• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DI SEKOLAH DASAR : Studi Kuasi Eksperimen di Kelas IV SDN Sukakarya Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DI SEKOLAH DASAR : Studi Kuasi Eksperimen di Kelas IV SDN Sukakarya Kota Bandung."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN

DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DI SEKOLAH DASAR

(Studi Kuasi Eksperimen di Kelas IV SDN Sukakarya Kota Bandung)

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan dalam bidang Pendidikan Dasar

Oleh

ROSMAYASARI 1303136

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

Rosmayasari, 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DI SEKOLAH DASAR

(3)

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DI SEKOLAH DASAR

Oleh:

Rosmayasari

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Magister pada Sekolah Pascasarjana

Program Studi Pendidikan Dasar

© Rosmayasari 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Mei 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(4)

Rosmayasari, 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DI SEKOLAH DASAR

(5)

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DI SEKOLAH DASAR

Rosmayasari

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematis siswa sekolah dasar melalui model Problem Based Learning (PBL). Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desain kontrol pretes postes. Subyek penelitian adalah siswa di sebuah sekolah dasar negeri di Kota Bandung, sebanyak 60 orang. Hasil penelitian menunjukkan (1) terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematis (KPM) antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model PBL dan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model Direct Instruction (DI); (2) terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis (KPMM) antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model PBL dan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model DI; (3) KPM kelompok tinggi yang belajar dengan model PBL lebih baik dibanding siswa kelompok tinggi yang belajar dengan model DI; (4) KPM kelompok rendah yang belajar dengan model PBL lebih baik dibanding siswa kelompok rendah yang belajar dengan model DI; (5) KPMM kelompok tinggi yang belajar dengan model PBL lebih baik dibanding siswa kelompok tinggi yang belajar dengan model DI; (6) KPMM kelompok rendah yang belajar dengan model PBL lebih baik dibanding siswa kelompok rendah yang belajar dengan model DI.

(6)

Rosmayasari, 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

THE ENHANCEMENT OF STUDENT’S COMPREHENSION AND MATHEMATICAL PROBLEM SOLVING ABILITY

THROUGH PROBLEM BASED LEARNING IN ELEMENTARY SCHOOL

Rosmayasari

ABSTRACT

The aim of the present study was to find out the enhancement of elementary

school student’s comprehension ability and mathematical problem solving ability

through Problem Based Learning (PBL). This study used experiment quasi method by pretest posttest control design. Subject of study are students in one of public elementary school in Bandung City with total 60 students. Result of study showed that (1) there is difference in enhancement of mathematical comprehension ability (MCA) between students who get learning by PBL model and students who get learning by PBL model and students who get learning by Direct Instruction (DI); (2) there is difference in enhancement of mathematical problem solving ability (MPSA) between students who get learning by PBL model and students who get DI model; (3) MCA of high group students who learn by PBL model is better compared to high group students who learn by DI model; (4) MCA of low group students who learn by PBL model is better compared to low group students who learn by DI model; (5) MPSA of high group students who learn by PBL model is better compared to high group students who learn by DI model; (6) MPSA of low group students who learn by PBL model is better compared to low group students who learn by DI model.

(7)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ...

A. Latar Belakang Masalah... B. Rumusan Masalah... C. Tujuan Penelitian... D. Manfaat Penelitian...

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...

A. Kemampuan Pemahaman Matematis ... B. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... C. Pembelajaran Matematika dengan Problem Based Learning (PBL) ... D. Model Pembelajaran Langsung atau Direct Instruction (DI) ... E. Hasil Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Kemampuan

Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematis ... F. Hipotesis Penelitian ...

BAB III METODE PENELITIAN...

A. Lokasi dan Populasi/Sampel Penelitian ... B. Desain Penelitian... C. Metode Penelitian... D. Definisi Operasional ... E. Instrumen Penelitian ... F. Proses Pengembangan Instrumen ... G. Prosedur Penelitian ... H. Teknik Pengolahan Data...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...

A. Hasil Penelitian... 1. Kemampuan Awal Matematis (KAM) ... 2. Analisis Kemampuan Pemahaman Matematis (KPM) ...

(8)

Rosmayasari, 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Analisis Skor N-gain Kemampuan Pemahaman Matematis ... b. Analisis Skor N-gain Kemampuan Pemahaman Matematis

Siswa Kelompok Tinggi ... c. Analisis Skor N-gain Kemampuan Pemahaman Matematis

Siswa Kelompok Rendah ... 3. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis (KPMM) ....

a. Analisis Skor N-gain Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis ... b. Analisis Skor N-gain Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis Siswa Kelompok Tinggi ... c. Analisis Skor N-gain Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis Siswa Kelompok Rendah ... B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 1.Kemampuan Pemahaman Matematis ... 2.Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...

(9)

DAFTAR TABEL

Tahapan Problem Based Learning (PBL) ... Kriteria Pengelompokkan KAM ... Analisis Hasil KAM ... Pengelompokan Siswa Berdasarkan Kategori KAM ... Interpretasi Koefisien Korelasi Validasi ... Interpretasi Uji Validitas Tes Kemampuan Pemahaman Matematis ... Interpretasi Uji Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Klasifikasi Koefisien Realibilitas ... Interpretasi Kualifikasi Skor N-gain ... Deskripsi Data Kemampuan Awal Matematis (KAM) Siswa ... Deskripsi Kemampuan Pemahaman Matematis (KPM) ... Rerata Nilai Pretes, Postes, dan N-gain Kemampuan Pemahaman

Matematis ... Rerata dan Klasifiikasi N-gain Kemampuan Pemahaman Matematis ... Uji Normalitas Skor N-gain Kemampuan Pemahaman Matematis ... Uji Mann-Whitney U Test N-gain Pemahaman Matematis ... Deskripsi Data Kemampuan Pemahaman Matematis (KPM) Berdasarkan Pembelajaran dan KAM ... Uji Normalitas N-gain Kemampuan Pemahaman Matematis Kelompok Tinggi ... Uji Homogenitas N-gain Kemampuan Pemahaman Matematis Kelompok Tinggi ... Uji Perbedaan Skor N-gain Kemampuan Pemahaman Matematis

