PENGEMBANGAN MODUL MANAJEMEN SEKOLAH
BERBASIS
SAFE SCHOOL
UNTUK SEKOLAH
RENTAN BENCANA BANJIR
JURNAL Diajukan kepada
Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Pendidikan untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Disusun oleh : ARIF SETYO NUGROHO
NPM: 942014046
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA
PENGEMBANGAN MODUL MANAJEMEN SEKOLAH BERBASIS SAFE SCHOOL UNTUK SEKOLAH
RENTAN BENCANA BANJIR
Arif Setyo Nugroho Email: arsenu469@gmail.com
ABSTRAK
Arif Setyo Nugroho. 2016. Pengembangan Modul Manajemen Sekolah Berbasis Safe School untuk Sekolah Rentan Bencana Banjir. Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Warga sekolah perlu mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap terkait Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dalam rangka menerapkan program sekolah aman (safe school). Program sekolah aman di SD Negeri 2 Padas telah dilaksanakan melalui bantuan Komisi Yogya Peduli Aceh (KYPA). Ketergantungan kepada KYPA selama ini membuat SDN 2 Padas merasa perlunya sebuah modul manajemen sekolah berbasis safe school. Modul ini dibutuhkan untuk menyelenggarakan program sendiri tanpa bergantung pada suatu lembaga tertentu. Atas dasar kebutuhan ini, penelitian dan pengembangan Modul manajemen sekolah berbasis safe school dilakukan.
Penelitian ini bertujuan menghasilkan modul manajemen safe school. Modul penelitian dan pengembangan yang digunakan adalah Modul Borg dan Gall yang disederhanakan atau di modifikasi menjadi delapan langkah yaitu (1) penelitian awal dan pengumpulan informasi, (2) perencanaan, (3) pengembangan produk awal, (4) validasi ahli, (5) revisi produk, (6) validasi lapangan, (7) revisi, dan (8) produk final.
Proses pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, observasi, studi dokumen, dan Focus Group Discussion (FGD). Produk final manjemen sekolah aman ini disusun setelah melalui proses valiadasi tim ahli manajemen dan uji validasi di lapangan.
ABSTRACT
School’s community needs to acquire knowledge, skills and attitudes
related to Pengurangan Resiko Bencana (PRB) or Disaster Risk Reduction in order to implement school safety program (safe school). School safety program in SD Negeri 2 Padas has been implemented through the assistance of the Commission Yogya Peduli Aceh (KYPA). Dependence on KYPA has been making SDN 2 Padas feels the need for a school-based management modul of safe school. This modul is required to conduct its own program without depending on a particular institution. On the basis of these needs, research and development of school-based management module safe school do.
This study aims to produce safe management modules school. Modules research and development used is the module Borg and Gall simplified or modified to eight steps, namely (1) the initial research and information collection, (2) planning, (3) early product development, (4) validation expert, (5) product revision, (6) field validation, (7) the revision, and (8) the final product.
The process of collecting data in this study conducted using interviews, observation, study documents, and Focus Group Discussion (FGD). Management final product safe school is developed through the process validation management expert team and a validation test on the field.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang berada di
jalur cincin api pasifik, sehingga menyebabkan wilayah Indonesia banyak
terdapat gunung api yang masih aktif. Kondisi seperti ini mengakibatkan
risiko terjadi bencana alam seperti gempa bumi, letusan gunung api, banjir,
tsunami, dan longsor sangat tinggi. Bencana alam ini telah menimbulkan
ribuan korban jiwa, kerugian materi dan mengakibatkan banyak orang untuk
berjuang membangun kembali tempat tinggal dan mata pencahariannya
(Ariantoni, dkk. 2009: 11). Anak-anak merupakan golongan yang paling
rentan menjadi korban bencana. Bencana itu sendiri tidak dapat ditebak kapan
terjadinya. Anak-anak lebih banyak tinggal di rumah, tetapi sebagian besar
komunitas anak-anak berlangsung di sekolah. Hal ini jelas sangat berbahaya,
karena jika bencana terjadi ketika anak-anak masih di sekolah maka risikonya
akan lebih tinggi.
