• Tidak ada hasil yang ditemukan

MOBILITAS PENDUDUK KECAMATAN PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG BARAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MOBILITAS PENDUDUK KECAMATAN PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG BARAT."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

Anggita Khusnur Rizqi, 2013

Mobilitas Penduduk Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

No. Daftar FPIPS : 1471 / UN.40.2.4 / P.L / 2013

MOBILITAS PENDUDUK KECAMATAN

PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG BARAT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Geografi

oleh :

Anggita Khusnur Rizqi

0807015

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Anggita Khusnur Rizqi, 2013

Mobilitas Penduduk Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

MOBILITAS PENDUDUK

KECAMATAN PARONGPONG

KABUPATEN BANDUNG BARAT

Oleh

Anggita Khusnur Rizqi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Anggita Khusnur Rizqi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Maret 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Anggita Khusnur Rizqi, 2013

Mobilitas Penduduk Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

LEMBAR PENGESAHAN

MOBILITAS PENDUDUK KECAMATAN PARONGPONG

KABUPATEN BANDUNG BARAT

Nama : Anggita Khusnur Rizqi NIM : 0807015

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

Pembimbing I,

Prof. Dr. R. Gurniwan Kamil P, M.Si NIP 19610323 198603 1 002

Pembimbing II,

_______Drs. Jupri, MT_____ NIP 19600615 198803 1 003

Ketua Jurusan,

(4)

Anggita Khusnur Rizqi, 2013

Mobilitas Penduduk Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

SKRIPSI INI TELAH DIUJI PADA TANGGAL 6 MARET 2013

PANITIA UJIAN SIDANG TERDIRI DARI :

1. Ketua : Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 002

2. Sekretaris : Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd NIP. 19620304 198704 2 001

3. Penguji : a. Penguji I : Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, MS NIP. 19600121 198503 2 001

b. Penguji II: Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd NIP. 19620304 198704 2 001

(5)

Anggita Khusnur Rizqi, 2013

Mobilitas Penduduk Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat ABSTRAK

MOBILITAS PENDUDUK KECAMATAN PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG BARAT

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya angka mobilitas penduduk yang terjadi di Kecamatan Parongpong. Padahal terjadinya mobilitas yang besar-besaran akan berdampak pada bertambahnya beban kota. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik mobilitas penduduk Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat, serta hubungan kondisi sosial ekonomi mobilisan terhadap mobilitas itu sendiri.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini terdapat 7 desa sementara penelitian dilakukan di 3 desa sampel yaitu Desa Ciwaruga, Cihanjuang, dan Cihideung. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran angket, studi dokumentasi, dan studi literatur. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, kepemilikan asset, mata pencaharian, dan tingkat pendapatan, sedangkan variabel terikat adalah frekuensi, jarak, dan jenis moda mobilitas. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan perhitungan persentase. Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini digunakan prosedur statistik koefisien korelasi kontingensi dengan uji Kai Kuadrat (chi-square).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir seluruh responden (85,4%) melakukan mobilitas harian, sebagian besar responden (51%) menempuh jarak 1-15 km dan menggunakan sepeda motor untuk bermobilitas (67,7%). Daerah yang paling banyak dituju adalah Kota Bandung, yaitu sebesar 39,4%. Sementara itu, alasan penduduk melakukan mobilitas, hmpir setengahnya (40,6%) adalah karena pekerjaan di daerah asal (Kecamatan Parongpong) sifatnya tidak menentu, sehingga tidak memiliki pendapatan yang tetap.

Frekuensi mobilitas penduduk Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat dipengaruhi oleh jenis kelamin, kepemilikan aset (harta benda), dan tingkat pendapatan. Dari segi jarak, mobilitas penduduk dipengaruhi oleh usia dan tingkat pendapatan. Sementara itu jenis moda mobilitas dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, kepemilikan aset (harta benda), mata pencaharian, dan tingkat pendapatan.

(6)

Anggita Khusnur Rizqi, 2013

Mobilitas Penduduk Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Definisi Operasional ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Mobilitas Penduduk ... 6

B. Bentuk Mobilitas Penduduk ... 7

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas Penduduk ... 8

1. Faktor Pendorong (Push Factor) ... 9

2. Faktor Penarik (Pull Factor) ... 12

3. Faktor Individu ... 13

4. Faktor Antara ... 15

D. Perilaku Mobilitas Penduduk... 17

E. Pandangan Geografi Mengenai Mobilitas Penduduk ... 19

F. Hipotesis ... 19

BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 21

B. Variabel Penelitian ... 22

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 23

1. Populasi ... 23

2. Sampel ... 24

D. Teknik Pengumpulan Data ... 27

(7)

Anggita Khusnur Rizqi, 2013

Mobilitas Penduduk Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Fisik Daerah Penelitian ... 31

