• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KURIKULUM PENDIDIKAN PARIWISATA DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN INDUSTRI : Studi kasus pada Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung Program studi Tata Boga Diploma III.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI KURIKULUM PENDIDIKAN PARIWISATA DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN INDUSTRI : Studi kasus pada Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung Program studi Tata Boga Diploma III."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Kasus pada Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung Prodi Tata Boga Diploma III )

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Master Program Studi Pengembangan Kurikulum

Disusun oleh:

Drs. Mochamad Nurrochman

NIM : 0908980

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM

SEKOLAH PASCA SARJANA

(2)

EVALUASI KURIKULUM PENDIDIKAN

PARIWISATA

DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN

INDUSTRI

(Studi Kasus pada Sekolah Tinggi Pariwisata

Bandung Prodi Tata Boga Diploma III )

Oleh

Mochamad Nurrochman

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pengembangan Kurikulum

Mochamad Nurrochman

2013

Universitas Pendidikan Indonesia Desember 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

DISETUJUI OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I

Dr.Dinn Wahyudin M.A NIP : 195402061978031003

Pembimbing II

Prof. Dr.Hj. Mulyani Sumantri M.Sc NIP: 193907211962102001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pengembangan Kurikulum

(4)

Kebutuhan Industri ( Studi kasus pada Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung Program studi Tata Boga Diploma III). Tesis pada Program Studi Pengembangan Kurikulum SPs. Universitas Pendidikan Indonesia.

Hakekat penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya kesenjangan harapan yang diinginkan oleh dunia industri melalui pemenuhan kebutuhan juru masak di hotel berbintang tiga oleh kurikulum Sekolah Tinggi program Tata Boga Diploma III. Masalahnya sampai saat ini belum ada dokumen ilmiah atau hasil evaluasi secara sistematis, terpadu dan ilmiah tentang hasil evaluasi kurikulum program studi Tata Boga Diploma III dalam memenuhi kebutuhan juru masak departemen pengolahan makanan hotel bintang tiga. Oleh karena itu, diperlukan upaya evaluasi kurikulum secara ilmiah, terpadu dan berkesinambungan guna dapat mengukur efektivitas kurikululum STP Program Tata Boga Diploma III dilihat dari mutu lulusan juru masak di hotel. Melalu Metode evaluatif diharapkan hasil penelitian ini dapat menjawab pertanyaan, menguji atau membuktikan hipotesis sehingga hasil penelitian evaluatif dapat menjadi bahan masukan dalam merekonstruksi dokumen dan praktik kurikulum STP Program Studi Tata Boga Diploma III sesuai kebutuhan industri khususnya Departemen Pengolahan Makanan di hotel bintang tiga. Dalam penelitian ini, model evaluasi kurikulum yang digunakan adalah model Stake. Karena model ini lebih sesuai dengan kondisi pendidikan yang ada di Indonesia. Dalam rangka proses pengumpulan data, penelitian ini menggunakan cara pendekatan gabungan (mixed methods) dimana kecenderungan data ditekankan pada data kualitatif yang mendapatkan dukungan dari data kuanitatif untuk memperjelas, mempertajam, dan menjawab berbagai jenis pertanyaan yang tidak mungkin dijawab jika peneliti hanya menggunakan salah satu metode.

(5)

Kata Pengantar ... i

Dafar Isi ...ii

Bab I Pendahuluan A. Latar belakang Masalah...1

B. Identifikasi dan Fokus masalah...4

C. Perumusan Masalah ...11

D. Tujuan penelitian ...12

E. Manfaat penelitian...12

F. Sistematika penelitian... 14

Bab II Kajian Teori A. Konsep Evaluasi kurikulum ... 16

1. Pengertian Evaluasi Kurikulum ... 16

2. Model Evaluasi Kurikulum ... 22

3. Bentuk Evaluasi Kurikulum ... 30

4. Langkah Evaluasi Kurikulum ... 32

B. Kurikulum Berbasis Kompetensi ... 34

1. Model Konsep Kurikulum ... 34

2. Model Kurikulum Berbasis Kompetensi ... 37

C. Kurikulum Pendidikan Parwisata ... 39

1. Pengertian Pendidikan Pariwisata ... 39

2. Kurikulum Pendidikan Tinggi Berdasarkan SK Mendiknas 232 ... 42

3. Kurikulum Pendidikan Pariwisata Program Studi Tata Boga... 45

D. Tuntutan Kebutuhan dunia industri ... 50

1. Tuntutan KKNI ... 50

2. Tuntutan SKKNI ... 53

(6)

A. Metode Penelitian ... 61

B. Sumber Data Penelitian ... 65

C. Prosedur Pengumpulan Data ... 66

D. Teknik Pengumpul Data ... 69

E. Prosedur Analisis Data ... 70

F. Tahapan Penelitian ... 71

Bab IV Deskripsi dan Pembahasan Hasil Penelitian A Kurikulum Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung ... 72

1. Sejarah Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung ... 72

2. Tujuan pendidikan Program Studi Tata Boga diploma III... 76

3. Struktur Organisasi Program Studi Tata Boga diploma III ... 79

4. Kekuatan dan kelemahan program studi Tata Boga ... 79

5. Struktur dan isi kurikulum program studi Tata Boga ... 81

B. Pelaksanaan Kurikulum Program Studi Tata Boga Diploma III... 84

1. Perencanaan Pembelajaran ... 84

2. Pelaksanaan Pembelajaran ... 87

3. Evaluasi Pembelajaran ... 97

4. Muru Dosen ... 101

5. Bentuk Kompetensi Lulusan ... 111

6. Mutu Kompetensi Lulusan ... 118

Bab V Simpulan dan Saran... 124

1. Simpulan ... 124

2. Saran ... 125

Daftar Pustaka... 128

(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebijakan pemerintah dalam pembangunan pariwisata dan perhotelan adalah upaya meningkatkan nilai tambah berupa memperluas lapangan kerja, kesempatan berusaha, serta menyediakan barang dan jasa yang bermutu dengan harga bersaing. Hal ini dilakukan baik di luar maupun di dalam negeri. Kebijakan pemerintah ini selalu disempurnakan sesuai tuntutan dunia kerja agar kehidupan pariwisata dan hotel di Indonesia meningkat secara positif.

Berkenaan dengan hal tersebut, pemerintah Indonesia pada tahun 1994 meratifikasi perjanjian World Trade Organization dan perjanjian multilateral menjadi Undang-Undang Republik Indonesia No. 7/1994 tentang Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan

Organisasi Perdagangan Dunia). Perjanjian ini mengatur tata perdagangan barang, jasa, dan Trade Related Intellectual Property Rights (TRIPS) atau hak atas kepemilikan intelektual yang terkait dengan perdagangan (Lien Maulina, 2013: 1-2).

Menurut Lien Maulina (2013: 8) untuk menghadapi tahun 2020, industri pariwisata memerlukan sumber daya yang kompeten, salah satu antisipasi yang dilakukan pemerintah adalah dengan disahkannya Peraturan Presiden Republik Indonesia No 2 Tahun 2007 tentang Asean Tourism Agreement atau Persetujuan Pariwisata ASEAN. Pasal 8 Peraturan Presiden Republik Indonesia tersebut menyatakan bahwa negara anggota wajib bekerjasama dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) di bidang industri pariwisata.

(8)

Menurut Ritchie dan Goeldner dalam Jafari (1987: 375-376), dampak negatif dari segi sosial budaya lainnya adalah premature departure to modernization, yaitu suatu keadaan dimana nilai-nilai dan ideologi asing yang

diterima memengaruhi kehidupan dan sikap serta perilaku masyarakat lokal dan secara perlahan-lahan dikhawatirkan akan menjauhi budaya dan tradisi mereka.

