelajari IPS dari kejadian atau pengalaman sehari-hari.

Berdasarkan analisis data yang diperoleh selama penelitian dapat diambil kesimpulan secara umum bahwa penerapan model pembelajaran berbasis pengalaman berkontribusi terhadap peningkatan hasil belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran secara konvensional siswa dalam mata pelajaran IPS kelas IV. Secara lebih khusus, kesimpulan dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan pada ranah kognitif pada mata pelajaran IPS yang mengikuti model pembelajaran berbasis pengalaman dengan belajar siswa yang mengikuti pembelajaran biasa. Hasil model pembelajaran berbasis pengalaman memberikan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan hasil belajar siswa pada ranah kognitif dengan pembelajaran konvensional. Sehingga model ini cukup efektif

(37)

110

untuk digunakan sebagai salah satu model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah kognitif.

2. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan pada ranah afektif pada mata pelajaran IPS yang mengikuti model pembelajaran berbasis pengalaman dengan belajar siswa yang mengikuti pembelajaran biasa. Hasil model pembelajaran berbasis pengalaman mampu memberikan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan hasil belajar siswa pada ranah afektif dengan pembelajaran konvensional. Sehingga model ini cukup efektif untuk digunakan sebagai salah satu model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah afektif.

3. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan pada ranah psikomotor pada mata pelajaran IPS yang mengikuti model pembelajaran berbasis pengalaman dengan belajar siswa yang mengikuti pembelajaran biasa. Hasil model pembelajaran berbasis pengalaman mampu memberikan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan hasil belajar siswa pada ranah psikomotor dengan pembelajaran konvensional. Sehingga model ini cukup efektif untuk digunakan sebagai salah satu model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah psikomotor.

(38)

111

5. Jika ditinjau dari ketuntasan belajar siswa, model pembelajaran berbasis pengalaman membantu siswa dalam mencapai ketuntasannya. Sehingga model ini cukup efektif untuk digunakan sebagai salah satu model pembelajaran untuk membantu siswa dalam mencapai ketuntasannya 6. Siswa merespon positif terhadap model pembelajaran berbasis pengalaman

sehingga dapat meningkatkan motivasi mereka untuk belajar IPS. Sehingga model ini cukup efektif untuk meningkatkan motivasi mereka untuk belajar IPS.

7. Penerapan model pembelajaran berbasis pengalaman lebih efektif meningkatkan hasil belajar dibandingkan menggunakan metode konvensional.

B. Saran

Berangkat dari hasil penelitian ini, penulis menyarankan beberapa hal sebagai rekomendasi.

1. Bagi Program Studi Pengembangan Kurikulum SPS UPI

Penelitian ini memberikan sumbangan dalam pendidikan khususnya dalam pengembangan model pembelajaran

2. Bagi Pihak Sekolah dan Guru a. Bagi guru

(39)

112

berbasis pengalaman sebagai suatu pembelajaran alternatif dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Bagi sekolah

Penelitian ini dapat memotivasi guru untuk melakukan penelitian guna peningkatan profesionalismenya sebagai pendidik yang akan bermuara pada peningkatan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar siswa.

3. Bagi penelitian Lebih Lanjut

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman atau setidaknya dapat dijadikan sebagai studi pendahuluan untuk memahami model pembelajaran berbasis pengalaman

b. Menindaklanjuti hasil penelitian ini dengan mengkaji lebih jauh lagi penerapan model pembelajaran berbasis pengalaman dengan melibatkan variable lain.

c. Mengkaji lebih jauh lagi penerapan model pembelajaran berbasis pengalaman untuk kelas selain kelas IV dan fokus materi yang berbeda.

d. Mengkaji lebih jauh lagi penerapan model pembelajaran berbasis pengalaman dengan melalui pengambilan populasi dengan skala besar.

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,Suharsimi. (2003). Dasar-Dasar evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi aksara.

Arikunto,Suharsimi. (2005). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi. Jakarta: Bumi aksara.

Budiningsih, C Asri. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rhineka Cipta

Dahar, Ratna Wilis. (1988). Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga

Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rhineka Cipta

Frankel, J.R. & Wallen, N.E. (1993). How to Design and Evaluate Research in Education. Toronto: McGraw – Hill Inc.

