• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA SMA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT : Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas X SMAN 11 Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA SMA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT : Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas X SMAN 11 Bandung."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA SMA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP)

(Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas X SMAN 11 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Matematika

Oleh: Ririn Kurniawati

(0807552)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR

KRITIS MATEMATIK SISWA SMA MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN

MISSOURI MATHEMATICS PROJECT

(MMP)

Oleh Ririn Kurniawati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Ririn Kurniawati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA SMA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP)

(Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas X SMAN 11 Bandung)

Oleh: Ririn Kurniawati

0807552

Disetujui dan Disahkan Oleh:

Pembimbing I

Dra. Hj. Ade Rohayati, M.Pd NIP. 196005011985032002

Pembimbing II

Drs. H. Cece Kustiawan, M.Si NIP. 196612131992031001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan berpikir kritis matematik siswa di Bandung berdasarkan hasil dari Tim Survey IMSTEP-JICA (Fachrurazi, 2011 : 77) yang menemukan bahwa siswa di Bandung masih sulit dalam kegiatan pembuktian pemecahan masalah yang memerlukan penalaran matematis, menemukan, generalisasi atau konjektur, dan menemukan hubungan antara data-data atau fakta yang diberikan. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang memerlukan kemampuan berpikir kritis. Dengan demikian kemampuan berpikir kritis matematik ini perlu ditingkatkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) mengetahui apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran MMP lebih baik daripada peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional 2) mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan desain kelas kontrol non-ekuivalen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 11 Bandung dengan sampel dua kelas yang diambil dengan teknik purposif, satu kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran MMP dan satu kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Materi pokok bahasan dalam penelitian ini adalah Logaritma. Data diperoleh dari hasil instrumen soal pretes dan postes kemampuan berpikir kritis matematik, angket respon siswa, dan lembar observasi. Hasil yang diperoleh setelah melakukan penelitian adalah: 1) peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran MMP lebih baik daripada peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional 2) respon siswa terhadap model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) secara umum positif.

(5)

ABSTRACT

The research was motivated by the low of critical mathematics thinking skills of high school students, based on the results of the Bandung IMSTEP-JICA Survey Team (Fachrurazi, 2011: 77) who found that high school students in Bandung is still proving difficult in problem-solving activities that require mathematical reasoning, finding, generalization or conjecture, and find relationships between data or facts given. These activities are require critical thinking skills. So that critical mathematics thinking skills is to be improved. The purpose of this study was to: 1) determine an increase in critical mathematics thinking skills of students who are learned by using the model of Missouri Mathematics Project learning than students who learned in the conventional mathematical learning model 2) determine students' attitudes towards learning mathematics using models Missouri Mathematics Project (MMP) learning. The method used in this study is quasi-experimental design with control classes are not equivalent. The population in this study were all students of class X SMAN 11 Bandung with samples taken two classes with purposive technique, an experimental class that uses a learning model MMP and control classes using conventional learning models. Subject material in this study is Logarithmic. Data obtained from the instrument about pretest and posttest critical thinking skills of mathematics, students' questionnaire responses, and the observation sheet. Results obtained after conducting the study were: 1) to improve critical thinking skills of students who received learning math with learning models Missouri Mathematics Project (MMP) is better than critical thinking ability mathematical learning mathematics students who received conventional 2) students' attitudes toward learning models Missouri Mathematics Project (MMP) was generally positive.

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR BAGAN ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Operasional ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Berpikir Kritis Matematik ... 8

B. Missouri Mathematics Project ... 10

C. Struktur Pengajaran Matematika ... 14

D. Hipotesis ... 15

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 16

(7)

C. Bahan Ajar ... 17

D. Instrumen Penelitian ... 18

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 19

F. Uji Coba Instrumen ... 21

G. Analisis Data ... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 33

B. Pembahasan ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 56

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan antara pembelajaran konvensional dan

pembelajaran MMP ... 13

Tabel 3.1 Klasifikasi koefisien validitas... 22

Tabel 3.2 Hasil perhitungan validitas butir soal ... 22

Tabel 3.3 Klasifikasi derajat reliabilitas ... 24

Tabel 3.4 Klasifikasi daya pembeda ... 25

Tabel 3.5 Hasil perhitungan daya pembeda butir soal... 25

Tabel 3.6 Klasifikasi indeks kesukaran ... 26

Tabel 3.7 Hasil perhitungan indeks kesukaran butir soal ... 26

Tabel 3.8 Rekapituasi hasil keseluruhan ... 27

Tabel 3.9 Kriteria Indeks Gain ... 30

Tabel 3.10 Kategori jawaban angket ... 31

Tabel 3.11 Klasifikasi kategori angket ... 32

Tabel 4.1 Statistik deskriptif data pretes ... 34

Tabel 4.2 Uji normalitas pretes... 35

Tabel 4.3 Uji Mann-Whitney data pretes ... 37

Tabel 4.4 Statistik deskriptif data gain ternormalisasi ... 38

Tabel 4.5 Uji normalitas gain ternormalisasi... 39

Tabel 4.6 Uji Mann-Whitney data gain ternormalisasi ... 41

(9)

