PENGARUH MENONTON PERTANDINGAN SEPAKBOLA DI TELEVISI TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK DALAM BERMAIN
SEPAKBOLA
(Studi Ex Post Facto Tentang Perilaku Sosial Anak Penonton Berat/Sering dan
Perilaku Sosial Anak Penonton Ringan/Jarang dalam Bermain Sepakbola)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar
Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Olahraga
OLEH
Romi Cendra
1201389PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENGARUH MENONTON PERTANDINGAN SEPAK BOLA DI
TELEVISI TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK DALAM
BERMAIN SEPAK BOLA
Oleh Romi Cendra S.Pd SPS Bandung, 2014
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana Jurusan Pendidikan Olahraga
© Romi Cendra 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Halaman Pengesahan Tesis
ROMI CENDRA
PENGARUH PERTANDINGAN SEPAKBOLA DI TELEVISI TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK DALAM BERMAIN SEPAKBOLA
(Studi Ex Post Facto Tentang Perilaku Sosial Anak Penonton Berat/Sering dan Perilaku Sosial Anak Penonton Ringan/Jarang dalam Bermain Sepakbola)
disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Pembimbing I
Dr. R. Boyke Mulyana, M.Pd NIP. 196210231989031001
Pembimbing II
Dr. Dian Budiana, M.Pd NIP. 197706292002121002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Olahraga
Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 4
C. Rumusan Masalah Penelitian ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
F. Struktur Organisasi ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7
A. Media Massa Televisi (TV) ... 7
1. Pengertian Televisi ... 7
2. Pertelevisian Indonesia ... 8
3. Fungsi Media Massa Televisi ... 9
4. Dampak Media Massa Televisi ... 11
5. Intensitas dan Frekuensi Menonton TV ... 16
6. Televisi dan Sepakbola ... 17
B. Perilaku Sosial ... 20
1. Perilaku Sosial ... 20
2. Faktor-faktor Pembentuk Perilaku Sosial ... 22
3. Bentuk dan Jenis Perilaku Sosial ... 24
C. Karakteristik Pemain Sepakbola ... 27
D. Kerangka Berpikir ... 28
E. Penelitian Terdahulu ... 30
F. Asumsi Dasar Penelitian ... 32
BAB III METODE PENELITIAN ... 34
A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 34
B. Metode Penelitian ... 34
C. Desain Penelitian ... 36
D. Defenisi Operasional Variabel ... 37
E. Instrument Penelitian ... 39
F. Uji Coba Instrumen ... 48
G. Teknik Pengumpulan Data ... 50
H. Teknik Analisis Data ... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53
A. Hasil Penelitian ... 53
1. Deskripsi Data ... 53
2. Uji Normalitas ... 55
3. Uji Homogenitas ... 56
4. Pengujian Hipotesis ... 58
B. Pembahasan ... 60
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 64
A. Kesimpulan ... 64
B. Rekomendasi ... 64
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1. Gambar Stimulus Organisme Respon ... 20
3.2. Gambar Alur Penelitian ... 37
3.3. Gambar Perbandingan Perilaku Sosial Kelompok Penonton Berat
DAFTAR TABEL
Halaman
3.1. Tabel Kisi-kisi Angket Menonton Pertandingan Sepakbola di TV .. ... 40
3.2. Tabel Respon Subjek dan Skor Aitem ... 43
3.3. Tabel Kisi-kisi Angket Perilaku Sosial ... 46
3.4. Tabel Pernyataan Perilaku Sosial Anak Dalam Bermain Sepakbola ... 47
4.1. Tabel Deskripsi Data Perilaku Sosial ... 53
4.2. Tabel Tets of Normality ... 55
4.3. Tabel Tets of Homogeneity of Variance ... 57
4.4. Tabel Group Statistics ... 59
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A. Artikel Jurnal ... 70
B. Angket Ujicoba Intensitas Menonton ... 82
C. Data Baku Hasil Ujicoba Angket Menonton ... 85
D. Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Menonton ... 87
E. Angket Intensitas Menonton yang Sudah Valid dan Reliabel ... 89
F. Uji Coba Skala Sikap Perilaku Sosial ... 91
G. Data Baku Hasil Ujicoba Skala Sikap Perilaku Sosial ... 94
H. Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Sikap Perilaku Sosial ... 96
I. Skala Sikap Perilaku Sosial yang Sudah Valid dan Reliabel ... 100
J. Data Baku Angket Intensitas Menonton ... 101
K. Rating Angket Intensitas Menonton ... 105
L. Data Baku Skala Sikap Perilaku Sosial ... 109
M. Sampel Kelompok Perilaku Sosial Anak Penonton Berat ... 113
N. Sampel Kelompok Perilaku Sosial Anak Penonton Ringan ... 114
O. Test of Normality ... 116
P. Test Homogeneity ... 119
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Globalisasi adalah fenomena multi dimensi yang meretas batas, tidak
hanya dalam dimensi politik, ekonomi, dan sosial akan tetapi implikasi akibatnya
sampai juga pada tahap mempengaruhi perkembangan dunia sains dan teknologi.
Secara teoretik, globalisasi sebagai sebuah pendekatan dalam dunia ilmu-ilmu
sosial pada tahapan tertentu sangat mempengaruhi perkembangan sains dan
teknologi, (Arizka, 2008, hlm. 309).
