• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENGELOLAAN SARANA PEMBELAJARAN DI SDN SERAYU.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENGELOLAAN SARANA PEMBELAJARAN DI SDN SERAYU."

Copied!
235
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENGELOLAAN SARANA PEMBELAJARAN DI SDN SERAYU

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Eni Widyaningsih NIM 12108241066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

Fasilitas adalah segala sesuatu yang memberikan kemudahan. Ketersediaannya memerlukan adanya pengelolaan yang baik oleh sekolah mau pun komite sekolah sebagai mitra dalam peningkatan pelayanan pendidikan.

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

(7)

vii

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENGELOLAAN SARANA PEMBELAJARAN

DI SDN SERAYU

Oleh Eni Widyaningsih NIM 12108241066

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Peran Komite Sekolah dalam Pengelolaan Sarana Pembelajaran di SDN Serayu. Ada pun aspek yang diteliti meliputi peran komite sekolah sebagai badan pemberi pertimbangan

(Advisory Agency), pendukung (Supporting Agency), pengawas (Controlling

Agency), dan mediator atau penghubung.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah Komite Sekolah. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan teknik reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan dilakukan dengan cara uji kredibilitas dengan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

Hasil dari penelitian ini sebagai berikut: (1) komite SDN Serayu telah melaksanakan perannya sebagai badan pemberi pertimbangan (Advisory Agency)

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Peran Komite Sekolah dalam Pengelolaan Sarana dan Prasarana Sekolah di SDN

Serayu”. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya usaha, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Dr. Haryanto, M.Pd yang telah memberikan izin dan dukungan dalam melakukan penelitian

3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Drs. Suparlan, M.Pd.I yang telah memberikan izin dan dukungan dalam penelitian ini.

4. Bapak Banu Setyo Adi, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Kepala SDN Serayu, Ibu Kupiyosari, S.Pd yang telah memberikan izin untuk mengambil data penelitian ini.

(9)

ix

7. Komite SDN Serayu yang telah berkenan bekerja sama sebagai subjek penelitian

8. Bapak, ibu, nenek, dan kakek yang telah memberikan dukungan dan do’a bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Bapak dan ibu dosen program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan ilmu selama masa perkuliahan.

10. Deanaz Fasella Alan Perdana, yang telah menemani dan menyemangati selama penyusunan skripsi.

11. Teman-teman Bbest yang telah menemani perjuangan meraih gelar S.Pd. 12. Dien Nur Annisaa Usholekhah, Ninu Widiani, Isabella Suhut, Herningdyah,

dan Julyan Adhitama, terimakasih teman SMA dan selamanya.

13. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari dengan segala keterbatasan pengetahuan, skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis berharap adanya kritik dan saran dari pembaca untuk penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan.

Yogyakarta, Maret 2016 Penulis

(10)

x DAFTAR ISI

hal

JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Fokus Masalah ... 10

D. Rumusan Masalah ... 11

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komite Sekolah ... 13

1. Pengertian ... 13

2. Landasan Hukum dan Struktur Organisasi ... 15

a. Landasan Hukum ... 15

b. Struktur Organisasi ... 17

3. Tujuan Pembentukan Komite Sekolah ... 17

(11)

xi

a. Peran Komite Sekolah ... 18

b. Fungsi Komite Sekolah ... 21

5. Hubungan Sekolah dengan Komite Sekolah ... 23

B. Pengelolaan Sarana dan Prasarana ... 24

1. Konsep Pengelolaan ... 24

2. Ruang Lingkup Pengelolaan Sarana dan Prasarana ... 25

a. Perencanaan dan Pengaturan ... 28

b. Pengaturan dan Penggunaan ... 32

c. Pemeliharaan dan Penghapusan ... 34

3. Standar Sarana dan Prasarana ... 37

C. Sarana dan Prasarana ... 45

1. Pengertian Sarana dan Prasarana ... 45

2. Ruang Lingkup Sarana dan Prasarana ... 46

3. Sarana Pembelajaran ... 50

D. Pertanyaan Penelitian ... 51

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 52

B. Subjek Penelitian ... 52

C. Setting Penelitian ... 53

D. Teknik Pengumpulan Data ... 53

E. Instrumen Penelitian ... 55

1. Kisi-kisi Pedoman Observasi ... 56

2. Kisi-kisi Pedoman Wawancara ... 57

3. Kisi-kisi Pedoman Dokumentasi ... 58

F. Teknik Analisis Data ... 59

G. Uji Keabsahan Data ... 61

H. Definisi Operasional ... 62

(12)

xii

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 65

1. Peran Komite sebagai Pemberi Pertimbangan ... 65

2. Peran Komite sebagai Pendukung ... 68

3. Peran Komite sebagai Pengawas ... 77

4. Peran Komite sebagai Mediator ... 81

C. Pembahasan ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 94

B. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 96

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Pedoman Observasi Sarana dan Prasarana SDN Serayu ... 99

Lampiran 2. Pedoman Observasi Rapat Komite ... 100

Lampiran 3. Pedoman Wawancara Kepala SDN Serayu ... 101

Lampiran 4. Pedoman Wawancara Guru Petugas Sarana dan Prasarana ... 104

Lampiran 5. Pedoman Wawancara Komite Sekolah ... 107

Lampiran 6. Pedoman Dokumentasi ... 110

Lampiran 7. Hasil Observasi Sarana dan Prasarana SDN Serayu ... 111

Lampiran 8. Hasil Wawancara Guru Petugas Sarana dan Prasarana SDN Serayu ... 114

Lampiran 9. Hasil Wawancara Kepala SDN Serayu ... 135

Lampiran 10. Hasil Wawancara Ketua Komite SDN Serayu ... 152

Lampiran 11. Hasil Wawancara Pengurus Komite Bidang Sarana dan Prasarana ... 166

Lampiran 12. Catatan Lapangan ... 177

Lampiran 13. Dokumentasi ... 185

Lampiran 14. Susunan Pengurus Komite SDN Serayu ... 192

Lampiran 15. Inventaris SDN Serayu ... 194

Lampiran 16. Inventaris dari Komite SDN Serayu ... 199

Lampiran 17. Notulen Rapat Komite SDN Serayu ... 200

Lampiran 18. Permohonan Izin Penelitian ... 217

Lampiran 19. Surat Izin Penelitian ... 218

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

... hal

Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi Komite Sekolah ... 17

Gambar 2. Bagan Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 26

Gambar 3. Proses Manajemen Perlengkapan Sekolah ... 27

Gambar 4. Langkah-langkah Perencanaan Sarana dan Prasarana ... 30

Gambar 5. Skema Kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana ... 31

Gambar 6. Bagan Klasifikasi Sarana ... 48

Gambar 7. Analisis Data Interaktif Miles dan Hubberman ... 59

Gambar 8. Bak Sampah Bantuan dari Komite SDN Serayu ... 75

Gambar 9. Bentuk Dukungan Komite dalam Adiwiyata ... 75

Gambar 10. Persetujuan APBS SDN Serayu TA 2015-2016 yang Disetujui Komite Sekolah ... 79

Gambar 11. Salah Satu Bentuk Pengawasan dari Anggota Komite SDN Serayu dengan Memberikan Kritikan ... 79

