• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Self-Compassion pada Beauty Therapist yang Bekerja di Klinik Kecantikan "X" Cimahi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Self-Compassion pada Beauty Therapist yang Bekerja di Klinik Kecantikan "X" Cimahi."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui derajat self-compassion pada beauty therapist yang bekerja di Klinik Kecantikan “X” Cimahi. Self-compassion focus pada seberapa besar individu menampilkan self-kindness, common humanity, dan mindfulness (Neff, 2003). Metode yang digunakan adalah studi deskriptif dengan teknik survey pada seluruh beauty therapist yang bekerja di Klinik Kecantikan “X” Cimahi, yaitu sebanyak 35 orang dan seluruhnya berjenis kelamin perempuan.

Alat ukur self-compassion dari Neff (2033), terdiri dari 26 item, dan telah divalidasi menggunakan rumus Pearson oleh Missiliana pada 726 responden dengan validitas berkisar antara 0,323-0,606. Alat ukur self-compassion juga telah dihitung reliabilitasnya menggunakan rumus Alpha Cronbach sebesar 0,858.

Berdasarkan penelitian, sebanyak 68,57% beauty therapist memiliki derajat self-compassion rendah dan 31,43% beauty therapist memiliki derajat self-compassion tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa beauty therapist yang bekerja di Klinik Kecantikan “X” Cimahi belum dapat memahami diri dan menyadari ketidaksempurnaan yang dimiliki atau kegagalan saat memberikan pelayanan kepada pasien sehingga mengeritik diri secara berlebihan (self-judgement). Beauty therapist yang bekerja di Klinik Kecantikan “X” Cimahi berpandangan sempit bahwa kegagalan yang terjadi hanya dialami oleh diri sendiri (isolation). Mereka juga masih focus pada kekurangannya yang menyebabkan terjadinya kegagalan, merasa diri lemah dan tidak berharga (overidentification). Saran peneliti adalah mencari responden berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan jumlah yang seimbang, melakukan group counseling bagi para beauty therapist guna meningkatkan derajat self-compassion yang mereka miliki.

(2)

xi

Universitas Kristen Maranatha This study was conducted to determine the degree of self-compassion in beauty therapists who work in Beauty Clinic "X" Cimahi. Self-compassion focus on how much the individual displays of self-kindness, common humanity, and mindfulness (Neff, 2003). The method used was a descriptive study with survey techniques in all beauty therapists who work in Beauty Clinic "X" Cimahi, as many as 35 people and entirely female.

Measuring instrument of self-compassion from Neff (2003), consists of 26 items, and has been validated using the formula Pearson by Missiliana on the validity of the 726 respondents ranged from 0.323 to 0.606. Measuring instrument of self-compassion also been calculated using the formula Cronbach alpha reliability of 0.858.

Based on the study, a total of 68.57% beauty therapists have a low degree of compassion and 31.43% beauty therapist has a high degree of self-compassion. This shows that the beauty therapist who worked in Beauty Clinic "X" Cimahi cannot understand ourselves and realize imperfections owned or failure when providing care to patients so that criticize themselves excessively (self-judgment). Beauty therapist who worked in Beauty Clinic "X" Cimahi sighted that failure happens only experienced by myself (isolation). They also still focus on the shortcomings that led to the failure, felt himself weak and worthless (overidentification). Suggestions researchers are looking respondents gender men and women with equal numbers, do group counseling for beauty therapists to increase the degree of self-compassion that they have.

(3)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

ABSTRACT ... x

ABSTRAK ... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1 Maksud Penelitian ... 8

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 9

(4)

vi

Universitas Kristen Maranatha

1.5 Kerangka Pemikiran ... 10

1.6 Asumsi ... 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 17

2.1 Definisi Compassion ... 17

2.2 Komponen Self-Compassion ... 17

2.2.1 Kindness ... 17

2.2.2 Common Humanity ... 18

2.2.3 Mindfulness ... 18

2.3 Definisi Self-Compassion ... 18

2.4 Komponen Self-Compassion ... 19

2.4.1 Self-Kindness ... 20

2.4.2 Common Humanity ... 20

2.4.3 Mindfulness ... 21

2.5 Korelasi Antar Komponen ... 21

(5)

