• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Busana Semi Couture Untuk Wanita Dengan Inspirasi Origami Tsuru.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Busana Semi Couture Untuk Wanita Dengan Inspirasi Origami Tsuru."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Judul Tugas akhir Konotori yang berarti burung bangau. Kata Konotori diambil dari bahasa

Jepang seperti legenda konotori di Jepang memiliki arti tersendiri. Biasanya burung bangau

terdapat pada upacara pernikahan sebagai lambang pria dan wanita. Menurut legenda jika

melipat origami tsuru sebanyak seribu buah maka permohonan akan terkabul. Seperti konsep

yang ditampilkan mengambil makna bahwa setiap busana memiliki harapan masing–masing

yang terlihat dari tahapan melipat dari awal hingga menjadi origami tsuru.

Konsep yang ditampilkan memiliki alur dari tahapan melipat origami tsuru. Yang

ditampilkan dari siluet dan desain busana yang menyerupai tahapan melipat. Ditambah

dengan unsur kaku agar lebih terasa origami pada koleksi ini. Tiap busana memiliki sulaman

yang bertulisan kanji Jepang yang memiliki arti yang berbeda-beda.

Pada saat pembuatan koleksi ini memiliki tahapan pemilihan bahan yang sesuai dengan

konsep, pencelupan, pembuatan desain, pembuatan pola, pembuatan sulam sashiko dan sulam

mengunakan kanji Jepang, hingga tahap terakhir menjahit. Pada saat tahap menjahit memiliki

kendala karena kain yang dijahit terlalu berat dan tebal membuat baju susah untuk dijahit.

Tidak hanya pada tahap jahit saja pada tahap membuat sulaman memiliki kendala karena kain

yang tebal membuat susah sekali untuk disulam.

Dari semua kendala yang dihadapi pada tahap produksi proses tersulit adalah menentukan

dimana busana ini akan dipasarkan. Dikarenakan busana yang dibuat terlihat kearah semi

couture maka dari itu hanya kalangan tertentu yang dapat mengunakan busana ini. Koleksi

busana Konotori ditargetkan untuk usia 20 – 30 tahun digunakan untuk event tertentu seperti

acara kebudayaan Jepang, fashion show, dll. Busana dipasarkan untuk kota-kota besar seperti

Jakarta, Bandung, Bali, Surabaya, dll.

Dari semua yang sudah dijelaskan dari konsep hingga target market bisa disimpulkan bahwa

koleksi yang dibuat memiliki unsur kebudayaan tradisional Jepang, busana yang ditampilkan

kaku dan tidak untuk busana yang digunakan sehari-hari. Saran untuk koleksi ini agar

dikembangkan lagi desain yang lebih unik dan berani.

(2)

ii Universitas Kristen Maranatha tsuru as many a thousand pieces, the petition will be granted. likebthe concept shown taking

meaning that each outfit has a hope of each - each were seen from the stage folded from the beginning to be origami tsuru.

Concept shown has a groove on the stage of folding origami tsuru. That Display of silhouette and design clothes that resemble the stages of folding. Coupled with rigid elements to be more pronounced origami in this collection. Each dress has embroidery that lettered kanji Japanese that have different meanings.

At the time of making this collection has the stages of the electoral material in accordance with the concept, dyeing, design, pattern making, manufacture Sashiko embroideries and embroideries using Japanese kanji, until the final stage of sewing. At the current stage of sewing has disadvantages because the fabric is stitched too heavy and thick make clothes difficult to sew. Not only at the stage of a sewing course at the stage of making embroideries have constraints because cloth thick makes difficult in embroidered.

Of all the obstacles encountered on the stage of the production process is the most difficult to determine where the clothes will be marketed. Due clothing made visible towards the semi-couture and therefore only certain circles who can use this fashion. Konotori fashion collection is targeted to ages 20-30 years are used for specific events such as the Japanese

cultural events, fashion shows, etc. Clothing marketed to big cities such as Jakarta, Bandung, Bali, Surabaya, etc.

From everything I've described the concept to the target market could be concluded that the collections are made has elements of traditional Japanese culture, fashion show stiff and not for clothes that are used daily. Suggestions for this collection to be developed yet more unique designs and bold.