Kelompok Tinggi ... Uji Normalitas N-gain Kemampuan Pemahaman Matematis Kelompok Rendah ... Uji Homogenitas N-gain Kemampuan Pemahaman Matematis Kelompok Rendah ... Uji Perbedaan Skor N-gain Kemampuan Pemahaman Matematis

Kelompok Rendah ... Deskripsi Hasil Pretes, Postes, dan N-gain Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematis (KPMM) ... Rerata Skor Pretes, Postes, dan N-gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... Rerata dan Klasifiikasi N-gain Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis ... Uji Normalitas Skor N-gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis.. Uji Mann-Whitney U Test N-gain Pemecahan Masalah Matematis ... Deskripsi Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

(10)

Rosmayasari, 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.21

4.22

4.23

4.24

4.25

4.26 4.27

Uji Homogenitas N-gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Kelompok Tinggi ... Uji Perbedaan Skor N-gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Kelompok Tinggi ... Uji Normalitas N-gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Kelompok Rendah ... Uji Homogenitas N-gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Kelompok Rendah ... Uji Perbedaan Skor N-gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Kelompok Rendah ... Perbandingan Rerata N-gain Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa ... Perbandingan Rerata N-gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ...

62

63

64

65

66 77

(11)

DAFTAR GAMBAR

Alur pemecahan masalah menggunakan matematika ... Guru memberi orientasi masalah kepada peserta didik ... Siswa secara berkelompok berdiskusi untuk menyelesaikan permasalahan Guru membimbing penyelidikan individu dan kelompok ... Siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya dalam mengerjakan LKS Siswa menganalisa dan mengevaluasi hasil pengerjaan LKS ... Guru menjelaskan materi yang akan diajarkan ... Guru memberikan contoh cara menyelesaikan operasi hitung pecahan ... Siswa secara individu menyelesaikan permasalahan yang diajukan ... Jawaban siswa kelompok eksperimen dalam Tes KPM ... Jawaban siswa kelompok kontrol dalam Tes KPM ... Jawaban siswa kelompok eksperimen dalam Tes KPMM ... Jawaban siswa kelompok kontrol dalam Tes KPMM ...

(12)

Rosmayasari, 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR DIAGRAM

Diagram

3.1 Diagram Alur Pengolahan Data Tes Kemampuan Pemahaman Matematis dan Pemecahan Masalah Matematis ...

Hal.

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol ... Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa ... Instrumen dan Kisi-Kisi

Kisi-kisi Tes Kemampuan Awal Matematis (KAM) ... Soal dan Kunci Jawaban KAM ... Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemahaman Matematis (KPM) ... Soal dan Kunci Jawaban KPM ... Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis (KPMM) .. Soal dan Kunci Jawaban KPMM ... Pengolahan Data dan Perhitungan Statistika

Data Hasil Pengolahan KAM dengan Program Anates Ver. 4. ... Data Hasil Uji coba Tes KPM dengan Program Anates Ver. 4. ... Data Hasil Uji coba Tes KPMM dengan Program Anates Ver. 4. ... Data Hasil N-gain Tes KPM dengan Program SPSS ver. 21 ... Data Hasil N-gain Tes KPM kelompok tinggi dengan Program SPSS ver. 21 ... Data Hasil N-gain Tes KPM kelompok rendah dengan Program SPSS ver. 21 ... Data Hasil N-gain Tes KPMM dengan Program SPSS ver. 21 ... Data Hasil N-gain Tes KPMM kelompok tinggi dengan Program SPSS ver. 21 ... Data Hasil N-gain Tes KPMM kelompok rendah dengan Program SPSS ver. 21 ... Administrasi Penelitian

Surat Keputusan Pembimbing Tesis Surat Izin Penelitian

Surat Keterangan Penelitian Riwayat Hidup

Riwayat Hidup

(14)

1

Rosmayasari, 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber

daya manusia yang berkualitas yang mencakup pengembangan dimensi manusia

Indonesia seutuhnya yang meliputi aspek moral, akhlak, budi pekerti, perilaku,

pengetahuan, kesehatan, keterampilan dan seni. Oleh karena itu pendidikan

hendaknya dikelola dengan baik, baik secara kualitas maupun secara kuantitas.

Hal tersebut bisa tercapai bila siswa dapat menyelesaikan pendidikan tepat pada

waktunya dengan prestasi belajar yang baik.

Pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20

Tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar siswa aktif serta mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara (Depdiknas, 2003).

Mengingat pentingnya pendidikan dalam kehidupan manusia, maka

pendidikan diharapkan dapat membawa dan mengarahkan siswa untuk

mengembangkan segala potensi yang dimilikinya, sehingga dapat diaplikasikan

pada kehidupan nyata, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat.

Siswa sekolah dasar (SD) yang umumnya berada dalam rentang usia 6

sampai 11 tahun atau 12 tahun, dalam teori perkembangan kognitif menurut

Piaget (Yusuf, 2012, hlm. 6) berada dalam periode operasional kongkrit, pada

periode ini anak sudah dapat membentuk operasi-operasi mental atas

pengetahuan yang mereka miliki. Mereka dapat menambah, mengurangi dan

mengubah, operasi ini memungkinkan untuk dapat memecahkan masalah secara

logis. Pada periode ini, rasa ingin tahu terhadap sesuatu hal sangat besar.

