• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KECERDASAN SPASIAL DAN MINAT TERHADAP KEMAMPUAN MENGGAMBAR SISWA PADA MATA PELAJARAN DESAIN EKSTERIOR BANGUNAN DI SMK N 6 BANDUNG: Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas XI Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KECERDASAN SPASIAL DAN MINAT TERHADAP KEMAMPUAN MENGGAMBAR SISWA PADA MATA PELAJARAN DESAIN EKSTERIOR BANGUNAN DI SMK N 6 BANDUNG: Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas XI Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMAKASIH... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah ... 5

1. Pembatasan Masalah ... 5

(2)

D. Penjelasan Istilah dalm Judul ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka ... 9

1. Konsep Kecerdasan ... 9

2. Kecerdasan Spasial ... 14

3. Minat ... 19

4. Kemampuan Menggambar... 26

4.1. Menggambar ... 26

4.2. Menggambar Desain eksterior ... 28

4.3. Penilaian Kemampuan Menggambar ... 33

B. Anggapan Dasar ... 35

C. Hipotesis Penelitian ... 36

D. Penelitian yang Relevan ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 38

(3)

1. Variabel penelitian ... 39

2. Paradigma Penelitian ... 40

C. Data dan Sumber Data penelitian ... 41

1. Data ... 42

2. Sumber Data ... 42

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 43

1. Populasi ... 43

2. Sampel ... 43

E. Teknik Pengumpulan Data dan Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 44

1. Pengumpulan Data ... 44

2. Kisi-Kisi Instrumen ... 47

F. Teknik Analisis Data ... 48

1. Uji Validitas Instrumen ... 48

2. Uji Reliabilitas Instrumen ... 50

3. Uji Normalitas ... 51

2. Uji Hipotesis ... 52

a. Analisis korelasi ... 53

(4)

c. Analisis regresi ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 60

1. Deskripsi Data ... 61

1.1. Deskripsi Kecerdasan spasial ... 61

1.2. Deskripsi Minat ... 62

1.3. Deskripsi Kemampuan menggambar ... 66

B. Hasil Analisis data ... 67

1. Pengujian Normalitas Data ... 67

2. Pengujian Hipotesis ... 68

a. Pengujian Hipotesis Antara X1 dengan Y ... 68

b. Pengujian Hipotesis Antara X2 dengan Y ... 73

c. Pengujian Hipotesis Antara X1, X2, dengan Y ... 76

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 82

1. Pengaruh Kecerdasan Spasial Terhadap Kemampuan Menggambar ... 84

2. Pengaruh Minat Terhadap Kemampuan Menggambar ... 86

(5)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 94

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Format Angket ... 42

Tabel 3.2 Skor pernyataan angket ... 45

Tabel 3.3 Validitas Angket ... 45

Tabel 3.3 Koefisien korelasi ... 49

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kecerdasan Spasial ... 59

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Minat... 61

Tabel 4.3 Minat Pendidikan ... 62

Tabel 4.4 Minat Pekerjaan ... 63

Tabel 4.5 Minat Mata Pelajaran ... 63

Tabel 4.6 Kategori Nilai Menggambar ... 64

Tabel 4.7 Normalitas Minat ... 65

Tabel 4.8 Normalitas kemampuan menggambar ... 66

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Hubungan Antar Variabel ... 39

Gambar 3.2. Paradigma Penelitian ... 40

Gambar 4.1. Diagram Kecerdasan Spasial ... 60

Gambar 4.2. Diagram Minat ... 61

Gambar 4.4. Diagram Kemampuan Menggambar ... 64

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

A. Kisi-kisi instrumen

B. Rancangan soal angket

C. Angket

D. Soal tes kecerdasan spasial

E. Daftar nilai menggambar

F. Uji validitasUji reliabilitas

G. Hasil tes kecerdasan spasial

H. Hasil minat

I. Distribusi frekuensi dan Normalitas

J. Analisis korelasi

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Indonesia memiliki banyak jenis pendidikan yang dibagi menurut

kategorinya masing-masing. Salah satu jenis pendidikan yang ada adalah

pendidikan kejuruan. Menurut Undang-Undang No.2 tentang sistem pendidikan

nasional, „Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan

peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu‟. Dari pengertian tersebut,

dapat dijabarkan bahwa untuk dapat bekerja di bidang tertentu, seseorang harus

memiliki keahlian pada bidang tertentu yang sesuai dengan pekerjaan yang

dikehendakinya. Keahlian tersebut bisa didapatkan secara alami atau yang disebut

bakat dan ada pula yang mendapatkan keahlian dengan proses belajar atau latihan.

Proses belajar atau berlatih tersebut diwadahi dalam sebuah lembaga pendidikan,

yaitu pendidikan kejuruan.

Pendidikan kejuruan yang ada di Indonesia pada tingkat menengah disebut

dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sekolah Menengah Kejuruan ini

memiliki spesifikasi atau bidang keahlian yang beragam, dan untuk dapat berhasil

dalam mempelajari bidang-bidang tersebut, seorang siswa memerlukan

kecerdasan. Apabila mengacu pada bidang kajiannya, maka kecerdasan yang

diperlukan dalam mempelajari bidang tersebut selain kecerdasan umum, juga

(10)

Salah satu jurusan pada SMK adalah Teknik Gambar Bangunan. Jurusan

Teknik Gambar Bangunan merupakan jurusan yang fokus pelajarannya pada

gambar bangunan. Dalam menggambar bangunan, seorang siswa tidak hanya

menggambar begitu saja tetapi dengan menggambar bangunan tersebut sudah

selayaknya seorang siswa dapat membayangkan ataupun menginterpretasikan

gambar tersebut. Menggambar menurut Ching (2002 : 9) adalah :

„Menggambar adalah membuat guratan diatas sebuah permukaan yang secara grafis menyajikan kemiripan mengenai sesuatu. Gambar merupakan ekspresi visual seseorang. Gambar dapat membuat kita mempersepsikan apa yang terlihat sebagai realitas di luar sana dan visi yang ada dalam mata dan pikiran kita‟.