B. Kondisi Sosial Daerah Penelitian ... 35

1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kasar ... 35

2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin... 36

3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 38

4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 39

C. Karakteristik Responden ... 40

1. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 40

2. Responden Berdasarkan Usia ... 41

3. Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 42

4. Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan ... 43

5. Responden Berdasarkan Kepemilikan Aset (Harta Benda) ... 43

6. Responden Berdasarkan Mata Pencaharian ... 46

7. Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan ... 47

D. Karakteristik Mobilitas Penduduk di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat ... 48

1. Pola dan Frekuensi Mobilitas... 48

2. Jarak Tempuh Mobilitas ... 49

3. Jenis Moda Mobilitas ... 50

4. Daerah Tujuan Mobilitas ... 51

5. Alasan Penduduk Melakukan Mobilitas ... 53

E. Analisis Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi Terhadap Mobilitas Penduduk ... 54

1. Hubungan Antara Usia dan Mobilitas Penduduk... 54

2. Hubungan Antara Jenis Kelamin dan Mobilitas Penduduk ... 57

3. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Mobilitas Penduduk ... 60

4. Hubungan Antara Jumlah Tanggungan dan Mobilitas Penduduk ... 63

5. Hubungan Antara Kepemilikan Aset dan Mobilitas Penduduk ... 65

6. Hubungan Antara Mata Pencaharian dan Mobilitas Penduduk ... 69

7. Hubungan Antara Tingkat Pendapatan dan Mobilitas Penduduk ... 71

F. Implikasi Penelitian Terhadap Pendidikan... 74

1. Materi Pembelajaran Geografi ... 74

2. Pembelajaran Mengenai Mobilitas Penduduk ... 75

3. Model Pembelajaran ... 77

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 80

B. Rekomendasi ... 81

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(8)

Anggita Khusnur Rizqi, 2013

Mobilitas Penduduk Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat DAFTAR TABEL

1.1. Jumlah Mobilisan di Kecamatan Parongpong... 2

2.1. Batasan Ruang dan Waktu dalam Penelitian Mobilitas Penduduk yang dilaksanakan oleh Mantra Tahun 1975 di Dukuh Piring dan Kadirojo di D.I Yogyakarta dengan Batasan Wilayah Dukuh (Dusun) ... 8

3.1. Variabel Penelitian ... 22

3.2. Jumlah Populasi Wilayah Penelitian ... 23

3.3. Jumlah Populasi Manusia (Mobilisan) ... 24

3.4. Kisi – Kisi Instrumen Penelitian ... 28

4.1. Luas Wilayah Tiap Desa Di Kecamatan Parongpong ... 31

4.2. Penggunaan Lahan di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat... 33

4.3. Kepadatan Penduduk Kasar Tiap Desa di Kecamatan Parongpong... 35

4.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin ... 36

4.5. Komposisi Penduduk Kecamatan Parongpong Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 38

4.6. Komposisi Penduduk Kecamatan Parongpong Berdasarkan Mata Pencaharian ... 39

4.7. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 40

4.8. Responden Berdasarkan Usia ... 41

4.9. Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 42

4.10. Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan ... 43

4.11. Responden Berdasarkan Kepemilikan Lahan Pertanian ... 44

4.12. Responden Berdasarkan Kepemilikan Rumah ... 45

4.13. Responden Berdasarkan Kepemilikan Kendaraan Bermotor ... 45

4.14. Jenis Mata Pencaharian Responden Mobilisan ... 47

4.15. Tingkat Pendapatan Responden di Daerah Tujuan ... 47

4.16. Frekuensi Mobilitas Penduduk Kecamatan Parongpong ... 49

4.17. Jarak Tempuh Responden Ke Daerah Tujuan ... 50

(9)

Anggita Khusnur Rizqi, 2013

Mobilitas Penduduk Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

4.19. Daerah Tujuan Mobilitas Penduduk Kecamatan Parongpong ... 51

4.20. Alasan Penduduk Melakukan Mobilitas ... 53

4.21. Tabel Silang Antara Usia dan Frekuensi Mobilitas ... 55

4.22 Tabel Silang Antara Usia dan Jarak Mobilitas ... 56

4.23. Tabel Silang Antara Usia dan Jenis Moda Mobilitas ... 57

4.24. Tabel Silang Antara Jenis Kelamin dan Frekuensi Mobilitas ... 58

4.25. Tabel Silang Antara Jenis Kelamin dan Jarak Mobilitas ... 58

4.26. Tabel Silang Antara Jenis Kelamin dan Jenis Moda Mobilitas ... 59

4.27 Tabel Silang Antara Tingkat Pendidikan dan Frekuensi Mobilitas ... 60

4.28. Tabel Silang Antara Tingkat Pendidikan dan Jarak Mobilitas... 61

4.29. Tabel Silang Antara Tingkat Pendidikan dan Jenis Moda Mobilitas ... 62

4.30. Tabel Silang Antara Jumlah Tanggungan dan Frekuensi Mobilitas ... 63

4.31. Tabel Silang Antara Jumlah Tanggungan dan Jarak Mobilitas ... 64

4.32. Tabel Silang Antara Jumlah Tanggungan dan Jenis Moda Mobilitas ... 65

4.33. Tabel Silang Antara Kepemilikan Aset dan Frekuensi Mobilitas ... 66

4.34. Tabel Silang Antara Kepemilikan Aset dan Jarak Mobilitas ... 67

4.35. Tabel Silang Antara Kepemilikan Aset dan Jenis Moda Mobilitas ... 68

4.36. Tabel Silang Antara Mata Pencaharian dan Frekuensi Mobilitas ... 69

4.37. Tabel Silang Antara Mata Pencaharian dan Jarak Mobilitas ... 70

4.38. Tabel Silang Antara Mata Pencaharian dan Jenis Moda Mobilitas ... 71

4.39 Tabel Silang Antara Tingkat Pendapatan dan Frekuensi Mobilitas ... 72

4.40 Tabel Silang Antara Tingkat Pendapatan dan Jarak Mobilitas ... 72

(10)

