MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA SMA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP)
(Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas X SMAN 11 Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Matematika
Oleh: Ririn Kurniawati
(0807552)
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS MATEMATIK SISWA SMA MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN
MISSOURI MATHEMATICS PROJECT
(MMP)
Oleh Ririn Kurniawati
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Ririn Kurniawati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA SMA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP)
(Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas X SMAN 11 Bandung)
Oleh: Ririn Kurniawati
0807552
Disetujui dan Disahkan Oleh:
Pembimbing I
Dra. Hj. Ade Rohayati, M.Pd NIP. 196005011985032002
Pembimbing II
Drs. H. Cece Kustiawan, M.Si NIP. 196612131992031001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan berpikir kritis matematik siswa di Bandung berdasarkan hasil dari Tim Survey IMSTEP-JICA (Fachrurazi, 2011 : 77) yang menemukan bahwa siswa di Bandung masih sulit dalam kegiatan pembuktian pemecahan masalah yang memerlukan penalaran matematis, menemukan, generalisasi atau konjektur, dan menemukan hubungan antara data-data atau fakta yang diberikan. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang memerlukan kemampuan berpikir kritis. Dengan demikian kemampuan berpikir kritis matematik ini perlu ditingkatkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) mengetahui apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran MMP lebih baik daripada peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional 2) mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan desain kelas kontrol non-ekuivalen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 11 Bandung dengan sampel dua kelas yang diambil dengan teknik purposif, satu kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran MMP dan satu kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Materi pokok bahasan dalam penelitian ini adalah Logaritma. Data diperoleh dari hasil instrumen soal pretes dan postes kemampuan berpikir kritis matematik, angket respon siswa, dan lembar observasi. Hasil yang diperoleh setelah melakukan penelitian adalah: 1) peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran MMP lebih baik daripada peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional 2) respon siswa terhadap model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) secara umum positif.
ABSTRACT
The research was motivated by the low of critical mathematics thinking skills of high school students, based on the results of the Bandung IMSTEP-JICA Survey Team (Fachrurazi, 2011: 77) who found that high school students in Bandung is still proving difficult in problem-solving activities that require mathematical reasoning, finding, generalization or conjecture, and find relationships between data or facts given. These activities are require critical thinking skills. So that critical mathematics thinking skills is to be improved. The purpose of this study was to: 1) determine an increase in critical mathematics thinking skills of students who are learned by using the model of Missouri Mathematics Project learning than students who learned in the conventional mathematical learning model 2) determine students' attitudes towards learning mathematics using models Missouri Mathematics Project (MMP) learning. The method used in this study is quasi-experimental design with control classes are not equivalent. The population in this study were all students of class X SMAN 11 Bandung with samples taken two classes with purposive technique, an experimental class that uses a learning model MMP and control classes using conventional learning models. Subject material in this study is Logarithmic. Data obtained from the instrument about pretest and posttest critical thinking skills of mathematics, students' questionnaire responses, and the observation sheet. Results obtained after conducting the study were: 1) to improve critical thinking skills of students who received learning math with learning models Missouri Mathematics Project (MMP) is better than critical thinking ability mathematical learning mathematics students who received conventional 2) students' attitudes toward learning models Missouri Mathematics Project (MMP) was generally positive.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR BAGAN ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Definisi Operasional ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Berpikir Kritis Matematik ... 8
B. Missouri Mathematics Project ... 10
C. Struktur Pengajaran Matematika ... 14
D. Hipotesis ... 15
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 16