Laseau ( 1980 : 19) mengemukakan bahwa :

„Bagi seseorang yang menekuni dunia gambar seperti arsitek, seniman ataupun perancang, menggambar bukan hanya sekedar menggoreskan alat pada selembar kertas. Menggambar adalah menuangkan pemikiran dan ide yang mereka miliki. Bagi arsitek dan perancang, gambar yang dihasilkan adalah gambar produktif yang kemudian dapat diwujudkan dalam bentuk asli sehingga perlu proses berpikir dalam menggambar‟.

Jika mengacu pada pendapat Laseau di atas, siswa jurusan Teknik

Gambar Bangunan adalah seseorang yang menekuni dunia gambar sehingga

mereka memerlukan kecerdasan khusus agar dalam menggambar bukan hanya

sekedar membuat guratan tetapi juga menuangkan ide dan pemikiran serta gambar

yang dihasilkan adalah gambar produktif yang dapat diwujudkan. Kecerdasan

khusus yang diperlukan siswa untuk menggambar dalam konsep kecerdasan

Gardner disebut kecerdasan spasial.

Menurut Gardner (dalam B. Uno dan Kudrat, 2010 : 37) „Kecerdasan

(11)

warna, garis, luas serta menetapkan arah dengan tepat‟. Mengeksperikan warna,

garis, luas serta menetapkan arah adalah kemampuan yang penting dalam

menggambar sehingga siswa Teknik Gambar Bangunan memang harus memiliki

kecerdasan tersebut.

Kecerdasan spasial menurut Armstrong (2002:20) adalah „Kemampuan

untuk memvisualisasikan gambar di dalam kepala seseorang atau menciptakannya

dalam bentuk dua atau tiga dimensi‟. Menciptakan bentuk dua atau tiga dimensi

merupakan hal yang harus dilakukan siswa dalam menggambarkan bangunan.

Berdasarkan studi pendahuluan, kebanyakan siswa menggambar hanya

mencontoh apa yang dicontohkan sehingga konsep yang mereka paparkan kurang

kuat dan hal itu berpengaruh terhadap kemampuan menggambar mereka. Dalam

menggambarkan tampak bangunan yang merupakan bagian dari eksterior

bangunan, tidak sinergi dengan denah yang digambarkan. Hal tersebut

mengindikasikan kemampuan siswa dalam memproyeksikan gambar kurang baik.

jika gambar diterapkan dalam dunia kerja, dunia yang akan mereka masuki setelah

menyelesaikan pendidikannya di sekolah menengah kejuruan, tentu akan menjadi

masalah.

Laseau (1980 : 17) mengemukakan bahwa ada dua hal penting yang harus

diingat mengenai suatu keterampilan termasuk di dalamnya menggambar, yaitu :

1. Keterampilan diperoleh dengan memperluas pelatihan

2. Cara yang berhasil untuk melatih keterampilan adalah dengan

(12)

Kemampuan menggambar yang merupakan sebuah keterampilan dapat

dilatih, di sekolah merupakan salah satu tempat untuk melatihnya. Pada poin

kedua di atas disebutkan bahwa melatih keterampilan dengan menyenanginya.

Rasa suka atau menyenangi sesuatu merupakan minat, seperti yang dikemukakan

Slameto (dalam Djamarah, 2008: 191):

„Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Suatu minat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menyatakan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Anak didik memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung memberikan perhatian lebih besar terhadap subjek tersebut‟.

Secara teoritis, semakin siswa menyukai menggambar maka akan semakin

sering siswa mengerjakan tugas menggambar tanpa ada yang menyuruh bahkan

dapat mengerjakannya dengan rasa senang. Namun apakah hal tersebut

benar-benar terjadi pada kenyataannya dimana seorang siswa yang memiliki minat yang

besar terhadap menggambar akan memiliki kemampuan menggambar yang baik

pula? Lalu bagaimana dengan kecerdasan spasial yang secara teoritis

mempengaruhi kemampuan menggambar siswa, apakah pada kenyataannya

memang demikian?

Berdasarkan uraian di atas, kecerdasan spasial dan minat merupakan hal

yang penting dalam proses belajar menggambar, sehingga peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian “Pengaruh kecerdasan spasial dan minat terhadap

kemampuan menggambar siswa pada mata pelajaran desain eksterior bangunan di

(13)

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Pada mata diklat desain eksterior bangunan, ditemukan beberapa

permasalahan terkait dengan kemampuan menggambar siswa yang dilihat dari

hasil belajar siswa dan perilaku siswa ketika belajar.