SD sebagai penyelenggara pendidikan, dilengkapi dengan kurikulum yang

didalamnya memuat berbagai mata pelajaran yang diajarkan. Matematika

merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di sekolah dasar. Tujuan

(15)

2

pembelajaran matematika di SD menurut kurikulum tingkat satuan pendidikan

(KTSP) (BSNP, 2006) yaitu: 1) memahami konsep matematika (pemahaman

matematik), menjelaskan keterkaitan antar konsep (koneksi matematik) dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat

dalam pemecahan masalah; 2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat,

melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun

bukti, atau menjelaskan gagasan dan pertanyaan matematika (penalaran

matematik); 3) memecahkan masalah (pemecahan masalah matematik); 4)

mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau masalah (komunikasi matematik); dan 5)

memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, sikap rasa

ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet

dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan tujuan di atas, salah satu isu penting dalam pembelajaran

matematika saat ini adalah pentingnya pengembangan kemampuan pemahaman

matematis dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Hal ini

didukung pendapat dari Ruseffendi (2006, hlm. 156) yang menyatakan bahwa,

“masih banyak peserta didik setelah belajar matematika, tidak mampu

memahami bahkan pada bagian yang paling sederhana sekalipun, banyak konsep

yang dipahami secara keliru sehingga matematika dianggap sebagai ilmu yang

sukar, ruwet, dan sulit”. Padahal pemahaman konsep merupakan bagian yang paling penting dalam pembelajaran matematika.

Pembelajaran matematika yang diberikan di SD tidak cukup dengan

menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum. Tetapi

dibarengi juga dengan pembelajaran matematika yang dapat membuat siswa

merasa senang untuk belajar, memfasilitasi siswa untuk terlibat secara langsung

dalam proses pembelajaran, dan membiasakan siswa untuk menerapkan

konsep-konsep dasar matematika dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan

kehidupan sehari-hari.

Hudojo (1998) menyatakan bahwa belajar matematika merupakan proses

(16)

3

Rosmayasari, 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sekedar kegiatan yang pasif dan statis, namun belajar itu harus aktif dan dinamis.

Sesuai dengan pandangan konstruktivisme yang menyatakan bahwa dalam

mengajar dan belajar, siswa membangun sendiri arti dari konsep melalui

pengalaman dan interaksi dengan sumber daya yang tersedia. Pengalaman siswa

dalam pembelajaran dapat lebih bermakna bagi dirinya, apabila siswa dilibatkan

(aktif) dalam menemukan konsep. Aktif yang dimaksud dapat berupa

mengajukan pertanyaan, mengemukakan gagasan, mempertanyakan gagasan

atau ide siswa lain (Ambarita, 2006; 2012, hlm. 51-52).

Kemampuan pemecahan masalah merupakan satu aktivitas mental yang

tinggi, karena dalam tahapan pemecahannya, siswa dihadapkan kepada situasi

yang kompleks, yang mengharapkan siswa menggunakan kemampuan berpikir

secara mendalam dan komprehensif sehingga bisa memahami dan

menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Ditinjau dari kompleksitas

aktivitasnya, pemecahan masalah menurut Sumarmo (2013, hlm. 198) tergolong

pada kemampuan berfikir matematik tingkat tinggi. Penguasaan konsep

matematika dengan latihan berfikir secara matematis tidaklah cukup, melainkan

perlu dibarengi pengembangan rasa keyakinan diri menghadapi dan

menyelesaikan masalah sejak dini.

Pemecahan masalah merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki

oleh siswa dalam mempelajari matematika di SD. Menurut Turmudi (2008, hlm.

34), kompetensi pemecahan masalah (problem solving), diharapkan para murid

mampu membangun pengetahuan baru matematika, memecahkan permasalahan

matematika dalam konteks lain, menerapkan dan mengadaptasi berbagai macam

strategi untuk memecahkan masalah, serta memonitor dan merefleksi proses

penyelesaian masalah matematika.

Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan yang

diharapkan dikuasai siswa, hal ini sesuai dengan tujuan yang ditetapkan National

Council of Teachers of Mathematics (NCTM). NCTM (2000) menetapkan lima

standar kemampuan matematis yang harus dimiliki oleh siswa, yaitu

(17)

4

(communications), kemampuan koneksi (connection), kemampuan penalaran

(reasoning), dan kemampuan representasi (representation).

Problem Based Learning (PBL), sebagai salah satu model pembelajaran

yang bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang

harus dipelajari siswa. PBL menurut Arends (2008, hlm. 41) ialah suatu

pembelajaran yang menghadapkan siswa pada masalah autentik (nyata) sehingga

diharapkan mereka dapat menyusun pengetahuannya sendiri,

menumbuhkembangkan keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan

siswa, dan meningkatkan kepercayaan dirinya. Tujuan PBL menurut Hosnan

(2014, hlm. 299) yaitu mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan

kemampuan pemecahan masalah dan sekaligus mengembangkan kemampuan

peserta didik untuk secara aktif membangun pengetahuannya sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui peningkatan

kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematis siswa di SD. Untuk

itu penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan kemampuan

pemahaman dan pemecahan masalah matematis siswa melalui model Problem

Based Learning di sekolah dasar.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan diatas, masalah ini

dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematis

antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model PBL dan siswa

yang memperoleh pembelajaran dengan model Direct Instruction (DI)?

2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah

matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model PBL

dan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model DI?

3. Apakah kemampuan pemahaman matematis kelompok tinggi yang belajar

dengan model PBL lebih baik dibanding siswa kelompok tinggi yang belajar

(18)

5

Rosmayasari, 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Apakah kemampuan pemahaman matematis kelompok rendah yang belajar

dengan model PBL lebih baik dibanding siswa kelompok rendah yang belajar

dengan model DI?

5. Apakah kemampuan pemecahan masalah matematis kelompok tinggi yang

belajar dengan model PBL lebih baik dibanding siswa kelompok tinggi yang

belajar dengan model DI?

6. Apakah kemampuan pemecahan masalah matematis kelompok rendah yang

belajar dengan model PBL lebih baik dibanding siswa kelompok rendah yang

belajar dengan model DI?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dalam

penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematis

antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model PBL dengan

siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model DI.

2. Mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah

matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model PBL

dengan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model DI.

3. Mengetahui apakah kemampuan pemahaman matematis kelompok tinggi

yang belajar dengan model PBL lebih baik dibanding siswa kelompok tinggi

yang belajar dengan model DI.

4. Mengetahui apakah kemampuan pemahaman matematis kelompok rendah

yang belajar dengan model PBL lebih baik dibanding siswa kelompok rendah

yang belajar dengan model DI.

5. Mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah matematis kelompok

tinggi yang belajar dengan model PBL lebih baik dibanding siswa kelompok

tinggi yang belajar dengan model DI.

6. Mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah matematis kelompok

rendah yang belajar dengan model PBL lebih baik dibanding siswa kelompok

(19)

6

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat terutama bagi peneliti lain dan

dapat memberikan ide baru untuk penelitian lebih lanjut, sehingga hasil-hasil

penelitian semakin berkembang serta dapat menjawab kebutuhan di lapangan

(20)

25

Rosmayasari, 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

25

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan populasi/sampel penelitian

Lokasi Penelitian ini di laksanakan di SD Negeri Sukakarya Kecamatan

Arcamanik Kota Bandung. Subjek populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas IV

SD Negeri Sukakarya Kecamatan Arcamanik, Kota Bandung yang berjumlah 60

orang. Pemilihan Sampel dengan menggunakan purposive sampling, yang mana

sampel diambil secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan.

Pada penilitian ini sebagai sampel adalah kelompok eksperimen sebanyak 30 orang

dan kelompok kontrol sebanyak 30 orang.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain kelompok pretes dan postes tidak

ekuivalen (The nonequivalent Group Pretest-Posttest Design) atau perbedaan

perlakuan terhadap tes pretes dan postes. Pretes diberikan sebelum adanya

perlakukan dan postes setelah diberi perlakuan. Desain penelitian dapat dilihat di

bawah ini:

Kelompok Eksperimen : O X1 O

Kelompok Kontrol : O X2 O

Keterangan :

O : Soal Pretes dan Postest sama tentang kemampuan pemahaman dan pemecahan

masalah matematis

X1 : Perlakuan berupa pembelajaran dengan Model Problem based Learning (PBL

X2 : Perlakuan berupa pembelajaran dengan Direct Instruction (DI).

---- : Subjek dikelompokkan berdasarkan hasil KAM yaitu kelompok atas, tengah

dan bawah.

Desain penelitian ini melibatkan dua buah faktor, yaitu faktor model

pembelajaran dan faktor kelompok siswa berdasarkan kemampuan awal matematis.

Faktor pertama terdiri dari model Problem Based Learning (PBL) dan model Direct

(21)

26

matematis rendah, sedang, dan tinggi. Materi yang digunakan untuk mengukur

kemampuan awal matematis siswa adalah materi yang terdapat pada pembelajaran

matematika kelas IV semester 1 sekolah dasar.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen.

Menurut Creswell (2008, hlm. 299) metode ini menggunakan dua kelompok

sebagai objek penelitian, dimana kelompok yang satu sebagai kelompok

treatment/perlakuan dan kelompok yang satunya kontrol. Sebagai kelompok

eksperimen adalah siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model Problem

Based Learning (PBL), sedangkan kelompok kontrolnya adalah siswa yang

memperoleh pembelajaran matematika dengan model Direct Instruction (DI).

Penelitian ini akan menggunakan pretes dan postes untuk kedua kelompok siswa

tersebut.

D. Definisi Operasional

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas : model Problem Based Learning (PBL), model

Direct Instruction (DI).

2. Variabel terikat : waktu, materi pelajaran, pemahaman matematis

dan pemecahan masalah matematis.

Sedangkan definisi operasional dari istilah-istilah yang digunakan dalam

penelitian ini, diantaranya sebagai berikut:

1. Pemahaman Matematis

Pemahaman matematis yang dimaksud di dalam penelitian ini adalah

kemampuan siswa dalam mendefinisikan atau menjelaskan suatu bagian

informasi matematika dengan kata-kata sendiri. Adapun indikator pemahaman

matematis dalam penelitian adalah: (1) menerapkan konsep secara algoritma;

(2) mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah; (3)

menyajikan konsep dalam bentuk refresentasi matematika; (4) menggunakan,

(22)

27

Rosmayasari, 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berbagai konsep (internal dan eksternal matematika).

2. Pemecahan Masalah Matematis

Pemecahan masalah matematis yang dimaksud di dalam penelitian ini adalah

kemampuan siswa dalam mengidentifikasi dan merumuskan penyelesaian atau

solusi terhadap suatu masalah matematika dengan strategi pemecahan sendiri.

Adapun indikator pemecahan masalah matematis dalam penelitian ini adalah

dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan dan operasi pada

pecahan.

3. Model Problem Based Learning (PBL)

Model Problem Based Learning (PBL) yang dimaksud di dalam penelitian ini

adalah suatu model pembelajaran yang diawali dengan penyajian masalah nyata

untuk memahami konsep matematis melalui proses penyelidikan dengan

menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah. Pembelajaran ini terdiri

dari lima tahap yaitu : (1) mengorientasikan peserta didik terhadap masalah; (2)

mengorganisasi peserta didik untuk belajar; (3) membimbing penyelidikan

individu dan kelompok; (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya; (5)

menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

4. Model Pembelajaran Direct Instruction (DI)

Model Pembelajaran Direct Instruction (DI) yang dimaksud di dalam penelitian

ini adalah pembelajaran matematika yang berpusat pada guru, siswa sebagai

obyek yang pasif, siswa tidak dilibatkan secara langsung dalam pembelajaran,

siswa jarang mengajukan pertanyaan, berorientasi pada satu jawaban yang benar.

Aktivitas siswa hanya mendengar, mencatat, dan mengerjakan soal secara

individu atau berkelompok. Pembelajaran ini terdiri dari lima tahap yaitu : (1)

orientasi; (2) presentasi; (3) praktik yang terstruktur; (4) praktik di bawah

(23)

28

E. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan tes dan non tes. Instrumen tes

terdiri dari tiga macam, yaitu:

1. Instrumen tes kemampuan awal matematis (KAM) siswa.

Instrumen tes KAM digunakan untuk mengelompokkan siswa dalam tiga

kategori, yaitu rendah, sedang, tinggi, berdasarkan kemampuan awal matematis.

