• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUK BOLU TAPE DI PABRIK LIANA CAKE JAKARTA BARAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUK BOLU TAPE DI PABRIK LIANA CAKE JAKARTA BARAT."

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar FPIPS : 1733/UN.40.2.5.3/PL/2013

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUK BOLU TAPE DI PABRIK LIANA CAKE

JAKARTA BARAT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu

Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pariwisata

Rizky Husein Darmawan 0807198

PROGRAM STUDI MANAJEMEN INDUSTRI KATERING

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

▸ Baca selengkapnya: yang bukan adonan bolu adalah

(2)

Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Hasil Produk

Bolu Tape Di Pabrik Liana Cake

Jakarta Barat

Oleh

Rizky Husein Darmawan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pariwisata pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Rizky Husein Darmawan 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.

(3)
(4)
(5)

BERITA ACARA UJIAN SIDANG SARJANA PARIWISATA

Ujian Sidang Sarjana Pariwisata dilaksanakan pada :

Hari/Tanggal : Kamis, 29 Agustus 2013

Waktu : 08.00 s/d Selesai

Tempat : Ruang Ujian Sidang Lantai 2 Gedung FPISPS-UPI

Panitia ujian terdiri dari :

Ketua : Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si.

(Dekan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial)

Sekretaris : Agus Sudono, SE., MM.

(Ketua Program Studi Manajemen Industri Katering)

Penguji : 1. Dewi Turgarini, SS., MM.Par.

2. Caria Ningsih, SE., M.Si.

(6)

ABSTRAK

Rizky Husein Darmawan (2013), ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUK BOLU TAPE DI PABRIK LIANA CAKE JAKARTA BARAT, Pembimbing Agus Sudono, SE., MM. dan Wendi Andriatna, STP., M.Si

Penelitian dilakukan di Pabrik Liana Cake Jakarta Barat yang menghasilkan 627 produk kue bolu tape reject pada bulan Juni 2012. Produk yang tidak dijual atau bisa disebut hasil produksi yang reject disebabkan oleh banyak faktor.

Analisis yang digunakan yaitu analisis peralatan, analisis bahan baku, analisis standar resep, analisis pekerja dan analisis items proses pengolahan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi terhadap hasil produksi yang reject pada produk kue bolu tape di pabrik Liana Cake di Jakarta Barat.

Hasil penelitian menunjukkan produk kue bolu tape dari Pabrik Liana Cake di Jakarta Barat mempunyai perbedaan terhadap dua produk kompetitor berdasarkan karakteristik penampilan kemasan dan topping, tekstur permukaan bagian atas, aroma saat dimakan, rasa topping dan rasa saat ditelan, penampilan secara keseluruhan dan tekstur secara keseluruhan. Berdasarkan penelitian diduga disebabkan oleh direct purchase dari bahan baku tape yang belum matang atau terlalu matang, kurang tinggi suhu pembakaran adonan dan sistem perapian yang tidak merata, rusaknya bagian atas kue disebabkan pensortiran menggunakan pisau, dan penyimpanan produk ditumpuk menjadikan produk tertindih.

(7)

ABSTRAK

Rizky Husein Darmawan (2013), ANALYSIS OF FACTORS THAT AFFECTING THE RESULTS OF BOLU TAPE PRODUCT IN CAKE FACTORY LIANA AT WEST JAKARTA, Pembimbing Agus Sudono, SE., MM. dan Wendi Andriatna, STP., M.Si

The research was conducted at Liana Cake Factory in West Jakarta which produces rejected 627 tape sponge cake products in June 2012. Products are not sold that can be called a reject production. It caused by many factors.

Analyzer used the analysis of equipment, raw materials analysis, analysis of prescribing standards, labor analysis and analysis of processing items. This research aims to analyze the factors that affect the production yield reject the product tape sponge cake at Cake Liana factory in West Jakarta.

The results showed tape of sponge cake products Liana Cake Factory in West Jakarta to the two products competitors has different characteristics based on the appearance of the packaging and toppings, the upper surface texture, aroma when eaten, flavor and taste when swallowed toppings, overall appearance and texture overall. Based on the research thought to be caused by the direct purchase of raw material tape immature or too mature, less high-temperature combustion fireplace dough and unequal system, caused damage to the top of the cake using a knife sorting, and storage products make the products stacked crushed.

(8)

DAFTAR ISI 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Identifikasi Dan Rumusan Masalah ... 13

1.3Maksud Dan Tujuan Penelitian ... 13

1.3.1Maksud Penelitian ... 13

1.3.2Tujuan Penelitian ... 14

1.4Kegunaan Penelitian ... 14

1.5Lokasi Penelitian ... 15

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1Tinjauan pustaka ... 16

2.1.1Pariwisata ... 16

2.1.2Usaha Pariwisata ... 16

2.1.3Konstribusi Pariwisata ... 17

2.1.4Pastry dan Bakery ... 17

2.1.5Tape ... 19

2.1.6Bolu Tape ... 20

2.1.7Produk ... 21

2.1.8Kualitas Mutu Produksi ... 21

2.1.9Produksi dan Operasi ... 23

2.1.10 Faktor Proses Produksi ... 25

A.Pengelolaan Peralatan Produksi ... 26

B.Pengelolaan Material Bahan Olahan ... 29

C.Pengelolaan Pekerja ... 36

D.Pengelolaan Standar Resep dan Konversi Resep ... 37

E. Proses Pengolahan ... 40

2.1.11 TQM ... 48

2.1.12 Kajian Empirik ... 49

(9)

2.3Hipotesis ... 52

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Subjek dan Objek Penelitian ... 53

3.2Metode Penelitian ... 53

3.3Operasional Variabel ... 56

3.4Populasi dan Sampel ... 57

3.5Teknik Pengumpulan Data ... 58

3.6Teknik Analisis Data ... 59

3.7.1Analisis Faktor Peralatan ... 60

3.7.2Analisis Faktor Bahan Baku ... 61

3.7.3Analisis Faktor Standar Resep ... 63

3.7.4Analisis Faktor Pekerja ... 66

3.7.5Analisis Faktor Proses Pengolahan ... 67

3.7.5.1Analisis Proses Metode Mass Production, Critical Path Method (CPM), Program Evaluation and Review Technique (PERT) ... 67

3.7.5.2Analisis Tahapan Proses dan Tata Letak ... 70

3.7.5.3Pengukuran Rata-rata Suhu Baking ... 70

3.7.5.4Pengukuran Rata-rata Waktu Baking ... 71

3.7.6 Pengukuran Produk Layak dan Produk Reject ... 71

3.7.6.1Analisis Deskripsi Produk Secara Organoleptik Panelis ... 72

3.7.6.2Analisis Pengendalian Proses ... 72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian ... 76

4.1.1Gambaran Umum Objek Penelitian ... 76

4.1.1.1Karakteristik Panelis ... 76

4.1.1.2Jenis Kelamin Panelis ... 76

4.1.1.3Usia Panelis ... 77

4.1.1.4Pekerjaan Panelis ... 78

4.1.2Analisis Bahan Baku Menurut Standard Purchase Spesification (SPS) ... 79

4.1.2.1Bahan Baku Terigu ... 81

4.1.2.2Bahan Baku Tape ... 84

4.1.3Environment Kitchen, Analisis Metode, Analisis Pembakaran Adonan Dan Critical Path Method (CPM) ... 86

4.1.3.1Environment Kitchen Produksi Bolu Tape Liana Cake ... 86

(10)

4.1.3.3Analisis Pembakaran Adonan ... 94

4.1.3.3.1Analisis Pengukuran Rata-Rata Suhu Pembakaran Adonan 94 4.1.3.3.2Analisis Pengukuran Rata-Rata Waktu Pembakaran Adonan ... 96

4.1.3.4Critical Path Method (CPM) ... 99

4.1.4Analisis Produk ... 100

4.1.4.1Analisis Peralatan ... 100

4.1.4.2Analisis Standar Resep ... 104

4.1.5Kualitas Produk ... 105

4.1.5.1Visual Appeal ... 106

4.1.5.2Texture ... 112

4.1.5.3Aromatic Appeal ... 118

4.1.5.4Flavour ... 124

4.1.5.5Consistency ... 130

4.1.5.6Kesimpulan ... 136

4.1.6Grafik Pengendalian Proses ... 139

4.1.7Analisis Pekerja ... 143

4.1.8Matrik Hasil Analisis ... 145

4.2Pembahasan Hasil Penelitian ... 146

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1Kesimpulan ... 155

5.2Saran ... 156

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Reject Bolu Tape Bulan Juni 2012 ... 11