Anggita Khusnur Rizqi, 2013

Mobilitas Penduduk Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat DAFTAR GAMBAR

2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas Penduduk ... 9

3.1 Peta Sampel Wilayah Penelitian ... 26

4.1 Peta Administratif Kecamatan Parongpong ... 32

4.2 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Parongpong ... 34

(11)

1

Anggita Khusnur Rizqi, 2013

Mobilitas Penduduk Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu hal yang menjadi ciri dari negara berkembang adalah angka

pertumbuhan penduduknya yang tinggi. Hal tersebut sudah sejak lama menjadi

masalah kependudukan di negara-negara berkembang. Semakin bertambahnya

penduduk, kebutuhan lahan untuk tempat tinggal pun akan semakin bertambah,

sementara jumlah lahan adalah tetap dalam arti tidak bertambah.

Ciri lain dari negara berkembang adalah belum meratanya pembangunan

yang dilakukan oleh pemerintah. Pembangunan sering berpusat di wilayah

perkotaan. Akibatnya terjadi ketimpangan sosial ekonomi antara penduduk di

wilayah perkotaan dan pedesaan. Terdapat beragam mata pencaharian dalam

berbagai sektor di wilayah perkotaan, sementara pedesaan masih didominasi oleh

sektor pertanian dan peternakan.

Indonesia sebagai negara berkembang mengalami pula hal tersebut.

Tidak meratanya pembangunan pada akhirnya mengakibatkan banyaknya

penduduk dari desa yang melakukan pergerakan atau mobilitas ke kota.

Sebagaimana diungkapkan oleh Lee, Todaro, dan Titus dalam Mantra (2000:189)

bahwa “motivasi seseorang untuk melakukan perpindahan adalah motif ekonomi.”

Salah satu wilayah yang mengalami fenomena tersebut adalah

Kecamatan Parongpong yang merupakan bagian dari Kabupaten Bandung Barat,

Jawa Barat. Kecamatan Parongpong yang memiliki luas sebesar 40,12 km2 ini

merupakan salah satu wilayah yang diperuntukkan sebagai wilayah budidaya

bunga dan hortikultura terutama sayur-sayuran. Hal tersebut karena wilayah ini

terletak pada ketinggian antara 800 – 1800 mdpl. Tak heran jika sebagian besar dari penduduk aslinya bermatapencaharian di sektor pertanian dan jelas jumlah

mata pencaharian di sektor lain sangat jarang ditemui di wilayah ini.

Kecamatan Parongpong berbatasan dengan dua kota yaitu Bandung dan

Cimahi. Interaksi antara Kecamatan Parongpong yang bercorak pedesaan dengan

(12)

2

Anggita Khusnur Rizqi, 2013

Mobilitas Penduduk Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

maraknya jual beli lahan dan pembangunan perumahan, baik secara individu

maupun oleh pengembang (developer). Kecamatan Parongpong akhirnya

berkembang menjadi wilayah pinggiran kota (sub urban) dan menjadi sasaran

penduduk kota yang ingin memiliki rumah baru untuk menetap.

Selain secara fisik, terjadi pula perubahan di Kecamatan Parongpong

pada penduduknya dikarenakan maraknya arus informasi. Penduduk di

Kecamatan Parongpong yang pada mulanya bercorak agraris ingin memiliki

kemampuan ekonomi seperti penduduk perkotaan atau penduduk pendatang yang

berasal dari kota. Hal ini berakibat pada terjadinya mobilitas penduduk

besar-besaran ke kota untuk mendapatkan mata pencaharian dan tingkat pendapatan

yang tidak sama seperti di daerah asalnya. Berkut ini adalah jumlah penduduk

Kecamatan Parongpong yang melakukan mobilitas.

Tabel 1.1

Jumlah Mobilisan di Kecamatan Parongpong

No. Desa Jumlah Mobilisan

1 Ciwaruga 1669

2 Cihideung 1543

3 Cigugurgirang 1321

4 Sariwangi 1512

5 Cihanjuang 1331

6 Cihanjuang Rahayu 1458

7 Karyawangi 769

Jumlah 9603

Sumber : Data Kependudukan Kecamatan Parongpong, 2011 dan Hasil Perhitungan, 2012.

Jumlah mobilisan terbanyak adalah Desa Ciwaruga sementara jumlah terkecil

adalah Desa Karyawangi. Jumlah keseluruhan mobilisan di Kecamatan

Parongpong cukup besar yaitu sebanyak 9603 orang.

Mobilitas penduduk yang umumnya bergerak dari desa ke kota,

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi beban kota itu sendiri. Hal

tersebut akan menyebabkan berbagai masalah seperti kemacetan, polusi udara,

dan lain sebagainya. Berdasarkan hal tersebut, dirasa perlu adanya penelitian lebih

(13)

3

Anggita Khusnur Rizqi, 2013

Mobilitas Penduduk Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

penulis melakukan penelitian dengan judul Mobilitas Penduduk Kecamatan

Parongpong Kabupaten Bandung Barat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimanakah karakteristik mobilitas penduduk Kecamatan Parongpong

Kabupaten Bandung Barat?

2. Adakah hubungan antara kondisi sosial ekonomi mobilisan dengan

mobilitas penduduk Kecamatan Parongpong?

