DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMAKASIH... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah ... 5
1. Pembatasan Masalah ... 5
D. Penjelasan Istilah dalm Judul ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Kegunaan Penelitian ... 7
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka ... 9
1. Konsep Kecerdasan ... 9
2. Kecerdasan Spasial ... 14
3. Minat ... 19
4. Kemampuan Menggambar... 26
4.1. Menggambar ... 26
4.2. Menggambar Desain eksterior ... 28
4.3. Penilaian Kemampuan Menggambar ... 33
B. Anggapan Dasar ... 35
C. Hipotesis Penelitian ... 36
D. Penelitian yang Relevan ... 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 38
1. Variabel penelitian ... 39
2. Paradigma Penelitian ... 40
C. Data dan Sumber Data penelitian ... 41
1. Data ... 42
2. Sumber Data ... 42
D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 43
1. Populasi ... 43
2. Sampel ... 43
E. Teknik Pengumpulan Data dan Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 44
1. Pengumpulan Data ... 44
2. Kisi-Kisi Instrumen ... 47
F. Teknik Analisis Data ... 48
1. Uji Validitas Instrumen ... 48
2. Uji Reliabilitas Instrumen ... 50
3. Uji Normalitas ... 51
2. Uji Hipotesis ... 52
a. Analisis korelasi ... 53
c. Analisis regresi ... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 60
1. Deskripsi Data ... 61
1.1. Deskripsi Kecerdasan spasial ... 61
1.2. Deskripsi Minat ... 62
1.3. Deskripsi Kemampuan menggambar ... 66
B. Hasil Analisis data ... 67
1. Pengujian Normalitas Data ... 67
2. Pengujian Hipotesis ... 68
a. Pengujian Hipotesis Antara X1 dengan Y ... 68
b. Pengujian Hipotesis Antara X2 dengan Y ... 73
c. Pengujian Hipotesis Antara X1, X2, dengan Y ... 76
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 82
1. Pengaruh Kecerdasan Spasial Terhadap Kemampuan Menggambar ... 84
2. Pengaruh Minat Terhadap Kemampuan Menggambar ... 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 91
B. Saran ... 92
DAFTAR PUSTAKA ... 94
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Format Angket ... 42
Tabel 3.2 Skor pernyataan angket ... 45
Tabel 3.3 Validitas Angket ... 45
Tabel 3.3 Koefisien korelasi ... 49
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kecerdasan Spasial ... 59
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Minat... 61
Tabel 4.3 Minat Pendidikan ... 62
Tabel 4.4 Minat Pekerjaan ... 63
Tabel 4.5 Minat Mata Pelajaran ... 63
Tabel 4.6 Kategori Nilai Menggambar ... 64
Tabel 4.7 Normalitas Minat ... 65
Tabel 4.8 Normalitas kemampuan menggambar ... 66
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Hubungan Antar Variabel ... 39
Gambar 3.2. Paradigma Penelitian ... 40
Gambar 4.1. Diagram Kecerdasan Spasial ... 60
Gambar 4.2. Diagram Minat ... 61
Gambar 4.4. Diagram Kemampuan Menggambar ... 64
DAFTAR LAMPIRAN
A. Kisi-kisi instrumen
B. Rancangan soal angket
C. Angket
D. Soal tes kecerdasan spasial
E. Daftar nilai menggambar
F. Uji validitasUji reliabilitas
G. Hasil tes kecerdasan spasial
H. Hasil minat
I. Distribusi frekuensi dan Normalitas
J. Analisis korelasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Indonesia memiliki banyak jenis pendidikan yang dibagi menurut
kategorinya masing-masing. Salah satu jenis pendidikan yang ada adalah
pendidikan kejuruan. Menurut Undang-Undang No.2 tentang sistem pendidikan
nasional, „Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan
peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu‟. Dari pengertian tersebut,
dapat dijabarkan bahwa untuk dapat bekerja di bidang tertentu, seseorang harus
memiliki keahlian pada bidang tertentu yang sesuai dengan pekerjaan yang
dikehendakinya. Keahlian tersebut bisa didapatkan secara alami atau yang disebut
bakat dan ada pula yang mendapatkan keahlian dengan proses belajar atau latihan.
Proses belajar atau berlatih tersebut diwadahi dalam sebuah lembaga pendidikan,
yaitu pendidikan kejuruan.
Pendidikan kejuruan yang ada di Indonesia pada tingkat menengah disebut
dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sekolah Menengah Kejuruan ini
memiliki spesifikasi atau bidang keahlian yang beragam, dan untuk dapat berhasil
dalam mempelajari bidang-bidang tersebut, seorang siswa memerlukan
kecerdasan. Apabila mengacu pada bidang kajiannya, maka kecerdasan yang
diperlukan dalam mempelajari bidang tersebut selain kecerdasan umum, juga
Salah satu jurusan pada SMK adalah Teknik Gambar Bangunan. Jurusan
Teknik Gambar Bangunan merupakan jurusan yang fokus pelajarannya pada
gambar bangunan. Dalam menggambar bangunan, seorang siswa tidak hanya
menggambar begitu saja tetapi dengan menggambar bangunan tersebut sudah
selayaknya seorang siswa dapat membayangkan ataupun menginterpretasikan
gambar tersebut. Menggambar menurut Ching (2002 : 9) adalah :
„Menggambar adalah membuat guratan diatas sebuah permukaan yang secara grafis menyajikan kemiripan mengenai sesuatu. Gambar merupakan ekspresi visual seseorang. Gambar dapat membuat kita mempersepsikan apa yang terlihat sebagai realitas di luar sana dan visi yang ada dalam mata dan pikiran kita‟.