Tabel 4.8 Kriteria hasil angket respon siswa terhadap model

pembelajaran MMP ... 43

Tabel 4.9 Kriteria hasil angket respon siswa terhadap peningkatan

kemampuan berpikir kritis matematis siswa ... 47

Tabel 4.10 Hasil observasi terhadap aktivitas guru ... 49

(10)

DAFTAR BAGAN

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

A.1 Kisi-kisi Tes Matematika ... 60

A.2 Soal Tes Matematika ... 64

A.3 Kisi-kisi Angket ... 65

A.4 Angket... ... 66

A.5 Lembar Observasi ... 68

LAMPIRAN B B.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 70

B.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 92

B.3 Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen ... 111

B.4 Latihan Soal Kelas Kontrol ... 129

B.5 Lembar Kerja Mandiri ... 134

LAMPIRAN C C.1 Skor Uji Coba Instrumen Tes ... 137

C.2 Validitas Hasil Uji Coba Instrumen ... 139

C.3 Reliabilitas Hasil Uji Coba Instrumen ... 140

C.4 Daya Pembeda Hasil Uji Coba Instrumen ... 141

C.5 Indeks Kesukaran Hasil Uji Coba Instrumen ... 142

LAMPIRAN D

(12)

D.2 Data Skor Pretes, Postes dan Gain Ternormalisasi Kelas Kontrol ... 144

D.3 Output Analisis Data Pretes dengan SPSS 17.0 ... 145

D.4 Output Analisis Data Gain Ternormalisasi dengan SPSS 17.0 ... 147

LAMPIRAN E E.1 Rekapitulasi Hasil Angket ... 149

E.2 Rekapitulasi Hasil Lembar Observasi ... 151

LAMPIRAN F F.1 Contoh Jawaban Uji Instrumen ... 153

F.2 Contoh Jawaban Pretes Kelas Eksperimen ... 155

F.3 Contoh Jawaban Pretes Kelas Kontrol ... 157

F.4 Contoh Jawaban Postes Kelas Eksperimen ... 160

F.5 Contoh Jawaban Postes Kelas Kontrol ... 164

F.6 Contoh Jawaban LKS ... 166

F.7 Contoh Jawaban Lembar Kerja Mandiri ... 185

F.8 Contoh Jawaban Latihan Soal Kelas Kontrol ... 192

F.9 Contoh Isian Lembar Observasi ... 198

F.10 Contoh Jawaban Angket ... 204

LAMPIRAN G G.1 Surat Izin Uji Instrumen ... 210

G.2 Surat Izin Penelitian ... 211

(13)

G.4 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 213

LAMPIRAH H

H.1 Hasil Dokumentasi ... 214

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan suatu mata pelajaran yang memiliki peranan

penting bagi disiplin ilmu yang lain dan memajukan daya pikir manusia. Selain itu

saat ini matematika dianggap sebagai program pendidikan yang berperan dalam

pengembangan IPTEK. Perkembangan IPTEK saat ini memungkinkan semua

pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber.

Hal ini menuntut seseorang untuk memiliki kemampuan mendapatkan, memilih

dan mengolah informasi atau pengetahuan dengan efektif dan efisien. Oleh karena

itu diperlukan sistem pendidikan yang berorientasi pada pemecahan masalah,

kemampuan berpikir kritis, kreatif, sistematis dan logis. (Depdiknas, 2003).

Selaras dengan pernyataan tersebut Sembiring (2010 : 3) mengatakan

bahwa “Dengan belajar matematika keterampilan berpikir siswa akan meningkat

karena pola berpikir yang dikembangkan matematika membutuhkan dan

melibatkan pemikiran kritis, sistematis, logis dan kreatif”. Selain itu Hidayat

(2011 : 2) mengatakan bahwa “Kemampuan berpikir kritis dan kreatif merupakan

suatu hal yang amat penting dalam masyarakat modern, karena dapat membuat

manusia menjadi lebih fleksibel secara mental, terbuka dan mudah menyesuaikan

dengan berbagai situasi dan permasalahan”. Oleh karena itu penguasaan

matematika seseorang sangat dibutuhkan dalam penguasaan IPTEK. Tidak heran

(15)

2

Pemberian mata pelajaran matematika ini tentu ada tujuannya, menurut

Puskur (2002)

“Tujuan pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah adalah untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efisien dan efektif”.

Selain itu menurut Soedjadi (2004) bahwa “Pendidikan matematika

memiliki dua tujuan besar yang meliputi (1) tujuan yang bersifat formal yang

memberi tekanan pada penataan nalar anak serta pembentukan pribadi anak dan

(2) tujuan yang bersifat material yang memberi tekanan pada penerapan

matematika serta kemampuan memecahkan masalah matematika”.