C. Bahan Ajar ... 17
D. Instrumen Penelitian ... 18
E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 19
F. Uji Coba Instrumen ... 21
G. Analisis Data ... 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 33
B. Pembahasan ... 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 56
B. Saran ... 56
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan antara pembelajaran konvensional dan
pembelajaran MMP ... 13
Tabel 3.1 Klasifikasi koefisien validitas... 22
Tabel 3.2 Hasil perhitungan validitas butir soal ... 22
Tabel 3.3 Klasifikasi derajat reliabilitas ... 24
Tabel 3.4 Klasifikasi daya pembeda ... 25
Tabel 3.5 Hasil perhitungan daya pembeda butir soal... 25
Tabel 3.6 Klasifikasi indeks kesukaran ... 26
Tabel 3.7 Hasil perhitungan indeks kesukaran butir soal ... 26
Tabel 3.8 Rekapituasi hasil keseluruhan ... 27
Tabel 3.9 Kriteria Indeks Gain ... 30
Tabel 3.10 Kategori jawaban angket ... 31
Tabel 3.11 Klasifikasi kategori angket ... 32
Tabel 4.1 Statistik deskriptif data pretes ... 34
Tabel 4.2 Uji normalitas pretes... 35
Tabel 4.3 Uji Mann-Whitney data pretes ... 37
Tabel 4.4 Statistik deskriptif data gain ternormalisasi ... 38
Tabel 4.5 Uji normalitas gain ternormalisasi... 39
Tabel 4.6 Uji Mann-Whitney data gain ternormalisasi ... 41
Tabel 4.8 Kriteria hasil angket respon siswa terhadap model
pembelajaran MMP ... 43
Tabel 4.9 Kriteria hasil angket respon siswa terhadap peningkatan
kemampuan berpikir kritis matematis siswa ... 47
Tabel 4.10 Hasil observasi terhadap aktivitas guru ... 49
DAFTAR BAGAN
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
A.1 Kisi-kisi Tes Matematika ... 60
A.2 Soal Tes Matematika ... 64
A.3 Kisi-kisi Angket ... 65
A.4 Angket... ... 66
A.5 Lembar Observasi ... 68
LAMPIRAN B B.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 70
B.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 92
B.3 Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen ... 111
B.4 Latihan Soal Kelas Kontrol ... 129
B.5 Lembar Kerja Mandiri ... 134
LAMPIRAN C C.1 Skor Uji Coba Instrumen Tes ... 137
C.2 Validitas Hasil Uji Coba Instrumen ... 139
C.3 Reliabilitas Hasil Uji Coba Instrumen ... 140
C.4 Daya Pembeda Hasil Uji Coba Instrumen ... 141
C.5 Indeks Kesukaran Hasil Uji Coba Instrumen ... 142
LAMPIRAN D
D.2 Data Skor Pretes, Postes dan Gain Ternormalisasi Kelas Kontrol ... 144
D.3 Output Analisis Data Pretes dengan SPSS 17.0 ... 145
D.4 Output Analisis Data Gain Ternormalisasi dengan SPSS 17.0 ... 147
LAMPIRAN E E.1 Rekapitulasi Hasil Angket ... 149
E.2 Rekapitulasi Hasil Lembar Observasi ... 151
LAMPIRAN F F.1 Contoh Jawaban Uji Instrumen ... 153
F.2 Contoh Jawaban Pretes Kelas Eksperimen ... 155
F.3 Contoh Jawaban Pretes Kelas Kontrol ... 157
F.4 Contoh Jawaban Postes Kelas Eksperimen ... 160
F.5 Contoh Jawaban Postes Kelas Kontrol ... 164
F.6 Contoh Jawaban LKS ... 166
F.7 Contoh Jawaban Lembar Kerja Mandiri ... 185
F.8 Contoh Jawaban Latihan Soal Kelas Kontrol ... 192
F.9 Contoh Isian Lembar Observasi ... 198
F.10 Contoh Jawaban Angket ... 204
LAMPIRAN G G.1 Surat Izin Uji Instrumen ... 210
G.2 Surat Izin Penelitian ... 211
G.4 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 213
LAMPIRAH H
H.1 Hasil Dokumentasi ... 214
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan suatu mata pelajaran yang memiliki peranan
penting bagi disiplin ilmu yang lain dan memajukan daya pikir manusia. Selain itu
saat ini matematika dianggap sebagai program pendidikan yang berperan dalam
pengembangan IPTEK. Perkembangan IPTEK saat ini memungkinkan semua
pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber.
Hal ini menuntut seseorang untuk memiliki kemampuan mendapatkan, memilih
dan mengolah informasi atau pengetahuan dengan efektif dan efisien. Oleh karena
itu diperlukan sistem pendidikan yang berorientasi pada pemecahan masalah,
kemampuan berpikir kritis, kreatif, sistematis dan logis. (Depdiknas, 2003).
Selaras dengan pernyataan tersebut Sembiring (2010 : 3) mengatakan
bahwa “Dengan belajar matematika keterampilan berpikir siswa akan meningkat
karena pola berpikir yang dikembangkan matematika membutuhkan dan
melibatkan pemikiran kritis, sistematis, logis dan kreatif”. Selain itu Hidayat
(2011 : 2) mengatakan bahwa “Kemampuan berpikir kritis dan kreatif merupakan
suatu hal yang amat penting dalam masyarakat modern, karena dapat membuat
manusia menjadi lebih fleksibel secara mental, terbuka dan mudah menyesuaikan
dengan berbagai situasi dan permasalahan”. Oleh karena itu penguasaan
matematika seseorang sangat dibutuhkan dalam penguasaan IPTEK. Tidak heran
2
Pemberian mata pelajaran matematika ini tentu ada tujuannya, menurut
Puskur (2002)
“Tujuan pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah adalah untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efisien dan efektif”.