Permasalahan yang ditemukan pada mata pelajaran desain eksterior

bangunan adalah:

1. Dalam membuat denah rumah siswa mencontek contoh ataupun melihat

gambar dari internet tanpa diolah kembali

2. Penggambaran tampak bangunan yang tidak sesuai dengan denah

bangunan yang direncanakan

3. Kemampuan berpikir gambar siswa yang berbeda dan adanya anggapan

bahwa dalam hanya siswa yang memiliki kecerdasan ruang yang bagus

yang dapat menggambar dengan baik

4. Motivasi untuk menggambar siswa kurang

5. Keterlambatan dalam mengumpulkan tugas menggambar

6. Penempatan jurusan yang kurang didasarkan pada kemampuan siswa

C.PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH

Masalah–masalah yang teridentifikasi memiliki faktor penyebab yang

kompleks sehingga peneliti hanya mengambil beberapa masalah yang akan

(14)

1. Pembatasan Masalah

Dari beberapa masalah telah teridentifikasi, tidak semua akan dibahas

dalam penelitian ini, karena itu maka ada batasan masalah agar masalah yang

menjadi bahasan tidak melebar. Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini

adalah :

a. Kemampuan menggambar siswa pada mata pelajaran desain eksterior

bangunan

b. Kecerdasan spasial siswa jurusan Teknik Gambar Bangunan SMKN 6

Bandung

c. Minat menggambar siswa Teknik Gambar Bangunan SMKN 6 Bandung

2. Rumusan masalah

Permasalahan yang akan di cari jawabannya dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimana kondisi kecerdasan spasial dan minat siswa Teknik Gambar

Bangunan SMKN 6 Bandung?

b. Bagaimana pengaruh kecerdasan spasial terhadap kemampuan

menggambar siswa ?

c. Bagaimana pengaruh minat siswa terhadap kemampuan menggambar

siswa ?

d. Bagaimana pengaruh kecerdasan spasial dan minat siswa secara bersama -

(15)

D.PENJELASAN ISTILAH DALAM JUDUL

Ada beberapa istilah yang digunakan dalam judul yang perlu dijelaskan

agar tidak ada perbedaan persepsi antara penulis dan pembaca. Judul dalam

penelitian ini adalah “Pengaruh kecerdasan spasial dan minat terhadap

kemampuan menggambar siswa pada mata diklat desain eksterior bangunan

di SMKN 6 Bandung”. Berikut penjelasan istilah dalam judul di atas :

a. Kecerdasan spasial

„Kecerdasan spasial adalah imajinasi aktif yang mampu membuat orang

mengekspesikan warna, garis, luas serta menetapkan arah dengan tepat‟,

Gardner (dalam B. Uno dan Kudrat, 2010 : 37).

b. Minat

„Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal

atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh‟, Slameto (Djamarah, 2008:1991).

Minat yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah minat siswa yang

berhubungan dengan menggambar.

c. Kemampuan menggambar

„Kemampuan menggambar adalah membuat guratan di atas sebuah

permukaan yang secara grafis menyajikan kemiripan mengenai sesuatu‟

(Ching, 2002 : 9 ).

E.TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal yang

(16)

1. Mengetahui gambaran kondisi kecerdasan spasial dan minat siswa Jurusan

Teknik Gambar Bangunan SMK N 6 Bandung.

2. Mengetahui pengaruh kecerdasan spasial terhadap kemampuan

menggambar siswa.

3. Mengetahui pengaruh minat terhadap kemampuan menggambar siswa.

4. Mengetahui pengaruh kecerdasan spasial dan minat secara bersama-sama.

terhadap kemampuan menggambar desain eksterior bangunan siswa

F. KEGUNAAN PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan setidaknya memiliki dua manfaat utama yakni

manfaat secara teoritis .

1. Kegunaan Praktis :

a. Bagi sekolah, penelitian ini bisa menjadi bahan pertimbangan dalam

penerimaan siswa baru sehingga siswa yang masuk tidak salah jurusan.

b. Bagi guru, penelitian ini dapat membantu dalam mempersiapkan kegiatan

pembelajaran khususnya pada metode pembelajaran sehingga bisa sesuai

kemampuan siswa.

c. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan acuan untuk penelitian yang serupa.

2. Kegunaan Teoritis

Dengan adanya penelitian ini, maka akan menambah wawasan pendidik

(17)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

‘Metode penelitian adalah cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan

data penelitiannya’ (Arikunto, 2010 : 213). Metode yang digunakan dalam penelitian

ini adalah korelasional. Metode korelasional merupakan salah satu dari metode

penelitian deskriptif. ‘Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk

menyelidiki keadaan, kondisi atau lain-lain yang disebutkan, yang hasilnya

dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian’(Arikunto, 2010 : 3). Dalam penelitian

deskriptif, peneliti tidak mengubah, menambah, atau melakukan manipulasi terhadap

objek.

Penelitian korelasional adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk

mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan

perubahan atau manipulasi terhadap data yang sudah ada korelasi yang digunakan

adalah korelasi sebab–akibat. Korelasi sebab akibat dipilih ketika peneliti bermaksud

untuk mengetahui apakah ada hubungan antara satu variabel dengan variabel lain, dan

apakah hubungan tersebut saling mempengaruhi. Dalam penelitian ini yang ingin

diketahui adalah apakah ada hubungan antara kecerdasan spasial dan minat siswa

dengan kemampuan menggambar, dan apakah kecerdasan spasial dan minat siswa

(18)

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif. ‘Pendekatan kuantitatif adalah suatu pendekatan dalam penelitian yang

bekerja dengan angka, yang datanya berwujud bilangan, yang dianalisis dengan

menggunakan statistik untuk menjawab pertanyaan hipotesis penelitian yang sifatnya

spesifik, dan untuk memprediksi bahwa suatu variabel mempengaruhi variabel yang

lain’ (Handayani, 2012 : 57).