Laseau ( 1980 : 19) mengemukakan bahwa :
„Bagi seseorang yang menekuni dunia gambar seperti arsitek, seniman ataupun perancang, menggambar bukan hanya sekedar menggoreskan alat pada selembar kertas. Menggambar adalah menuangkan pemikiran dan ide yang mereka miliki. Bagi arsitek dan perancang, gambar yang dihasilkan adalah gambar produktif yang kemudian dapat diwujudkan dalam bentuk asli sehingga perlu proses berpikir dalam menggambar‟.
Jika mengacu pada pendapat Laseau di atas, siswa jurusan Teknik
Gambar Bangunan adalah seseorang yang menekuni dunia gambar sehingga
mereka memerlukan kecerdasan khusus agar dalam menggambar bukan hanya
sekedar membuat guratan tetapi juga menuangkan ide dan pemikiran serta gambar
yang dihasilkan adalah gambar produktif yang dapat diwujudkan. Kecerdasan
khusus yang diperlukan siswa untuk menggambar dalam konsep kecerdasan
Gardner disebut kecerdasan spasial.
Menurut Gardner (dalam B. Uno dan Kudrat, 2010 : 37) „Kecerdasan
warna, garis, luas serta menetapkan arah dengan tepat‟. Mengeksperikan warna,
garis, luas serta menetapkan arah adalah kemampuan yang penting dalam
menggambar sehingga siswa Teknik Gambar Bangunan memang harus memiliki
kecerdasan tersebut.
Kecerdasan spasial menurut Armstrong (2002:20) adalah „Kemampuan
untuk memvisualisasikan gambar di dalam kepala seseorang atau menciptakannya
dalam bentuk dua atau tiga dimensi‟. Menciptakan bentuk dua atau tiga dimensi
merupakan hal yang harus dilakukan siswa dalam menggambarkan bangunan.
Berdasarkan studi pendahuluan, kebanyakan siswa menggambar hanya
mencontoh apa yang dicontohkan sehingga konsep yang mereka paparkan kurang
kuat dan hal itu berpengaruh terhadap kemampuan menggambar mereka. Dalam
menggambarkan tampak bangunan yang merupakan bagian dari eksterior
bangunan, tidak sinergi dengan denah yang digambarkan. Hal tersebut
mengindikasikan kemampuan siswa dalam memproyeksikan gambar kurang baik.
jika gambar diterapkan dalam dunia kerja, dunia yang akan mereka masuki setelah
menyelesaikan pendidikannya di sekolah menengah kejuruan, tentu akan menjadi
masalah.
Laseau (1980 : 17) mengemukakan bahwa ada dua hal penting yang harus
diingat mengenai suatu keterampilan termasuk di dalamnya menggambar, yaitu :
1. Keterampilan diperoleh dengan memperluas pelatihan
2. Cara yang berhasil untuk melatih keterampilan adalah dengan
Kemampuan menggambar yang merupakan sebuah keterampilan dapat
dilatih, di sekolah merupakan salah satu tempat untuk melatihnya. Pada poin
kedua di atas disebutkan bahwa melatih keterampilan dengan menyenanginya.
Rasa suka atau menyenangi sesuatu merupakan minat, seperti yang dikemukakan
Slameto (dalam Djamarah, 2008: 191):
„Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Suatu minat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menyatakan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Anak didik memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung memberikan perhatian lebih besar terhadap subjek tersebut‟.
Secara teoritis, semakin siswa menyukai menggambar maka akan semakin
sering siswa mengerjakan tugas menggambar tanpa ada yang menyuruh bahkan
dapat mengerjakannya dengan rasa senang. Namun apakah hal tersebut
benar-benar terjadi pada kenyataannya dimana seorang siswa yang memiliki minat yang
besar terhadap menggambar akan memiliki kemampuan menggambar yang baik
pula? Lalu bagaimana dengan kecerdasan spasial yang secara teoritis
mempengaruhi kemampuan menggambar siswa, apakah pada kenyataannya
memang demikian?
Berdasarkan uraian di atas, kecerdasan spasial dan minat merupakan hal
yang penting dalam proses belajar menggambar, sehingga peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian “Pengaruh kecerdasan spasial dan minat terhadap
kemampuan menggambar siswa pada mata pelajaran desain eksterior bangunan di
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Pada mata diklat desain eksterior bangunan, ditemukan beberapa
permasalahan terkait dengan kemampuan menggambar siswa yang dilihat dari
hasil belajar siswa dan perilaku siswa ketika belajar.