Sekolah dipercaya memiliki pengaruh langsung terhadap perkembangan
generasi muda, yaitu dalam menanamkan nilai-nilai budaya, moral dan
menyampaikan pengetahuan-pengetahuan yang masih konvensional kepada
generasi muda. Untuk melindungi anak-anak dari ancaman bencana alam
diperlukan dua prioritas berbeda namun tidak bisa dipisahkan aksinya yaitu
pendidikan untuk mengurangi risiko bencana dan keselamatan serta
keamanan sekolah. Sekolah juga harus mampu melindungi anak-anak dari
suatu kejadian bencana alam. Investasi dalam memperkuat struktur gedung
sekolah sebelum suatu bencana terjadi, akan mengurangi biaya/anggaran
jangka panjang, melindungi generasi muda penerus bangsa, dan memastikan
kelangsungan kegiatan belajar mengajar setelah kejadian bencana. Pendidikan
di sekolah dasar dan menegah membantu anak-anak memainkan peran-an
penting dalam penyelamatan hidup dan perlindungan aset/milik masyarakat
pada saat kejadian bencana. Menyelenggarakan Pendidikan Risiko Bencana
(PRB) ke dalam kurikulum sekolah sangat membantu dalam membangun
Pengurangan risiko bencana berbasis sekolah telah ditegaskan dalam
Surat Edaran Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor
70a/MPN/SE/2010 tentang Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana
(PRB) di Sekolah, bahwa:
“Penyelenggaraan penanggulangan bencana perlu dilakukan di sekolah melalui pelaksanaan strategi pengarusutamaan pengurangan risiko bencana di sekolah. Pelaksanaan strategi pengarusutamaan pengurangan risiko bencana disekolah dilakukan baik secara struktural maupun non struktural guna mewujudkan budaya kesiapsiagaan dan keselamatan terhadap bencana di sekolah melalui: (1) Pemberdayaan peran kelembagaan dan kemampuan komunitas sekolah. (2) Pengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam kurikulum satuan pendidikan formal, baik intra maupun ekstrakurikuler. (3) Pembangunan kemitraan dan jaringan antar berbagai pihak untuk mendukung pelaksanaan pengurangan risiko bencana di sekolah.”
Hal ini didukung pula dengan Peraturan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana Nomor 04 Tahun 2012 tentang Pedoman Penerapan
Sekolah/Madrasah Aman dari Bencana menyatakan bahwa,
“Sekolah/madrasah aman dari bencana adalah sekolah/madrasah yang menerapkan standar sarana dan prasarana serta budaya yang mampu
melindungi warga sekolah dan lingkungan di sekitarnya dari bahaya
bencana.”
Iklim sekolah yang kondusif-akademik baik fisik maupun nonfisik
merupakan landasan bagi penye-lenggaraan pembelajaran yang efektif dan
produktif. Oleh karena itu, sekolah perlu menciptakan iklim yang kondusif
untuk menumbuhkembangkan semangat dan merangsang nafsu belajar
peserta didik. Iklim yang kondusif tersebut antara lain mencakup lingkungan
yang aman, nyaman, dan tertib, serta ditunjang oleh optimisme dan harapan
warga sekolah, kesehatan sekolah, dan kegiatan-kegiatan yang berpusat pada
perkembangan peserta didik. (Mulyasa, 2011: 23).
SD Negeri 2 Padas merupakan salah satu sekolah dasar yang berlokasi
di Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan. Wilayah Kecamatan
Kedungjati dilalui sungai yang cukup besar yaitu sungai Tuntang, sedangkan
SD Negeri 2 Padas berada pada wilayah yang di lalui oleh sungai Padas.
Kondisi lokasi seperti ini yang menjadi penyebab timbulnya bencana alam.
yang telah lama tinggal di Desa Padas bahwa, “Bencana banjir cukup parah
pernah terjadi di Desa Padas yaitu pada tahun 1982, 1993, dan 2003.” Siklus
banjir biasanya terjadi sepuluh tahun sekali, dengan demikian SD Negeri 2
Padas dapat dikatakan rentan dan berisiko terkena bencana.
Pengurangan risiko bencana sangat dibutuhkan oleh SD Negeri 2 Padas,
oleh karena itu pengetahuan dan pemahaman tentang kebencanaan harus
dikuasai oleh semua warga sekolah. Selain pengetahuan tentang kebencanaan,
diperlukan juga modul manajemen untuk dapat mengurangi risiko bencana.
SD Negeri 2 Padas pernah mendapatkan program sekolah aman dari Komite
Yogya Peduli Aceh (KYPA). Pelaksanaan program sekolah aman ini dimulai
tahun 2012 sampai tahun 2014. Biaya operasional program ini mulai dari
pendanaan, tenaga atau fasilitatornya serta sarana pendukungnya ditanggung
oleh KYPA. Pada awal tahun 2015 kerjasama SDN 2 Padas dan KYPA telah
selesai karena kontrak kerja KYPA di Kabupaten Grobogan sudah habis.