2.6.1 Personality ... 24

2.6.2 Jenis Kelamin ... 28

2.6.3 The Role of Parents ... 28

1. Attachment ... 29

2. Maternal Criticism ... 30

3. Modeling of Parents ... 31

2.6.4 The Role of Culture ... 31

2.7 Manfaat dari Self-Compassion ... 32

2.7.1 Resiliensi Emosi ... 32

2.7.2 Terbebas dari Permainan Self-Esteem ... 33

2.7.3 Motivasi dan Perkembangan Pribadi ... 34

2.8 Compassion for Others ... 34

2.8.1 Definisi Compassion for Others ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 36

3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 36

(6)

viii

Universitas Kristen Maranatha

3.3.1 Variabel Penelitian ... 37

3.3.2 Definisi Operasional ... 37

3.4 Alat Ukur ... 38

3.4.1 Alat Ukur Self-Compassion ... 38

3.4.2 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 40

3.4.3 Validitas dan Reabilitas Alat Ukur ... 41

3.4.3.1 Validitas Alat Ukur Self-Compassion ... 41

3.4.3.2 Reliabilitas Alat Ukur Self-Compassion ... 41

3.5 Populasi ... 42

3.6 Teknik Analisis Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1 Gambaran Subjek Penelitian ... 44

4.4.1 Usia ... 44

4.4.2 Lama Bekerja ... 45

(7)

4.2.1 Gambaran Self-Compassion ... 46

4.3 Pembahasan ... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

5.1 Kesimpulan ... 61

5.2 Saran ... 63

5.2.1 Saran Teoretis ... 63

5.2.2 Saran Praktis ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65

DAFTAR RUJUKAN ... 66

(8)

1

Universitas Kristen Maranatha PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Deskripsi cantik fisik, setiap orang punya paham sendiri-sendiri. Orang Indonesia mengasosiasikan cantik adalah wanita yang memiliki ciri-ciri antara lain berkulit putih, rambut panjang, dan bertubuh langsing

(lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/04/01/cantik-itu-relatif-benarkah-451660.html, diakses 1 April 2014). Berdasarkan deskripsi tersebut, warna kulit, rupa yang serasi dan kebersihan wajah merupakan hal yang sangat penting bagi wanita agar terlihat cantik. Terkesan bahwa wanita di zaman modern ini memiliki tuntutan terhadap fisiknya bahkan cenderung tidak mempertimbangkan efek samping saat memakai produk kecantikan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan dari segi keamanan dan kenyamanannya.

(9)

2

dokter spesialis kulit nampaknya menjadi pilihan yang tepat daripada membeli produk kecantikan tanpa berkonsultasi terlebih dahulu. Dokter spesialis kulit akan memilih produk kecantikan yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kulit wajah pasiennya. Dengan demikian diharapkan hasil yaitu, kulit wajah bersih (bebas dari jerawat dan komedo), cerah, segar, pori-pori kulit wajah mengecil, dan kerutan di wajah berkurang.

(10)

Universitas Kristen Maranatha Salah satu klinik kecantikan yang menyediakan produk perawatan kecantikan wajah berupa facial adalah Klinik Kecantikan “X” Cimahi. Klinik ini adalah klinik kecantikan yang sangat ramai dikunjungi oleh pasien yang sebagian besar adalah wanita. Klinik kecantikan ini memekerjakan karyawan yang bertugas melayani pasien atau biasa disebut beauty therapist. Menurut M. G. Setiyani (1997) beauty therapist adalah seseorang yang disiapkan untuk menjadi tenaga ahli kecantikan. Tugas seorang beauty therapist di Klinik Kecantikan “X” Cimahi adalah memberikan treatment kepada pasien sesuai dengan instruksi dokter spesialis kulit.

Setiap beauty therapist yang bekerja di klinik kecantikan “X” Cimahi harus menguasai cara menggunakan alat-alat treatment, memerhatikan kebersihan alat-alat treatment, memahami langkah-langkah facial yang akan dikerjakan, memiliki ketelitian dan kehati-hatian dalam bekerja karena berisiko iritasi atau infeksi kulit wajah. Pekerjaan sebagai beauty therapist adalah pekerjaan yang memiliki risiko cukup tinggi dan bersifat kompleks karena berhubungan dengan kesehatan dan harapan pasien untuk mendapatkan kulit wajah yang bersih, sehat dan terawat. Kesalahan sedikit saja bisa berdampak sangat besar bagi pasien, misalnya iritasi pada wajah sampai menjadi luka yang meninggalkan bekas luka yang sulit dihilangkan.