Crandall (1987: 376) menyatakan bahwa pariwisata dapat pula menimbulkan dampak negatif, perubahan dalam pola dan kebiasaan sosial, misalnya studi di Hawaii mengaitkan hal ini dengan tingginya tingkat perceraian sebagai dampak negatif sosial budaya serta terjadinya demonstration effect, yaitu kebiasaan meniru yang dilakukan masyarakat lokal khususnya para remaja, yaitu meniru perilaku, kebiasaan, sikap, dan pola konsumsi wisatawan asing.

Berangkat dari hal tersebut, maka peran pendidikan dalam pariwisata memiliki posisi strategis dalam optimalisasi mutu kompetensi lulusan yaitu manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab seperti tertuang dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada Bab II pasal 3 bahwa:

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

(9)

dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Masalah lain yang sering muncul adalah lulusan pendidikan pariwisata sulit memperoleh pekerjaan sesuai dengan bidangnya. Hal ini bukan disebabkan oleh lapangan pekerjaan yang tidak ada melainkan karena pendidikan yang didapatkan kurang sesuai dengan jenis pekerjaan (Kompas, 2010).

Berdasarkan permasalahan di atas maka yang menjadi sumber kelemahan pendidikan pariwisata adalah kurikulum yang digunakan. Hal ini disebabkan kurikulum memiliki posisi dan pengaruh strategis dalam keseluruhan proses dan hasil pendidikan. Bahkan, kebanyakan pakar kurikulum (Unruh, 2009; Klein, 1989; Marsh, 2011; dan Oliva, 2011) sepakat menempatkan kurikulum di posisi sentral dalam proses pendidikan, sebagai desain proses dan hasil pendidikan, dan jantung pendidikan. Dalam posisi demikian, tidak berlebihan jika dikatakan proses dan hasil pendidikan dikendalikan, diatur, dan dinilai berdasarkan kriteria yang ada dalam kurikulum.

Hal ini sejalan dengan pendapat Depdiknas (2013: 15) bahwa dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi mahasiswa.

Dengan demikian, kurikulum dalam pendidikan pariwisata merupakan inti dari pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memerhatikan tahap perkembangan mahasiswa dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan (Bab IX, Ps.37).

(10)

dokumen, proses, dan hasil yang tepat sesuai perkembangan masyarakat sebab pengembangan kurikulum adalah upaya kurikulum dalam merespon kebutuhan dan kemajuan di bidang pendidikan, perubahan sistem pendidikan IPTEK, perubahan sosial, dan memenuhi kebutuhan mahasiswa sehingga kurikulum akan selalu up to date dari zaman ke zaman dan konsistensi antara ide, dokumen dan pelaksanaan di lapangan.

Menurut hasil studi pendahuluan (2013) tentang kurikulum Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung program studi Tata Boga diploma III, nampaknya terdapat kesenjangan antara ide dengan dokumen kurikulum dan antara dokumen dengan impelementasi kurikulum sehingga struktur dan subtansi kurikulum perlu dikonstruksi serta direkonstruksi agar dapat meningkatkan mutu kompetensi lulusan sebagai juru masak profesional di hotel.

Dilihat dari aspek lulusan, masih banyak lulusan yang bekerja di luar bidangnya karena formasi kerja yang tersedia terbatas atau syarat kompetensi yang dibutuhkan belum dapat dipenuhi sesuai kebutuhan industri. Sedangkan, dari materi pembelajaran ternyata masih banyak isi matakuliah yang tidak sesuai dengan perkembangan aktual saat ini karena pada umumnya tenaga pendidik adalah para akademisi kampus bukan praktisi juru masak di hotel sehingga menimbulkan kesenjangan saat lulusan melakukan praktik kerja di dunia industri.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian ini memfokuskan diri pada masalah pengembangan kurikulum yang diharapkan dapat menjadi alternatif solusi dari jawaban di tengah kebutuhan masyarakat untuk menghasilkan lulusan yang berkompetensi dan dapat mempersiapkan tenaga kerja yang sesuai kebutuhan hotel sebagai pemakai lulusan.

B. Identifikasi Masalah dan Fokus Masalah

(11)

juga implementasi kurikulum merupakan usaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri.

Dalam praktiknya, pengembangan kurikulum perlu dipantau dalam kegiatan pelaksanaan kurikulum untuk mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang muncul pada saat kurikulum dilaksanakan. Melalui pemantauan yang dilakukan secara terencana dan terus menerus maka diharapkan kendala-kendala yang muncul dan menghambat pelaksanaan kurikulum dapat lebih dini diketahui, dan dengan segera dapat dirumuskan alternatif pemecahan masalah yang mungkin dapat dilakukan.

Hal ini sejalan dengan pendapat Oliva (1988: 118) bahwa pengembangan kurikulum merupakan proses yang tidak pernah berakhir. Proses tersebut meliputi orientasi, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Merujuk pada pendapat tersebut maka dalam konteks pengembangan kurikulum, evaluasi merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari pengembangan kurikulum itu sendiri. Melalui evaluasi dapat ditentukan nilai dan arti suatu kurikulum sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan apakah suatu kurikulum perlu dipertahankan atau tidak; bagian-bagian mana yang harus disempurnakan.

Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan selalu akan terjaga dan terkontrol sehingga dapat berjalan secara efektif dan efisien. Fungsi pengontrolan terhadap proses pelaksanaan kurikulum inilah yang disebut dengan evaluasi kurikulum. Artinya dalam pengembangan kurikulum, posisi evaluasi sangat dibutuhkan untuk memperbaiki dan memberi masukan untuk pengembangan kurikulum selanjutnya sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan. Evaluasi di sini tidak dilakukan untuk memberikan penilaian yang mutlak dan pengoreksian secara negatif, tetapi lebih pada pemberian masukan yang positif agar kurikulum dapat sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman di masanya.

Cronbach (1988: 13) evaluasi kurikulum adalah … as component in the

(12)

information to make decisions about an educational program. Artinya, evaluasi

kurikulum adalah bagian dari proses pembuatan keputusan sebuah program pendidikan melalui proses pengumpulan dan penggunaan informasi agar dapat mengembangkan kurikulum secara lebih baik

Berdasarkan pada pendapat di atas maka evaluasi dalam pengembangan kurikulum pada dasarnya adalah pemberian rekomendasi terhadap usaha pengembangan kurikulum. Rekomendasi adalah pernyataan-pernyataan yang menspesifikasikan gagasan-gagasan tentang kurikulum, yang merupakan hasil pemufakatan bersama, bukan menjadi ukuran teknis yang bersifat mutlak dan ketat. Rekomendasi tidak sama dengan ukuran teknis (technical standards). Pemberian rekomendasi ini penting sebagai petunjuk atau pedoman bagi para pengembang kurikulum. Rekomendasi dimuat dalam teknis manual yang berisi informasi tentang kurikulum yang telah diperoleh dari berbagai pihak. Teknis manual ini berguna sebagai sumber bahan untuk memberikan pertimbangan tentang kurikulum. Bahan informasi tersebut berfungsi sebagai sumber bagi lembaga pendidikan, tenaga kependidikan, para pengembang kurikulum, para penilik sekolah, dan lain-lain.

Evaluasi dalam pengembangan kurikulum bertujuan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan data mengenai kesesuaian, efektivitas, dan efisiensi kurikulum tersebut terhadap tujuan yang ingin dicapai dan penggunaan sumber daya, yang mana informasi ini sangat berguna sebagai bahan pembuat keputusan apakah kurikulum tersebut masih dijalankan tetapi perlu revisi atau kurikulum tersebut harus diganti dengan kurikulum yang baru.