Semenjak ditinggalkan KYPA, pelaksanaan program sekolah aman di SDN 2
Padas mulai kurang lancar. Alasannya adalah karena masalah pendanaan,
tenaga dan sarana. Bisa dikatakan bahwa SDN 2 Padas belum bisa
melaksanakan program sekolah aman secara mandiri, karena rasa
ketergantungan terhadap KYPA masih sangat besar. Masalah ini bertambah
dengan dimutasinya kepala sekolah dan seorang guru ke sekolah lain.
Pergantian kepala sekolah ikut mempengaruhi kebijakan yang diterapkan di
sekolah, dan dimutasinya guru maka tenaga SDN 2 Padas semakin berkurang.
Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah manajemen sekolah berbasis safe school di SD Negeri 2
Padas Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan selama ini
dilaksanakan?
2. Bagaimanakah prosedur mengembangkan modul manajemen sekolah
berbasis safe school untuk sekolah rentan bencana banjir?
3. Bagaimanakah kelayakan modul manajemen sekolah berbasis safe school
Tujuan Penelitian
1. Mendapatkan gambaran manajemen sekolah berbasis safe school di SD
Negeri 2 Padas Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan selama ini
dilaksanakan.
2. Mengembangkan modul manajemen sekolah berbasis safe school untuk
sekolah rentan bencana banjir.
3. Menguji kelayakan modul manajemen sekolah berbasis safe school di SD
Negeri 2 Padas Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan.
Manfaat Penelitian
1. Menambah pengetahuan bagi perkembangan ilmu manajemen pendidikan,
khususnya manajemen sekolah aman dari bencana banjir.
2. Sebagai sumber informasi mengenai manajemen sekolah aman dari
bencana banjir.
3. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan ajar mandiri
untuk menerapkan manajemen sekolah berbasis safe school.
4. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan ajar mandiri
untuk mengintegrasikan materi Pengurangan Risiko Bencana (PRB) ke
dalam mata pelajaran.
Kajian Teori Pengertian Modul
Modul merupakan alat pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai tingkat kompleksitasnya (Riyadhi, dkk, 2009; 2).
Tujuan Modul
Penggunaan modul bertujuan agar peserta/ pengguna dapat menguasai
kompetensi yang diajarkan dalam pendidikan dan latihan atau kegiatan
pendidikan dan latihan atau kegiatan pembelajaran berlangsung (Purwanto,
2007: 10). Pandangan serupa juga dikemukakan oleh Riyadhi, dkk (2009: 2)
modul disusun sesuai kebutuhan belajar pada mata kuliah tertentu untuk
keperluan proses pembelajaran tertentu, dan sebuah kompetensi atau sub
kompetensi dikemas dalam satu modul secara utuh (self contained), yang
mampu membelajarkan pada diri sendiri atau dapat digunakan untuk belajar
secara mandiri (self instructional), penggunaannya tidak tergantung dengan
media lain (self alone), memberikan kesempatan para mahasiswa untuk
berlatih dan memberikan rangkuman, memberi kesempatan untuk melakukan
tes sendiri (self test) dan mengakomodasi kesulitan para mahasiswa dengan
memberikan tindak lanjut dan umpan balik.
Format Modul
Sampul modul, memuat: (1) judul, (2) ilustrasi, (3) nama penulis, (4) nama
sekolah (5) Penerbit dan tahun terbit.
Struktur isi modul memuat: (1) pengantar modul, (2) judul pokok bahasan, (3)
Deskripsi singkat pokok bahasan, (4) Kompetensi dan tujuan pembelajaran.
Pengertian Manjemen Sekolah
Manajemen atau pengelolaan merupakan komponen integral dan tidak
dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Alasannya tanpa
manajemen tidak mungkin tujuan pendidikan dapat diwujudkan secara
optimal, efektif, dan efisien.
Berbagai definisi mengenai manajemen telah dikemukakan oleh para
ahli. Pengertian manajemen menurut Husaini Usman, 2014: 6.
“Manajemen dalam arti luas adalah perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan (P3) sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Manajemen dalam arti sempit adalah manajemen sekolah yang meliputi: perencanaan program sekolah/madrasah, pelaksanaan program sekolah/madrasah, kepemimpinan sekolah/madrasah, pengawas/evaluasi, dan sistem informasi sekolah/madrasah.”
Sedangkan menurut Menurut George Terry (dalam Mulyono, 2008:16)
serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber lain.”