Permasalahan yang ditemukan pada mata pelajaran desain eksterior
bangunan adalah:
1. Dalam membuat denah rumah siswa mencontek contoh ataupun melihat
gambar dari internet tanpa diolah kembali
2. Penggambaran tampak bangunan yang tidak sesuai dengan denah
bangunan yang direncanakan
3. Kemampuan berpikir gambar siswa yang berbeda dan adanya anggapan
bahwa dalam hanya siswa yang memiliki kecerdasan ruang yang bagus
yang dapat menggambar dengan baik
4. Motivasi untuk menggambar siswa kurang
5. Keterlambatan dalam mengumpulkan tugas menggambar
6. Penempatan jurusan yang kurang didasarkan pada kemampuan siswa
C.PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH
Masalah–masalah yang teridentifikasi memiliki faktor penyebab yang
kompleks sehingga peneliti hanya mengambil beberapa masalah yang akan
1. Pembatasan Masalah
Dari beberapa masalah telah teridentifikasi, tidak semua akan dibahas
dalam penelitian ini, karena itu maka ada batasan masalah agar masalah yang
menjadi bahasan tidak melebar. Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini
adalah :
a. Kemampuan menggambar siswa pada mata pelajaran desain eksterior
bangunan
b. Kecerdasan spasial siswa jurusan Teknik Gambar Bangunan SMKN 6
Bandung
c. Minat menggambar siswa Teknik Gambar Bangunan SMKN 6 Bandung
2. Rumusan masalah
Permasalahan yang akan di cari jawabannya dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimana kondisi kecerdasan spasial dan minat siswa Teknik Gambar
Bangunan SMKN 6 Bandung?
b. Bagaimana pengaruh kecerdasan spasial terhadap kemampuan
menggambar siswa ?
c. Bagaimana pengaruh minat siswa terhadap kemampuan menggambar
siswa ?
d. Bagaimana pengaruh kecerdasan spasial dan minat siswa secara bersama -
D.PENJELASAN ISTILAH DALAM JUDUL
Ada beberapa istilah yang digunakan dalam judul yang perlu dijelaskan
agar tidak ada perbedaan persepsi antara penulis dan pembaca. Judul dalam
penelitian ini adalah “Pengaruh kecerdasan spasial dan minat terhadap
kemampuan menggambar siswa pada mata diklat desain eksterior bangunan
di SMKN 6 Bandung”. Berikut penjelasan istilah dalam judul di atas :
a. Kecerdasan spasial
„Kecerdasan spasial adalah imajinasi aktif yang mampu membuat orang
mengekspesikan warna, garis, luas serta menetapkan arah dengan tepat‟,
Gardner (dalam B. Uno dan Kudrat, 2010 : 37).
b. Minat
„Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal
atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh‟, Slameto (Djamarah, 2008:1991).
Minat yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah minat siswa yang
berhubungan dengan menggambar.
c. Kemampuan menggambar
„Kemampuan menggambar adalah membuat guratan di atas sebuah
permukaan yang secara grafis menyajikan kemiripan mengenai sesuatu‟
(Ching, 2002 : 9 ).
E.TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal yang
1. Mengetahui gambaran kondisi kecerdasan spasial dan minat siswa Jurusan
Teknik Gambar Bangunan SMK N 6 Bandung.
2. Mengetahui pengaruh kecerdasan spasial terhadap kemampuan
menggambar siswa.
3. Mengetahui pengaruh minat terhadap kemampuan menggambar siswa.
4. Mengetahui pengaruh kecerdasan spasial dan minat secara bersama-sama.
terhadap kemampuan menggambar desain eksterior bangunan siswa
F. KEGUNAAN PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan setidaknya memiliki dua manfaat utama yakni
manfaat secara teoritis .
1. Kegunaan Praktis :
a. Bagi sekolah, penelitian ini bisa menjadi bahan pertimbangan dalam
penerimaan siswa baru sehingga siswa yang masuk tidak salah jurusan.
b. Bagi guru, penelitian ini dapat membantu dalam mempersiapkan kegiatan
pembelajaran khususnya pada metode pembelajaran sehingga bisa sesuai
kemampuan siswa.
c. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan acuan untuk penelitian yang serupa.
2. Kegunaan Teoritis
Dengan adanya penelitian ini, maka akan menambah wawasan pendidik
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. METODE PENELITIAN
‘Metode penelitian adalah cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan
data penelitiannya’ (Arikunto, 2010 : 213). Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah korelasional. Metode korelasional merupakan salah satu dari metode
penelitian deskriptif. ‘Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk
menyelidiki keadaan, kondisi atau lain-lain yang disebutkan, yang hasilnya
dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian’(Arikunto, 2010 : 3). Dalam penelitian
deskriptif, peneliti tidak mengubah, menambah, atau melakukan manipulasi terhadap
objek.