Selain itu menurut Soedjadi (2004) bahwa “Pendidikan matematika
memiliki dua tujuan besar yang meliputi (1) tujuan yang bersifat formal yang
memberi tekanan pada penataan nalar anak serta pembentukan pribadi anak dan
(2) tujuan yang bersifat material yang memberi tekanan pada penerapan
matematika serta kemampuan memecahkan masalah matematika”.
Hal tersebut selaras dengan standar kurikulum dan evaluasi matematika
(NCTM, 2000) yaitu membuat siswa memiliki kemampuan untuk:
1. Menjadi percaya diri dengan kemampuannya untuk mengerjakan
matematika
2. Mampu memecahkan masalah matematika
3. Belajar berkomunikasi matematika
4. Belajar untuk memberikan alasan/berpikir secara matematik
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa salah satu tujuan pembelajaran
matematika adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Ennis
(Mulyana, 2008 : 29) mengatakan bahwa „Berpikir kritis adalah berpikir secara
beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang
apa yang harus dipercayai atau dilakukan‟. Sedangkan Krulik dan Rudnick
3
dalam matematika adalah berpikir yang menguji, mempertanyakan,
menghubungkan, mengevaluasi semua aspek yang ada dalam situasi ataupun
suatu masalah‟.
Pentingnya kemampuan berpikir kritis dalam matematika faktanya belum
tercapai. Rakhmasari (2010: 4) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa
“Siswa SMP masih sulit untuk membuat kesimpulan, memahami permasalahan,
dan memberikan alasan atas jawaban yang dihasilkan. Tim Survey IMSTEP-JICA
(Fachrurazi, 2011 : 77) di kota Bandung berikutnya menemukan bahwa „Sejumlah
kegiatan yang dianggap sulit oleh siswa untuk mempelajarinya dan oleh guru
untuk mengajarkannya antara lain, pembuktian pemecahan masalah yang
memerlukan penalaran matematis, menemukan, generalisasi atau konjektur, dan
menemukan hubungan antara data-data atau fakta yang diberikan‟.
Kegiatan-kegiatan yang dianggap sulit tersebut merupakan Kegiatan-kegiatan yang menuntut
kemampuan berpikir kritis. Hasil penelitian Mustofa (2011 : 3) juga mengatakan
bahwa “Siswa SMA mengalami kesulitan dalam memberikan alasan atas jawaban
yang mereka temukan”. Oleh karena itu dapat disimpulkan dari hasil survei
tersebut bahwa siswa mengalami kesulitan jika dihadapkan kepada persoalan yang
memerlukan kemampuan berpikir kritis.
Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti yang dikemukakan oleh Mahmudi (2009 : 2)
4
Saat ini proses pembelajaran matematika masih didominasi oleh guru
dengan model ceramah atau ekspositori. Hendriana (Hidayat, 2011 : 5)
mengatakan bahwa „Pola pembelajaran ceramah dan ekspositori ini kurang
menanamkan pemahaman konsep, karena siswa kurang aktif‟. Selaras dengan
pendapat tersebut Hidayat (20011:4)
... pembelajaran hingga dewasa ini masih didominasi guru dan kurang memberikan akses bagi siswa untuk berkembang secara mandiri melalui kegiatan belajar yang mengutamakan penemuan konsep. Para siswa cenderung hanya menghapalkan sejumlah rumus, perhitungan dan langkah-langkah penyelesaian soal yang telah dikerjakan guru atau yang ada di buku teks.
Akibatnya jika siswa diberi soal yang berbeda dengan soal yang telah
diselesaikan oleh gurunya, maka siswa akan kesulitan untuk menyelesaikan
karena tidak memahami konsep. Hal ini menyebabkan daya serap siswa dalam
matematika rendah.
Dengan demikian diperlukan suatu pembelajaran yang memfasilitasi
dalam peningkatan kemampuan bepikir kritis seperti yang dikemukakan oleh
Hidayat (2011 : 5) “Oleh karena itu pada pembelajaran matematik di sekolah
hendaknya siswa dilatih untuk memiliki keterampilan berpikir kritis dan kreatif
dalam memperoleh, memilih dan mengolah informasi agar dapat bertahan dalam
keadaan yang selalu berubah dan kompetitif”. Salah satu model pembelajaran
yang dapat memfasilitasi peningkatan kemampuan berpikir kritis adalah Missouri
Mathematics Project (MMP).
