• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS METODE AMŚĀL/ANALOGI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) UNTUK MENINGKATKAN KETAUHIDAN PADA PARA SISWA : Studi Eksperimen Terhadap Para Siswa kelas VII SMP Kartika XIX-2 Bandung Tahun Pelajaran 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS METODE AMŚĀL/ANALOGI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) UNTUK MENINGKATKAN KETAUHIDAN PADA PARA SISWA : Studi Eksperimen Terhadap Para Siswa kelas VII SMP Kartika XIX-2 Bandung Tahun Pelajaran 2013/2014."

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Eksperimen Terhadap Para Siswa kelas VII SMP Kartika XIX-2 Bandung Tahun Pelajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh

Fina Nafisah Hayaty 1005985

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

Bandung Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh

Fina Nafisah Hayaty

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada

Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Fina Nafisah Hayaty 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Mei 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang. Skripsi ini tidak boleh diperbanyak

seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau

(3)
(4)

Tempat : Gedung FPIPS UPI Panitia Ujian :

1. Ketua :

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si. NIP. 19700814 199402 1 001 2. Sekretaris :

Dr. H. Endis Firdaus, M.Ag. NIP. 19570303 198803 1 001

3. Penguji :

Dr. H. A. Syamsu Rizal, M.Pd. NIP. 19551002 198601 1 001

Dr. Munawar Rahmat, M.Pd. NIP. 19580128 198612 1 001

(5)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS METODE AMŚĀL/ANALOGI

DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) UNTUK MENINGKATKAN KETAUHIDAN PADA PARA SISWA (Studi Eksperimen Terhadap Para Siswa kelas VII SMP Kartika XIX-2

Bandung Tahun Pelajaran 2013/2014)

Penelitian ini dilatarbelakangi antara lain oleh karena banyaknya penyimpangan nilai dan krisis moral yang terjadi pada kalangan anak dan remaja. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurang adanya kesadaran nilai tauhid dalam diri mereka, sehingga mengakibatkan kurang kesadaran mereka terhadap prinsip-prinsip dan norma-norma agama yang harus dijunjung tinggi.

Beranjak dari latar belakang tersebut, dilakukanlah penelitian ini dengan menggunakan metode amśāl/analogi dalam pembelajaran PAI pada materi keimanan kepada Allah yang diharapkan dapat memudahkan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan nilai tauhid. Hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan penerapan metode amśāl/analogi dalam pembelajaran PAI akan meningkatkan ketauhidan siswa secara signifikan. Penelitian dilakukan di SMP Kartika XIX-2 Bandung pada semester genap tahun ajaran 2013/2014. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen jenis pretest-posttest control group design. Pengambilan sampel yang digunakan adalah probability sampling. Teknik pengumpulan data diperoleh dari tes tulis pilihan ganda, lembar pengamatan, dan angket. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis statistik dengan bantuan SPSS versi 20.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode amśāl/analogi berpengaruh signifikan terhadap peningkatan ketauhidan siswa. Berdasarkan hasil uji-t, dengan rumus separated varian, didapatkan hasil bahwa thitung sebesar 4,665,

sedangkan nilai ttabel untukdk 71sebesar 2,000. Ternyata thitung > ttabel atau 4,665 >

2,000, maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara nilai siswa kelas eksperimen (menggunakan metode amśāl/analogi) dengan nilai siswa kelas kontrol (menggunakan metode konvensional atau non amśāl/analogi). Dan uji efektivitas dengan membandingkan rata-rata gain yang ternormalisasi antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol menunjukkan bahwa nilai rata-rata gain yang ternormalisasi kelas eksperimen sebesar 0,54 dengan interpretasi sedang dan rata-rata gain yang ternormalisasi kelas kontrol sebesar 0,29 dengan interpretasi rendah. Jadi, nilai rata-rata gain yang ternormalisasi kelas ekperimen lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata gain kelas kontrol, yang dapat disimpulkan bahwa penerapan metode amśāl/analogi cukup efektif dalam pembelajaran PAI untuk meningkatkan ketauhidan siswa.

(6)

ABSTRACT

EFFECTIVENESS OF AMŚĀL/ANALOGY METHOD IN ISLAMIC EDUCATION LEARNING (PAI) TO IMPROVE MONOTHEISM OF STUDENTS

(An Experiment Study for VII Grade of Kartika XIX-2 Senior High School Bandung Period of Studies 2013/2014)

This study was explored because there were many value divergences and moral crisis faced by children and tenagers. One of the reasons is the lack of tauhid value awareness which causing lack of principles and religious norms honour.

Based on the background, the research was studied using amśāl/analogy method on Islamic Education Learning toward faith of Allah. It was hopefully made the understanding, perception, application of tauhid value became easier. The hypothesis of the research was by using amśāl/analogy method toward Islamic Education Teaching would be increasing students' monotheism significantly. The research was applied at Kartika XIX-2 Senior High School period of studies 2013/2014. It was using quantitative approach. It was using

pretest-posttest control group design. The sample used probability sampling. The

data collected by multiple choice test, observation sheet and questionaire. It used descriptive analysis and statistical analysis through SPSS version 20 software program.

The result showed that the application of amśāl/analogy method gave significant influence toward students' monotheism. Based on t-test using

separated variant formula, there was found the result that thitung was 4,665, and the

value of ttabel for dk 71was 2,000. It showed thitung > ttabel or 4,665 > 2,000. So, Ho

was rejected and Ha was accepted. It can be concluded that there was significant

differenciation between the score of the students at experiment class (using amśāl/analogy method) and the score of the students at control class (using conventional method or non amśāl/analogy).

Efectivity test by looking normalized gain average between experiment class and control class showed that gain average value which was normalized by experiment class was 0,54 with interpretation : medium. The gain average which normalized by control class was 0,29 with interpretation:low.

It could be concluded that gain average value which normalized by experiment class was higher than control class.

It means that amśāl/analogy method application is quite effective on Islamic Education Learning to improve students' monotheism.

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. PEDOMAN TRANSLITERASI... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ...ix DAFTAR TABEL... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GR AFIK ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined. BAB IPENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined. B. Identifikasi Masalah... Error! Bookmark not defined. C. Rumusan Masalah... Error! Bookmark not defined. D. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. F. Hipotesis ... Error! Bookmark not defined. G. Struktur Organisasi Skripsi ... Error! Bookmark not defined. BAB II METODE AMŚĀL /ANALOGI DALAM PEMBELAJARAN

(8)

2. Kelebihan dan Kekurangan Metode Amśāl/AnalogiError! Bookmark not defined.

3. Faedah Penggunaan Amśāl/ Analogi ... Error! Bookmark not defined. C. Konsep Pendidikan Agama Islam... Error! Bookmark not defined. 1. Definisi PAI ... Error! Bookmark not defined. 2. Visi dan Misi PAI ... Error! Bookmark not defined. 3. Tujuan PAI... Error! Bookmark not defined. 4. Fungsi PAI ... Error! Bookmark not defined. 5. Unsur Pokok PAI ... Error! Bookmark not defined. D. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... Error! Bookmark not defined. 1. Definisi Pembelajaran PAI ... Error! Bookmark not defined. 2. Kurikulum PAI ... Error! Bookmark not defined. 3. Perencanaan PAI... Error! Bookmark not defined. 4. Pelaksanaan Pembelajaran PAI ... Error! Bookmark not defined. 5. Evaluasi Pembelajaran PAI ... Error! Bookmark not defined. E. Konsep Efektivitas ... Error! Bookmark not defined. F. Konsep Iman Kepada Allah dan Tauhid... Error! Bookmark not defined. 1. Iman Kepada Allah ... Error! Bookmark not defined. 2. Ketauhidan ... Error! Bookmark not defined. G. Kerangka Pemikiran ... Error! Bookmark not defined. H. Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined. BAB IIIMETODE TEKNIK DAN PROSEDUR ... Error! Bookmark not defined. A. Lokasi, Subjek Populasi, dan Sampel PenelitianError! Bookmark not

defined.

(9)

D. Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Definisi Operasional ... Error! Bookmark not defined. F. Instrumen Penelitian dan Proses Pengembangannya Error! Bookmark not

defined.

G. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. I. Teknik Pengolahan Data ... Error! Bookmark not defined. BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Error! Bookmark not defined. A. Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1. Gambaran Umum dan Data Hasil Pre Test Ketauhidan Siswa Sebelum Pembelajaran... Error! Bookmark not defined. 2. Proses Penerapan Metode Konvensional (Non Amśāl/Analogi) untuk

Kelas Kontrol dan Metode Amśāl/Analogi untuk Kelas Eksperimen dalam Pembelajaran PAI di SMP Kartika XIX-2 Bandung ... Error! Bookmark not defined.

3. Gambaran Umum Data Hasil Post Test Ketauhidan Siswa Sesudah Pembelajaran... Error! Bookmark not defined. 4. Gambaran Umum Ketauhidan Siswa Perindikator Sebelum dan Sesudah

Pembelajaran... Error! Bookmark not defined. 5. Peningkatan Rata-Rata Hasil Perlakuan Error! Bookmark not defined.

6. Respon Siswa Terhadap Metode Amśāl/Analogi pada Pembelajaran

PAI ... Error! Bookmark not defined. B. Pembahasan ... Error! Bookmark not defined. 1. Ketauhidan Siswa Sebelum PembelajaranError! Bookmark not

defined.

(10)

3. Ketauhidan Siswa Sesudah PembelajaranError! Bookmark not defined.

4. Ketauhidan Siswa Perindikator Sebelum dan Sesudah Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.

5. Analisis Efektivitas Metode Amśāl/Analogi dalam Pembelajaran PAI

untuk Meningkatkan Ketauhidan Siswa Error! Bookmark not defined. 6. Analisis kelebihan dan kekurangan metode amśāl/analogi dalam

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Materi Iman Kepada Allah ... Error! Bookmark not defined.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tauhid merupakan hal yang paling penting dalam aspek ‘aqīdaĥ. Pondasi pendidikan anakpun dimulai dari penanaman nilai-nilai tauhid kepada anak. “Syahādāt” dalam ażan yang diperdengarkan pada anak yang baru lahir sebagai bukti pentingnya menanamkan tauhid semenjak dini. Tauhidpun merupakan seruan pertama dakwah para Rasūl. Tauhid juga merupakan tonggak penentu keselamatan seorang hamba di hadapan Rabbnya kelak.

Mempelajari tauhid merupakan hal pokok yang sudah menjadi keharusan bagi seseorang untuk mempelajarinya. Untuk itu, sudah menjadi keharusan pula bagi orang tua untuk mendahulukan penanaman tauhid semenjak dini kepada putra-putrinya. Sebagaimana ungkapan Ibnu Qayyim dalam kitab Tuḥfat Al-Maudūd yang dikutip oleh Rahman bahwa

dirahasiakan dilakukan ażan dan iqāmaĥ di telinga bayi yang baru lahir mengandung harapan yang optimis agar mula-mula suara yang terdengar oleh telinga bayi adalah seruan ażan yang mengandung makna keagungan dan kebesaran Allah serta syahādāt yang menjadi syarat utama bagi seorang

(12)

Berkaitan dengan hal tersebut menurut Rasyid (2000) dalam Romli (2011, hlm. 3) menjelaskan bahwa:

Semakin kurang tauhid seorang muslim, maka akan berdampak pada semakin rendah pula kadar akhlak, watak kepribadian, serta kesiapannya menerima konsep Islam sebagai pedoman dan pegangan hidupnya. Sebaliknya, jika ‘aqīdaĥ tauhid seseorang telah kokoh dan mapan (established), maka terlihat jelas dalam setiap amaliahnya. Setiap konsep yang berasal dari Islam, pasti akan diterima secara utuh dan dengan lapang dada, tanpa rasa keberatan dan terkesan mencari-cari alasan hanya untuk menolak. Inilah sikap yang dilahirkan dari seorang muslim sejati.

Ketika seorang muslim telah mentauhidkan Allah, dalam artian benar-benar meyakini hanya Allah yang harus disembah, maka akan melahirkan keyakinan bahwa semua akan kembali pada Allah dan segala sesuatu yang ada di alam ini adalah ciptaan Allah. Sehingga semua itu akan berdampak kepada sikap dan tingkah lakunya. Karena ‘aqīdaĥ yang benar akan menuntun manusia untuk berbuat yang benar sesuai norma-norma dan nilai-nilai kebenaran. Sebagaimana Asmuni (1993, hlm. 7) yang mengungkapkan bahwa:

Tauhid tidak hanya sekedar memberikan ketentraman batin dan menyelamatkan manusia dari kesesatan dan kemusyrikan, bermanfaat bagi kehidupan umat manusia, tetapi juga berpengaruh besar terhadap pembentukan sikap dan perilaku keseharian seseorang. Ia tidak hanya berfungsi sebagai ‘aqīdaĥ, tetapi berfungsi pula sebagai falsafah hidup.

Senada dengan pendapat di atas, Syihabudin, dkk. dalam buku Model-Model Pembelajaran Berbasis Nilai Islam (2012, hlm. 23) mengungkapkan bahwa:

(13)

individu menjadi tertata dengan keimanan, demikian pula masyarakat lebih tertib, harmonis, dan sejahtera dengan keimanan.

Namun sebaliknya, apabila seseorang tidak meyakini akan eksistensi Tuhan (Allah) dalam kehidupannya, maka ia akan melakukan penyimpangan-penyimpangan dalam hidupnya. Di zaman yang terus berkembang ini, semakin banyak tantangan yang harus dihadapi. Jika tidak didampingi oleh landasan agama yang kuat, terlebih ‘aqīdaĥ tauhidnya, maka manusia akan semakin mudah terjerumus dalam perilaku negatif. Karena tidak ada kesadaran akan prinsip-prinsip dan norma- norma agama yang harus dijunjung tinggi. Sehingga yang muncul dalam masyarakat yang tidak memperdulikan agama adalah mereka melakukan perilaku menyimpang, seperti mengkonsumsi obat-obatan terlarang, mabuk-mabukan, seks bebas, pemerkosaan, dan lain sebagainya, tanpa memperdulikan dosa ataupun kemurkaan Allah SWT.

Sebagaimana yang telah terjadi saat ini, banyak fakta yang menunjukkan perilaku negatif dilakukan oleh berbagai lapisan masyarakat di negeri ini. Dan yang sangat memprihatinkan, perilaku-perilaku negatif ini sudah sangat menjamur dilakukan oleh anak kecil juga remaja, serta hal ini sudah dianggap lumrah oleh mayoritas masyarakat.

Tingginya angka kenakalan remaja di Indonesia cukup menghawatirkan. Menurut data Bio Statistik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, lima provinsi di Indonesia yang memiliki angka kenakalan remaja yang tinggi adalah Provinsi Sumatera Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Serta dari hasil asesmen yang telah dilakukan oleh PMI didapat sebuah kesimpulan bahwa lebih dari 65 % remaja memiliki masalah di keluarga, seperti masalah keuangan, masalah perceraian, dan anggota keluarga meninggal. Hal tersebut berdampak pada banyaknya permasalahan yang timbul, seperti penyalahgunaan alkohol, obat-obatan dan senjata, kekerasan, dan lain-lain (Setiawan, 2014).

(14)

indikasi ketidakberhasilan pendidikan agama di sekolah dan perguruan tinggi. Padahal belum tentu kenakalan-kenakalan yang dilakukannya itu bersumber dari guru ataupun sekolahnya.

Menumpahkan semua krisis moral yang akhir-akhir ini mengemuka di kalangan pelajar/siswa kepada gagalnya sistem pembelajaran di sekolah memang kurang tepat. Krisis moral bukanlah masalah yang berdiri sendiri, melainkan sesuatu yang bersifat sosiologis dan bahkan sistemik. Pesatnya laju ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang meniscayakan perubahan cara pandang bagi setiap orang disegala bidang seperti politik, ekonomi, sosial, dan budaya merupakan tangtangan global pendidikan agama (Barizi & Idris, 2010, hlm. 83).

Tidak mudah untuk langsung merubah sikap dan perilaku anak/pelajar agar menjadi baik. Perlu proses dan tahapan yang sangat panjang untuk menciptakan para pelajar yang berakhlak mulia, berpengetahuan luas dan berbudi pekerti luhur. Oleh sebab itu, pendidikan agama Islam harus diajarkan baik di rumah juga di sekolah.