Penelitian korelasional adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk
mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan
perubahan atau manipulasi terhadap data yang sudah ada korelasi yang digunakan
adalah korelasi sebab–akibat. Korelasi sebab akibat dipilih ketika peneliti bermaksud
untuk mengetahui apakah ada hubungan antara satu variabel dengan variabel lain, dan
apakah hubungan tersebut saling mempengaruhi. Dalam penelitian ini yang ingin
diketahui adalah apakah ada hubungan antara kecerdasan spasial dan minat siswa
dengan kemampuan menggambar, dan apakah kecerdasan spasial dan minat siswa
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. ‘Pendekatan kuantitatif adalah suatu pendekatan dalam penelitian yang
bekerja dengan angka, yang datanya berwujud bilangan, yang dianalisis dengan
menggunakan statistik untuk menjawab pertanyaan hipotesis penelitian yang sifatnya
spesifik, dan untuk memprediksi bahwa suatu variabel mempengaruhi variabel yang
lain’ (Handayani, 2012 : 57).
.
B. VARIABEL DAN PARADIGMA PENELITIAN
1. Variabel Penelitian
Variabel merupakan istilah yang sangat popular dalam melakukan penelitian.
‘F. N. Kerlinger menyebutkan bahwa variabel adalah sebuah konsep seperti halnya
laki-laki dalam konsep jenis kelamin, dan insaf dalam konsep kesadaran. Sedangkan
Sutrisno Hadi mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi. Misalnya jenis
kelamin, karena jenis kelamin memiliki variasi yaitu laki-laki–perempuan; berat
badan, karena ada berat 40 kg dan sebagainya. Gejala adalah objek penelitian,
sehingga variabel adalah objek penelitian yang bervariasi’ (Arikunto, 2010 : 159).
Dalam sebuah penelitian, umumnya memiliki 2 jenis variabel yaitu variabel
bebas dan variabel terikat. Variabel bebas merupakan variabel yang memberikan
akibat. Dalam hal ini variabel bebas dapat diperlakukan dengan berbeda-beda.
Sedangkan variabel terikat merupakan variabel akibat. Akibat yang dimaksud adalah
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kecerdasan spasial dan minat
siswa, sedangkan variabel terikatnya atau yang biasa dilambangkan dengan Y adalah
kemampuan menggambar siswa. Variabel bebas dilambangkan dengan X. Penelitian
ini memiliki duan variabel bebas yaitu kecerdasan spasial atau X1 dan minat
menggambar yang dilambangkan dengan X2.
2. Paradigma Penelitian
‘Paradigma penelitian adalah bagian teori dari penelitian yang menjelaskan
tentang alasan dan argumentasi bagi rumusan hipotesis’ (Arikunto, 2009:76). Berikut
adalah gambaran hubungan antara variabel secara singkat :
Gambar 3.1. Hubungan antar variabel
Keterangan :
mempengaruhi
KECERDASAN SPASIAL
MINAT
Paradigma penelitian biasa disebut juga dengan kerangka pemikiran.
Paradigma penelitian menggambarkan pola penelitian yang dilaksanakan. berikut ini
adalah paradigma dalam penelitian ini:
Gambar 3.2 Paradigma Penelitian
KECERDASAN SPASIAL SISWA KELAS XI TEKNIK GAMBAR BANGUNAN SMKN 6 BANDUNG
MINAT TERHADAP MENGGAMBAR SISWA KELAS XI TEKNIK GAMBAR BANGUNAN
Aspek yang diungkap :
1. Minat terhadap pendidikan
2. Minat terhadap pekerjaan
3. Minat terhadap mata pelajaran
C. DATA DAN SUMBER DATA PENELITIAN
1. Data
‘Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk
menyusun suatu informasi. Dan informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai
untuk suatu keperluan’( Arikunto, 2010 : 161).
Data dalam penelitian ini adalah data dalam bentuk kuantitatif. data tersebut
adalah :
1. Data hasil belajar siswa teknik gambar bangunan SMKN 6 bandung pada
mata diklat desain eksterior bangunan. dalam mata diklat ini, hasil belajar
siswa memiliki skala 1 – 100. Data disajikan dalam bentuk Tabel.
2. Data tingkat kecerdasan spasial siswa teknik gambar bangunan SMKN 6
bandung.
3. Data minat siswa terhadap menggambar.
2. Sumber Data
‘Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh’( Arikunto, 2010: 172).
Untuk penelitian yang menggunakan kuesioner atau angket, sumber data
penelitiannya disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab
pertanyaan peneliti baik tertulis maupun lisan.
Dalam penelitian ini, respondennya adalah siswa jurusan Teknik Gambar
D. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
1. Populasi
‘Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian’ (Arikunto, 2010: 73). Dalam
penelitian ini, populasi penelitiannya adalah siswa kelas XI pada kompetensi keahlian
teknik gambar bangunan SMK Negeri 6 Bandung.
2. Sampel
‘Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yag diteliti’ (Arikunto,
2010:174). Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampel bertujuan atau
purposive sample. Sampel bertujuan dilakukan atas adanya tujuan tertentu. Dalam hal
ini pertimbangan pengambilan sampelnya adalah berdasarkan mata pelajaran yang
diambil dalam penelitian. Mata pelajaran desain eksterior bangunan adalah salah satu
mata pelajaran pada kelas sebelas semester genap.
Ukuran sampel atau besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan
berdasarkan ketentuan ukuran sampel menurut Roscoe (1982:253) dalam Sugiyono
(2012:90) dengan ketentuan :
1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan
500.
2. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya pria-wanita, pegawai negeri-
swasta, dll) maka anggota sampel setiap kategori minimal 30.