Hal ini sesuai dengan pendapat Hasan (2009: 41) bahwa evaluasi dalam pengembangan kurikulum adalah bagian esensial dan strategis sebagai upaya sistematis, ilmiah, dan terpadu untuk mengumpulkan informasi mengenai keampuhan konstruksi sebuah kurikulum dan bahan pertimbangan menentukan nilai dan arti dari kurikulum dalam suatu konteks tertentu.

Menurut Wright dalam Sukmadinata (2009: 173) curriculum evaluation may be defined as the estimation of growth and progress of students toward

(13)

dimaksudkan untuk mengestimasi pertumbuhan dan perkembangan mahasiswa dalam bentuk kompetensi yang dibutuhkan oleh masyarakat sebagai indikator efektivitas relevansi, efisiensi, kelaikan (feasibility) sebuah kurikulum.

Evaluasi dalam pengembangan kurikulum memegang peranan yang penting karena mencakup aspek perencanaan, proses, dan hasil dari sebuah kurikulum sehingga dapat digunakan oleh pemegang kebijaksanaan pendidikan dan pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijaksanaan pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan. Hasil dari evaluasi pengembangan kurikulum dapat digunakan oleh dosen, kepala sekolah, dan pelaksana pendidikan dalam memahami dan membantu perkembangan siswa, memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian, serta fasilitas pendidikan lainnya.

Berdasarkan pada pendapat di atas maka penelitian ini difokuskan pada masalah evaluasi kurikulum. Hal ini dilakukan dalam upaya menentukan keunggulan dan kelemahan sebuah implementasi kurikulum melalui penerapan prosedur ilmiah untuk menentukan nilai atau efektivitas suatu kegiatan, mempermudah proses perbaikan kurikulum itu sendiri dalam membuat keputusan tentang program kurikulum.

Pendidikan pariwisata merupakan salah satu bentuk pendidikan vokasi dan profesi yang mengajarkan keahlian terapan, menekankan kepada perkembangan afektif, kognitif, dan psikomotor. Tingkat keberhasilan suatu lembaga pendidikan tidak hanya ditentukan oleh tingkat profesionalisme lulusannya tetapi lulusanya terbuka mendapatkan tempat kerja yang sesuai di pasar kerja (Lien Maulina, 2013).

(14)

pendidikan vokasi menganut sistem terbuka (multi-entry-exit system) dan multimakna (berorientasi pada pembudayaan, pemberdayaan, pembentukan watak, dan kepribadian, serta berbagai kecakapan hidup life skill). Sedangkan, makna pendidikan pariwisata adalah pendidikan profesi yaitu pendidikan yang bertujuan mempersiapkan mahasiswa untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus sesuai gelar profesinya.

Pendidikan pariwisata adalah salah satu jenjang pendidikan yang menggunakan kurikulum berbasis kompetensi karena menekankan keterampilan tertentu yang bersifat terapan sehingga melahirkan tenaga profesional dalam bidangnya. Kompetensi yang dimaksud dalam kurikulum pendidikan pariwisata adalah segala bentuk motif, sikap, keterampilan, pengetahuan, perilaku atau karakteristik pribadi lain yang penting, untuk melaksanakan pekerjaan atau yang membedakan antara kinerja rata-rata dengan kinerja superior.

Menurut Widarto (2010: 2) komponen kompetensi adalah sebagai berikut. 1. Knowledge, yaitu ilmu yang dimiliki individu dalam bidang pekerjaan atau

area tertentu.

2. Skill, yaitu kemampuan untuk unjuk kerja fisik atau mental.

3. Self Concept, yaitu sikap individu, nilai-nilai yang dianut serta citra diri. 4. Traits, yaitu karakteristik fisik dan respon yang konsisten atas situasi atau

informasi tertentu.

5. Motives, yaitu pemikiran atau niat dasar yang konstan yang mendorong individu untuk bertindak atau berperilaku tertentu.

Merujuk pada makna kompetensi di atas maka Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (2009:15) merumuskan profil kompetensi umum lulusan pendidikan pariwisata sebagai berikut.

(15)

2. Mempunyai kompetensi untuk mengembangkan rancang bangun kepariwisataan, kebijakan kepariwisataan, diversifikasi produk wisata, dan strategi pemasaran pariwisata akan menemukan metode, inovasi, yang digunakan baik oleh industri maupun pendidikan vokasi dan pendidikan akademik sendiri,

3. Memiliki kompetensi berupa keahlian untuk mengembangkan dan mengelola usaha pariwisata, yang lebih pada penggunaan ilmu dan teknologi yang diperlukan baik oleh industri maupu lembaga pendidikan. Dewasa ini, kebutuhan lulusan pendidikan pariwisata di bidang juru masak banyak diminta oleh departemen pengolahan makanan di setiap hotel sehingga pendidikan pariwisata perlu membuka program studi Tata Boga dengan menggunakan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi agar dapat menghasilkan lulusan yang kompeten dan profesional yaitu sebagai berikut. 1. Tanggung Jawab Pekerjaan:

a. membuat makanan pembuka, utama, dan sup, b. menjaga kebersihan dapur,

c. pengecekan bahan baku,

d. memastikan kualitas dan rasa makanan,

e. memastikan peralatan masak berfungsi berdasarkan kegunaan, dan f. melaksanakan administrasi dapur.

2. Persyaratan Pengalaman:

bekerja minimal satu tahun sebagai juru masak. 3. Keahlian:

a. memahami dan mampu memasak makanan pembuka, utama, dan sup; b. memahami dan mampu meracik menu makanan pembuka, utama, dan

sup;

c. pemahaman terhadap resep dan produk makanan pembuka, utama, dan sup; dan

d. membersihkan dapur, mencuci peralatan masak.

(16)

studi Tata Boga diploma III yang secara komprehensif dan sistematis dalam upaya memenuhi tuntutan lapangan kerja yaitu sebagai juru masak profesional di hotel. Hal lain adalah masih lemahnya koordinasi penyusunan rancangan serta penyempurnaan kurikulum yang sesuai dengan tuntutan industri dan belum optimalnya performa kurikulum yang sesuai dengan tuntutan industri dimana konten sangat lemah serta lemahnya upaya manajemen perbaikan bidang kurikulum sesuai tuntutan industri (Lien Maulina, 2013).

Dengan demikian, perlu dilakukan evaluasi kurikulum pendidikan pariwisata program studi Tata Boga diploma III agar dapat mengukur keampuhan konstruksi dan implementasi kurikulum sehingga tujuan program dapat dideskripsikan dengan jelas, dokumen kurikulum yang tertuang dalam Permen PM no 48/DL.107/MKP/2010 dapat mendukung tercapainya tujuan kurikuler, pelaksanaan kurikulum di lapangan dapat berjalan lancar dan terdapat konsistensi antara ide dengan dokumen kurikulum, ide kurikulum dengan implementasi kurikulum. Hal ini disebabkan implementasi mengacu kepada dokumen kurikulum.

Selanjutnya alasan penulis memilih melakukan evaluasi kurikulum prodi tata boga pendidikan diploma III Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung adalah sebagai berikut.

1. Menurut hasil studi pendahuluan (2013), selama ini belum ada evaluasi terhadap kurikulum pendidikan pariwisata program studi tata boga diploma III Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung terhadap kesesuaian dengan kebutuhan Departemen Pengolahan Makanan Hotel.

2. Menurut hasil studi pendahuluan (2013), selama proses pengembangan kurikulum di pendidikan pariwisata program studi tata boga diploma III Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung belum optimal dalam rangka memenuhi kebutuhan Departemen Pengolahan Makanan Hotel.