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi karakteristik mobilitas penduduk Kecamatan Parongpong

Kabupaten Bandung Barat.

2. Mengidentifikasi kondisi sosial ekonomi mobilisan dan hubungannya

terhadap mobilitas penduduk Kecamatan Parongpong.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini diantaranya adalah :

1. Menambah wawasan mengenai karakteristik mobilitas penduduk di

kawasan suburban, khususnya di Kecamatan Parongpong Kabupaten

Bandung Barat.

2. Dapat menjadi sumbangan pemikiran untuk pihak-pihak terkait dalam

rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat.

3. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

E. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman, maka penulis menguraikan beberapa

istilah dalam penelitian yang berjudul Mobilitas Penduduk Kecamatan

(14)

4

Anggita Khusnur Rizqi, 2013

Mobilitas Penduduk Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

1. Mobilitas

Mobilitas dapat dibedakan menjadi dua yaitu mobilitas vertikal dan

horizontal. Mobilitas vertikal disebut juga dengan perubahan status.

Sedangkan mobilitas horizontal disebut juga dengan perubahan geografis.

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan mobilitas dikhususkan pada

mobilitas geografis dengan alasan ekonomi yaitu pergerakan dengan tujuan

untuk bekerja ke daerah di luar batas Kecamatan Parongpong. Mobilitas

dalam penelitian ini terdiri dari frekuensi, jarak tempuh, dan jenis moda.

- Frekuensi mobilitas adalah sering tidaknya mobilitas yang dilakukan

oleh penduduk. Frekuensi mobilitas dapat diukur dari berapa kali

kepulangan mobilisan ke Kecamatan Parongpong, apakah harian,

mingguan, bulanan, atau tahunan.

- Jarak tempuh mobilitas menjabarkan seberapa jauh jarak harus

ditempuh mobilisan untuk bekerja di daerah tujuannya.

- Jenis moda mobilitas adalah jenis kendaraan yang digunakan mobilisan

untuk sampai ke daerah tujuan mobilitas dengan tujuan untuk bekerja.

2. Penduduk

Menurut Badan Pusat Statistik, penduduk adalah semua orang yang

berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau

lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan

menetap. Dalam penelitian ini penduduk yang dimaksud lebih dikhususkan

pada orang yang berdomisili di wilayah Kecamatan parongpong selama

paling singkat 6 bulan dan atau berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi

bertujuan untuk menetap.

3. Kondisi Sosial Ekonomi Mobilisan

Dalam penelitian ini, kondisi sosial ekonomi mobilisan dibagi lagi menjadi

usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, kepemilikan aset

(harta benda) di daerah asal, mata pencaharian di daerah tujuan, dan tingkat

pendidikan di daerah tujuan.

- Usia adalah lamanya seseorang hidup dari dilahirkan sampai saat ini.

(15)

5

Anggita Khusnur Rizqi, 2013

Mobilitas Penduduk Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

- Tingkat pendidikan adalah tingkat pencapaian responden dalam

pendidikan formal.

- Jumlah tanggungan merupakan jumlah orang yang hidupnya

ditanggung atau dibiayai oleh individu mobilisan.

- Kepemilikan aset di daerah asal berarti kepemilikan sejumlah harta

benda yang dimiliki individu mobilisan untuk menggambarkan sejauh

mana kemampuan ekonominya. Indikator untuk mengukur

kepemilikan aset (harta benda) diantaranya adalah kepemilikan lahan,

rumah, dan kendaraan bermotor. Kepemilikan rumah diukur dengan

statusnya, lahan diukur dalam ukuran luasnya (m2), sementara

kepemilikan kendaraan dilihat dari jenisnya.

- Mata pencaharian merupakan suatu usaha dengan jenis tertentu yang

dilakukan oleh individu mobilisan dengan cara bekerja agar

kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi.

- Tingkat pendapatan diartikan sebagai pemilikan uang yang diterima

atau dihasilkan sebagai imbalan dari bekerja. Dalam penelitian ini,

tingkat pendapatan dihitung dari jumlah uang sebagai upah hasil

(16)

21

Anggita Khusnur Rizqi, 2013

Mobilitas Penduduk Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2009:2) metode penelitian pada dasarnya merupakan

cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Sementara itu, menurut Surakhmad (1986:131), metode penelitian adalah suatu

cara kerja yang utama membagi hipotesa atau anggapan dasar dengan

menggunakan teknik serta alat-alat tertentu. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode survey dengan pendekatan deskriptif.

Menurut Tika (2005:9), penggunaan metode survey bertujuan untuk

“mengumpulkan sejumlah besar data berupa variabel, unit, atau individu dalam waktu yang bersamaan.” Data yang dikumpulkan dapat bersifat fisik maupun sosial. Sementara itu, Singarimbun (1989:3), mengemukakan bahwa “metode penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan

menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data pokok.

Pendekatan deskriptif bertujuan untuk dapat mendeskripsikan,

memperoleh gambaran, dan memaparkan secara sistematis, faktual, dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang ada di

daerah penelitian. Mengenai pendekatan deskriptif, Koentjaraningrat (1997:75)

mengemukakan bahwa :

“Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat

suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu atau menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dan gejala lain dalam masyarakat.”