Hal tersebut selaras dengan standar kurikulum dan evaluasi matematika

(NCTM, 2000) yaitu membuat siswa memiliki kemampuan untuk:

1. Menjadi percaya diri dengan kemampuannya untuk mengerjakan

matematika

2. Mampu memecahkan masalah matematika

3. Belajar berkomunikasi matematika

4. Belajar untuk memberikan alasan/berpikir secara matematik

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa salah satu tujuan pembelajaran

matematika adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Ennis

(Mulyana, 2008 : 29) mengatakan bahwa „Berpikir kritis adalah berpikir secara

beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang

apa yang harus dipercayai atau dilakukan‟. Sedangkan Krulik dan Rudnick

(16)

3

dalam matematika adalah berpikir yang menguji, mempertanyakan,

menghubungkan, mengevaluasi semua aspek yang ada dalam situasi ataupun

suatu masalah‟.

Pentingnya kemampuan berpikir kritis dalam matematika faktanya belum

tercapai. Rakhmasari (2010: 4) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa

“Siswa SMP masih sulit untuk membuat kesimpulan, memahami permasalahan,

dan memberikan alasan atas jawaban yang dihasilkan. Tim Survey IMSTEP-JICA

(Fachrurazi, 2011 : 77) di kota Bandung berikutnya menemukan bahwa „Sejumlah

kegiatan yang dianggap sulit oleh siswa untuk mempelajarinya dan oleh guru

untuk mengajarkannya antara lain, pembuktian pemecahan masalah yang

memerlukan penalaran matematis, menemukan, generalisasi atau konjektur, dan

menemukan hubungan antara data-data atau fakta yang diberikan‟.

Kegiatan-kegiatan yang dianggap sulit tersebut merupakan Kegiatan-kegiatan yang menuntut

kemampuan berpikir kritis. Hasil penelitian Mustofa (2011 : 3) juga mengatakan

bahwa “Siswa SMA mengalami kesulitan dalam memberikan alasan atas jawaban

yang mereka temukan”. Oleh karena itu dapat disimpulkan dari hasil survei

tersebut bahwa siswa mengalami kesulitan jika dihadapkan kepada persoalan yang

memerlukan kemampuan berpikir kritis.

Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa ini dipengaruhi oleh beberapa

faktor seperti yang dikemukakan oleh Mahmudi (2009 : 2)

(17)

4

Saat ini proses pembelajaran matematika masih didominasi oleh guru

dengan model ceramah atau ekspositori. Hendriana (Hidayat, 2011 : 5)

mengatakan bahwa „Pola pembelajaran ceramah dan ekspositori ini kurang

menanamkan pemahaman konsep, karena siswa kurang aktif‟. Selaras dengan

pendapat tersebut Hidayat (20011:4)

... pembelajaran hingga dewasa ini masih didominasi guru dan kurang memberikan akses bagi siswa untuk berkembang secara mandiri melalui kegiatan belajar yang mengutamakan penemuan konsep. Para siswa cenderung hanya menghapalkan sejumlah rumus, perhitungan dan langkah-langkah penyelesaian soal yang telah dikerjakan guru atau yang ada di buku teks.

Akibatnya jika siswa diberi soal yang berbeda dengan soal yang telah

diselesaikan oleh gurunya, maka siswa akan kesulitan untuk menyelesaikan

karena tidak memahami konsep. Hal ini menyebabkan daya serap siswa dalam

matematika rendah.

Dengan demikian diperlukan suatu pembelajaran yang memfasilitasi

dalam peningkatan kemampuan bepikir kritis seperti yang dikemukakan oleh

Hidayat (2011 : 5) “Oleh karena itu pada pembelajaran matematik di sekolah

hendaknya siswa dilatih untuk memiliki keterampilan berpikir kritis dan kreatif

dalam memperoleh, memilih dan mengolah informasi agar dapat bertahan dalam

keadaan yang selalu berubah dan kompetitif”. Salah satu model pembelajaran

yang dapat memfasilitasi peningkatan kemampuan berpikir kritis adalah Missouri

Mathematics Project (MMP).

Model pembelajaran ini menurut Gitaniasari (Puspitasari, 2010 : 4)

(18)

5

efektivitas penggunaan latihan-latihan agar siswa mencapai peningkatan yang luar

biasa. Widdiharto (2004 : 29) menyatakan bahwa “Kegiatan dari model

pembelajaran MMP ini secara empiris terdiri atas lima tahap yaitu: review,

pengembangan, latihan terkontrol, seatwork dan penugasan/PR”.