(17)

juru masak sesuai dengan kebutuhan hotel di dalam negeri dan luar negeri.

4. Tumbuh suburya hotel-hotel berbintang maupun usaha jasa boga seperti restoran, outlet-outlet pastry dan bakery, kafe, kedai makan yang di dalamnya sangat erat berhubungan dengan makanan. Peluang kerja bagi lulusan jurusan tata boga diploma III Sekolah Tinggi Pariwisata bandung di bidang usaha jasa boga semakin terbuka luas.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka dirumuskan masalah penelitian ini adalah bagaimana efektivitas kurikulum pendidikan pariwisata program studi Tata Boga diploma III dalam memenuhi kebutuhan juru masak di hotel?

Adapun perincian rumusan masalah adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran pada kurikulum Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung program studi Tata Boga diploma III di lapangan? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran pada kurikulum Sekolah Tinggi

Pariwisata Bandung program studi Tata Boga diploma III di lapangan? 3. Bagaimana evaluasi pembelajaran pada kurikulum Sekolah Tinggi

Pariwisata Bandung program studi Tata Boga diploma III di lapangan? 4. Bagaimana mutu dosen Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung program studi

Tata Boga diploma III di lapangan?

5. Bagaimana bentuk kompetensi yang dibutuhkan juru masak hotel di Departemen Pengolahan Makanan?

6. Bagaimana mutu kompetensi lulusan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung program studi Tata Boga diploma III sebagai juru masak hotel di Departemen Pengolahan Makanan?

D. Tujuan Penelitian

(18)

memenuhi kebutuhan juru masak profesional di hotel dilihat dari dimensi input, proses, dan output secara terpadu sehingga hasil evaluasi kurikulum dapat memperoleh hasil berupa keputusan perbaikan, tidak atau sekedar pembuktian.

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalis:

1. perencanaan pembelajaran pada kurikulum Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung program studi Tata Boga diploma III di lapangan,

2. pelaksanaan pembelajaran pada kurikulum Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung program studi Tata Boga diploma III di lapangan,

3. evaluasi pembelajaran pada kurikulum Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung program studi Tata Boga diploma III di lapangan,

4. mutu dosen Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung program studi Tata Boga diploma III di lapangan,

5. bentuk kompetensi lulusan kurikulum Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung program studi Tata Boga diploma III dalam memenuhi kebutuhan juru masak di hotel, dan

6. mutu kompetensi lulusan kurikulum Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung program studi Tata Boga diploma III dalam memenuhi kebutuhan juru masak di hotel.

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan penelitian yaitu untuk menilai efektivitas kurikulum Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung program studi Tata Boga dalam memenuhi kebutuhan juru masak di hotel maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih yang berharga baik secara teoretis maupun praktis.

1. Manfaat secara teoretis

(19)

atau kaidah-kaidah tentang ide, dokumen, implementasi, dan hasil dari sebuah kurikulum.

b. Sebagai alternatif model evaluasi kurikulum pendidikan pariwisata program studi Tata Boga diploma III dalam memenuhi kebutuhan juru masak di hotel.

2. Manfaat secara praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan berupa masukan dalam rangka memenuhi kebutuhan juru masak profesional di hotel melalui evaluasi kurikulum pendidikan pariwisata. Oleh sebab itu, secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:

a. dosen program studi Tata Boga diploma III, diharapkan dapat menjadi dasar dalam memahami dan mendalami proses membuat perencanaan, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi pembelajaran berdasarkan konsep kurikulum berbasis kompetensi dalam memenuhi kebutuhan juru masak di hotel,

b. ketua Prodi Tata Boga diploma III, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pembinaan profesi terutama yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum dan pembelajaran dalam mengembangkan kompetensi juru masak di hotel,

c. STP Bandung, diharapkan dapat mempersiapkan calon tenaga juru masak di hotel profesional sesuai kebutuhan Departemen Pengolahan Makanan,

d. peneliti selanjutnya, diharapkan dapat membuka wawasan sebagai bahan masukan bagi peneliti lebih lanjut dalam menemukan alternatif model evaluasi kurikulum pendidikan pariwisata di jenjang yang lebih tinggi dalam mengembangkan kompetensi juru masak di hotel .

F. Sistematika Penulisan

(20)

Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah dan fokus masalah, perumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka

Bab ini membahas landasan-landasan teori yang digunakan penulis dalam menganalisa data yang ditemukan di lapangan, sehingga bisa mencapai hasil penelitian yang objektif dan alamiah. Dalam bab ini, diuraikan teori-teori tentang evaluasi kurikulum, Kurikulum Berbasis Kompetensi yang mencakup pengertian, proses implementasi, dan tuntutan kebutuhan dari industri.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini membahas pendekatan dan metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data, serta uji keabsahan data.

Bab IV Pembahasan

Pada bab ini, penulis menganalisa segala bentuk data yang diperoleh dari lapangan yang dianggap relevan dengan tema penelitian yang telah ditentukan. Pembahasan ini mencakup gambaran umum tentang lokasi penelitian, profil pekerja juru masak hotel yang sesuai dangan kebutuhan Departemen Pengolahan Makanan, kompetensi lulusan program studi Tata Boga Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung.

Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Sesuai dengan fokus permasalahan yang telah dirumuskan maka metode dalam penelitian ini adalah metode evaluatif terhadap kurikulum pendidikan pariwisata dalam memenuhi kebutuhan industri. Metode evaluatif dalam penelitian ini bermaksud menjelaskan tentang adanya kegiatan penelitian yang sifatnya mengevaluasi terhadap dokumen, implementasi, dan lulusan melalui prosedur evaluasi secara ilmiah dalam mengumpulkan dan menganalisis data untuk menentukan nilai atau manfaat (worth) dari suatu kurikulum.

Menurut Depdiknas (2002:3) evaluasi merupakan suatu proses sistematis dalam mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi yang umumnya diperoleh melalui pengukuran untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan efisiensi suatu program pendidikan. Evaluasi dilaksanakan untuk menguji obyek/ kegiatan dengan kriteria tertentu untuk keperluan pembuatan keputusan.

Nana Syaodih (2007:120) menjelaskan bahwa penelitian evaluatif merupakan suatu desain dan prosedur evaluasi dalam mengumpulkan dan menganalisis data secara sistematik untuk menentukan nilai/ manfaat dari suatu praktik (pendidikan). Nilai/ manfaat dari suatu praktik (pendidikan) didasarkan atas hasil pengukuran/ pengumpulan data yang menggunakan standar/ kriteria tertentu yang digunakan secara absolut ataupun relatif.

(22)

evaluatif dirancang untuk menjawab pertanyaan, menguji atau membuktikan hipotesis, sedang evaluasi ditujukan untuk mengambil keputusan. Penelitian evaluatif bersifat hypothesis driven sedang evaluasi bersifat decision driven. Perbedaan mendasar yang lain adalah penggunaannya, hasil penelitian evaluatif disimpan sampai ada lembaga atau orang yang akan mengunakannya, sedang hasil evaluasi segera digunakan untuk mengambil keutusan terhadap program yang dievaluasi.

Lebih jauh David R. Krathwohl, (1993 :20 ) menjelaskan bahwa meskipun terdapat perbedaan, namun keduanya berhubungan erat. Penelitian evaluatif dilaksanakan dengan maksud hasilnya dapat digunakan untuk memperbaiki praktik. Di pihak lain evaluasi yang baik dilaksanakan dengan berpegang pada prinsip dan prsedur penelitian evaluatif.