Melalui metode survey dan pendekatan deskriptif ini, diharapkan dapat mengkaji

masalah mengenai mobilitas penduduk di Kecamatan Parongpong Kabupaten

(17)

22

Anggita Khusnur Rizqi, 2013

Mobilitas Penduduk Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat B. Variabel Penelitian

Menurut Arikunto (2010:99), “variabel penelitian adalah gejala yang

bervariasi yang menjadi objek penelitian.” Dalam penelitian ini terdapat dua

macam variabel, yaitu sebagai berikut :

a. Variabel Bebas (Variabel X)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi

penyebab bagi variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini dibedakan

menjadi dua yaitu kondisi sosial ekonomi di daerah asal (Kecamatan Parongpong)

sebagai faktor pendorong dan kondisi sosial ekonomi di daerah tujuan sebagai

faktor penarik. Kondisi sosial ekonomi di daerah asal dibagi menjadi lima yaitu

usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, dan kepemilikan aset.

Sementara itu, kondisi sosial ekonomi di daerah tujuan dibagi menjadi dua yaitu

jenis mata pencaharian dan tingkat pendapatan.

b. Variabel Terikat (Variabel Y)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah mobilitas penduduk yang terdiri dari

frekuensi mobilitas, jarak tempuh, dan jenis moda mobilitas.

Untuk lebih jelasnya, disajikan dalam tabel 3.1 berikut ini :

Tabel 3.1 Variabel Penelitian

Variabel Bebas (X) Variabel Terikat (Y)

Kondisi sosial ekonomi mobilisan

1. Usia

2. Jenis kelamin

3. Tingkat pendidikan

4. Jumlah tanggungan

5. Kepemilikan aset di daerah asal

6. Jenis mata pencaharian di

daerah tujuan

7. Tingkat pendapatan di daerah

tujuan

Mobilitas penduduk:

1. Frekuensi mobilitas

2. Jarak tempuh mobilitas

(18)

23

Anggita Khusnur Rizqi, 2013

Mobilitas Penduduk Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Tika (2005:24) “Populasi adalah himpunan individu atau objek

yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas”. Sedangkan dalam Arikunto

(2010:130), dikatakan bahwa: “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Sementara itu, Sumaatmadja (1988:112) menyatakan bahwa :

“Populasi penelitian geografi itu meliputi kasus (masalah, peristiwa

tertentu), individu (manusia, baik perorangan maupun sebagai kelompok), dan gejala (fisik, sosial, ekonomi, budaya, politik) yang ada pada ruang

tertentu.”

Dari beberapa pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini,

yang dinamakan populasi adalah seluruh wilayah dan subjek penelitian beserta

gejala sosial dan ekonominya yang berhubungan dengan masalah penelitian di

Kecamatan Parongpong.

Populasi wilayah dalam penelitian ini adalah keseluruhan wilayah

Kecamatan Parongpong yang terdiri dari 7 desa. Berikut ini adalah luas desa-desa

di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat.

Tabel 3.2

Sumber : Kecamatan Parongpong dalam Angka 2011

Sedangkan populasi manusia adalah seluruh mobilisan yang berstatus

sebagai penduduk di Kecamatan Parongpong. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat

(19)

24

Anggita Khusnur Rizqi, 2013

Mobilitas Penduduk Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Tabel 3.3

Jumlah Populasi Manusia (Mobilisan)

No. Desa Jumlah Mobilisan

1 Ciwaruga 1669

2 Cihideung 1543

3 Cigugurgirang 1321

4 Sariwangi 1512

5 Cihanjuang 1331

6 Cihanjuang Rahayu 1458

7 Karyawangi 769

Jumlah 9603

Sumber : Data Penduduk Kecamatan Parongpong 2011, Hasil Perhitungan, 2013

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti dan

dianggap representatif (mewakili). Sumaatmadja (1988:112) mengungkapkan

bahwa:

“Sampel adalah bagian dari populasi (cuplikan, contoh) yang mewakili

populasi yang bersangkutan. Kriteria mewakili ini diambil secara keseluruhan sifat-sifat atau generalisasi yang ada pada populasi, yang harus dimiliki oleh sampel”.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa sampel adalah bagian

dari keseluruhan populasi yang harus mewakili sifat-sifat keseluruhan populasi.

Tujuan diambilnya sampel sebagai perwakilan dari populasi adalah agar pelaksana

penelitian tidak perlu meneliti keseluruhan populasi.

Dalam menentukan sampel wilayah, penulis menggunakan teknik

sampling purposive. Sugiyono (2006:61) mengemukakan bahwa “sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.”

Mengenai hal tersebut, Soewartono (1995:63) juga mengemukakan bahwa “dalam

teknik ini, yang akan diambil sebagai anggota sampel diserahkan pada

pertimbangan pengumpul data yang menurut dia sesuai dengan maksud dan tujuan

penelitian.” Dari kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa penentuan

sampel diserahkan sepenuhnya pada penulis sebagai pengumpul data dan

pelaksana penelitian.

Dalam menentukan sampel penduduk, penulis menggunakan teknik

(20)

25

Anggita Khusnur Rizqi, 2013

Mobilitas Penduduk Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

yang diambil sebagai anggota sampel adalah mereka yang kebetulan ditemukan

atau mereka yang mudah ditemui atau dijangkau.” Hal ini berarti bahwa sampel

yang akan diteliti adalah orang-orang yang kebetulan ditemui di desa-desa sampel

dan merupakan pelaku mobilitas keluar wilayah Kecamatan Parongpong untuk

tujuan bekerja.

