• Tidak ada hasil yang ditemukan

JAMINAN SOSIAL TERHADAP PEKERJA KONTRAK PADA HOTEL BALI MANDIRA BEACH RESORT & SPA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "JAMINAN SOSIAL TERHADAP PEKERJA KONTRAK PADA HOTEL BALI MANDIRA BEACH RESORT & SPA."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

JAMINAN SOSIAL TERHADAP PEKERJA

KONTRAK PADA HOTEL BALI MANDIRA BEACH

RESORT & SPA

I GDE MADE WIDIA SASTRA NAYAKA NIM. 1216051252

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

ii

JAMINAN SOSIAL TERHADAP PEKERJA

KONTRAK PADA HOTEL BALI MANDIRA BEACH

RESORT & SPA

Skirpsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Udayana

I GDE MADE WIDIA SASTRA NAYAKA NIM. 1216051252

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

(3)

iii Lembar Persetujuan Pembimbing

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 28 JANUARI 2016

Pembimbing I

Dr. I Made Sarjana, SH., MH. NIP. 196112311986011001

Pembimbing II

(4)

iv

SKRIPSI INI TELAH DIUJI PADA TANGGAL

Panitia Penguji Skripsi

Berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana Nomor : 0235 / UN 14.4E / IV / PP / 2016. Tanggal 29 Februari 2016

Ketua : Dr. I Made Sarjana, SH., MH. NIP : 196112311986011001

Sekertaris : I Made Dedy Priyanto, SH., M.Kn NIP : 198404112008121003

Anggota : 1. Dr. I Made Udiana, SH., MH. NIP : 195509251986101001

2. I Nyoman Darmadha, SH., MH. NIP : 195412311981031033

(5)

v

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas Asung Kerta Wara Nugraha-Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Judul yang diangkat dalam skripsi ini adalah

“JAMINAN SOSIAL TERHADAP PEKERJA KONTRAK PADA HOTEL

BALI MANDIRA BEACH RESORT & SPA” dimana penulisan skripsi ini adalah merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Hukum Universitas Udayana, serta sebagai salah satu perwujudan tanggung jawab untuk memberikan sumbangan ilmu pengetahuan yang lebih khususnya tentang ilmu hukum.

Berbagai tantangan, hambatan, dan persoalan tidak sedikit muncul dalam proses penyelesaian skripsi ini, karena menyadari akan keterbatasan kemampuan. Namun semua dapat dilewati dengan adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak.

Pada kesempatan ini, mengucapkan terima kasi yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. I Gusti Wairocana, SH.,MH., Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana dan para pembantu Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana;

(6)

vi

3. Bapak Dr. I Wayan Wiryawan, SH.,MH., Ketua Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana;

4. Bapak I Ketut Suardita, SH., MH., Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan selama mengikuti perkuliahan;

5. Bapak Dr. I Made Sarjana, SH., MH., Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan memberikan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan;

6. Bapak I Made Dedy Priyanto, SH., M.Kn., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan masukan dan membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini; 7. Bapak dan Ibu Dosen yang telah mendidik dan membekali ilmu

pengetahuan selama awal perkuliahan hingga skripsi ini diselesaikan;

8. Staff Tata Usaha Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini;

9. Staff dan Pemilik Hotel Bali Mandira Beach Resort & SPA yang sudah bersedia membantu proses penyelesaian skripsi ini;

10. Bapak dan Ibu serta semua anggota keluarga yang telah banyak membantu serta memberi semangat, dorongan dan doa sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan;

(7)

vii

12. Feranika Anggasari Jayanti, teman dekat yang selalu menemani, membantu dan memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini;

13. Feri, Hindarto, Reny, Tema, Ade, Arya, Gita, Anggun, Dayu, Sukma, Ratih, Yogi, Gung Ratna, Rahma dan sahabat-sahabat yang telah memberikan bantuan dan semangat hingga skripsi ini bisa terselesaikan;

14. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan masukan serta dorongan dalam penulisan skripsi ini.

Semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat serta menambah pengetahuan bagi pembaca. Akhirnya, kritik dan saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan skripsi ini.

Denpasar, 28 Januari 2016

(8)

viii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa Karya Ilmiah/Penulisan Hukum/Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitan oleh penulis lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila karya Ilmiah/Penulisan Hukum/Skripsi ini terbukti merupakan duplikasi atau plagiasi dari hasil karya penulis lain dan/atau dengan sengaja mengajukan karya atau pendapat yang merupakan hasil karya penulis lain, maka penulis berseda menerima sanksi akademik dan/atau sanksi hukum yang berlaku.

Dengan Surat Pernyataan ini saya buat sebagai pertanggungjawaban ilmiah tanpa ada paksaan maupun tekanan dari pihak manapun juga.

Denpasar, 28 Januari 2016 Yang menyatakan

( I Gde Made Widia Sastra Nayaka )

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN SAMPUL DEPAN ... i

HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM ... ii

LEMBARAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN... viii

DAFTAR ISI ... ix

ABSTRACT ... xiii

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 5

1.3Ruang Lingkup Masalah ... 5

1.4Orisinalitas Penelitian ... 6

1.5Tujuan Penelitian ... 7

1.5.1Tujuan Umum ... 7

1.5.2Tujuan Khusus ... 8

1.6Manfaat Penelitian ... 8

(10)

x

1.6.2Manfaat Praktis ... 8

1.7Landasan Teoritis ... 8

1.8Metode Penelitian... 16

1.8.1Jenis Penelitian ... 16

1.8.2Jenis Pendekatan ... 16

1.8.3Sumber Data ... 17

1.8.4Teknik Pengumpulan Data ... 17

1.8.5Teknik Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum ... 18

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP JAMINAN SOSIAL PEKERJA KONTRAK 2.1. Pengertian Tenaga Kerja, Pekerja dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja ... 20

2.2. Pengertian Hubungan Kerja dan Pengusaha ... 25

2.3. Hak dan Kewajiban Pekerja ... 29

2.4. Dasar Hukum Tenaga kerja dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja ... 32

BAB III PROGRAM JAMINAN SOSIAL BAGI PEKERJA KONTRAK PADA HOTEL BALI MANDIRA BEACH RESORT & SPA 3.1Status Pekerja Kontrak Pada Hotel Bali Mandira Beach Resort & SPA ... 35