Model pembelajaran ini menurut Gitaniasari (Puspitasari, 2010 : 4)
5
efektivitas penggunaan latihan-latihan agar siswa mencapai peningkatan yang luar
biasa. Widdiharto (2004 : 29) menyatakan bahwa “Kegiatan dari model
pembelajaran MMP ini secara empiris terdiri atas lima tahap yaitu: review,
pengembangan, latihan terkontrol, seatwork dan penugasan/PR”.
Karakteristik dari model pembelajaran MMP ini terletak pada adanya
Lembar Tugas Proyek. Rosani (Rohaeti, 2009: 4) menyatakan bahwa „Lembar
Tugas Proyek ini antara lain dimaksudkan untuk : memperbaiki komunikasi,
penalaran, hubungan interpersonal, keterampilan membuat keputusan, dan
keterampilan memecahkan masalah‟. Keterampilan membuat keputusan dan
keterampilan memecahkan masalah adalah salah satu indikator dari kemampuan
berpikir kritis matematik seperti yang dikemukakan Mulyana (2008 : 33)
Kemampuan berpikir kritis mencakup: (1) Kemampuan
mengidentifikasi asumsi yang diberikan; (2) Kemampuan merumuskan pokok-pokok permasalahan; (3) Kemampuan menentukan akibat dari suatu ketentuan yang diambil; (4) Kemampuan mendeteksi adanya bias berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda; (5) Kemampuan mengungkap data/definisi/teorema dalam menyelesaikan masalah; (6) Kemampuan mengevaluasi argumen yang relevan dalam penyelesaian suatu masalah.
Dengan demikian model pembelajaran MMP ini dapat memfasilitasi
siswa dalam peningkatan kemampuan berpikir kritisnya. Berdasarkan uraian di
atas, penulis tertarik untuk menyusun penelitian dengan judul “Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa SMA melalui Model
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka masalah
dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran MMP lebih baik
daripada peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional?
2. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan
menggunakan model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP)?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian
yang dilakukan bertujuan untuk :
1. Mengetahui apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa
yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran MMP lebih baik
daripada peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional.
2. Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan
menggunakan model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP).
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa, dengan diterapkannya model pembelajaran ini diharapkan dapat
7
2. Bagi guru, dengan dilaksanakannya penelitian ini, guru dapat mengetahui
variasi model belajar mengajar khususnya pembelajaran MMP sebagai salah
satu model untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
3. Bagi peneliti, mendapat pengalaman menerapkan model pembelajaran MMP
yang kelak dapat diterapkan saat terjun di lapangan.
E. Definisi Operasional
1. Model pembelajaran MMP yang dimaksud adalah model pembelajaran
terstruktur yang meliputi review, pengembangan, latihan terkontrol, seatwork,
dan penugasan (PR).
2. Kemampuan berpikir kritis matematik yang dimaksud adalah kemampuan
mengidentifikasi asumsi yang diberikan, merumuskan pokok-pokok
permasalahan, menentukan akibat dari suatu ketentuan yang diambil,
mendeteksi adanya bias berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda,
mengungkap data/definisi/teorema dalam menyelesaikan masalah dan
mengevaluasi argumen yang relevan dalam penyelesaian suatu masalah.
3. Model pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini
merupakan pembelajaran dimana guru memberi dan menjelaskan materi
pelajaran, siswa mendengarkan dan mencatat penjelasan yang disampaikan
guru, siswa belajar sendiri-sendiri, kemudian siswa mengerjakan latihan dan
16
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir
kritis matematik siswa melalui model pembelajaran Missouri Mathematics Project
(MMP). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kuasi eksperimen. Dalam penelitian ini sampel penelitian yang akan dibandingkan
sudah ada, maka peneliti tinggal mengambil dua kelompok untuk dijadikan sampel,
sebagaimana dikemukakan oleh Ruseffendi (2005 : 52) bahwa kuasi-eksperimen
subyek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subyek
seadanya.
Pada penelitian ini diberikan perlakuan terhadap variabel bebas kemudian
diamati perubahan yang terjadi pada variabel terikat. Variabel bebas yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Missouri Mathematics Project
(MMP) sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir kritis matematik
siswa. Sebagai pembanding, digunakan kelas kontrol untuk mengetahui perbedaan
kemampuan berpikir kritis matematik siswa.