Tabel 2.1 Standar Resep Bolu Tape Liana Cake ... 40

Tabel 2.2 Suhu Dan Waktu Pembakaran Cake ... 44

Tabel 2.3 Kajian Empirik ... 49

Tabel 3.1 Operasional Desain penelitian ... 56

Tabel 3.2 Diagram Proses ... 60

Tabel 3.3 Fungsional kinerja peralatan ... 61

Tabel 3.4 Standart Purchase Spesification (SPS) ... 62

Tabel 3.5 Analisis Bahan Baku Utama ... 62

Tabel 3.6 Skala Hedonik ... 63

Tabel 3.7 Analisa Varian ... 64

Tabel 3.8 Data Primer Pekerja... 67

Tabel 3.9 Analisis CPM ... 68

Tabel 3.10 Diagram Proses... 70

Tabel 3.11 Pengukuran Rata-rata Suhu Baking ... 71

Tabel 3.12 Pengukuran Rata-rata Waktu Baking ... 71

Tabel 3.13 Deskripsi Produk ... 72

Tabel 3.14 Tabel Pengendali Proses ... 73

Tabel 4.1 Panelis Berdasarkan Jenis Kelamin ... 76

Tabel 4.2 Panelis Berdasarkan Usia ... 77

Tabel 4.3 Panelis Berdasarkan Pekerjaan ... 78

Tabel 4.4 SPS Bahan Baku Produk Bolu Tape ... 79

Tabel 4.5 Analisis Bahan Baku Terigu ... 81

Tabel 4.6 Analisis Bahan Baku Tape ... 83

Tabel 4.7 Process Chart Kue Bolu Tape Liana Cake ... 88

Tabel 4.8 Pengukuran Rata-rata Suhu Pembakaran ... 94

(12)

Tabel 4.10 Analisis CPM ... 99

Tabel 4.11 Jalur Kritis ... 99

Tabel 4.12 Fungsional Kinerja Peralatan ... 100

Tabel 4.13 Nilai Kesukaan Kemasan ... 106

Tabel 4.14 Nilai Kesukaan Bentuk ... 108

Tabel 4.15 Nilai Kesukaan Topping ... 109

Tabel 4.16 Nilai Kesukaan Warna... 110

Tabel 4.17 Nilai Kesukaan Visual Appeal ... 111

Tabel 4.18 Nilai Kesukaan Permukaan Bagian Atas... 112

Tabel 4.19 Nilai Kesukaan Permukaan Bagian Bawah ... 114

Tabel 4.20 Nilai Kesukaan Permukaan Rongga ... 115

Tabel 4.21 Nilai Kesukaan Keempukan ... 116

Tabel 4.22 Nilai Kesukaan Texture ... 117

Tabel 4.23 Nilai Kesukaan Aroma Kue ... 118

Tabel 4.24 Nilai Kesukaan Aroma Tape ... 119

Tabel 4.25 Nilai Kesukaan Aroma Yang Kuat ... 121

Tabel 4.26 Nilai Kesukaan Aroma Dalam Mulut ... 122

Tabel 4.27 Nilai Kesukaan Aroma ... 123

Tabel 4.28 Nilai Kesukaan Rasa Topping ... 124

Tabel 4.29 Nilai Kesukaan Rasa Tape ... 125

Tabel 4.30 Nilai Kesukaan Rasa Manis ... 127

Tabel 4.31 Nilai Kesukaan Bolu Tape Saat Ditelan ... 128

Tabel 4.32 Nilai Kesukaan Flavour ... 129

Tabel 4.33 Nilai Kesukaan Keseluruhan Penampilan ... 130

Tabel 4.34 Nilai Kesukaan Keseluruhan Permukaan ... 132

Tabel 4.35 Nilai Kesukaan Keseluruhan Aroma ... 133

Tabel 4.36 Nilai Kesukaan Rasa Keseluruhan ... 134

Tabel 4.37 Nilai Kesukaan Consistency ... 135

Tabel 4.38 Nilai Kesukaan Terhadap Kue Bolu Tape ABC ... 137

Tabel 4.39 Pengendalian Produk Kue Bolu Tape Liana Cake ... 140

(13)

Tabel 4.41 Matrik Hasil Analisis ... 145

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Alur Pembuatan Bolu Tape (Liana Cake, 2012) ... 25

Gambar 2.2 Alur Peralatan Bolu Tape (Liana Cake, 2013) ... 29

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran ... 51

Gambar 4.1 Karakteristik Panelis Berdasarkan Jenis Kelamin ... 77

Gambar 4.2 Karakteristik Panelis Berdasarkan Usia... 78

Gambar 4.3 Karakteristik Panelis Berdasarkan Pekerjaan ... 79

Gambar 4.4 Grafik Pengendali Bahan Baku Terigu ... 83

Gambar 4.5 Grafik Pengendali Bahan Baku Tape ... 85

Gambar 4.6 Layout Produksi Kue Bolu Tape Liana Cake ... 87

Gambar 4.7 Karakteristik Kemasan... 107

Gambar 4.8 Karakteristik Bentuk ... 108

Gambar 4.9 Karakteristik Topping ... 109

Gambar 4.10 Karakteristik Warna ... 110

Gambar 4.11 Karakteristik Visual Appeal ... 111

Gambar 4.12 Karakteristik Permukaan Bagian Atas ... 113

Gambar 4.13 Karakteristik Permukaan Bagian Bawah ... 114

Gambar 4.14 Karakteristik Permukaan Rongga ... 115

Gambar 4.15 Karakteristik Keempukan ... 116

Gambar 4.16 Karakteristik Texture ... 117

Gambar 4.17 Karakteristik Aroma Kue ... 119

Gambar 4.18 Karakteristik Aroma Tape ... 120

Gambar 4.19 Karakteristik Aroma yang kuat ... 121

Gambar 4.20 Karakteristik Aroma Dalam Mulut ... 122

Gambar 4.21 Karakteristik Aroma ... 123

Gambar 4.22 Karakteristik Rasa Topping ... 125

(14)

Gambar 4.24 Karakteristik Rasa Manis ... 127

Gambar 4.25 Karakteristik Bolu Tape Saat Ditelan ... 128

Gambar 4.26 Karakteristik Flavour ... 129

Gambar 4.27 Karakteristik Keseluruhan Penampilan ... 131

Gambar 4.28 Karakteristik Keseluruhan Permukaan ... 132

Gambar 4.29 Karakteristik Keseluruhan Aroma ... 133

Gambar 4.30 Karakteristik Keseluruhan Rasa ... 134

Gambar 4.31 Karakteristik Consistency ... 136

Gambar 4.32 Grafik Uji Deskripsi Kue Bolu Tape ABC ... 138

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan pariwisata secara umum bersumber pada kualitas daya tarik

wisata yang dipengaruhi oleh daya dukung dalam akomodasi, sarana dan

prasarana. Wisatawan pada mulanya akan diterima dengan baik, dengan penuh

harapan wisatawan akan membawa perkembangan bagi masyarakat sekitar daerah

yang ditujunya. Meningkatnya jumlah kunjungan maka sebagian masyarakat lokal

mulai menyediakan berbagai fasilitas yang memang khusus dipersiapkan dan

diperuntukan bagi wisatawan. Pariwisata membawa berbagai peluang baru bagi

masyarakat dan mendorong berbagai bentuk perubahan sosial. Dari waktu ke

waktu, dalam pembangunan pariwisata semakin mendapat perhatian untuk aspek

sosial dan budaya dari pemerintah karena semakin meningkatnya kesadaran

bahwa pembangunan kepariwisataan tanpa peraturan yang matang menjadi tidak

teratur. Dalam perkembangannya pariwisata Indonesia diatur oleh

Undang-Undang seperti dalam Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang

Kepariwisataan Bab I berisi tentang:

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata

2. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata

3. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut

4. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan

(16)

2

5. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata, dan usaha lain yang terkait dibidang tersebut

6. Objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata

7. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang

dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata

8. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang

kepariwisataan

Undang-Undang diatas sebagian besar sudah merangkum ruang lingkup

pariwisata, yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk

pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang

tersebut.