(11)

xi

3.3Bentuk Jaminan Sosial Bagi Pekerja Kontrak Pada Hotel Bali

Mandira Beach Resort & SPA ... 42

3.3.1 Jaminan Kesehatan ... 42

3.3.2 Jaminan Kecelakaan Kerja ... 43

3.3.3 Jaminan Hari Tua ... 46

3.3.4 Jaminan Pensiun ... 47

3.3.5 Jaminan Kematian ... 48

3.4Kendala Yang Dihadapi Oleh Hotel Bali Mandira Beach Resort & SPA Dalam Memberikan Jaminan Sosial Bagi Pekerja Kontrak dan Solusi Yang Didapat ... 51

BAB IV MANFAAT JAMINAN SOSIAL BAGI PEKERJA KONTRAK PADA HOTEL BALI MANDIRA BEACH RESORT & SPA 4.1Manfaat Jaminan Sosial Menurut Peraturan Perundang-Undangan .... 54

4.1.1 Manfaat Jaminan Kesehatan ... 54

4.1.2 Manfaat Jaminan Kecelakaan Kerja... 56

4.1.3 Manfaat Jaminan Hari Tua ... 58

4.1.4 Manfaat Jaminan Pensiun ... 59

4.1.5 Manfaat Jaminan Kematian ... 60

4.2 Manfaat Jaminan Sosial Bagi Pekerja Kontrak dan Keluarganya Pada Hotel Bali Mandira Beach Resort & SPA ... 61

4.1.1 Manfaat Jaminan Kesehatan ... 61

(12)

xii

4.1.3 Manfaat Jaminan Hari Tua ... 66 4.1.4 Manfaat Jaminan Pensiun ... 66 4.1.5 Manfaat Jaminan Kematian ... 68 BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan ... 69 5.2 Saran-saran ... 70 DAFTAR BACAAN

(13)

xiii ABSTRACT

Hotel Bali Mandira Beach Resort & Spa is a hotels that has been implemented the Act Number 13 year 2003 on concerning manpower in Article 99 that every worker / laborer and his family are entitled to receive social security. Social security aims to guarantee the fulfillment of the basic needs of a decent life for each participant and / or his family members. Problems studied is program and also social security benefits received by workers in the Hotel Bali Mandira Beach Resort & SPA has been fully implemented. This research is important because social security is a workers' rights are protected by the Laws and Regulations.

The method used is the juridical empirical legal research methods. The source of the data in the study of primary data is derived from those obtained directly from field research in the form of descriptions of the parties involved in this study, while secondary data derived from the research literature through legislation, literature, books and documents -dokumen official.

From these results we can conclude that the social security at Hotel Bali Mandira Beach Resort & SPA is health insurance, accident insurance, old age insurance, pension insurance, and life insurance. the benefits of ensuring the health, get a guarantee in the form of money to meet their needs when injured at work, get the assurance of income when the worker reaches old age, get the assurance of meeting basic needs in retirement, and also his son as his heir gets relief funeral expenses and compensation in the form of money when the worker dies. Suggestions were obtained based on this research is in the registration of workers 'social security program that easy registration requirements and program coordination on benefits not only workers' families only men but also women working families

(14)

xiv ABSTRAK

Hotel Bali Mandira Beach Resort & SPA merupakan hotel yang telah melaksanakan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan pada pasal 99 yaitu setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan sosial tenaga kerja. Jaminan sosial bertujuan memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya. Permasalahan yang diteliti ialah apa saja Program dan juga manfaat jaminan sosial yang diterima oleh pekerja di Hotel Bali Mandira Beach Resort & SPA telah diterapkan sepenuhnya. Penelitian ini penting dilakukan dikarenakan jaminan sosial adalah merupakan hak pekerja yang telah dilindungi oleh Peraturan Perundang-Undangan.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian hukum yuridis empiris. Adapun sumber data dalam penelitian yaitu data primer berasal dari yang diperoleh secara langsung dari penelitian lapangan yang berupa keterangan-keterangan dari pihak-pihak terkait dalam penelitian ini sedangkan data sekunder berasal dari penelitian pustaka melalui peraturan perundang-undangan, literatur, buku-buku dan dokumen-dokumen resmi.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Program jaminan sosial pada Hotel Bali Mandira Beach Resort & SPA adalah jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian. manfaat berupa terjaminnya kesehatan, mendapatkan jaminan berupa uang untuk memenuhi kebutuhannya apabila mengalami kecelakaan kerja, mendapatkan kepastian penghasilan pada saat pekerja mencapai hari tua, mendapatkan kepastian memenuhi kebutuhan dasar pada masa pensiunnya, dan juga anaknya sebagai ahli warisnya mendapat keringanan biaya pemakaman dan santunan berupa uang pada saat pekerja meninggal dunia. Saran yang didapat berdasarkan penelitian ini adalah dalam pendaftaran program jaminan sosial tenaga kerja agar syarat-syarat pendaftarannya dipermudah dan untuk program coordination on benefit diharapkan tidak hanya keluarga pekerja laki-laki saja tetapi juga keluarga pekerja wanita.

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, yang merata, baik materiil maupun spiritual berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, hal ini sesuai dengan pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alenia keempat menetapkan tujuan Negara Republik Indonesia yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksankan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial dan pasal 27 Undang-Undang Dasar 1945 menjamin hak setiap warga Negara untuk memperoleh pekerjaan.

(16)

2

kerja baik berupa kecelakaan kerja, sakit, hari tua, maupun meninggal dunia.1

“Pada hakikatnya program jaminan sosial tenaga kerja dimaksudkan untuk memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang”. Oleh karena itu untuk menanggulangi atau menghindari resiko-resiko tersebut maka diperlukan jaminan sosial kepada tenaga kerja.

2

Jaminan sosial tenaga kerja yang menanggulangi berbagai resiko sekaligus akan memberikan ketenangan bagi pekerja sehingga membantu meningkatkan produktivitasnya kerja.

Disamping itu, program jaminan sosial tenaga kerja mempunyai beberapa aspek yaitu memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup dan merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah menyumbang tenaga dan pikiran kepada perusahaan tempatnya bekerja. Untuk menjamin kelangsungan hidup tenaga kerja tersebut, maka pemerintah perlu memberikan perlindungan, keselamatan dan perawatan kesehatan, salah satunya adalah dengan memberikan jaminan sosial kepada tenaga kerja itu sendiri maupun keluarganya.