Karakteristik dari model pembelajaran MMP ini terletak pada adanya

Lembar Tugas Proyek. Rosani (Rohaeti, 2009: 4) menyatakan bahwa „Lembar

Tugas Proyek ini antara lain dimaksudkan untuk : memperbaiki komunikasi,

penalaran, hubungan interpersonal, keterampilan membuat keputusan, dan

keterampilan memecahkan masalah‟. Keterampilan membuat keputusan dan

keterampilan memecahkan masalah adalah salah satu indikator dari kemampuan

berpikir kritis matematik seperti yang dikemukakan Mulyana (2008 : 33)

Kemampuan berpikir kritis mencakup: (1) Kemampuan

mengidentifikasi asumsi yang diberikan; (2) Kemampuan merumuskan pokok-pokok permasalahan; (3) Kemampuan menentukan akibat dari suatu ketentuan yang diambil; (4) Kemampuan mendeteksi adanya bias berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda; (5) Kemampuan mengungkap data/definisi/teorema dalam menyelesaikan masalah; (6) Kemampuan mengevaluasi argumen yang relevan dalam penyelesaian suatu masalah.

Dengan demikian model pembelajaran MMP ini dapat memfasilitasi

siswa dalam peningkatan kemampuan berpikir kritisnya. Berdasarkan uraian di

atas, penulis tertarik untuk menyusun penelitian dengan judul “Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa SMA melalui Model

(19)

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka masalah

dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang

pembelajarannya menggunakan model pembelajaran MMP lebih baik

daripada peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang

pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional?

2. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan

menggunakan model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP)?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian

yang dilakukan bertujuan untuk :

1. Mengetahui apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa

yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran MMP lebih baik

daripada peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang

pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional.

2. Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan

menggunakan model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP).

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa, dengan diterapkannya model pembelajaran ini diharapkan dapat

(20)

7

2. Bagi guru, dengan dilaksanakannya penelitian ini, guru dapat mengetahui

variasi model belajar mengajar khususnya pembelajaran MMP sebagai salah

satu model untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

3. Bagi peneliti, mendapat pengalaman menerapkan model pembelajaran MMP

yang kelak dapat diterapkan saat terjun di lapangan.

E. Definisi Operasional

1. Model pembelajaran MMP yang dimaksud adalah model pembelajaran

terstruktur yang meliputi review, pengembangan, latihan terkontrol, seatwork,

dan penugasan (PR).

2. Kemampuan berpikir kritis matematik yang dimaksud adalah kemampuan

mengidentifikasi asumsi yang diberikan, merumuskan pokok-pokok

permasalahan, menentukan akibat dari suatu ketentuan yang diambil,

mendeteksi adanya bias berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda,

mengungkap data/definisi/teorema dalam menyelesaikan masalah dan

mengevaluasi argumen yang relevan dalam penyelesaian suatu masalah.

3. Model pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini

merupakan pembelajaran dimana guru memberi dan menjelaskan materi

pelajaran, siswa mendengarkan dan mencatat penjelasan yang disampaikan

guru, siswa belajar sendiri-sendiri, kemudian siswa mengerjakan latihan dan

(21)

16

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir

kritis matematik siswa melalui model pembelajaran Missouri Mathematics Project

(MMP). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kuasi eksperimen. Dalam penelitian ini sampel penelitian yang akan dibandingkan

sudah ada, maka peneliti tinggal mengambil dua kelompok untuk dijadikan sampel,

sebagaimana dikemukakan oleh Ruseffendi (2005 : 52) bahwa kuasi-eksperimen

subyek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subyek

seadanya.

Pada penelitian ini diberikan perlakuan terhadap variabel bebas kemudian

diamati perubahan yang terjadi pada variabel terikat. Variabel bebas yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Missouri Mathematics Project

(MMP) sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir kritis matematik

siswa. Sebagai pembanding, digunakan kelas kontrol untuk mengetahui perbedaan

kemampuan berpikir kritis matematik siswa.

Adapun desain penelitiannya adalah desain kelompok kontrol non-ekuivalen

(Ruseffendi, 2005 : 53) sebagai berikut:

O X O

(22)

17

Keterangan:

O : Pretes,Postes

X : Perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran MMP

B. Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 11

Bandung tahun pelajaran 2012/2013. Sampel yang dijadikan subjek penelitian

diambil dengan teknik Purposif Sampling dengan memilih 2 kelas yang sudah

terbentuk dan kelas yang dipilih berdasarkan pertimbangan guru matematika yang

bersangkutan. Sebagaimana pendapat Sudjana (2005 : 168) yang mengatakan

“Sampling purposif terjadi apabila pengambilan sampel dilakukan berdasarkan

pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti”. Kemudian dari dua kelas

tersebut dipilih kembali kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok

eksperimen mendapatkan model pembelajaran MMP dan kelompok kontrol

mendapatkan model pembelajaran konvensional.

C. Bahan Ajar

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun untuk tiga

pertemuan dengan materi Logaritma. RPP untuk kelas eksperimen

menggunakan model pembelajaran MMP, sedangkan untuk kelas kontrol

(23)

18

2. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa diberikan pada kelas eksperimen sedangkan untuk

kelas kontrol hanya diberikan latihan soal. LKS kelas eksperimen memuat

langkah-langkah dalam mengkonstruksi materi yang akan dipelajari dan

beberapa latihan soal kemampuan berpikir kritis matematik, dikerjakan secara

berkelompok. Latihan soal untuk kelas kontrol hanya berisi beberapa latihan

soal kemampuan berpikir kritis matematik, dikerjakan secara individu. Jumlah

LKS yang disusun sebanyak tiga buah.