Pengembangan pariwisata perlu ditingkatkan, langkah-langkah yang

terarah dan terpadu terutama mengenai berbagai aspek seperti pendidikan

tenaga-tenaga kerja, sistem operasi serta perencanaan pengembangan fisik. Hal tersebut

hendaknya saling terkait sehingga pengembangan tersebut menjadi realistis dan

proporsional. Seperti dalam pengembangan yang terus-menerus dilakukan ibukota

Jakarta dikatakan oleh mantan gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo disela-sela

kegiatan halal bihalal dan silaturahmi bersama jajaran Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan DKI Jakarta (www.beritajakarta.com) “Saat ini, pariwisata di Jakarta

sudah sangat terkenal hingga dunia internasional. Ini tentu berkat kerja keras kita

semua, terutama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta yang telah

memperkenalkan industri pariwisata Jakarta ke luar negeri”. Dari pernyataan ini,

menyimpulkan kerja keras masyarakat semua juga didukung oleh sarana dan

(17)

3

Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya manusia yang

mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata,

seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan, dan lain sebagainya

(Suwantoro, 2004:21). Jadi fungsi dari prasarana adalah untuk melengkapi sarana

kepariwisataan sehingga dapat memberikan pelayanan sebagaimana mestinya.

Sarana kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan

pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung dan

hidup serta kehidupannya tergantung pada kedatangan wisatawan (Yoeti,

1984:184). Sarana kepariwisataan tersebut adalah :

1. Perusahaan akomodasi : hotel, losmen, bungalow.

2. Perusahaan transportasi : pengangkutan udara, laut atau kereta api dan bus-bus yang melayani khusus pariwisata saja.

3. Rumah makan, restaurant, depot atau warung-warung yang berada di

sekitar obyek wisata dan memang mencari mata pencaharian berdasarkan pengunjung dari obyek wisata tersebut.

4. Toko-toko penjual cinderamata khas dari obyek wisata tersebut yang notabene mendapat penghasilan hanya dari penjualan barang-barang cinderamata khas obyek tersebut. (Yoeti, 1984:185-186)

Prasarana kepariwisataan sesungguhnya penyokong wisatawan atau tourist

supply yang perlu dipersiapkan atau disediakan bila akan mengembangkan

industri pariwisata, karena kegiatan pariwisata pada hakekatnya tidak lain

merupakan salah satu kegiatan dari sektor perekonomian.

Istilah industri sering diidentikkan dengan semua kegiatan ekonomi

manusia yang mengolah barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah

jadi atau barang jadi. Istilah industri sering disebut sebagai kegiatan manufaktur

(18)

4

semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan

komersial.

Menurut Sukirno (2000:193) industri adalah suatu usaha atau kegiatan

pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang

memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Dengan demikian usaha

makanan dan minuman juga merupakan bagian dari industri.

Umumnya, semakin maju tingkat perkembangan perindustrian di suatu

negara atau daerah, semakin banyak pula jumlah dan macam industri, dan makin

kompleks pula sifat kegiatan dan usaha tersebut. Cara penggolongan atau

pengklasifikasian industri pun berbeda-beda, tetapi pada dasarnya

pengklasifikasian industri didasarkan pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku,

tenaga kerja, pangsa pasar, modal, atau jenis teknologi yang digunakan. Selain

faktor-faktor tersebut, perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara

juga turut menentukan keanekaragaman industri negara tersebut, semakin besar

dan kompleks kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi, maka semakin

beranekaragam jenis industrinya.

Klasifikasi industri berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986 :

1. Industi kimia dasar : industri semen, obat-obatan, kertas, pupuk, dsb.

2. Industri mesin dan logam dasar : industri pesawat terbang, kendaraan bermotor, tekstil, dll.

3. Industri kecil : industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es, minyak goreng curah, dll.

4. Aneka industri : industri pakaian, industri makanan dan minuman, dll.

Industri pariwisata antara lain sebagai kumpulan dari macam-macam

(19)

5

(goods and service) yang dibutuhkan para wisatawan khususnya dan traveler pada

umumnya, selama dalam perjalanan. Pengertian lainnya industri pariwisata

(Kusudianto, 1996:11) adalah suatu susunan organisasi, baik pemerintah maupun

swasta yang terkait dalam pengembangan, produksi dan pemasaran produk suatu

layanan yang memenuhi kebutuhan dari orang yang sedang bepergian.

Pengembangan obyek wisata sarana dan prasarana harus dilaksanakan

karena apabila suatu obyek wisata dapat membuat wisatawan untuk berkunjung

dan betah untuk melakukan wisata disana, maka akan menyedot banyak

pengunjung yang kelak akan berguna juga untuk peningkatan ekonomi baik untuk

lingkungan di sekitar obyek wisata tersebut maupun pemerintah daerah. Berikut

ini terdapat 6 (enam) kelompok besar yang diklasifikasikan berdasarkan

kebutuhan barang dan jasa yang harus disediakan oleh suatu daerah tujuan wisata

menurut (Pitana dan Gayatri, 2005:101):

1. Transportation 2. Travel services

3. Accommodation

4. Food service

5. Activities and attractions 6. Retail goods

Tujuan wisata sangat memerlukan enam kelompok diatas, salah satu

kelompok klasifikasi yang paling berpengaruh yaitu Accommodation atau

Akomodasi digunakan dalam dua arti yaitu :

(20)

6

Dengan demikian akomodasi yaitu suatu keadaan dan proses yang

disediakan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan, misalnya tempat menginap

atau tempat tinggal sementara bagi orang yang berpergian. Akomodasi merupakan

suatu industri, bila digabungkan industri akomodasi dalam kepariwisataan yaitu

suatu tempat atau kamar dimana orang-orang / pengunjung / wisatawan dapat

beristirahat / menginap / tidur, mandi, makan dan minum serta menikmati jasa

pelayanan dan hiburan yang tersedia (http://anezgreen.blogspot.com). Akomodasi

dan industri pariwisata tentu akan berdampak terhadap ekonomi masyarakat

sekitar dari produk wisata yang diproduksi sehingga produk wisata harus dikemas

sedemikian rupa agar wisatawan menikmati produk wisata yang disajikan.

Produk wisata yang sudah memiliki ciri khas suatu tempat menjadi daya

tarik tersendiri untuk wisatawan berkunjung, sehingga produk pariwisata

dibanding dengan jenis-jenis produk barang dan jasa lainnya memiliki ciri-ciri

berbeda dan untuk memahami bentuk serta wujud dari produk pariwisata, maka

berikut ini pengertian produk pariwisata dari beberapa ahli (dalam

http://tugaspariwisata.blogspot.com):

Menurut Suwantoro (1997:49) “produk wisata merupakan keseluruhan pelayanan

yang diperoleh dan dirasakan atau dinikmati wisatawan semenjak ia meninggalkan tempat tinggalnya, sampai ke daerah tujuan wisata yang telah dipilihnya dan kembali ke rumah dimana ia berangkat semula”.

Menurut Burns and Holden (1989:172) “produk wisata dinyatakan sebagai segala

sesuatu yang dapat dijual dan diproduksi dengan menggabungkan faktor produksi, konsumen yang tertarik pada tempat-tempat yang menarik, kebudayaan asli dan festival-festival kebudayaan”.

(21)

7

Berdasarkan ketiga pengertian diatas produk wisata merupakan segala

sesuatu yang ditawarkan untuk menarik wisatawan atau konsumen dari berbagai

akomodasi pariwsata. Produk wisata ini dapat berbagai macam bentuk dari jasa

dan barang. Produk wisata dari jasa didapat dari pelayanan semenjak ia

meninggalkan tempat tinggalnya, sampai ke daerah tujuan wisata yang telah

dipilihnya dan kembali ke rumah dimana ia berangkat semula. Sedangkan produk

wisata berupa barang dapat berupa produk dari daerah wisata setempat seperti

cinderamata, souvenir, makanan, minuman dan lain-lain.

Sebagian besar wisatawan dengan sengaja atau tidak sengaja mencari

produk wisata berupa makanan, disamping merupakan kebutuhan hidup manusia,

makanan juga bisa menjadi ciri khas produk wisata suatu daerah yang tidak

didapat di daerah lain. Makanan yang sudah menjadi ciri khas suatu daerah

misalnya brownies amanda dari Bandung, bakpia pathok 25 atau 75 dari

Jogjakarta, bika ambon zulaikha dan bolu meranti dari Medan, dan banyak lagi

lainnya yang kebanyakan berbahan utama tepung terigu.