(3)
(4)

v Universitas Kristen Maranatha

2.5 Teori Reka Bahan Tekstil... 10

2.5.1 Dyeing ... 11

Bab III Eskripsi Objek dan Teori ... 17

3.1 Tren Forecasting 2017/2018: Grey Zone ... 17

Bab VI Konsep Perancangan ... 24

(5)

vi Universitas Kristen Maranatha Daftar Pustaka ... 34

(6)

vii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Gambar1.1 Metode Perancangan...4

Gambar2.1 Couture Y/project ...6

Gambar 2.2 Dyeing...12

Gambar 2.3 Hand Embroidery...12

Gambar 2.4 Warna Warm...15

Gambar 2.5 Warna Cool...15

Gambar 2.6 Warna Netural...16

Gambar 3.1 Buku grey zone...18

Gambar 3.2 Digitarian...19

Gambar 3.3 Prodigy...20

Gambar 3.4 Origami Tsuru...22

Gambar 3.5 Tahapan melipat Origami Tsuru...23

Gambar 4.1 Mood board...24

Gambar 4.2 Tampak depan...26

Gambar 4.3 Tampak belakang...26

Gambar 4.4 Desain I...27

Gambar 4.5 Desain II...28

Gambar 4.6 Desain III...29

Gambar 4.7 Desain IV...30

Gambar 4.8 Desain motif...31

(7)

viii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Mood board ... 36

Mind Map ... 37

Kamus Bahasa Jepang ... 38

Tabel Desain... 39

Bahan... 43

Pola Depan Belakang ... 44

Rincian Harga... 55

Photo Proses ... 60

Photo Koleksi ... 62

(8)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kesenian Tradisional adalah segala sesuatu yang diciptakan oleh manusia yang

mengandung unsur keindahan. Dalam karya seni tradisional tersirat pesan berupa

pengetahuan, gagasan, kepercayaan, nilai, norma dan sebagainya. Salah satu kesenian

tradisional dimiliki oleh bangsa Jepang yaitu kesenian tradisional melipat origami.

Origami adalah kesenian melipat kertas yang bermula pada abad pertama di Tiongkok pada tahun 105 oleh Ts᾽ai Lun. Lalu pada abad ke-6, cara pembuatan kertas kemudian dibawa ke Spanyol oleh orang Arab. Pada tahun 610 pada masa pemerintahan kaisar

wanita Suiko dan seorang biksu Buddha bernama Doncho atau disebut Dokyo yang

berasal dari Goguryeo, semenanjung Korea datang ke Jepang dan memperkenalkan

cara pembuatan kertas dan tinta. Kemudian kesenian ini berkembang pada zaman

Muromachi lalu ke zaman Edo.

Sejak saat itu origami menjadi sangat digemari dikalangan masyarakat Jepang. Dalam

tradisi Shino, kertas yang berbentuk segi empat dipotong dan dilipat menjadi lambang

simbolik dewata yang kemudian digantung di Kotai Jingu, Ise, sebagai persembahan.

Dalam upacara perkawinan Shinto, kertas tersebut berbentuk bangau jantan (o-cho)

dan bangau betina (me-cho) yang memiliki sifat kuat, manis, cantik dan mempunyai

suara yang istimewa sehingga orang Jepang sangat menghargai arti dari burung

bangau.

Tsuru / burung bangau banyak yang menyebut sebagai “Tanchou”. Tan yang berarti

merah sedangkan chou artinya paruh, puncak, sehingga burung ini dinamakan

tanchou. Di Jepang, burung ini dilambangkan sebagai simbol kesetiaan, kemujuran

dan panjang umur. Oleh karena itu bentuk tsuru atau burung bangau merupakan bentuk

origami paling tradisional dan paling indah dan berkembang menjadi subyek favorit

dari origami. Bentuk burung bangau sangat berharga di kebudayaan Jepang menurut

(9)

2 Universitas Kristen Maranatha

hidup selama ribuan tahun. Legenda Jepang menyatakan bahwa siapapun yang melipat

kertas origami sebanyak seribu bangau maka satu permohonnya dapat terkabul.

Origami tsuru / bangau menjadi inspirasi dari konsep dengan digabungkan Tren

Digitiarian dengan Sub Tema Prodigy. Prodigy adalah garis-garis ekstrem yang

memberi kesan dinamis, kuat sebagai simbol dari supremasi dan ego yang tinggi.