Gambar 12. Masukan dari Komite SDN Serayu untuk Memberdayakan Alumni ... 83

Gambar 13. Gerbang Depan SDN Serayu ... 185

Gambar 14. Sarana Pembelajaran LCD dan Kipas Angin ... 185

Gambar 15. Salah Satu Ruang Kelas Dilengkapi Kursi dan Meja Siswa ... 186

Gambar 16. Jam Dinding sebagai Sarana Pelengkap ... 186

Gambar 17. Rak Hasil Karya Siswa ... 187

Gambar 18. Lemari Kayu ... 187

Gambar 19. Loker Siswa ... 188

Gambar 20. Papan Tulis ... 188

Gambar 21. Tempat Sampah Bantuan Komite Sekolah ... 189

Gambar 22. Salah Satu Ruang Kelas Tampak dari Depan ... 189

Gambar 23. Kotak P3K di Ruang Kelas ... 190

(15)

xv

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1. Kisi-kisi Observasi Rapat dan Ketersediaan Sarana dan

dan Prasarana ... 56

Tabel 2. Kisi-kisi Wawancara ... 57

Tabel 3. Kisi-kisi Dokumentasi ... 58

Tabel 4. Inventaris dari Komite SDN Serayu ... 70

Tabel 5. Pedoman Observasi Ketersediaan Sarana dan Prasarana SDN Serayu ... 99

Tabel 6. Pedoman Observasi Rapat Komite SDN Serayu ... 100

Tabel 7. Hasil Observasi Ketersediaan Sarana dan Prasarana SDN Serayu ... 111

Tabel 8. Hasil Wawancara Guru Petugas Sarana dan Prasarana ... 114

Tabel 9. Hasil Wawancara Kepala SDN Serayu ... 135

Tabel 10. Hasil Wawancara Ketua Komite SDN Serayu ... 152

Tabel 11. Hasil Wawancara Pengurus Komite Bidang Sarpras SDN Serayu ... 166

Tabel 12. Inventaris SDN Serayu ... 194

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang dijamin di dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa semua warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan. Bertolak dari hak yang dimiliki, setiap warga negara tanpa terkecuali bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Baik pemerintah maupun masyarakat memiliki kewajiban yang sama untuk bertanggung jawab terhadap pendidikan. Terutama orang tua, mereka berkewajiban untuk memberikan pendidikan dasar kepada anak-anaknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang memberikan pendidikan bagi anak dan diakui secara hukum memerlukan partisipasi dari pihak lain, baik pemerintah, orang tua siswa, dan masyarakat. Pemerintah secara jelas memprogramkan pendidikan bagi anak untuk mencapai tujuan umum yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa dukungan dari berbagai pihak yang telah disebutkan di atas.

(17)

2

Sekolah Dasar sesuai yang diatur dalam PP Nomor 28 Tahun 1990 Pasal 3 yaitu memberi bekal kemampuan dasar bagi siswa untuk dikembangkan dalam kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan menengah. Berdasarkan penuangan tujuan pendidikan dasar di dalam PP Nomor 28 Tahun 1990 pasal 3 tersebut, dapat disimpulkan bahwa di pendidikan dasar khususnya Sekolah Dasar, memiliki tujuan untuk memberikan bekal kemampuan dan keterampilan, pengetahuan, sosial, dan religiusitas bagi siswa agar dapat menempatkan diri dengan baik dalam kehidupannya di masa mendatang. Sekolah Dasar memiliki peranan yang sangat besar.

Sekolah sebagai suatu lembaga juga memiliki susunan organisasi. Dibentuknya organisasi memliki tujuan agar mempermudah segala sesuatunya dalam pertanggungjawaban nanti. Pembentukan susunan organisasi pada setiap bidang hendaknya sesuai dengan kompetensi atau kemampuan yang dimiliki individu supaya tugas dapat dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Adanya organisasi di sekolah dapat menghindari tindakan kepala sekolah yang memaksakan kehendak, pendayagunaan kemampuan yang ada di sekolah (guru), dan membangun budaya demokratis dalam penyelenggaraan pendidikan yang dapat mendukung tercapainya tujuan dari sekolah tersebut..

(18)

3

meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program melalui dewan pendidikan dan komite sekolah. Berdasarkan pasal tersebut dapat diketahui bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan diperlukan adanya peran serta masyarakat sebagai perencana, pengawas, dan evaluator program yang dilaksanakan sekolah. Oleh karena itu, kepala sekolah harus menyadari adanya peran masyarakat yang terdiri dari masyarakat, orang tua, dan organisasi pendidikan. Peran serta masyarakat memiliki wadah di satuan pendidikan yang disebut dengan Komite Sekolah yang membantu sekolah dalam peningkatan pelayanan pendidikan. Komite sekolah merupakan organisasi mandiri.

(19)

4

Komite Sekolah tidak semata sebagai formalitas, akan tetapi berperan dan menjalankan fungsinya dengan baik agar sekolah bersama dengan komite sekolah dapat meningkatkan pelayanan pendidikan yang diberikan.

Komite sekolah memiliki tugas yang berkaitan dengan peningkatan pelayanan pendidikan di satuan pendidikan, sehingga untuk menjalankan tugasnya itu komite sekolah harus menjalin hubungan dengan kepala sekolah sebagai pimpinan dari satuan pendidikan. Pemberian peran yang telah dijamin dalam UU ini menjadi dasar bagi orang tua untuk ikut serta dalam meningkatkan pelayanan pendidikan dan menyalurkan aspirasi yang didapatkan dengan mendayagunakan kemampuan yang ada pada wali murid dan mayarakat. Salah satu tujuan komite sekolah sesuai dengan yang tertulis pada Kepmendiknas Nomor 044/U/2002 yaitu menciptakan kondisi yang transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan di satuan pendidikan. Berbeda dengan BP3, komite sekolah tidak memprioritaskan bantuan dana tetapi lebih pada perannya sebagai badan pertimbangan, pendukung, pengawas, dan mediator.

(20)

5

sekolah, karena memberikan kenyamanan pada siswa. Seluruh pihak baik sekolah dan komite sekolah memiliki kewajiban yang sama untuk mengelola ketersediaan sarana dan prasarana di satuan pendidikan.

Sarana dan prasarana perlu untuk dikelola. Pengelolaannya meliputi perencanaan, pengadaan, pengaturan, penggunaan, dan penyingkiran. (Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana 2012 : 187). Perencanaan merupakan proses merencanakan apa saja sarana atau prasarana yang akan diadakan atau disingkirkan. Pengadaan merupakan kegiatan menghadirkan sarana atau prasarana di sekolah. Pengaturan meliputi kegiatan inventarisasi dan pemeliharaan, sarana dan prasarana harus dicatat sevagai inventaris yang dimiliki sekolah kemudian harus dipelihara dan dirawat agar tidak rusak dan bisa dimanfaatkan dengan maksimal. Penggunaan merupakan kegiatan memanfaatkan sarana dan prasarana yang tersedia. Penyingkiran atau penghapusan merupakan kegiatan menghapus sarana atau prasarana yang sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi baik di lapangan mau pun di dalam catatan inventaris. Pengelolaan sarana dan prasarana memerlukan adanya peran komite sekolah untuk mendukung sekolah dalam peningkatan pelayanan pendidikan.

(21)

6

sebanyak siswa yang ada, meja siswa yang cukup untuk digunakan siswa di satu kelas, kursi dan meja guru, lemari, rak hasil karya siswa, papan panjang, papan tulis, tempat sampah, tempat untuk mencuci tangan, jam dinding, dan kotak kontak. Sarana pembelajaran ini harus tersedia di ruang kelas untuk mendukung terjadinya pembelajaran yang nyaman.

Menurut M. Misbah (2009 : 8) Komite Sekolah sebagai badan pertimbangan dalam perencanaan memiliki peran mengidentifikasi sumber daya pendidikan, serta memberi masukan dan pertimbangan dalam penetapan RAPBS. Pengelolaan sumber daya pendidikan seperti SDM, sarana prasarana, dan alokasi anggaran memerlukan peran Komite Sekolah sebagai penasehat dalam mengidentifikasi potensi sumber daya pendidikan di masayarakat. Ketika sekolah kurang memiliki fasilitas yang memadai, maka Komite Sekolah berfungsi memfasilitasi kebutuhan sarana dan prasarana. Komite Sekolah sebagai pengawas harus melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan program. Komite Sekolah sebagai mediator yaitu penghubung sekolah dengan masyarakat atau sekolah dengan Dinas Pendidikan. Sebagai contoh, mengkomunikasikan pengaduan dan keluhan masyarakat tentang sekolah dan penyaluran aspirasi masyarakat kepada sekolah.