.

B. VARIABEL DAN PARADIGMA PENELITIAN

1. Variabel Penelitian

Variabel merupakan istilah yang sangat popular dalam melakukan penelitian.

‘F. N. Kerlinger menyebutkan bahwa variabel adalah sebuah konsep seperti halnya

laki-laki dalam konsep jenis kelamin, dan insaf dalam konsep kesadaran. Sedangkan

Sutrisno Hadi mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi. Misalnya jenis

kelamin, karena jenis kelamin memiliki variasi yaitu laki-laki–perempuan; berat

badan, karena ada berat 40 kg dan sebagainya. Gejala adalah objek penelitian,

sehingga variabel adalah objek penelitian yang bervariasi’ (Arikunto, 2010 : 159).

Dalam sebuah penelitian, umumnya memiliki 2 jenis variabel yaitu variabel

bebas dan variabel terikat. Variabel bebas merupakan variabel yang memberikan

akibat. Dalam hal ini variabel bebas dapat diperlakukan dengan berbeda-beda.

Sedangkan variabel terikat merupakan variabel akibat. Akibat yang dimaksud adalah

(19)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kecerdasan spasial dan minat

siswa, sedangkan variabel terikatnya atau yang biasa dilambangkan dengan Y adalah

kemampuan menggambar siswa. Variabel bebas dilambangkan dengan X. Penelitian

ini memiliki duan variabel bebas yaitu kecerdasan spasial atau X1 dan minat

menggambar yang dilambangkan dengan X2.

2. Paradigma Penelitian

‘Paradigma penelitian adalah bagian teori dari penelitian yang menjelaskan

tentang alasan dan argumentasi bagi rumusan hipotesis’ (Arikunto, 2009:76). Berikut

adalah gambaran hubungan antara variabel secara singkat :

Gambar 3.1. Hubungan antar variabel

Keterangan :

mempengaruhi

KECERDASAN SPASIAL

MINAT

(20)

Paradigma penelitian biasa disebut juga dengan kerangka pemikiran.

Paradigma penelitian menggambarkan pola penelitian yang dilaksanakan. berikut ini

adalah paradigma dalam penelitian ini:

Gambar 3.2 Paradigma Penelitian

KECERDASAN SPASIAL SISWA KELAS XI TEKNIK GAMBAR BANGUNAN SMKN 6 BANDUNG

MINAT TERHADAP MENGGAMBAR SISWA KELAS XI TEKNIK GAMBAR BANGUNAN

Aspek yang diungkap :

1. Minat terhadap pendidikan

2. Minat terhadap pekerjaan

3. Minat terhadap mata pelajaran

(21)

C. DATA DAN SUMBER DATA PENELITIAN

1. Data

‘Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk

menyusun suatu informasi. Dan informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai

untuk suatu keperluan’( Arikunto, 2010 : 161).

Data dalam penelitian ini adalah data dalam bentuk kuantitatif. data tersebut

adalah :

1. Data hasil belajar siswa teknik gambar bangunan SMKN 6 bandung pada

mata diklat desain eksterior bangunan. dalam mata diklat ini, hasil belajar

siswa memiliki skala 1 – 100. Data disajikan dalam bentuk Tabel.

2. Data tingkat kecerdasan spasial siswa teknik gambar bangunan SMKN 6

bandung.

3. Data minat siswa terhadap menggambar.

2. Sumber Data

‘Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh’( Arikunto, 2010: 172).

Untuk penelitian yang menggunakan kuesioner atau angket, sumber data

penelitiannya disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab

pertanyaan peneliti baik tertulis maupun lisan.

Dalam penelitian ini, respondennya adalah siswa jurusan Teknik Gambar

(22)

D. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

1. Populasi

‘Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian’ (Arikunto, 2010: 73). Dalam

penelitian ini, populasi penelitiannya adalah siswa kelas XI pada kompetensi keahlian

teknik gambar bangunan SMK Negeri 6 Bandung.

2. Sampel

‘Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yag diteliti’ (Arikunto,

2010:174). Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampel bertujuan atau

purposive sample. Sampel bertujuan dilakukan atas adanya tujuan tertentu. Dalam hal

ini pertimbangan pengambilan sampelnya adalah berdasarkan mata pelajaran yang

diambil dalam penelitian. Mata pelajaran desain eksterior bangunan adalah salah satu

mata pelajaran pada kelas sebelas semester genap.

Ukuran sampel atau besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan

berdasarkan ketentuan ukuran sampel menurut Roscoe (1982:253) dalam Sugiyono

(2012:90) dengan ketentuan :

1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan

500.

2. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya pria-wanita, pegawai negeri-

swasta, dll) maka anggota sampel setiap kategori minimal 30.

3. Bila penelitian ini akan menggunakan analisis multivariate (korelasi atau

regresi ganda), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah

(23)

4. Untuk penelitian eksperimen sederhana yang menggunakan kelompok

eksperimen dan kontrol maka jumlah anggota sampel masing-masing antara

10 sampai dengan 20

Berdasarkan saran pada nomor 3, maka ukuran minimal sampel penelitian ini

adalah 30 karena dalam penelitian ini ada tiga variabel. Dari hasil perhitungan

tersebut maka peneliti mengambil sampel 33 orang siswa pada kelas XI Teknik

Gambar Bangunan.