Warna-warna dari bentuk yang berani dan tidak biasa menunjukan garis-garis tegas

tanpa kompromi. Mengunakan warna biru navy, turunan warna ungu, beige. Siluet

pada busana juga mengambarkan bentuk origami yang kaku dan memiliki garis-garis

yang tegas seperti pada tren prodigy. Dan tiap busana memiliki arti yaitu terlihat

tahapan melipat burung bangau, ditambah dengan teknik sulam Sashiko untuk

memperlihatkan tiap garis lipatan ditambah dengan tulisan kanji tiap busana. Target

market kisaran umur 20–30 tahun dengan ekonomi sedang ke atas yang memiliki gaya

berbusana yang unik dan ingin terlihat beda dari yang lain.

1.2 Masalah Perancangan

Dari uraian latar belakang tersebut maka untuk perencanaan desain busana Kōnotori,

beberapa hal yang akan ditinjau adalah :

1. Bagaimana menerapkan inspirasi origami tsuru ke dalam konsep busana Semi

Couture yang berjudul Kōnotori dengan karakter kaku dan tegas?

2. Bagaimana mengadaptasi bentuk/ siluet origami tsuru kedalam tiap busana

Semi Couture yang berjudul Kōnotori dengan karakter kaku dan tegas?

3. Bagaimana mengaplikasikan tahapan melipat origami tsuru ke dalam tiap

busana Semi Couture yang berjudul Kōnotori dengan karakter kaku dan tegas?

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam laporan tahap akhir yang berjudul Kōnotori adalah :

1. Terinspirasi dari origami tsuru / bangau

2. Menggunakan siluet yang menonjolkan garis-garis tegas dan cenderung kaku

seperti origami.

3. Memasukan tahapan-tahapan melipat origami tsuru dalam setiap desain

(10)

3 Universitas Kristen Maranatha

4. Menggunakan turunan warna dari Sub Tema Prodigy yaitu green, bronze, dan

melon.

5. Menggunakan teknik dyeing untuk menghasilkan warna sesuai konsep.

6. Menggunakan teknik sulam Sasihko untuk memperlihatkan garis lipatan pada

pakaian.

7. Menggunakan Trend Prodigy yang menampilkan garis-garis ekstrem pada

siluet busana yang memberi kesan dinamis pada tiap desain.

8. Digunakan untuk wanita berusia 20–30 tahun untuk kalangan yang memiliki

gaya berbusana yang unik, bergaya eksentrik dan berani tampil beda.

9. Karakter desain bold, stiff, unique.

1.4 Tujuan Perancangan

Tujuan dari penulisan laporan tahap akhir ini sebagai berikut:

1. Dengan cara mengadaptasi dari bentuk origami tsuru yang memiliki sejarah

tentang origami tradisional kedalam konsep busana semi couture.

2. Menerapkan tiap tahap melipat origami tsuru kedalam tiap busana agar terlihat

alur dari berbentuk persegi hingga menjadi oigami tsuru.

3. Membuat koleksi busana Konotori dengan menentukan siluet tiap busana dari

busana pertama yang memiliki sedikit lipatan yang diterapkan melalui sulam

sashiko yang sedikit hingga busana terakhir yang sudah berbentuk origami

tsuru yang memiliki sulam sashiko yang banyak ditiap sisi.

1.5 Metode Perancangan

Metode perancangan sangat menetukan suatu perancangan. Karena menyangkut cara

yang benar dalam pengumpulan data, analisa data dan pengambilan kesimpulan hasil

penelitian. Adapun metode perancangan yang penulis gunakan untuk menyelesaikan

(11)

4 Universitas Kristen Maranatha

Gambar 1.1 Metode Perancangan Sumber : Pribadi

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan tugas akhir ini dibagi menjadi lima bab dengan rincian

sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan berisi penjelasan tentang latar belakang perancangan, masalah

perancangan, batasan masalah, tujuan perancangan, metode perancangan, dan

sistematika penulisan.

BAB II Kerangka Teori berisi tentang teori-teori yang berkaitan dengan desain dan

dapat memperkuat konsep. Teori yang diangkat yaitu teori desain, teori fashion, teori

busana, teori pola jahit, teori reka bahan tekstil dan teori warna.

BAB III Deskripsi Objek Studi berisi pembahasan sumber inspirasi secara

mendalam. Dalam laporan ini, yaitu pembahasan tentang tahapan melipat origami

tsuru yang menjadi inspirasi utama perancangan, tren Prodigy.

BAB IV Konsep Perancangan terbagi menjadi empat bagian yaitu perancangan

umum, perancangan khusus, perancangan detail dan proses pengerjaan. Bab ini beri

tentang penjelasan konsep dan mood board, ilustrasi busana, serta penjelasan desain

dari setiap busana.