(22)

7

ampu sebelumnya memiliki Komite yang lebih baik dibanding Komite Sekolah yang ada di sekolahnya sekarang. Komite Sekolah dibentuk hanya sebagai formalitas semata dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Komite Sekolah berperan hanya sebagai pendukung ketika sekolah membutuhkan dana bantuan. Kepedulian terhadap sarana pembelajaran yang dalam hal ini adalah ruang kelas dan sarananya masih rendah. Ruang kelas yang ada di sekolah hanya memiliki sarana pembelajaran seadanya karena dana yang ada terbatas untuk memenuhi sarana ruang kelas. Ruang kelas dilengkapi dengan kursi dan meja siswa, kursi dan meja guru, lemari, papan tulis, dan tempat sampah. Di sekolah itu belum memiliki rak hasil karya. Pola pikir mengenai peran Komite Sekolah yang seperti inilah yang membuat Komite Sekolah tidak berjalan sesuai dengan tugasnya. Padahal sebenarnya Komite Sekolah memiliki peran yang lebih luas, misalnya memberikan ide maupun gagasan dan memberi kesadaran kepada masyarakat untuk lebih memperhatikan dan mendorong proses pendidikan. Hubungan antara sekolah dengan Komite Sekolah pun hanya satu arah. Komite Sekolah tidak memiliki keberanian untuk ikut campur tangan dalam proses pendidikan, terutama dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

(23)

8

instruksi dari Kepala Sekolah. Berdasarkan penelitiannya dapat disimpulkan bahwa Komite Sekolah belum memberikan penilaian terhadap kebijakan, perencanaan, dan program sekolah dan belum menghubungkan Komite Sekolah dengan Dewan Pendidikan setempat.

SDN Serayu merupakan salah satu sekolah dasar yang berstatus negeri di Yogyakarta yang dipandang unggul. Hal ini ditandai oleh beberapa hal:

pertama, berbagai prestasi telah diukir siswa baik dalam akademik maupun non akademik. Kedua, terdapat berbagai program tambahan yang dilakukan oleh sekolah bekerja sama dengan Komite Sekolah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Ketiga, berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti terdapat berbagai fasilitas lengkap yang disediakan sekolah untuk siswa yang dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhan. Fasilitas tersebut sudah lengkap dibandingkan dengan sekolah lain yang memiliki fasilitas standar seperti kamar mandi, UKS, ruang perpustakaan, dan ruang ibadah. Keempat, terdapat 10 ekstrakurikuler yang diadakan oleh sekolah untuk membekali siswa dalam keterampilan non akademik. Kelima, Komite Sekolah di SD N Serayu telah memiliki AD/ART dan menjalankan fungsinya dengan cukup baik. Meski pun memiliki status sebagai sekolah negeri, namun SDN Serayu telah memberdayakan Komite Sekolah dalam mendukung peningkatan pelayanan pendidikan sekolah.

(24)

9

tempat ibadah melibatkan adanya peran komite sekolah. Berdasarkan hasil observasi awal, komite sekolah terlibat dalam pengelolaan sarana pembelajaran dengan cara turut serta dalam merencanakan sarana pembelajaran yang dimiliki sekolah, membantu pengadaan dan pengaturan sarana yang ada.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan kepada Kepala Sekolah SDN Serayu pada hari Kamis, 7 Januari 2016 didapatkan beberapa informasi mengenai pelaksanaan peran Komite Sekolah. SDN Serayu. Komite Sekolah SDN Serayu berperan dalam pengelolaan sarana dan prasarana sekolah. Kepengurusan periode sebelumnya Komite memberikan bantuan barang kepada pihak sekolah. Beberapa waktu yang lalu Komite Sekolah juga memberikan bantuan untuk perbaikan prasarana sekolah. Berdasarkan yang selama ini terjadi, tidak sedikit orang tua siswa yang memiliki inisiatif untuk memberikan bantuan alat atau barang yang dibutuhkan sekolah dalam proses pembelajaran melalui adanya peran komite sekolah.

(25)

10

pembelajaran yang dapat menunjang proses pembelajaran seperti LCD, komputer, dan kipas angin. Komite SDN Serayu memberikan perencanaan dan pengawasan terhadap sarana pembelajaran yang akan dihilangkan atau dihapuskan dari inventaris sekolah. Komite SDN Serayu tidak bekerja sendiri, komite dibantu oleh keberadaan forum kelas dari masing-masing kelas yang ada di SDN Serayu. Setiap ruang kelas di SDN Serayu memiliki sarana pembelajaran yang cukup lengkap seperti kursi siswa, meja siswa, kursi guru, meja guru, almari, rak hasil karya siswa, papan tulis, dan sebagainya yang digunakan untuk menunjang proses pembelajaran di kelas.

Pada bulan Desember tahun 2015 telah dilakukan pelantikan pengurus Komite Sekolah terbaru periode 2016-2018. SDN Serayu menetapkan periode kepengurusan Komite Sekolah selama 3 tahun. SDN Serayu belum memiliki kantor atau ruangan khusus untuk pengurus Komite Sekolah, namun sekolah menyediakan 1 ruangan untuk digunakan ketika diadakan rapat sekolah bersama dengan komite. Komite Sekolah SDN Serayu berusaha untuk memfasilitasi kegiatan yang diadakan sekolah. Oleh karena beberapa keunggulan yang dimiliki SD Negeri Serayu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang peran Komite Sekolah di SD Negeri Serayu dalam pengelolaan sarana pembelajaran.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

(26)

11

2. Sarana pembelajaran belum memadai sesuai dengan standar ruang kelas yang ada

3. Komite SDN Serayu terlibat dalam pengelolaan sarana dan prasarana sekolah terutama dalam pengelolaan sarana pembelajaran

4. Komite Sekolah SDN Serayu aktif melakukan penggalangan dana dan sumber daya untuk peningkatan pelayanan pendidikan di SDN Serayu C. Fokus Masalah

Berdasarkan masalah yang teridentifikasi di atas tidak semua diteliti, agar terfokus dan mendalam maka dibatasi pada peran komite sekolah dalam mendukung pengelolaan sarana pembelajaran yang menjadi keunggulan di SDN Serayu.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana peran Komite Sekolah dalam pengelolaan sarana pembelajaan di SDN Serayu?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran Komite Sekolah dalam pengelolaan sarana pembelajaran di SDN Serayu.

F. Manfaat Penelitian

(27)

12

sebagai bahan informasi, masukan, dan sumbangan pemikiran yang membangun bagi sekolah lain dan dapat dijadikan acuan dalam pengelolaan sarana pembelajaran dengan peran komite sekolah.

2. Bagi guru

sebagai masukan dan informasi bahwa peran Komite Sekolah penting dalam pengelolaan sarana pembelajaran

3. Bagi Komite sekolah

Dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kinerja agar dapat berperan lebih aktif dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.

(28)

13 BAB II KAJIAN TEORI

A. Komite Sekolah

1. Pengertian

Pencapaian tujuan pendidikan tidak terlepas dari peran serta dan partisipasi seluruh komponen pendidikan dengan semestinya. Kesuksesan suatu sekolah mencapai predikat sebagai sekolah berkualitas tidak dapat dipisahkan dari partisipasi masyarakat melalui wadah yang disebut Komite Sekolah. kerja sama yang baik antara sekolah dengan Komite Sekolah akan menciptakan suasana belajar dan sekolah yang kondusif. Sekolah tidak dapat menjadi berkualitas tanpa adanya partisipasi dari Komite Sekolah.

Komite Sekolah merupakan badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada jalur pendidikan prasekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah. (Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002)

(29)

14

(30)

15

2. Landasan Hukum dan Struktur Organisasi Komite Sekolah

a. Landasan Hukum

Suatu organisasi atau lembaga yang dibentuk harus berlandaskan hukum, begitu pula dengan Komite Sekolah. Komite sekolah memiliki landasan hukum sesuai yang tercantum dalam Peraturan pemerintah No. 39 tahun 1992 tentang peran serta masyarakat dalam Pendidikan Nasional.

Terbentuknya komite sekolah dilandasi oleh adanya undang-undang maupun keputusan menteri. Pada awalnya Komite Sekolah terbentuk karena adanya Keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Keputusan menteri pendidikan pada waktu itu menjadi dasar hukum berdirinya komite sekolah di sekolah-sekolah.

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor 044/U/2002 pasal 1 ayat 2 berbunyi “pada setiap satuan pendidikan atau kelompok satuan pendidikan dibentuk Komite Sekolah atas prakarsa masyarakat,

satuan pendidikan dan/ atau pemerintah kabupaten/ kota”. Dengan

(31)

16

dinyatakan tidak berlaku. Hal ini tercantum dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor 044/U/2002 pasal 3.

Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 56 ayat 3 mengatur peran utama Komite

Sekolah dalam pendidikan yang berbunyi “Komite sekolah/madrasah,

sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan petimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan

pada tingkat satuan pendidikan.” Dalam pasal ini dinyatakan dengan

jelas wewenang yang diberikan oleh pemerintah kepada komite sekolah dalam pelaksanaan pendidikan.