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen
berarti sebagai suatu proses yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan yang dilakukan para pemimpin dalam sebuah
organisasi, agar tujuan yang telah ditentukan dapat diwujudkan. Dengan
perkataan lain manajemen merupakan kegiatan pimpinan untuk (1)
melakukan perencanaan terhadap tindakan-tindakan yang akan dilakukan, (2)
mengorganisasi SDM untuk melakukan tindakan-tindakan yang
direncanakan, (3) mengarahkan dan (4) mengawasi pelaksanaannya.
Fungsi-Fungsi Manajemen
Adapun fungsi-fungsi manajemen dibagi menjadi beberapa bagian,
antara lain yaitu: merencanakan, mengkoordinasikan, mengawasi dan
mengendalikan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
1. Perencanaan (Planning). Perencanaan adalah kegiatan yang akan
dilaksanakan di masa yang akan datang untuk mencapai tujuan dan dalam
perencanaan itu mengandung beberapa unsur, diantaranya (1) sejumlah
kegiatan yang ditetapkan sebelumnya, (2) adanya proses, (3) hasil yang
ingin dicapai, dan (4) menyangkut masa depan dalam waktu tertentu
(Husaini Usman, 2014:77).
2. Pengorganisasian (Organizing). Pengorganisasian adalah menyusun
hubungan perilaku yang efektif antar personalia, sehingga mereka dapat
bekerja sama secara efisien dan memperoleh keputusan pribadi dalam
melaksanakan tugas-tugas dalam situasi lingkunagan yang ada guna
mencapai tujuan dan sasaran tertentu George R. Terry (dalam Muyono,
2008:27).
3. Penggerakan (Actuating). Penggerakan (Actuating) dalam arti umum
adalah menggerakkan orang lain. Penggerakkan pada hakekatnya
merupakan usaha menggerakkan orang atau orang-orang untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. (Husein Umar,
mengawasi dan memotivasi karyawan untuk melaksanakan tugas. Fungsi
pengendalian dilakukan dengan mengembangkan standar dan jaringan
komunikasi yang diperlukan agar pengorganisasian dan penggerakan
sesuai dengan yang direncanakan dan mencapai tujuan. (Eddy Herjanto,
2007: 4).
4. Pengawasan (Controlling). Pengawasan dapat diartikan sebagai suatu
proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan,
menilainya, dan bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula. (M. Manullang,
2005:173). Ruang lingkup pengendalian meliputi (1) pemantauan, (2)
penilaian, dan (3) pelaporan. (Husaini Usman, 2014: 540).
Safe school (Sekolah Aman) Pengertian Safe school
Menurut Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Nomor 04 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penerapan Sekolah/Madrasah
Aman dari Bencana menerangkan bahwa,
“Pengertian Definisi Khusus: Sekolah aman adalah sekolah yang menerapkan standar sarana dan prasarana yang mampu melindungi warga sekolah dan lingkungan di sekitarnya dari bahaya bencana; (c) Pengertian terkait PRB: Sekolah aman adalah komunitas pembelajar yang berkomitmen akan budaya aman dan sehat, sadar akan risiko, memiliki rencana yang matang dan mapan sebelum, saat, dan sesudah bencana, dan selalu siap untuk merespons pada saat darurat dan bencana.”
Dalam penelitian ini peneliti akan memfokuskan pada safe school atau
sekolah aman yang terkait dengan Pengurangan Risiko Bencana (PRB). Jadi
pengembangan model manajemen sekolah berbasis safe school
menitikberatkan bagaimana manajemen sekolah untuk dapat mengurangi
risiko bencana sehingga terwujud sekolah aman.
Kesiapsiagaan Sekolah
Istilah kesiapsiagaan telah dijelaskan oleh Ariantoni, dkk. (2009: 31)
dan individu untuk mampu menanggapi suatu situasi bencana secara cepat
dan tepat guna. Termasuk ke dalam tindakan Kesiapsiagaan adalah
penyusunan rencana penanggulangan bencana, pemeliharaan sumber daya
dan pelatihan personil.”
Strategi Manajemen Sekolah dalam Pengurangan Risiko Bencana
Strategi PRB telah dijelaskan dalam dokumen Kementerian Pendidikan
Nasional tentang Strategi Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana di
Sekolah (2010:23) yaitu bahwa,
Pelaksanaan pengarusutamaan pengurangan risiko bencana di sekolah
yang dilaksanakan melalui pendidikan pengurangan risiko bencana dirancang
melalui 3 strategi, yaitu:
1. Pemberdayaan peran kelembagaan dan kemampuan komunitas sekolah;
2. Pengintegrasian PRB ke dalam kurikulum satuan pendidikan formal;
3. Pembangunan kemitraan dan jaringan antar berbagai pihak untuk
mendukung pelaksanaan PRB di sekolah.