Perkembangan teknologi semakin hari semakin pesat, seiring dengan
perkembangan zaman. Perkembangan teknologi informasi memberikan
sumbangan yang sangat besar terhadap terjadinya globalisasi dunia. Teknologi
informasi (IT) yang kini berkembang amat pesat, tidak bisa dipungkiri
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap seluruh proses globalisasi. Mulai
dari wahana teknologi informasi yang paling sederhana berupa koran, majalah,
perangkat radio, dan televisi, hingga internet dan telepon genggam dengan
protokol aplikasi tanpa kabel (WAP), informasi mengalir dengan sangat cepat dan
menyeruak kesadaran banyak orang, (Jajat, 2010, hlm. 5).
Secara perlahan-lahan namun efektif, media membentuk pandangan
pemirsa terhadap bagaimana seorang melihat pribadinya dan bagaimana seseorang
seharusnya berhubungan dengan dunia sehari-hari. Sedemikian besarnya pengaruh
media terhadap masyarakat, sehingga bisa merubah perilaku seseorang seperti apa
yang dilihatnya dimedia.
Atkinson & Shiffrin (1971, hlm. 89) mengatakan bahwa semua rangsangan
stimulus baik itu objek visual, auditif maupun konatif diterima oleh organ-organ
indera (sensory memory) dan diteruskan ke working memory atau kadang disebut
juga Short Term Memory (STM) akhirnya berlabuh di Long Term Memory
(LTM). Stimulus hanya diterima oleh sensory memory hanya beberapa detik, dan
jika seseorang memberikan perhatian pada stimulus, maka stimulus itu akan
sampai dengan sekitar 20 detik, jika ada perhatian, usaha ataupun proses pada
tahapan ini, maka stimulus itu akan tersimpan di Long Term Memory secara
permanen. Tanpa perhatian dan proses yang lebih kompleks pada setiap proses
akan mengakibatkan lupa.
Kognisi akan terefleksi pada sikap terhadap sesuatu, yang berarti hasil
asosiasi acara di media massa (khususnya televisi) yang tertanam dalam benak
tiap-tiap orang akan mempengaruhi sikap ataupun perilakunya. Media mempunyai
pengaruh yang sangat kuat dalam pembentukan kognisi seseorang.Media
memberikan informasi dan pengetahuan yang pada akhirnya dapat membentuk
persepsi.Penelitian menunjukkan bahwa persepsi mempengaruhi sikap (attitude)
dan perilaku seseorang, (Hakim, 2006).
Kritikus sosial Novak, M (dalam Vivian, 2008, hlm. 225) mengatakan
televisi adalah pembentukan geografi jiwa, televisi membangun struktur
ekspektasi jiwa secara bertahap, televisi melakukan itu persis seperti sekolah
memberi pelajaran secara bertahap, selama bertahun-tahun, televisi mengajari
pikiran yang belum matang dan mengajari mereka cara berpikir.
Globalisasi pada hakikatnya telah membawa nuansa budaya dan nilai yang
mempengaruhi selera dan gaya hidup masyarakat. Melalui media massa televisi
yang kian terbuka dan terjangkau, masyarakat menerima informasi tentang
peradaban baru yang datang dari seluruh dunia.
Olahraga merupakan salah satu acara yang mengglobal dan sering muncul
di media massa televisi, baik itu olahraga prestasi, olahraga tradisional maupun
komplik yang terjadi dalam dunia olahraga seperti perkelahian antar atlet,
manajamen tim atau klub yang tidak baik serta banyak diantara atlet yang jadi
bintang iklan atau produk, cara kerjasama tim dalam bermain, kekompakan tim
bahkan sampai pola hidup atlet dalam sehari-hari.
Acara olahraga di televisi yang banyak ditonton oleh masyarakat, mulai
dari anak-anak sampai orang tua adalah pertandingan sepakbola, mereka tidak
tahu dengan waktu dalam menonton pertandingan sepakbola di televisi mulai dari
sore, malam bahkan tahan begadang sampai dini hari demi menonton
menonton atau penonton berat pertandingan sepakbola di televisi sebagian mereka
ada yang meniru gaya dari atlet yang dia sukai, seperti pakaiannya, potongan
rambut, dan merek sepatu yang dipakai oleh atlet idolanya serta banyak pula
diantara anak-anak atau siswa yang meniru cara atlet dalam bermain, baik itu sifat
pemberani, sifat berkuasa, sifat inisiatif secara sosial, suka bergaul, sifat ramah,
simpati, suka bersaing, sifat agresif, sifat kalem, dan suka pamer, kerjasama dalam
tim, ketenangan dalam bermain, dan sportifitas bahkan ketika menonton
pertandingan sepakbola terlihat emosionalnya meluap-luap, seolah-olah mereka
lebih pintar dari pemain yang ditontonnya.