Undang-undang Nomor 17 tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan pasal 196 ayat 4 berbunyi “Komite sekolah/madrasah dibentuk untuk satu (satu) satuan pendidikan atau gabungan satuan pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar

(32)

17 b. Struktur Organisasi

Komite Sekolah sama dengan organisasi lainnya yang memiliki struktur organisasi. Apabila dibuat bagan, maka bagan struktur organisasi Komite Sekolah sebagai berikut.

Gambar 1. Bagan struktur organisasi Komite Sekolah

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa Komite Sekolah memiliki landasan hukum dan juga tujuan yang jelas dalam pembentukannya. Selain itu, Komite sekolah memiliki struktur organisasi, sama halnya dengan organisasi-organisasi lain.

3. Tujuan Pembentukan Komite Sekolah

Pembentukan Komite Sekolah memiliki tujuan. Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan dibentuknya Komite Sekolah tercantum dalam Kepmendiknas No. 044/U/2002 sebagai berikut:

a. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan;

b. Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan;

c. Menciptakan suasana dan kondisi transparansi, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan bermutu di satuan pendidikan.

Ketua

(33)

18

Berdasarkan tujuan yang telah diatur dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002, dapat disimpulkan bahwa secara garis besar pembentukan Komite Sekolah adalah untuk mewadahi dan menyalurkan aspirasi, meningkatkan tanggung jawab dan peran masyarakat, dan menciptakan kondisi transparansi, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan.

4. Peran dan Fungsi Komite Sekolah

a. Peran Komite Sekolah

Komite sekolah memiliki peran bagi kelangsungan sekolah. Peran komite sekolah telah diatur dalam Kepmendiknas No.044/U/2002. Penjelasan peran Komite Sekolah akan dijelaskan sebagai berikut.

Komite sekolah berperan sebagai:

1) Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan; 2) Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud

financial, pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan,

3) Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

Sementara itu, Sri Renani (2008 : 83) menjelaskan bahwa Komite Sekolah mengemban peran sebagai berikut.

1. Pemberi pertimbangan (Advisory Agency)

(34)

19

Sekolah terkait perumusan kebijakan, program, dan kegiatan sekolah, termasuk juga perumusan visi, misi, serta tujuan sekolah. Hal itu dikarenakan ada beberapa visi, misi, dan tujuan sekolah yang seharusnya dirumuskan bersama Komite Sekolah, misalnya program unggulan apa yang akan diterapkan di sekolah. Komite Sekolah harus terlibat dalam pengambilan kebijakan, perumusan program maupun visi, misi, serta tujuan karena Komite Sekolah merupakan wadah aspirasi masyarakat demi peningkatan kualitas pendidikan.

2. Pemberi dukungan (Supporting Agency)

Komite Sekolah sebagai badan organisasi memiliki peran sebagai pendukung, yaitu memberi dukungan berupa dana, tenaga, dan juga pikiran. Sebelum terbentuknya Komite Sekolah, BP3 lebih menekankan sebagai pendukung dana, namun saat ini Komite Sekolah seharusnya tidak hanya terfokus pada bantuan dana saja, tetapi juga pada aspek lain. Sebagai contoh, Komite Sekolah memberikan dukungan bagi sekolah dengan cara memberi bantuan tenaga dalam pembenahan sarana dan prasarana, atau gagasan dalam pengadaan sarana dan prasarana sekolah.

3. Melakukan pengawasan (Controlling Agency)

(35)

20

sekolah. Pengawasan ini lebih fokus pada implikasi sosial dan dilakukan secara preventif, misalnya saja ketika sekolah menyusun RAPBS atau ketika sekolah menyusun laporan pertanggungjawaban kepada masyarakat.

4. Mediator (Mediate Agency)

Selain memiliki tiga peran di atas, Komite Sekolah berperan pula sebagai mediator antara sekolah dengan orang tua dan masyarakat. Menurut Sri Renani (2008:83) keberadaan Komite Sekolah di sekolah swasta dapat menjadi pengikat antara sekolah dengan orang tua. Begitu pula yang diharapkan di sekolah negeri, Komite Sekolah berperan dalam mengikat hubungan sekolah dengan orang tua siswa. Komite Sekolah sebagai perantara antara sekolah dengan orang tua dan masyarakat harus mendorong orang tua dan masyarakat untuk ikut serta memberikan perhatian bagi proses pendidikan yang berkualitas.

(36)

21 b. Fungsi Komite Sekolah

Menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 Komite sekolah memiliki fungsi sebagai berikut.

a. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan yang bermutu,

b. Melakukan kerja sama dengan masyarakat dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu, c. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai

kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat,

d. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai: kebijakan dan program pendidikan, RAPBS, kriteria kinerja satuan pendidikan, kriteria tenaga kependidikan, kriteria fasilitas pendidikan, dan hal lain yang terkait dengan pendidikan.

e. Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan.

f. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan, dan

(37)

22

Sejalan dengan fungsi Komite Sekolah seperti apa yang telah diatur dalam Kepmendiknas, Sri Renani, dkk (2008 :83) sependapat dengan hal itu.

Komite Sekolah dibentuk dengan tugas utamanya membantu upaya untuk meningkatkan dan menyalurkan kelancaran penyelenggaraan pendidikan di sekolah, baik langsung maupun tidak langsung, dengan mendayagunakan kemampuan yang ada pada orang tua, masyarakat, dan lingkungan, sehingga tercipta suasana dan kondisi yang transparan, akuntabel, dan demokratis. (Muchlas Samani, dkk 2009: 157)

Berkaitan dengan fungsi dan tugas Komite Sekolah, Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 juga mengatur tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan secara jelas mengatur fungsi dan tugas Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Lebih lanjut, pada pasal 196 menjelaskan mengenai fungsi Komite Sekolah sebagai berikut:

(1) Komite sekolah befungsi dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan, arahan, dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan,

(2) Komite sekolah menjalankan fungsinya secara mandiri dan profesional, dan

(38)

23

masyarakat terhadap pendidikan, melakukan kerja sama dengan masyarakat dan pemerintah berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan bermutu, menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan kebutuhan pendidikan, memberi masukan, pertimbangan, dan rekomendasi, mendorong orang tua dan masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam pendidikan, menggalang dana guna pembiayaan penyelenggaraan pendidikan, dan melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan.

Mengingat pentingnya peran yang diemban oleh Komite Sekolah, sekolah seharusnya mulai memberdayakan Komite Sekolah agar dapat berfungsi dan berperan dengan baik untuk peningkatan kualitas pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan membutuhkan peran dari semua pihak yang terkait.

5. Hubungan Sekolah dengan Komite Sekolah

(39)

24

Berdasarkan artikel tentang fungsi dan tugas Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah yang diunduh dari halaman Kemdikbud menyatakan bahwa Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah sebagai mitra strategis dan sejajar bagi Pemda dan sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan karena mereka berperan sebagai representasi masyarakat yang menyuarakan kepentingan dan kebutuhan bagi pengambilan kebijakan oleh Pemda maupun sekolah. Hal ini dikarenakan di dalam Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah terdiri dari tokoh masyarakat dan orang tua siswa yang peduli terhadap pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan, sehingga mampu memberikan pengaruh positif bagi Pemda dan juga sekolah untuk menentukan kebijakan.

B. Pengelolaan Sarana dan Prasarana

1. Konsep Pengelolaan

Manajemen merupakan bagian dari administrasi pendidikan. Manajemen pendidikan dianggap sebagai seni atau ilmu untuk mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasanan belajar dan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Manajemen pendidikan mempermudah sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan yaitu untuk mengembangkan segala potensi yang ada pada peserta didik.

(40)

25

Organisasi memerlukan adanya manajemen di setiap bagiannya. Lebih lanjut, Suryosubroto mengungkapkan bahwa manajemen yang diterapkan meliputi manajemen kurikulum, sarana dan prasarana, keuangan, dan humas.

Sarana dan prasarana sebagai bagian yang krusial untuk mendukung peyelenggaraan pendidikan memerlukan adanya pengelolaan yang baik agar sarana dan prasarana dapat tersedia dan memfasilitasi siswa dalam pendidikan yang diselenggarakan. Pengelolaan sarana dan prasarana tidak hanya dilakukan oleh sekolah sendiri. Akan lebih baik lagi jika sekolah melibatkan peran komite sekolah dalam pengelolaan sarana dan prasarana sekolah, terutama pada sarana tahan lama.