3

1

Lalu Husni 2014, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, Rajawali Pers, Jakarta, h.151

2

Ibid, h.152

3

Zaeni Asyhadie, 2013, Aspek-Aspek Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja Di Indonesia Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta, (selanjutnya disingkat Zaeni Asyhadie I), h. 36

(17)

3

berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal.4

Sejarah terbentuknya jaminan sosial dimulai dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1951 Tentang Kecelakaan Kerja, Peraturan Menteri Perburuhan (selanjutnya disebut PMP) Nomor 8 Tahun 1956 Tentang Pengaturan Bantuan Untuk Usaha Penyelenggaraan Kesehatan Buruh, PMP Nomor 5 Tahun 1964 Tentang Pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial (selanjutnya disebut YDJS), diberlakukannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 Tentang Pokok-Pokok Tenaga Kerja, secara kronologis proses lahirnya asuransi sosial tenaga kerja semakin transparan. Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan pada tahun 1977 dikeluarkan Peraturan Pemerintah (selanjutnya disebut PP) Nomor 33 Tahun 1977 Tentang Pelaksanaan Program Asuransi Sosial Tenaga Kerja (selanjutnya disebut ASTEK), yang mewajibkan setiap pemberi kerja/pengusaha swasta dan badan usaha milik Negara (selanjutnya disebut BUMN) untuk mengikuti program ASTEK. Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (selanjutnya disebut Jamsostek). Melalui PP Nomor 36 Tahun 1995 Tentang Penetapan Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja menetapkannya PT Jamsostek sebagai badan penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja. Selanjutnya pada akhir 2004, pemerintah juga menerbitkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (selanjutnya disebut SJSN) sebagai wujud komitmen pemerintahan dalam Penyelenggaraan

4

(18)

4

Jaminan Sosial Nasional, selanjutnya ditindaklanjuti dengan membentuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (selanjutnya disebut BPJS) berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Hal ini juga berkait dengan Keputusan Mahkamah Konstitusi terhadap perkara Nomor 007/PUU-III/2005, yang menyatakan materi muatan pasal 5 ayat (1), ayat (3) dan ayat (4), dan pasal 52 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 Tentang SJSN bertentangan dengan ketentuan pasal 18 dan pasal 18 A Undang-Undang Dasar 1945, dan pasal 1 ayat (3), pasal 28D ayat (1) dan ayat (3), pasal 28 I ayat (2) dan pasal 33 ayat (4) dan ayat (5) Undang-Undang Dasar 1945. Penyelenggara jaminan sosial selanjutnya akan dilaksanakan oleh 2 (dua) badan penyelenggara jaminan sosial, yaitu badan penyelenggara jaminan sosial kesehatan (selanjutnya disebut BPJS kesehatan) dan badan penyelenggara jaminan sosial ketenagakerjaan (selanjutnya disebut BPJS ketenagakerjaan).

Menurut Internasional Labour Organization (selanjutnya disebut ILO) Social Security pada prinsipnya adalah perlindungan yang diberikan oleh

masyarakat untuk para warganya, melalui berbagai usaha dalam menghadapi resiko-resiko ekonomi atau sosial yang dapat mengakibatkan terhentinya atau berkurangnya penghasilan.5

5

Lalu Husni, loc.cit.

(19)

5

Hotel Bali Mandira Beach Resort & SPA adalah salah satu dari hotel yang telah melaksanakan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (selanjutnya disebut UUK) pada pasal 99 yaitu setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan sosial tenaga kerja. Dalam rangka menciptakan perlindungan jaminan sosial untuk meningkatkan kesejahteraan pekerjanya perlu diketahui bagaimana bentuk-bentuk dan manfaat jaminan sosial bagi tenaga kerja kontrak di Hotel Bali Mandira Beach Resort & SPA. Oleh karena itu untuk mengetahui bagaimana bentuk jaminan sosial dan manfaat jaminan sosial yang diberikan oleh hotel tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dan menuliskan hasilnya dalam karya ilmiah berupa skripsi dengan judul”Jaminan Sosial Terhadap Pekerja Kontrak Pada Hotel Bali Mandira Beach Resort & SPA”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah-masalah berikut ini :

1 Apa saja program jaminan sosial bagi pekerja kontrak pada Hotel Bali Mandira Beach Resort & SPA?

2 Bagaimana manfaat jaminan sosial bagi pekerja kontrak pada Hotel Bali Mandira Beach Resort & SPA ?

1.3. Ruang Lingkup Masalah

(20)

6

jaminan sosial bagi pekerja kontrak pada Hotel Bali Mandira Beach Resort & SPA dan manfaat jaminan sosial bagi pekerja kontrak pada Hotel Bali Mandira Beach Resort & SPA dalam memberikan jaminan sosial kepada pekerja kontrak. Pembuatan ruang lingkup ini dengan maksud agar wujud penulisan ini jelas dan tidak menjadi kabur.

Permasalahan pertama yang akan dibahas adalah apa saja program jaminan sosial bagi pekerja kontrak dan selanjutnya pada pembahasan kedua membahas bagaimana manfaat yang didapat dari jaminan sosial bagi para pekerja kontrak di Hotel Bali Mandira Beach Resort &SPA.

1.4 Orisinalitas Penelitian

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tulisan yang berjudul Jaminan Sosial Terhadap Pekerja Kontrak Pada Hotel Bali Mandira Beach Resort & SPA adalah sepenuhnya hasil dari pemikiran dan tulisan yang ditulis oleh penulis sendiri dengan menggunakan 2 (dua) skripsi sebagai referensi. Beberapa penelitian yang ditelusuri berkaitan dengan penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut :

No Judul Skripsi Penulis Rumusan Masalah

1 Jaminan Sosial

1. Bagaimana perlindungan hukum terhadap tenaga kerja kontrak pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kota Denpasar?

(21)

7

kontrak?

2 Jaminan sosial tenaga kerja bagi tenaga kerja outsorcing pada CV ADI SURYA tahun 2013

Komang Adi Gunawan

1. Penerapan dan manfaat pemberian jaminan

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sejenis diatas ialah pada penelitian ini lebih khusus jaminan sosial yang diberikan dari pengusaha yaitu pada sektor pekerja swasta dan penelitian ini dalam badan penyelenggara pemberian jaminan sosial diselenggarakan oleh BPJS dan bukan oleh Jamsostek.

1.5. Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan umum

1. Untuk mengetahui apa saja program jaminan sosial bagi pekerja kontrak pada Hotel Bali Mandira Beach Resort & SPA

(22)

8

1.5.2Tujuan khusus

1. Untuk memahami program jaminan sosial bagi pekerja kontrak pada Hotel Bali Mandira Beach Resort & SPA

2. Untuk memahami bagaimana manfaat jaminan sosial bagi pekerja kontrak pada Hotel Bali Mandira Beach Resort & SPA.

1.6. Manfaat Penelitian

1.6.1Manfaat Teoritis

Penelitian ini di dapat memberikan pencerahan tentang permasalahan hukum yang penulis hadapi sehingga menjadi dasar pemikiran yang teoritis, dan memberi wawasan bagi para pembaca dan penulis tentang apa saja program dan manfaat jaminan sosial bagi pekerja kontrak di hotel Bali Mandira dalam pelaksanaanya serta merta sebagaimana yang diamanahkan oleh Peraturan Perundang-Undangan. 1.6.2 Manfaat Praktis

Memberikan masukan terhadap pengusaha dalam melaksanakan jaminan sosial bagi pekerja kontrak untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja, serta memberikan informasi tambahan akan manfaat jaminan sosial tenaga kerja.