Berdasarkan penjelasan di atas, sesuai dengan teori Kultivasi Garbner, G
(dalam Kurniawan, 2013) menjelaskan bahwa televisi memiliki pengaruh yang
besar atas sikap dan perilaku penontonnya. Pengaruh tersebut tidak muncul
seketika melainkan bersifat kumulatif dan tidak langsung.Lebih jelasnya dapat
dikemukakan bahwa pengaruh yang muncul pada diri penonton merupakan tahap
lanjut setelah media itu terlebih dahulu mengubah bentuk keyakinan-keyakinan
tertentu pada diri mereka melalui berbagai acara yang ditayangkan.
Dalam kaitannya dengan respon tersebut, media massa televisi berperan
aktif untuk dapat memberikan masukan pada kognisi individu siswa dan
masyarakat melalui berbagai informasi dan pemberitaan yang disajikan. Stimulus
yang diterima dari media massa akan direspon dan akhirnya dapat membentuk
sikap dan perilaku seseorang, (Jajat, 2010, hlm. 10).
Mengenai teristimulusnya respon dari media massa. Bungin (2009, hlm.
281) mengatakan bahwa teori stimulus-respon pada dasarnya merupakan suatu
prinsip belajar yang sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulus
tertentu. Dengan demikian seseorang dapat menjelaskan suatu kaitan erat antara
pesan-pesan media dan reaksi audience.
Dalam kaitannya dengan respon tersebut bahwa efek dari pertandingan
sepakbola di televisi terhadap pembentukan sikap atau perilaku sosial seseorang
sangat berpengaruh terhadap apa yang dilihat dari objek yang dia sukai, terkait
dengan siswa, siswa merupakan elemen yang paling mudah terpengaruh oleh
aspek yang bisa merubah perilaku sosial anak seperti perilaku peran, perilaku
dalam hubungan sosial dan perilaku ekspresif dalam berinteraksi baik sesama
teman maupun dalam gaya meraka melakukan aktifitas olahraga.
Dalam pemaparan dan uraian latar belakang diatas, maka penulis mencoba untuk melakukan penelitian lebih dalam tentang sejauh mana “Pengaruh Pertandingan Sepakbola di televisi (TV) terhadap Perilaku Sosial Anak Dalam
BermainSepakbola”.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Secara perlahan-lahan namun efektif, media massa televisi membentuk
pandangan pemirsa terhadap bagaimana seorang melihat pribadinya dan
bagaimana seseorang seharusnya berhubungan dengan dunia sehari-hari.
Sedemikian besarnya pengaruh media terhadap masyarakat, sehingga bisa
merubah perilaku seseorang seperti apa yang dilihatnya dimedia, salah satunya
yaitu media massa televisi.
Kritikus sosial Novak, M (dalam Vivian, 2008, hlm. 225) mengatakan
televisi adalah pembentukan geografi jiwa, televisi membangun struktur
ekspektasi jiwa secara bertahap, televisi melakukan itu persis seperti sekolah
memberi pelajaran secara bertahap, selama bertahun-tahun, televisi mengajari
pikiran yang belum matang dan mengajari mereka cara berpikir.
Acara media massa televisi saat ini yang sangat mengglobal adalah
pertandingan sepakbola, mulai dari anak-anak sampai orang tua ikut menyaksikan
pertandingan sepakbola melalui media massa televisi bahkan tahan begadang dini
hari sampai pagi hari demi menonton pertandingan sepakbola di televisi.
Khususnya pelajar atau siswa yang sering menonton atau penonton berat
pertandingan sepakbola di televisi sebagian mereka ada yang meniru gaya dari
atlet yang dia sukai, seperti pakaiannya, potongan rambut, dan merek sepatu yang
dipakai oleh atlet idolanya serta banyak pula diantara anak-anak atau siswa yang
meniru cara atlet dalam bermain, baik itu sifat pemberani, sifat berkuasa, sifat
agresif, sifat kalem, dan suka pamer, kerjasama dalam tim, ketenangan dalam
bermain, dan sportifitas.
Sesuai dengan respon tersebut anak-anak yang sering menonnton atau
penonton berat pertandingan sepakbola di televisi akan terpengaruh sikap dan
perilaku terhadap apa yang dilihatnya. Hal ini sesuai dengan teori Kultivasi
Garbner, G (dalam Kurniawan, 2013)menjelaskan bahwa televisi memiliki
pengaruh yang besar atas sikap dan perilaku penontonnya.Pengaruh tersebut tidak
muncul seketika melainkan bersifat kumulatif dan tidak langsung.Lebih jelasnya
dapat dikemukakan bahwa pengaruh yang muncul pada diri penonton merupakan
tahap lanjut setelah media itu terlebih dahulu mengubah bentuk
keyakinan-keyakinan tertentu pada diri mereka melalui berbagai acara yang ditayangkan.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat ditarik identifikasi masalahnya yaitu:
1. Bahwa kebanyakan anak-anak pada saat sekarang tidak tahu dengan waktu
dalam menonton pertandingan sepakbola di televisi, mereka sering menonton
pertandingan sepak bola di televisi pada waktu sore, malam dan bahkan
mereka tahan begadang sampai dini hari, sebagian mereka ada yang meniru
atletnya dalam berperilaku bermain sepakbola.
2. Banyak anak-anak khususnya pelajar yang terlihat emosionalnya meluap-luap
ketika menonton pertandingan sepakbola di televisi bahkan seolah-olah
mereka lebih pintar dari pemain yang ditontonnya.