3. Lembar Kerja Mandiri

Lembar Kerja Mandiri diberikan hanya kepada kelas eksperimen,

disusun sebanyak tiga buah, dikerjakan secara individu dan diberikan ketika

siswa sudah selesai mengerjakan LKS.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian digunakan untuk memperoleh data, baik kualitatif

maupun kuantitatif. Instrumen untuk memperoleh data kualitatif adalah lembar

observasi dan angket, sedangkan data kuantitatif diperoleh melalui tes (pretes dan

postes).

1. Lembar Tes

Materi tes berupa soal-soal yang terdapat pada materi yang akan diuji

cobakan. Bentuk tes yang diberikan adalah berupa tes tipe subyektif. Menurut

Suherman dan Yaya Sukjaya (1990 : 94) penyajian soal tipe subyektif dalam

bentuk uraian memiliki beberapa kelebihan diantaranya dalam menjawab soal

(24)

19

berpikir, ketelitian, sistematika penyusunan dapat dievaluasi selain itu proses

pengerjaan tes akan menimbulkan kreativitas dan aktivitas positif siswa, karena

tes tersebut menuntut siswa agar berpikir secara sistematik, menyampaikan

pendapat dan berargumentasi, mengaitkan fakta yang relevan. Oleh karena itu

tes bentuk uraian ini sangat cocok digunakan untuk mengukur kemampuan

berpikir kritis siswa. Tes ini diberikan dua kali pada kedua kelas (eksperimen

dan kontrol) yaitu tes awal sebelum perlakuan diberikan (pretes) dan tes akhir

setelah perlakuan diberikan (postes).

2. Angket

Angket yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui respon siswa. Angket ini diberikan kepada siswa kelas eksperimen

setelah berakhirnya seluruh kegiatan pembelajaran. Angket yang dibuat adalah

angket dengan skala sikap Likert, terdiri dari 4 pilihan jawaban yaitu: SS

(Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju) dan STS (Sangat Tidak Setuju).

3. Lembar Observasi

Lembar observasi yang akan digunakan pada penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui aktivitas pembelajaran (aktivitas guru, siswa, dan kondisi

kelas) melalui model pembelajaran MMP.

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen. Prosedur dalam

(25)

20

analisis data dan tahap pembuatan kesimpulan. Adapun penjelasannya sebagai

berikut:

1. Tahap Persiapan

Langkah-langkah dalam tahap ini sebagai berikut :

a. Membuat rancangan penelitian dilanjutkan dengan seminar proposal

penelitian

b. Perizinan penelitian

c. Menyusun instrumen pembelajaran

d. Membuat instrumen penelitian

e. Melakukan uji coba instrumen tes kemampuan berpikir kritis matematik

f. Merevisi instrumen tes kemampuan berpikir kritis matematik

2. Tahap Pelaksanaan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini sebagai berikut:

a. Memberikan tes awal (pretes) pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol

b. Implementasi model pembelajaran Missouri Mathematics Project

(MMP) pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada

kelas kontrol

c. Melakukan postes pada kedua kelas

d. Memberikan angket pada kelas eksperimen

3. Tahap analisis data

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini sebagai berikut:

(26)

21

b. Mengolah dan menganalisis hasil data yang diperoleh untuk

menjawab rumusan masalah dalam penelitian.

4. Tahap Pembuatan Kesimpulan

Membuat kesimpulan hasil penelitian berdasarkan hipotesis yang telah

dirumuskan.

F. Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen ini dilakukan untuk mengetahui kualitas atau kelayakan

instrumen yang akan digunakan. Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian

dikonsultasikan terlebih dahulu pada dosen pembimbing dan guru matematika di

sekolah. Selanjutnya instrumen tersebut diujicobakan kepada siswa di luar sampel

yang memiliki karakteristik yang serupa dengan sampel yang akan diteliti. Adapun

waktu pelaksanaan uji instrumen dilakukan pada tanggal 9 Agustus 2012 pada 37

orang siswa kelas XI IPA dengan materi Logaritma. Soal yang diujicobakan

berjumlah 6 dengan skor maksimal 77. Adapun pengolahan data uji instrumen ini

menggunakan program Microsoft Excel. Unsur-unsur yang diukur adalah sebagai

berikut:

1. Validitas Butir Soal

Validitas butir soal dihitung menggunakan rumus koefisien korelasi

menggunakan angka kasar (raw score) (Suherman, 1990 : 154)

(27)

22

= Jumlah skor total ke i dikalikan skor setiap siswa

i

 = Jumlah total skor kuadrat siswa

Untuk mengetahui klasifikasi koefisien validitas digunakan kriteria

(Suherman, 1990 : 147) berikut ini :

Tabel 3.1

Klasifikasi Koefisien Validitas

Adapun hasil pengolahan validitas butir soal disajikan dalam tabel

sebagai berikut:

Tabel 3.2

Hasil Perhitungan Validitas Butir Soal

No. Soal rxy Kriteria Validitas

1 0,4238 Sedang (Cukup)

2 0,7049 Tinggi (Baik)

3 0,5022 Sedang (Cukup)

No Koefisien Validitas Kriteria

(28)

23

No. Soal rxy Kriteria Validitas

4 0,3241 Rendah

nomor 4. Perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran C.2.