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA, INSTRUMEN, DAN KISI–KISI

INSTRUMEN PENELITIAN

1. Pengumpulan Data

Arikunto menyatakan bahwa menyusun instrument adalah pekerjaan penting

didalam langkah penelitian. akan tetapi mengumpulkan data jauh lebih penting lagi.

terutama apabila peneliti menggunakan metode yang memiliki cukup besar celah

untuk dimasuki unsure minat peneliti. itulah sebabnya menyusun instrumen

pengumpulan data harus ditangani secara serius agar diperoleh hasil yang sesuai

dengan kegunaannya yaitu pengumpulan variabel yang tepat.

Menurut Arikunto (2009:100) ‘Metode pengumpulan data adalah cara-cara

yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data’. Seperti telah dijelaskan di

atas bahwa dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang dapat diukur, yaitu

(24)

sebagai variabel terikat. jika merujuk pada pernyataan Arikunto, maka metode dan

instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah tes.

a. Tes

‘Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan

untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang

dimiliki individu atau kelompok’ (Arikunto, 2010 : 193)

Kecerdasan spasial yang berakar pada teori IQ, dapat diukur menggunakan tes

inteligensi. ‘Tes inteligensi adalah tes yang digunakan untuk mengadakan estimasi

atau perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang dengan cara memberikan

berbagai tugas pada orang yang akan diukur inteligensinya’(Arikunto, 2010 : 194).

Tes kecerdasan spasial dilakukan dengan menggunakan soal yang telah

standar atau baku sehingga data hasil tes merupakan data yang normalitasnya telah

teruji.

b. Angket

Untuk mengukur tingkat minat siswa, digunakan angket. ‘Angket adalah

sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden dalam arti laporan tentang pribadinya, maupun hal-hal yang diketahuinya’

(Arikunto, 2010 : 194).

Angket yang digunakan berupa skala Likert dimana pada setiap butir

pernyataan memiliki lima butir sikap yang dapat dipilih oleh responden. Butir-butir

(25)

tidak setuju (STS). Di dalam skala Likert ini, responden tinggal memberi tanda pada

sikap yang mereka pilih.

Bentuk instrumen yang direncanakan adalah sebagai berikut :

TABEL 3.1. Format Angket

No Pernyataan Sikap

SS S N TS STS

Data yang terkumpul kemudian di beikan skor sehingga dapat terukur. Untuk

pernyataan yang berarah positif, kemungkinan skor-skor nya adalah sebagai berikut :

TABEL 3.2. Skor Pernyataan Angket

PERNYATAAN POSITIF PERNYATAAN NEGATIF

PERNYATAAN SKOR PERNYATAAN SKOR

Sangat Setuju (SS) 5 Sangat Setuju (SS) 1

Untuk mengumpulkan data kemampuan menggambar desain eksterior

bangunan siswa, dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada mata pelajaran

(26)

2. Instrumen dan Kisi - Kisi Instrumen Penelitian

‘Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan

peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi

sistematis dan dipermudah olehnya’ (Arikunto, 2009:101).

Seperti telah dijelaskan pada bagian pengumpulan data, instrumen yang

digunakan untuk mengumpulkan data kecerdasan spasial adalah tes kecerdasan,

mengukur minat dengan menggunakan angket dengan pola jawaban menggunakan

skala likert, dan kemampuan menggambar dengan menggunakan dokumentasi nilai

menggambar siswa pada mata pelajaran menggambar desain eksterior bangunan.

Instrumen untuk melihat kemampuan menggambar adalah nilai menggambar

siswa pada mata pelajaran menggambar desain eksterior bangunan. Nilai tersebut

merupakan nilai perhitungan dari setiap kompetensi dasar yang ada pada mata

pelajaran tersebut.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur kecerdasan spasial yaitu soal tes

kecerdasan spasial menggunakan soal yang telah standar dan telah dipergunakan

sebelumnya oleh peneliti lain. Penggunaan soal yang telah standar tersebut adalah

agar hasil yang didapat juga telah standar dengan validitas, reliabilitas dan normalitas

yang telah teruji.

Instrumen untuk mengukur minat siswa adalah angket, dalam hal ini angket

(27)

adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden

tinggal memberikan tanda centang (√) pada kolom yang sesuai. angket tersebut

disusun berdasarkan kisi-kisi yang telah dirumuskan sebelumnya.

Kisi-kisi penelitian merupakan rancangan penyusunan instrumen. Kisi-kisi

adalah sebuah tabel yang menunjukkan antara hal–hal yang yang disebutkan dalam

baris dengan hal-hal yang disebutkan dalam kolom. Kisi-kisi instrumen berisi konsep

dan aspek-aspek yang akan diungkap pada instrumen penelitian. Kisi-kisi intrumen

penelitian dapat dilihat pada lampiran.

F. TEKNIK ANALISIS DATA

Untuk mengolah data-data lebih lanjut sesuai dengan tujuan maka data yang

telah terkumpul disusun ke dalam tabel distribusi frekuensi kemudian dicari mean,

median, dan, modus. sehingga akan mengurangi langkah dalam analisis data

Berikutnya.

Sebelum dilakukan pengujian-pengujian yang sesuai dengan tujuan pengujian

tersebut, data-data yang terkumpul kemudian di ubah menjadi data yang dapat terukur

oleh metode yang dimaksud.