BAB V Penutup berisi simpulan koleksi busana serta saran yang berguna bagi

berbagai pihak untuk mengembangkan koleksi busana, hingga nantinya dapat

(12)

32 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah menjalankan proses dalam pengerjaan koleksi desain “konotori” dapat diambil

beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Siluet diadaptasi dari tahap melipat bentuk origami tsuru dari bentuk dasar hingga

berbentuk origami tsuru.

2. Motif diadaptasi dari tulisan kanji jepang yang menurun kebawah dan ditambah sulam

sashiko untuk garis lipatan kertas.

3. Warna digunakan dari bahan kimia yang menghasilkan berwarna dusty.

5.2 Saran

Setelah mengerjakan koleksi desain “konotori” dapat diambil beberapa saran, yaitu:

1. Untuk pihak kampus, dengan adanya tugas akhir ini dapat membantu mahasiswa

mendapatkan gambaran pada dunia kerja.

2. Untuk pihak pembaca, agar tugas akhir ini dapat digunakan sebagai mana mestinya

dan tidak disalah gunakan.

3. Untuk pihak penguji, dengan adanya penguji diharapkan agar dapat membantu

(13)

KONOTORI

Perancangan Busana Semi Couture untuk Wanita

Dengan Inspirasi Origami Tsuru

TUGAS AKHIR

DISUSUN OLEH

Debora Stephanie 1361001

PROGRAM STUDI DIPLOMA III SENI RUPA DAN DESAIN

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN

UNIVERITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(14)
(15)

34 Universitas Kristen Maranatha

Daftar Pustaka

Di kutip dari buku:

Scully, Kate. 2012, Colour Forecasting for Fashion.

London: Laurence King Publishing Ltd.

Poespo, Goet. 2005, Pemilihan bahan tekstil.

Yogyakarta: Kanisius

Soeprijono, P. 1973, Serat-serat tekstil.

Bandung

Barnard, Malcolm. 1996, Fashion Sebagai Komunikasi: Cara Mengkomunikasikan

Identitas Sosial, Seksual, dan Gender. Bandung: Jalasutra.

Isti Dhansiwari. 2016, Trend Forecasting 2017/2018: Grey Zone.

Jakarta

Di akses secara online dari:

2015, Sejarah dan Perkembangan Origami.

http://carajuki.com/sejarah-dan-perkembangan-origami-seni-melipat-kertas/

Sayuri Kamitaka, Hendri Zuliastutik. 2014, Mari Membuat Origami: Burung Bangau

https://matcha-jp.com/id/468

Monica Dian. 2011, Penting! Aneka Istilah Fashion & Artinya.

http://www.fimela.com/fashion-style/penting-aneka-istilah-fashion-artinya- 110912l.html

Sarwono Sii Ono. 2013, Teori Warna.

http://balonsiiono.blogspot.co.id/2013/03/teori-warna.html Artupas. 2015, Kata Kata Mutiara Bahasa Jepang.

http://bangkudepan.com/kata-kata-mutiara-bahasa-jepang/ Evergreen, Kumpulan kotowaza populer Jepang.

Gambar

Tabel Desain..............................................................................................................
Gambar 1.1 Metode Perancangan Sumber : Pribadi

Referensi

Dokumen terkait

perilaku, BB, BO, dan IO pada uji toksisitas akut terhadap pemberian kombinasi ekstrak etanol biji kedelai varietas Detam 1 (EEKD) dan daun Jati Belanda (EEJB) pada mencit Swiss

[r]

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas jejaring sosial line sebagai media penyampaian pesan kampanye WWF “Tiggy Tiger”.Jenis pengukuran yang digunakan

yhteyttä läsnä olevaan yhteisöön sekä yhteisön menneisyyteen ja tulevaisuuteen. Näin syntynyt syvä yhteys toisiin ihmisiin voisi siis vaikuttaa rituaalin

Praktik baik di berbagai wilayah, terkait kebijakan HAM yang sejalan dan selaras dengan SDGs/TPB, yang dimulai pada proses pembentukan kebijakan, hingga pelaksanaan bersama

Dapat di deskripsikan oleh peneliti dengan berdasarkan hasil wawancara dengan bebarapa informan yang di anggap mampu memberikan informasi tentang akuntabilitas

Kegunaan utama dari vinyl acetate adalah sebagai monomer untuk membuat poly vinyl acetate (PVAc) dan vinyl acetate copolimer yang banyakdigunakan dalam cat

[r]