Menurut A.L Hartani (2011:3) manajemen memiliki makna yang dalam bahasa inggris disebut to control artinya mengatur, mengurus, mengelola, dan mengendalikan. Berdasarkan makna yang terkandung dalam manajemen atau pengelolaan dapat dirumuskan tujuan adanya manajemen sarana dan prasarana ialah untuk mengatur ketersediaan sarana dan prasarana sekolah, mengurus sarana dan prasarana sekolah, mengelola sarana dan prasarana sekolah, dan mengendalikan sarana dan prasarana sekolah.

2. Ruang Lingkup Pengelolaan

(41)

26

penghapusan. Perencanaan, pengadaan, pengaturan, penggunaan dan penghapusan merupakan siklus dalam manajemen sarana dan prasarana sekolah.

Demikian juga yang disampaikan oleh Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana (2012 : 187) manajemen sarana meliputi: perencanaan, pengadaan, pengaturan, penggunaan, dan penyingkiran sarana. Menurut Stoop dan Johnson dalam Ibrahim Bafadal (2004: 7) mengemukakan bahwa langkah dalam manajemen perlengkapan pendidikan (sarana dan prasarana) meliputi, analisis kebutuhan dan anggaran, seleksi, penetapan kebutuhan, pembelian, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemakaian, inventarisasi dan pemeliharaan.

Berikut merupakan siklus manajemen sarana dan prasarana yang digambarkan Barnawi dan Mohammad Arifin (2012 : 48 ):

Gambar 2. Bagan Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan

Perencanaan menjadi tahap awal dalam manajemen sarana dan prasarana sekolah. perencaan seharusnya dilakukan oleh sekolah bersama-sama dengan Komite Sekolah. perencanaan sekaligus menjadi langkah

PERENCANAAN

PENGADAAN PENGATURAN PENGGUNAAN

(42)

27

pengadaan. Mulai dari perencanaan selanjutnya ke tahap pengadaan, dari pengadaan kemudian ke tahap pengaturan, lalu ke tahap penggunaan, tahap penghapusan, lalu kembali lagi ke tahap perencanaan.

Ibrahim Bafadal (2004:7) menggambarkan proses manajemen perlengkapan sekolah sebagai berikut.

Gambar 3. Proses Manajemen Perlengkapan Sekolah

Sedikit berbeda dengan manajemen sarana dan prasarana yang digambarkan oleh Barnawi dan Mohammad Arifin, Ibrahim Bafadal menggambarkan proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan dengan lebih rinci. Ibrahim Bafadal mengawali proses manajemen dengan pengadaan yang mencakup kegiatan anlalisis kebutuhan, analisis anggaran, seleksi, keputusan, dan pemerolehan sarana dan prasarana. Selanjutnya dalam pendistribusian meliputi pengalokasian dan pengiriman. Setelah sekolah memperoleh dan memiliki sarana dan prasarana, sekolah harus menyimpan alat maupun barang yang akan didistribusikan kepada unit-unit yang akan memakai. Penyimpanan alat dan barang biasanya dilakukan

1. Pengadaan - analisis kebutuhan - analisis anggaran - seleksi

- keputusan - pemerolehan

3. Penggunaan dan Pemeliharaan

2. Pendistribusian - Pengalokasian - Pengiriman 5. Penghapusan

4. Inventarisasi

(43)

28

dengan menyediakan satu ruangan sebagai tempat penyimpanan atau langsung di simpan di ruang kelas yang membutuhkan. Apabila alat dan barang telah tersedia di sekolah, selanjutnya ialah penggunaan dan pemeliharaan barang. Alat dan barang yang dimiliki sekolah harus diinventarisasi agar terlihat mana alat dan barang yang masih bisa dipergunakan dan mana yang sudah tidak layak dipergunakan lagi. Apabila dalam proses inventaris ditemukan alat atau barang yang sudah tidak dapat dipergunakan maka langkah selanjutnya ialah penghapusan.

a. Perencanaan dan Pengadaan Sarana dan Prasarana Sekolah

Perencanaan merupakan kegiatan pertama yang dilakukan dalam proses manajemen sarana dan prasarana. Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana (2012 : 189) dalam bukunya berpendapat bahwa perencanaan sekaligus merupakan langkah pengadaan. Dalam kegiatan pengadaan sarana dan prasarana sekolah tidak semudah pengadaan barang-barang yang diinginkan sesuai selera dan dana yang ada, sehingga diperlukan perencanaan yang matang dan menyeluruh.

(44)

29

menetapkan program dan juga sarana dan prasarana yang akan disediakan sekolah.

Barnawi dan Mohammad Arifin (2012 : 51) berpendapat bahwa perencanaan sarana dan prasarana merupakan proses perancangan upaya pembelian, penyewaan, penukaran, daur ulang, rehabilitasi, perbaikan, distribusi ataupun pembuatan alat serta perlengkapan yang dibutuhkan sekolah. Berbeda dengan Ibrahim Bafadal, Barnawi menekankan kegiatan perencanaan manajemen sekolah pada perencanaan pengadaan sarana dan prasarana sekolah, sementara Ibrahim Bafadal berpandangan bahwa kegiatan perencanaan tidak hanya tentang penngadaan sarana dan prasarana tetapi juga bagaimana caranya dan apa yang harus dilakukan.

Hal yang harus dilakukan pertama kali dalam perencanaan ialah mengklasifikasikan alat yang murah harganya dengan alat-alat yang mahal harganya. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa perencanaan tidak boleh dilakukan sesaat sebelum alat/barang itu digunakan, perencanaan harus dilakukan jauh sebelum digunakan.

Tahap-tahap perencanaan menurut Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana (2012 : 189) meliputi:

(45)

30

Apabila kebutuhan yang diajukan melampaui dana atau daya beli atau daya pembuatan, maka harus dilakukan seleksi menurut skala prioritas

Mengadakan inventarisasi terhadap alat atau media yang dimiliki, Melakukan seleksi terhadap alat/media yang masih bisa digunakan baik dengan cara reparasi maupun modifikasi,

Mencari dana untuk memenuhi biaya yang digunakan dalam pengadaan alat/barang

Menunjuk seseorang yang dianggap mampu untuk melakukan pengadaan barang.

Berikut ini merupakan langkah-langkah perencanaan sarana dan prasarana sekolah menurut Barnawi dan Mohammad Arifin (2012 : 55):

Gambar 4. Langkah-langkah Perencanaan Sarana dan Prasarana Sekolah

Lebih lanjut Barnawi menggambarkan bagan pengadaan barang sebagai berikut.

1 •Penyusunan daftar kebutuhan

2 •Estimasi biaya

3 •Menetapkan skala prioritas

(46)

31

Gambar 5. Skema kegiatan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan

Dari skema kegiatan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di atas, dapat diketahui ada beberapa cara untuk mendapatkan sarana dan prasarana sekolah yang dibutuhkan, yaitu dengan cara membeli, membuat sendiri, menerima hibah, menyewa, meminjam, mendaur ulang, menukar, dan memperbaiki. Pengadaan sarana dan prasarana sekolah tidak hanya dilakukan dengan membeli.

Berdasarkan uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa perencanaan tidak semudah apa yang biasa dilakukan di rumah karena skalanya lebih luas dan menyangkut kepentingan umum. Pengadaan barang bisa dilakukan melalui 8 cara, yaitu cara membeli, membuat sendiri, menerima hibah, menyewa, meminjam, mendaur ulang, menukar, dan memperbaiki.

pengadaan sarana dan prasarana

pembeli an

produksi sendiri

hibah

penyew aan peminja

man daur

ulang penukar

(47)

32

b. Pengaturan atau Penggunaan Sarana dan Prasarana Sekolah

Setelah tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan di sekolah, maka harus dimanfaatkan dan digunakan dengan cara yang tepat. Pengaturan dan penggunaan merupakan tahap lanjut dari pengadaan sarana dan prasarana sekolah. Pengaturan dan penggunaan sarana dan prasarana sekolah harus sesuai prosedur pemakaian agar terhindar dari kesalahan atau kerusakan pada fasilitas yang disediakan.

Barnawi dan Mohammad Arifin (2012 : 73) menyebut pengaturan dan pengunaan sebagai penyimpanan. Menurutnya penyimpanan adalah kegiatan menyimpan sarana dan prasarana pendidikan di suatu tempat agar kualitas dan kuantitasnya terjamin. Ia berpendapat denah atau tata letak gedung harus diperhatikan untuk mempermudah penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran barang.