Produk wisata makanan yang berbahan utamanya tepung terigu merupakan

ciri khas dari produk pastry dan bakery, pengertian pastry menurut Patriasih R. dan

Sudewi. (2005) ialah adonan yang berlapis-lapis dengan mentega atau lemak agar

memperoleh hasil berlapisan atau berlembaran”. Pengertian tersebut dikhususkan

untuk pembuatan puff pastry. Tapi bila pastry dan bakery dikatakan dalam industri

perhotelan merupakan suatu section atau deparment atau bagian dapur yang

mengelola segala proses pembuatan makanan dessert atau makanan penutup seperti

(22)

8

sedemikian familiar bagi masyarakat Indonesia walaupun kebanyakan produk pastry

berasal dari amerika, eropa dan negeri barat lainnya. Tidak aneh jika kini mulai

menjamur produk wisata maupun produsen-produsen berfokus pada makanan

berbahan utama tepung seperti toko kue dan roti baik dari skala rumah tangga hingga

industri besar seperti pada majalah Pastry & Bakery edisi Oktober 2012

(www.getscoop.com) dijelaskan :

“pertumbuhan nilai konsumsi roti perkapita oleh masyarakat Indonesia tertinggi bila dibandingkan 11 negara Asia Pasifik lainnya. Nilai konsumsi roti di Indonesia naik 25% pada tahun 2010 menjadi US $ 1,5 perorang pertahun dari konsumsi US $ 1,2 perorang pertahun pada tahun 2009. Dilanjutkan oleh M Husin Syarbini, Prediksi penjualan roti dan kue pada 2012 di Indonesia mencapai angka Rp27 triliun, selain itu dari data asosiasi Bakery Indonesia menunjukkan pertumbuhan

usaha bakery mencapai 15% dibandingkan 2011”

Pernyataan diatas menunjukan pertumbuhan bisnis roti dan kue sangat

menjanjikan, tentunya harus didukung dengan teknologi yang mampu

menghasilkan produk-produk menarik, enak sekaligus berkualitas sehingga aman

dikonsumsi. Hal ini merupakan tugas berat pengusaha untuk melakukan

eksplorasi rasa serta mendalami keinginan pelanggan untuk bisa terus meraih

keuntungan dari produk-produk yang dihasilkan. Supaya dapat menghasilkan

produk yang berkualitas serta sesuai keinginan pasar diperlukan teknologi

penyokong produksi massa pastry untuk menopang kegiatan pengolahan agar

meminimalisir terjadinya kerugian perusahaan dari kecacatan dalam pengolahan

produk dimulai dari bahan yang mentah sampai produk jadi yang diterima oleh

konsumen. Hal yang sangat diperhatikan oleh perusahaan dalam membuat produk

adalah kualitas produk. Menurut American Society for Quality Control, kualitas

(23)

9

bears on its ability to satisfy given needs” (http://jurnal-sdm.blogspot.com),

dengan penjelasannya kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakter-karakter dari

sebuah produk atau jasa yang menunjukkan kemampuannya untuk memuaskan

kebutuhan yang tersirat. Definisi tersebut merupakan kualitas yang berpusat pada

konsumen sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan yang menjual produk telah

memberikan kualitas bila produk atau pelayanan tersebut telah memenuhi atau

melebihi harapan konsumen.

Kualitas produk merupakan pemahaman bahwa produk yang ditawarkan

oleh penjual mempunyai nilai jual lebih yang tidak dimiliki oleh produk pesaing.

Oleh karena itu, perusahaan berusaha memfokuskan pada kualitas produk dan

membandingkannya dengan produk yang ditawarkan oleh perusahaan pesaing.

Akan tetapi suatu produk dengan penampilan terbaik, bahkan dengan tampilan

lebih baik dengan pesaingnya bukanlah merupakan produk dengan kualitas

tertinggi jika tampilannya bukanlah yang dibutuhkan dan diinginkan oleh pasar.

Dimensi kualitas produk menurut Mullins, dkk (dalam

http://jurnal-sdm.blogspot.com), “apabila perusahaan ingin mempertahankan keunggulan

kompetitifnya dalam pasar, perusahaan harus mengerti aspek dimensi apa saja

yang digunakan oleh konsumen untuk membedakan produk yang dijual

perusahaan tersebut dengan produk pesaing”. Pengertian ini berkaitan dengan

mutu suatu produk yang dipasarkan. Mutu produk atau mutu dari makanan yang

diperhatikan menurut Marsum (2005:159) adalah :

1. Flavour (rasa/bau)

2. Consistency (kemantapan; ketetapan)

(24)

10

5. Visual appeal (daya penarik lewat ketajaman mata) 6. Aromatic appeal (daya penarik lewat bau harum) 7. Temperature (panas/suhu)

Mutu produk dengan konsep dimensi operasional diatas, menjadikan

persepsi konsumen terhadap produk ditentukan oleh mutu produk dan dilihat dari

berbagai aspek-aspek yang menyangkut proses produk itu sendiri.

Teknologi yang menyokong produksi massa pastry merupakan teknologi

yang mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

tujuan industri untuk memenuhi permintaan konsumen. Teknologi ini diharapkan

berperan dalam perancangan produk, pengawasan bahan baku, pengolahan, tindak

pengawetan yang diperlukan, pengemasan, penyimpanan, dan distribusi produk

sampai ke konsumen. Diharapkan industri ini dapat mengolah hasil–hasil bahan

mentah sampai menjadi produk yang siap dikonsumsi oleh masyarakat dengan

kualitas mutu dan dimensi operasional produk yang terjamin selama proses

produksi. Industri kecil biasanya masih menggunakan cara–cara tradisional dan

bersifat padat karya, sedangkan industri besar lebih modern dan padat modal.

Aspek–aspek yang sering diperhatikan dalam industri yaitu aspek

teknologi, penyebaran lokasi, penyerapan tenaga kerja, produksi, ekspor dan

peningkatan kualitas mutu (quality control). Peran serta teknologi harus selalu

didampingi kajian ekonomis yang terkait dengan faktor kualitas mutu produk.

Walaupun faktor mutu akan menambah biaya produksi, peningkatan biaya mutu

diimbangi dengan peningkatan penerimaan oleh konsumen. Di samping dapat

menimbulkan citra yang baik dari konsumen, pengendalian mutu yang efektif

(25)

11

yang terjadi pada produk kue bolu tape di Pabrik Liana Cake. Berikut adalah data

yang peneliti ambil selama bulan Juni 2012 di Pabrik Liana Cake:

Tabel 1.1 Data Reject Bolu Tape Bulan Juni 2012

Tanggal Jumlah Adonan

Jumlah Seharusnya Jumlah Jadi

(26)

12

30/06/2012 0 0 0 0 0 0 Tidak produksi Jumlah 25 275 8800 259 8288 115

Rata-rata 0.83 9.17 293.22 8.63 276.27 3.83

Dari data diatas produk bolu tape mempunyai hasil reject dalam bulan juni

2012 sebanyak 115 dan jumlah produk seharusnya 8800 menyusut 512 menjadi

8288. Jumlah seluruh kerugian pabrik dibulan juni 2012 sebanyak 512+115= 627

atau dari penjualannya bila per 1 kap sama dengan 32 produk bolu tape sebanyak

19 kap lebih 19 produk bolu tape atau kerugian sebesar 7.56% pada bulan Juni

2012 yang diderita Pabrik Liana Cake. Banyaknya produk reject yang ada perlu

diteliti faktor-faktor apa saja yang memperngaruhinya, dan perlu diadakan

pengendalian proses agar pengendalian mutu dapat tercapai dengan baik.

Pengendalian proses adalah penggunaan teknologi informasi untuk memonitor

dan mengendalikan suatu proses fisik (Heizer dan Render, 2006:356). Dengan

menggunakan Total Quality Management (TQM), Critical Path Method (CPM)

atau analisis PERT (Program Evalution Review Technique), uji hedonik

organoleptik, dan Statistical Process Control (SPC) diharapkan dapat

memunculkan apa penyebab terjadinya produk reject bolu tape di Pabrik Liana

Cake.

Setelah memperhatikan masalah tersebut di atas maka penulis tertarik

untuk mengadakan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produk

reject dari Pabrik Liana Cake yang berlokasi di Jakarta Barat, karena penulis ingin

mengetahui hal-hal yang menyebabkan suatu perusahaan merugi karena

(27)

13

sehingga dapat diketahui perkembangan produksi yang diharapkan untuk

memenuhi keinginan perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut penulis bermaksud

untuk mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Hasil Produk Bolu Tape Di Pabrik Liana Cake Jakarta Barat”

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas, dapat diidentifikasi permasalahan berikut ini:

1. Bagaimana pengaruh peralatan terhadap hasil reject pada produk bolu tape

di Pabrik Liana Cake Jakarta Barat?