1.7. Landasan Teoritis

Sebelum sampai pada pokok permasalahan, maka diuraikan beberapa landasan teoritis yang dipergunakan untuk menunjang pembahasan pokok permasalahan. Dari landasan teoritis tersebut diharapkan mampu memperjelas dan dapat mendukung permasalahan serta alternative pemecahan.

(23)

9

1. Adanya jaminan perlindungan terhadap hak asasi manusia;

2. Adanya pembagian kekuasaan berdasarkan trias politika montequieu; 3. Tindakan pemerintah berdasarkan undang-undang;

4. Adanya peradilan administrasi Negara.6

Dalam hal point 1 ini Indonesia telah memberikan jaminan perlindungan terhadap hak asasi manusia yang mana Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang tercantum dalam Pasal 27 ayat 2 yang menyebutkan tiap-tiap warga Negara Indonesia berhak atas ekerjaan yang layak bagi kemanusiaan dan dalam pasal 28H dan Pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945 yang dimana negara wajib memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial terhadap seluruh rakyat Indonesia, yaitu dalam bentuk jaminan sosial.

Untuk melindungi jaminan sosial tenaga kerja pemerintah membuat UUK, yang mana menurut pasal 3 dan pasal 2 UUK ini berasaskan pada :

1. Pembangunan ketenagakerjaan berlandaskan pancasilan dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Pembangunan ketenagakerjaan diselenggarakan atas asas keterpaduan melalui koordinasi fungsional lintas sektoral pusat dan daerah.

Yang dimaksud dimaksud dengan pekerja adalah adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.7

6

Abu Daud Busroh, 2011, Ilmu Negara, Bumi Aksara, Jakarta, h. 54

7

Zaeni Asyhadie, 2013, Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja, Rajawali Pers, Jakarta, (selanjutnya disingkat Zaeni Asyhadie II), h. 19

(24)

10

hukum terhadap tenaga kerja di dalam program jaminan sosial tenaga kerja agar tercipta kesejahteraan kehidupan pekerja dan keluarganya. Jaminan sosial tenaga kerja merupakan hak dari setiap tenaga kerja maka setiap perorangan atau perusahaan wajib menyelenggarakannya. Yang dimaksud dengan jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.8

Menurut Teori Abraham Maslow kebutuhan akan rasa aman merupakan tingkat kebutuhan yang kedua setelah kebutuhan psikologi seperti makan, minum, sandang, papan, dan kebutuhan fisiologinya.

Dede Rahmat Hidayat, 2011, Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam Konseling, Ghalia Indonesia, Jakarta, h. 165

(25)

11

kesehatan, jaminan terhadap kecelakaan, dan jaminan kematian serta syarat-syarat kerja lainnya perlu dikembangkan secara terpadu dan bertahap dengan mempertimbangkan dampak ekonomi dan moneternya, kesiapan sektor terkait, kondisi pemberian kerja, lapangan kerja dan kemampuan tenaga kerja.

Jaminan sosial tenaga kerja merupakan bentuk perlindungan yang disediakan dalam suatu masyarakat untuk masyarakat itu sendiri. Jaminan sosial itu sendiri meliputi berbagai usaha yang dapat dilakukan oleh masyarakat dan/atau pemerintah. Usaha-usaha tersebut oleh sentanoe kertonegoro dikelompokan dalam empat kegiatan usaha utama, yaitu :

1. Usaha-usaha yang berupa pencegahan dan pengembangan yaitu usaha-usaha di bidang kesehajtan, keagamaan, keluarga berencana, pendidikan, bantuan hukum, dan lain-lain yang dapat dikelompokan dalam pelayanan sosial (social service).

2. Usaha-usaha yang berupa pemulihan dan penyembuhan seperti bantuan untuk bencana alam, lanjut usia, yatim piatu, penderita cacat dan berbagai ketunaan yang dapat disebut sebagai bantuan sosial (social assistance).

3. Usaha-usaha yang berupa pembinaan, dalam bentuk perbaikan gizi, perumahan, trasmigrasi, koperasi, dan lain-lain yang dapat dikategorikan sebagai sarana sosial (social infrastructure).

(26)

12

dan selalu menghadapi resiko-resiko sosial ekonomis, digolongkan dalam asurasi sosial (social insurance). 10

Penyelengaraan perlindungan, pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan merupakan salah satu taunggung jawab dan kewajiban negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat. Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan negara, seperti halnya berbagai negara berkembang lainnya, mengembangkan program jaminan sosial berdasarkan funded social security yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada

masyarakat pekerja di sektor formal.

UUK telah mengatur hak-hak pekerja yaitu, pada pasal 86 yaitu setiap pekerkerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan kerja dan kesehatan kerja ,dan pada pasal 99 yaitu setiap tenaga kerja dan keluarganya berhak memperoleh jaminan sosial tenaga kerja. Pada pasal 99 ini menyatakan bahwa setiap buruh/pekerja dan keluarganya berhak mendapatkan jaminan sosial, dengan undang-undang ini pemerintah mewajibkan agar seluruh buruh/pekerja dan keluarganya untuk mendapatkan jaminan sosial. Dan jaminan sosial ini dibebankan oleh pemberi kerja, hal ini tertera pada Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial pada pasal 15 ayat (1) yang menyatakan pemberi kerja secara bertahap wajib mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta kepada BPJS sesuai dengan program jaminan sosial yang diikuti. Dalam hal ini BPJS sebagai badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial memiliki 2 bentuk,

10

(27)

13

yang mana berdasarkan ketentuan pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial bahwa BPJS dibagi dalam dua jenis yaitu:

1. BPJS kesehatan. 2. BPJS ketenagakerjaan.

Dalam penyelengaraan sesuai dengan pasal 2 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, jaminan sosial berasaskan pada asas:

1. Kemanusiaan; 2. Manfaat; dan

3. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dalam Penjelasan atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan asas kemanusian adalah asas yang terkait dengan penghargaan terhadap martabat manusia. Yang dimaksud dengan asas manfaat adalah asas yang bersifat operasional menggambarkan pengelolaan yang efisien dan efektif dan yang dimaksud dengan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah asas yang bersifat idiil.