Adapun tes yang diberikan adalah terkait dengan materi yang sudah dipelajari

sebelumnya yaitu di kelas IV semester I. Tes ini terdiri dari soal pilihan ganda

(multiple choice) sebanyak 40 butir.

Berdasarkan hasil tes KAM, siswa di kedua kelas dikelompokkan

berdasarkan level kemampuannya, yaitu dalam kelompok tinggi, sedang dan

rendah. Adapun kriteria pengelompokkan siswa berdasarkan level

kemampuannya didasarkan pada rata-rata simpangan baku, kriteria tersebut

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1

Kriteria Pengelompokkan KAM

Nilai Kriteria

KAM ≥ + s Siswa kelompok tinggi

- s ≤ KAM < + s Siswa kelompok sedang

KAM < - s Siswa kelompok rendah

Arikunto (2013, hlm. 299)

Berdasarkan hasil perhitungan terhadap data KAM dengan bantuan

aplikasi program ANATES Versi 4 di dapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 3.2 Analisis Hasil KAM

Kelompok Rata-rata Simpangan Baku KorelasiXY

Eksperimen 18,10 4,78 0,56

Kontrol 18,57 4,94 0,48

Dari tabel 3.2 nilai rata-rata dari hasil KAM pada kelompok eksperimen

adalah 18,10 dengan simpangan baku 4,78 dan korelasiXY 0,56. Sedangkan

(24)

29

Rosmayasari, 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan korelasiXY 0,48. Untuk kelompok tinggi di kelompok eksperimen (PBL),

maka nilai KAM nya harus < 22,88, untuk kelompok sedang nilai KAM nya

harus berada pada 13,32 ≤ KAM < 22,88. Sedangkan untuk kelompok rendah

nilai KAM nya < 13,32. Untuk kelompok tinggi di kelompok kontrol (DI),

maka nilai KAM nya harus ≥ 23,51, untuk kelompok sedang nilai KAM nya

harus berada pada 13,63 ≤ KAM < 23,51. Sedangkan untuk kelompok rendah

nilai KAM nya < 13,63

Dari hasil tersebut dapat dibuat pengelompokkan siswa berdasarkan hasil

KAM yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.3

Pengelompokan Siswa Berdasarkan Kategori KAM

Kelompok Pembelajaran Total

PBL DI

Tinggi 6 5 11

Sedang 19 21 40

Rendah 5 4 9

Jumlah 30 30 60

Dari tabel 3.3 pengelompokkan siswa berdasarkan kategori KAM, pada

kelompok eksperimen (PBL) yang berjumlah 30 siswa, terdiri dari 6 siswa

kelompok tinggi, 19 siswa kelompok sedang dan 5 siswa kelompok rendah.

Sedangkan kelompok kontrol (DI) yang berjumlah 30 siswa, terdiri dari 5

siswa kelompok tinggi, 21 siswa kelompok sedang, dan 4 siswa kelompok

tinggi.

2. Instrumen tes kemampuan pemahaman matematis (KPM) siswa

Instrumen tes KPM diberikan kepada siswa sebelum perlakukan (pretes)

dan sesudah perlakukan (postes). Tes disusun dalam bentuk uraian yang terdiri

dari 5 butir soal. Indikator-indikator kemampuan pemahaman konsep matematis

yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) menerapkan konsep secara

algoritma; (2) mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan

masalah; (3) menyajikan konsep dalam bentuk refresentasi matematika; (4)

menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu; (5)

(25)

30

3. Instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis (KPMM) siswa

Instrumen tes KPMM diberikan kepada siswa sebelum perlakukan (pretes)

dan sesudah perlakukan (postes). Tes disusun dalam bentuk uraian yang terdiri

dari 4 butir soal. Adapun indikator pemecahan masalah matematis dalam

penelitian ini adalah dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

pecahan dan operasi pada pecahan.

4. Instrumen non tes berupa lembar observasi pembelajaran

Instrumen non tes berupa lembar observasi pembelajaran dengan

menggunakan model PBL dan perangkat pembelajaran yang dikembangkan

dalam penelitian ini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang

mengikuti langkah-langkah pembelajaran dalam menggunakan model PBL dan

lembar observasi pembelajaran dengan menggunakan model DI, RPP yang

mengikuti langkah-langkah pembelajaran dalam menggunakan model DI.

F. Proses Pengembangan Instrumen

Proses pengembangan instrumen yang dilakukan adalah melakukan uji coba

instrumen terlebih dahulu pada siswa yang telah memperoleh materi berkenaan

dengan penelitian ini. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui instrumen yang

dibuat telah memenuhi syarat instrumen yang baik, yaitu validitas dan reliabilitas.

1. Validitas

Menurut Sudjana (2010, hlm. 12) mengatakan bahwa validitas berkenaan

dengan ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul

menilai apa yang seharusnya dinilai. Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih

dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara

keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total

yang merupakan jumlah skor butir. untuk menghitung validitas alat ukur

(26)

31

Rosmayasari, 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

r xy

Keterangan :

rx y : Koefisien validitas.

X : Skor satu butir soal tertentu terhadap skor total (jumlah skor siswa pada butir).

Y : Skor total (jumlah skor semua siswa pada tiap butir soal). N : Jumlah subyek.

(Sudjana, 2010, hlm. 144) Selanjutnya dihitung dengan uji-t dengan rumus.

Keterangan : T = nilai thitung

R = koefisien korelasi hasil rhitung

N = jumlah responden

(Sudjana, 2010, hlm. 146)

Distribusi (tabel t) untuk α =0,05 dan derajat kebebasan (dk = n - 2). Kaidah keputusan :

Jika thitung > ttabel, berarti valid, atau Jika thitung ≤ ttabel, berarti tidak valid.

Penafsiran terhadap besarnya koefisien korelasi skor tiap item dengan skor

total dilakukan dengan membandingkan nilai rhitung dengan nilai rkritis.