3. Bila penelitian ini akan menggunakan analisis multivariate (korelasi atau
regresi ganda), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah
4. Untuk penelitian eksperimen sederhana yang menggunakan kelompok
eksperimen dan kontrol maka jumlah anggota sampel masing-masing antara
10 sampai dengan 20
Berdasarkan saran pada nomor 3, maka ukuran minimal sampel penelitian ini
adalah 30 karena dalam penelitian ini ada tiga variabel. Dari hasil perhitungan
tersebut maka peneliti mengambil sampel 33 orang siswa pada kelas XI Teknik
Gambar Bangunan.
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA, INSTRUMEN, DAN KISI–KISI
INSTRUMEN PENELITIAN
1. Pengumpulan Data
Arikunto menyatakan bahwa menyusun instrument adalah pekerjaan penting
didalam langkah penelitian. akan tetapi mengumpulkan data jauh lebih penting lagi.
terutama apabila peneliti menggunakan metode yang memiliki cukup besar celah
untuk dimasuki unsure minat peneliti. itulah sebabnya menyusun instrumen
pengumpulan data harus ditangani secara serius agar diperoleh hasil yang sesuai
dengan kegunaannya yaitu pengumpulan variabel yang tepat.
Menurut Arikunto (2009:100) ‘Metode pengumpulan data adalah cara-cara
yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data’. Seperti telah dijelaskan di
atas bahwa dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang dapat diukur, yaitu
sebagai variabel terikat. jika merujuk pada pernyataan Arikunto, maka metode dan
instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah tes.
a. Tes
‘Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki individu atau kelompok’ (Arikunto, 2010 : 193)
Kecerdasan spasial yang berakar pada teori IQ, dapat diukur menggunakan tes
inteligensi. ‘Tes inteligensi adalah tes yang digunakan untuk mengadakan estimasi
atau perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang dengan cara memberikan
berbagai tugas pada orang yang akan diukur inteligensinya’(Arikunto, 2010 : 194).
Tes kecerdasan spasial dilakukan dengan menggunakan soal yang telah
standar atau baku sehingga data hasil tes merupakan data yang normalitasnya telah
teruji.
b. Angket
Untuk mengukur tingkat minat siswa, digunakan angket. ‘Angket adalah
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya, maupun hal-hal yang diketahuinya’
(Arikunto, 2010 : 194).
Angket yang digunakan berupa skala Likert dimana pada setiap butir
pernyataan memiliki lima butir sikap yang dapat dipilih oleh responden. Butir-butir
tidak setuju (STS). Di dalam skala Likert ini, responden tinggal memberi tanda pada
sikap yang mereka pilih.
Bentuk instrumen yang direncanakan adalah sebagai berikut :
TABEL 3.1. Format Angket
No Pernyataan Sikap
SS S N TS STS
Data yang terkumpul kemudian di beikan skor sehingga dapat terukur. Untuk
pernyataan yang berarah positif, kemungkinan skor-skor nya adalah sebagai berikut :
TABEL 3.2. Skor Pernyataan Angket
PERNYATAAN POSITIF PERNYATAAN NEGATIF
PERNYATAAN SKOR PERNYATAAN SKOR
Sangat Setuju (SS) 5 Sangat Setuju (SS) 1
Untuk mengumpulkan data kemampuan menggambar desain eksterior
bangunan siswa, dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada mata pelajaran
2. Instrumen dan Kisi - Kisi Instrumen Penelitian
‘Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan
peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan dipermudah olehnya’ (Arikunto, 2009:101).
Seperti telah dijelaskan pada bagian pengumpulan data, instrumen yang
digunakan untuk mengumpulkan data kecerdasan spasial adalah tes kecerdasan,
mengukur minat dengan menggunakan angket dengan pola jawaban menggunakan
skala likert, dan kemampuan menggambar dengan menggunakan dokumentasi nilai
menggambar siswa pada mata pelajaran menggambar desain eksterior bangunan.
Instrumen untuk melihat kemampuan menggambar adalah nilai menggambar
siswa pada mata pelajaran menggambar desain eksterior bangunan. Nilai tersebut
merupakan nilai perhitungan dari setiap kompetensi dasar yang ada pada mata
pelajaran tersebut.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur kecerdasan spasial yaitu soal tes
kecerdasan spasial menggunakan soal yang telah standar dan telah dipergunakan
sebelumnya oleh peneliti lain. Penggunaan soal yang telah standar tersebut adalah
agar hasil yang didapat juga telah standar dengan validitas, reliabilitas dan normalitas
yang telah teruji.
Instrumen untuk mengukur minat siswa adalah angket, dalam hal ini angket
adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden
tinggal memberikan tanda centang (√) pada kolom yang sesuai. angket tersebut
disusun berdasarkan kisi-kisi yang telah dirumuskan sebelumnya.
Kisi-kisi penelitian merupakan rancangan penyusunan instrumen. Kisi-kisi
adalah sebuah tabel yang menunjukkan antara hal–hal yang yang disebutkan dalam
baris dengan hal-hal yang disebutkan dalam kolom. Kisi-kisi instrumen berisi konsep
dan aspek-aspek yang akan diungkap pada instrumen penelitian. Kisi-kisi intrumen
penelitian dapat dilihat pada lampiran.