METODE PENELITIAN
Pada bab ini membahas tentang metode yang digunakan dalam
penulisan penelitian ini. Metode penelitian sangat penting bagi pelaksanaan
penelitian, karena akan memberikan pedoman serta cara-cara untuk
memperoleh jawaban atas persoalan penelitian yang telah dirumuskan
sebelumnya. Sebagai langkah menyusun suatu metode penelitian yang baik,
penulis perlu mengetahui secara jelas tentang jenis penelitian, metode
penelitian, instrumen, satuan pengamatan dan satuan analisis, pengumpulan
data, teknik analisis, serta teknik validasi dan reliabilitas data.
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan atau research
and development (R&D).
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 2 Padas. SDN 2 Padas terletak di
Subjek Penelitian
Subyek penelitian adalah Kepala Sekolah dan Guru SD Negeri 2 Padas
Kecamatan Kedungjati.
Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dilakukan dalam kondisi alamiah (natural
setting), yaitu melalui: (1) Observasi, (2) Wawancara Semi terstruktur, (3)
Dokumentasi, (4) Focus Group Discussion (FGD), (5) Angket/kuesioner.
Teknik Analisis Data
(1) Data Collection (pengumpulan data), (2) Data Reduction (reduksi data),
(3) Data Display (penyajian data), dan (4) Conclution (kesimpulan)
Tahapan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti telah memodifikasi tahapan penelitian dari
sepuluh tahapan menjadi delapan tahapan. Adapun tahapan penelitian itu
adalah sebagai berikut: (1) Research and information collecting, (2)
Planning, (3) Develop preliminary form of product, (4) Validasi ahli, (5)
Revisi produk, (6) Validasi lapangan, (7) Revisi, (8) Produk final.
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Umum
Profil SD Negeri 2 Padas
Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Padas terletak di Desa Padas Kecamatan
Kedungjati Kabupaten Grobogan. Lokasi SDN 2 Padas tergolong riskan
terhadap bencana, karena ± 100 meter sebelah utara sekolah ini terdapat
sungai Padas, sedangkan ± 10 meter sebelah selatan sekolah ini dilalui jalur
kereta api Solo – Semarang. Meskipun demikian keberadaan SDN 2 Padas ini
sangat dibutuhkan oleh warga masyarakat khususnya Desa Padas dan
sekitarnya.
Manajemen Sekolah SD Negeri 2 Padas yang Selama Ini Dilaksanakan
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, bahwa perencanaan
program safe school di SD Negeri 2 Padas belum matang dan detail.
Program safe school baru dimasukkan dalam RKAS di standar proses, ini
berarati untuk perencanaan sarana dan prasarana, serta pembiayaan belum
terencana dengan baik. pengorganisasian program sekolah berbasis safe
school yang selama ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Padas baru sebatas
pembagian tugas guru yang ketika masih didampingi KYPA. Padahal untuk
sekarang ini sudah ada beberapa guru yang pindah. Oleh karena itu
diperlukan reorganisasi untuk program sekolah aman. Struktur organisasi
untuk program safe school juga belum ada, sehingga tidak bisa mengetahui
kedudukan atau posisi dari masing-masing personil. pelaksanaan program
sekolah aman berjalan seadanya, kepala sekolah belum mampu untuk menjadi
leader yang baik. Faktor kurangnya pengetahuan kepala sekolah tentang
manajemen dan program sekolah aman sangat mempengaruhi. Evaluasi
mengenai program safe school juga belum dilaksanakan di SD Negeri 2
Padas.