C. Rumusan Masalah
Masalah pada umumnya dikenal dengan kesenjangan antara harapan dan
kenyataan, jadi berdasarkan identifikasi masalah dapat diambil rumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu:
1. Apakah pertandingan sepakbola di televisi dapat mempengaruhi perilaku
sosial anak dalam permainan sepakbola ?
2. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara anak-anak yang sering
menonton dan yang jarang menonton pertandingan sepakbola di televisi
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, penulis
mengemukakan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu :
Tujuan secara umum adalah untuk mengetahui dan menguji apakah pengaruh
pertandingan sepakbola di televisi terhadap perilaku sosial anak dalam bermain
sepakbola. Sedangkan tujuan secara khususnya adalah untuk mengetahui dan
menguji perbedaan pengaruh anak yang sering menonton dengan anak yang
jarang menonton pertandingan sepakbola di televisi terhadap perilaku sosial anak
dalam bermain sepakbola.
E. Manfaat Penelitian
Secara umum penulis sangat mengharapkan penelitian ini dapat
memberikan hal yang positif terhadap masyarakat karena media massa khususnya
pertandingan sepakbola di televisi sangat memberikan pengaruh terhadap perilaku
sosial seseorang atau peserta didik dalam beriteraksi dengan orang lain. Adapun
manfaat secara khususnya semoga penelitian ini memberikan sumbangan atau
suatu pencerahan yang positif terhadap peserta didik terutama tempat penulis
melakukan penelitian ini untuk bisa menyaring pertandingan sepakbola di televisi
supaya tercipta perilaku sosial yang bisa dicontoh bagi peserta didik yang lain
khususnya dalam bermain sepakbola, dan penulis juga berharap penelitian ini bisa
menjadi rujukan serta gambaran tentang pengaruh pertandingan sepakbola di
televisi terhadap perkembangan seseorang atau peserta didik.
F. Struktur Organisasi
Struktur organisasi penulisan dalam tesis ini berdasarkan panduan
penulisan karya ilmiah UPI tahun 2013.Bab I berupa pendahuluan yang berisi
latar belakang masalah, identifikasi dan perumusalan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian dan struktur organisasi.Bab II berisikan kajian pustaka,
kerangka berpikir dan hipotesis penelitian. Bab III berisikan tentang metode
penelitian, sementara ini untuk bab IV dan V berisikan tentang hasil penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPA dan IPS serta XI
IPA dan IPS Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 4 Garut
KecamatanCikajang KabupatenGarut Provinsi Jawa Barat yang berjumlah 150
orang siswa.
2. Sampel
Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan Purposive
Sampling yaitu pemilihan sampel hanya dilakukan dengan cara menentukan
sekelompok subjek yang diambil dari populasi sebagai sampel yang telah
ditentukan karateristiknya. Adapun penentuan sampelnya adalah setelah angket
disebarkan kepada populasi yang dikategorikan siswa yang rutinitas satu kali
dalam seminggu bermain sepakbola dan siswa yang sering atau jarang menonton
pertandingan sepakbola di televisi.Setelah angket disebarkan kepada populasi
yang berjumlah 150 orang maka ditemukan sampel dengan kategori siswa yang
rutinitas bermain sepakbola satu kali dalam seminggu berjumlah 77 orang dan
untuk menentukan kategori siswa penonton berat/sering serta siswa penonton
ringan/jarang maka setiap butir jawaban dari setiap responden di rating dari yang
terbesar ke terkecil dan diambil 27% dari kelompok atas sebagai penonton
berat/sering dan 27% dari kelompok bawah sebagai penonton
ringan/jarang.Sehingga jumlah sampel untuk penonton berat/sering adalah 21
orang dan sampel untuk penonton ringan/jarang berjumlah 21 orang.
B. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian ex post facto.
Dalam hal ini Kerlinger (1964, hlm. 360) mendefinisikan metode penelitian ex
The research in which the independent variable or variable have already occurred and in which the researchers starts with the observations of a dependent variable or variable in retrospect for their possible relations to and effects on the dependent variable or variables.
Pendapat Kerlinger dapat disimpulkan bahwa ex post facto adalah suatu
metode penelitian yang didalamnya variabel bebas telah terjadi atau telah
dilaksanakan (tanpa ada perlakuan), dan peneliti memulai dengan mengobservasi
hubungan yang terlihat antara variabel bebas dan variabel terikat. Lebih lanjut
Sugiyono (1999, hlm. 7) mengemukakan bahwa “penelitian ex post facto adalah
suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan
kemudian melihat ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat
menimbulkan kejadian tersebut”.
Ciri utama dalam penelitian ex post facto adalah tidak adanya perlakuan
yang diberikan oleh peneliti atau dengan kata lain perlakuannya sudah dilakukan
tanpa ada kontrol dari peneliti. Tujuan penelitian ex post facto adalah untuk
melihat akibat dari suatu fenomena dan menguji hubungan sebab akibat dari
data-data setelah semua kejadian yang dikumpulkan telah selesai berlangsung.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Syaodih (2008, hlm. 55) yang
menjelaskan bahwa : penelitian ekpos fakto (ex post facto research) meneliti
hubungan sebab akibat yang tidak dimanipulasi atau diberi perlakuan (dirancang
dan dilaksanakan) oleh peneliti. Penelitian hubungan sebab akibat dilakukan
terhadap program, kegiatan atau kejadian yang telah berlangsung atau telah
terjadi. Adanya hubungan sebab akibat didasarkan atas kajian teoritis, bahwa
sesuatu variabel disebabkan atau dilatarbelakangi oleh variabel tertentu atau
mengakibatkan variabel tertentu.