2. Reliabilitas

Koefisien reliabilitas soal tipe uraian dihitung dengan menggunakan

rumus Cronbach Alpha (Suherman, 1990 : 182) yaitu:

= jumlah skor kuadrat setiap item

(29)

24

n = jumlah subjek

Adapun klasifikasi derajat reliabilitas menurut Guilford (Suherman,

1990 : 177) berikut dalam tabel:

Tabel 3.3

Klasifikasi Derajat Reliabilitas

No. Derajat Reliabilitas Kriteria

1.

Hasil perhitungan derajat reliabilitas menunjukkan angka 0,38 artinya

reliabilitas tes tergolong rendah. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran C.3.

3. Daya Pembeda

Daya pembeda tipe uraian dihitung dengan menggunakan rumus

berikut:

X = Rata-rata siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar atau

(30)

25

B

X = Rata-rata siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

atau rata-rata kelompok bawah

SMI = Skor Maksimal Ideal

Adapun klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda (Suherman, 1990 :

202) disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.4

Hasil perhitungan daya pembeda tes disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 3.5

Hasil Perhitungan Daya Pembeda Butir Soal

No. Soal Daya Pembeda Kriteria

1 0,23 Cukup

pembeda yang baik yaitu soal nomor 2 dan 5, tiga soal dengan daya pembeda

(31)

26

jelek yaitu soal nomor 4. Perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada

lampiran C.4.

4. Indeks Kesukaran

Indeks kesukaran soal tipe uraian dihitung dengan menggunakan rumus

berikut ini:

Keterangan:

IK = Indeks Kesukaran

X = Rata-rata

SMI = Skor Maksimal Ideal

Adapun klasifikasi indeks kesukaran (Suherman, 1990 : 213) disajikan

dalam tabel berikut:

Tabel 3.6

Klasifikasi Indeks Kesukaran

No. Indeks Kesukaran Kriteria

1. IK0,00 Terlalu sukar

2. 0,00IK0,30 Sukar

3. 0,30IK0,70 Sedang

4. 0,70IK1,00 Mudah

5. IK 1,00 Terlalu mudah

Hasil perhitungan Indeks Kesukaran tes disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 3.7

Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Butir Soal

No. Soal Indeks Kesukaran Kritera

(32)

27

No. Soal Indeks Kesukaran Kritera

4 0,26 Sukar

5 0,55 Sedang

6 0,65 Sedang

Berdasarkan Tabel 3.7 diketahui bahwa terdapat 2 soal memiliki indeks

kesukaran sukar yaitu soal nomor 3 dan 4, tiga soal dengan indeks kesukaran

sedang yaitu soal nomor 1, 5, 6 dan satu soal dengan indeks kesukaran mudah

yaitu soal nomor 1. Perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran C.5.

Tabel 3.8

Rekapitulasi Hasil Keseluruhan

No. Soal Validitas Daya Pembeda Indeks

Kesukaran

Keterangan

1 Sedang (Cukup) Cukup Mudah Digunakan

2 Tinggi (Baik) Baik Sedang Digunakan

3 Sedang (Cukup) Cukup Sukar Digunakan

4 Rendah Jelek Sukar Diperbaiki

5 Sedang (Cukup) Baik Sedang Digunakan

6 Sedang (Cukup) Cukup Sedang Digunakan

G. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data

kualitatif dan analisis data kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes yaitu

pretest dan postest. Data kualitatif diperoleh dari angket dan lembar observasi. Data

diolah dengan menggunakan SPSS 17.0 for Windows. Prosedur analisis dari tiap

(33)

28

1. Analisis Data Kuantitatif

Data yang diperoleh adalah hasil pretes, postes dan gain ternormalisasi

dari kedua kelas baik eksperimen maupun kelas kontrol. Alur analisis data

kuantitatif dari hasil pretes, postes dan gain ternormalisai secara umum

digambarkan dalam bagan berikut:

Bagan 3.1

Alur Analisis Data Kuantitatif

Adapun langkah-langkah secara khusus pengolahan data kuantitatif

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Analisis Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Tujuan dilakukan pretes atau tes awal ini adalah untuk mengetahui

kemampuan awal berpikir kritis matematik siswa kedua kelas serta untuk

mengetahui kesiapan siswa pada kedua kelas dalam menerima materi baru. Data Pretes, Postes dan Gain

Ternormalisasi

Normal

Homogen

Uji t

Tidak Homogen

Uji t'

Tidak Normal

(34)

29

Pengolahannya dilakukan dengan menggunakan software SPSS

versi 17.0 for Windows. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk

mengolah data hasil pretes kedua kelas adalah sebagai berikut:

1) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji data pretes yang

diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak

berdistribusi normal. Sampel dalam penelitian berjumlah lebih dari 30

orang yaitu 36 orang dan 31 orang sehingga pengujian normalitas data

pretes menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan taraf signifikansi 5%.