Pengembangan Modul Manajemen Sekolah Berbasis Safe School Analisis Kebutuhan Modul
Hasil analisis kebutuhan modul untuk SDN 2 Padas yaitu modul
manajemen safe school (sekolah aman) untuk kepala sekolah dan guru. Hasil
ini diperoleh berdasarkan Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan
pada tanggal 5 Maret 2016. Ada 5 (lima) orang guru yang mengharapkan
tersedianya modul. Alasannya adalah karena lebih mudah untuk belajar
mandiri, tidak tergantung ruang dan waktu. Biayanya juga lebih sedikit bila
dibandingkan dengan pengadaan diklat. Sedangkan materi sekolah aman
dipilih karena kondisi SD Negeri 2 Padas yang berisiko terkena bencana
banjir
1. Design (Perancangan)
Hasil dari tahap desain yang telah dilakukan oleh peneliti adalah sebagai
berikut: (1) Penyusunan kerangka modul (Outline), Penyajian modul ini
disusun secara urut yang terdiri dari halaman judul, halaman sampul dalam,
kata pengantar, daftar isi, pendahuluan, bagian isi (Kegiatan Pembelajaran I
2. Pengembangan Modul
Langkah pengembangan sebagai tindak lanjut atas rancangan yang telah
dilakukan dalam tahap design, yaitu sebagai berikut: (1) Pra Penulisan,
Pengkajian bahan untuk materi dalam modul, dilakukan dengan
mengumpulkan sumber dan referensi serta gambar-gambar yang berhubungan
dengan materi manajemen safe school. Peneliti juga mengumpulkan
gambar-gambar yang berhubungan dengan materi manajemen safe school dari
dokumen pribadi peneliti ataupun mencari dari internet. Gambar-gambar dan
ilustrasi bertujuan untuk memperjelas uraian materi pada modul dan sebagai
penarik perhatian pembaca. (2) penyusunan draft modul: judul, kompetensi
atau sub kompetensi tujuan, uraian materi, panduan, dan evaluasi, (3)
Pengembangan instrumen penilaian, (a) lembar validasi ahli materi dan (b)
lembar validasi praktisi (kepala sekolah dan guru)
Untuk kriteria validasi ahli materi seperti berikut ini:
Kriteria penilaian: SB = Sangat Baik = 4; B = Baik = 3; K = Kurang = 2; SK
= Sangat Kurang = 1.
Rumus penghitungan rentang nilai sebagai berikut:
(Skor Maksimal - skor minimal) : jumlah kriteria
(4 – 1) : 4 = 3 : 4 = 0,75 Jadi rentang nilai diperoleh sebagai berikut:
1,00 – 1,75 = Sangat Kurang, 1,76 – 2,50 = Kurang, 2,51 – 3,25 = Baik
3,26 – 4,00 = Sangat Baik
Modul dinyatakan:
Layak digunakan di lapangan tanpa ada revisi. Jika nilai rata-rata lembar
validasi: 3,26 – 4,00
Layak digunakan di lapangan dengan revisi. Jika nilai rata-rata lembar
validasi: 2,51 – 3,25
Tidak layak digunakan di lapangan. Jika nilai rata-rata lembar validasi: 1,00 –
2,50
Untuk kriteria validasi ahli praktisi seperti berikut ini:
Kriteria penilaian: SS = Sangat Setuju = 4; S = Setuju = 3; TS = Tidak Setuju
Rumus penghitungan rentang nilai sebagai berikut:
(Skor Maksimal - skor minimal) : jumlah kriteria
(4 – 1) : 4 = 3 : 4 = 0,75
Jadi rentang nilai diperoleh sebagai berikut:
1,00 – 1,75 = Sangat Tidak Setuju, 1,76 – 2,50 = Tidak Setuju, 2,51 – 3,25 =
Setuju, 3,26 – 4,00 = Sangat Setuju,
Modul dinyatakan:
Sangat baik digunakan dalam manajemen sekolah aman (tanpa
perbaikan). Jika nilai rata-rata lembar validasi: 3,26 – 4,00
Baik digunakan dalam manajemen sekolah aman, namun masih perlu
diadakan perbaikan. Jika nilai rata-rata lembar validasi: 2,51 – 3,25
Kurang baik jika digunakan dalam manajemen sekolah aman. Jika nilai
rata-rata lembar validasi: 1,00 – 2,50
Hasil validasi ahli
Berdasarkan hasil validasi ahli secara keseluruhan didapat nilai sebagai
berikut, rerata kelayakan isi = 2,62; kelayakan penyajian = 2,80; kelayakan
bahasa = 2,85; karakteristik dan prinsip = 2,92 dapat dikatakan bahwa Modul
Manajemen Sekolah Berbasis Safe School ini dinyatakan layak digunakan di
lapangan dengan revisi.