Semua barang yang merupakan sarana atau fasilitas sekolah harus diinventarisasi. Menurut Ibrahim Bafadal (2004 : 55) inventarisasi adalah pencatatan dan penyusunan daftar barang milik negara secara sistematis, tertib, dan teratur berdasar ketentuan dan pedoman yang berlaku.

Barnawi dan Mohammad Arifin (2012:67) berpendapat bahwa di dalam proses pengaturan terdapat 3 kegiatan sebagai berikut.

(48)

33

2. Penyimpanan, maksudnya ialah menyimpan sarana dan prasarana di suatu tempat dengan tujuan menjaga kualitas serta kuantitasnya.

3. Pemeliharaan, yaitu kegiatan melakukan pengurusan atau perawatan terhadap sarana dan prasarana sekolah agar sarana dan prasarana tersebut tetap dalam kondisi baik.

Menurut Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana (2012 : 191) pengaturan sebelum alat-alat digunakan meliputi:

1. Memberikan identitas pada alat berupa nomor inventaris dengan kode tertentu untuk jenis tertentu,

2. Pencatatan alat ke dalam buku daftar inventaris (buku yang digunakan untuk mencatat daftar kekayaan sekolah). buku ini berisi kolom untuk mencatat: nomor urut, nama alat atau bahan, ukuran, jumlah, dan keterangan.

3. Penempatan alat ke dalam ruang atau almari yang sudah diberi kode.

Lebih lanjut lagi, Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana menuliskan cara mengatur sarana dan prasarana sekolah. Pengaturan alat dapat dilakukan dengan cara:

(49)

34

Alat pelajaran untuk beberapa kelas. Apabila jumlah alat terbatas maka ada dua cara dalam mengatur penggunaan alat tersebut, yaitu membawa alat ke dalam kelas yang akan menggunakan atau mendatangkan anak ke dalam ruang penyimpanan alat, dan

Alat pelajaran untuk semua siswa. Sama halnya dengan alat pelajaran untuk beberapa kelas, ada 2 cara dalam penggunaannya.

Menurut Depdiknas dalam Barnawi dan Mohammad Arifin (2012 : 77) ada dua prinsip yang harus diperhatikan dalam penggunaan sarana dan prasarana. Pertama, prinsip efektivitas yaitu semua pemakaian perlengkapan sekolah harus ditujukan semata-mata untuk memperlancar pencapaian tujuan pendidikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kedua, prinsip efisiensi maksudnya pemakaian perlengkapan pendidikan secara hemat dan berhati-hati sehingga tidak ada perlengkapan yang mudah habis, hilang, atau rusak.

Pengaturan dan penggunaan merupakan tahap yang tidak dapat dipisahkan, karena sebelum digunakan alat harus diatur, dan setelah penggunaan pun alat harus diatur kembali. Penggunaan alat atau barang harus sesuai dengan prosedur dan disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi pengguna.

c. Pemeliharaan dan Penghapusan Sarana dan Prasarana Sekolah

(50)

35

berpikiran bahwa yang wajib merawat sarana dan prasarana adalah pihak sekolah.

Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana (2012 : 194) berpendapat bahwa dengan adanya pengaturan sebagaimana yang telah dipaparkan , maka penggunaan alat dan ruang dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien sehingga pemeliharaan alat akan lebih terjamin.

Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan adalah kegiatan untuk melaksanakan pengurusan dan pengaturan agar semua sarana dan prasarana selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan pendidikan. (Barnawi dan Mohammad Arifin 2012 : 74)

Ibrahim Bafadal (2004 : 49) berpendapat ada beberapa macam cara untuk melakukan pemelihaaraan terhadap sarana dan prasarana sekolah yang berupa mesin. Apabila ditinjau dari sifatnya, terdapat 4 macam cara. Pertama, pemeliharaan yang bersifat pengecekan. Pengecekan harus dilakukan oleh orang yang benar-benar paham tentang mesin. Kedua, pemeliharaan yang bersifat pencegahan dengan tujuan agar kondisi mesin selalu dalam keadaan baik. Ketiga, pemeliharaan dengan cara perbaikan ringan. Keempat, perbaikan berat.

(51)

36

dikatakan sebagai fasilitas. Fasilitas pasti akan mengalami pemudaran manfaat atau kerusakan sehingga tidak dapat digunakan atau bisa digunakan melalui reparasi. Manajemen sarana dan prasarana memiliki tahapan penyingkiran barang. Penyingkiran memiliki arti yang sama dengan penghapusan.

Barnawi dan Mohammad Arifin (2012 : 79) mengemukakan bahwa penghapusan merupakan kegiatan pembebasan sarana dan prasarana dari pertanggungjawaban yang berlaku dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Penghapusan merupakan kata lain dari penyingkiran.

Menurut Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana (2012 :195) penghapusan atau penyingkiran memiliki arti:

1) Mencegah atau membatasi kerugian yang ditimbulkan akibat: Biaya untuk perawatan/perbaikan terhadap barang yang semakin buruk kondisinya

Pemborosan biaya pengamanan barang yang kelebihan atau tidak dapat digunakan lagi

2) Meringankan beban kerja inventarisasi, dan

(52)

37

Dalam keadaan rusak berat yang sudah dipastikan tidak dapat diperbaiki lagi,

Perbaikan menelan biaya yang sangat besar,

Kegunaan tidak seimbang dengan biaya pemeliharaan, Penyusutan di luar kekuasaan pengurus barang,

Tidak sesuai lagi dengan kebutuhan mas kini,

Barang-barang yang disimpan lebih lama akan rusak, Penurunan efektivitas kerja, dan

Dicuri, dibakar, diselewengkan, atau rusak akibat bencana alam. Berdasarkan uraian di atas, penyingkiran atau penghapusan perlu dilakukan untuk memudahkan sekolah dalam melakukan pengawasan terhadap sarana dan prasarana yang disediakan. Hal itu juga akan memberikan keringanan pembiayaan sarana dan prasarana yang sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi.

3. Standar Sarana dan prasarana Sekolah

(53)

38

Standar sarana dan prasarana SD/MI diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2007 Bab II, sebagai berikut.

a) Standar Lahan

Lahan merupakan inventaris yang paling penting untuk pendirian sekolah formal. Ketersediaan lahan yang memadai untuk sekolah dapat memberikan akses pendidikan yang dibutuhkan oleh peserta didik. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2007 mengatur kriteria lahan yang memenuhi standar nasional pendidikan

Lahan yang digunakan untuk membangun sekolah harus terhindar dari potensi bahaya kesehatan dan keselamatan jiwa bagi seluruh warga sekolah, serta memiliki akses ketika terjadi keadaan darurat. Sebagai contoh, lahan sekolah harus jauh dari gangguan pencemaran air, kebisingan yang dapat mengganggu proses belajar mengajar, dan pencemaran udara. Lahan harus memiliki status yang jelas mengenai kepemilikan dan atau memiliki izin untuk dimanfaatkan. Selain itu lahan disesuaikan dengan peruntukan lokasi yang sudah diatur oleh Pemerintah Daerah terkait dengan Rencana Tata Ruang Wilayah.

b) Bangunan

(54)

39

memadai, sanitasi di dalam maupun luar ruangan, serta bahan bangunan yang aman bagi kesehatan pengguna. Bangunan harus memiliki konstruksi yang stabil, kokoh, dapat bertahan minimal 20 tahun, serta mampu menahan gempa dan kekuatan alam lain. Bangunan harus memiliki sistem perlindungan baik pasif maupun aktif untuk menanggulangi bahaya kebakaran dan petir, memiliki peringatan bahaya, pintu keluar darurat, jalur evakuasi dan penunjuk arah yang jelas. Bangunan harus memperhatikan kenyamanan bagi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, seperti mampu meredam getaran, kebisingan dan menyediakan lampu penerangan. Fasilitas listrik yang dipasang minimal dengan daya listrik 900 watt.