Pendidikan anak itu merupakan modal terbesar yang dimiliki bangsa untuk mewujudkan cita-cita bangsa kelak. Berhasil atau tidaknya langkah yang sudah kita rintis ini sangat bergantung pada generasi penerus kita nanti. Oleh karena itu kita seharusnya sedapat mungkin mengupayakan agar si penerus itu tumbuh dan berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.

Tidak terlepas dari itu, setiap anakpun memiliki potensi rohaniah. Usaha pengembangan potensi ini harus diprioritaskan agar dapat menjadi landasan bagi tumbuh kembang potensi yang lain, dan hendaklah dilaksanakan secara nyata oleh orang tua dengan memberikan pendidikan agama, terlebih tauhid ini pada anak. Hal ini selaras dengan tujuan pendidikan Nasional dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa (Majid, 2006, hlm. 140):

(15)

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”

Adapun salah satu cara mengembangkan potensinya adalah dengan Pendidikan agama Islam yang di dalamnya terdapat pendidikan ‘aqīdaĥ, juga tauhid, yang seharusnya menjadi salah satu solusi dari adanya penyimpangan-penyimpangan sebagaimana yang telah penulis utarakan sebelumnya, dan hal ini senada dengan pendapat Nasih & Kholidah (2009, hlm. 10) bahwa:

Disini jelas peranan nilai spiritual dan prinsip- prinsip normal akhlak, lebih-lebih pada tahap pendidikan remaja. Karena fase puberitas dorongan-dorongan seperti itu lebih dominan dan lebih hebat dibandingkan dengan fase-fase lainnya. Hanya nilai spiritual sajalah yang mampu membimbing manusia ke jalan kebenaran, kebaikan dan keadilan.

Islam menempatkan pendidikan ‘aqīdaĥ pada posisi yang paling mendasar, dan sangat vital, yakni diposisikan dalam syahādāt yang

merupakan rukun Islam yang pertama. Lamanya waktu dakwah Rasūl pada periode Makkaĥ dalam rangka mengajak ummat agar bersedia mentauhidkan Allahpun menunjukkan betapa penting dan mendasarnya pendidikan ‘aqīdaĥ Islamiah bagi setiap muslim pada umumnya. Terlebih pada kehidupan anak, maka dasar-dasar ‘aqīdaĥ harus terus ditanamkan pada diri anak agar setiap perkembangan dan pertumbuhannya senantiasa dilandasi oleh ‘aqīdaĥ yang benar.

(16)

Akan tetapi pada kenyataanya di lapangan, banyak praktisi pendidikan atau orang tua kurang baik dalam menanggapi hal ini. Dengan kata lain, banyak orang tua atau guru memberi penyikapan yang kurang baik atas kekritisan seorang anak. Biasanya mereka sering mengalihkan pembicaraan atau bahkan memarahi anak, ketika sang anak mengajukan pertanyaan yang cukup sulit untuk dijawab (Abhari, 2011, hlm. 13). Misalnya, Allah itu seperti apa? Allah punya teman tidak? Tempat Allah di mana? Allah tidur tidak? Kenapa kita tidak bisa melihat Allah? Dan banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang senada dengan itu.

Untuk menjawab pertanyaaan dalam rangka mendidik dan memudahkan pemahaman terhadap ‘aqīdaĥ tauhid anakpun dibutuhkan metode yang tepat, agar pesan yang disampaikan akan diterima dengan baik dan mudah dicerna. Sebagaimana menurut Syahidin (2005, hlm. 43), salah satu komponen penting yang menghubungkan tindakan dengan tujuan pendidikan adalah metode, sebab tidak mungkin materi pendidikan dapat diterima dengan baik kecuali disampaikan dengan metode yang tepat. Metode diartikan sebagai tindakan-tindakan pendidik dalam lingkup peristiwa pendidikan untuk mempengaruhi siswa ke arah pencapaian hasil belajar yang maksimal. Metode dapat diartikan pula sebagai alat yang dapat digunakan dalam suatu proses pencapaian tujuan. Alat itu hanya akan dapat efektif bila penggunaannya disesuaikan dengan fungsi dan kapasitas alat tersebut.

(17)

diterapkan dalam pendidikan adalah metode-metode yang sesuai dengan kondisi dan situasi serta karakter manusia itu sendiri.

Untuk menjawab atau menyampaikan materi pada anak, terutama tentang tauhid yang sangat penting ini, metode amśāl/analogi ini dianggap tepat. Abhari (2011, hlm. 22) menyatakan bahwa:

Otak cepat menangkap informasi dalam bentuk citra/gambar. Dalam proses perkembangan otak, terutama dalam pemahaman kognitif anak, metode analogi sangat disukai oleh otak anak. Analogi adalah menyamakan sebuah konsep dengan sebuah premis tertentu yang sangat dikenal dan mudah dipahami oleh anak dalam bentuk citra. Metode analogi ini bisa dijadikan cara atau pintu masuk dalam dunia anak. Dengannya, orang tua atau guru tidak akan menghindar, bahkan membentak anaknya untuk tidak bertanya lagi. Orang tua atau guru akan menjadi sahabat- sahabat anaknya seiring dengan perkembangan pola pikir atau kognitif anaknya.

Syahidin (2005, hlm. 44) juga mengungkapkan ciri khusus dari metode analogi ini adalah “penyajiannya dapat menyentuh berbagai aspek kepribadian murid, di mana pesan nilai disajikan melalui perumpamaan (analogi) yang dapat menyentuh ranah (domain) peserta didik.”

(18)

Melihat kenyataan tersebut, penulis akan melakukan penelitian tentang penerapan metode amśāl/analogi dalam pembelajaran PAI pada bahasan ‘aqīdaĥ, dalam materi iman kepada Allah. Di samping itu, diketahui bahwa belum ada penelitian tentang penerapan metode amśāl/analogi dalam pembelajaran PAI pada bahasan ‘aqīdaĥ. Adapun penelitian yang sudah dilakukan adalah metode amśāl Qur`ānī dalam pembelajaran PAI pada bahasan akhlak. Penulis berkeyakinan bahwa metode ini akan tepat diterapkan pada bahasan ‘aqīdaĥ (tertentu), terkhusus materi iman kepada Allah sub bab tauhid. Metode amśāl/analogi ini diharapkan akan meningkatkan pemahaman dan penghayatan siswa yang lebih mendalam agar dapat mengaplikasikan nilai agama dalam kehidupannya.

Juga mengingat bahwa bahasan ‘aqīdaĥ terkhusus tauhid merupakan sebuah ilmu yang sangat esensial juga merupakan dasar agama, akhlak dan kehidupan personal-sosial untuk seluruh muslim, yang cukup sulit untuk dipelajari akan tetapi juga harus tetap ditanamkan semenjak dini, karena itu maka penulis mengangkat penelitian ini. Berdasarkan pemikiran yang diterangkan di atas, maka penulis terdorong untuk menulis skripsi ini dengan judul: “Efektivitas Metode Amśāl/Analogi dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Untuk Meningkatkan Ketauhidan Pada Para Siswa (Studi Eksperimen Terhadap

Para Siswa kelas VII SMP Kartika XIX-2 Bandung tahun Pelajaran 2013/2014)

B. Identifikasi Masalah

(19)

ini terjadi salah satunya karena tidak ada kesadaran akan prinsip-prinsip dan norma- norma agama yang harus dijunjung tinggi. Sehingga yang muncul dalam masyarakat yang tidak memperdulikan agama adalah mereka melakukan perilaku menyimpang, seperti mengkonsumsi obat-obatan terlarang, mabuk-mabukan, seks bebas, pemerkosaan, dan lain sebagainya, tanpa memperdulikan dosa ataupun kemurkaan Allah SWT.

Salah satu penyebab kurang adanya kesadaran akan prinsip-prinsip dan norma-norma agama yang harus dijunjung tinggi adalah belum adanya kesadaran nilai tauhid dalam diri mereka. Dan yang patut dijadikan sorotan adalah mengapa kesadaran nilai ketauhidan itu tidak ada/kurang pada diri mereka? Ada beberapa praduga yang timbul. Diantaranya pendidikan agama yang masih berkutat di ranah kognitif (belum benar-benar memperhatikan ranah afektifnya) sehingga nilai-nilai agama masih banyak sebatas hafalan dan tahu saja, sedangkan pemahaman dan pengimplementasiannya belum tercapai dengan baik. Juga metode yang digunakan dalam pembelajaran PAI kurang tepat digunakan dan masih banyak menggunakan metode konvensional. Sehingga pembelajaran PAI kurang berjalan maksimal, dan materi yang disampaikan tidak menyerap dengan baik pada siswa.