Dengan demikian, metode evaluatif dalam penelitian ini pada dasarnya merupakan bagian dari penelitian terapan bertujuan mengukur keberhasilan suatu kurikulum pendidikan pariwisata dalam memenuhi kebutuhan industri dan menilai keberhasilan manfaat, kegunaan, sumbangan, dan kelayakan suatu kurikulum dilihat dari dimensi dokumen, implementasi, dan lulusan pendidikan pariwisata.

Adapun objek yang dievaluasi dalam penelitian ini adalah kurikulum Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung program studi Tata Boga diploma III. Studi ini dipilih karena peneliti adalah pengajar di program studi Tata Boga. Peneliti melihat terdapat kelebihan dan kekurangan dari kurikulum program studi Tata Boga diploma III sehingga berkeinginan memberikan sumbang saran dalam proses pengembangan kurikulum dalam memenuhi kebutuhan juru masak di hotel. Selain itu, saat ini belum ada dokumen dan hasil penelitian tentang evaluasi kurikulum program studi Tata Boga secara ilmiah dan terpadu.

Penelitian ini mengembangkan model evaluasi kurikulum Countenance Stake, yaitu evaluasi kurikulum yang dikembangkan oleh Stake dalam menilai

(23)

1. Dalam penilaiannya model Stake melihat kebutuhan program yang dilayani oleh evaluator sesuai tujuan penelitian.

2. Model Stake berupaya mendeskripsikan kompleksitas program sebagai realita yang mungkin terjadi.

3. Model Stake memiliki potensi besar untuk memperoleh wawasan baru dan teori-teori tentang lapangan dan program yang akan dievaluasi.

Model Stake terdiri atas dua matriks, yaitu matriks deskripsi dan matriks pertimbangan seperti tampak pada gambar di bawah ini.

Gambar III.1

Framework Evaluation Countenence of Educational Model Sumber Stake 1967 (Worthen & Sanders, 1987)

1. Matriks Deskripsi

Kategori pertama dari matriks deskripsi adalah sesuatu yang direncanakan (intent) pengembang kurikulum dan program. Dalam konteks kurikulum STP Bandung Prodi Tata Boga diploma III maka kurikulum tersebut adalah kurikulum yang dikembangkan oleh satuan pendidikan. Sedangkan program adalah silabus dan RPP yang dikembangkan dosen. Kategori kedua adalah observasi, yang berhubungan dengan apa yang sesungguhnya sebagai implementasi dari apa yang diinginkan pada kategori pertama. Pada kategori ini, evaluan harus melakukan

STANDARD JUDGEMENT

JUDGEMENT MATRIX

INTENS OBSERVATION

(24)

observasi mengenai antecendent, transaksi, dan hasil yang ada di satu satuan pendidikan atau unit kajian yang terdiri atas beberapa satuan pendidikan.

2. Matriks Pertimbangan

Dalam matriks ini, terdapat kategori standar pertimbangan dan focus antecendent, transaksi, out come (hasil yang diperoleh). Standar adalah kriteria

yang harus dipenuhi oleh suatu kurikulum atau program yang dijadikan evaluan. Berikutnya adalah evaluator hendaknya melakukan pertimbangan dari apa yang telah dilakukan dari kategori pertama dan matriks deskriptif. Adapun dua hal lain yang harus diperhatikan dalam menggunakan model countenance adalah contingency dan congruence. Kedua konsep ini adalah konsep yang

memperlihatkan keterkaitan dan keterhubungan 12 kotak tersebut. Contingency terdiri atas contigency logic dan contingency empiric. Contingency logic adalah hasil pertimbangan evaluator terhadap keterkaitan logis antara kotak antecedence dengan traksaksi dan hasil. Kemudian evaluator juga harus memberikan pertimbangan empiris berdasarkan data lapangan. Evaluator juga harus memberikan pertimbangan congruence atau perbedaan yang terjadi antara apa yang direncanakan dengan apa yang terjadi di lapangan. Adapun kelebihan dari model ini adalah adanya analisis yang rinci. Setiap aspek dicoba dikaji kesesuainnya.

Dalam mengimplementasikan pegolahan data deskriptif terdapat beberapa fase, di antaranya sebagai berikut.

1. Antecenden Phase

Fase ini mengupas tentang keadaan rencana atau kondisi sebelum program diimplementasikan. Pada fase ini, permasalahan yang diteliti adalah bagaimana perumusan dokumen kurikulum disusun? Apakah telah mengikuti langkah-langkah yang benar pada saat menyusun dokumen kurikulum? Apakah dokumen kurikulum masih sesuai untuk menjawab tuntutan kebutuhan industri untuk saat ini?

2. Transaction Phase

(25)

kelas. Dalam fase ini, akan diteliti apakah dokumen kurikulum STP prodi Tata Boga diploma III disusun berdasarkan ide kurikulum? Apakah terjadi konsistensi (contongency logis) antara yang tertulis dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Bagian kedua fase ini membahas mengenai apakah implementasi kurikulum dapat menghasilkan mutu lulusan yang kompeten?

3. Outcomes Phase

Fase dimana diketahui hasil yang didapat akibat dari implementasi program. Di sini akan dilihat sejauh mana hasil kurikulum konsisten dengan tujuan yang direncanakan. Dengan kata lain, peneliti akan menggali dan mempertanyakan apakah hasil dari kurikulum tersebut akan mempunyai lulusan yang bermutu sesuai dengan tuntutan dunia industri. Sejalan dengan hal itu akan dilihat pula apakah terjadi konsistensi antara . Antecenden Phase, Transaction Phase, dan Outcomes Phase dari kurikulum STP Bandung prodi Tata Boga

diploma III.

B. Sumber Data Penelitian

Berdasarkan matriks di atas maka sumber data dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Ketua Program Studi Tata Boga diploma III periode tahun 2012-2015. Beliau dipilih karena telah turut serta mengonstruksikan ide dan dokumen kurikulum STP Bandung prodi Tata Boga diploma III sekaligus penanggung jawab kegiatan implementasi kurikulum program studi. 2. Dosen vocational yang mewakili pilar prodi Tata Boga sebanyak 22 orang

dan terkait dengan silabus, satuan acara perkuliahan serta pencapaian kompetensi yang harus dikuasai lulusan sehingga dapat memerankan jabatan yang tertulis dalam profil lulusan.

3. Mahasiswa semester enam sebanyak 20 orang untuk mengetahui proses implementasi kurikulum di kelas baik secara praktik maupun teori.

(26)

learning saat bekerja di hotel sehingga mutu lulusan benar-benar hasil

kurikulum STP Bandung program studi Tata Boga diploma III.

5. Dokumen kurikulum seperti Peraturan Menteri, struktur kurikulum, silabus, SAP, contoh soal UAS, dan dokumen praktik kerja nyata yang dijadikan objek penelitian baik subtansi maupun regulasi berkaitan dengan kurikulum.

C. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan sehingga memungkinkan untuk mendapatkan data yang berkelanjutan dan memperhalus tema yang muncul. Data kualitatif tersebut akan digunakan untuk mengisi matriks deskriptif dan pertimbangan.

Prosedur pengumpulan data untuk mengisi kolom antecendent adalah sebagai berikut: (1) mengumpulkan nama mengenai konstruksi kurikulum sebagai dokumen, peneliti berusaha mendapatkan dokumen tentang proses konstruksi kurikulum tertulis seperti kurikulum program studi Tata Boga diploma III melalui angket kepada ketua prodi, dosen vocational, dan mahasiswa; (2) pengumpulan data transsactional menggunakan analisis dokumen dan wawancara terhadap dosen dan ketua prodi; dan (3) pengumpulan data untuk outcomes dengan angket kepada lulusan yang bekerja sebagai juru masak hotel dan wawancara dengan atasan lulusan tersebut.