(11)

4

komedo dan jerawat dimulai; totok wajah secara singkat setelah proses tersebut; dan mencapai hasil akhir yang bersih (semua komedo dan jerawat terangkat). Seorang beauty therapist harus memiliki kemauan untuk menolong, menghargai dan mengutamakan kesejahteraan pasien serta penuh belas kasih terhadap pasien; karena individu yang bekerja di bidang sosial sering memberikan pelayanan untuk orang lain, dalam hal ini treatment pada pasien.

Menurut salah satu beauty therapist yang bekerja di Klinik Kecantikan “X” Cimahi, satu orang beauty therapist dapat menangani lima sampai tujuh pasien dalam satu hari. Pasien yang datang memiliki kondisi kulit wajah dan karakter yang berbeda-beda; beauty therapist sangat perlu memiliki ketelitian dan kehati-hatian dalam bekerja, memerhatikan kondisi pasien, dan harus dapat menangani pasien yang seringkali marah kepada beauty therapist karena proses facial yang menyakitkan. Hal tersebut harus dihadapi oleh beauty therapist

dengan tetap memberikan pemahaman kepada pasien dan memperlakukan pasien dengan baik.

(12)

Universitas Kristen Maranatha therapist terhadap dirinya sendiri saat bekerja di bawah tekanan, dapat melihat

kekurangan atau kesulitan yang dihadapi saat bekerja secara objektif dengan emosi yang seimbang, dan menyadari bahwa kesulitan dan penderitaan yang dialami saat bekerja merupakan bagian dari pengalaman hidup manusia.

Gambaran mengenai kebutuhan wanita untuk tampil cantik, tuntutan pasien terhadap beauty therapist untuk memberikan perhatian dan kesabaran ekstra agar dapat memperlakukan pasein dengan baik saat bekerja, dikategorikan sebagai compassion for other. Menurut Neff (2011), seseorang tidak akan secara penuh memberikan compassion for other sebelum orang yang bersangkutan tersebut memiliki self-compassion. Oleh karena itu, self-compassion dibutuhkan oleh para beauty therapist Klinik Kecantikan “X” Cimahi, agar mereka dapat memberikan kepedulian, perhatian, memperlakukan pasien dengan baik dan penuh belas kasih (compassion) berkaitan dengan cara pemberian treatment, khususnya facial (compassion for other).

(13)

6

tidak mengeritik secara berlebihan. Sebanyak lima orang (33%) beauty therapist lainnya mengatakan bahwa ketika berhadapan dengan pasien, mereka gagal memahami kebutuhan pasien, terkadang tidak menjawab pertanyaan pasien dengan ramah, memberikan treatment secara terburu-buru. Mereka mengeritik diri sendiri atas kegagalan yang terjadi.

Sebanyak 12 orang (80%) dari 15 beauty therapist yang bekerja di Klinik Kecantikan “X” Cimahi mengatakan bahwa kegagalan yang mereka lakukan pada saat memberikan treatment, misalnya bersikap kurang ramah kepada pasien, melakukan treatment dengan terburu-buru sehingga menggores wajah pasien, serta kesulitan yang mereka hadapi saat menghadapi pasien yang seringkali marah karena proses yang menyakitkan, merupakan bagian dari pengalaman sebagai beauty therapist dan pernah dialami oleh beauty therapist lainnya yang juga

bekerja di Klinik Kecantikan “X” Cimahi. Sebaliknya, sebanyak tiga orang (20%) dari 15 beauty therapist yang bekerja di Klinik Kecantikan “X” Cimahi merasakan bahwa kesalahan pada saat pemberian treatment dan kesulitan yang mereka hadapi saat berhadapan dengan pasien yang seringkali marah karena proses facial yang menyakitkan, hanya dialami oleh mereka dan tidak dialami oleh beauty therapist lainnya.

(14)

Universitas Kristen Maranatha aktivitas di luar pekerjaan. Sebanyak tiga orang (20%) dari 15 beauty therapist yang bekerja di klinik kecantikan “X” Cimahi mengatakan bahwa mereka merasa kesulitan untuk tetap dapat berpikir jernih saat menghadapi kesulitan yang mereka hadapi. Beauty therapist berpikir bahwa masalah dan tugas pekerjaan mereka begitu sulit.