Bangunan sekolah harus dipelihara dan dirawat agar tidak mudah rusak. Pemeliharaan yang dapat dilakukan ialah pemeliharaan ringan dan pemeliharaan berat. Pemeliharaan ringan seperti pengecatan ulang, perbaikan daun jendela/pintu, penutup lantai, penutup atap, plafon, instalasi air serta listrik, dilakukan minimal sekali dalam 5 tahun. Pemeliharaan berat seperti penggantian rangka atap, plafon, kayu, kusen, dan semua penutup atap minimal dalam jangka waktu 20 tahun sekali. Sama halnya dengan lahan, bangunan juga harus memiliki izin pendirian bangunan yang diakui Pemerintah Daerah setempat.

a. Ruang Kelas

(55)

40

Banyak ruang kelas minimal di satuan pendidikan sama dengan banyak rombongan belajar. Ruang kelas dilengkapi dengan jendela yang memungkinkan pencahayaan yang memadai dan memiliki pintu yang memadai ketika terjadi bahaya atau pintu yang dapat dikunci ketika tidak dipergunakan.

Sarana yang harus tersedia di dalam ruang kelas meliputi: kursi siswa, meja siswa, kursi guru, meja guru, lemari, rak hasil karya siswa, papan panjang, papan tulis, papan tulis, tempat sampah, tempat cuci tangan, jam dinding, dan kotak kontak. Perabot kelas yang terbuat dari kayu harus kuat, stabil, dan aman bagi pengguna.

b. Ruang perpustakaan

Perpustakaan merupakan ruang yang berfungsi untuk memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka melalui kegiatan membaca, mengamati, dan mendengar. Ruang perpustakaan minimal memiliki luas sama dengan ruang kelas dan lebar yang sama di lengkapi dengan jendela yang memberikan pencahayaan yang memadai untuk membaca.

(56)

41

kotak kontak, dan jam dinding harus tersedia di dalam perpustakaan sekolah yang memenuhi standar nasional sarana dan prasarana. Apabila di suatu perpustakaan satuan pendidikan belum memiliki salah satu atau dua yang disebutkan, maka perpustakaan belum memenuhi standar sarana dan prasarana.

c. Laboratorium IPA

Laboratorium berfungsi sebagai sarana untuk mendukung kegiatan dalam bentuk percobaan/eksperimen. Apabila di satuan pendidikan terdapat laboratorium IPA, maka harus dilengkapi dengan sarana seperti lemari, model kerangka manusia, model tubuh manusia, globe, model tata surya, kaca pembesar, cermin datar, cermin cembung, cermin cekung, lensa datar, lensa cekung, lensa cembung, magnet batang, serta poster yang memuat metamorfosis, hewan langka, hewan dilindungi, tanaman khas Indonesia, contoh ekosistem, dan sistem-sistem pernafasan pada hewan.

Laboratorium harus dapat menunjang proses pembelajaran dengan baik karena di dalam laboratorium siswa melakukan dan membangun sendiri pengetahuannya dengan bimbingan guru. d. Ruang Pimpinan

(57)

42

petugas dinas, dan sebagainya. Ruang pimpinan harus mudah diakses oleh guru maupun tamu sekolah dan dapat dikunci dengan baik agar terjaga keamanannya.

e. Ruang Guru

Ruang guru berfungsi sebagai tempat bekerja, istirahat, dan tempat menerima tamu. Ruang guru harus mudah dicapai dari halaman maupun luar sekolah dan dekat dengan ruang pimpinan. Meja dan kursi harus sama banyak dengan jumlah guru yang mengajar di sekolah. Papan pengumuman juga harus tersedia untuk memberikan informasi bagi guru.

f. Tempat Ibadah

Tempat ibadah memungkinkan siswa untuk melakukan ibadah yang telah diwajibkan oleh agama yang dianutnya pada waktu berada di sekolah. Ruang ibadah harus dilengkapi sarana seperti lemari/rak, perlengkapan ibadah, dan jam dinding.

g. Ruang UKS

Ruang UKS berfungsi sebagai tempat penanganan dini terhadap kecelakaan atau gangguan kesehatan lain yang dialami oleh siswa. Selain itu, UKS juga dapat berfungsi sebagai ruang konseling. Ruang UKS harus dilengkapi sarana yang paling penting seperti tempat tidur, perlengkapan P3K, tandu, selimut, tensimeter, dan termometer.

(58)

43

Jamban memiliki fungsi sebagai tempat buang air besar atau buang air kecil. Sekolah harus menyediakan minimal 3 jamban, 1 untuk siswa laki-laki, 1 untuk siswa perempuan, dan 1 untuk guru. Bangunan jamban harus dilengkapi dinding, atap, dan kunci serta mudah untuk dibersihkan. Air bersih juga harus tersedia di setiap unit jamban.

i. Gudang

Gudang sebagai tempat menyimpan peralatan pembelajaran di luar kelas, peralatan sekolah, dan menyimpan arsip sekolah. Gudang harus dapat dikunci untuk menghindari kejahatan pencurian.

j. Ruang Sirkulasi

Ruang sirkulasi merupakan ruang penghubung antarruang dalam bangunan sekolah. Ruang sirkulasi memungkinkan siswa menggunakannya sebagai tempat bermain, berinteraksi dengan teman, dan memfasilitasi ketika hujan maka tidak bisa melakukan kegiatan di luar ruangan. Ruang sirkulasi juga harus memperhatikan pencahayaan dan penghawaan yang cukup.

k. Tempat bermain

(59)

44

Berdasarkan penjelasan mengenai standar sarana dan prasarana yang harus dimiliki satuan pendidikan, sekolah negeri tidak mungkin untuk melakukan pemenuhan standar sarana dan prasarana pendidikan dengan mengandalkan dana dari pemerintah saja. Peran Komite Sekolah sangat dibutuhkan untuk pemenuhan standar sarana dan prasarana pendidikan karena dengan aktifnya semua pihak yang terkait maka akan memudahkan sekolah untuk memenuhi standar nasional pendidikan. Sebagai contoh, ketika terjadi kerusakan pada prasarana sekolah, Komite Sekolah hendaknya mengupayakan dirinya untuk menggalang dana perbaikan atau renovasi prasarana sekolah. Hal ini bisa dilakukan dengan menjaring dana dari alumni atau pun memberikan dana sukarela.

(60)

45

lembaga standar sarana dan prasarana pendidikan sekolah dasar dan perguruan tinggi berbeda, namun tujuan dan fungsinya sama.

C. Sarana dan Prasarana

1. Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang diharapkan mampu mendidik siswa untuk menguasai pengetahuan, mencapai kedewasaan, dan berperilaku sesuai dengan harapan. Sekolah sebagai sarana mendapatkan gelar tinggi, meningkatkan status sosial, dan mendapatkan pekerjaan yang prestisius harus memiliki kualifikasi untuk menunjang perkembangan potensi siswa. Oleh karena itu, pendidikan harus didukung oleh 8 standar pendidikan nasional yang meliputi standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar penilaian, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pembiayaan, dan standar pengelolaan.

Sarana dan prasarana sekolah merupakan salah satu standar pendidikan yang harus dicapai oleh suatu sekolah agar layak untuk digunakan sebagai tempat belajar mengajar. Sarana dan prasarana dalam bahasa Inggris disebut dengan facility. Menurut Amirin dalam Barnawi dan Mohammad Arifin (2013 : 45) fasilitas pendidikan artinya segala sesuatu (alat maupun barang) yang memfasilitasi atau memberikan kemudahan dalam penyelenggaraan pendidikan.

(61)

46

maupun nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan. Penetapan keputusan ini menjadi tanda bahwa peserta didik berhak mendapatkan fasilitas (sarana dan prasarana) yang memadai yang dapat menunjang pengembangan dirinya. Tidak dapat dipungkiri bahwa ketersediaan sarana dan prasarana di sekolah dapat memberikan kemudahan bagi seluruh warga sekolah.

2. Ruang Lingkup Sarana dan Prasarana

Menurut Depdiknas dalam Barnawi dan Mohammad Arifin (2013 : 46) sarana pendidikan adalah segala sesuatu (peralatan, bahan, dan perabot) yang secara langsung dapat digunakan dalam proses pendidikan sedangkan prasarana ialah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah. Sarana diidentikan dengan fasilitas yang secara langsung menunjang proses pembelajaran, sedangkan pasarana merupakan fasilitas yang tidak langsung menunjang proses pembelajaran.