2. Bagaimana pengaruh bahan baku terhadap hasil reject pada produk bolu

tape di Pabrik Liana Cake Jakarta Barat?

3. Bagaimana pengaruh pekerja terhadap hasil reject pada produk bolu tape

di Pabrik Liana Cake Jakarta Barat?

4. Bagaimana pengaruh standar resep terhadap hasil reject pada produk bolu

tape di Pabrik Liana Cake Jakarta Barat?

5. Bagaimana items proses pengolahan berpengaruh terhadap hasil reject

pada produk bolu tape di Pabrik Liana Cake Jakarta Barat?

(28)

14

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data-data dan bahan yang

berkaitan dengan pengaruh hasil reject terhadap hasil pada produk bolu tape di

pabrik Liana Cake Jakarta Barat.

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh peralatan terhadap hasil reject pada produk

bolu tape di Pabrik Liana Cake Jakarta Barat.

2. Untuk mengetahui pengaruh bahan baku terhadap hasil reject pada produk

bolu tape di Pabrik Liana Cake Jakarta Barat.

3. Untuk mengetahui pengaruh pekerja terhadap hasil reject pada produk

bolu tape di Pabrik Liana Cake Jakarta Barat.

4. Untuk mengetahui pengaruh standar resep terhadap hasil reject pada

produk bolu tape di Pabrik Liana Cake Jakarta Barat.

5. Untuk mengetahui pengaruh items proses pengolahan terhadap hasil reject

pada produk bolu tape di Pabrik Liana Cake Jakarta Barat

1.4. Kegunaan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, maka penulis mengharapkan beberapa

manfaat yang diperoleh, antara lain :

(29)

15

Sebagai masukan dan informasi tambahan bagi perusahaan dalam

pengambilan keputusan yang berkaitan dengan faktor-faktor hasil pada

produk bolu tape.

2. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan serta

pengalaman dari suatu disiplin ilmu yang pernah dipelajari selama masa

perkuliahan.

3. Bagi Peneliti Lain

Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak lain yang

berkepentingan dan tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

1.5. Lokasi Penelitian

Penulis melakukan penelitian di Pabrik kue bernama Liana Cake bertempat

(30)

53

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Subjek dan Objek Penelitian

Penelitian ini penulis menggunakan subjek penelitian sebagai variabel

bebas (independent) adalah peralatan (X1), bahan-bahan (X2), standar resep (X3),

tenaga kerja (X4) dan items proses pengolahan (X5). Sedangkan objek adalah

varibel bolu tape reject (Y) sebagai variabel (dependent) atau variabel terkait.

3.2 Metode Penelitian

Berdasarkan variabel yang diteliti, metode penelitian yang digunakan

peneliti adalah metode analisis eksperimental operasional dengan menggunakan

data kualitatif dan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2011:23) data kualitatif adalah

data yang berbentuk kalimat, kata atau gambaran. Sedangkan data kuantitatif yang

diangkakan (scoring).

Menurut Moh.Nazir, Ph. D (2005:44) metode penelitian adalah suatu

penelitian yang dilakukan secara berurutan dengan alat dan prosedur. Sedangkan

menurut Arikunto (2006:86) “metode penelitian eksperimen adalah suatu cara

untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang

sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau

menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu”.

Pengertian penelitian operasional dari beberapa ahli (dalam

(31)

54

Blomenfeld (1985) penelitian operasional adalah suatu penerapan atau pemanfaatan metode analitis untuk membantu pengambil kebijaksanaan memilih beberapa kemungkinan untuk mencapai tujuan. Drake dkk (1983) berpendapat bahwa “penelitian operasional adalah suatu reflection in action (RIA) atau sering disebut bebenah/ perbaikan sambil jalan. Action menunjukkan adanya kegiatan atau intervensi, perubahan atau perbaikan. Reflection menunjuk pada monitoring dan evaluasi”.

Dengan kata lain, penelitian operasional adalah suatu proses penerapan

metode analisis untuk memecahkan suatu masalah operasional, dengan

mengidentifikasi penyebab keberhasilan dan kegagalan kegiatan melalui

pendekatan operasional serta dalam pelaksanaanya perlu ada koordinasi antara

peneliti dengan pengelola di lapangan. Jadi, dapat disimpulkan metode analisis

eksperimental operasional merupakan suatu penelitian yang dilakukan dengan

metode pencarian fakta mengidentifikasi suatu masalah operasional hubungan

sebab akibat antara dua faktor atau lebih yang sengaja ditimbulkan dan diatur oleh

peneliti.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pada saat proses

pengolahan hasil produk yang menyangkut kecacatan hasil produk berdasarkan

teknik analisis data yang meliputi: analisis peralatan; analisis tata letak dan

fungsional kinerja peralatan, analisis bahan baku; analisis bahan baku, Standard

Purchase Spesification (SPS), analisis standar resep; analisis varian, analisis Least

Significant Difference (LSD), deskripsi inderawi atau hedonik organoleptik,

Analisis pekerja; analisis deskripsi data primer, analisis items proses pengolahan;

analisis proses metode Mass Production dan Critical Path Method (CPM) atau

Program Evaluation and Review Technique (PERT), analisis tahapan proses dan

(32)

55

analisis pengukuran produk reject dan produk layak; analisis deskripsi

organoleptik panelis, analisis dan grafik pengendalian proses.

Analisis peralatan: analisis tata letak dan fungsional kinerja peralatan,

digunakan agar diketahui kinerja dan waktu pengoperasian pralatan, serta

berfungsi dengan baik atau rusak sehingga dapat diketahui pengaruhnya terhadap

hasil produk.

Analisis bahan baku: analisis bahan baku, Standard Purchase Spesification

(SPS), membandingkan kondisi bahan baku terhadap standar nasional sehingga

bisa disimpulkan perbandingan kondisi kelayakan bahan baku.

Analisis standar resep: analisis varian, analisis Least Significant Difference

(LSD), deskripsi inderawi, digunakan untuk mengetahui pengaruh komposisi

resep dengan uji hedonik organoleptik terhadap produk sendiri dan produk

kompetitor.

Analisis pekerja; analisis deskripsi data primer, dilakukan dengan

kuesioner dan wawancara kepada para pekerja sehingga kendala-kendala teknis

dapat disimpulkan pengaruhnya terhadap hasil produk.

Analisis items proses pengolahan; analisis proses metode Mass Production

dan Critical Path Method (CPM), dilaksanakan untuk melihat kualitas prosedur

produksi. Analisis ini dilakukan perbandingan, pengukuran waktu dan pengkajian

antara kondisi real dari objek/subjek penelitian dengan kondisi ideal dari suatu

proses produksi. Pengukuran rata-rata suhu dan waktu bakar, dilakukan untuk

dapat membandingkan hasil dan menarik kesimpulan suhu dan waktu yang tepat

(33)

56

Analisis pengukuran produk reject dan produk layak: analisis deskripsi

organoleptik panelis. Analisis ini dilakukan dengan tujuan melihat mutu produk

dengan uji organoleptik hedonik dilakukan perbandingan antara produk reject

terhadap produk layak sehingga bisa dilihat kondisi mutu produk, selain itu juga

dapat dillihat dari produk kompertitor dengan produk yang diujikan. Analisis dan

grafik pengendalian proses dilakukan untuk menganalisis produk tak sesuai atau

cacat dengan produk layak dan untuk menganalisis kemampuan dari suatu proses

produksi yang dapat menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi yang

diharapkan.

3.3 Operasinalisasi Variabel

Tabel 3.1 Operasional Desain Penelitian

Variabel / Sub Variabel

Konsep Teoritis Konsep Empiris Konsep Analisis Skala

Peralatan

Peralatan dipakai untuk keperluan Mise en Place bagi tiap proses memasak suatu makanan.. (Bartono dan Ruffino, 2006:21) juru masak selama memproduksi makanan karena didalam resep itu terdapat petunjuk bahan, takaran, proses masak, dan catatan-catatan lain yang penting untuk ditaati. (Bartono & Rufino, 2006:27)

Tenaga kerja atau staffing adalah cara supervisor mengatur tenaga kerja, baik jumlah atau kualitasnya, kedalam satu tim sehingga didalamnya ada stabilitas dan perimbangan, antara shift (rombongan kerja) yang satu dengan yang lain.(Bartono dan Ruffino, 2005:41)

Hambatan pada proses pengolahan karena masalah bahan, mesin, atau tenaga yang kurang mampu.

Data diperoleh dari observasi dengan skala ordinal meliputi analisis tata letak dan fungsional kinerja peralatan.