Adapun desain penelitiannya adalah desain kelompok kontrol non-ekuivalen
(Ruseffendi, 2005 : 53) sebagai berikut:
O X O
17
Keterangan:
O : Pretes,Postes
X : Perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran MMP
B. Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 11
Bandung tahun pelajaran 2012/2013. Sampel yang dijadikan subjek penelitian
diambil dengan teknik Purposif Sampling dengan memilih 2 kelas yang sudah
terbentuk dan kelas yang dipilih berdasarkan pertimbangan guru matematika yang
bersangkutan. Sebagaimana pendapat Sudjana (2005 : 168) yang mengatakan
“Sampling purposif terjadi apabila pengambilan sampel dilakukan berdasarkan
pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti”. Kemudian dari dua kelas
tersebut dipilih kembali kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok
eksperimen mendapatkan model pembelajaran MMP dan kelompok kontrol
mendapatkan model pembelajaran konvensional.
C. Bahan Ajar
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun untuk tiga
pertemuan dengan materi Logaritma. RPP untuk kelas eksperimen
menggunakan model pembelajaran MMP, sedangkan untuk kelas kontrol
18
2. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa diberikan pada kelas eksperimen sedangkan untuk
kelas kontrol hanya diberikan latihan soal. LKS kelas eksperimen memuat
langkah-langkah dalam mengkonstruksi materi yang akan dipelajari dan
beberapa latihan soal kemampuan berpikir kritis matematik, dikerjakan secara
berkelompok. Latihan soal untuk kelas kontrol hanya berisi beberapa latihan
soal kemampuan berpikir kritis matematik, dikerjakan secara individu. Jumlah
LKS yang disusun sebanyak tiga buah.
3. Lembar Kerja Mandiri
Lembar Kerja Mandiri diberikan hanya kepada kelas eksperimen,
disusun sebanyak tiga buah, dikerjakan secara individu dan diberikan ketika
siswa sudah selesai mengerjakan LKS.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian digunakan untuk memperoleh data, baik kualitatif
maupun kuantitatif. Instrumen untuk memperoleh data kualitatif adalah lembar
observasi dan angket, sedangkan data kuantitatif diperoleh melalui tes (pretes dan
postes).
1. Lembar Tes
Materi tes berupa soal-soal yang terdapat pada materi yang akan diuji
cobakan. Bentuk tes yang diberikan adalah berupa tes tipe subyektif. Menurut
Suherman dan Yaya Sukjaya (1990 : 94) penyajian soal tipe subyektif dalam
bentuk uraian memiliki beberapa kelebihan diantaranya dalam menjawab soal
19
berpikir, ketelitian, sistematika penyusunan dapat dievaluasi selain itu proses
pengerjaan tes akan menimbulkan kreativitas dan aktivitas positif siswa, karena
tes tersebut menuntut siswa agar berpikir secara sistematik, menyampaikan
pendapat dan berargumentasi, mengaitkan fakta yang relevan. Oleh karena itu
tes bentuk uraian ini sangat cocok digunakan untuk mengukur kemampuan
berpikir kritis siswa. Tes ini diberikan dua kali pada kedua kelas (eksperimen
dan kontrol) yaitu tes awal sebelum perlakuan diberikan (pretes) dan tes akhir
setelah perlakuan diberikan (postes).
2. Angket
Angket yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui respon siswa. Angket ini diberikan kepada siswa kelas eksperimen
setelah berakhirnya seluruh kegiatan pembelajaran. Angket yang dibuat adalah
angket dengan skala sikap Likert, terdiri dari 4 pilihan jawaban yaitu: SS
(Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju) dan STS (Sangat Tidak Setuju).
3. Lembar Observasi
Lembar observasi yang akan digunakan pada penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui aktivitas pembelajaran (aktivitas guru, siswa, dan kondisi
kelas) melalui model pembelajaran MMP.
E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen. Prosedur dalam
20
analisis data dan tahap pembuatan kesimpulan. Adapun penjelasannya sebagai
berikut:
1. Tahap Persiapan
Langkah-langkah dalam tahap ini sebagai berikut :
a. Membuat rancangan penelitian dilanjutkan dengan seminar proposal
penelitian
b. Perizinan penelitian
c. Menyusun instrumen pembelajaran
d. Membuat instrumen penelitian
e. Melakukan uji coba instrumen tes kemampuan berpikir kritis matematik
f. Merevisi instrumen tes kemampuan berpikir kritis matematik
2. Tahap Pelaksanaan
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini sebagai berikut:
a. Memberikan tes awal (pretes) pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol
b. Implementasi model pembelajaran Missouri Mathematics Project
(MMP) pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada
kelas kontrol
c. Melakukan postes pada kedua kelas
d. Memberikan angket pada kelas eksperimen
3. Tahap analisis data
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini sebagai berikut:
21
b. Mengolah dan menganalisis hasil data yang diperoleh untuk
menjawab rumusan masalah dalam penelitian.
4. Tahap Pembuatan Kesimpulan
Membuat kesimpulan hasil penelitian berdasarkan hipotesis yang telah
dirumuskan.
F. Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen ini dilakukan untuk mengetahui kualitas atau kelayakan
instrumen yang akan digunakan. Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian
dikonsultasikan terlebih dahulu pada dosen pembimbing dan guru matematika di
sekolah. Selanjutnya instrumen tersebut diujicobakan kepada siswa di luar sampel
yang memiliki karakteristik yang serupa dengan sampel yang akan diteliti. Adapun
waktu pelaksanaan uji instrumen dilakukan pada tanggal 9 Agustus 2012 pada 37
orang siswa kelas XI IPA dengan materi Logaritma. Soal yang diujicobakan
berjumlah 6 dengan skor maksimal 77. Adapun pengolahan data uji instrumen ini
menggunakan program Microsoft Excel. Unsur-unsur yang diukur adalah sebagai
berikut:
1. Validitas Butir Soal
Validitas butir soal dihitung menggunakan rumus koefisien korelasi
menggunakan angka kasar (raw score) (Suherman, 1990 : 154)
22
= Jumlah skor total ke i dikalikan skor setiap siswai
= Jumlah total skor kuadrat siswa
Untuk mengetahui klasifikasi koefisien validitas digunakan kriteria
(Suherman, 1990 : 147) berikut ini :
Tabel 3.1
Klasifikasi Koefisien Validitas
Adapun hasil pengolahan validitas butir soal disajikan dalam tabel
sebagai berikut:
Tabel 3.2
Hasil Perhitungan Validitas Butir Soal
No. Soal rxy Kriteria Validitas
1 0,4238 Sedang (Cukup)
2 0,7049 Tinggi (Baik)
3 0,5022 Sedang (Cukup)
No Koefisien Validitas Kriteria
23
No. Soal rxy Kriteria Validitas
4 0,3241 Rendah
nomor 4. Perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran C.2.
2. Reliabilitas
Koefisien reliabilitas soal tipe uraian dihitung dengan menggunakan
rumus Cronbach Alpha (Suherman, 1990 : 182) yaitu:
= jumlah skor kuadrat setiap item24
n = jumlah subjek
Adapun klasifikasi derajat reliabilitas menurut Guilford (Suherman,
1990 : 177) berikut dalam tabel:
Tabel 3.3
Klasifikasi Derajat Reliabilitas
No. Derajat Reliabilitas Kriteria
1.
Hasil perhitungan derajat reliabilitas menunjukkan angka 0,38 artinya
reliabilitas tes tergolong rendah. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran C.3.
3. Daya Pembeda
Daya pembeda tipe uraian dihitung dengan menggunakan rumus
berikut:
X = Rata-rata siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar atau
25
B
X = Rata-rata siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
atau rata-rata kelompok bawah
SMI = Skor Maksimal Ideal
Adapun klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda (Suherman, 1990 :
202) disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.4
Hasil perhitungan daya pembeda tes disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 3.5
Hasil Perhitungan Daya Pembeda Butir Soal
No. Soal Daya Pembeda Kriteria
1 0,23 Cukup
pembeda yang baik yaitu soal nomor 2 dan 5, tiga soal dengan daya pembeda
26
jelek yaitu soal nomor 4. Perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada
lampiran C.4.
4. Indeks Kesukaran
Indeks kesukaran soal tipe uraian dihitung dengan menggunakan rumus
berikut ini:
Keterangan:
IK = Indeks Kesukaran
X = Rata-rata
SMI = Skor Maksimal Ideal
Adapun klasifikasi indeks kesukaran (Suherman, 1990 : 213) disajikan
dalam tabel berikut:
Tabel 3.6
Klasifikasi Indeks Kesukaran
No. Indeks Kesukaran Kriteria
1. IK 0,00 Terlalu sukar
2. 0,00IK0,30 Sukar
3. 0,30IK0,70 Sedang
4. 0,70IK1,00 Mudah
5. IK 1,00 Terlalu mudah
Hasil perhitungan Indeks Kesukaran tes disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 3.7
Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Butir Soal
No. Soal Indeks Kesukaran Kritera
27
No. Soal Indeks Kesukaran Kritera
4 0,26 Sukar
5 0,55 Sedang
6 0,65 Sedang
Berdasarkan Tabel 3.7 diketahui bahwa terdapat 2 soal memiliki indeks
kesukaran sukar yaitu soal nomor 3 dan 4, tiga soal dengan indeks kesukaran
sedang yaitu soal nomor 1, 5, 6 dan satu soal dengan indeks kesukaran mudah
yaitu soal nomor 1. Perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran C.5.