Maka dari itu, fokus masalah utama dalam penelitian ini adalah “bagaimana efektivitas dan penerapan metode amśāl/analogi dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan ketauhidan pada para siswa”.

C. Rumusan Masalah

(20)

1. Bagaimana ketauhidan siswa sebelum pembelajaran pendidikan Agama Islam menggunakan metode amśāl/analogi?

2. Bagaimana proses pembelajaran pendidikan agama Islam pada materi Iman kepada Allah dengan menggunakan metode amśāl/analogi dan metode konvensional?

3. Bagaimana ketauhidan siswa setelah pembelajaran pendidikan Agama Islam menggunakan metode amśāl/analogi?

4. Bagaimana perbandingan sebelum dan setelah pembelajaran pendidikan Agama Islam pada materi Iman kepada Allah dengan menggunakan metode amśāl/analogi?

5. Apa saja kelebihan dan kekurangan metode amśāl/analogi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam pada materi iman kepada Allah?

6. Bagaimana efektivitas metode Amśāl/analogi dalam pembelajaran PAI untuk meningkatkan ketauhidan terhadap siswa SMP Kartika XIX-2 Bandung?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini ialah untuk mengetahui bagaimana penerapan metode amśāl/analogi dan efektivitasnya dalam pembelajaran agama Islam untuk meningkatkan ketauhidan pada para siswa. Sedangkan tujuan peneliti dalam penelitian ini ialah :

1. Untuk mengetahui ketauhidan siswa sebelum pembelajaran pendidikan Agama Islam menggunakan metode amśāl/analogi.

2. Untuk mengetahui proses pembelajaran pendidikan agama Islam pada materi Iman kepada Allah sub bab tauhid dengan menggunakan metode amśāl/analogi dan metode konvensional.

(21)

4. Untuk mengetahui perbandingan sebelum dan setelah pembelajaran pendidikan Agama Islam pada materi Iman kepada Allah dengan menggunakan metode amśāl/analogi.

5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan metode amśāl/analogi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam pada materi iman kepada Allah.

6. Untuk mengetahui efektivitas metode amśāl/analogi dalam pembelajaran PAI untuk meningkatkan ketauhidan terhadap siswa SMP Kartika XIX-2 Bandung.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Sebagai sumbangan fikiran terhadap keilmuan Pendidikan Islam khususnya untuk mengembangkan metode amśāl /analogi yang baik dan sesuai dalam upaya pembinaan ketauhidan bagi anak.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini secara praktis diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak terutama yang berhubungan dengan dunia pendidikan Islam.

a. Guru dan Orang tua

1) Untuk memperbaiki metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya dalam Pendidikan tauhid jika ditemui adanya kesulitan dari faktor guru di lapangan atau orang tua di keluarga.

2) Memperhatikan dan mengerti kebutuhan peserta didik/ anak dalam proses pendidikan Agama Islam terkhususnya pendidikan tauhid.

(22)

b. Bagi Siswa SMP Kartika XIX-2 Bandung

1) Memberikan wawasan serta dapat mengembangkan kemampuan dan kualitas daya nalar siswa dalam pendidikan tauhid terkhusunya untuk mengenal Allah.

2) Membantu dalam meningkatkan pemahaman nilai-nilai ajaran Islam pada aspek tauhid.

3) Untuk menambahkan keyakinan mereka kepada Allah yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari- hari.

c. Bagi lembaga (Institusi)

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sasaran yang dapat dipergunakan untuk pengembangan dan peningkatan metode Pendidikan Islam terkhususnya aspek tauhid.

d. Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam

Sebagai masukan untuk lembaga dalam meningkatkan kualitas lulusannya melalui penerapan metode amśāl ini dengan segala karakteristik dan kelebihannya sebagai referensi dan alternatif metode pembelajaran bagi para mahasiswa.

F. Hipotesis

(23)

variabel-variabel yang ada di dalamnya agar dapat dioperasionalnya.” Adapun jenis hipotesis yaitu: hipotesis alternatif (Ha) dan Hipotesis Nihil (H0) (Riduwan, 2011, hlm. 9).

Berdasarkan penjelasan di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H0: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara peningkatan tauhid

siswa yang belajar menggunakan metode amśāl/analogi dan yang belajar menggunakan metode non amśāl/analogi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam.

Ha: Terdapat perbedaan yang signifikan antara peningkatan tauhid

siswa yang belajar menggunakan metode amśāl/analogi dan yang belajar menggunakan metode non amśāl/analogi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam.

Hipotesis di atas dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan metode amśāl/analogi peningkatan ketauhidan para siswa secara signifikan akan lebih meningkat.

G. Struktur Organisasi Skripsi

Sebagai karya ilmiah/akademik, skripsi ini disusun dengan sistematika yang baku. Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah:

Bab I Pendahuluan, meliputi : A. Latar Belakang Masalah, B. Identifikasi Masalah, C. Rumusan Masalah, D. Tujuan Penelitian, E. Manfaat Penelitian, F. Hipotesis, G. Struktur Organisasi Skripsi.

(24)

meliputi pembelajaran PAI yang membahas mengenai definisi pembelajaran PAI, Kurikulum PAI, perencanaan PAI, pelaksanaan pembelajaran PAI dan evaluasi pembelajaran PAI. Kelima, Pokok bahasan materi ajar Iman Kepada Allah, yaitu BAB 2 mengenai pengenalan pada Allah melalui sifat-sifatnya. Kemudian membahas Konsep Tauhid yang mencakup Konsep Iman kepada Allah dan Konsep Tauhid.

Bab III Metodologi Penelitian, meliputi: A. Lokasi, Subjek Populasi, dan Sampel Penelitian, B. Metode Penelitian, C. Pendekatan Penelitian, D. Desain Penelitian, E. Definisi Operasional, F. Instrumen Penelitian dan Proses Pengembanganya, G. Teknik Pengumpulan Data, H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian, I. Teknik Pengolahan Data.

Bab IV Pembahasan: A. Hasil Penelitian, meliputi: Pembahasan Mengenai Ketauhidan Siswa Sebelum dan Setelah Penerapan Metode

Amśāl/Analogi, Proses Pembelajaran dengan Metode Amśāl/Analogi dan Konvensional, Perbandingan Hasil Pemahaman Siswa Sebelum dan Setelah Penerapan Metode Amśāl/Analogi, Kelebihan dan Kekurangan Metode

Amśāl/Analogi, dan Efektivitas Metode Amśāl/Analogi dalam Pembelajaran PAI.

Bab V Penutup, meliputi: Kesimpulan dan Rekomendasi.

(25)

BAB III

METODE TEKNIK DAN PROSEDUR A. Lokasi, Subjek Populasi, dan Sampel Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini ialah tempat berlangsungnya penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Kartika Siliwangi XIX-2 Bandung. Terletak di Jl. Pak Gatot Raya No. 73 S KPAD Gegerkalong Bandung.

Dipilihnya lokasi tersebut didasarkan atas beberapa pertimbangan pada temuan dilapangan : pertama, sekolah ini cukup terkenal dengan banyaknya siswa yang cukup bermasalah dengan perilakunya (pelanggaran); kedua, sekolah ini terletak di daerah perkotaan yang strategis dan mudah untuk dijangkau; ketiga, sekolah ini juga memiliki visi yang sangat baik yaitu “Unggul dalam Prestasi berdasarkan Imtaq” (berdasarkan hasil dokumentasi yang didapat dari bagian Tata Usaha dalam kegiatan PPL peneliti). Di sini Imtaq merupakan penerapan dari agama yang dijadikan landasan untuk menghasilkan siswa yang dapat mengoptimalkan potensinya, yaitu unggul dalam prestasi akademik, keagamaan, disiplin, ekstrakulikuler dan budi pekerti.