Dapat dilihat bahwa ada beauty therapist yang dapat menerima kekurangan dirinya saat bekerja sebagai beauty therapist dengan emosi yang seimbang dan tidak merasa bahwa kesulitan yang dihadapinya saat bekerja adalah hal yang paling sulit dibandingkan dengan beauty therapist lain. Sebaliknya, ada juga beauty therapist yang sulit menerima kekurangan diri saat bekerja sebagai beauty therapist, merasa dirinya menghadapi kesulitan yang paling sulit.

(15)

8

Berdasarkan hasil survey awal yang telah dipaparkan, dapat dilihat bahwa ada beragam reaksi beauty therapist terhadap kegagalan dan penderitaan yang mereka alami pada saat bekerja. Menurut teori self-compassion, sikap yang baik adalah dengan memberikan lebih lagi belas kasihan kepada diri sendiri dalam situasi atau keadaan yang dirasakan tidak mampu, dalam kondisi kegagalan atau penderitaan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti self-compassion pada beauty therapist yang bekerja di Klinik Kecantikan “X” Cimahi.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui seberapa besar derajat self-compassion pada beauty therapist yang bekerja di Klinik Kecantikan “X” Cimahi yang dilihat berdasarkan derajat ketiga komponen self-compassion.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah memeroleh gambaran mengenai self-compassion pada beauty therapist yang bekerja di Klinik Kecantikan

“X” Cimahi.

1.3.2 Tujuan Penelitian

(16)

self-Universitas Kristen Maranatha kindness, common humanity, dan mindfulness pada beauty therapist yang

bekerja di Klinik Kecantikan “X” Cimahi.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

1. Memberi sumbangan informasi bagi ilmu psikologi sosial mengenai self-compassion pada beauty therapist.

2. Memberi masukan dan bahan referensi sumbangan bagi peneliti lain yang tertarik untuk melakukan penelitian mengenai self-compassion. 1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada beauty therapist yang bekerja di Klinik Kecantikan “X” Cimahi, mengenai komponen self-compassion apa yang harus ditingkatkan dan dipertahankan

sehingga toleransi terhadap stress semakin tinggi.

(17)

10

1.5 Kerangka Pemikiran

Salah satu perhatian khusus yang dilakukan wanita dewasa terhadap kecantikan fisiknya adalah dengan perawatan kulit wajah. Tempat atau sarana yang menyediakan produk dan jasa perawatan kecantikan adalah klinik-klinik kecantikan. Produk perawatan yang dikenal umum yaitu facial melalui jasa seorang beauty therapist. Tugas dari seorang beauty therapist adalah memberikan jasa tindakan treatment facial kepada pasien. Pekerjaan ini memiliki resiko cukup tinggi dan bersifat kompleks karena berhubungan dengan kesehatan, dan harapan pasien agar kulit wajahnya menjadi lebih bersih, sehat dan terawat. Penguasaan dalam menggunakan alat-alat treatment, kehati-hatian dan ketelitian sangat dibutuhkan dalam menjalankan tanggung jawab sebagai beauty therapist.

(18)

Universitas Kristen Maranatha self-compassion dapat menghindari emosi-emosi negatif yang menimbulkan stress

dan memperburuk kinerja beauty therapist. Dengan demikian, beauty therapist tidak akan terus larut dalam penderitaan dan pikiran-pikiran negatif. Beauty therapist dapat menerima kekurangan dan merasa damai tanpa terus menerus

menyalahkan diri sendiri.

Beauty therapist di Klinik Kecantikan “X” Cimahi akan memiliki

self-compassion pada derajat yang berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini

tergantung dari derajat setiap komponen self-compassion. Self-compassion dibentuk oleh tiga komponen yaitu self-kindness, common humanity dan mindfulness. Self-kindness yaitu kemampuan individu untuk memahami diri dan

menyadari ketidaksempurnaan, kegagalan, sehingga individu cenderung bersikap ramah terhadap diri, berusaha untuk berbaik hati, bersikap toleran, dan memberikan perhatian terhadap diri sendiri ketika dihadapkan pada situasi yang tidak menyenangkan, daripada marah dan mengkritik diri atas pengalaman menyakitkan yang menimpanya (Neff, 2011). Apabila beauty therapist yang bekerja di Klinik Kecantikan “X” Cimahi memiliki self-kindness maka akan cenderung bersikap hangat dan memahami diri sendiri saat mengalami kegagalan dan ketidaksempurnaan dalam melayani pasien, mengerti bahwa keadaan tersebut bukan untuk dikritik secara berlebihan. Dalam memberikan treatment, beauty therapist akan menerima kekurangannya serta menoleransinya, menganggap diri