1. Uji Validitas Instrumen

‘Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

(28)

validitasnya, maka instrumen tersebut akan semakin sahih. Untuk penelitian ini,

pengujian validitas digunakan dengan mengji validitas internal dengan menggunakan

rumus angka kasar Pearson. Rumus tersebut adalah :

rxy =

√ ͼ – ͽͼ ͽ

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi

X = skor total soal nomor-n (1,2,3,……,dst)

Y = skor total responden ke-n (1,2,3,….,dst)

Nilai rxy yang dihasilkan kemudian digunakan untuk mencari harga-t untuk

mengetahui apakah instrument tersebut terpercaya atau tidak.

Pengujian validitas instrument dilakukan dengan sekali menyebarkan

instrument kepada responden.. Soal-soal yang tidak valid tersebut kemudian di buang

tanpa penggantian dengan catatan bahwa soal-soal yang valid tersebut masih

mewakili seluruh indikator pada aspek-aspek yang akan di ungkap dalam penelitian.

(29)

TABEL 3.3. Validitas Angket

(30)

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas merujuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument

tersebut sudah baik.

r

11

=

Berdasarkan hasil perhitungan, nilai r11 hitung > nilai r pada tabel sehingga

angket tersebut dinyatakan reliabel.

Uji reliabilitas merupakan pengujian terhadap keterandalan instrumen.

Pengujian reliabilitas menggunakan teknik split half methode yang merupakan salah

satu metode dalam uji reliabilitas internal.

Dalam pengujian ini digunakan half split methode dengan membagi butir

menjadi dua belahan yaitu awal dan akhir yang kemudian dikorelasikan dan untuk

memperoleh reliabilitas, hasil korelasi tersebut diperhitungkan kembali dengan

menggunakan rumus Spearman-Brown.

r11=

Nilai r11 yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah 0,477616. Hasil ini jika

dibandingkan dengan tabel r product moment pada N=33, rt5% =0,344 , rt1% =0,442,

(31)

3. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang didapat

berdistribusi normal atau tidak. pengujian normalitas ini dilakukan dengan menguji

χ². sebelum pengujian dilakukan, ada beberapa langkah yang harus dilakukan.

langkah tersebut adalah :

1. Menyusun ungrouped data menjadi grouped data yang berupa tabel distribusi

frekuensi

2. Hitung nilai rata-rata

3. Hitung simpangan baku

4. Menentukan batas bawah atau atas kelas suatu interval dan mengubahnya

menjadi nilai z

5. Frekuensi hasil observasi = o diperoleh dari frekuensi tiap kelas interval

6. Frekuensi harapan = E diperoleh dari hasil kali antara n (jumlah data) dengan

peluang atau luas dibawah kurva normal

7. Uji χ² dengan menggunakan rumus :

χ² =

(32)

4. Uji hipotesis

Untuk menguji hipotesis maka hipotesis penelitian diubah menjadi hipotesis

statistik. Setelah mmengubah hipotesis maka dilakukan uji hipotesis dengan

perhitungan korelasi, koefisien determinasi, uji-t dan analisis regresi.

a. Analisis korelasi

Karena penelitian ini merupakan penelitian korelasional maka teknik analisis

data yang digunakan pun adalah teknik analisis data untuk penelitian korelasional.

dalam hal ini penelitian korelasional dapat dianalisis dengan metode statistik.

Ada tidaknya hubungan antara variabel ditentukan dengan hasil perhitungan

koefisien korelasi. koefisien korelasi merupakan ukuran statistik yang menunjukkan

arah dan besarnya hubungan antara dua variabel. Koefisien korelasi untuk sampel

dilambangkan dengan r dengan harga terkecil -1 dan terbesar satu. atau dapat ditulis :

Dan makna koefisien korelasi dapat dilihat pada table dibawah ini :

TABEL 3.4. Koefisien Korelasi

KOEFISIEN KORELASI MAKNA KOEFISIEN KORELASI

R = -1 Korelasi negative sempurna

-1 < r ≤ - 0, 80 Korelasi negative tinggi sekali

-0,80 < r ≤ - 0,60 Korelasi negative tinggi

-0,60 < r ≤ -0,40 Korelasi negative sedang

-0,40 < r ≤ -0,20 Korelasi negative rendah

(33)

-0,20 < r < 0 Korelasi negative rendah sekali

r = 0 Tidak mempunyai korelasi linier

0 < r < 20 Korelasi rendah sekali

0,20 ≤ r < 0,40 Korelasi rendah 0,40 ≤ r < 0,60 Korelasi sedang 0,60 ≤ r < 0,80 Korelasi tinggi 0,80 ≤ r < 1 Korelasi tinggi sekali

r = 1 Korelasi sempurna

Sumber: Suprian AS, 2007:36

Sedangkan untuk menghitung besarnya koefisien korelasi, digunakan rumus

product moment dari Pearson dengan menggunakan angka kasar.

Rumus :

rxy =

√ ͼ – ͽͼ ͽ

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi

Karena memiliki dua variabel bebas, maka terdapat koefisien korelasi jamak

secara serempak sekaligus.