Populasi dalam penelitian ini merujuk pada tulisan Sugiyono (2012, hlm. 177) yang menjelaskan bahwa

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Senada dengan tulisan Sugiyono di atas, Fathoni (2006, hlm. 103) menyebutkan bahwa populasi ialah “keseluruhan unit elementer yang parameternya akan diduga melalui statistika hasil analisis yang dilakukan

(26)

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Kartika XIX-2 Bandung tahun pembelajaran 2013/2014 dan merekalah yang dijadikan subjek penelitian oleh peneliti. Adapun anggota populasi penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 3.1 Anggota Populasi Penelitian

No. Kelas Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

1 VII A 20 20 40

2 VII B 16 19 35

3 VII C 18 20 38

4 VII D 22 20 42

(Kabag. Kurik ulum SMP KARTIKA XIX-2, bulan Januari 2014)

Dalam suatu penelitian, khususnya penelitian survei, penilitian tidak perlu menghadapi seluruh populasi sebagai sasaran penelitiannya, apalagi jumlah populasinya cukup besar, tetapi cukup meneliti sebagian dari populasi tersebut, dengan syarat sampel yang dihadapi itu dapat menggambarkan karakteristik populasi yang diwakili secara representatif (Fathoni, 2006, hlm. 102).

Sampel. Apa yang dimaksud dengan sampel? Menurut Arikunto (2010, hlm. 174), yang dimaksud sampel adalah “sebagian atau wakil populasi yang diteliti.” Berdasarkan pengertian ini, maka sampel harus dapat mewakili seluruh populasi yang diamati sehingga dalam pengambilan sampel harus benar-benar baik dan benar agar sampel yang diperoleh dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Sehingga sampel dapat diartikan sebagai bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Untuk menentukan sampel yang akan diambil, maka ditentukan terlebih dahulu teknik pengambilan sampel yang akan digunakan. Adapun jenis sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling.

(27)

... teknik pengambilan sampel memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Unsur yang dimaksud disini adalah kelas/rombel pembelajaran. Karena untuk memenuhi kepraktisan implementasi metode Amśāl/analogi dalam pembelajaran PAI, peneliti menganggap cukup dua kelas belajar saja dan dua kelas itulah yang dijadikan sampel. Teknik probability sampling ini meliputi, simple random

sampling, proportionate stratified random sampling,

disproportionate stratified random, sampling area (cluster) sampling (sampling menurut daerah).

Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple

random sampling. Hal tersebut dilakukan karena sebagai pertimbangan

untuk menghemat waktu, biaya dan tenaga. Selain itu peneliti juga berasumsi bahwa anggota populasi dinilai cukup homogen juga merata kemampuan akademiknya, dalam artian bahwa setiap kelas VII yang berjumlah empat kelas memiliki pengalaman dan prestasi belajar yang sama (berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dalam kegiatan PPL peneliti pada semester ganjil tahun 2013/2014 dan informasi yang didapat dari guru PAI kelas VII, karena pembagian kelas pada kelas VII bukan berdasarkan tinggi rendahnya nilai akademik).

Terkait dengan yang dipaparkan di atas, Sugiyono (2012, hlm. 120) mengatakan teknik simple random sampling, itu simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Sebagaimana dalam gambar berikut

Diambil secara

random

Gambar 3.1 Teknik Simple Random Sampling Sampel yang representatif Populasi

(28)

Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII B dan VII C SMP KARTIKA XIX-2 Bandung. Adapun rincian anggota sampel yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut :

Tabel 3.2 Anggota Sampel Penelitian

No. Kelas Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

1 VII B 16 19 35

2 VII C 18 20 38

Jumlah 34 39 73

(Kabag. Kurik ulum SMP KARTIKA XIX-2, bulan Januari 2014)

B. Metode Penelitian

Secara umum, metode penelitian membahas bagaimana penelitian dilakukan. Metode penelitian yang dimaksud oleh peneliti ialah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang dihadapi. Dalam proses penelitian yang ilmiah, harus menggunakan metode yang tepat dan sesuai dengan kajian penelitian, agar tujuan penelitian dapat tercapai dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Terkait dengan maksud tersebut Sudjana dan Ibrahim (2001, hlm. 172) menyatakan bahwa:

...metode penelitian menjelaskan bagaimana prosedur penelitian itu akan dilaksanakan. Artinya bagaimana cara memperoleh data empiris untuk menjawab pertanyaan penelitian atau menguji hipotesis.

(29)

Pengertian metode eksperimen yang dimaksud oleh peneliti, sejalan dengan tulisan Sugiyono (2011, hlm. 72) yang mengatakan bahwa

Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.

Senada dengan tulisan Sugiyono di atas, bahwa studi penelitian eksperimen pada prinsipnya dapat didefinisikan sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab akibat (Sukardi, 2007, hlm. 179).

C. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan angka-angka dalam penyajian data dan analisis yang menggunakan uji statistik. Sebagaimana yang diungkap Sugiyono (2011, hlm. 7) bahwa disebut dengan “metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.”

Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang diawali/dipandu oleh hipotetis tertentu, yang salah satu tujuannya adalah menguji hipotesis yang ditentukan sebelumnya. Senada dengan hal tersebut Sugiyono (2012, hlm. 76) berpendapat bahwa

Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, di mana pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Agar lebih jelas dan tegas untuk mengidentifikasi guna melaksanakan pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini, peneliti kutipkan pendapat Arikunto (2002, hlm. 11) yang mengemukakan ciri-ciri penelitian kuantitatif sebagai berikut:

(30)

b. Penelitian kuantitatif merupakan eksperimental atau percobaan yang dilakukan secara terencana, sistematis, dan terkontrol dengan ketat, baik dalam bentuk desain fungsional maupun desain faktorial.

c. Penelitian kuantitatif lebih tertuju pada penelitian tentang hasil dari pada proses.

d. Penelitian kuantitatif cenderung merupakan prosedur pengumpulan data melalui observasi untuk membuktikan hipotesis yang dideduksi dari dalil atau teori.

e. Penelitian kuantitatif terutama bertujuan menghasilkan penemuan-penemuan baik dalam bentuk teori baru atau perbaikan teori lama. D. Desain Penelitian

Dalam penelitian eksperimen, ada beberapa bentuk desain eksperimen. Sebagaimana yang ditulis oleh Sugiyono (2012, hlm. 108) bahwa “desain eksperimen yang dapat digunakan diantaranya yaitu pre-experimental design, true pre-experimental design, factorial design, dan quasi

experimental design.”

Karena sampel dalam penelitian ini diambil secara random/acak, maka desain yang digunakan adalah true experimental. Ciri utama dari true

experimental adalah, bahwa sampel yang digunakan untuk eksperimen

maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random dari populasi tertentu (Sugiyono, 2012, hlm. 112).

Adapun desain true experimental yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah Pretest-Posttest Control Group Design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pre

test untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol (Sugiyono, 2012, hlm. 113).

Penelitian ini dilaksanakan pada satu kelompok pembanding atau kelompok kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan (treatment) dan satu kelompok eksperimen yang mendapatkan perlakuan (treatment). Dalam pelaksanaan test (pre test dan post test) hanya dilakukan satu kali.

(31)

Pengukuran keberhasilan penerapan metode pembelajaran tersebut dilakukan dengan menghitung perbedaan nilai rerata pre test dan post test. Skema desain ini dapat digambarkan seperti gambar berikut:

Gambar 3.2 Desain Penelitian Pretest-Post Control Group Design Sumber: Sugiyono (2012, hlm. 112)

Keterangan: R adalah kelompok eksperimen R adalak kelompok kontrol

X adalah treatment atau perlakuan

01 adalah nilai pre-test kelompok eksperimen

02 adalah nilai post-test kelompok eksperimen

03 adalah nilai pre-test kelompok kontrol

04 adalah nilai post-test kelompok kontrol

Dalam penelitian eksperimen ini peneliti mengambil sampel dari dua kelompok, yaitu kelas VII B dan kelas VII C. Kelas VII B dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas VII C dijadikan sebagai kelas kontrol. Kelas kontrol menggunakan metode pembelajaran konvensional (non amśāl/analogi), sedangkan kelas eksperimen menggunakan metode pembelajaran amśāl/analogi. Hal ini bertujuan untuk mengukur sejauhmana tingkat keefektifan metode amśāl/analogi yang diterapkan pada kelas eksperimen pada materi ketauhidan yang terdapat dalam sub bahasan iman kepada Allah dibandingkan pada kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional.