Data diperoleh dari observasi dengan skala ordinal meliputi Standard Purchase Spesification (SPS) dari 12bahan baku.

Data diperoleh dari pekerja dengan skala ordinal meliputi: analisis varian, analisis Least Significant Difference (LSD), deskripsi inderawi atau hedonik organoleptik.

Data diperoleh dari pekerja dengan skala ordinal meliputi analisis deskripsi data primer.

Data diperoleh dari pekerja dengan skala ordinal meliputi analisis proses metode Mass

Analisis peralatan;

Analisis standar resep; analisis varian, analisis Least Significant Difference (LSD), deskripsi inderawi atau hedonik organoleptik.

Analisis pekerja; analisis deskripsi data primer.

(34)

57

3.4 Populasi dan Sampel

Populasi menurut Sugiyono (2011:61) adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Menurut Sudjana (2003:6) yang dimaksud dengan populasi adalah

“totalitas semua nilai yang mungkin hasil menghitung ataupun pengukuran baik

kuantitatif mengenai karakter tertentu dari semua anggota kumpulan yang

lengkap.”

Populasi yang diteliti diantaranya adalah produk yang dihasilkan oleh

Pabrik Liana Cake : kue dekorasi, kue black forest, kue kombinasi keju coklat,

kue lapis surabaya, kue bolu tape. Total produk yang dihasilkan pabrik Liana

Cake ada lima produk, sampling yang ditelti dalam penelitian ini satu produk

dikarenakan produksinya masal dan konstan, kemudian pada saat ini dari

observasi dan data yang diperoleh dari Liana Cake permasalahan kecacatan atau

produk reject banyak terjadi pada produk bolu tape.

Pengambilan sampel dari populasi agar diperoleh sampel yang presentatif

dan mewakili, maka diupayakan setiap subjek dalam mempunyai peluang yang

an (X5) atau beberapa spesifikasi untuk produk itu.(kartika, 1988:168)

Production dan Critical Path Method (CPM) atau Program Evaluation and Review Technique (PERT), analisis tahapan proses dan tata letak, pengukuran rata suhu bakar, pengukuran rata-rata waktu bakar.

Data diperoleh dari observasi dengan skala ordinal meliputi analisis deskripsi organoleptik panelis, analisis dan grafik pengendalian proses.

Production dan Critical Path Method (CPM) atau Program Evaluation and Review Technique (PERT), analisis tahapan proses dan tata letak, layak; analisis deskripsi organoleptik panelis, analisis dan grafik pengendalian proses

(35)

58

sama untuk menjadi sampel. Menurut Arikunto (2006:104) dimaksud dengan

sampel adalah “sebagian atau mewakili yang diteliti”. Sedangkan Sugiyono

(2011:62) yang disebut dengan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi tertentu.

Penarikan sampel pada penelitian ini diambil berdasarkan teknik analisis

data, sampel diambil seluruhnya untuk sampel reject penjelasannya sebagai

berikut. Pengocokan hanya satu kali adonan menghasilkan 11 kap atau 352

produk dan produk rejectnya dibawah 30 produk berdasarkan data bulan Juni

2012 pada tabel 1.1 reject terbanyak 25 produk. Maka pengambilan sampel

berdasarkan analisis data menggunakan teknik Nonprobability Sampling serta

sampling jenuh.

Menurut Sugiyono (20011:66) Nonprobability Sampling adalah teknik

pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang/ kesempatan bagi setiap

unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Dari

Nonprobability Sampling teknik ini juga meliputi sampling jenuh. Menurut

Sugiyono (2011:68) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua

anggota populasi digunakan sebagai sampel”.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

A. Studi Pustaka

Usaha penelaan yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi

yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi

itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan

(36)

59

tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun

elektronik iklan.

B. Observasi

Merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan analisis

indrawi, jadi tidak hanya dengan pengamatan menggunakan mata saja,

mendengarkan, mencium, mengecap meraba termasuk salah satu bentuk dari

observasi. Instrumen yang digunakan dalam observasi adalah panduan

pengamatan dan lembar pengamatan.

C. Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab dengan

orang-orang atau institusi, yang berkaitan langsung dengan obyek yang diteliti untuk

melengkapi data-data penelitian yang tidak didapat dari dokumentasi.

D. Kuesioner atau Angket

Teknik pengumpulan data umumnya menggunakan daftar pertanyaan yang

harus diisi oleh responden untuk diisi. Angket terbuka, angket yang

jawaban-jawabannya tergantung responden sehingga ada kemungkinan jawaban tersebut

belum diketahui oleh peneliti. Angket tertutup, angket yang pertanyaan dan

jawaban-jawabannya disusun oleh peneliti.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini untuk

menganalisis lima faktor yaitu faktor peralatan, faktor bahan baku, faktor pekerja,

faktor standar resep, dan faktor items proses pengolahan diantaranya sebagai

(37)

60

3.7.1 Analisis Faktor Peralatan

Teknik analisis faktor peralatan yang digunakan peneliti adalah dengan

menganalisis tata letak peralatan dan fungsional prosentase kinerja peralatan.

Analisa tata letak menggunakan diagram proses pengolahan agar didapat kinerja

peralatan serta waktu pengoprasian peralatan, seperti diagram proses dibawah ini :

Tabel 3.2 Diagram Proses

Metode sekarang : Metode yang diusulkan

Judul diagram: ………. Tanggal : ………...

Simbol Diagram Keterangan Proses

Total

= operasi = transportasi = pemeriksaan

= menunggu = penyimpanan

Sumber: Jay Heizer & Barry Render (2006)

Fungsional kinerja peralatan dapat dilihat dari hasil pendataan peralatan

yang dipakai. Peralatan masih berfungsi dengan baik atau rusak, atau harus

mendapat perbaikan dengan mendeskripsikan kerusakan yang terjadi. Pendataan

peralatan yang dilakukan sebagai berikut (Bartono & Ruffino, 2005:62) :

1. Nama alat tersebut, istilah baku dan kegunaannya.

2. Spesifikasi, misalnya tipe, energy yang dipakai, voltase listrik, kapasitas produksi, system perawatan, dan seterusnya.

3. Harga unit. Harga ini dapat berasal dari katalog yang dikeluarkan oleh dealer resminya di Indonesia.

(38)

61

Pendataan peralatan diatas disesuaikan dengan hal-hal yang dapat mempengaruhi

produk reject yaitu dengan mengurangi dan menambahkan pendataan yang

diperlukan. Pendataan yang diteliti sebagai berikut:

Tabel 3.3 Fungsional kinerja peralatan

Spesifikasi Keterangan

Nama alat

Umur alat

Fungsi alat

Material bahan

Energi yang dipakai

Kapasitas energi

Kapasitas produksi

Waktu pengoperasian

Sistem perawatan

Kemungkinan kerusakan

Kemungkinan pengaruh

3.7.2 Analisis Faktor Bahan Baku

Bahan baku sangat berpengaruh terhadap bagaimana kualitas makanan

tersebut dapat diproduksi dengan baik. Bahan baku yang baik diseleksi mulai dari

memeriksa penerimaan bahan baku sampai bahan baku diproses. Analisis ini

bertujuan untuk menekan pemakaian bahan baku berkualitas rendah agar

pengaruh terhadap hasil produk dapat dikurangi sekecil mungkin. Oleh karena itu,

harus ditetapkan standar kualitas penerimaan atau Standart Purchase Spesification

(SPS) yang sesuai. Perbandingan SPS yang dipakai adalah standar nasional

(39)

62

berlaku secara nasional di Indonesia. SNI dirumuskan oleh panitia teknis dan

ditetapkan oleh BSN (http://www.bsn.go.id).

Tabel 3.3 merupakan perbandingan SPS yang dilakukan berdasarkan

penelitian dengan syarat standar nasional Indonesia berdasarkan bahan baku

pembuatan bolu tape yaitu terigu, air, gula, telur, susu, baking powder, bahan

pengawet, cake emulsifier, vanilli bubuk, pewarna bubuk, tape, sukade.

Tabel 3.4 Standart Purchase Spesification (SPS) No Nama Bahan

Baku Berdasarkan SNI Berdasarkan Penelitian

1 2 3 dst.

Metode mengukur standar deviasi atau distribusi sebaran normal :

Tabel 3.5 Analisis Bahan Baku Utama No.

(40)

63

2. Tindakan standar (yang tidak dipahami/yang rusak) didefinisikan sebagai

perbandingan banyak benda yang tak sesuai dalam suatu populasi dengan

banyak benda keseluruhan dalam populasi itu.