Sarana dan prasarana sekolah dibedakan berdasarkan “langsung”

dan “tidak langsung”. Menurut Amirin dalam Barnawi dan Mohammad

(62)

47

digunakan secara langsung dan manfaatnya dapat dilihat langsung. Prasarana merupakan fasilitas yang berfungsi secara tidak langsung karena fasilitas yang dimaksud

Menurut Tim Penyusun Pedoman Pembakuan Media Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana (2012:187) menyatakan bahwa sarana adalah fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik yang bisa bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan lancar, teratur, efektif, dan efisien. Sarana dan prasarana pendidikan diperlukan untuk membuat proses pendidikan agar efektif dan efisien. Fasilitas mencakup sarana dan prasarana yang disediakan sekolah untuk digunakan dan dimanfaatkan siswa dalam mengembangkan potensi diri yang dimiliki.

(63)

48

Gambar 6. Bagan Klasifikasi Sarana

Dalam Barnawi dan Mohammad Arifin (2013 :46) mereka membagi sarana menjadi 3 yaitu, bergerak tidaknya, habis tidaknya, dan kaitan dengan proses pembelajarannya. Sarana pendidikan yang dilihat dari habis tidaknya dibagi menjadi sarana habis pakai (kapur, tinta printer, kertas, dan bahan kimia untuk praktik) dan sarana tahan lama (meja, kursi, komputer, globe, atlas, alat praktik, dan alat olahraga).

(64)

49

Sarana pendidikan dilihat dari kaitannya dengan proses pembelajaran dibagi menjadi 3, yaitu alat pelajaran (alat yang bisa digunakan secara langsung dalam proses pembelajaran misalnya buku, alat peraga, alat tulis, dan alat praktik), alat peraga (alat bantu pendidikan yang dapat mengkongkretkan materi pembelajaran ), dan media pengajaran (3 jenis media: visual, audio, dan audiovisual). Pembelajaran memerlukan sarana berupa alat peraga dan media pengajaran. Alat peraga dan media pengajaran membantu siswa dalam memahami apa yang dipelajari.

Prasarana dibagi menjadi 2 yaitu prasarana langsung dan prasarana tidak langsung. Prasarana langsung merupakan prasarana yang digunakan dalam proses pembelajaran misalnya, ruang kelas, laboraturium, praktik, dan komputer. Prasarana tidak langsung adalah prasarana yang tidak digunakan secara langsung tapi keberadaanya sangat menunjang proses pembelajaran, misalnya ruang kantor, kantin, jalan menuju sekolah, kamar kecil, UKS, ruang guru, ruang kepala sekolah, taman, dan parkir kendaraan. (Ibrahim Bafadal 2004 : 3)

(65)

50

diklasifikasikan menjadi 2 macam yaitu prasarana langsung dan prasarana tidak langsung.

3. Sarana Pembelajaran

Pembelajaran di kelas memerlukan adanya sarana yang mendukung agar dapat terlaksana dengan baik dan memberikan kenyamanan bagi siswa yang belajar di dalamnya. Ruang kelas merupakan salah satu sarana pembelajaran karena siswa mengembangkan pengetahuan dan potensi dirinya di ruang kelas.

Menurut PP No. 24 Tahun 2007 mengatur tentang ruang kelas yang harus disediakan untuk penyelenggaraan pembelajaran. Ruang kelas sebagai tempat kegiatan pembelajaran teori dan praktik baik yang menggunakan alat maupun yang tanpa alat. Banyak ruang kelas minimal di satuan pendidikan sama dengan banyak rombongan belajar. Ruang kelas dilengkapi dengan jendela yang memungkinkan pencahayaan yang memadai dan memiliki pintu yang memadai ketika terjadi bahaya atau pintu yang dapat dikunci ketika tidak dipergunakan.

(66)

51 D. Pertanyaan penelitian

1. Bagaimana komite sekolah dalam melaksanakan perannya sebagai badan pertimbangan (Advisory Agency) dalam pengelolaan sarana pembelajaran di SDN Serayu?

2. Bagaimana komite sekolah dalam melaksanakan perannya sebagai badan pendukung (Supporting Agency) dalam pengelolaan sarana pembelajaran di SDN Serayu?

3. Bagaimana komite sekolah dalam melaksanakan perannya sebagai badan pengontrol (Controlling Agency) dalam pengelolaan sarana pembelajaran di SDN Serayu?

(67)

52 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan atau mendeskripsikan peran Komite Sekolah dalam pengelolaan sarana dan prasarana sekolah di SDN Serayu. Penelitian dimulai dengan melakukan pengamatan (observasi) di SDN Serayu, menganalisis peran Komite Sekolah, observasi sarana dan prasarana sekolah, serta menganalisis hubungan sekolah dengan Komite Sekolah.

Metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan filsafat postpositivisme yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (berlawanan dengan eksperimen), peneliti sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. (Sugiyono 2010 : 15)

SDN Serayu merupakan salah satu sekolah dasar negeri yang unggul di Yogyakarta. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti peran Komite sekolah SDN Serayu dalam pengelolaan sarana dan prasarana sekolah.

B. Subjek penelitian

(68)

53

Komite Sekolah bidang Sarana dan Prasarana sekolah diwawancarai terkait bentuk pertimbangan dukungan, pengawasan, dan mediator dalam pemenuhan sarana dan prasarana sekolah. Kepala Sekolah diwawancari karena kepala sekolah adalah pihak yang paling memahami dan mengetahui kondisi sekolah secara mendalam berkaitan dengan visi misi sekolah, sarana dan prasarana, serta mutu pendidikan sekolah. Guru yang ditunjuk sebagai petugas sarana dan prasarana sekolah dipilih dengan pertimbangan sebagai informan yang memberikan penilaian terhadap kinerja Komite Sekolah dalam hal pengelolaan sarana dan prasarana sekolah.

C. Setting penelitian

Penelitian deskriptif kualitatif ini dilaksanakan di SD N Serayu. Alamat sekolah Jalan Juadi No. 2 Kotabaru, Gondokusuman, Yogyakarta. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Februari 2016.

D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian bertujuan untuk mengumpulkan data di lapangan yang kemudian akan diolah dan ditarik kesimpulan penelitiannya. Oleh karena itu, dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono (2013 : 308) bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting.

(69)

54 1. Observasi

Hal-hal yang diobservasi dalam penelitian ini meliputi, ketersediaan sarana dan prasarana sekolah dan rapat sekolah bersama Komite Sekolah.

2. Wawancara

Menurut Sugiyono (2013: 317) wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti melakukan studi pendahuluan ketika ingin mencari permasalahan yang harus diteliti. Wawancara juga dilakukan untuk memperkuat data yang diperoleh melalui wawancara maupun dokumentasi.

3. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2013 :329) mendefinisikan bahwa dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, baik berupa tulisan, gambar, maupun karya-karya monumental seseorang. Karya monumental bisa berupa gambar pelaksanaan rapat sekolah bersama dengan Komite Sekolah dan foto perkembangan fisik sekolah.

Gambar

Gambar 2.  Bagan Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan
Gambar 3. Proses Manajemen Perlengkapan Sekolah
Gambar 5. Skema kegiatan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan
Tabel 1. Kisi-kisi Observasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2) Bagi komite sekolah hendaknya ikut terlibat sejak awal dalam pengelolaan keuangan sekolah mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sehingga komite sekolah

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesiapan Kepala Sekolah, Guru serta dukungan Komite Sekolah yang dilakukan SD Serayu Yogyakarta dalam mempersiapkan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran kepala madrasah dalam pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan yang terdiri dari perencanaan sarana dan prasarana,

Dalam hal ini kita bisa lihat bersama bahwa peran komite sekolah dalah meningkatkan kalitas sarana dan prasana di MTs Mambaul Ulum dari hasil peneliti yang

Ruang gerak pertemuan komite sekolah dalam hal ini sangat penting untuk memberikan pertimbangan yang bermanfaat, seperti halnya pernyataan yang telah diungkapkan oleh

Upaya yang dilakukan sekolah untuk memperoleh dukungan dana, tenaga, ide, maupun fasilitas dari komite di SMA N 1 yaitu dengan cara komite sekolah diundang dalam rapat-rapat

1) Membicarakan kembali masukan komite sekolah dengan pihak sekolah melalui rapat. Mendengarkan alasan dan penjelasan sekolah mengenai kenapa

Peran Komite Sekolah dalam Pengelolaan Dana BOS Di Sekolah Dasar Negeri Se Gugus 1 Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo Secara keseluruhan peran komite sekolah dalam pengelolaan