E. Definisi Operasional

Kesalahan dalam menafsirkan istilah yang ada pada judul penelitian bisa terjadi, oleh karena itu, penulis membuat penjelasan istilah yang dapat

R 01 X 02

(32)

memberi gambaran mengenai peristilahan dalam penelitian ini agar tidak terjadi salah penafsiran. Definisi operasional ini dimaksudkan juga agar dapat dijadikan pedoman untuk mencari variabel dan pengembangan instrumen penelitian. Adapun definisi operasional dalam judul ini adalah:

1. Efektivitas

Dalam KBBI (Nasional, 2008, hlm. 352) efektivitas adalah

...berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya), manjur atau mujarab, dapat membawa hasil. Penilaian yang dibuat sehubungan dengan prestasi individu, kelompok organisasi, makin dekat pencapaian prestasi yang diharapkan semakin lebih efektif hasil penilaiannya.

Sedangkan menurut komariah (Komariah, 2010, hlm. 34) yang dimaksud efektivitas adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana sasaran atau tujuan (kualitas, kuantitas dan waktu) telah dicapai. Dalam bentuk persamaan, efektivitas adalah sama dengan hasil nyata dibagi hasil yang diharapkan.

Sehingga efektivitas dapat diartikan tercapainya tujuan sesuai dengan yang diharapkan, atau direncanakan sebelumnya. Jadi yang dimaksud efektfitas dalam penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh dan berhasilnya penerapan metode amśāl/analogi terhadap peningkatan ketauhidan pada para siswa pada pembelajaran PAI.

2. Metode Amśāl/Analogi

Dalam pengertian sederhana menurut Syahidin (2009, hlm. 43) metode dapat diartikan sebagai suatu cara untuk menyampaikan suatu nilai tertentu dari si pembawa pesan kepada si penerima pesan. Dalam konteks pendidikan, si pembawa pesan disebut guru dan si penerima pesan disebut murid.

Dikatakan pula, definisi maśāl ( لاثم ) adalah menonjolkan sesuatu makna (yang abstrak) dalam bentuk yang indrawi agar menjadi indah dan menarik (Al-Qaṭṭan , 2009, hlm. 403).

(33)

tujuan dan atau manfaat dari perumpamaan tersebut (Syahidin, 2009, hlm. 79).

Ciri-ciri metode amśāl yang dimaksud dalam penelitian ini adalah adanya dua hal yang dibandingkan (satu menjadi pembanding dan satu menjadi hal yang dibandingkan), adanya unsur/aspek kesamaan yang diperbandingkan, serta membandingkan hal yang abstrak dengan hal yang konkrit.

Adapun perumpamaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perumpamaan yang diambil dari fenomena keseharian yang dialami oleh siswa, sehingga diharapkan dengannya mampu mempermudah pemahaman dan penghayatan materi iman kepada Allah terkhusus sub tauhid.

3. Pembelajaran Agama Islam

Pembelajaran agama Islam merupakan bagian dari pendidikan agama Islam. Pendidikan agama Islam dapat didefinisikan sebagai:

Suatu program pendidikan yang menanamkan nilai-nilai Islam melalui proses pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas yang dikemas dalam bentuk mata pelajaran dan diberi nama pendidikan agama Islam disingkat PAI.” (Syahidin 2009, hlm. 1).

Sedangkan menurut Mulyasa, sebagaimana yang dikutip oleh Ismail (2008, hlm. 10) bahwa pembelajaran pada hakekatnya adalah interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.

Pembelajaran juga merupakan suatu proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran (Sagala, 2010, hlm. 62).

(34)

Adapun pembelajaran agama Islam yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah materi Iman kepada Allah (Iman kepada sifat Allah) di kelas VII dengan menggunakan metode amśāl/analogi.

4. Ketauhidan

Tauhid bermakna Allah adalah wujud yang Esa, tidak ada wujud lain yang serupa dan seperti dengannya, Allah adalah wujud yang memiliki keesaan sifat ketuhanannya (Rizal, dkk. (1995, hlm. 6).

Ilmu tauhid adalah menetapkan keesaan (wahdaĥ) Allah SWT dalam zat-Nya, dalam menerima peribadatan dari makhluknya, dan meyakini bahwa Dia-lah tempat kembali, satu-satunya tujuan (Perpustakaan Nasional RI, 2005, hlm. 106).

Dari beberapa pengertian di atas yang dimaksud ketauhid an dalam penelitian ini adalah sebuah keyakinan mengesakan Allah yang direalisasikan dalam perbuatan, tidak menyukutukannya dengan apapun. Dengan kata lain tidak ada syirik. Adapun beberapa sikap syirik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah syirik khafī , yaitu:

Taţayyur dan kepercayaan terhadap hari-hari naas.

Tamīmaĥ, kepercayaan kepada jimat, dan jampe-jampe.

 Berwasilah dengan orang yang sudah mati dan meminta berkah kepada selain Allah.

 Astrologi.

 Dan kepercayaan terhadap dukun dan sihir. 5. Para Siswa

Para siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa SMP kelas VII yang berada pada masa peralihan, yaitu fase remaja awal.

(35)

hīd, pada proses pembelajaran nilai-nilai Islam di sekolah, yang dengannya diharapkan mampu meningkatkan ketauhidan para siswa.

F. Instrumen Penelitian dan Proses Pengembangannya

Ciri dari penelitian yang baik adalah penelitian yang memiliki kualitas baik dan yang mempengaruhi kualitas penelitian adalah kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Sugiyono mengungkapkan (2011, hlm. 120) bahwa “pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam.”

Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian (Sugiyono, 2011, hlm. 102).

Senada dengan hal ini, Purwanto (2010, hlm. 183) juga menjelaskan bahwa instrumen merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dengan cara melakukan pengukuran.

Dari pemaparan di atas, dapat terlihat bahwa instrumen merupakan hal yang penting dalam sebuah penelitian dan merupakan salah satu penentu baik buruknya sebuah penelitian. Maka dari itu, peneliti akan memaparkan instrumen yang digunakan peneliti dan pengembangannya.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga instrumen, yaitu tes, angket, dan lembar observasi.

1. Tes

(36)

proses belajar materi sub bahasan Iman Kepada Allah. Sedangkan Post tes dilaksanakan untuk mengetahui kualitas tauhid siswa sesudah mengikuti proses belajar materi sub bahasan Iman Kepada Allah.

Berkaitan dengan pengadaan instrumen, apabila sudah tersedia instrumen yang terstandar, maka peneliti boleh meminjam dan menggunakan untuk pengumpulan data. Bagi instrumen yang belum ada persediaan di lembaga pengukuran dan penilaian, maka peneliti harus menyusun sendiri, mulai dari merencanakan, menyusun, mengadakan uji coba, merevisi. Jika sudah diujicobakan ternyata instrumen belum baik, maka perlu diadakan revisi sampai benar-benar diperoleh instrumen yang baik (Sugiyono, 2011, hlm. 166).

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan instrumen tes yang sudah diuji cobakan dan digunakan dalam sebuah penelitian oleh beberapa dosen Jurusan MKDU Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam yaitu Dr. Syamsu Rizal, M. Pd., Dr. Abas Asyafah, M.Pd., dan Anwar Azmi, M.Pd. melalui persetujuan yang bersangkutan terlebih dahulu.

Adapun penggunaan instrumen tes ini, berdasarkan pada salah satu tujuan penelitian yakni untuk mengetahui sejauhmana efektivitas metode Amśāl/analogi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan ketauhidan para siswa pada sub materi Iman kepada Allah dan output yang diharapkannya adalah meningkatnya kualitas ketauhidan para siswa. Materi tes yang disusun merupakan tes objektif pilihan ganda dengan alternatif tiga pilihan. Kemudian para siswa diminta memberikan satu pilihan jawaban menurut keyakinannya.

(37)

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

No. Jenis Syirik Nomor Item Prosentase 1.

2.

3.

4.

5.