(19)

12

Komponen pembentuk self-compassion yang selanjutnya adalah common humanity, yaitu kemampuan individu untuk memandang dan merasakan bahwa

kesulitan hidup dan kegagalan dialami oleh semua orang, bukan hanya dialami oleh diri sendiri (isolation). Dengan demikian, beauty therapist yang bekerja di Klinik Kecantikan “X” Cimahi yang memiliki common humanity akan menyadari bahwa beauty therapist lain juga menghadapi kesulitan dan masalah yang sama pada saat bekerja. Mereka akan bersikap optimis, saling berbagi pengalaman mengenai cara mereka berjuang menghadapi kegagalan dan menganggapnya sebagai pembelajaran, bukan sesuatu yang terjadi pada diri sendiri saja.

Komponen pembentuk yang terakhir adalah mindfulness, yaitu kemampuan individu untuk menerima pemikiran yang teramati dan perasaan yang mereka rasakan saat ini, tanpa menghakimi, membesar-besarkan, dan tidak menyangkal aspek-aspek yang tidak disukai baik didalam diri ataupun didalam kehidupannya, dengan kata lain menghadapi kenyataan. Bila beauty therapist yang bekerja di Klinik Kecantikan “X” Cimahi memiliki mindfulness maka saat menghadapi kegagalan akan tetap dapat berpikir secara objektif, tidak memikirkan hal-hal negatif, dan tidak melebih-lebihkan kegagalan yang dialami. Kesulitan dan kegagalan yang dialami dapat dilihat dengan perspektif yang lebih luas sehingga beauty therapist tidak terus-menerus larut memikirkan keadaan tersebut. Ketika

(20)

Universitas Kristen Maranatha Ketiga komponen pembentuk self-compassion ini memiliki interkorelasi yang tinggi, dimana ketiga komponen tersebut memiliki keterkaitan antara satu komponen dengan komponen lainnya (Curry & Barnard, 2011). Beauty therapist yang bekerja di Klinik Kecantikan “X” Cimahi dikatakan memiliki self-compassion yang tinggi bila ketiga komponen pembentuknya tinggi. Namun bila

ketiga, atau dua, bahkan satu komponen pembentuknya rendah, maka self-compassion yang dimiliki beauty therapist yang bekerja di Klinik Kecantikan “X”

Cimahi adalah rendah.

Komponen self-kindness dapat meningkatkan derajat common humanity pada beauty therapist yang bekerja di Klinik Kecantikan “X” Cimahi. Apabila beauty therapist memberikan perhatian, pemahaman, dan kesabaran terhadap

kegagalan yang dilakukan, beauty therapist tidak akan merasa tidak kompeten karena kekurangannya. Beauty therapist akan menyadari bahwa bukan hanya dirinya yang mengalami ketidaksempurnaan, kegagalan dan kesulitan yang sama saat bekerja. Self-kindness juga dapat meningkatkan mindfulness pada beauty therapist yang bekerja di Klinik Kecantikan “X” Cimahi dimana ketika

menghadapi ketidakmampuan saat bekerja, beauty therapist akan dapat menghadapi ketidakmampuan dan menyadarinya sehingga terus berusaha memahami dan tidak memikirkan hal tersebut secara berlebihan.

Komponen common humanity dapat meningkatkan derajat komponen pembentuk self-compassion lainnya. Common humanity dapat meningkatkan mindfulness, dimana beauty therapist menyadari bahwa kesulitan dan penderitaan

(21)

14

Klinik Kecantikan “X” Cimahi karena tidak ada manusia yang sempurna. Oleh karena itu hal tersebut akan tetap dihadapi dengan tetap berpikir objektif, tidak memikirkan hal-hal negatif, dan tidak melebih-lebihkan penderitaan yang dialami saat menjadi beauty therapist.