F. TEKNIK ANALISIS DATA
Untuk mengolah data-data lebih lanjut sesuai dengan tujuan maka data yang
telah terkumpul disusun ke dalam tabel distribusi frekuensi kemudian dicari mean,
median, dan, modus. sehingga akan mengurangi langkah dalam analisis data
Berikutnya.
Sebelum dilakukan pengujian-pengujian yang sesuai dengan tujuan pengujian
tersebut, data-data yang terkumpul kemudian di ubah menjadi data yang dapat terukur
oleh metode yang dimaksud.
1. Uji Validitas Instrumen
‘Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
validitasnya, maka instrumen tersebut akan semakin sahih. Untuk penelitian ini,
pengujian validitas digunakan dengan mengji validitas internal dengan menggunakan
rumus angka kasar Pearson. Rumus tersebut adalah :
rxy =
–√ ͼ – ͽͼ ͽ
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi
X = skor total soal nomor-n (1,2,3,……,dst)
Y = skor total responden ke-n (1,2,3,….,dst)
Nilai rxy yang dihasilkan kemudian digunakan untuk mencari harga-t untuk
mengetahui apakah instrument tersebut terpercaya atau tidak.
Pengujian validitas instrument dilakukan dengan sekali menyebarkan
instrument kepada responden.. Soal-soal yang tidak valid tersebut kemudian di buang
tanpa penggantian dengan catatan bahwa soal-soal yang valid tersebut masih
mewakili seluruh indikator pada aspek-aspek yang akan di ungkap dalam penelitian.
TABEL 3.3. Validitas Angket
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas merujuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument
tersebut sudah baik.
r
11=
Berdasarkan hasil perhitungan, nilai r11 hitung > nilai r pada tabel sehingga
angket tersebut dinyatakan reliabel.
Uji reliabilitas merupakan pengujian terhadap keterandalan instrumen.
Pengujian reliabilitas menggunakan teknik split half methode yang merupakan salah
satu metode dalam uji reliabilitas internal.
Dalam pengujian ini digunakan half split methode dengan membagi butir
menjadi dua belahan yaitu awal dan akhir yang kemudian dikorelasikan dan untuk
memperoleh reliabilitas, hasil korelasi tersebut diperhitungkan kembali dengan
menggunakan rumus Spearman-Brown.
r11=
Nilai r11 yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah 0,477616. Hasil ini jika
dibandingkan dengan tabel r product moment pada N=33, rt5% =0,344 , rt1% =0,442,
3. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang didapat
berdistribusi normal atau tidak. pengujian normalitas ini dilakukan dengan menguji
χ². sebelum pengujian dilakukan, ada beberapa langkah yang harus dilakukan.
langkah tersebut adalah :
1. Menyusun ungrouped data menjadi grouped data yang berupa tabel distribusi
frekuensi
2. Hitung nilai rata-rata
3. Hitung simpangan baku
4. Menentukan batas bawah atau atas kelas suatu interval dan mengubahnya
menjadi nilai z
5. Frekuensi hasil observasi = o diperoleh dari frekuensi tiap kelas interval
6. Frekuensi harapan = E diperoleh dari hasil kali antara n (jumlah data) dengan
peluang atau luas dibawah kurva normal
7. Uji χ² dengan menggunakan rumus :
χ² =
4. Uji hipotesis
Untuk menguji hipotesis maka hipotesis penelitian diubah menjadi hipotesis
statistik. Setelah mmengubah hipotesis maka dilakukan uji hipotesis dengan
perhitungan korelasi, koefisien determinasi, uji-t dan analisis regresi.
a. Analisis korelasi
Karena penelitian ini merupakan penelitian korelasional maka teknik analisis
data yang digunakan pun adalah teknik analisis data untuk penelitian korelasional.
dalam hal ini penelitian korelasional dapat dianalisis dengan metode statistik.
Ada tidaknya hubungan antara variabel ditentukan dengan hasil perhitungan
koefisien korelasi. koefisien korelasi merupakan ukuran statistik yang menunjukkan
arah dan besarnya hubungan antara dua variabel. Koefisien korelasi untuk sampel
dilambangkan dengan r dengan harga terkecil -1 dan terbesar satu. atau dapat ditulis :
Dan makna koefisien korelasi dapat dilihat pada table dibawah ini :
TABEL 3.4. Koefisien Korelasi
KOEFISIEN KORELASI MAKNA KOEFISIEN KORELASI
R = -1 Korelasi negative sempurna
-1 < r ≤ - 0, 80 Korelasi negative tinggi sekali
-0,80 < r ≤ - 0,60 Korelasi negative tinggi
-0,60 < r ≤ -0,40 Korelasi negative sedang
-0,40 < r ≤ -0,20 Korelasi negative rendah
-0,20 < r < 0 Korelasi negative rendah sekali
r = 0 Tidak mempunyai korelasi linier
0 < r < 20 Korelasi rendah sekali
0,20 ≤ r < 0,40 Korelasi rendah 0,40 ≤ r < 0,60 Korelasi sedang 0,60 ≤ r < 0,80 Korelasi tinggi 0,80 ≤ r < 1 Korelasi tinggi sekali
r = 1 Korelasi sempurna
Sumber: Suprian AS, 2007:36
Sedangkan untuk menghitung besarnya koefisien korelasi, digunakan rumus
product moment dari Pearson dengan menggunakan angka kasar.