Mengenai sampel wilayah, penulis mengambil 3 dari 7 desa di Kecamatan

Parongpong untuk dijadikan sampel. Ketiga desa tersebut adalah Desa Ciwaruga,

Cihanjuang, dan Cihideung. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Sementara itu, jumlah sampel penduduk ditentukan sebanyak 96 orang,

didistribusi secara proporsional dari banyaknya mobilisan di tiga desa tersebut

dengan rincian sebagai berikut :

Desa Ciwaruga

35,2 dibulatkan menjadi 35

Desa Cihanjuang

28,1 dibulatkan menjadi 28

Desa Cihideung

(21)

26

Anggita Khusnur Rizqi, 2013

Mobilitas Penduduk Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

(22)

27

Anggita Khusnur Rizqi, 2013

Mobilitas Penduduk Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat D. Teknik Pengumpulan Data

1. Studi Dokumentasi

Dalam sebuah penelitian, sebelum terjun langsung ke lapangan ada

baiknya jika data sekunder sudah dimiliki guna dijadikan pedoman. Menurut Tika

(2005:60), “Data sekunder adalah data yang diperoleh seorang peneliti tidak secara langsung dari subjek atau objek yang diteliti, tetapi melalui pihak lain.”

Oleh karena itulah maka penulis melakukan studi dokumentasi untuk

mendapatkan data sekunder.

Data sekunder yang diperoleh dari studi dokumentasi ini adalah data

kondisi wilayah dan penduduk di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung

Barat. Data tersebut diperoleh dari kantor Kecamatan Parongpong dan Badan

Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat.

2. Studi Literatur

Dalam penelitian ini, studi literatur juga dilakukan untuk memperoleh

data sekunder. Studi literatur adalah usaha mencari data yang berkaitan melalui

hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh orang lain dan ditulis dalam

karya-karya ilmiah maupun jurnal.

Data yang diperoleh melalui studi literatur dalam penelitian ini adalah

data fisik Kecamatan Parongpong yang meliputi kondisi geologi, morfologi, dan

hidrologi. Data tersebut diperoleh dari karya ilmiah yang meneliti mengenai

kesesuaian pemukiman di Kecamatan Parongpong. Selain itu, penulis juga

memeperoleh data mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap mobilitas

dari beberapa penelitian mengenai hal tersebut yang dilakukan di daerah lain.

3. Angket

Setelah memiliki data sekunder sebagai pedoman dalam pengambilan

sampel, hal yang harus dilakukan berikutnya adalah mengumpulkan data primer

langsung dari lapangan. Data primer dari lapangan menyangkut masalah-masalah

yang berkaitan dengan mobilitas penduduk. Teknik pengumpulan sampel yang

digunakan untuk mendapatkan data-data tersebut adalah dengan menggunakan

(23)

28

Anggita Khusnur Rizqi, 2013

Mobilitas Penduduk Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Menurut Nawawi dalam Tika (2005:54), “angket atau kuesioner adalah usaha mengumpulkan informasi dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan

tertulis untuk dijawab tertulis oleh responden.” Jenis angket yang digunakan

dalam penelitian ini adalah angket tertutup, di mana pertanyaan-pertanyaan dan

alternatif jawabannya telah ditentukan sehingga responden tinggal memilih

jawaban yang diinginkan. Setiap jawaban yang telah ditentukan memiliki bobot

(nilai) yang berbeda-beda.

Untuk lebih mempermudah jalannya penelitian di lapangan maka

diperlukan instrumen penelitian yang sebelumnya sudah diuji validitasnya.

Adapun kisi – kisi instrumen dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.6

Setelah data terkumpul, langkah yang dilakukan selanjutnya adalah

tabulasi dan analisis data. Dalam penelitian ini, analisis yang digunakan adalah

analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif yaitu suatu analisis mengenai

pengumpulan fakta yang menggambarkan persoalan dengan menggunakan

perhitungan secara statisik. Adapun jenis prosedur statistik yang digunakan adalah

analisis Persentase, Chi-Square, dan Koefisien Kontingensi C.

1. Persentase

Teknik ini merupakan teknik statistik sederhana dengan menggunakan

(24)

29

Anggita Khusnur Rizqi, 2013

Mobilitas Penduduk Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

P =

Keterangan :

P = Besarnya persentase

f = Frekuensi jawaban

N = Jumlah responden

Untuk memudahkan analisis, maka dapat digunakan kategori berikut untuk

menafsirkan hasil penelitian.

0 % = tak seorangpum

1% - 24% = sebagian kecil

25% - 49% = hampir setengahnya

50% = setengahnya

51% - 74% = sebagian besar

75% - 99% = hampir seluruhnya

100% = seluruhnya

2. Uji Koefisien Kontingensi Kai Kuadrat (X2)

Analisis kai kuadrat (chi-square) dapat digunakan untuk memeriksa

hubungan (korelasi), ketidak-tergantungan, dan homogenitas. Dalam penelitian

ini, analisis kai kuadrat digunakan untuk memeriksa hubungan antar variabel,

sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya yaitu

mengidentifikasi hubungan kondisi sosial ekonomi terhadap mobilitas penduduk.