Komponen mindfulness dapat meningkatkan kedua komponen lainnya. Dimana ketika beauty therapist tidak larut dalam masalah yang dialaminya saat bekerja, mereka tidak akan mengeritik diri sendiri terlalu keras atas kekurangan dan ketidakmampuan yang dimilikinya. Mereka juga akan menyadari bahwa beauty therapist lain juga pasti mengalami hal yang sama saat bekerja.

Tinggi atau rendahnya derajat self-compassion juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: personality (Berdasarkan pengukuran yang dilakukan oleh NEO-FFI, ditemukan bahwa self-compassion memiliki kaitan dengan The big five personality), jenis kelamin, the role of parents (meliputi attachment, maternal

criticism, dan modeling of parents), dan the role of culture (meliputi budaya

collectivist dan budaya individualist).

Beauty therapist yang memiliki derajat self-compassion tinggi dalam

dirinya akan dapat memahami, menerima kesulitan/ kegagalan yang dialami, secara obyektif dan dengan emosi yang seimbang, serta menyadari bahwa ada beauty therapist lain juga yang merasakan hal yang sama. Sedangkan beauty

therapist yang memiliki derajat self-compassion yang rendah tidak dapat

(22)

Universitas Kristen Maranatha Secara singkat uraian di atas dapat digambarkan melalui bagan kerangka pikir sebagai berikut:

Bagan 1.1 Kerangka Pikir Self-compassion Beauty therapist yang

bekerja di Klinik

Kecantikan “X” Cimahi

Tinggi

Rendah

Komponen-komponen Self-compassion:

1. Self-kindness

2. Common Humanity

3. Mindfulness

Faktor-faktor yang berpengaruh pada Self-compassion:

Personality

• Jenis Kelamin

The Role of Parents (attachment,

maternal criticism, modeling parents)

(23)

16

1.6 Asumsi

1. Beauty therapist yang bekerja di Klinik Kecantikan “X” Cimahi

memiliki self-compassion dengan derajat yang berbeda-beda, dan akan terbentuk mengikuti pengalaman kehidupan individu.

2. Pengalaman kehidupan yang kurang menyenangkan akan mengaktualkan self-compassion individu.

(24)

61

Universitas Kristen Maranatha KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan dipaparkan hasil kesimpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian mengenai self-compassion pada 35 beauty therapist yang bekerja di Klinik Kecantikan “X” Cimahi.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang self-compassion pada 35 beauty therapist yang bekerja di Klinik Kecantikan “X” Cimahi, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian besar beauty therapist yang bekerja di Klinik Kecantikan “X” Cimahi memiliki derajat self-compassion yang rendah. Terdapat variasi pada derajat komponen self-compassion, dimana apabila komponennya memiliki keterkaitan yang rendah atau salah satu komponennya rendah, maka derajat self-compassion yang dimiliki beauty therapist adalah rendah.

(25)

62

3. Derajat self-compassion yang rendah pada beauty therapist yang bekerja di Klinik Kecantikan “X” Cimahi berkaitan dengan tipe kepribadian conscientiousness. Semakin rendah derajat conscientiousness maka

semakin rendah pula derajat self-compassion, sebaliknya semakin tinggi derajat conscientiousness maka semakin tinggi pula derajat self-compassion.

4. Derajat self-compassion yang rendah pada beauty therapist yang bekerja di Klinik Kecantikan “X” Cimahi berkaitan dengan attachment (insecure attachment). Semakin insecure attachment, maka semakin rendah derajat

self-compassion.

5. Derajat self-compassion yang rendah pada beauty therapist yang bekerja di Klinik Kecantikan “X” Cimahi berkaitan dengan role of culture. Semakin tinggi budaya individualist maka semakin rendah derajat self-compassion. 6. Berdasarkan faktor yang memengaruhi derajat self-compassion (beauty

therapist yang mendapatkan insecure attachment, maternal criticism dari

(26)

Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoretis

Bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian lanjutan mengenai self-compassion disarankan untuk mencari responden yang bervariasi pada jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) dengan jumlah yang seimbang agar dapat memberikan gambaran mengenai faktor jenis kelamin yang memengaruhi self-compassion.

6.2.2 Saran Praktis

1. Bagi pimpinan Klinik Kecantikan Klinik Kecantikan “X” Cimahi disarankan untuk mengadakan meeting rutin bersama beauty therapist, misalnya satu minggu sekali untuk mengemukakan

masalah yang ditemukan saat memberikan pelayanan kepada pasien dan mencari solusinya.