Interpretasikan koefisien korelasi validitas butir soal menurut Arikunto (2013,

hlm. 89) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Interpretasi Koefisien Korelasi Validitas

Koefisien Korelasi Interpretasi

0,80 < rxy≤ 1,00 Sangat Tinggi

0,60 < rxy≤ 0,80 Tinggi

0,40 < rxy≤ 0,60 Cukup

0,20 < rxy≤ 0,40 Rendah

0,00 < rxy≤ 0,20 Sangat Rendah

Arikunto (2013, hlm. 89)

Berdasarkan ujicoba di kelas V di salah satu SD di Kota Bandung, maka

dilakukan validitas soal dengan hasil perhitungan dapat dilihat selengkapnya pada

lampiran. Hasil analisis validasi soal mengambil taraf signifikasi α = 0,05 dengan

(27)

32

tes kemampuan pemahaman matematis, maka diperoleh korelasi nilai xy sebesar

0,51. Hasil uji validitas ini dapat dilihat para tabel di bawah ini:

Tabel 3.5

Interpretasi Uji Validitas Tes Kemampuan Pemahaman Matematis

Nomor Soal Korelasi Interpretasi Validitas

1 0,597 Cukup Valid

2 0,746 Tinggi Valid

3 0,623 Tinggi Valid

4 0,633 Tinggi Valid

5 0,586 Cukup Valid

Dari tabel 3.5 di atas, terlihat bahwa 5 soal yang diujicobakan didapatkan

hasil soal nomor 1 dan 2 dengan korelasi dengan interpretasi cukup dan valid,

sedangkan soal nomor 2, 3, dan 4 mempunyai interpretasi dengan kategori tinggi

serta valid.

Berdasarkan validasi yang dilakukan terhadap soal tes kemampuan

pemecahan masalah matematis, maka diperoleh korelasi nilai xy sebesar 0,33

Hasil uji validitas ini dapat dilihat para tabel di bawah ini:

Tabel 3.6

Interpretasi Uji Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Nomor Soal Korelasi Interpretasi Validitas

1 0,682 Tinggi Valid

2 0,639 Tinggi Valid

3 0,577 Cukup Valid

4 0,734 Tinggi Valid

Dari tabel 3.6 di atas, terlihat bahwa 4 soal yang diujicobakan dinyatakan

valid, soal nomor 3 dengan korelasi interpretasi cukup, sedangkan soal nomor 1,

2, dan 3 mempunyai interpretasi dengan kategori tinggi dan valid.

2. Reliabilitas

Reliabilitas (Sudjana, 2010, hlm. 16) adalah ketetapan atau keajegan alat

tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapan pun alat penilaian

(28)

33

Rosmayasari, 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(tes dan non tes) disebut reliabel jika hasil evaluasi tersebut relatif tetap jika

digunakan untuk subjek yang sama. Rumus yang digunakan untuk menghitung

reliabilitas tes ini adalah rumus Alpha.

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

∑σi2 = jumlah varians skor tiap–tiap item

σt2 = varians total

n = banyaknya soal.

(Arikunto, 2013, hlm. 122) Ketentuan klasifikasi koefisien reliabilitas sebagai berikut:

Tabel 3.7

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Besarnya nilai r11 Interpretasi

0,80 < r11≤ 1,00 Sangat tinggi

0,60 < r11≤ 0,80 Tinggi

0,40 < r11≤ 0,60 Cukup

0,20 < r11≤ 0,40 Rendah

r11≤ 0,20 Sangat rendah

Berdasarkan klarifikasi koefisien realibilitas pada tabel 3.7 di atas, maka

langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan realibilitas terhadap butir soal

tes kemampuan pemahaman matematis yang telah diujicobakan untuk mengetahui

realibilitas soal yang telah disusun. Hasil uji realibilitas terhadap instrumen tes

kemampuan pemahaman matematis diperoleh hasil realibilitas tes = 0,67 atau

berinterpretasi tinggi. Sedangkan untuk instrumen tes pemecahan masalah

matematis diperoleh hasil realibilitas tes = 0,50 atau berinterpretasi cukup.

Setelah dilakukan ujicoba serta analisis terhadap instrumen tes kemampuan

pemahaman matematis dan kemampuan pemecahan masalah matematis, maka

perangkat instrumen tes tersebut akan digunakan untuk instrumen penelitian,

(29)

34

G. Prosedur Penelitian

Prosedur pada penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu tahap persiapan,

tahap pelaksanaan, tahap pengumpulan data. Uraian dari ketiga tahap tersebut

adalah sebagai berikut:

1.Tahap Persiapan

Tahap persiapan penelitian meliputi tahap-tahap penyusunan proposal,

seminar proposal, studi pendahuluan, penyusunan instrumen penelitian,

pengujian instrumen dan perbaikan instrumen. Kegiatannya meliputi:

a. Menentukan jadwal penelitian

Penentuan jadwal penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapan waktu

yang tepat melakukan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada semester

genap (II) Tahun Pelajaran 2014/2015.

b. Menentukan sampel penelitian

c. Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dan kisi-kisi soal tes yang disesuaikan dengan

pembelajaran menggunakan Problem Based Learning (PBL) dan Direct

Instruction (DI) di kelas IV SD.

d. Mempersiapkan instrumen pengumpulan data berupa tes kemampuan

pemahaman matematis dan kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa.

e. Melakukan proses ujicoba dan revisi untuk menentukan validitas dan

reliabilitas soal tes.

2. Tahap pelaksanaan

a. Memberikan Tes KAM pada setiap anggota sampel, yang bertujuan untuk

mengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan awal matematisnya, yang

dibagi dalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Tes kemampuan

matematis awal ini berisi materi prasyarat yaitu materi matematika semester 1

kelas IV SD.

b. Pemberian soal pretes tentang KPM dan KPMM untuk kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen.

(30)

35

Rosmayasari, 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Learning (PBL) di kelompok eksperimen.

d. Guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan Direct Instruction

(DI) di kelompok kontrol.

e. Pemberian soal post test tentang KPM dan KPMM untuk kelompok kontrol

dan kelompok eksperimen.

