• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlakuan Akuntansi Aset Biologi Tanaman Teh berdasarkan IAS 41 Agriculture (Studi Kasus pada PT PN VIII Kebun Ciater).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlakuan Akuntansi Aset Biologi Tanaman Teh berdasarkan IAS 41 Agriculture (Studi Kasus pada PT PN VIII Kebun Ciater)."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Aset biologi merupakan salah satu jenis aktiva tetap yang memiliki keunikan dibandingkan aktiva tetap pada umumnya seperti kendaraan atau mesin. Aset biologi akan mengalami biological transformation yang menyebabkan perubahan nilai secara kuantitatif maupun kualitatif.

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur nilai aset biologi agar informasi yang disajikan dalam laporan keuangan menggambarkan keadaan yang sebenarnya dan dapat diandalkan. Aset biologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman teh PT Perkebunan Nusantara VIII Kebun Ciater. Standar akuntansi yang digunakan sebagai pedoman adalah IAS 41 Agriculture yang akan diadposi oleh Indonesia.

(2)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN ... 7

2.1. Teori Akuntansi ... 7

2.1.1. Pengertian Teori Akuntansi ... 7

(3)

2.2.1. Pengertian Aset ... 10

2.2.2. Karakteristik Aset ... 11

2.2.3. Pengukuran dan Penilaian Aset ... 14

2.2.3.1. Pengertian Pengukuran ... 14

2.2.3.2. Kos Sebagai Pengukur dan Bahan Olah Akuntansi ... 14

2.2.3.3. Pengertian Penilaian ... 15

2.2.3.4. Konsep dan Basis Penilaian Aset ... 15

2.3. Aktiva Tetap ... 18

2.3.1. Pengertian Aktiva Tetap ... 18

2.3.2. Prinsip Akuntansi Aktiva Tetap ... 20

2.3.3. Penilaian Aktiva Tetap ... 20

2.3.4. Pengujian Penurunan Aktiva Tetap ... 21

2.4. Pendapatan ... 20

2.4.1. Pengertian Pendapatan ... 20

2.4.2. Untung Vs Pendapatan ... 23

2.4.3. Karakteristik Pendapatan ... 24

2.5.1. Pengertian Nilai Wajar (Fair Value) ... 31

(4)

2.5.3. Permasalahan Dalam Penggunaan Fair Value ... 32

2.5.4. Pasar Aktif Vs Pasar Tidak Aktif ... 33

2.6. Kerangka Pemikiran ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

3.1. Metode Penelitian ... 36

3.1.1. Penentuan Topik Penelitian ... 36

3.1.2. Pengidentifikasian Masalah ... 37

3.1.3. Pengumpulan Data ... 37

3.2. Kesimpulan dan Saran ... 44

3.2.1. Kesimpulan ... 44

3.2.2. Saran ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

4.1. Hasil Penelitian ... 46

4.1.1. Profil Perusahaan ... 46

(5)
(6)
(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I Klasifikasi Aset Biologi ... 3

Tabel II Daftar Tenaga Kerja Dan Batih ... 50

Tabel III Rincian Karyawan Borong ... 50

Tabel IV Biaya Persemaian Tahun Tanam 2008 ... 61

Tabel V Biaya Persemaian Tahun Tanam 2009 ... 63

Tabel VI Biaya Tanaman Tahun Ini ... 64

Tabel VII Biaya Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan ... 66

(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar. 1 Kerangka Pemikiran ... 35

Gambar. 2 Fair Value Model ... 39

Gambar. 3 Prosedur Pengujian Penurunan Aktiva Tetap ... 41

Gambar. 4 Pengolahan Teh Hitam ... 57

(9)

BAB I Pendahuluan

utama tanaman teh. Varietas berdaun kecil, dikenal sebagai Camellia sinensis, yang tumbuh dengan baik di daerah pegunungan tinggi berhawa dingin. Varietas berdaun lebar, dikenal sebagai Camellia assamica, yang tumbuh paling baik di daerah beriklim tropis yang lembab seperti di Indonesia.