(27)

Gambar III.2

Analisis Model antecendence Countenence Performa Kurikulum

Intentions Observation Standard Judgment

(28)

dalam ide

Selanjutnya adalah tabel transaction yang berkaitan dengan pelaksanaan kurikulum dengan pencapaian tujuan program studi Tata Boga diploma III sebagai juru masak di hotel yaitu sebagai berikut:

Gambar III.3

Analisis Model Transaction Countenence Performa kurikulum

Intentions Observation Standard Judgment

(29)

Metode atau

Objek dalam penelitian ini adalah kurikulum Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung program studi Tata Boga diploma III. Studi ini dipilih karena peneliti adalah pengajar yang mengabdikan diri pada institusi tersebut. Peneliti melihat belum ada data ilmiah untuk menilai kelebihan dan kekurangan kurikulum program studi Tata Boga dalam memenuhi kebutuhan juru masak di hotel.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Angket

(30)

Baik dengan skala 100-90, Baik dengan skala 89-70, Cukup dengan skala 69-50, Kurang dengan skala 49-30, dan Sangat Kurang dengan skala 29-10 yang harus dipilih dan di setiap item. Hal ini dilakukan untuk menjaring data dan masukan sebanyak-banyaknya tentang pelaksanaan dan produk dari kurikulum sekolah tinggi pariwisata Bandung program studi Tata Boga diploma III dalam memenuhi kebutuhan tenaga juru masak di hotel.

2. Observasi

Peneliti menggunakan observasi untuk mengamati proses pembelajaran di kelas, penampilan tenaga pendidik di sekolah, dan penampilan lulusan di tempat bekerja. Observasi ini dipergunakan untuk memperdalam data hasil angket karena membutuhkan data yang akurat terhadap apa yang telah ditanyakan dalam angket. 3. Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini dipergunakan untuk menggali data yang berhubungan dengan produk kurikulum Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung program studi Tata Boga diploma III dari sudut pengguna jasa lulusan di mana alumni bekerja. Wawancara ini menggunakan wawancara terstruktur (structural interview) dan wawancara tidak berstruktur (unstructured or focused interview).

4. Dokumentasi

Instrumen dokumentasi dipergunakan untuk melengkapi dan memperkaya data dari hasil angket, observasi, dan data hasil wawancara yang berkenaan dengan sumber dokumen tentang pelaksanaan dan produk kurikulum Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung dalam memenuhi kebutuhan juru masak di hotel. Adapun prosedur penyusunan instrumen meliputi langkah yang di antaranya analisis pertanyaan penelitian, penyusunan kisi-kisi, pengembangan kisi-kisi menjadi instrumen, uji coba keterbacaam instrumen, dan revisi instrumen.

F. Prosedur Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis data mixed method dengan model atau desain eksplanatori adalah metode penelitian

(31)

menggunakan metode kuantitatif dan pada tahap kedua dilakukan dengan menggunakan kualitatif. Metode kuantitaitf berperan untuk memperoleh data kuantitatif yang terukurr yang dapat bersifat deskriptif, komparatif dan asosiasif. Sedangkan metode kualitatif berperan untuk membuktikan, memperdalam, memperluas, memperlemah dan menggugurkan data kuantitatif yang telah diperoleh pada tahap awal (Sugiyono, 2011; 415). Creswell (2009; 211) menyatakan explanatory strategy in mixed method research is characterized by the collection and analysis of quantitative data in a first

phase followed by the collection and analysis of qualitative data in a second phase that build on the result of initial quantitative results”.

Proses pencampuran (mixing) data dalam desain ini terjadi ketika hasil awal kuantitatif mengimformasikan proses pengumpulan data kualitatif. Untuk itulah, dua jenis data ini terpisah, namun tetap berhubungan. Teori yang eksplisit bisa saja disajikan, tetapi bisa juga tidak dalam membentuk keseluruhan rosedur (Creswell, 2010; 316).. Model ini ini dinamakan desain eksplanatori karena setelah ada pembuktian, urutan berikutnya adalah pendalaman, sebagaimana pada penjelasan di atas.

(32)

Gambar II: T

eknik Analisis Desain Eksplanatory

Sumber; (Creswell, 2009: 209)

Adapun Prosedur analisis data dalam penelitian ini meliputi antecedent, transaction, dan outcomes dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Anteceden

a. Kondisi diprioritaskan dalam menciptakan pengajaran pembelajaran yang berkaitan dengan outcome.

b. Eksistensi kondisi masa lalu untuk evaluasi kurikulum, meliputi: 1) ketertarikan siswa atas pembelajaran masa lampau,

2) lingkungan pembelajaran dalam suatu institusi, dan 3) tradisi dan nilai-nilai yang berlaku dalam suatu institusi. 2. Transaction

a. Banyaknya pertemuan mahasiswa dengan dosen, siswa dengan siswa. b. Interaksi yang terjadi antara:

1) dosen <<<======>>> mahasiswa 2) mahasiswa <<<======>>> mahasiswa 3) mahasiswa <<<======>>> materi kurikulum 4) mahasiswa <<<======>>> lingkungan pendidikan

Dalam hal ini, perlu dipahami bahwa yang dimaksud dengan transaction adalah proses pendidikan.

3. Outcome

a. Pengukuran dampak pengajaran pada peserta didik dan lain-lain. b. Pengaruh dari pengimplementasian kurikulum terhadap:

(33)

2) guru

3) tenaga administrasi 4) masyarakat

c. Outcome yang langsung versus outcome lama.

G. Tahapan Penelitian

Adapun tahapan dan langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Persiapan Penelitian

Pada tahap ini, peneliti mengawali penelitian dengan dengan melakukan identifikasi permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan dengan memerhatikan fenomena yang ada berkaitan dengan kurikulum yang akan dievaluasi saat ini serta ditunjang oleh hasil temuan yang dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu.

Adapun langkah-langkah lebih rincinya adalah sebagai berikut.

a. Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan topik permasalahan, yaitu evaluasi kurikulum terpadu dalam mengembangkan karakter siswa. Studi pustaka ini digunakan untuk bahan pertimbangan teoritik terhadap pengkajian dan pembahasan data hasil penelitian.

b. Memilih model evaluasi

Pemilihan model evaluasi atau pendekatan penelitian berdasarkan: 1) tujuan evaluasi dan pertanyaan penelitian,

2) metode pengumpulan data, dan

3) hubungan antara evaluator dan administrator, melihat evaluasi, individu-individu dalam program dan organisasi yang akan dievaluasi.

c. Penentuan komponen yang akan dievaluasi

(34)

manajemen program. Namun sebelum memilih komponen tersebut harus disesuaikan dengan tujuan penelitian evaluasi.

d. Mendesain metode penelitian yang akan digunakan termasuk di antaranya menentukan subjek penelitian, instrumen penelitian, alat pengumpul data, dan rencana analisis data.

2. Pelaksanaan Penelitian

a. Pengumpulan dan analisis data

Untuk pengumpulan data dibutuhkan adanya instrumentasi evaluasi. Instrumen ini dapat berupa tes atau nontes yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya. Data kuantitatif diperoleh melalui instrumen yang sudah baku (tes dan nontes) sedangkan, data kualitatif diperoleh melalui wawancara, observasi, dokumentasi, dan lain-lain. Analisis data dapat berupa analisis kuantitatif (statistika deskriptif atau inferensial) maupun analisis data kualitatif berupa analisis naratif kualitatif.

3. Pelaporan hasil evaluasi

Isi laporan penelitian evaluatif harus memuat rancangan penelitian, metodologi, temuan-temuan serta kesimpulan, dan rekomendasi. Kesimpulan berisi jawaban atas pertanyaan penelitian atau pembuktian hipotesis sedangkan rekomendasi berisi masukan-masukan dari temuan-temuan evaluasi untuk penyempurnaan atau perbaikan program.