Tabel 3.8
Rekapitulasi Hasil Keseluruhan
No. Soal Validitas Daya Pembeda Indeks
Kesukaran
Keterangan
1 Sedang (Cukup) Cukup Mudah Digunakan
2 Tinggi (Baik) Baik Sedang Digunakan
3 Sedang (Cukup) Cukup Sukar Digunakan
4 Rendah Jelek Sukar Diperbaiki
5 Sedang (Cukup) Baik Sedang Digunakan
6 Sedang (Cukup) Cukup Sedang Digunakan
G. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
kualitatif dan analisis data kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes yaitu
pretest dan postest. Data kualitatif diperoleh dari angket dan lembar observasi. Data
diolah dengan menggunakan SPSS 17.0 for Windows. Prosedur analisis dari tiap
28
1. Analisis Data Kuantitatif
Data yang diperoleh adalah hasil pretes, postes dan gain ternormalisasi
dari kedua kelas baik eksperimen maupun kelas kontrol. Alur analisis data
kuantitatif dari hasil pretes, postes dan gain ternormalisai secara umum
digambarkan dalam bagan berikut:
Bagan 3.1
Alur Analisis Data Kuantitatif
Adapun langkah-langkah secara khusus pengolahan data kuantitatif
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Analisis Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tujuan dilakukan pretes atau tes awal ini adalah untuk mengetahui
kemampuan awal berpikir kritis matematik siswa kedua kelas serta untuk
mengetahui kesiapan siswa pada kedua kelas dalam menerima materi baru. Data Pretes, Postes dan Gain
Ternormalisasi
Normal
Homogen
Uji t
Tidak Homogen
Uji t'
Tidak Normal
29
Pengolahannya dilakukan dengan menggunakan software SPSS
versi 17.0 for Windows. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk
mengolah data hasil pretes kedua kelas adalah sebagai berikut:
1) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji data pretes yang
diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak
berdistribusi normal. Sampel dalam penelitian berjumlah lebih dari 30
orang yaitu 36 orang dan 31 orang sehingga pengujian normalitas data
pretes menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan taraf signifikansi 5%.
Pada hasil data pretes salah satu kelas tidak berdistribusi normal maka
selanjutnya dilakukan uji non parametrik Mann-Whitney.
2) Uji Perbedaan Dua Rata-Rata
Uji perbedaan dua rata-rata yang digunakan adalah uji non
parametrik Mann-Whitney. Pengujian ini digunakan untuk melihat
perbedaan rata-rata data pretes kedua kelas.
b. Analisis Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Hasil dari pretes kedua kelas menunjukkan kemampuan yang
berbeda maka data yang digunakan untuk mengetahui peningkatan
kemampuan berpikir kritis matematik siswa adalah data gain
ternormalisasi (indeks gain). Gain ternormalisasi (indeks gain) dihitung
dengan menggunakan rumus menurut Meltzer&Hake (Suhendar, 2011 :
30
postes- pretes indeks gain =
skor maks - pretes
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengolah data gain
ternormalisasi kedua kelas adalah sebagai berikut:
1) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji data gain
ternormalisasi yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi
normal atau tidak berdistribusi normal. Pengujian normalitas data gain
ternormalisasi menggunakan uji Shapiro-Wilk. Pada hasil data gain
ternormalisasi kedua kelas tidak berdistribusi normal maka
dilanjutkan dengan uji non parametrik Mann-Whitney.
2) Uji Perbedaan Dua Rata-Rata
Uji perbedaan dua rata-rata (satu pihak) yang digunakan
adalah uji non parametrik Mann-Whitney. Pengujian ini digunakan
untuk melihat perbedaan rata-rata data gain ternormalisasi kedua
kelas.