3. Tahap pengumpulan data

Untuk memperoleh data yang diperlukan guna menjawab permasalahan

yang telah dirumuskan. Cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan tes tertulis dan lembar observasi. Untuk mengukur

pemahaman konsep dan pemecahan masalah matematis siswa menggunakan tes

tulis berbentuk uraian. Tes merupakan suatu teknik atau cara yag digunakan

dalam melaksanakan pengukuran yang didalamnya terdapat

pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa. Tes tertulis, dimaksudkan untuk

mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan pemahaman matematis dan

pemecahan masalah matematis siswa pada kelompok eksperimen maupun

kelompok kontrol sebelum (pretest) dan sesudah mendapatkan treatment

(posttest) dengan menggunakan Problem Based Learning (PBL). Lembar

Observasi merupakan teknik pengumpulan data melalui pengamatan dan

pencatatan berupa data dan fakta dengan melihat, mengamati, dan mencatat.

Observasi bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan Problem Based

Learning (PBL) terhadap peningkatan kemampuan pemahaman matematis dan

pemecahan masalah matematis siswa.

H. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dalam penlitian ini adalah data kuantitatif berupa

skor-skor yang diperoleh siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada tes awal

(pretes) maupun tes akhir (postes). Pengolahan data ini ditujukan untuk menguji

hipotesis-hipotesis yang diajukan. Data yang diperoleh pada penelitian dianalisis

dengan menggunakan analisis statistik, analisis-analisis ini dilakukan dengan bantuan

program software Anates Ver.4, Microsoft Office Excel 2013, dan IBM SPSS for

(31)

36

Hasil analisis tes kemampuan pemahaman matematis dan kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa berdasarkan pada pengolahan data kuantitatif

yang bertujuan untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan pemahaman

matematis dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Data pretes, postes

dan N-gain diolah dengan cara berikut:

1. Memberikan skor pada hasil jawaban siswa untuk tes awal (pretes) dan tes akhir

(postes) kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, sesuai dengan kunci

jawaban dan sistem perskoran yang digunakan.

2. Menghitung peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran, yang

dihitung dengan gain ternormalisasi yang dikembangkan oleh Meltzer (Zalinar,

2012, hlm. 63).

Tabel 3.8

Interpretasi Kualifikasi Skor N-Gain Skor N-Gain Interpretasi

0,7 < g ≤ 1,00 0,3 < g ≤ 0,7

g ≤ 0,3

Tinggi Sedang Rendah

3. Melakukan uji normalitas dari skor n-gain pada kelompok eksperimen maupun

kelompok kontrol untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak.

Hipotesis statistik yang digunakan pada uji normalitas adalah:

H0 : Data yang akan diuji berdistribusi normal.

H1 : Data yang akan diuji tidak berdistribusi normal.

4. Melakukan uji homogenitas varians dari skor n-gain untuk mengetahui tingkat

kehomogenan distribusi populasi data tes. Hipotesis statistik yang digunakan

pada uji homogenitas adalah:

H0 : Data kelompok eksperimen dan kontrol mempunyai variansi yang

homogen.

H1 : Data kelompok eksperimen dan kontrol tidak mempunyai variansi yang

(32)

37

Rosmayasari, 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kelompok PBL Kelompok DI

Data Data

Pretes Postes Pretes Postes

N-gain N-gain

Uji Normalitas

Normal Tidak Normal

Uji Homogenitas

Uji Nonparametrik

Uji Mann-Whitney

Uji Parametrik (Uji t) Uji Parametrik (Uji t’)

Kesimpulan

Homogen Tidak Homogen

Uji Normalitas

5. Melakukan uji perbedaan dua rata-rata, untuk menguji kesignifikansian

perbedaan rata-rata dari hasil pretes dan postes pada kelas eksperimen maupun

kelas kontrol. Jika data berdistribusi normal dan homogen, maka uji beda yang

digunakan adalah uji-t. Sedangkan apabila datanya tidak memenuhi kriteria

normal atau tidak homogen, maka uji beda yang digunakan adalah Uji Mann

Whitney.

Prosedur pengolahan data dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan di

bawah ini:

Bagan 3.1 Diagram Alur Pengolahan Data Tes Kemampuan Pemahaman Matematis dan

(33)

85

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data analisis, hasil penelitian dan pembahasan pada bab

sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematis antara siswa

yang memperoleh pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL)

dan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model Direct Instruction (DI).

2. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis

antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model PBL dan siswa yang

memperoleh pembelajaran dengan model DI.

3. Kemampuan pemahaman matematis kelompok tinggi yang belajar dengan model

PBL lebih baik dibanding siswa kelompok tinggi yang belajar dengan model DI.

4. Kemampuan pemahaman matematis kelompok rendah yang belajar dengan model

PBL lebih baik dibanding siswa kelompok rendah yang belajar dengan model DI.

5. Kemampuan pemecahan masalah matematis kelompok tinggi yang belajar dengan

model PBL lebih baik dibanding siswa kelompok tinggi yang belajar dengan

model DI.

6. Kemampuan pemecahan masalah matematis kelompok rendah yang belajar

dengan model PBL lebih baik dibanding siswa kelompok rendah yang belajar

dengan model DI.

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan sebelumnya, maka berikut ini penulis

mengemukakan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan untuk pembelajaran

selanjutnya, diantaranya :

1. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa secara keseluruhan pembelajaran

PBL memberikan pengaruh yang positif dan lebih baik dalam mengembangkan

kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematis siswa kelas IV di

SD, khususnya di SD tempat penelitian. Untuk itu pembaca dapat

(34)

86

Rosmayasari, 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pemahaman dan pemecahan masalah matematis siswa selain di kelas IV SD, serta

penelitian lain tentang PBL di kelas IV SD dengan kemampuan matematis siswa

yang lainnya dengan jumlah sampel yang lebih besar.

2. Materi yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah materi pecahan di kelas IV

SD. Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya terhadap kemampuan

pemahaman dan pemecahan masalah matematis siswa perlu dilakukan penelitian

lebih lanjut terkait dengan materi yang lain di kelas IV, dan materi yang sama di

kelas yang lainnya.