Rumus :
rxy =
–√ ͼ – ͽͼ ͽ
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi
Karena memiliki dua variabel bebas, maka terdapat koefisien korelasi jamak
secara serempak sekaligus.
Rumus :
=
√
Keterangan :
Ryx1x2 = koefisien korelasi jamak antara Y dengan gabungan X1 dan X2
ryx1 = koefisien korelasi antara Y dengan X1
ryx2 = koefisien korelasi antara Y dengan X2
rx1x2 = koefisien korelasi antara X1 dan X2
b. Uji Signifikansi (Uji-t)
Untuk mengetahui apakah nilai korelasi tersebut signifikan atau tidak maka
dilakukan dengan menggunakan uji-t. untuk mencari nilai-t dilakukan dengan
menggunakan rumus :
t = r
√ √Keterangan :
t = taraf signifikansi
r = koefisien korelasi yang telah dihitung
n = banyaknya data
Nilai-t hasil perhitungan atau disebut dengan thitung kemudian dikonsultasikan
dengan nilai-t pada tabel dengan ketentuan apabila thitung > ttabel maka pengaruh
tersebut bersifat signifikan. Sedangkan apabila sebaliknya maka pengaruh tersebut
c. Koefisien Determinasi
Koefisien korelasi jamak baru bermakna setelah dipangkat duakan menjadi
koefisien determinasi jamak. Besarnya koefisien determinasi ini yang bermakna
besarnya pengaruh satu variabel terhadap variabel yang lain. Besarnya koefisien
determinasi dirumuskan dengan :
Hasil perhitungan tersebut bermakna besarnya pengaruh variabel X terhadap
variabel Y yang besarnya ditunjukkan dengan persentasi.
d. Analisis regresi
Analisis regresi tidak hanya mengukur derajat keeratan hubungan antar
variabel, tetapi juga menduga besarnya serta arah dari hubungan tersebut dan juga
menduga besarnya variabel terikat. Dalam analisis regresi, dapat terjadi hubungan
antara satu variabel terikat dengan satu atau lebih variabel bebas. Analisis regresi juga
dapat disajikan dalam bentuk grafik.
Persamaan regresi dapat ditulis seperti :
Keterangan :
Ŷ = harga – harga pada variabel Y yang diramalkan
Ŷ = a + bX
X = harga – harga pada variabel X
a = perpotongan garis regresi, yaitu apabila X = 0
b= koefisien regresi, yaitu besarnya perubahan pada Y jika satu unit
perubahan terjadi pada X
Sedangkan harga a dan b dapat dicari dengan menggunakan rumus :
Untuk mengetahui arah dan besar hubungan antara kecerdasan spasial dan
minat terhadap kemampuan menggambar, maka digunakan analisis regresi ganda.
Penggunaan regresi ganda ini karena dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas.
persamaan regresi ganda untuk dua variabel bebas adalah sebagai berikut :
Keterangan :
X1 = Kecerdasan spasial
X2 = Minat
b1 = koefisien regresi X1
b2 = koefisien regresi X2
a = Y - bX
b =
Sedangkan untuk mencari harga a dan b digunakan rumus :
∑ ∑ ∑ ∑
∑ ∑ ∑ ∑
+ a.n
Dengan mengetahui harga a, b1 dan b2 maka diketahui pula perubahan yang
terjadi terhadap variabel terikat jika terjadi perubahan pada variabel bebas. Jika
harga-harga koefisien regresi tersebut bernilai positif maka pengaruhnya positif atau
dengan kata lain semakin besar penambahan yang terjadi pada variabel bebas maka
akan semakin besar pula penambahan yang terjadi pada variabel terikat. Namun jika
koefisien regresi bernilai negatif maka apabila terjadi penambahan pada satu unit
variabel bebas, variabel terikatnya akan berkurang atau semakin kecil.
Untuk menguji signifikansi dari korelasi regresi tersebut dapat digunakan uji
F-regresi. Setelah mengetahui harga koefisien korelasi, maka F-regresi dapat dicari
dengan menggunakan rumus:
Freg =
Dengan keterangan :
Freg = Harga garis regresi yang dicari
N = Banyaknya subjek yang dilihat
m = Banyaknya prediktor
R = Koefisien antara kriterium dan prediktor-prediktor
Nilai uji F ini juga digunakan untuk menentukan apakah hasil analisis tersebut
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Setelah melakukan analisis data dan pembahasan mengenai hasi penelitian
terhadap ’Pengaruh kecerdasan spasial dan minat siswa terhadap kemampuan
menggambar siswa di SMKN 6 Bandung pada mata pelajaran desain eksterior
bangunan’, maka peneliti dapat mengambil beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Kondisi kecerdasan spasial siswa rata-rata berada pada taraf sedang, artinya
kecerdasan spasial siswa cukup baik, sementara minat berada pada kategori
tinggi.