Selain asas-asas diatas dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, BPJS menyelenggarakan system jaminan sosial nasional berdasarkan prisip :

(28)

14

c. Keterbukaan; d. Kehati-hatian; e. Akuntabilitas; f. Portabilitas;

g. Kepersertaan bersifat wajib; h. Dana amanat; dan

i. Hasil pengelolaan dana jaminan sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.

(29)

15

Kesatuan Republik Indonesia. Yang dimaksud dengan prinsip kepesertaan bersifat wajib adalah prinsip yang mengharuskan seluruh penduduk menjadi peserta jaminan sosial, yang dilaksanakan secara bertahap. Yang dimaksud dengan prinsip dana amanat adalah bahwa iuran dan hasil pengembangannya merupakan dana titipan dari peserta untuk digunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan peserta jaminan sosial.

Manfaat dari BPJS dapat dilihat dari pasal 3 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang mana tertera pada tujuan dari BPJS yaitu bertujuan untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap Peserta dan/atau anggota keluarganya. Perlindungan jaminan sosial sangatlah penting sehingga pemerintah sangat tegas dalam terjaminnya kehidupan para pekerja hal ini tertuang dalam pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial bahwa apabila pemberi kerja selain penyelenggara negara yang tidak mendaftarkan dirinya atau pekerjanya sebagai peserta BPJS akan dikenai saksi administratif. Saksi administratif yang dimaksud tertera pada pasal 17 ayat (2) yaitu berupa :

a. Teguran tertulis. b. Denda, dan/atau.

(30)

16

1.8. Metode Penelitian

Sebagaimana diketahui dalam penulisan suatu karya ilmiah, salah satu komponen penentu sebagai syarat adalah metode penelitian. Adapun yang dimaksud dengan metode penelitian adalah mengamati secara langsung atau menyelidiki dari dekat kelapangan dalam arti membanding bandingkan antara teori dan prakteknya.11

1.8.1Jenis penelitian

Dalam pembahasan permasalahan terhadap materi penulisan ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut:

Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan yuridis empiris, dimana permasalahan dikaji dengan melakukan pendekatan langsung pada Hotel Bali Mandira Beach Resort & SPA kemudian dikaitkan dengan ketentuan perundang-undangan yang berdasarkan suatu kajian normatif dengan mengkaji suatu produk hukum berdasarkan teori-teori serta asas-asas hukum secara langsung, agar memperoleh kebenaran materiil guna mendapatkan penyempurnaan skripsi ini

1.8.2Jenis Pendekatan

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan fakta dan pendekatan perundang-undangan. Pendekatan fakta dilakukan dengan cara mengadakan penelitian berupa data-data dan wawancara langsung pada suatu instansi atau lembaga yang menjadi obyek penelitian. Sedangkan dalam metode pendekatan perundang-undangan peneliti perlu memahami unsur-unsur dalam peraturan

11

(31)

17

perundang-undangan yang diperuntukan sebagai dasar dalam menganalisis penelitian hukum ini.

1.8.3 Sumber Data

Data yang diteliti dalam penelitian hukum empiris ada 2 (dua) jenis yaitu data primer dan data sekunder.

1) Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama, dilapangan baik berupa responden maupun informan.12

2) Data sekunder adalah suatu data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan yaitu bahan-bahan hukum, baik bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mempunyai otoritas (autoritatif) yang berupa Peraturan Perundang-Undangan.

Dimana diperoleh dari hasil wawancara dilapangan langsung pada hotel Bali Mandira Beach Resort & SPA.

13

ataupun bahan hukum sekunder yang datanya diperoleh melalui penelitian kepustakaan yang berupa buku-buku literatur atau bahan hukum sekunder yaitu publikasi tentang hukum yang berupa dokumen yg tidak resmi.14

1.8.4Teknik Pengumpulan Data

Maupun bahan hukum tersier yang berupa kamus atau ensiklopedia hukum.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah menggunakan snowball sampling. Pada mulanya pengambilan sampel bola salju, informan ditetapkan dipilih melalui metode probabilitas. Kelompok ini

12

Amiruddin & Zainal Asikin, 2014, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta,Rajawali Pers, h. 30

13

Zainuddin Ali, 2009, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h. 47

14

(32)

18

lalu digunakan sebagai penghubung antara peneliti dengan orang/kelompok lainnya yang mempunyai karakteristik sama dan pada gilirannya kelompok lain tersebut menjadi informan berikutnya.15

1.8.5Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Selain itu juga menggunakan studi dokumen, yaitu adalah dalam penelitian ini akan dikumpulkan data-data kepustakaan yang dilakukan dengan cara membaca dan memahami, selanjutnya menggunakan teori-teori dan penjelasan dari bahan bacaan yang relevan dengan materi karya tulis ini. Setelah itu teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan cara memperoleh data yang berkaitan dengan pokok pembahasan dari informan yang dipandang mengerti dan menggunakan teknik studi dokomen dan teknik wawancara dengan megajukan pertanyaan-pertanyaan kepada informan yang telah dipersiapkan sebelumnya, hal ini bertujuan untuk mengetahui bentuk perlindungan jaminan sosial terhadap tenaga kerja kontrak dan manfaat jaminan sosial tenaga kerja bagi tenaga kerja kontrak di Hotel Bali Mandira Beach Resort & SPA.

Data yang diperoleh dan dikumpulkan tersebut, baik berupa data primer maupun skunder yang merupakan hasil dari studi dokumen dan wawancara kemudian diolah secara kualitatif. Kemudian mengklasifikasi dan memngumpulkan data tersebut berdasarkan kerangka penulisan secara menyeluruh, setelah melalui proses pengolahan dan analisis, kemudian data akan disajikan secara deskriptif yaitu

15

Rully Indrawan & Poppy Yaniawati, 2014, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan campuran untuk Manajemen, Pembangunan, dan Pendidikan, Bandung, PT Refika Aditama, h. 107

diutarakan secara jelas dan tepat dengan tujuan

(33)

19

(34)

20 BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP JAMINAN SOSIAL PEKERJA

2.1 Pengertian Tenaga Kerja, Pekerja, dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

1. Pengertian Tenaga Kerja

Pengertian Tenaga Kerja dapat di tinjau dari 2 (dua) hal yaitu Pengertian tenaga kerja menurut sarjana dan pengertian tenaga kerja ditinjau dari segi Undang-Undang. Pengertian Tenaga Kerja Menurut Sarjana salah satunya adalah oleh Payaman J. Simanjuntak bahwa pengertian tenaga kerja atau manpower adalah mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari kerja dan yang melakukan pekerjaan lain seperti sekolah dan mengurus rumah tangga, jadi semata-mata dilihat dari batas umur, untuk kepentingan sensus di Indonesia menggunakan batas umur minimum 15 tahun dan batas umur maksimum 55 tahun.16

Imam Soepomo mengatakan istilah tenaga kerja sangat luas yaitu meliputi semua orang yang mampu dan dibolehkan melakukan pekerjaan, baik yang sudah mempunyai pekerjaan dalam hubungan kerja atau sebagai swapekerja maupun yang belum mempunyai pekerjaan.17

Pengertian tenaga kerja ditinjau dari segi Undang-Undang yaitu dalam pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar

16

Lalu Husni, op.cit, h. 28

17

(35)

21

hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.18

1) Mereka yang dalam studi.