3. Untuk mencari persentase ketidaksesuaian = Tindakan Standar : Uk.

Sampel.

4. Deviasi standar

3.7.3 Analisis Faktor Standar Resep

Teknik analisis yang dilakukan untuk mengetahui komposisi standar resep

yang mempengaruhi produk reject dari produk layak yaitu secara deskripsi

organoleptik dan skala hedonik antara produk cake bolu tape Liana Cake dengan

produk kompetitor.

Rentang skala hedonik berkisar dari amat sangat suka sampai tidak suka.

Rentang skala pada uji mutu hedonik lebih disesuaikan dengan tingkatan mutu

hedonik. Tingkatan skala bervariasi bergantung dari rentang mutu yang

diinginkan dan sentivitasnya. Pada penelitian ini, rentang skala numerik berkisar

dari nol sampai lima seperti pada tabel 3.6 dibawah ini.

Tabel 3.6 Skala Hedonik

Skala Hedonik Skala Numerik

Amat Sangat Suka Sangat Suka

Suka Agak Suka

Netral Tidak suka

(41)

64

Setelah melakukan uji hedonik, data dianalisis dengan analisis Varian

(ANAVA) Rancangan Acak Kelompok (RAK), Least significant difference

(LCD), dan analisis inderawi sebagai berikut :

A. Analisis Varian (ANAVA) Rancangan Acak Kelompok (RAK)

Analisis Varian (ANAVA) Rancangan Acak Kelompok (RAK) dibuat

seperti tabel 3.7 dibawah ini:

Tabel 3.7 Analisa Varian

Sumber: Kartika et al. (1988 :120)

Keterangan :

FK = Faktor Koreksi

JK (P) = Jumlah Kuadrat Panelis

JK (S) = Jumlah kuadrat Sampel

JK (T) = Jumlah Kuadrat Total

JK (G) = Jumlah Kuadrat Galat

X = Jumlah penilaian masing-masing panelis terhadap semua sampel

Y = Jumlah penilaian semua panelis terhadap masing masing produk/sampel

T = Jumlah panelis

Sumber

variasi DB JK KT Fh F 0.5

Panelis (P) n-1 JK (P)

Sampel (S) n-1 JK (S)

Galat db (T) - db (P)-db (S) JK (G)

(42)

65

r = Jumlah sampel

S = Penilaian terhadap setiap sampel.

Rumus :

B. Least significant difference (LCD)

Least significant difference (LCD) dengan menggunakan selang

kepercayaan 95% sebagai berikut :

1. Mencari standar error √

2. Mencari Least significant difference (LCD) pada tabel Significant

studentized range at the 5 % level, untuk nilai pembanding adalah : standar

error x nilai least significant difference.

3. Rerata hasil perhitungan diurutkan dari mulai yang terbesar sampai

terkecil kemudian dibandingkan dengan nilai pembanding.

(43)

66

Uji organoleptik atau uji inderawi yaitu pernyataan kesan tentang baik atau

buruknya mutu suatu produk umumnya ditentukan oleh beberapa macam sifat

sensorik, hal tersebut tidak dapat digambarkan kecuali dengan pengujian

deskripsi. Penilaian dengan berdasarkan sifar-sifat sensorik yang lebih kompleks,

dan dinilai secara keseluruhan sehingga menyusun mutu sensorik keseluruhan.

Mutu sensorik diterapkan dengan deskripsi organoleptik kepada panelis, dengan

penyederhanaan tingkatan mutu dari makanan yang diperhatikan menurut Marsum

(2005:159) yaitu :

1. Flavour (rasa/bau)

2. Consistency (kemantapan; ketetapan)

3. Texture/form/shape (susunan/bentuk/potongan) 4. Nutritional content (kandungan gizi)

5. Visual appeal (daya penarik lewat ketajaman mata) 6. Aromatic appeal (daya penarik lewat bau harum) 7. Temperature (panas/suhu)

Mutu diatas disederhanakan menjadi lima tingkatan karena menggunakan uji

organoleptik yaitu Flavour (rasa/ bau), Consistency (kemantapan, ketetapan),

Texture/ form/ shape (susunan/ bentuk/ potongan), Visual appeal (daya penarik

lewat ketajaman mata), Aromatic appeal (daya penarik lewat bau harum).

Grafik uji deskripsi dilakukan terhadap karakteristik produk bolu tape

Liana Cake dengan produk kompetitor dan dinyatakan uji saklar garis, dimana

suatu garis lurus yang mempunyai titik pangkal dan arah sepanjang garis dapat

dibuat skala dengan jarak yang sama.

3.7.4 Analisis Faktor Pekerja

Analisis faktor pekerja menggunakan analisis deskripsi dengan kuesioner

(44)

67

pekerja yang bekerja dalam proses pembuatan bolu tape Liana Cake. Pencarian

data disesuaikan dengan hal-hal teknis yang mempengaruhi pekerja terhadap hasil

produk sebagai berikut:

Tabel 3.8 Data Primer Pekerja

Spesifikasi Keterangan

Nama

Umur

Jenis kelamin

Pendidikan Terakhir

Pengalaman kerja sebelumnya

Lama bekerja

Waktu kerja

Pekerjaan yang dikerjakan

Input optimasi produk

3.7.5 Analisis Faktor Proses Pengolahan

3.7.5.1Analisis Proses Metode Mass Production, Critical Path Method

(CPM), Program Evaluation and Review Technique (PERT)

Critical Path Method (CPM) menurut Heizer dan Render (2009:93) teknik

manajemen proyek yang menggunakan hanya satu faktor waktu per aktivitas dan

akan menggunakan analisis untuk produk yang tidak habis. Sehingga dapat

dikatakan CPM merupakan analisa jaringan kerja untuk meminimalisir waktu

penyelesaian total proyek yang bersangkutan agar dapat mengoptimalkan

kinerjanya. Sedangkan PERT menurut T. Hari Handoko (2010:401) “Program

Evaluation and Review Technique (PERT) merupakan suatu metoda analitik yang

(45)

68

memerlukan kegiatan-kegiatan tertentu yang harus dijalankan dalam urutan

tertentu, dan kegiatan-kegiatan itu mungkin tergantung pada kegiatan-kegiaatan

lain”.

CPM atau analisis jalur kritis adalah teknik manajemen proyek yang

menggunakan satu faktor waktu per kegiatan. Analisis CPM dilakukan dengan

cara membuat perkiraan waktu dengan tujuan menemukan jadwal proyek

sehingga menemukan titik kritis waktu, seperti tabel 3.9 dibawah ini.

Tabel 3.9 Analisis CPM

Aktifitas Deskripsi Waktu

A Persiapan alat

B Persiapan dan memasukan bahan I

C Persiapan bahan II

D Persiapan dan pencampuran bahan III

E Mixing bahan I, II, III

F Memasukkan bahan II

G Memasukkan bahan III

H Penurunan adonan dan

pengadukan manual

I Istirahat adonan

J Pencucian mixer

K Clear up

L Pemasangan kertas kue

M Pencetakkan adonan

N Penaburan topping

O Pembakaran adonan

P Pendinginan

Q Pensortiran & pengemasan

R Clear up

Tabel analisis CPM diatas kemudian dikembangkan dengan membuat

(46)

69

Keterangan

Earliest start – ES (mulai paling awal)

Earliest finish – EF (selesai paling awal)

Lasest start – LS (mulai paling lambat)

Latest finish – LF (selesai paling lambat)

ES = Max {EF semua pendahulu langsung}

EF = ES + Waktu kegiatan

EF = Min {LS dari seluruh kegiatan yang berlangsung mengikutinya}

LS = LF – Waktu kegiatan

Slack = LS ES atau Slack = LF - EF

Notasi yang digunakan pada titik untuk forward dan backward pass

Untuk menghitung dispersi atau variansi waktu penyelesaian dapat digunakan

rumus :

Variasi = [(b-a)/6]²

b = waktu pesimis

a = waktu optimistis

EF

LF LS

2 A

(47)

70

3.7.5.2Analisis Tahapan Proses dan Tata Letak

Analisis tahapan proses dan tata letak menggunakan diagram proses

pengolahan agar diketahui kinerja dan waktu proses pengolahan. Diagram proses

pengolahan mempunyai kesamaan dengan diagram proses peralatan, yang

membedakan dari diagram proses diatas yaitu adanya deskripsi hasil tahapan

proses antara real dan ideal yang bertujuan sebagai pembanding antara tahapan

proses real dan pada saat penelitian dengan tahapan proses ideal.