2. Kecerdasan spasial memberikan pengaruh terhadap kemampuan menggambar
siswa dimana setiap penambahan skor kecerdasan spasial, juga akan
menambah kemampuan menggambar siswa, artinya semakin tinggi
kecerdasan spasial maka akan semakin tinggi pula kemampuan menggambar.
3. Minat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan
menggambar siswa, dimana penambahan satu unit minat akan menambah
nilai kemampuan menggambar siswa, artinya semakin tinggi minat maka akan
semakin tinggi pula kemampuan menggambar.
4. Kecerdasan spasial dan minat secara bersama-sama mempengaruhi
sebesar 0,3449 atau kontribusi sebesar 34,49%. Angka tersebut juga
menunjukkan bahwa sebesar 0,6551 adalah pengaruh faktor lain baik
eksternal maupun internal.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, kecerdasan spasial siswa rata-rata berada pada
kategori rata-rata sedang, minat pada kategori tinggi dan kemampuan menggambar
desain eksterior bangunan pada kategori rendah, selain itu kecerdasan spasial dan
minat baik secara parsial maupun bersama-sama mempengaruhi kemampuan
menggambar siswa kelas XI Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 6 Bandung.
Beradasarkan Hasil tersebut, maka penulis mengajukan beberapa saran kepada
pihak-pihak yang bersangkutan. Adapun saran yang ingin disampaikan adalah sebagai
berikut:
1. Untuk guru mata pelajaran hendaknya menumbuhkan dan mengembangkan
minat siswa dalam pembelajaran dengan meyampaikan manfaat dan relevansi
mata pelajaran desain eksterior dalam dunia pekerjaan gambar bangunan.
2. Melihat tingginya minat namun kemampuan menggambar yang masih rendah,
maka penulis juga menyarankan agar sekolah menyediakan fasilitator yang
dapat mengoptimalkan minat siswa untuk meningkatkan kemampuan
menggambar mereka. Fasilitator tersebut dapat berupa sarana dan prasarana
penunjang seperti guru, kurikulum, ataupun lingkungan belajar siswa.
ditingkatkan dan diperbaiki karena hal-hal tersebut juga merupakan faktor
yang mempengaruhi belajar siswa.
3. Sementara itu dalam penelitian ini, peneliti hanya melihat kemampuan
menggambar pada mata pelajaran desain eksterior bangunan dan tidak pada
mata pelajaran lain sehingga kemampuan menggambar yang terlihat terbatas.
untuk peneliti lain yang akan meneliti dengan penelitian yang serupa dapat
melihat kemampuan menggambar pada mata pelajaran lain. Di samping itu,
faktor-faktor lain yang mempengaruhi kemampuan menggambar siswa yang
memiliki pengaruh yang besar juga perlu diteliti lebih lanjut sehingga hasilnya
dapat menambah bacaan yang dapat dijadikan informasi untuk
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
Armstrong, Thomas. (2002). Setiap Anak Cerdas. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Baharuddin, M. dan Wahyuni , E.N. (2010). Teori Belajar & Pembelajaran. Yogyakarta : Ar-ruz Media
Ching, Francis D.K.. (2002). Menggambar Sebuah Proses Kreatif. Jakarta : Erlangga
Ching, Francis D.K.. (1996). Ilustrasi Desain Interior bangunan. Jakarta : Erlangga
Djamarah, Syaiful Bahri. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Handayani, I. (2012). Pengaruh Intelligent Quotient (IQ) Dan Kemampuan Tilikan
Ruang Terhadap Kemampuan Menggambar Teknik Siswa. Tesis. UPI
Bandung: Tidak diterbitkan
Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga
Laseau, Paul. (1986). Berpikir Gambar bagi Arsitek dan Perancang. Bandung : ITB
Muslim. ----. Sekilas Pendidikan Kejuruan. [Online]. tersedia: http://blog.tp.ac.id/wp-content/uploads/b601624afcda49bb1073db9ddf3cce5a.pdf
Rijalulhaq, Muharram. (2010). Perbandingan Kecerdasan Spasial Antara Mahasiswa
Baru S1 Pendidikan Teknik Arsitektur Dengan D3 Teknik Perumahan.
Skripsi. UPI Bandung: Tidak diterbitkan
Saputra, Suprian Atmaja. (2007). Modul Perkuliahan Statistika. Bandung : Tidak diterbitkan
Slameto. (2003). Belajar dan faktor-faktor yang Mempengaruhinnya.jakarta: Rineka Cipta
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Tambunan, S.M. 2006. “ Hubungan Antara Kemampuan spasial dengan Prestasi Belajar Matematika”. Makara Sosial Humaniora. 10,(1), 27-32.
Uno, H.B. dan Kudrat, M. 2009. Mengelola Berbagai Kecerdasan dalam
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Yoga, H.C. (2011). Laporan Praktikum Tes Inteligensi, Tes Bakat dan Minat. [Online]. Tersedia: http://himcyoo.files.wordpress.com/2011/04/laporan-praktikum-teknik-testing.pdf[31 juli 2012]