Rumus :

=

(34)

Keterangan :

Ryx1x2 = koefisien korelasi jamak antara Y dengan gabungan X1 dan X2

ryx1 = koefisien korelasi antara Y dengan X1

ryx2 = koefisien korelasi antara Y dengan X2

rx1x2 = koefisien korelasi antara X1 dan X2

b. Uji Signifikansi (Uji-t)

Untuk mengetahui apakah nilai korelasi tersebut signifikan atau tidak maka

dilakukan dengan menggunakan uji-t. untuk mencari nilai-t dilakukan dengan

menggunakan rumus :

t = r

√ √

Keterangan :

t = taraf signifikansi

r = koefisien korelasi yang telah dihitung

n = banyaknya data

Nilai-t hasil perhitungan atau disebut dengan thitung kemudian dikonsultasikan

dengan nilai-t pada tabel dengan ketentuan apabila thitung > ttabel maka pengaruh

tersebut bersifat signifikan. Sedangkan apabila sebaliknya maka pengaruh tersebut

(35)

c. Koefisien Determinasi

Koefisien korelasi jamak baru bermakna setelah dipangkat duakan menjadi

koefisien determinasi jamak. Besarnya koefisien determinasi ini yang bermakna

besarnya pengaruh satu variabel terhadap variabel yang lain. Besarnya koefisien

determinasi dirumuskan dengan :

Hasil perhitungan tersebut bermakna besarnya pengaruh variabel X terhadap

variabel Y yang besarnya ditunjukkan dengan persentasi.

d. Analisis regresi

Analisis regresi tidak hanya mengukur derajat keeratan hubungan antar

variabel, tetapi juga menduga besarnya serta arah dari hubungan tersebut dan juga

menduga besarnya variabel terikat. Dalam analisis regresi, dapat terjadi hubungan

antara satu variabel terikat dengan satu atau lebih variabel bebas. Analisis regresi juga

dapat disajikan dalam bentuk grafik.

Persamaan regresi dapat ditulis seperti :

Keterangan :

Ŷ = harga – harga pada variabel Y yang diramalkan

Ŷ = a + bX

(36)

X = harga – harga pada variabel X

a = perpotongan garis regresi, yaitu apabila X = 0

b= koefisien regresi, yaitu besarnya perubahan pada Y jika satu unit

perubahan terjadi pada X

Sedangkan harga a dan b dapat dicari dengan menggunakan rumus :

Untuk mengetahui arah dan besar hubungan antara kecerdasan spasial dan

minat terhadap kemampuan menggambar, maka digunakan analisis regresi ganda.

Penggunaan regresi ganda ini karena dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas.

persamaan regresi ganda untuk dua variabel bebas adalah sebagai berikut :

Keterangan :

X1 = Kecerdasan spasial

X2 = Minat

b1 = koefisien regresi X1

b2 = koefisien regresi X2

a = Y - bX

b =

(37)

Sedangkan untuk mencari harga a dan b digunakan rumus :

∑ ∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑ ∑

+ a.n

Dengan mengetahui harga a, b1 dan b2 maka diketahui pula perubahan yang

terjadi terhadap variabel terikat jika terjadi perubahan pada variabel bebas. Jika

harga-harga koefisien regresi tersebut bernilai positif maka pengaruhnya positif atau

dengan kata lain semakin besar penambahan yang terjadi pada variabel bebas maka

akan semakin besar pula penambahan yang terjadi pada variabel terikat. Namun jika

koefisien regresi bernilai negatif maka apabila terjadi penambahan pada satu unit

variabel bebas, variabel terikatnya akan berkurang atau semakin kecil.

Untuk menguji signifikansi dari korelasi regresi tersebut dapat digunakan uji

F-regresi. Setelah mengetahui harga koefisien korelasi, maka F-regresi dapat dicari

dengan menggunakan rumus:

Freg =

(38)

Dengan keterangan :

Freg = Harga garis regresi yang dicari

N = Banyaknya subjek yang dilihat

m = Banyaknya prediktor

R = Koefisien antara kriterium dan prediktor-prediktor

Nilai uji F ini juga digunakan untuk menentukan apakah hasil analisis tersebut

(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Setelah melakukan analisis data dan pembahasan mengenai hasi penelitian

terhadap ’Pengaruh kecerdasan spasial dan minat siswa terhadap kemampuan

menggambar siswa di SMKN 6 Bandung pada mata pelajaran desain eksterior

bangunan’, maka peneliti dapat mengambil beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Kondisi kecerdasan spasial siswa rata-rata berada pada taraf sedang, artinya

kecerdasan spasial siswa cukup baik, sementara minat berada pada kategori

tinggi.

2. Kecerdasan spasial memberikan pengaruh terhadap kemampuan menggambar

siswa dimana setiap penambahan skor kecerdasan spasial, juga akan

menambah kemampuan menggambar siswa, artinya semakin tinggi

kecerdasan spasial maka akan semakin tinggi pula kemampuan menggambar.

3. Minat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan

menggambar siswa, dimana penambahan satu unit minat akan menambah

nilai kemampuan menggambar siswa, artinya semakin tinggi minat maka akan

semakin tinggi pula kemampuan menggambar.

4. Kecerdasan spasial dan minat secara bersama-sama mempengaruhi

(40)

sebesar 0,3449 atau kontribusi sebesar 34,49%. Angka tersebut juga

menunjukkan bahwa sebesar 0,6551 adalah pengaruh faktor lain baik

eksternal maupun internal.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, kecerdasan spasial siswa rata-rata berada pada

kategori rata-rata sedang, minat pada kategori tinggi dan kemampuan menggambar

desain eksterior bangunan pada kategori rendah, selain itu kecerdasan spasial dan

minat baik secara parsial maupun bersama-sama mempengaruhi kemampuan

menggambar siswa kelas XI Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 6 Bandung.