Metode ex post facto menitik beratkan pada penelitian komparatif.
Arikunto (2006, hlm. 268) menjelaskan bahwa penelitan komparatif yaitu ingin
C.Desain Penelitian
Untuk memberikan gambaran mengenai alur pikir dalam penelitian ini
penulis memberikan gambaran sebuah desain penelitian causal-comparative dari
Fraenkel, dkk. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Fraenkel, dkk. (1993, hlm.
321) bahwa :“The basic causal-comparative design involves selection two or more groups that differ on a particular variable of interest and comparing them
on another variable or variables”.
Pendapat Fraenkel, dkk dapat di ambil kesimpulan bahwa desain
kausal-komparatif melibatkan pemilihan dua atau lebih kelompok yang berbeda pada
variabel tertentu yang menarik dan membandingkan mereka pada variabel lain.
Menurut Sugiyono (2005:11) menjelaskan penelitian komparatif adalah suatu
penelitian yang bersifat membandingkan.
Dalam hal ini peneliti akan membandingkan anak-anak yang sering
menonton pertandingan sepakbola di televisi dengan anak-anak yang jarang
menonton pertandingan sepakbola di televisi terhadap perilaku sosial anak dalam
bermain sepakbola. Maka untuk memudahkan penelitian desain variabelnya
seperti dibawah ini :
Group Independent Variable Dependent Variable
I CI 0
(Penonton Berat) (Perilaku Sosial)
II C2 0
(Penonton Ringan) (Perilaku Sosial)
Desain Penelitian Causal-Comparative (Sumber : Fraenkel, dkk. 1993, hlm. 321)
Selain desain penelitian yang ada di atas, maka ada pula alur yang
digunakan dalam penelitian ini sebagai jalur untuk menyelesaikan permasalahan
yang terjadi dalam penelitian ini. Adapun alur penelitiannya seperti gambar 3.2
Gambar 3.2 : Alur Penelitian
D. Definisi Operasional Variabel
Variabel adalah ciri dari individu, obyek, gejala atau peristiwa yang akan
diteliti. Sugiyono (2009, hlm. 38) mengatakan bahwa variabel penelitian pada
dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya.
Dalam penelitian ini penulis menetapkan variabel-variabel yang akan
dikaji sebagai pembatas terhadap kemungkinan terjadinya penafsiran-penafsiran
suatu istilah yang menyebabkan kekeliruan pendapat dan mengaburkan pengertian Mencari Permasalahan yang ada di Lapangan
Penelusuran beragam data empirik dan teoretik sebagai landasan berpikir
Perumusan Hipotesis
Metode Penelitian, Populasi dan Sampel, Instrumen, dan Pengumpulan Data
Angket Nonton TV Skala Sikap Perilaku
Sosial
Menganalisis dan Menginterpretasi Data
Penarikan kesimpulan, implikasi dan saran berdasarkan hasil
yang sebenarnya. Variabel-variabel tersebut terdiri dari variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab perubahan
atau timbulnya variabel terikat atau variabel yang mempengaruhinya. Variabel
terikat adalah variabel yang menjadi akibat karena variabel bebas atau variabel
yang dipengaruhi. Adapun yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini
adalah anak-anak yang menonton pertandingan sepakbola di televisi. Sedangkan
variabel terikatnya adalah perilaku sosial anak dalam permainan sepakbola
1. Variabel bebas
a. Pengaruh menonton pertandingan sepakbola di televisi
Pertandingan sepakbola merupakan acara yang menglobal pada saat
sekarang di media massa televisi, dari anak kecil sampai orang tua ikut dalam
menyaksikan pertandingan sepakbola di televisi bahkan tahan bergadang dini hari
sampai pagi hari demi menonton pertandingan sepakbola di televisi. Menonton
pertandingan sepakbola di televisi dapat berlangsung dalam intensitas yang
berbeda-beda antara seseorang dengan orang lain. Dalam penelitian ini penulis
kategorikan anak yang sering menonton dengan frekuensi berapa kali dia
menonton dalam satu minggu pertandingan sepakbola melalui media televisi.