Hasil validasi praktisi
Berdasarkan hasil validasi praktisi secara keseluruhan didapat nilai sebagai
berikut, rerata aspek tampilan = 3,67; aspek penyajian materi = 3,46; aspek
manfaat = 3,50; karakteristik dan prinsip = 2,92 dapat dikatakan bahwa
Modul Manajemen Sekolah Berbasis Safe School sangat baik digunakan
dalam manajemen sekolah aman (tanpa perbaikan)
3. Produk final
Produk final atau akhir didapatkan setelah modul manajemen safe
school ini direvisi berdasarkan kritik dan saran dari validator pada tahap
validasi ahli dan validasi praktisi (kepala sekolah dan guru) pada saat uji
keterbacaan. Penelitian pengembangan ini dilakukan revisi sebanyak tiga kali.
pembimbing dalam proses pravalidasi, revisi kedua dilaksanakan berdasarkan
saran dari validator pada tahap validasi, revisi ketiga dilaksanakan
berdasarkan saran dan masukan dari kepala sekolah, guru dan siswa dalam uji
keterbacaan. Meskipun sudah merupakan modul final, tetapi tidak menutup
kemungkinan untuk menerima masukan kritik dan saran dari pihak-pihak di
PENUTUP Kesimpulan
Manajemen safe school yang pernah dilaksanakan di SD Negeri 2 Padas merupakan bantuan program sekolah aman dari Komite Yogya Peduli Aceh (KYPA). Pelaksanaan program sekolah aman ini dimulai tahun 2012 sampai tahun 2014. Biaya operasional program ini mulai dari pendanaan, tenaga atau fasilitatornya serta sarana pendukungnya ditanggung oleh KYPA. Semenjak ditinggalkan KYPA, pelaksanaan program sekolah aman di SDN 2 tidak berjalan lancar karena faktor dana, sarana dan prasarana, sumber daya manusia serta keterbatasan kepala sekolah maupun guru dalam manajemen.
Kegiatan perencaan program safe school SD Negeri 2 Padas selama ini meliputi: (1) persiapan melalui rapat guru dan komite untuk membahas program-program yang akan dilaksanakan di sekolah diantaranya termasuk program safe school. (2) Perencanaan program kerja yang dituangkan dalam RKS, RKT dan RKAS. Program safe school dalam RKAS hanya dimasukkan dalam standar proses. Pengorganisasian safe school yang selama ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Padas baru sebatas pembagian tugas guru dari KYPA. Setelah itu belum ada reorganisasi, kejelasan fungsi dan tugas masing-masing guru kurang proporsional, struktur organisasi untuk program safe school juga belum ada, sehingga tidak bisa mengetahui kedudukan atau posisi dari masing-masing personil. Pelaksanaan safe school belum berjalan dengan baik. Salah satu faktornya keterbatasan kepala sekolah dalam pengetahuan tentang manajemen dan safe school. Guru-guru di SD Negeri 2 Padas melaksanakan program sekolah aman hanya dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah didapatkan dari KYPA dulu. Evaluasi program safe school belum pernah dilakukan. SD Negeri 2 Padas selama ini hanya menyampaikan pengetahuan tentang program safe school dengan materi PRB kepada para siswa.
Pengembangan modul manajemen sekolah berbasis safe school dengan menggunakan model penelitian dan pengembangan atau dikenal dengan Research and Development (R&D) merujuk pada desain pengembangan Borg dan Gall yang dimodifikasi menjadi delapan tahapan yaitu penelitian dan pengumpulan informasi, perencanaan, desain produk awal, uji coba awal, revisi terhadap produk awal, uji coba lapangan terbatas, revisi produk, dan produk final. Komponen dalam modul ini yaitu, Bagian awal: halaman judul, halaman sampul dalam, kata pengantar, daftar isi, pendahuluan. Bagian isi: (Kegiatan Pembelajaran I dan II), indikator keberhasilan, dan uraian materi. Bagian Akhir: rangkuman, kunci jawaban, dan daftar pustaka.
dan validasi praktisi. Berdasarkan hasil validasi ahli secara keseluruhan didapat nilai sebagai berikut, rerata kelayakan isi = 2,62; kelayakan penyajian = 2,80; kelayakan bahasa = 2,85; karakteristik dan prinsip = 2,92 dapat dikatakan bahwa Modul Manajemen Sekolah Berbasis Safe School ini dinyatakan layak digunakan di lapangan dengan revisi. Setelah direvisi kemudian dilakukan validasi praktisi. Hasil validasi praktisi secara keseluruhan didapat nilai sebagai berikut, rerata aspek tampilan = 3,67; aspek penyajian materi = 3,46; aspek manfaat = 3,50; karakteristik dan prinsip = 2,92 dapat dikatakan bahwa Modul Manajemen Sekolah Berbasis Safe School sangat baik digunakan dalam manajemen sekolah aman (tanpa perbaikan). Hasil dari validasi oleh ahli maupun praktisi modul ini dinyatakan layak digunakan.