Perkembangan sektor agrobisnis terutama perkebunan teh belakangan ini menunjukkan perkembangan grafik yang cukup signifikan. Berdasarkan berita resmi Statistik No.11/02/Th. XII,16 Februari 2009, pada tahun 2008 terjadi penurunan pada semua sektor kecuali sektor pertanian, sektor industri pengolahan, dan sektor konstruksi. Sektor pertanian naik dari 13,7 persen di tahun 2007 menjadi 14,4 persen di tahun 2008. Hal ini dipicu oleh iklim indonesia yang kondusif, dan di sisi lain perkembangan pengolahan daun teh yang semakin canggih turut mempengaruhi permintaan pasar. Perkembangan positif ini menuntut sikap yang profesional dari semua pihak yang berkepentingan, termasuk dalam menyediakan informasi keuangan yang dapat diandalkan.

(10)

BAB I Pendahuluan

pengakuan, pengukuran, pengungkapan, maupun penyajiannya. Dampak dari kesalahan dan penyimpangan akan sangat fatal karena dapat menyesatkan keputusan yang diambil oleh para pengguna laporan keuangan.

Salah satu unsur dari laporan keuangan adalah aset. Paton (1962) mendefinisikan aset sebagai kekayaan baik dalam bentuk fisik maupun bentuk lainnya yang memiliki nilai bagi suatu entitas bisnis. Vatter (1974) meninjau aset dari sisi manfaat yang dihasilkan dengan mendefinisikan aset sebagai manfaat ekonomi masa yang akan datang dalam bentuk potensi jasa yang dapat diubah, ditukar atau disimpan. Hal ini sejalan dengan dengan Financial Accounting Standard board (1980) yang mendefinisikan aset sebagai manfaat ekonomi yang mungkin

terjadi di masa mendatang yang diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas tertentu sebagai akibat transaksi atau peristiwa masa lalu.

PT Perkebunan Nusantara VIII merupakan perusahaan yang bergerak pada sektor agrobisnis. Sebagai perusahaan yang bergerak pada sektor agrobisnis, tanaman teh merupakan aset sekaligus penghasil produk andalan PT Perkebunan Nusantara VIII, yaitu daun teh. Aset yang dimiliki PT Perkebunan Nusantara VIII tergolong sebagai aset biologis. Tanaman teh digolongkan sebagai aset biologis, sesuai dengan international accounting standards (IAS 41,5):

(11)

BAB I Pendahuluan

Berikut tabel klasifikasi aset biologi (IAS 41,4): Tabel I

Aset Biologis Hasil Pertanian Produk Yang Dihasilkan

Domba Wool Benang, karpet

Pohon-Pohon Dihutan Tebangan Kayu Kayu, Logs

Tanaman Kapas Benang, Pakaian

Tebu Gula

Sapi Perah Susu Keju

Babi Daging Sosis, Ham

Semak Daun Teh, Tembakau

Merambat Anggur Anggur

Tanaman Buah Buah Buah yang diproses

Berbeda dengan aset tetap perusahaan pada umumnya seperti gedung, mesin, peralatan atau kendaraan yang hanya merupakan barang atau benda mati. Suatu aset biologi merupakan mahluk hidup yang akan mengalami proses yang disebut biological transformation. Secara harafiah biological transformation dapat diartikan

sebagai perubahan biologis (fisik). Biological transformation terdiri dari proses : a) Pertumbuhan (peningkatan kuantitas atau perbaikan kualitas dari hewan atau

tumbuhan)

b) Degenerasi (penurunan kuantitas atau memburuknya kualitas hewan atau tumbuhan)

c) Reproduksi (penciptaan tambahan kuantitas binatang hidup atau tanaman) d) Produksi (hasil pertanian, seperti daun teh, karet, wol, dan susu)

(12)

BAB I Pendahuluan

dapat bersifat menambah atau mengurangi nilai ekonomi aset. Perubahan ini akan sangat berpengaruh pada kewajaran laporan keuangan yang di terbitkan PT Perkebunan Nusantara VIII. Oleh karena itu, diperlukan suatu pengukuran, penilaian dan perlakuan yang tepat terhadap perubahan nilai aset biologi tersebut.