2. Variabel terikat
b. Perilaku sosial
Perilaku sosial yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan
perilaku sosial yang ditunjukkan oleh siswa dalam melakukan permainan
sepakbola. Perilaku sosial tersebut masih bersifat abstrak, sehingga mungkin
bersifat ambigu.Karena itu perlu diubah menjadi sebuah defenisi yang
memiliki arti yang jelas tentang rangkaian perilaku yang ada dalam permainan
sepakbola. Dari uraian diatas, maka perilaku sosial dapat diartikan secara
operasional sebagai data angka yang diperoleh seorang subyek. Data
mengenai perilaku sosial diperoleh dari aspek perilaku peran, perilaku
E. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data supaya pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,
dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah
(Arikunto, 2002, hlm. 128). Untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian,
peneliti menyusun dan menyiapkan intrumen yang berupa angket dan skala
sikapuntuk menjawab pertanyaan peneliti. Perlu dijelaskan bahwa dalam
menyusun pernyataan agar responden dapat menjawab salah satu alternatif
jawaban, maka pertanyaan-pertanyaan tersebut disusun dengan berpedoman pada
penjelasan Surakmand (1990, hlm. 184) sebagai berikut :
a. Rumuskan setiap pernyataan sejelas-jelasnya dan seringkas-ringkasnya.
b. Mengajukan pertanyaan yang memang dapat dijawab oleh responden, pernyataan mana yang tidak menimbulkan kesan negatif.
c. Sifat pernyataan harus netral dan objektif
d. Mengajukan hanya pernyataan yang jawabannya tidak dapat diperoleh dari sumber lain.
e. Keseluruhan pernyataan dalam angket dan skala sikap harus sanggup mengumpulkan kebulatan jawaban untuk masalah yang kita hadapi.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam menyusun
pernyataan berupa angket dan skala sikapharus bersifat jelas, ringkas, dan tegas.
Berikut adalah instrumen yang digunakan dalam penelitian ini :
a. Angket (menonton pertandingan sepakbola di televisi)
Angket digunakan untuk menjaring data atau informasi tentang aktifitas
menonton pertandingan sepakbola di televisi. Adapun angket dalam penelitian ini
adalah angket terstruktur dengan jawaban tertutup. Dalam menentukan tingkat
keseringan (frekuensi) anak dalam menonton pertandingan sepakbola di televisi
maka harus diketehaui intensitas anak dalam menonton tersebut, Intensitas
menurut Pino & Wittermans (dalam Putro, H. D, Kurniawan, I. N. 2007) adalah
kehebatan kegiatan atau kedalaman penghayatan. Azjen (dalam Niki, 2013)
membagi intensitas menjadi empat aspek yang mempengaruhi intensitas anak
dalam menonton, yaitu: (1) Frekuensi atau tingkat keseringan; (2) Perhatian atau
terhadap tayangan televisi yang disajikan; (4) Durasi atau kualitas kedalaman
menonton.
Berikut adalah kisi-kisi angket yang memuat variabel penelitian, sub
variabel, dan indikator. Indikator pada angket merupakan penjelasan atau rincian
dari setiap variabel berdasarkan kajian teoritik. Kisi-kisi angket menonton
pertandingan sepakbola di televisi yang lebih rinci dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Angket Menonton Pertandingan Sepakbola di Televisi
Variabel Indikator Sub Indikator Item
Intensitas menonton
pertandingan
sepakbola di televisi
Frekuensi Tingkat keseringan
Banyaknya menonton
1,2
Durasi Kualitas menonton
Lamanya menonton
Keseriusan menonton
1,2,3
Perhatian Fokus dalam menonton
Konsisten dalam menonton
Semangat untuk menonton
Konsentrasi dalam menonton
1,2,3,4
Penghayatan Keterikatan emosional
Perasaan yang mendalam
Imajinasi saat menonton
Menambah wawasan dalam menonton
1,2,3,4
Selanjutnya setelah membuat kisi-kisi angket, peneliti membuat
pernyataan berdasarkan indikator seperti dibawah ini:
1. Frekuensi menonton pertandingan sepakbola di televisi
1) Saya menonton setiap pertandingan sepakbola di televisi
a. Hampir tidak pernah
c. Sangat sering
d. Hampir selalu
2) Dalam satu minggu, saya menonton setiap pertandingan sepakbola di
televisi
a. Hampir tidak pernah (1 kali)
b. Sangat jarang (1 s/d 2 kali )
c. Sangat sering (3 s/d 4 kali)
d. Hampir selalu (5 s/d 6 kali)
2. Durasi menonton pertandingan sepakbola di televisi
1) Saya menonton setiap pertandingan sepakbola di televisi sampai selesai
a. Hampir tidak pernah
b. Sangat jarang
c. Sangat sering
d. Hampir selalu
2) Saya menghabiskan waktu untuk menonton pertandingan sepakbola
ditelevisi
a. Hampir tidak pernah (kurang dari 15 Menit)
b. Sangat jarang ( ± 30 menit)
c. Sangat sering (± 45 menit)
d. Hampir selalu (± 90 menit)
3) Saya menantikan setiap ada pertandingan sepakbola di televisi
a. Hampir tidak pernah
b. Sangat jarang
c. Sangat sering
d. Hampir
3. Perhatian menonton pertandingan sepakbola di televisi
1) Saya selalu fokus dalam memperhatikan pertandingan sepakbola di televisi
a. Hampir tidak pernah
b. Sangat jarang
c. Sangat sering
2) Saya tidak mengganti channel televisi saat menonton pertandingan
sepakbola di televisi
a. Hampir tidak pernah
b. Sangat jarang
c. Sangat sering
d. Hampir selalu
3) Saya tidak ingin melewatkan setiap ada jadwal pertandingan sepakbola di
televisi
a. Hampir tidak pernah
b. Sangat jarang
c. Sangat sering
d. Hampir selalu
4) Saya menyediakan waktu luang yang khusus untuk menonton
pertandingan sepakbola di televisi
a. Hampir tidak pernah
b. Sangat jarang
c. Sangat sering
d. Hampir selalu
4. Penghayatan menonton pertandingan sepakbola di televisi
1) Saya akan marah apabila ada yang mengganggu ketika saya sedang
menonton pertandingan sepakbola di televisi
a. Hampir tidak pernah
b. Sangat jarang
c. Sangat sering
d. Hampir selalu
2) Saat menonton pertandingan sepakbola di televisi, saya menjadi
komentator yang mengerti dengan strategi dan cara bermain sepakbola
a. Hampir tidak pernah
b. Sangat jarang
c. Sangat sering
3) Saya terbawa imajinasi saat menonton sepakbola di televisi, seakan-akan
saya seorang pemain sepakbolanya
a. Hampir tidak pernah
b. Sangat jarang
c. Sangat sering
d. Hampir selalu
4) Program acara pertandingan sepakbola di televisi sangat saya butuhkan
untuk menambah wawasan dalam bermain sepakbola
a. Hampir tidak pernah
b. Sangat jarang
c. Sangat sering
d. Hampir selalu
b. Skala sikap (perilaku sosial)
Skala sikap digunakan untuk menjaring pendapat anak terhadap
perilaku sosialnya dalam bermain sepakbola dengan menggunakan skala
sikap. Skala sikap yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa skala sikap
dari Likert, dengan menggunakan empat kategori respon yaitu : sangat setuju
(SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS).