Saran
Modul ini dapat dijadikan rujukan untuk menambah pengetahuan tentang manajemen sekolah aman dari bencana banjir.
Bagi pihak-pihak yang membutuhkan informasi tentang manajemen sekolah aman dari bencana banjir. Modul ini bisa menjadi sumber informasi, karena memuat tentang materi manajemen sekolah aman dari bencana banjir.
Kepala sekolah yang bekerja di sekolah rentan terhadap bencana banjir, diharapkan mau belajar secara mandiri melalui modul ini agar bisa menerapkan manajemen sekolah berbasis safe school.
Bagi guru, diharapkan mampu untuk meng-integrasikan materi Pengurangan Risiko Bencana (PRB) ke dalam mata pelajaran secara mandiri, baik di komponen silabus maupun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Modul yang dikembangkan meskipun telah memenuhi kriteria kelayakan berdasarkan hasil penilaian validator ahli maupun praktisi dalam penggunaannya sebaiknya kepala sekolah dan guru kelas tetap harus memperkaya referensi agar tidak terpancang dengan modul ini saja.
DAFTAR PUSTAKA
Ariantoni, dkk. 2009. Modul Pelatihan Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ke Dalam Sistem Pendidikan. Jakarta: Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional.
Ahdi, Didi. 2015. Perencanaan Penanggulangan Bencana Melalui Pendekatan Manjemen Risiko. Jurnal online: http://www.jurnal.unitri.ac.id. Di akses tanggal: 25 Januari 2016.
Badawi, Ahmad. 2013. Strategi Manajemen Sekolah Berbasis Bencana. (Studi Erupsi Gunung Merapi). Tesis. Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Danim, Sudarwan dan Suparno. 2009. Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional Kekepala-sekolahan Visi dan Strategi Era Teknologi, Situasi Krisis, dan Internasionalisasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Daryanto. 2013. Menyusun Modul. Yogyakarta. Gava Media.
Engkoswara dan Aan Komariah. 2010. Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta
F. L. Namwamba. 2007. Disaster Forecast and Management: Lessons from Hurricane Katrina. Journal online: http://kpuc.tukenya.ac.ke. Diakses tanggal 27 Maret 2016
Haruman, Hendarsah. 2012. Pemetaan Partisipatif Ancaman, Strategi Coping dan Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Upaya Pengurangan Resiko Bencana Berbasis Masyarakat di Kecamatan Salam Kabupaten Magelang. Jurnal online: http://puslit.kemsos.go.id. Diakses tanggal: 25 Januari 2016.
Indrati Yuke. 2009. Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir. Jakarta: Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan Nasional.
Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2010. Surat Edaran
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor
70a/MPN/SE/2010 tentang Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana di Sekolah.
Konsorsium Pendidikan Bencana Indonesia. 2011. Kerangka Kerja Sekolah Siaga Bencana. Online: http://mdmc.or.id/index.php/sekolahsiaga. Diakses tanggal: 27 Juni 2016
Mulyasa., E. 2011. Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Kontek Menyukseskan MBS dan KBK, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyasa., E. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyono. 2008. Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Murtakhamah, Titin. 2013. Pentingnya Pengarus-utamaan Gender dalam Program Pengurangan Risiko Bencana. Jurnal online: http://digilib.uin-suka.ac.id/13937/. Diakses tanggal: 25 Januari 2016.
Noor Riyadhi, dkk. 2009. Panduan penyusunan Modul. Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif.
Permadi, Dadi dan Daeng Arifin. 2012. Kepemimpinan Tranformasional Kepala Sekolah dan Komite Sekolah. Bandung: Sarana Panca Karya Nusa.
Peraturan Kepala BNPB. 2012. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 04 Tahun 2012 tentang Pedoman Penerapan Sekolah/ Madrasah Aman dari Bencana.
Purwanto, dkk. 2012. Pengembangan Modul. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Sofie Roth, Ann. 2011. Challenges to Disaster Risk Reduction: A Study Of Stakeholders’perspectives in Imizamo Yethu, South Africa. Jurnal online: http://www.jamba.org.za./index.php/jamba. Diakses tanggal: 26 Januari 2016.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta, cet. 3.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. 2003. Total Quality Management. Yogyakarta: Andi Offset.
Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional dan Penjelasannya. Yogyakarta : Media Wacana