Selain itu pengertian tenaga kerja juga terdapat dalam pasal 1 angka 2 UUK yang menyebutkan bahwa pengertian tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Dari pengertian tersebut tampak perbedaan yakni dalam UUK tidak lagi memuat kata-kata baik di dalam maupun di luar hubungan kerja dan adanya penambahan kata sendiri pada kamilat memenuhi kebutuhan sendiri dan masyarakat. Pengurangan kata di dalam maupun di luar hubungan kerja pada pengertian tenaga kerja tersebut sangat beralasan karena dapat mengacaukan makna tenagakerja itu sendiri seakan-akan ada yang di dalam dan ada pula di luar hubungan kerja serta tidak sesuai dengan konsep tenaga kerja dalam pengertian yang umum.

Demikian halnya dengan penambahan kata sendiri pada kalimat memenuhi kebutuhan sendiri dan masyarakat karena barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja tidak hanya untuk masyarakat tetapi juga untuk diri sendiri, dengan demikian sekaligus menghilangkan kesan bahwa selama ini tenaga kerja hanya bekerja untuk orang lain dan melupakan diri sendiri. Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Kelompok bukan angkatan kerja adalah :

2) Golongan yang mengurus rumah tangga.

18

(36)

22

3) Golongan penerima pendapatan yakni mereka yang tidak melakukan aktivitas ekonomi tetapi memperoleh pendapatan misalnya pensiunan, penerima bunga deposito dan sejenisnya.19

Sedangkan angkatan kerja terdiri dari yang bekerja dan yang masih mencari pekerjaan. Yang bekerja terdiri dari yang bekerja penuh dan setengah menganggur. Setengah menganggur memiliki beberapa cirri yakni:

1) Berdasarkan pendapatan, pendapatanya di bawah ketentuan upah minimum; 2) Produktivitas, kemampuan produktivitasnya di bawah standar yang

ditetapkan;

3) Menurut pendidikan dan pekerjaan, sejenis pendidikannya tidak sesuai dengan pekerjaan yang ditekuni,lain-lain, jam kerja kurang dari standar yang ada, misalnya dalam ketentuan tenagakerjaan yang ada sekarang adalah, kurang dari 7 jam sehari dan atau 40 jam seminggu untuk waktu kerja 6 hari dalam seminggu.20

2. Pengertian Pekerja

Dalam UUK pasal 1 angka 4 memberikan pengertian pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Pengertian ini agak umum namum maknanya lebih luas karena mencakup semua orang yang bekerja pada siapa saja baik perorangan, persekutuan, badan hukum

19

Lalu Husni, op.cit, h. 29

20

(37)

23

dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.21 Istilah pekerja/buruh yang sekarang disandingkan muncul karena dalam Undang-Undang yang lahir sebelumnya yakni Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Buruh/Pekerja menyandingkan kedua istilah tersebut.22 Munculnya istilah buruh/pekerja yang disejajarkan disebabkan selama ini pemerintah menghendaki agar istilah buruh diganti dengan istilah pekerja karena istilah buruh selain berkonotasi pekerja kasar juga menggambarkan kelompok yang selalu berlawanan dengan pihak majikan.23 3. Pengertian Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Salah satu hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia adalah hak atas jaminan sosial. Oleh akrena itu, sering dikemukakan bahwa jaminan sosial merupakan program yang bersifat universal/umum yang harus diselenggarakan oleh semua Negara. Dalam kehidupan manusia selalu dihadapkan pada dua hal yang positif dan negatif, hal ini disebut dengan ketidakpastian. Ketidakpastian ini digolongkan ke dalam dua jenis yaitu:

1) Ketidakpastian spekulatif

Dalam ketidkapastian spekulatif ini yang tidak pasti adalah hasilnya apakah menguntungkan atau tidak.

2) Ketidakpastian murni

Dalam ketidakpastian murni semuanya serba tidak pasti baik mengenai penyebab atau kapan mulainya ketidak pastian ini, termasuk bagaimana

21

Ibid, h. 46

22

Ibid, h. 31

23

(38)

24

hasil atau akibatnya. Yang jelas bahwa ketidakpastian jenis ini selalu tidak menguntungkan, cuma seberapa besar kerugian yang ditimbulkanya juga tidak pasti.24

Ketidakpastian murni ini juga disebut sebagai resiko, yang mana resiko ini mempengaruhi produktivitas bagi tenaga kerja. Resiko adalah suatu kondisi yang mengandung kemungkinan terjadinya penyimpangan yang lebih buruk dari hasil yang diharapkan.25 Resiko juga merupakan kerugian yang timbul di luar kesalahan salah satu pihak.26 Pada dasarnya program jaminan sosial tenaga kerja bertujuan untuk meningkatkan perlindungan dan kesejahteraan bagi tenagakerja. Iman Soepomo merumuskan jaminan sosial adalah pembayaran yang diterima pihak buruh dalam hal buruh di luar kesalahannya tidak melakukan pekerjaannya, jadi menjamin kepastian pendapatan (income security) dalam hal ini buruh kehilangan upahnya karena alasan di luar kehendaknya.27Kata pembayaran dalam definisi Imam Soepomo di atas mengandung makna bahwa pengertian yang dikemukakan sangatlah sempit, jauh dari apa yang sesungguhnya berkembang dalam praktik pemberian jaminan sosial di Indonesia saat ini.28

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, pengertian jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari

24

Zaeni Asyhadie I, op.cit, h. 22

25

Junaedy, 2013, Hukum Asuransi Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, h. 40

26

Ahmadi Miru, 2011, Hukum Kontrak Perancangan Kontrak, Rajawali Pers, Jakarta, h. 130

27

Zaeni Asyhadie II, op.cit, h. 120

28

(39)

25

penghasilan yang hilang atau berkurang dalam pelayanan sebagai akibat peristiwa yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia. Jaminan sosial tenaga kerja selanjutnya di atur melalui Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelengara Jamaminan Sosial.