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi
skor, misalnya pada tabel 3.2.:
Tabel 3.2. Respon Subjek dan Skor Item
Alternatif Jawaban Skor
Positif Negatif
Sangat setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak setuju 2 3
Sangat tidak setuju 1 4
Untuk mengungkapkan variabel perilaku sosial siswa, penyusunan
item-item dapat dikembangkan dari indikator-indikator antara lain kecenderungan
(sociometric dispositions), dan kecenderungan perilaku ekspresif (expressive
dispositions).
Krech dkk. (dalam Rohmah, O. 2010, hlm. 71) menjelaskan dalam
bukunya yang berjudul Individual In Society ada 12 sifat respons antara pribadi
yang diklarifikasi kedalam tiga katagori yaitu :
a. Role dispositions (kecenderungan perilaku peran) terdiri dari :
1. Sifat pemberani dan pengecut secara sosial
Orang yang memiliki sifat pemberani secara sosial, biasanya dia suka
mempertahankan dan membela haknya, tidak malu-malu atau tidak segan
melakukan sesuatu perbuatan yang sesuai norma dimasyarakat dalam
mengedepankan kepentingan diri sendiri sekuat tenaga. Sedangkan sifat
pengecut menunjukkan perilaku atau keadaan sebaliknya, seperti kurang
suka mempertahankan haknya, malu dan segan berbuat untuk
kepentingannya.
2. Sifat berkuasa dan sifat patuh
Orang yang memiliki sifat sok berkuasa dalam perilaku sosial biasanya
ditunjukkan oleh perilaku seperti bertindak tegas, berorientasi kepada
kekuatan, percaya diri, berkemauan keras, suka memberi perintah dan
memimpin langsung. Sedangkan sifat yang patuh atau penyerah
menunjukkan perilaku sosial yang sebaliknya, misalnya kurang tegas
dalam bertindak, tidak suka memberi perintah dan tidak berorientasi
kepada kekuatan dan kekerasan.
3. Sifat inisiatif secara sosial dan pasif
Orang yang memiliki sifat inisiatif biasanya suka mengorganisasi
kelompok, tidak suka mempersoalkan latar belakang, suka memberi
masukan atau saran-saran dalam berbagai pertemuan, dan biasanya suka
mengambil alih kepemimpinan. Sedangkan sifat orang yang pasif secara
sosial ditunjukkan oleh perilaku yang bertentangan dengan sifat orang
yang aktif, misalnya perilakunya yang dominan diam, kurang berinisiatif,
b. Sociometric dispositions (kecenderungan perilaku dalam hubungan sosial)
1. Dapat diterima atau ditolak oleh orang lain
Orang yang memiliki sifat dapat diterima oleh orang lain biasanya tidak
berprasangka buruk terhadap orang lain, loyal, dipercaya, pemaaf dan tulus
menghargai kelebihan orang lain. Sementara sifat orang yang ditolak
biasanya suka mencari kesalahan dan tidak mengakui kelebihan orang lain.
2. Suka bergaul dan tidak suka bergaul
Orang yang suka bergaul biasanya memiliki hubungan sosial yang baik,
senang bersama dengan yang lain dan senang bepergian. Sedangkan orang
yang tidak suka bergaul menunjukkan sifat dan perilaku yang sebaliknya.
3. Sifat ramah dan tidak ramah
Orang yang ramah biasanya periang, hangat, terbuka, mudah didekati
orang, dan suka bersosialisasi. Sedang orang yang tidak ramah cenderung
bersifat sebaliknya.
2. Simpatik atau tidak simpatik
Orang yang memiliki sifat simpatik biasanya peduli terhadap perasaan dan
keinginan orang lain, murah hati dan suka membela orang tertindas.