Adapun kriteria tingkat indeks gain menurut Hake (Suhendar,
2011:45) disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.9 Kriteria Indeks Gain
Indeks Gain Kriteria
g > 0,7 Tinggi
0,3 < g ≤ 0,7 Sedang
31
2. Analisis Data Kualitatif
a. Analisis Angket Siswa
Setelah angket siswa terkumpul, dilakukan penskoran. Pembobotan
yang sering dipakai dalam mentransfer skala kualitatif ke dalam skala
kuantitatif menurut Suherman (1990 : 236) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.10
Kemudian dilakukan penghitungan rata-rata skor dengan menggunakan
rumus menurut Suherman (Suhendar, 2011 : 237) sebagai berikut:
WF
Berikut penafsiran hasil rata-rata skor angket:
X.>3 Siswa memiliki respon positif terhadap pembelajaran matematika
dengan menerapkan model pembelajaran MMP
X=3 Siswa memiliki respon netral terhadap pembelajaran matematika
32
X<3 Siswa memiliki respon negatif terhadap pembelajaran matematika
dengan menerapkan model pembelajaran MMP
Untuk melihat persentase respon siswa terhadap pembelajaran yang
dilakukan, maka digunakan rumus sebagai berikut:
frekuensi jawaban
Persentase jawaban = 100% banyak responden
Kemudian dengan menggunakan kriteria Kuntjaraningrat (Rohaeti,
2009:46) besar perhitungan dapat ditafsirkan sebagai berikut:
Tabel 3.11
Klasifikasi Kategori Angket
Besar Presentase (%) Interpretasi
0 Tidak ada
1 – 25 Sebagian kecil
26 – 49 Hampir setengahnya
50 Setengahnya
51 – 75 Sebagian besar
76 – 99 Pada umumnya
100 Seluruhnya
b. Analisis Lembar Observasi
Data yang terkumpul dikelompokkan berdasarkan permasalahan yang
56
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan pada hasil penelitian yang dilakukan,
maka dapat ditarik kesimpulan mengenai pengaruh model pembelajaran Missouri
Mathematics Project (MMP) terhadap kemampuan berpikir kritis matematik
siswa sebagai berikut:
1. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran MMP lebih baik
daripada peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional.
2. Respon siswa terhadap model pembelajaran Missouri Mathematics Project
(MMP) secara umum positif.
B. Saran
Berdasarkan uraian pada hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan,
maka terdapat beberapa hal yang disarankan diantaranya:
1. Model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) dapat
dijadikan sabagai salah satu alternatif pembelajaran matematika untuk
57
2. Penelitian selanjutnya mengenai penggunaan model Missouri
Mathematics Project (MMP) dapat dilakukan pada materi, indikator dan
kompetensi matematik yang berbeda dengan subyek penelitian yang lebih
58
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. (2003). Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SD dan MI. Jakarta: Depdiknas.
Fachrurazi. (2011). Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal : tidak diterbitkan
Hidayat, W. (2011). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif
Matematik Siswa melalui Pembelajaran Kooperatif Think-Talk-Write (TTW).
Tesis Magister pada PPS UPI:Tidak Diterbitkan
Krismanto. (2003). Beberapa Teknik, Model, dan Strategi dalam Pembelajaran
Matematika. [Online]. Tersedia : http://www.PPPG.com [Desember 2011]
Mahmudi, A. (2009). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Siswa melalui
Pembelajaran Matematika Realistik. Makalah Seminar Nasional: FMIPA
UNY Yogyakarta.
Mulyana, T. (2008). Pembelajaran Analitik Sintetik untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi Doktor pada PPS UPI:Tidak Diterbitkan.
Mustafa, I. (2011). Penerapan Model Osborn untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis Matematis Siswa SMA. Skripsi FPMIPA UPI. Bandung;
Tidak diterbitkan.
National Council of Teachers of Mathematics. (2000). Principles and Standards
for School Mathematics. [Online]. Tersedia: http:// www.nctm.org/standars/overview. htm [Januari 2012]
Purwanita, Y. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Missouri Mathematics
Project (MMP) dalam Upaya Meningkatkan Penalaran dan Kemandirian Belajar Siswa SMA (Studi Eksperimen terhadap Siswa Kelas X SMA Laboratorium Percontohan UPI). Skripsi FPMIPA UPI. Bandung: Tidak
diterbitkan.
Puskur. (2002). Kurikulum dan Hasil Belajar: Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Matematika Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Balitbang
Widyantini.
Puspitasari, R. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Missouri Mathematics
59
Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMP. Skripsi FPMIPA UPI.
Bandung: Tidak diterbitkan.
Rakhmasari, R. (2010). Pengaruh Hands on Actifity dan Minds on Actifity dalam
Pembelajaran Kontekstual Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Skripsi FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
Rohaeti, A. (2009). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Missouri
Mathematics Project (MMP) dalam Pembelajaran Matematika terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMA. Skripsi
FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
Russeffendi. (2005). Dasar - Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang
Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito Bandung.
Sembiring, T. (2010). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi
Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Analitik Sintetik. Tesis pada PPS UPI:Tidak Diterbitkan.
Soedjadi, R. (2004). PMRI dan KBK dalam Era Otonomi Pendidikan. Buletin PMRI. Edisi III, Jan 2004. Bandung: KPPMT ITB Bandung.
Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Suhendar, H. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay -
Two Stray Dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMA (Studi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas X SMAN 9 Bandung). Skripsi FPMIPA UPI.
Bandung: Tidak diterbitkan.
Suherman, E dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis Untuk Melaksanakan
Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157