(35)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Penelitian ini bertujuan meneliti kesesuaian ide kurikulum program studi Tata Boga diploma III STP Bandung dalam memenuhi kebutuhan juru masak di Departemen Pengolahan Makanan hotel bintang empat. Artinya, performa dokumen kurikulum program studi Tata Boga diploma III belum sesuai dengan ide kurikulum yang telah dibuat oleh Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung baik dalam bentuk visi lembaga maupun peraturan lainnya sehingga belum dapat meningkatkan mutu kompetensi lulusan sebagai juru masak di Depertemen Pengolahan Makanan hotel bintang empat .

Dengan demikian performa dokumen kurikulum program studi Tata Boga diploma III yang telah dibuat oleh Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung baik dalam bentuk visi lembaga maupun peraturan lainnya belum mendukung tujuan kurikuler yaitu meningkatkan mutu kompetensi lulusan sebagai juru masak di Departemen Pengolahan Makanan hotel bintang empat.

Berdasarkan hasil pengumpulan dan analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Perencanaan pembelajaran pada kurikulum program studi Tata Boga diploma III belum sesuai dengan dokumen kurikulum yang telah dibuat oleh Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung baik dalam bentuk visi lembaga maupun peraturan lainnya sehingga belum dapat memenuhi kebutuhan dunia industri yaitu sebagai juru masak di Depertemen Pengolahan Makanan hotel bintang empat .

(36)

industri yaitu sebagai juru masak di Departemen Pengolahan Makanan hotel bintang empat .

3. Evaluasi pembelajaran pada kurikulum program studi Tata Boga diploma III belum sesuai dengan dokumen kurikulum yang telah dibuat oleh Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung baik dalam bentuk visi lembaga maupun peraturan lainnya sehingga belum dapat memenuhi kebutuhan industri yaitu sebagai juru masak di Departemen Pengolahan makanan hotel bintang empat .

4. Mutu kompetensi dosen dalam melaksanakan pembelajaran pada kurikulum program studi Tata Boga diploma III belum sesuai dengan dokumen kurikulum yang telah dibuat oleh sekolah Tinggi Pariwisata Bandung baik dalam bentuk visi lembaga maupun peraturan lainnya sehingga belum dapat memenuhi kebutuhan industru yaitu sebagai juru masak di Departemen Pengolahan Makanan hotel bintang empat .

5. Bentuk kompetensi lulusan yang dihasilkan pada kurikulum program studi Tata Boga diploma III belum dapat memenuhi kebutuhan industri yaitu sebagai juru masak di Departemen Pengolahan makanan hotel bintang empat secara utuh.

6. Mutu kompetensi lulusan yang dihasilkan pada kurikulum program studi Tata Boga diploma III belum berkualitas sesuai kebutuhan industri yaitu sebagai juru masak di Departemen Pengolahan Makanan hotel bintang empat .

B. Implikasi

1. Kepada Kementerian Parwisata dan Ekonomi Kreatif

(37)

2. STP Bandung program studi Tata Boga diploma III

a. Diharapkan melakukan evaluasi dan pengembangan model kurikulum sesuai tuntutan dunia industri secara sistematis, ilmiah, dan berkesinambungan agar dapat menjawab kebutuhan dunia kerja. b. Evaluasi kurikulum tersebut meliputi ide, dokumen, pelaksanaan, dan

lulusan yang telah dihasilkan oleh prodi.

c. Model pengembangan kurikulum meliputi, kurikulum itu sendiri, model pembelajaran, dan model evaluasi yang dikembangkan sesuai dengan ide kurikulum program studi.

d. Mempersiapkan sumber daya manusia yang bermutu dalam bentuk (1) meningkatkan aktivitas penelitian dan kualitas tenaga dosen; (2) meningkatkan aktivitas dosen dalam membuat bahan ajar; (3) meningkatkan income generating melalui hibah, memaksimalkan laboratorium program studi, dan menerima pelatihan-pelatihan; (4) membuat laboratorium sebagai tempat pusat penelitian; dan (5) meningkatkan laboratorium teknologi pangan sebagai tempat praktikum mahasiswa.

C. Rekomendasi

Adapun rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi Kementrian Pariwisata dan Ekonomi kreatif

Diharapkan dapat menginstruksikan kepada unit pelaksana teknis untuk melaksanankan evaluasi secara internal terhadap kurikulum program studi dalam rangka merespon kebutuhan dan tututan kompetensi dari dunia kerja, KKNI, dan SKKNI.

2. Bagi Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung

(38)

3. Bagi ketua program studi Tata Boga

Diharapkan mampu mengembangkan model kurikulum, model pembelajaran, dan model evaluasi secara terpadu berbasis kebutuhan agar dapat menciptakan lulusan bermutu.

4. Bagi dosen pendidikan pariwisata program studi Tata Boga

Diharapkan dapat meningkatkan mutu kualifikasi dan wawasan pedagogik agar praktik pendidikan di kampus sesuai dengan jiwa pendidikan.

5. Bagi peneliti selanjutnya

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad dkk (2011). Memahami Riset Prilaku dan Sosial, Bandung : CV Pustaka Cendikia

Anderson, Lorin W & David R. Krathwohl (2010). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen (Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom) Yogyakarta: Penerbit Bumi Ayu Atijah

Arikunto (2006) Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : PT Bumi Aksara Beauchamp, G. A. (1975). Curriculum Theory. Wilmette, Illinois : The KAGG

Press.

Brady, L. (1990). Curriculum Development. third edition. Australia: Prentince Hall.

Creswell, J.W (1998) Qualitative Inquiry and Research Design, Choosing among five traditions, Thousand Oaks, CA: Sage

Creswell, Jhon W. (2009). Research Design Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches (Third ed). London. Sage Publications.

Creswell, Jhon W. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed (Penerjemah Achmad Fawaid). Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Depdiknas. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas.

Depdiknas, 2002. Pendidikan Berorientasi Kecakapan Kidup (Life Skills) melalui Pendekatan Pendidikan Berbasis Luas. Jakarta.

Depdiknas. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Dryden, G. & Vos, J. (2001). The Learning Revolution . Selandia Baru: The Learning Web.

Furchan, A. et.al. (2005). Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi Agama Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

(40)

... (2006). Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja

(41)

Hasan. H.S (1984), An evaluation of the 1975 General Senior Secondary Social Studies Curriculum Implementation in Bandung, Municipality. Phd, Thesis, Macquarie University. School of Education Sydney: Tidak diterbitkan

--- (2008) Evaluasi Kurikulum, Bandung: PT Rosdakarya

Huberman, A.M. & Miles, M. B. (1985). Qualitative Data Analysis; a Sourcebook of New Methods. London: Sage Publications.

Ibrahim, R., Karyadi, B. (1994). Materi Pokok Pengembangan Inovasi dan Kurikulum. Modul 1 – 6. Jakarta: Universitas Terbuka.

Majid, A. & Andayani, D. (2006). Pendidikan Agama Islam BerbasisKompetensi; Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Maulina, Lien. (2013). Evaluasi Kurikulum Model Responsif Program Pendidikan Diploma IV Studi Administrasi Perhotelan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, SPs. UPI Bandung.

McNeil, John D. (1990). Curriculum a Comprehensive Introduction , Fourth Edition. London, England: Foresman /Little Brown Higher Education A Division & Illionois.

Miller,J.P. & Seller, W. (1985). Curriculum Perspectives and Practice. New York & London: Longman.

Moleong.(2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan

Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nurhadi. (2003). Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Depdiknas.

Nasution, S. (2008). Asas-Asas Kurikulum Cet- 9. Jakarta. Bina Aksara.