2. Bagi pimpinan Klinik Kecantikan Klinik Kecantikan “X” Cimahi dapat memberikan group counseling kepada seluruh beauty therapist agar dapat menceritakan kesulitan dan kegagalan apa saja

yang mereka hadapi serta perjuangan mereka dalam menghadapi kesulitannya. Dengan dilakukannya counseling, diharapkan beauty therapist dapat tetap bersikap lembut terhadap diri sendiri saat

(27)

64

(28)

65

Universitas Kristen Maranatha Barnard, L. K., & Curry, J.F. (2011). Self-compassion: Conseptualization,

correlates, & interventions. Review of General Psychology, 15 No. 4, 289-303.

Kumar, Ranjit. 1999. Research Methodology: A Step-by-step Guide for Beginners. London: Sage Publications.

Neff, K. 2003. Self- Compassion. United States America: Kristin Neff.

Neff, K. D. 2009. Self-Compassion in M. R. Leary & R. H. Hoyle (Eds.), Handbook of Individual Difference in Social Behavior. New York: Guilford Press.

Neff, K. D., Lamb, L. M. 2009. Self-Compassion in S. Lopez (Ed.). The Encyclopedia of Positive Psychology. New York: Guilford Press.

Neff, K., Pisitsungkagarn, K., & Hsieh, Y. P. (2008). Self-compassion and self-construal in the United States, Thailand, and Taiwan. Journal of Cross-Cultural Psychology, 39, 267-285.

Neff, K. D., Rude, S. S., Kirkpatrick, L. K. 2006. An Examination of Self Compassion in Relation to Positive Psychological Functioning and Personality Traits. Journal of Research in Personality.

Neff, Kristin. 2011. Self-Compassion. New York: Harper Collins Publishers. Neff, Kristin and Elizabeth Pommier. 2012. Self and Identity: The Relationship

between Self-Compassion and Other-Focused Concern among College Undergraduates, Community Adults, and Practicing Meditators. Psychology Press.

Prihatini, P. M., & Mastawan, I Gusti Putu. 2010. Sistem Informasi Perawatan Kulit pada Klinik Kecantikan Berbasis Web. Jurnal TSI, Vol. 1.

Setiyani, M. G. 1997. Perawatan Kulit Muka Secara Kosmetis. Jakarta: Bahan Ajar PPPG Kejuruan.

Siegel, Sidney. 1994. Statistik Non Parametrik. Jakarta: P. T. Gramedia Pustaka Utama.

(29)

DAFTAR RUJUKAN

https://kbbi.web.id/klinik

http://self-compassion.org/UTserver/pubs/barnard.review.pdf, diakses 20 Agustus 2014.

https://webspace.utexas.edu

Referensi

Dokumen terkait

LAKIP BLHD Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Anggaran 2015 22. Meningkatnya kinerja BLHD dalam perencanaan dan

Berbeda halnya dengan unsupervised learning yang mana data tidak memiliki label, pengelompokan atau cluster adalah teknik yang umum dilakukan pada teknik jenis

Dalam penelitian kualitatif yang akan dilaksanakan oleh penulis ini, yang menjadi instrumen pengumpul data utamanya adalah penulis sendiri, namun selanjutnya

The information and opinions in this report were prepared by Standard Chartered Bank (Hong Kong) Limited, Standard Chartered Bank Singapore Branch, Standard Chartered

Tujuan Penelitian ini adalah untuk melihat pola pertumbuhan, dan penyebaran otot-otot yang bernilai ekonomi tinggi pada kambing kacang jantan yang digemukkan secara

Dimohon mengajukan permohonan kepada Direktur Pendididkan Tinggi Islam, Ditjen Pendis, nomor fax: 021-34833981, nomor telephon 021- 3812344 dengan menyebutkan

Dengan kata lain, yang berlaku sejak tahun 1950 sampai saat ini adalah sistem peradilan dan peraturan hukum acara dari zaman kolonial khusus bagi Bangsa Indonesia yang

Hasil penelitian yang dilakukan di Dinas Perikanan Kota Sibolga memiliki kendala-kendala terkait dengan larangan penggunaan alat tangkap ikan pukat.. Bapak Syafrizal