2.2 Pengertian Hubungan Kerja dan Pengusaha

1. Hubungan Kerja

Hubungan kerja merupakan istilah pengganti untuk istilah hubungan perburuhan. Hubungan perburuhan yang merupakan terjemahan dari labour relation, pada permulaan perkembangannya membahas masalah masalah hubungan antara pekerja dan pengusaha. Dalam UUK istilah hubungan kerja dan hubungan industrial dibedakan pengertiannya. Yang dimaksud dengan hubungan industrial adalah suatu system hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah.29 Hubungan industrial disebut juga dengan hubungan perburuhan atau industrial

relation.30 Hubungan industrial beritikan kejelasan hak dan kewajiban bagi

pekerja/buruh dan pengusaha di dalam segala aspek yang bersifat kolektif.31

Sedangkan hubungan kerja menurut Imam Soepomo yaitu suatu hubungan antara seorang buruh dan seorang majikan, dimana hubungan kerja itu terjadi setelah

29

I Made Udiana, 2015, Kedudukan dan Kewenangan Pengadilan Hubungan Industrial, Udayana University Press, Denpasar, h. 1

30

Ibid, h. 41

31

(40)

26

adanya perjanjian kerja antara kedua belah pihak. Mereka terikat dalam suatu perjanjian, di satu pihak pekerja/buruh bersedia bekerja dengan menerima upah dan pengusaha mempekerjakan pekerja/buruh dengan memberi upah.32

Selain itu Husni berpendapat bahwa hubungan kerja ialah hubungan antara buruh dan majikan setelah adanya perjanjian kerja, yaitu suatu perjanjian di mana pihak buruh mengikatkan dirinya pada pihak majikan untuk bekerja dengan mendapatkan upah dan majikan menyatakan kesanggupannya untuk mempekerjakan si buruh dengan membayar upah.

33 Upah adalah imbalan dari pihak majikan yang telah menerima pekerjaan dari pihak buruh itu pada umumnya ialah tujuan dari buruh untuk melakukan pekerjaan.34

a adanya pekerjaan;

Dalam Pasal 1 angka 15 UUK disebutkan bahwa hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah. Dengan demikian, jelaslah bahwa hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh. Berdasarkan pengertian tentang hubungan kerja di atas maka unsur hubungan kerja terdiri atas:

b upah; dan

Mokhammad Najih & Soimin, 2012, Pengantar Hukum Indonesia, Setara Press, Malang,

(41)

27

Adanya unsur pekerja dalam suatu hubunga kerja harus ada pekerjaan yang diperjanjikan, pekerjaan tersebut haruslah dilakukan sendiri oleh pekerja, hanya dengan seizin majikan dapat menyuruh orang lain. Sifat pekerjaan yang dilakukan pekerja itu sangat pribadi karena bersangkutan dengan keterampilan/keahliannya, maka menurut hukum jika pekerja meninggal dunia maka perjanjian kerja tersebut putus demi hukum.35

Adanya unsur Perintah, manifestasi dari pekerjaan yang diberikan kepada pekerja oleh pengusaha adalah pekerja yang bersangkutan harus tunduk pada perintah pengusaha untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diperjanjikan. Disinilah perbedaan hubungan kerja dengan hubungan lainnya, misalnya hubungan antara dokter dengan pasien, pengacara dengan klien. Hubungan tersebut bukan merupakan hubungan kerja karena dokter, pengacara, tidak tunduk pada perintah pasien atau klien.36

Adanya Upah, upah memegang peranan penting dalam hubungan kerja, bahkan dapat dikatakan bahwa tujuan utama seorang pekerja bekerja pada pengusaha adalah untuk memperoleh upah. Sehingga jika tidak ada unsur upah, maka suatu hubungan tersebut bukan merupkan hubungan kerja. Upah dalam ketentuan ketenagakerjaan minimal adalah Upah Minimum Provinsi atau Upah Minimum Sektoral Provinsi yang ditetapkan oleh gubernur. Pasal 90 ayat (1) UUK menyebutkan bahwa pengusaha

35

Lalu Husni, op.cit, h. 63

36

(42)

28

dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum sebagaimana dimaksud dalam pasal 89.37

2. Pengusaha

Di dalam bukunya Imam Soepomo mengatakan istilah pengusaha secara umum menunjukan tiap orang yang melakukan suatu usaha, dan seorang majikan adalah seorang pengusaha dalam hubungannya dengan buruh.38

a Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri.

Dalam pasal 1 angka 5 UUK pengusaha adalah :

b Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya.

c Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf 1 dan b yang berkedudukan di luar indonesia.

Selain pengertian pengusaha UUK juga memberikan pengertian pemberi kerja yakni orang perseorangan, pengusaha, badan hukum atau badan-badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. Peraturan istilah pemberi kerja ini muncul untuk menghindari orang yang bekerja pada pihak lain yang tidak dikategorikan sebagai pengusaha khususnya bagi pekerja pada sektor informal.

37

Ibid

38

(43)

29

2.3 Hak dan Kewajiban Pekerja

Hubungan kerja terjadi setelah adanya perjanjian kerja dan perjanjian kerja merupakan peristiwa hukum sehingga konsekuensi suatu hubungan kerja menimbulkan akibat hukum berupa hak dan kewajiban bagi para pihak, yakni pihak pengusaha dan pihak pekerja/buruh. Hak adalah kepentingan yang dilindungi oleh hukum.39 Sedangkan kewajiban adalah norma hukum positif yang memerintahkan perilaku individu dengan menetapkan sanksi atas perilaku yang sebaliknya.40 Pada dasarnya hubungan kerja merupakan hubungan yang mengatur/memuat hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha. Tenaga kerja atau buruh dengan perusahaan berada dalam hubungan kemitraan di bidang produksi sehingga keduanya dituntut untuk berbagi tanggung jawab.41

Kewajiban pekerja/buruh

Takaran hak dan kewajiban masing-masing pihak haruslah seimbang.

Dalam konteks hubungan kerja, kewajiban para pihak berlangsung secara timbal balik artinya kewajiban pengusaha merupakan hak pekerja/buruh dan sebaliknya kewajiban pekerja/buruh merupakan hak pengusaha. Berikut ini adalah kewajiban para pihak berdasarkan KUH Perdata :

Kewajiban pengusaha 1. Melaksanakan

tugas/pekerjaan sesuai yang diperjanjikan dengan

sebaik-1. Membayar upah kepada buruh.