Oliva. Peter F. (1997). Developing Curriculum, A Guide to Problems, Principles and Process, New York: Harper & Publisher.

Ornstein, Allan C. dan Hunkins Francis P. (1998). Curriculum Foundations, Principles, and Issues. Boston: Allyn and Bacon.

(42)

Posner, G. J. (2004). Analyzing The Curriculum. United States: Mc Graw Hill. Salim, Agus. (2001). Teori & Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara

Wacana.

Sanjaya, Wina. (2010). Kurikulum dan Pembelajaran, Teori, dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KURIKULUM

PROGRAM STUDI TATA BOGA DIPLOMA III). Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N. Sy. (1997). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

... (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Sinar Grafika.

(43)

SUMBER INTERNET

Hariyanto. 2009. Manajemen Pengembangan kurikulum. Online. (http://www.psb-psma.org/content/blog/manajemen-pengembangan-kurikulum, diakses pada hari Minggu, 01 April 2012 pukul 09.14 WIB)

Madiya, I Wayan. 20011. Pengembangan Kurikulum Model Oliva. Online. (https://plus.google.com/100070004133669822233/posts/F6un7xySXsr, diakses pada hari Minggu, 01 April 2012 pukul 08.11 WIB)

Mustofa, M. Zaeni. 2011. Kurikulum Dan Pembelajaran Kurikulum. Online. (

http://willzen.blogspot.com/2011/12/kurikulum-dan-pembelajaran-kurikulum.html, diakses pada hari Minggu, 01 April 2012 pukul 08.09 WIB) Rumapea, Intan. 2011. Model-model Pengembangan Kurikulum Dan Fungsinya Bagi Dosen . Online. ( http://intanrumapea.wordpress.com/2011/10/22/model-model-pengembangan-kurikulum-dan-fungsinya-bagi-dosen /, diakses pada hari Minggu, 01 April 2012 pukul 09.27 WIB)

http://www.scribd.com/doc/28655207/ MAKALAH - PENGEMBANGAN -

KURIKULUM

DAFTAR MAKALAH

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2011 TENTANG KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA. Kompas.com bulan Mei 2013.

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN

TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP.318/MEN /IX/2007 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA SEKTOR PENYEDIA MAKANAN DAN MINUMAN SUB SEKTOR RESTORAN, BAR DAN JASA BOGA BIDANG INDUSTRI JASA BOGA

Ida Bagus Putrayasa Makalah Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, IKIP Negeri Singaraja.

(44)

POINTER WAWANCARA TERSTRUKTUR PENELITIAN

MODEL ALTERNATIF PENGEMBANGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNTUK MEMPERSIAPKAN TENAGA JURU MASAK DI

HOTEL

No Variabel Penelitian Pertanyaan-Pertanyaan Penelitian

1 Profil tenaga kerja juru masak di hotel 

Apa visi, misi, dan tujuan yang dirumuskan Departemen Pengelolaan Makanan dalam rangka mempersiapkan tenaga juru masak di hotel? perumusan profil tenaga juru masak di hotel?

 Bagaimana merumuskan profil tenaga juru masak profesional tersebut?

 Langkah-langkah yang dilakukan dalam merumuskan profil tenaga juru masak di hotel?

2 Kompetensi lulusan tenaga juru masak di Hotel

 Apa saja kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki untuk mewujudkan profil tenaga juru masak tersebut?

 Langkah-langkah strategis apa saja yang dilakukan dalam perumusan kompetensi tenaga juru masak di hotel?  Apa kontribusi Departemen Pengelolaan Makanan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tenaga juru masak di hotel?

 Apa saja isu-isu strategis yang dijadikan bahan pertimbangan dalam pengembangan kompetensi tenaga juru masak di hotel?

 Apa saja model-model pembelajaran yang dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan?  Bagaimana bentuk pembinaan yang diberikan kepada tenaga juru masak?

(45)

rangka pencapaian kompetensi tersebut di atas?

 Apa saja komponen yang diukur untuk menyatakan bahwa seseorang tenaga juru masak memliki kompetensi yang relevan?

 Apa saja kekuatan serta kelemahan dari rumusan kompetensi tenaga juru masak yang telah ditetapkan selama ini?

 Bagaimana bentuk pengorganisasian kurikulum tenaga juru masak di hotel sesuai dengan analisis kebutuhan diatas serta visi, misi, dan tujuan Departemen Pengelolaan makanan?  Apa saja kendala serta hambatan yang dihadapi dalam mempersiapkan tenaga juru masak profesional selama ini?  Apa saja landasan pengembangan kurikulum?

 Bagaimana analisis kebutuhan yang dilakukan untuk mempersiapkan tenaga juru masak di hotel?

 Apa saja kompetensi yang dibutuhkan tenaga juru masak saat ini?

 Berapa tahun sekali dilakukan pengembangan kurikulum ?

KISI-KISI PENELITIAN

MODEL ALTERNATIF PENGEMBANGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNTUK MEMPERSIAPKAN TENAGA JURU MASAK DI

HOTEL

No Pertanyaan Penelitian Sumber Informan

Teknik

Pengumpulan data

GM M S C PT L O D W

1 Profil tenaga juru masak

(46)
(47)

TRANSKRIP WAWANCARA

MODEL ALTERNATIF PENGEMBANGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNTUK MEMPERSIAPKAN

TENAGA JURU MASAK DI HOTEL

Nara Sumber :

Jabatan :

Lokasi Penelitian :

Tema : Profil Tenaga Juru Masak di Hotel Tanggal Wawancara :

Waktu :

1. Apa visi, misi, dan tujuan yang dirumuskan Departemen Pengelolaan Makanan dalam rangka mempersiapkan tenaga juru masak di hotel?

2. Siapa atau industri apa yang membutuhkan lulusan program studi pengelolaan makanan?

3. Profil juru masak seperti apakah yang dibutuhkan oleh dunia industri, dalam hal ini hotel serta masyarakat (user) sekarang?

4. dan seterusnya.

Bandung, ...20

Nara Sumber Peneliti

Gambar

Gambar III.1 Framework Evaluation Countenence of Educational Model
Gambar III.2 antecendence Countenence
Gambar III.3 Transaction Countenence
Gambar II: T eknik Analisis Desain Eksplanatory

Referensi

Dokumen terkait

Pokja Barang/Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya pada Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Aceh Barat Daya akan melakukan klarifikasi dan/atau verifikasi kepada penerbit

Penyelesaian administrasi semua perkara yang masuk baik perkara pidana maupun perkara perdata di Pengadilan Negeri Kuningan pada tahun 2015 dapat diselesaikan semuanya

Judul Skripsi : Respon Berbagai Tingkatan Mikoriza terhadap Produktivitas RumputSetaria sphacelata, Brachiaria humidicoladanPanicum maximum Nama : Taufik Ardiansyah.. NIM

Sahabat MQ/ meski banyak yang menginginkan Pilpres hanya berlangsung satu putaran/ diprediksikan hal tersebut akan sulit terjadi// Sebab persaingan antara SBY/ JK/ dan

Bangunan bersejarah dapat dimiliki oleh setiap orang dengan tetap memperhatikan fungsi sosialnya dan sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan yang terdapat dalam

Untuk dapat mengakses sumber daya yang ada pada sistem e- Learning ini, maka user harus melakukan proses login akses dengan megisikan Nama Pengguna dan Password dengan benar,

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi awal dalam upaya pengembangan dan mengoptimalkan peranan Collembola tanah sebagai salah satu indikator kesuburan

Dalam melakukan transaksi atas pembelian bahan baku, bagian penting yang di bentuk dalam perusahaan adalah bagian gudang, bagian pembelian, bagian penerimaan, dan