Sulaiman (2003:112) menyebutkan bahwa “apabila antara kedua variabel tidak

ada pertalian, maka kita mengatakan keduanya bebas (tidak saling berhubungan /

mempengaruhi).”

Menurut Hasan (2004:80), prosedur uji statistik dengan kai kuadrat adalah

sebagai berikut :

a. Formulasi hipotesis, yaitu menentukan hipotesis apakah memiliki hubungan

(25)

30

Anggita Khusnur Rizqi, 2013

Mobilitas Penduduk Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

b. Taraf nyata (α) dan nilai X2 tabel. Nilai taraf nyata biasanya dipilih 5% atau 1%, sementara derajat bebas bisa diperoleh dari db = (b-1) (k-1) di mana b =

baris dan k = kolom.

c. Uji statistik dengan rumus X2 sebagai berikut :

∑ ∑

Keterangan :

O = nilai – nilai observasi

E = nilai – nilai frekuensi harapan d. Kriteria pengujian :

Apabila X2hitung ≤ X2 tabel maka hipotesis ditolak Apabila X2 hitung > X2 tabel maka hipotesis diterima.

(26)

80

Anggita Khusnur Rizqi, 2013

Mobilitas Penduduk Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Secara teori, mobilitas penduduk dipengaruhi oleh faktor pendorong yang

terdapat di daerah asal dan faktor penarik yang terdapat di daerah tujuan. Namun

di beberapa tempat, suatu faktor terkadang berpengaruh sementara faktor lainnya

justru tidak memiliki pengaruh sama sekali. Hal ini dikarenakan oleh

keanekaragaman wilayah beserta penduduknya, sehingga karakteristik mobilitas

penduduk di suatu daerah tidak akan sama dengan karakteristik mobilitas

penduduk di daerah lain. Itulah yang terjadi di Kecamatan Parongpong, di mana

faktor yang satu berhubungan dengan mobilitas penduduknya, sementara yang

lain justru tidak memiliki hubungan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan

pada skripsi yang berjudul “Mobilitas Penduduk Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat” ini, berikut akan penulis kemukakan beberapa kesimpulan dan rekomendasi.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai mobilitas penduduk Kecamatan

Parongpong, berikut adalah beberapa hal yang disimpulkan penulis.

1. Penduduk Kecamatan Parongpong hampir seluruhnya melakukan

mobilitas harian (ulang-alik). Sebagian besar penduduk Kecamatan

Parongpong menempuh jarak terdekat yaitu antara 1 – 10 km dan

menggunakan sepeda motor untuk melakukan mobilitas.

2. Kondisi sosial ekonomi mobilisan dari segi jenis kelamin, kepemilikan

aset (harta benda), dan tingkat pendapatan berhubungan dengan frekuensi

mobilitas.

3. Kondisi sosial ekonomi mobilisan dari segi usia dan tingkat pendapatan

berhubungan dengan jarak mobilitas.

4. Kondisi sosial ekonomi mobilisan dari segi usia, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, kepemilikan aset (harta benda), mata pencaharian, dan tingkat

(27)

81

Anggita Khusnur Rizqi, 2013

Mobilitas Penduduk Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian mengenai mobilitas Kecamatan Parongpong,

penulis mengemukakan rekomendasi yang mudah-mudahan dapat bermanfaat

bagi berbagai pihak.

1. Kebanyakan alasan responden bermobilitas adalah karena

keterbatasan lapangan kerja di daerah asal (Kecamatan Parongpong),

baik karena tidak menguasai kemampuan bertani, maupun

terbatasnya lahan pertanian, dan lain-lain. Oleh sebab itu, alangkah

baiknya jika mata pencaharian selain sektor pertanian lebih

dikembangkan di Kecamatan Parongpong agar dapat menekan angka

mobilitas ke perkotaan.

2. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa sebagian besar

responden bermobilitas ke Kota Bandung karena wilayah itulah yang

pertumbuhannya paling pesat. Hal ini dapat berdampak pada

pertambahan jumlah penduduk (terutama di siang hari) sehingga akan

menimbulkan banyak permasalahan seperi kemacetan, polusi udara,

dan lain-lain. Oleh karena itu alangkah baiknya jika penyebaran

pusat-pusat pertumbuhan diupayakan lebih proporsional agar

(28)

Anggita Khusnur Rizqi, 2013

Mobilitas Penduduk Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat DAFTAR PUSTAKA Buku

Abdurachmat, I dan Maryani, E. (2008). Geografi Ekonomi. Hand Out Mata Kuliah Geografi Ekonomi Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS-UPI: tidak diterbitkan.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi

2010). Jakarta : Rineka Cipta.

Arsyad, S. (1989). Konservasi Tanah dan Air. Bogor : IPB Press.

Bintarto, R. (1977). Geografi Sosial. Yogyakarta : Spring.

Bintarto, R. (1983). Urbanisasi dan Permasalahannya. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Daldjoeni, N. (1981). Masalah Penduduk dalam Fakta dan Angka. Bandung : Alumni.

Daldjoeni, N. (1998). Geografi Kota dan Desa. Bandung : Alumni.

Djamari. (1980). Pengantar Geografi Transportasi. Hand Out Jurusan Pendidikan Geografi FKIS UPI : tidak diterbitkan.

Gilbert, A dan Gogler, J. (1996). Urbanisasi dan Kemiskinan di Dunia Ketiga. Yogyakarta : PT Tirta Kencana.