3. Hasil penelitian ini dapat dilanjutkan dan dikembangkan lebih mendalam lagi oleh

pembaca, dalam rangka mencari solusi terbaik dalam pembelajaran matematika

agar kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematis siswa senantiasa

(35)

87

DAFTAR PUSTAKA

Ambarita, A. (2012). Pengembangan Model Realistic Mathematics Education pada Pembelajaran Operasi Bilangan Bulat, KPK dan FPB di SD. Jurnal Sekolah Dasar. Tahun 21, Nomor 1, Mei 2012, hlm. 51-56.

Arends, R.I. (2008). Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar. Terjemahan Soetjipto, H.P. & Soetjipto, S.M. Buku Kedua. Edisi Ketujuh. Yogyakarta: Pustaka

Arikunto, S. (2013). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

BSNP. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006. Jakarta: Depdiknas.

Creswell, J. (2008). Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research, 3rd Edition.New Jersey: Person Education Inc.

Depdiknas. (2003). Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas.

Duffin, J.M. & Simpson, A.P. (2000). A. Search for understanding. Journal of Mathematical Behavior. 18(4): 415-427.

Emilia, E. (2012). Menulis Tesis dan Disertasi. Bandung: Alfabeta.

Hariyani, M. (2010). Pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing untuk meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan penalaran matematik siswa sekolah dasar. Tesis SPs UPI Bandung. Tidak dipublikasikan.

Hirschfeld, Kimberly & Cotton. (2008). Mathematical Communication,

Conceptual Understanding, and Students’ attitudes Toward

Mathematics. Math in the Middle Institute Partnership Action Research Project Report: University of Nebraska-Lincoln

Hudojo, H. (1998). Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud.

(36)

88

Rosmayasari, 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Joyce, B., Weil, & Calthoun, E. (2009). Model-Model Pengajaran (Edisi Delapan). Terjemahan: Achmad Fawaid dan Ateilla Mirza. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kilpatrick, Swafford, dan Findell, (2001). Adding It Up: Helping Children Learn Mathematics. National Academy Press

Kompas. (2013). Kemampuan anak Indonesia usia 15 tahun di bidang matematika, sains, dan membaca dibandingkan dengan anak-anak lain di dunia masih rendah. Hasil Programme for International Student Assessment 2012, Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 65 negara yang berpartisipasi dalam tes. Hari kamis, tanggal 5 Desember 2013

Marisa, R. (2011). Pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematis siswa. Tesis SPs UPI Bandung. Tidak dipublikasikan.

Mataheru, W. (2011). Proses Kognitif Siswa SD Terkait Penggunaan Sifat-sifat Operasi Hitung dalam Pemecahan Masalah. Jurnal Sekolah Dasar. Tahun 20, Nomor 1, Mei 2011, hlm. 9-15.

NCTM. (1989). Curiculum and Evaluation Standars for School Mathematics. Reston, VA: NCTM

NCTM. (2000). Principle and Standards for School Mathematics. United States of America: National Council of Teachers of Mathematics.

Prabawanto, S. (2013). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah, Komunikasi, dan Self-Efficacy Matematis Mahasiswa melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metacognitive Scaffolding. Disertasi pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan

Prihandoko, A.C. (2005). Memahami Konsep Matematika Secara Benar dan Menyajikannya dengan Menarik. Buku Rujukan PGSD Bidang Matematika. Jakarta : Depdiknas. Dikti. DPPTK & KPT

Pusat Bahasa. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas.

Republika Online. (2014). Kemana Arah Pendidikan Indonesia? Oleh: A.

Syafa’at. Tersedia di

(37)

89

Ruseffendi, E. T. (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. (Edisi Revisi). Bandung: Tarsito.

Santrock., J.H. (2007). Perkembangan Anak. (Edisi Kesebelas, Jilid 1). Penerjemah: Rachmawati, M & Kuswanti, A. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Slavin, R.E. (2011). Psikologi Pendidikan, Teori dan Praktik. (Edisi kesembilan. Jilid 1). Penerjemah: Samosir, M. Jakarta : PT. Indeks.

Sudjana, N. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.

Suherman, E. dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer (Common Text Book) edisi revisi. Bandung: JICA – Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Sumarmo, U. (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran matematik Siswa SMA Dikaitkan dengan Penalaran Logik Siswa dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar. Disertasi pada Pascasarjana IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Sumarmo, U. (2013). Kumpulan Makalah Berpikir dan Disposisi Matematik

serta Pembelajarannya. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika

FPMIPA UPI.

Suryadi, D. (2005). Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Tidak Langsung dan Pendekatan Gabungan Langsung dan Tidak Langsung dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematika Tingkat Siswa SLTP. Disertasi PPS UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.

Susetyo, B. (2010). Statistika untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: PT. Refika Aditama.

Turmudi. (2008). Landasan Filosofis dan Teoritis Pembelajaran Matematika (Berparadigma Eksploratif dan Investigatif). Jakarta: PT. Leuser Citra Pustaka

UPI. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI PRESS.

(38)

90

Rosmayasari, 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Yusuf, S. (2012). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Gambar

Tabel
Tabel 3.2 Analisis Hasil KAM
Tabel 3.3 Pengelompokan Siswa Berdasarkan Kategori KAM
Tabel 3.4
+3

Referensi

Dokumen terkait

 Menjawab pertanyaan tentang materi Pembuatan gambar Poster dengan berbagai teknik yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau lembar kerja yang telah disediakan. 

Oleh karena itu, didorong oleh pelaksanaan serta untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, Kementerian Dalam Negara Republik

serta akan meningkatkan kinerja perawat dalam melakukan asuhan keperawatan. Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di RSU.Natama

[r]

Analisis pengaruh persepsi faktor manajemen keperawatan terhadap tingkat kepuasan perawat di ruang rawat inap RSUD Kota Semarang.Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang..

Scanned by CamScanner... Scanned

Anggota Departemen Kajian Strategi dan Advokasi PEMA FK USU 2010 3.. Sekretaris Departemen Kajian Strategi dan Advokasi PEMA FK USU 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Dasar