Pada hasil data pretes salah satu kelas tidak berdistribusi normal maka

selanjutnya dilakukan uji non parametrik Mann-Whitney.

2) Uji Perbedaan Dua Rata-Rata

Uji perbedaan dua rata-rata yang digunakan adalah uji non

parametrik Mann-Whitney. Pengujian ini digunakan untuk melihat

perbedaan rata-rata data pretes kedua kelas.

b. Analisis Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Hasil dari pretes kedua kelas menunjukkan kemampuan yang

berbeda maka data yang digunakan untuk mengetahui peningkatan

kemampuan berpikir kritis matematik siswa adalah data gain

ternormalisasi (indeks gain). Gain ternormalisasi (indeks gain) dihitung

dengan menggunakan rumus menurut Meltzer&Hake (Suhendar, 2011 :

(35)

30

postes- pretes indeks gain =

skor maks - pretes

Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengolah data gain

ternormalisasi kedua kelas adalah sebagai berikut:

1) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji data gain

ternormalisasi yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi

normal atau tidak berdistribusi normal. Pengujian normalitas data gain

ternormalisasi menggunakan uji Shapiro-Wilk. Pada hasil data gain

ternormalisasi kedua kelas tidak berdistribusi normal maka

dilanjutkan dengan uji non parametrik Mann-Whitney.

2) Uji Perbedaan Dua Rata-Rata

Uji perbedaan dua rata-rata (satu pihak) yang digunakan

adalah uji non parametrik Mann-Whitney. Pengujian ini digunakan

untuk melihat perbedaan rata-rata data gain ternormalisasi kedua

kelas.

Adapun kriteria tingkat indeks gain menurut Hake (Suhendar,

2011:45) disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.9 Kriteria Indeks Gain

Indeks Gain Kriteria

g > 0,7 Tinggi

0,3 < g ≤ 0,7 Sedang

(36)

31

2. Analisis Data Kualitatif

a. Analisis Angket Siswa

Setelah angket siswa terkumpul, dilakukan penskoran. Pembobotan

yang sering dipakai dalam mentransfer skala kualitatif ke dalam skala

kuantitatif menurut Suherman (1990 : 236) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.10

Kemudian dilakukan penghitungan rata-rata skor dengan menggunakan

rumus menurut Suherman (Suhendar, 2011 : 237) sebagai berikut:

WF

Berikut penafsiran hasil rata-rata skor angket:

X.>3 Siswa memiliki respon positif terhadap pembelajaran matematika

dengan menerapkan model pembelajaran MMP

X=3 Siswa memiliki respon netral terhadap pembelajaran matematika

(37)

32

X<3 Siswa memiliki respon negatif terhadap pembelajaran matematika

dengan menerapkan model pembelajaran MMP

Untuk melihat persentase respon siswa terhadap pembelajaran yang

dilakukan, maka digunakan rumus sebagai berikut:

frekuensi jawaban

Persentase jawaban = 100% banyak responden

Kemudian dengan menggunakan kriteria Kuntjaraningrat (Rohaeti,

2009:46) besar perhitungan dapat ditafsirkan sebagai berikut:

Tabel 3.11

Klasifikasi Kategori Angket

Besar Presentase (%) Interpretasi

0 Tidak ada

1 – 25 Sebagian kecil

26 – 49 Hampir setengahnya

50 Setengahnya

51 – 75 Sebagian besar

76 – 99 Pada umumnya

100 Seluruhnya

b. Analisis Lembar Observasi

Data yang terkumpul dikelompokkan berdasarkan permasalahan yang

(38)

56

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan pada hasil penelitian yang dilakukan,

maka dapat ditarik kesimpulan mengenai pengaruh model pembelajaran Missouri

Mathematics Project (MMP) terhadap kemampuan berpikir kritis matematik

siswa sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang

pembelajarannya menggunakan model pembelajaran MMP lebih baik

daripada peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang

pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional.

2. Respon siswa terhadap model pembelajaran Missouri Mathematics Project

(MMP) secara umum positif.