Hasan, I. (2004). Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Bandung : Bumi Aksara.

Hayati, S dan Yani, A. (2007). Geografi Politik. Bandung : PT Refika Aditama.

Kartawidjaja, O dan Maryani, E. (1999). Pengantar Geografi Regional. Hand Out Mata Kuliah Pengantar Geografi Regional Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS-UPI: tidak diterbitkan.

Koentjaraningrat. (1997). Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : LP3ES.

Manning, C dan Effendi. (1991). Urbanisasi Pengangguran dan Sektor Informal

di Kota.Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Mantra, I. B. (2000). Demografi Umum. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

(29)

Anggita Khusnur Rizqi, 2013

Mobilitas Penduduk Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Nasution, S. (2002). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta : Bumi Aksara.

Rafi’i, S. (1994). Statistik Analisis untuk Mengambil Kesimpulan. Bandung : Bina

Cipta.

Rafi’i, S. (1995). Meteorologi dan Klimatologi. Bandung : Angkasa.

Rismunandar. (1997). Tanah, Seluk Beluknya Bagi Pertanian. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Rusli, S. (1983). Kepadatan Penduduk dan Peledakannya. Jakarta : Balai Pustaka.

Rusli, S. (1985). Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta : LP3ES.

Sembiring, R. (1985). Demografi. Jakarta : Fakultas Pasca Sarjana IKIP.

Singarimbun, M dan Effendi, S. (1989). Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES.

Soehartono, I. (2008). Metode Penelitian Sosial. Bandung : Rosda.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sumaatmadja, N. (1988). Studi Geografi (Suatu Pendekatan dan Analisa

Keruangan. Bandung : Alumni.

Supranto, J. (1993). Metode Ramalan Kuantitatip. Jakarta : Rineka Cipta.

Surakhmad, W. (1985). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Tarsito.

Syahza, A dan Irianti, M. (2008). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau.

Tika, M. P. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakata : Bumi Aksara.

Utomo, W H. (1989). Konservasi Tanah di Indonesia Suatu Rekaman dan

Analisa. Jakarta Utara : CV Rajawali.

Skripsi

Firmansyah, R A. (2007). Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi dengan

Kecenderungan Mobilitas Komuter (Ulang Alik) di Kota Cimahi. Bandung :

Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Indonesia.

Ismayadin, N. (2007). Dampak Mobilitas Sirkuler Terhadap Kehidupan Sosial

(30)

Anggita Khusnur Rizqi, 2013

Mobilitas Penduduk Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Majalengka. Bandung : Jurusan Pendidikan Geografi Universitas

Pendidikan Indonesia.

Supriyanto. (2011). Mobilitas Penduduk Non Permanen dan Perubahan Keadaan

Sosial Ekonomi Keluarga di Desa Gadudero dan Desa Pakem Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati Jawa Tengah. Surakarta : Fakultas Geografi

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Publikasi Departemen

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat. (2011). Kecamatan Parongpong

dalam Angka 2011. Bandung : BPS Provinsi.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat. (2011). Statistik Daerah

Kecamatan Parongpong Tahun 2011. Bandung : BPS Provinsi.

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Presiden Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Jakarta : Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003

Nomor 78.

Kecamatan Parongpong. (2011). Monografi Kecamatan Parongpong 2011. Bandung : Kantor Kecamatan Parongpong.

Website

_______. (2011). Kepadatan Penduduk Per Kecamatan s/d 2011. [Online]. Tersedia : http://grobogan.go.id/profil-daerah/kondisi-demografi/kepadatan-penduduk.html

Mahmud. (2012). Langkah-Langkah Pembelajaran dalam Cooperative Learning. [Online]. Tersedia :

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Mobilisan di Kecamatan Parongpong
Tabel 3.1 Variabel Penelitian
Tabel 3.2  Jumlah Populasi Wilayah Penelitian
Tabel 3.3 Jumlah Populasi Manusia (Mobilisan)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasar uraian masalah yang dijelaskan, penelitian ini dilakukan pada siswa mekanik alat berat, adapun tujuan penelitian untuk mengetahui apakah pembelajaran

PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) menargetkan produksi batu bara pada tahun ini sebesar 26 juta ton, atau naik 2,5 juta ton dari produksi tahun lalu yang sebesar 23,5 juta

– Otoritas peneliti Indonesia akses terhadap bahan penelitian belum diapresiasi sebagai “power” dan “sharing” dalam kerjasama penelitian. • Peluang yang ada justru

(2) Bagian administrasi kesejahteraan rakyat mempunyai tugas melaksanakan, mengkoordinasikan, menyusun program dan petunjuk teknis pembinaan di bidang kesejahteraan

Hasil wawancara dengan kepala sekolah diperoleh dari hasil wawancara bahwa dalam pengelolaan dana BOS di SDN 8 sungai raya, wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa

Asas kerahasiaan ini memegang peranan penting dalam konseling kelompok karena masalah yang dibahas dalam konseling kelompok bersifat pribadi, maka setiap anggota

Pengauditan yang dijalankan antara bulan Mac hingga Mei 2014 mendapati kelemahan yang dibangkitkan dalam Laporan Ketua Audit Negara Mengenai Aktiviti

Penelitian ini bertujuan adalah untuk memperoleh temuan (1) mendeskripsikan produktivitas kerja sebelum dan sesudah pelatihan; (2) mendeskripsikan keuntungan