Beradasarkan Hasil tersebut, maka penulis mengajukan beberapa saran kepada

pihak-pihak yang bersangkutan. Adapun saran yang ingin disampaikan adalah sebagai

berikut:

1. Untuk guru mata pelajaran hendaknya menumbuhkan dan mengembangkan

minat siswa dalam pembelajaran dengan meyampaikan manfaat dan relevansi

mata pelajaran desain eksterior dalam dunia pekerjaan gambar bangunan.

2. Melihat tingginya minat namun kemampuan menggambar yang masih rendah,

maka penulis juga menyarankan agar sekolah menyediakan fasilitator yang

dapat mengoptimalkan minat siswa untuk meningkatkan kemampuan

menggambar mereka. Fasilitator tersebut dapat berupa sarana dan prasarana

penunjang seperti guru, kurikulum, ataupun lingkungan belajar siswa.

(41)

ditingkatkan dan diperbaiki karena hal-hal tersebut juga merupakan faktor

yang mempengaruhi belajar siswa.

3. Sementara itu dalam penelitian ini, peneliti hanya melihat kemampuan

menggambar pada mata pelajaran desain eksterior bangunan dan tidak pada

mata pelajaran lain sehingga kemampuan menggambar yang terlihat terbatas.

untuk peneliti lain yang akan meneliti dengan penelitian yang serupa dapat

melihat kemampuan menggambar pada mata pelajaran lain. Di samping itu,

faktor-faktor lain yang mempengaruhi kemampuan menggambar siswa yang

memiliki pengaruh yang besar juga perlu diteliti lebih lanjut sehingga hasilnya

dapat menambah bacaan yang dapat dijadikan informasi untuk

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Armstrong, Thomas. (2002). Setiap Anak Cerdas. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Baharuddin, M. dan Wahyuni , E.N. (2010). Teori Belajar & Pembelajaran. Yogyakarta : Ar-ruz Media

Ching, Francis D.K.. (2002). Menggambar Sebuah Proses Kreatif. Jakarta : Erlangga

Ching, Francis D.K.. (1996). Ilustrasi Desain Interior bangunan. Jakarta : Erlangga

Djamarah, Syaiful Bahri. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

Handayani, I. (2012). Pengaruh Intelligent Quotient (IQ) Dan Kemampuan Tilikan

Ruang Terhadap Kemampuan Menggambar Teknik Siswa. Tesis. UPI

Bandung: Tidak diterbitkan

Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga

Laseau, Paul. (1986). Berpikir Gambar bagi Arsitek dan Perancang. Bandung : ITB

(43)

Muslim. ----. Sekilas Pendidikan Kejuruan. [Online]. tersedia: http://blog.tp.ac.id/wp-content/uploads/b601624afcda49bb1073db9ddf3cce5a.pdf

Rijalulhaq, Muharram. (2010). Perbandingan Kecerdasan Spasial Antara Mahasiswa

Baru S1 Pendidikan Teknik Arsitektur Dengan D3 Teknik Perumahan.

Skripsi. UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Saputra, Suprian Atmaja. (2007). Modul Perkuliahan Statistika. Bandung : Tidak diterbitkan

Slameto. (2003). Belajar dan faktor-faktor yang Mempengaruhinnya.jakarta: Rineka Cipta

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Tambunan, S.M. 2006. “ Hubungan Antara Kemampuan spasial dengan Prestasi Belajar Matematika”. Makara Sosial Humaniora. 10,(1), 27-32.

Uno, H.B. dan Kudrat, M. 2009. Mengelola Berbagai Kecerdasan dalam

Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Yoga, H.C. (2011). Laporan Praktikum Tes Inteligensi, Tes Bakat dan Minat. [Online]. Tersedia: http://himcyoo.files.wordpress.com/2011/04/laporan-praktikum-teknik-testing.pdf[31 juli 2012]

Gambar

Gambar  4.1. Diagram Kecerdasan Spasial ................................................................
Gambar Bangunan adalah seseorang yang menekuni dunia gambar sehingga
gambar dari internet tanpa diolah kembali
Gambar 3.1. Hubungan antar variabel
+6

Referensi

Dokumen terkait

Jika dosisnya lebih tinggi dari makanan yang dimakan maka obat ini bisa terlalu banyak menurunkan kadar gula darah. Penderita diabetes berat menahun sangat peka terhadap

Kelompok Kerja Jasa Konsultansi Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Lamandau mengumumkan pemenang seleksi sederhana untuk Pekerjaan Pengawasan Pembangunan

Topik yang dipilih haruslah praktis “ workable ” dapat dikerjakan dalam waktu yang tersedia, tidak terlalu luas sehingga melampaui waktu; terjangkau

Pengaruh Suhu dan Waktu Ekstraksi terhadap Karakter Pektin dari Ampas Jeruk Siam ( Citrus nobilis L .).. Pengaruh Suhu dan Waktu

[r]

dirasakan anak-anak usia prasekolah saat dilakukan tindakan pemasangan infus. yang dirawat di

Sugiyono (2011: 335) menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

Pemberian makan sebelum bayi berumur 6 bulan mengakibatkan bayi sangat rentan untuk mengalami diare, salah satu cara yang digunakan adalah dengan pemberian ASI tanpa