Pengukuran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penentuan jumlah rupiah (nominal) yang harus dilekatkan pada aset biologis tanaman teh pada saat tanaman teh diakui (recognition) sebagai bagian dari aset PT Perkebunan Nusantara VIII. Salah satu hal yang dapat digunakan sebagai dasar pengukuran adalah kos perolehan aset tersebut sampai aset tersebut siap digunakan atau memberikan manfaat ekonomi bagi perusahaan. Sedangkan penilaian biasanya digunakan untuk proses penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada aset biologis tanaman teh pada saat penyajian di laporan keuangan.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, biological transformation dapat bersifat menambah atau mengurangi nilai aset biologi tanaman teh. Dibutuhkan perlakuan yang tepat untuk perubahan tesebut. Perlakuan yang dimaksud adalah bagaimana perubahan nilai itu diakui secara akuntansi dan dilaporkan di laporan keuangan. Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai pengukuran, penilaian dan perlakuan terhadap perubahan nilai aset biologis tanaman teh tersebut. Perusahaan hendaknya dapat menyajikan informasi keuangan dengan tepat sehingga informasi yang disajikan dapat diandalkan bagi para penggunanya. Untuk itu peneliti

mengambil judul ”PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN

TEH BERDASARKAN IAS 41 AGRICULTURE (studi kasus pada PT PN VIII

(13)

BAB I Pendahuluan

1.2 Identifikasi Masalah

Suatu masalah bukan berarti terdapat sesuatu yang salah terhadap situasi yang sekarang, yang memerlukan adanya perbaikan dengan cepat. Tetapi sesuatu masalah dapat digambarkan sebagai indikasi adanya minat terhadap hal tersebut dimana menentukan solusi atau jawaban yang benar akan membantu untuk memperbaiki situasi yang ada pada saat ini. Dengan melakukan identifikasi masalah maka ruang lingkup dari penelitian akan menjadi lebih jelas.

Pokok permasalah yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana pengukuran kos perolehan tanaman teh di PT Perkebunan Nusantara VIII Kebun Ciater?

2. Komponen apa saja yang digunakan dalam pengukuran kos perolehan tanaman teh di PT Perkebunan Nusantara VIII Kebun Ciater?

3. Bagaimana perlakuan terhadap perubahan nilai tanaman teh tersebut bagi PT Perkebunan Nusantara VIII Kebun Ciater?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Suatu kegiatan tidak akan terlepas dari tujuan yang hendak dicapai dan selalu mencari kegunaan dari perbuatan tersebut. Demikian juga penulisan Tugas Akhir ini mempunyai beberapa tujuan diantaranya:

1. Untuk mengetahui pengukuran kos perolehan tanaman teh di PT Perkebunan Nusantara VIII Kebun Ciater.

2. Untuk mengetahui komponen yang digunakan dalam pengukuran kos perolehan tanaman teh di PT Perkebunan Nusantara VIII Kebun Ciater. 3. Untuk mengetahui perlakuan terhadap perubahan nilai tanaman teh tersebut

(14)

BAB I Pendahuluan

1.4 Kegunaan Penelitian

Dari penelitian ini, penulis berharap memperoleh manfaat sebagai berikut:  Bagi perusahaan yang diteliti

Sebagai bahan masukan dan informasi yang dapat digunakan untuk bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan perusahaan sehubungan dengan pengukuran, penilaian dan perlakuan perubahan nilai aset biologis tanaman teh

 Untuk rekan mahasiswa di Perguruan Tinggi

Dapat menambah pengetahuan mengenai pengukuran, penilaian, dan perlakuan aset biologis tanaman teh, serta dapat digunakan sebagai masukan bagi rekan-rekan yang akan melakukan penelitian serupa.

 Untuk penulis sendiri

1. Memperdalam pengetahuan dan pemahaman penulis mengenai pengukuran, penilaian dan perlakuan perubahan nilai aset biologis tanaman teh dan memberi gambaran bagaimana gambaran mengenai penerapan teori-teori yang selama ini diperoleh dalam kuliah

(15)

BAB V Simpulan Dan Saran

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Dari hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa:

1. Tanaman teh yang dikelola Perkebunan Ciater tergolong sebagai aset biologi karena memenuhi dua kriteria aset biologi seperti yang diungkapkan secara implisit dalam IAS 41 Agriculture, yaitu tanaman teh tergolong jenis tanaman semak dan mengalami biological transformation. 2. Aset Biologi tergolong sebagai aktiva tetap karena memenuhi tiga kriteria aktiva tetap, yaitu memiliki umur ekonomis lebih dari 1 tahun, digunakan dalam proses penciptaan pendapatan di masa akan datang, dan berasal dari investasi perusahaan.