Taţayyur dan kepercayaan

terhadap hari-hari naas

Tamīmaĥ, kepercayaan kepada

jimat, dan jampe-jampe

Berwasilah dengan orang yang sudah mati dan meminta berkah kepada selain Allah

Astrologi

Kepercayaan terhadap dukun dan sihir

1, 6, 11, 21, 26, 31, dan 36

2, 7, 12, 17, 22, 27,32, dan 37

3, 8, 13, 18, 23, 28, dan 33

4, 9, 14, 19, 24, 29, 34, dan 38

5, 10, 15, 16, 20, 25, 30, dan 35 21,05% 21,05% 18,42% 21,05% 18,42%

Jumlah 38 Item 100%

Sumber : (Rizal, dkk., 1995, hlm. 20)

Jumlah item tes instrumen penelitian ini pada awalnya banyak, tetapi setelah ditimbang ternyata ada sejumlah item yang tidak memenuhi syarat butir item yang baik, maka item tersebut tidak dipakai (Rizal, dkk., (1995, hlm. 20).

[image:37.596.157.512.130.581.2]
(38)

nihil). Kedua, item-item soal atau butir-butir soal tes yang digunakan dalam perhitungan skor adalah butir soal yang (a) mempunyai tingkat kesukaran yang seimbang dan professional, (b) mempunyai daya pembeda yang dapat diterima, dan (c) mempunyai reliabilitas dan validitas yang memadai, (d) yang mempunyai koefisien korelasi tiap butir soal dengan skor total yang memadai, dan (e) yang tiap-tiap option pengecohnya (distraktornya) pada setiap butir soal berfungsi (Rizal, dkk.,1995, hlm.21).

Sebelum diberikan kepada responden, angket harus diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu, hal ini merupakan hal yang harus dilakukan, karena angket yang tidak valid dan reliabel akan menghasilkan data yang tidak valid dan reliabel juga. Sebagaimana yang divisualkan oleh Arikunto (2010, hlm. 211) dalam bagan berikut ini:

Gambar 3.3 Keampuhan Instrumen

Meskipun data tentang ketauhidan dalam penelitian ini diungkap menggunakan tes yang telah diuji dalam sebuah penelitian sebelumnya, serta sudah terbukti validitas dan realibilitasnya, peneliti tetap melakukan uji soal terlebih dahulu. Soal diujicobakan pada kelas yang relevan, karena sub bahasan Iman Kepada Allah ini ada pada materi kelas VII, maka soal-soal ini diujicobakan pada siswa kelas VII SMPN 9 Bandung sebagai langkah uji validitas dan reabilitas, sebab pada penelitian sebelumnya soal digunakan untuk mahasiswa di Perguruan Tinggi.

Kesimpulan sesuai dengan kenyataan

Data tidak benar

Kesimpulan tidak sesuai dengan kenyataan Instrumen tidak baik

(39)

Setelah diujicobakan, maka soal tersebut dianalisa kevalidan dan reabilitasnya. Adapun analisanya adalah sebagai berikut.

Validitas. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2012, hlm. 173).

Dalam menghitung dan menganalisis validitas uji coba ini, peneliti menggunakan bantuan software SPSS 20.00, dengan cara: Analyze >

Correlate > Bivariate. Selanjutnya blok semua item instrumen dan jumlah

skor yang ada disebelah kiri kotak data dan pindahkan ke sebelah kanan kotak dengan cara meng-klik tombol segitiga yang ada di tengah kedua kotak. Pastikan pilihan coefficient correlation adalah pearson, lalu klik tombol OK. Maka akan mucul hasil penghitungan otomatisnya.

Untuk mengetahui soal-soal yang valid dan tidak valid, maka dilakukan pengecekan hasil penghitungan dengan ttabel. Tingkat validitas instrumen atau product moment dengan jumlah siswa sebanyak 91 siswa adalah sebesar 0,205. Standar yang digunakan dalam validitas kriteria tersebut menggunakan ketentuan berikut: ttabel diketahui signifikansi untuk

0,05 dan dk soal (91 – 2 = 89) maka diperoleh ttabel 0,205 (Sukardi, 2007.

Hlm. 224) . Jika thitung > ttabel maka valid dan thitung < ttabel tabel maka tidak

valid. Dari 38 soal yang diujikan tersebut maka diperoleh hasil 29 pertanyaaan yang dikatakan valid karena melebihi nilai standar tingkat validitas yaitu 0,205. Dan berikut adalah nomor item yang dinyatakan valid : 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 18, 21, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 35, dan 37.

(40)

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Instrumen No.

Soal

Nilai

Korelasi Interpretasi Keterangan

1 0,306 Valid Digunakan

2 0,244 Valid Digunakan

3 0,243 Valid Digunakan

4 0,150 Invalid Tidak Digunakan

5 0,390 Valid Digunakan

6 0,349 Valid Digunakan

7 0,409 Valid Digunakan

8 0,329 Valid Digunakan

9 0,354 Valid Digunakan

10 0,209 Valid Digunakan

11 0,209 Valid Digunakan

12 0,159 Invalid Tidak Digunakan

13 0,419 Valid Digunakan

14 0,243 Valid Digunakan

15 0,210 Valid Digunakan

16 0,555 Valid Digunakan

17 0,061 Invalid Tidak Digunakan

18 0,232 Valid Digunakan

19 0,180 Invalid Tidak Digunakan

20 0,057 Invalid Tidak Digunakan

21 0,383 Valid Digunakan

22 0,167 Invalid Tidak Digunakan

23 0,234 Valid Digunakan

24 0,283 Valid Digunakan

25 0,226 Valid Digunakan

26 0,298 Valid Digunakan

[image:40.596.149.505.134.749.2]
(41)

28 0,383 Valid Digunakan

29 0,234 Valid Digunakan

30 0,111 Invalid Tidak Digunakan

31 0,457 Valid Digunakan

32 0,216 Valid Digunakan

33 0,243 Valid Digunakan

34 0,373 Valid Digunakan

35 0,234 Valid Digunakan

36 0,033 Invalid Tidak Digunakan

37 0,457 Valid Digunakan

38 1 Invalid Tidak Digunakan

Reabilitas. Di samping uji validitas, maka berdasarkan data di atas diuji pula tingkat reliabilitasnya. Realibilitas menunjukkan ketetapan skor yang diperoleh ketika perangkat tes diujikan secara berulang kepada seseorang dalam waktu yang berbeda. Hal ini merujuk kepada tulisan Sugiyono (2011, hlm. 173) yang mengatakan bahwa “instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama”.

Nilai reliabilitas perangkat tes ditunjukkan oleh koefisien reliabilitas yang diperoleh dengan rumus Rulon sebagai berikut (Arikunto, 2010, hlm. 228):

r11 = 1 - Vd

Vt

Keterangan:

r11 = realibilitas instrumen

Vt = varians total atau varians skor total

(42)

Adapun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bantuan ANATES Ver. 4.0.9. Interpretasi reliabilitas dilihat dari hasil perhitungan, apabila r> 0,70 maka dikatakan reliabel, sedangkan apabila r < 0,70 maka dikatakan tidak reliabel. Dari hasil perhitungan koefisien reliabilitas adalah 0, 87 yang berarti bahwa tingkat reliabilitas instrumen tes ini adalah tinggi. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat di lampiran E.

Setelah dilakukan uji validitas dan juga relibilitas dengan bantuan SPSS versi 20.00 dan ANATES Ver. 4.0.9, didapatkan 29 item yang layak. Setelah itu peneliti menata kembali semua pernyataan yang sudah lolos seleksi pada tahap di atas dan memperbaiki butir pernyataan yang masih perlu penghalusan serta menyusun kembali set pernyataan untuk dijadikan instrumen final. Adapun tabel spesifikasi soal dapat dilihat di tabel berikut.

Tabel 3.5 Spesifikasi Soal (Instrumen Penelitian) Ketauhidan

Aspek yang diungkap

(Jenis Syirik) No. Soal Jumlah Prosentase

Taţayyur dan

kepercayaan terhadap hari-hari naas

1, 6, 11, 16, 21,

dan 26 6 20, 7%

Tamīmaĥ, kepercayaan kepada jimat, dan jampe-jampe

2,7, 12, 17, dan

22 5 17, 2%

Berwasilah dengan orang yang sudah mati dan meminta berkah kepada selain Allah

3,8,13,18, 23, 27, dan 29

7 24, 1%

Astrologi 4, 9, 14, 19, dan

24 5 17, 2%

Kepercayaan terhadap dukun dan sihir

5,10, 15, 20, 25,

dan 28 6 20, 7%

[image:42.596.145.512.403.755.2]
(43)

2. Angket

Kuesioner/angket adalah sejumlah pertanyaan yang tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Sugiyono, 2011, hlm. 151).