39

Ari Hernawan, 2013, Ketidakadilan Dalam Norma dan Praktik Mogok Kerja Di Indonesia,

Udayana University Press, Denpasar, h. 60

40

Ibid, h. 61

41

(44)

30

baiknya.

2. Melaksanakan pekerjaannya sendiri, tidak dapat digantikan oleh orang lain tanpa izin dari pengusaha.

2. Mengatur pekerjaan dan tempat kerja.

3. Menaati peraturan dalam melaksanakan pekerjaan.

3. Memberi cuti/libur.

4. Menaati peraturan tata tertib dan tata cara yang berlaku di rumah/tempat majikan apabila bekerja tinggal di sana.

4. Mengurus

perawatan/pengobatan buruh.

5. Melaksanakan tugas dan kewajibannya secara layak.

5. Memberikan surat keterangan.

6. Membayar ganti rugi atau denda.

6. Kewajiban lainnya yang dimuat dalam perjanjian kerja, peraturan perusaan, perjanjian mkerja bersama, dengan syarat tidak melanggar 3 hal seperti diatur dalam pasal 1337 KUH Perdata.

7. Kewajiban lainnya yang dimuat dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama, dengan syarat tidak melanggar 3 hal seperti diatur dalam pasal 1337 KUH Perdata.42

Untuk melengkapi pemahaman mengenai hak dan kewajiban antara pengusaha dan pekerja/buruh, departemen tenaga kerja dan transmigrasi republik Indonesia memberikan uraian sebagai berikut:

42

(45)

31

Pekerja/buruh Pengusaha

Hak 1. Atas upah setelah selesai

melaksanakan pekerjaan sesuai dengan perjanjian.

1. Sepenuhnya atas hasil kerja pekerja/buruh.

2. Atas fasilitas lain, dana bantuan, dan lain-lain yang berlaku di perusahaan.

2. Mengantur dan menegakkan disiplin, termasuk pemberian sanksi.

3. Atas perlakuan yang diskriminatif dari pengusaha.

3. Atas tanggung jawab pekerja/buruh untuk kemajuan

5. Atas kebebasan berserikat dan perlakuan HAM dalam hubungan kerja.

Kewajiban 1. Melaksanakan tugas dengan

baik sesuai dengan perjanjian kerja dan kemampuannya.

1. Wajib membayar upah tepat pada waktu yang telah disepakati.

2. Melaksanakan tugas dan pekerjaannya tanpa bantuan orang lain. Kecuali diizinkan pengusaha.

2. Menyediakan pekerjaan sesuai dengan perjanjian.

3. Menaati segala peraturan dan tata tertib yang berlaku di perusahaan.

(46)

32

4. Patuh dan menaati segala perintah yang layak dari pengusaha untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan perjanjian.

4. Member perintah yang layak dan tidak berlaku diskriminatif.

5. Menghormati hak kebebasan berserikat bagi pekerja/buruh dan perlakuan HAM dalam hubungan kerja.43

Secara terperinci mengenai hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha biasanya dicantumkan dalam surat perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. Rincian ini dimaksudkan guna memberikan kepastian hukum tentang hak dan kewajiban para pihak.

2.4 Dasar Hukum Tenaga Kerja dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

1. Dasar Hukum Tenaga Kerja

Dasar hukum yang mengatur tentang tenaga kerja tertera pada UUK sebagai berikut :

1) Pasal 1 butir 1, pasal 1 butir 2, pasal 1 butir 3, pasal 1 butir 5, pasal 1 butir 4 pasal 1 butir 6, pasal 1 butir 31, mengenai pengertian ketenagakerjaan, tenaga kerja/buruh, perusahaan, pekerja dan pengertian kesejahteraan pekerja/buruh.

2) Pasal 2 mengenai landasan, asas dan tujuan.

43

(47)

33

3) Pasal 50 mengenai hubungan kerja.

4) Pasal 67 mengenai perlindungan, pengupahan dan kesejahteraan. 5) Pasal 183 mengenai ketentuan pidana dan saksi administratif. 6) Pasal 191 mengenai ketentuan peralihan.

2. Dasar Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja

a Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional yang tercantum pada:

1) Pasal 1 butir 1, pasal 1 butir 2, pasal 1 butir 3, pasal 1 butir 11, mengenai pengertian jaminan sosial, asuransi sosial dan pengertian pekerja.

2) Pasal 2 mengenai asas, tujuan dan prinsip penyelenggaraan.

3) Pasal 13 ayat 1 mengenai kewajiban pemberi kerja dalam program jaminan sosial tenaga kerja.

4) Pasal 18 mengenai jenis-jenis program jaminan sosial. 5) Pasal 52 ayat 1 dan ayat 2 mengenai ketentuan peralihan.

b Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

1) Pasal 1 butir 2, pasal 1 butir 8 mengenai pengertian jaminan sosial dan pengertian pekerja.

(48)

34

4) Pasal 4 pengenai prinsip.

5) Pasal 5 mengenai pembentukan. 6) Pasal 6 mengenai ruang lingkup. 7) Pasal 54 mengenai sanksi.

Referensi

Dokumen terkait

Faktor pendapatan dan kesejahteraan karyawan terdiri dari 6 pertanyaan yang kesemuanya dinyatakan valid karena nilai r pada setiap variabel lebih dari 0,3. Faktor Promosi

Recently, we showed that one possible mechanism of recovery after lesion to the arm areas of M1 and lateral premotor cortex is enhancement of corticospinal projections from the

Ayunda Asmawati, 201310225235, Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya, dengan judul Perancangan Sistem Informasi Manajemen

Pada tahap i n i kebutuhan sistem yang di perlukan untuk membangaun Sistem Informasi Geografis Letak Penyebaran Tempat Pariwisata Kabupaten Majalengka yaitu berupa

Skripsi Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret. Skripsi ini membahas bagaimana sejarah terbentuknya Risalah Amman dan esensi dari risalah

Pada proses selanjutnya, mikroorganisme dari jenis lain akan mengkonversikan asam organik yang telah terbentuk sehingga bahan memiliki derajat keasaman yang tinggi dan

Hepatitis B kronik dapat berlanjut menjadi sirosis hepatis yang merupakan komplikasi   paling banyak, dan merupakan perjalanan klinis akhir akibat nekrotik sel ±

Oleh karena itu keterlibatan Rusia dalam kebijakan war on terrorism yang dikeluarkan oleh AS, tidak semata-mata karena dorongan moral untuk membantu dunia mengatasi