B. Saran

Berdasarkan uraian pada hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan,

maka terdapat beberapa hal yang disarankan diantaranya:

1. Model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) dapat

dijadikan sabagai salah satu alternatif pembelajaran matematika untuk

(39)

57

2. Penelitian selanjutnya mengenai penggunaan model Missouri

Mathematics Project (MMP) dapat dilakukan pada materi, indikator dan

kompetensi matematik yang berbeda dengan subyek penelitian yang lebih

(40)

58

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. (2003). Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SD dan MI. Jakarta: Depdiknas.

Fachrurazi. (2011). Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal : tidak diterbitkan

Hidayat, W. (2011). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif

Matematik Siswa melalui Pembelajaran Kooperatif Think-Talk-Write (TTW).

Tesis Magister pada PPS UPI:Tidak Diterbitkan

Krismanto. (2003). Beberapa Teknik, Model, dan Strategi dalam Pembelajaran

Matematika. [Online]. Tersedia : http://www.PPPG.com [Desember 2011]

Mahmudi, A. (2009). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Siswa melalui

Pembelajaran Matematika Realistik. Makalah Seminar Nasional: FMIPA

UNY Yogyakarta.

Mulyana, T. (2008). Pembelajaran Analitik Sintetik untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi Doktor pada PPS UPI:Tidak Diterbitkan.

Mustafa, I. (2011). Penerapan Model Osborn untuk Meningkatkan Kemampuan

Berpikir Kritis Matematis Siswa SMA. Skripsi FPMIPA UPI. Bandung;

Tidak diterbitkan.

National Council of Teachers of Mathematics. (2000). Principles and Standards

for School Mathematics. [Online]. Tersedia: http:// www.nctm.org/standars/overview. htm [Januari 2012]

Purwanita, Y. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Missouri Mathematics

Project (MMP) dalam Upaya Meningkatkan Penalaran dan Kemandirian Belajar Siswa SMA (Studi Eksperimen terhadap Siswa Kelas X SMA Laboratorium Percontohan UPI). Skripsi FPMIPA UPI. Bandung: Tidak

diterbitkan.

Puskur. (2002). Kurikulum dan Hasil Belajar: Kompetensi Dasar Mata Pelajaran

Matematika Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Balitbang

Widyantini.

Puspitasari, R. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Missouri Mathematics

(41)

59

Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMP. Skripsi FPMIPA UPI.

Bandung: Tidak diterbitkan.

Rakhmasari, R. (2010). Pengaruh Hands on Actifity dan Minds on Actifity dalam

Pembelajaran Kontekstual Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Skripsi FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Rohaeti, A. (2009). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Missouri

Mathematics Project (MMP) dalam Pembelajaran Matematika terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMA. Skripsi

FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Russeffendi. (2005). Dasar - Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang

Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito Bandung.

Sembiring, T. (2010). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi

Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Analitik Sintetik. Tesis pada PPS UPI:Tidak Diterbitkan.

Soedjadi, R. (2004). PMRI dan KBK dalam Era Otonomi Pendidikan. Buletin PMRI. Edisi III, Jan 2004. Bandung: KPPMT ITB Bandung.

Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Suhendar, H. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay -

Two Stray Dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMA (Studi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas X SMAN 9 Bandung). Skripsi FPMIPA UPI.

Bandung: Tidak diterbitkan.

Suherman, E dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis Untuk Melaksanakan

Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157

Gambar

Tabel 4.8 Kriteria hasil angket respon siswa terhadap model
Tabel 3.1 Klasifikasi  Koefisien Validitas
Tabel 3.3 Klasifikasi Derajat Reliabilitas
Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda
+6

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, untuk mengetahui hasil analisis kekuatan konstruksi pelat berpenegar pada setiap variasi profil penegar, penulis melakukan penelitian dengan judul “

Prinsip kerja ikhlas mengajarkan kepada kita untuk tidak selalu terpaku pada hasilnya dan lebih menitik beratkan pada prosesnya, kerja ikhlas mampu mengangkat

Berdasarkan pengamatan jumlah akar yang terbentuk pada subkultur yang berbeda dari eksplan pisang talas pada media yang berbeda diamati mulai minggu ke-1 sampai ke-5

Tetapi dalam pembelian handphone bekas, karena tidak melihat pada harga pasaran maka toko handphone sering mengalami kerugian dalam penjualan kembali handphone

Model pembelajaran ini sendiri merupakan suatu bentuk dari rangkaian pendekatan, strategi, metode, teknik dan juga taktik Teknik Pembelajaran dapat diatikan sebagai

Nyawanya meninggalkan tubuhnya dengan sebuah senyum khas di wajahnya dan video kamera mengambil gambar wajahnya dari berbagai sudut, sebagai bukti akan dua hal: (i) bahwa ini

Anak-anak yang sudah besar dan sudah lama di SOS Desa Taruna awalnya cukup sulit mengikuti peraturan maupun prinsip-prinsip yang dimiliki subyek untuk mengasuh dan

Penelitian yang dilakukan Hasdillah (2017) hasil Uji F (simultan) menunjukkan yaitu variabel LDR, NPL, NIM dan CAR berpengaruh signifikan terhadap ROA dan hasil uji t