Gage, Robert M & Briggs Leslie J (1979). Principles Of Instructional Design. New York : Holt Rinehart & Winston

Hamalik, O. (1999). Strategi Pelajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Heinich, et al. (1985). Instructional Media & New Technology of Instruction. New York: Macmillan Publishing Company.

Jarolimek, J. (1993). Social Study in Elementary Education. London: McMillan Co, Inc

Johnson, B Elaine. (2007). Contextual Teaching & Learning Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikan dan Bermakna. Bandung : Mizan Media Utama

Juniarso, Triman. (2009). Teori Belajar Humanistik. Tersedia :http://www.Trimanjuniarso.Wordpress.com, accesed on [26 Agustus 2009] Kolb, D. (1984). Experiential Learning: Experience as the source of learning and

developmment Englewood Cliffs : Printice Hall

Lattery, Mark J. (2005). Student Understanding of the Primitive Spring Concept: Effects of Prior Classroom Instruction and Gender. Electronic Journal of Science Education, Vol. 9, No. 3. USA

(41)

Panggabean, Luhut. (2000). Statistika Dasar. Diktat Kuliah. UPI: tidak diterbitkan.

McClough. (2004). Gender, Context, and Physics Assessment. Journal of International Women’s Studies Vol 4, USA

Munaf, Syambasri. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Nana, Sudjana (1989). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru.

Nasution, S. (1982). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito Nasution, S. (2003). Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara

PP Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi

Pramesti, Getut. (2006). Panduan Lengkap SPSS 13,0 dalam Mengelola Data Statistik. Jakarta: PT Elek Media Kompotindo.

Ridwan, Sa’adah. (2000). Identifikasi dan Penanggulangan Kesulitan Belajar Siswa dalam Mempelajari Konsep Cahaya di kelas II-G SLTPN 12

Bandung. Tesis pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan

Sanjaya, Wina (2005). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : San Grafika Sanjaya, Wina (2008). KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN Teori dan Praktik

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Sanjaya, Wina (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Suciati, dkk.(2007). Belajar & Pembelajaran 2. Jakarta: Universitas Terbuka Sudjana, N. (1989). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Sukmadinta, Nana Sy. (2004). Kurikulum & Pembelejaran Kompetensi. Bandung

: Yayasan Kesuma Karya

Stinggins, RJ. (1994). Student Centered Classroom Assesment. New York: Mcmillan College Publishing Company

Taba, Hilda (1962). Curriculum Development, Theory and Practice: Foundation process, Design and Strategy For Planning both Primary and Scondary. New York: Harcourt, Brace & World,Inc

(42)

Undang-Undang R.I. Nomor : 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003.Jakarta : PT Mini Jaya Abadi

Zainul, A dan Nasution, N. (1993) Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Depdikbud Zeis, B.R (1976). Curriculum: principles and foundation. New York, Harper &

Gambar

Tabel 4.35 Korelasi antara Skor Kelas Eksperimen dan Skor Kelas Kontrol ………..
Gambar 4.11 Uji Normalitas Pre test Kelompok Perempuan Kelas
Tabel 3.1
tabel sebagai berikut.
+5

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Adanya perubahan hormonal pada obesitas akan menyebabkan perubahan profil lipid, sehingga terjadinya perubahan distribusi lemak dan profil serum hormonal yang.

[r]

Kisi-Kisi USBN PKn SMP/MTs Tahun Pelajaran 2017/2018 | 1 KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL. SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH KURIKULUM 2006 TAHUN

Akan mengadaka n penelitian tentang “gambaran iklim keselamatan k erja dan penggunaan alat pelindung diri pada pekerja kernek bongkar crude palm oil di PT1. Multimas Nabati

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang sapi berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman 2 minggu setelah tanam (MST), 3 MST, 4 MST, 5 MST, jumlah

Berdasarkan hasil uji t menyatakan bahwa terdapat pengaruh pemanfaatan TIK sebagai media pembelajaran terhadap kesiapan, atau dengan kata lain pemanfaatan TIK

akhirnya peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa sistem komputerisasi pada rumah sakit sangat diperlukan untuk meningkatkan mutu pelayanan sehingga dapat meningkatkan citra rumah