3. Kos perolehan awal per tanaman teh Rp 643,5 terdiri dari kos persemaian Rp 602; kos tanaman tahun ini Rp 29; kos tanaman belum menghasilkan Rp 12,5. Seluruh kos tersebut merupakan komponen perhitungan kos perolehan awal tanaman teh.

(16)

BAB V Simpulan Dan Saran

5. Perkebunan Ciater akan mengakui kenaikan aset biologi sebagai investasi tanaman. Hal tersebut merupakan kebijakan dari perusahaan karena tujuan penanaman teh bukan untuk dijual seperti tanaman hias pada umumnya, melainkan digunakan sebagai alat penghasil daun teh. Sedangkan penurunan aset biologi diakui sebagai biaya kantor bukan sebagai kerugian. Karena pada dasarnya biaya berbeda dengan rugi, sebaiknya penurunan aset biologi diakui sebagai kerugian sesuai dengan IAS 41 Agriculture. Hal ini akan berpengaruh terhadap kewajaran dan keandalan laporan keuangan.

5.2. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, pembahasan mengenai aset biologi hanya terbatas pada perhitungan nilai aset biologi s/d panen pertama saja. Kos setelah panen pertama tidak diperhitungkan dalam penelitian ini. Selain itu, peneliti menggunakan angka estimasi dalam perhitungan harga perolehan tanaman karena waktu yang diperlukan untuk mempersiapkan tanaman teh cukup lama. Sehingga tidak semua laporan biaya kegiatan muncul setiap periodenya.

5.3. Saran

Agar Perkebunan Ciater dalam melakukan penilaian terhadap aset biologi dapat lebih tepat dan lebih teliti penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut:

(17)

BAB V Simpulan Dan Saran

2. Dalam perhitungan perolehan tanaman menghasilkan hendaknya hanya memperhitungkan seluruh kos yang berhubungan langsung dengan proses penyiapan tanaman teh, sedangkan kos pemeliharaan sebaiknya dimasukkan sebagai kos perolehan bahan baku produksi.

3. Sebisa mungkin Perkebunan Ciater mampu meminimalkan tanaman yang mati tiap tahun tanam sehingga kos perolehan per tanaman bisa lebih rendah. 4. Perkebunan Ciater hendaknya terus meningkatkan pemeliharaan aset biologi

agar dapat terus menghasilkan pucuk daun teh yang berkualitas.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Carter, William K dan Milton F.Usry. 2002.Akuntansi Biaya,Salemba Empat,Jakarta.

Food Info. 2009. Penanaman Teh. Diambil Oktober, 15, 2009 dari http://www.food-info.net/id/products/tea/cultivation.htm

International Financial Reporting Standard. 2008. International Accounting Standard board. Diambil Oktober, 25, 2009 dari http://www.iasb.org

Marzuky. 1997. Metode Riset. Yogyakarta : BPFE UII

Purba, Marisi P., 2008. Akuntansi Aktiva Tetap, Kris Consulting, Jakarta.

Suwardjono. 2006. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi K3.BPFE.Yogyakarta

Referensi

Dokumen terkait

Pada umur 4,5 tahun (Gambar 2), walaupun secara statistik perlakuan jumlah batang bawah berpengaruh tidak nyata terhadap persentase matang sadap, terdapat fakta bahwa

Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder antara lain capital adequacy ratio (CAR), likuiditas (FDR), efisiensi operasional (BOPO) dan profitabilitas (ROA)

Untuk data nominal dan ordinal, dibuat tabulasi distribusi frekuensi untuk setiap variabel Untuk data interval/rasio, dianalisis nilai.. Data Cleaning.. Tabel distribusi

Dalam alur pengguna umum seperti masyarakat atau siapapun yang tidak memiliki hak akses sebagai admin dapat langsung mengakses radio daring dengan cara

Proses implementasi dari perancangan sistem informasi geografis pencarian lokasi kuliner terdekat di Kota Mataram yang dilakukan pada bab sebelumnya akan dijelaskan

Berdasarkan uraian di atas baik dari aspek pemanfaatan untuk perairan Arafura yang terindikasi “over-fishing” maupun laju kenaikan produksi udang sebesar 92,51 %, maka dapat

Analisis Sistem merupakan penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi

Diduga Perilaku konsumen yang terdiri dari kelompok acuan (X1), kelas social (X2), gaya hidup (X3), berpengaruh secara parsial terhadap keputusan pembelian. Diduga