Tabel 3.10 Diagram Proses

Metode sekarang : Metode yang diusulkan

Judul diagram: ………. Tanggal : ………

………... Dibuat oleh : ….……….

……….. No. Diagram : ………

Departemen : ………. Lembar ke : ……dari……….

Jarak dalam kaki

Waktu dalam menit

Simbol Diagram Keterangan Proses

Deskripsi hasil tahapan

Real Ideal

Total

= operasi = transportasi = pemeriksaan

= menunggu = penyimpanan

Sumber: Jay Heizer & Barry Render (2006)

(48)

71

Analisis yang digunakan adalah pengukuran rata-rata suhu baking.

Pengukuran dilakukan dengan mendata suhu rata-rata pada proses pembakaran,

dari suhu awal pada 20 menit pertama, suhu proses pada 20 menit kedua, suhu

pengeluaran pada 20 menit terakhir. Pengukuran suhu tersebut akan diperoleh

pengaruh dari rata-rata suhu yang dipakai, seperti tabel dibawah ini.

Tabel 3.11 Pengukuran Rata-rata Suhu Baking

Tanggal

3.7.5.4Pengukuran Rata-rata Waktu Baking

Pengukuran yang dilakukan hampir sama dengan pengukuran rata-rata

suhu baking dengan menganalisis waktu yang pakai pada proses pembakaran.

Pengukuran waktu akan diperoleh pengaruh dari waktu pembakaran yang dipakai,

seperti tabel dibawah ini.

Tabel 3.12 Pengukuran Rata-rata Waktu Baking

Tanggal

(49)

72

3.7.6 Pengukuran Produk Layak dan Produk Reject

Pengukuran produk reject dan produk layak merupakan kesimpulan dari

analisis faktor peralatan, faktor bahan baku, faktor standar resep, faktor pekerja

dan faktor items proses pengolahan dan kemudian dilakukan dua tahap analisis

yaitu :

1.7.6.1Analisis Deskripsi Produk Secara Organoleptik Panelis

Analisis pada produk reject dan produk layak dilakukan kepada panelis

untuk mendapatkan analisis organoleptik yang dijadikan data primer untuk

diketahui perbandinganya terhadap kedua produk tersebut. Parameter mutu yang

digunakan seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.13 Deskripsi Produk

No. Parameter Mutu Produk Layak

Produk

Reject Kesimpulan

1. Flavour

2. Consistency

3. Texture

4. Visual appeal

5. Aromatic appeal

1.7.6.2Analisis Pengendalian Proses

Menurut Heizer dan Render (2006:268) yang dimaksud dengan Statistical

Process Control (SPC) adalah sebuah proses yang digunakan untuk mengawasi

standar, membuat pengukuran dan mengambil tindakan perbaikan selagi sebuah

(50)

73

adalah Statistical Quality Control berkonsentrasi untuk mengontrol hasil dari

produksi barang maupun jasa, sedangkan Statistical Process Control

berkonsentrasi untuk mengontrol proses produksi barang maupun jasa.

Pengendalian proses adalah analisa dan mengenali penyebab keragaman

produk dan kemudian melakukan tindakan koreksi terhadap proses produksi agar

dicapai produk yang bermutu baik dan seragam (Soewarno, 1985). Tujuan dari

pengendalian proses ialah mengenali dan memonitor terjadinya penyimpangan

mutu produk, memberikan antisipasi dini, memberikan waktu untuk mengoreksi

proses yang menyimpang dan menghubungkan keragaman dari penyimpangan

mutu produk.

Penelitian ini digunakan grafik pengendalian proses, berhubungan dengan

bagian produk reject yang diproduksi oleh suatu proses produksi dan dinamakan

grafik pengendali untuk bagan tak sesuai, atau grafik p. Grafik ini dipakai untuk

mengendalikan atribut agar tidak melewati batas toleransi tertentu. Data Atribut

(Attributes Data) yaitu data kualitatif yang dapat dihitung untuk pencatatan dan

analisis (Heizer dan Render, 2006:297).

(51)

74

BPB = ………….. n = …………..

Keterangan :

Untuk menetapkan nilai batas biasanya digunakan 3 deviasi baku. Kriteria

kecacatan pada contoh berukuran n dengan pengambilan contoh m kali, yang

mempunyai distribusi binomial dengan nilai rata-rata populasi U = n x p dan ,

deviasi baku adalah akar dari p x q / n, dimana p adalah fraksi cacat rata-rata.

Nilai batas pengendali atas dan bawah dapat dihitung berdasarkan 3 deviasi baku :

BPA = p + 3√(p x (1 - p) / n)

BPB = p - 3√(p x (1 - p) /n)

p = garis tengah

Grafik pengendali yang kedua untuk ketidaksesuaian, atau grafik c,

diagram c adalah diagram kendali kualitas digunakan untuk mengendalikan

jumlah cacat setiap produk = c ± 3√c

Rumus untuk batas kendali atas dan bawah dari diagram p

̅ ̂

Keterangan :

̅

(52)

75

n = banyaknya pengamatan pada setiap sampel.

̂

̂ √ ̅ ̅

Rasio Kapabilitas Proses(Cp)

Analisis kemampuan proses digunakan untuk menganalisis kemampuan

dari suatu proses produksi yang dapat menghasilkan produk yang memenuhi

spesifikasi. Cara untuk melihat kemampuan proses atau rasio kapabilitas proses

adalah dengan membandingkan rentang spesifikasi dengan rentang keragaman

data. Pembandingan ini disebut kemampuan proses (Cp) dengan rumus :

Nilai Cp = 1 menunjukan proses cukup baik dalam memenuhi spesifikasi

Nilai Cp < 1 menunjukan banyak produk dianggap baik tetapi sebenarnya berada

diluar spesifikasi

(53)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Hasil analisis yang sudah dilakukan dapat ditarik disimpulkan :

1. Standart Purchase Spesification (SPS) dengan grafik pengendali proses

penyimpangan bahan baku hanya terjadi satu kali pada bahan baku tape

yang diduga karena terlalu lama dalam waktu penyimpanan yang

disebabkan direct purchase atau membeli langsung dari penjual tape yang

belum matang atau terlalu matang.

2. Hasil dari Mass Production dan Critical Path Method (CPM) menyatakan

bahwa produk yang dihasilkan sesuai dengan standar, tetapi terjadi waktu

tenggat yang diduga proses normal pada saat menunggu adonan

mengembang secara umum penggunaan waktu proses sudah optimal.

3. Analisis kualitas produk dapat disimpulkan bahwa parameter mutu visual

appeal, aromatic appeal, flavour, dan consistency terjadi perubahan yang

signifikan diduga kurang tinggi suhu pembakaran adonan dan sistem

perapian yang tidak merata, pada saat pensortiran menggunakan pisau

yang dapat merusak bagian atas kue, bahan baku tape yang tidak sama

disetiap produksi, penyimpanan produk ditumpuk menjadikan produk

tertindi atau kecil.

4. Hasil analisis Grafik Pengendalian Proses yang berdasar atas produk reject

Gambar

Gambar 4.24 Karakteristik Rasa Manis .......................................................
Tabel 1.1  Data Reject Bolu Tape Bulan Juni 2012
grafik pengendalian proses dilakukan untuk menganalisis produk tak sesuai atau
Tabel 3.2 Diagram Proses
+7

Referensi

Dokumen terkait

Matakuliah ini mengaji tentang perkembangan sejarah di wilayah Asia Selatan sejak awal peradaban kuno sampai menjadi negara modern di masa kini meliputi:

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Personalisasi reward dalam penelitian ini masih terbatas karena menggunakan Finite State Machine yang perilakunya terbatas, sehingga jika dimainkan berulangkali maka

Hospital/health post (Tools: secondary data review, transect walk) Infrastructure types Types of Health Centre Numbe rs of Health Center s Numb er of Health worke rs

Pengawas Ruang US/M menerima bahan US/M dari penanggung jawab Penyelenggaraan US/M berupa Paket Soal, LJUS/M, Amplop LJUS/M, Daftar Hadir, dan Berita Acara

Histopatologi biopsi renal sangat berguna untuk menentukan penyakit glomerular yang mendasari (Scottish Intercollegiate Guidelines Network, 2008). Bukti

Hasil dari penelitian ini yaitu; (1) menghasilkan komik yang memiliki karakteristik berbasis desain grafis, dan berisi materi Besaran dan Satuan SMP kelas VII SMP, dan

Sedangkan pada opsi put Eropa, writer juga dapat mengalami kerugian jika yang terjadi pada saat maturity time adalah strike price lebih besar dibanding harga