Begitupun menurut Sugiyono (2011, hlm. 152), kuesioner dapat dibedakan atas beberapa jenis, tergantung pada sudut pandang

a. Dipandang dari cara menjawab, maka ada;

1. Kuesioner terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri.

2. Kuesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tingga memilih.

b. Dipandang dari jawaban yang diberikan, ada:

1. Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya. 2. Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden menjawab

tentang orang lain.

Adapun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner/angket tertutup, karena sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih. Dilihat dari segi jawaban yang diberikan, peniliti menggunakan kuesioner langsung, karena responden menjawab tentang dirinya. Sedangkan dilihat dari bentuknya, peneliti menggunakan kuesioner/angket dalam bentuk check list, karena responden tinggal membubuhkan tanda

check pada kolom yang sesuai.

(44)

Agama Islam pada materi ajar Iman Kepada Allah dan disatukan dengan instrumen post test. Menurut Iskandar (2010, hlm. 26) skala diferensial semantik mempunyai tiga dimensi dasar sikap seseorang terhadap objek, yaitu potensi (kekuatan atau atraksi fisik suatu objek), evaluasi (hal-hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan suatu objek) dan aktivitas (tingkatan gerakan suatu objek).

(45)

Tabel 3.5 Kisi-kisi Angket Skala Diferensial Semantik

3. Lembar Observasi

Lembar observasi ini berisi tentang apa yang terjadi selama proses pembelajaran, dengan harapan hal-hal yang tidak teramati oleh peneliti ketika penelitian berlangsung dapat ditemukan. Lembar observasi ini mengungkapkan keseluruhan interaksi antara guru dan peserta didik, maupun peserta didik dengan bahan ajar yang diberikan. Hasil lembar observasi ini dianalisis untuk mengetahui bagaimana jalannya penerapan metode amśāl/analogi dalam KBM mata pelajaran PAI. Hal-hal yang tidak

PENILAIAN

Positif 5 4 3 2 1 Netral 1 2 3 4 5 Negatif

Menarik Membosankan

Mudah diikuti Sulit diikuti

Menyenangkan Menyebalkan

Mudah diingat Sulit diingat

Menggairahkan Menjenuhkan

Memberi

semangat belajar Agama Islam

Melemahkan semangat belajar Agama Islam Mempermudah

pemahaman materi iman kepada Allah (Sub bab Tauhid)

Mempersulit

pemahaman materi iman kepada Allah (Sub bab Tauhid) Mempermudah

penghayatan materi iman kepada Allah (Sub bab Tauhid)

Mempersulit

penghayatan materi iman kepada Allah (Sub bab Tauhid) Meningkatkan

kesadaran iman kepada Allah (Sub Bab Tauhid)

Menurunkan kesadaran iman kepada Allah (Sub Bab Tauhid)

Mempermudah pengamalan materi iman kepada Allah (Sub bab Tauhid)

Mempersulit

[image:45.596.107.539.139.571.2]
(46)

teramati pada proses pembelajaran yang telah dilakukan dapat dievaluasi dan menjadi masukan dalam pembahasan keberhasilan/kegagalan penerapan metode yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun lembar observasi ini berbentuk cheklist dan memuat kolom keterangan yang berisi komentar tentang kekurangan saat aktivitas proses pembelajaran berlangsung. Instrumen ini dapat dilihat pada lampiran C.

G. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Arikunto (2006, hlm. 118) “Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi.” Hal ini senada dengan yang diungkapkan Fathoni (2006, hlm. 104) bahwa “data artinya informasi yang didapat melalui pengukuran- pengukuran tertentu, untuk digunakan sebagai landasan dalam menyusun argumentasi logis menjadi fakta.”

Dalam suatu penelitian, data merupakan bahan yang sangat diperlukan untuk dapat dianalisis. Karena dari data dan kegiatan analisis kita dapat mengambil suatu kesimpulan yang merupakan hasil dari sebuah penelitian. Untuk itu diperlukan suatu teknik pengumpulan data yang relevan dengan tujuan penelitian.

Secara metodologis dikenal beberapa macam teknik pengumpulan data, diantaranya observasi, wawancara, angket, dan studi dokumentasi (Fathoni, 2006, hlm. 104).

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah; a. Tes. Tes dapat diartikan serentetan pertanyaan atau latihan serta alat

(47)

b. Angket. Angket dapat diartikan sejumlah pertanyaan/pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006). Angket digunakan juga oleh peneliti untuk teknik mengumpul data, dikarenakan data yang akan diambil selain untuk mengukur ketauhidan juga untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan metode yang dieksperimenkan. Dan hal tersebut akan terungkap dari pendapat para objek penelitian yang dituangkan dalam jawaban angket tersebut. c. Observasi. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila,

penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2011, hlm. 203). Observasi yang dilakukan pada penelitian ini dimaksudkan untuk melihat relevansi antara perencanaan pembelajaran yang telah tertuang dalam RPP dengan keterlaksanaan atau kegiatan yang terjadi di lapangan serta temuan-temuan yang terkait dengan pembelajaran. Pada penelitian ini, peneliti melakukan observasi berperan serta (Participant Observation), artinya peneliti bertindak sebagai pengamat sekaligus subjek penelitian. Observasi ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang aktifivitas yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung, yang meliputi aktivitas guru dan siswa. Observasi ini dilakukan oleh observer dari pihak luar karena peneliti pada saat observasi berlangsung menjadi guru yang melaksanakan KBM.

H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Pada prosedur penelitian ini ada beberapa tahapan yang dilakukan oleh peneliti, yaitu:

(48)

instrumen penelitian dan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) serta bahan ajar penelitian yang disertai dengan proses bimbingan kepada dosen pembimbing, (g) melakukan uji coba soal ke SMPN 9 Bandung (h) mengajukan surat izin melaksanakan penelitian dari Universitas Pendidikan Indonesia (menyampaikan surat izin penelitian kepada kepala SMP Kartika XIX-2 Bandung)

2) Tahap Pengumpulan Data

Pelaksanaan penelitian disesuaikan dengan jadwal yang telah ditentukan oleh sekolah, adapun pelaksanaanya sebagai berikut: (a) pemberian tes awal (pre test) terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol, (b) melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode

amśāl/analogi pada kelas eksperimen dan metode konvensional pada kelas kontrol, (c) melaksanakan tes akhir (post test) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Khusus untuk kelas eksperimen diberikan angket skala diferensial semantik untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dari penggunaan metode amśāl/analogi. Adapun untuk pemberian perlakuan/treatment pada kelas eksperimen dan pembelajaran pada kelas kontrol dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri.

3) Tahap Pengolahan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari hasil pre test dan post test yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Selain itu, khusus untuk kelas eksperimen diberikan pula angket diferensial semantik untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dari pembelajaran metode amśāl/analogi. Setelah data

Gambar

Tabel 3.1 Anggota Populasi Penelitian
gambar berikut
Tabel 3.2 Anggota Sampel Penelitian
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan keenam nilai diatas, metode penelitian pada program KUM3 hanya menggunakan empat variabel saja yaitu nilai sosial, nilai teori, nilai ekonomi, dan

Produksi Dan Pemanfaatan Protease Dari Bacillus subtilis Dan Bacillus pumilus untuk Unhairing Kulit Sapi Sebagai Bahan Baku Kerupuk Rambak.. Universitas Pendidikan Indonesia |

surat dinas dari Satuan Organisasi yang akan dikirim melalui kantor pos Polri harus dicatat ke dalam buku ekspedisi, kemudian Paktir menyerahkan buku ekspedisi

Pemanfaatan Hutan Wisata Situ Kabuyutan Sebagai Sumber Belajar Pada Mata Pelajaran Geografi SMA Negeri Di Kabupaten Garut.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Tenaga kerja tidak hanya sebagi subyek yang melakukan segala kegiatan pembangunan, akan tetapi juga penting karena pendapatan yang mereka peroleh dari pekerjaan

Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University

Rangkaian Pulse Code Modulation pada Module ED Laboratory 2960 F terdiri dari clock generator, voltage follower, voltage comparator, counter, latch dan shift register..

Proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang terintegrasi dengan Pendidikan Lingkungan hidup selalu dikaitkandengankedupan. siswa, serta merangsang siswa untuk