Sedangkan orang yang tidak simpatik menunjukkan sifat-sifat yang
sebaliknya.
c. Ekspresive dispositions (kcenderungan perilaku ekspresif)
1. Sifat suka bersaing (tidak kooperatif) dan tidak suka bersaing (kooperatif)
Orang yang suka bersaing biasanya menganggap hubungan sosial sebagai
perlombaan, lawan adalah saingan yang harus dikalahkan, memperkaya
diri sendiri. Sedangkan orang yang tidak suka bersaing menunjukkan
sifat-sifat yang sebaliknya
2. Sifat agresif dan tidak agresif
Orang yang agresif biasanya suka menyerang orang lain baik langsung
ataupun tidak langsung, pendendam, menentang atau tidak patuh pada
penguasa, suka bertengkar dan suka menyangkal. Sifat orang yang tidak
agresif menunjukkan perilaku yang sebaliknya.
Orang yang kalem biasanya tidak nyaman jika berbeda dengan orang lain,
mengalami kegugupan, malu, ragu-ragu, dan merasa terganggu jika
ditonton orang.
4. Sifat suka pamer atau menonjolkan diri
Orang yang suka pamer biasanya berperilaku berlebihan dalam bertindak
dan berpakaian, suka mencari pengakuan, berperilaku aneh untuk mencari
perhatian orang lain.
Berikut adalah kisi-kisi skala sikap yang memuat variabel penelitian, sub
variabel, dan indikator. Indikator pada skala sikap merupakan penjelasan atau
rincian dari setiap variabel berdasarkan kajian teoritik. Kisi-kisi skala sikap
perilaku sosial dalam bermain sepakbola yang lebih rinci dapat dilihat pada tabel
3.3 berikut:
Tabel 3.3
Kisi-kisi Skala Sikap Perilaku Sosial
Variabel Sub Variabel Indikator
Perilaku sosial individu dalam
berinteraksi, dapat dilihat dari
kecenderungan ciri-ciri respon
interpersonalnya (Krech dkk.
1962, hlm. 104-106)
1. Perilaku peran 1. Pemberani
Selanjutnya setelah membuat kisi-kisi skala sikap, peneliti membuat
pernyataan berdasarkan indikator dalam setiap sub-sub komponen pada tabel 3.4
sebagai berikut:
Tabel 3.4
Pernyataan Perilaku Sosial Anak Dalam Bermain Sepakbola
Sub Variabel Indikator Pernyataan No Soal
+ -
1. Perilaku peran Pemberani 1. Mempertahankan haknya
2. Tidak malu melakukan suatu
perbuatan
Berkuasa 1. Percaya diri
2. Berkemauan keras
Inisiatif 1. Senang mengorganisasi
kelompok
2. Suka memberi saran dalam
pertemuan
1. Senang bersama orang lain
3. Mudah didekati orang 60
Sikap
simpati
1. Sangat peduli pada orang
lain
Agresif 1. Sifat pendendam
2. Tidak patuh
Sifat kalem 1. Perasaan gugup
2. Terganggu dilihat orang lain
43 30
44
Suka pamer 1. Perilaku berlebihan
2. Mencari pengakuan
Intrumen penelitian yang sudah dibuat sebelum diberikan kepada sampel
terlebih dahulu diuji cobakan. Tujuannya adalah untuk mengetahui validitas
reliabilitasnya instrumen ukur yang telah disusun berdasarkan angket dan skala
sikap, sehingga dapat diketahui layak tidaknya instrumen ukur tersebut untuk
dipergunakan sebagai alat pengumpulan data.
Untuk menguji validitas dan reliabelitas instrumen yang akan digunakan,
ada langkah-langkah yang akan ditempuh. Langkah pertama, instrumen yang
dibuat selanjutnya diuji cobakan dengan diberikan kepada responden yang
memiliki karakteristik yang sama pada populasi yang sama tetapi bukan sampel
yang sebenarnya. Sebagaimana dijelaskan oleh Nunan, D & Bailey, K.M (2009,
hlm. 145) bahwa “then you pilot the questionnaire by administering it to a small
populasi yang sama tapi bukan pada sampel sebenarnya yaitu siswa Sekolah
Menengah Atas Negeri (SMAN) 4 Garut Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut
Provinsi Jawa Barat yang berjumlah 69 responden.
1. Uji vailiditas instrumen
Jenis validitas yang ingin diketahui dalam angket dan skala sikap ini
adalah validitas isi dan butir. Penelaahan validitas isi dilakukan melalui analisis
rasional atau melalui professional judgement. Tujuannya untuk mengetahui
kesesuain item-item tes yang dibuat mencerminkan ciri atribut yang hendak
diukur. Sedangkan validitas butir dilakukan dengan mengkorelasikan skor
tiap-tiap item dengan skor total yang bertujuan untuk mengetahui apakah item-item tes
yang digunakan baik atau tidak. Teknis analisis yang digunakan untuk menguji
validitas butir adalah korelasi product moment dari Pearson. Adapun rumusan
korelasi product moment adalah sebagai berikut: Arikunto (2010, hlm. 318)
Kaidah pengujiannya adalah item dinyatakan valid jika indeks koefisien
korelasi yang diperoleh > 0,250, sebaliknya jika < 0,250 maka dinyatakan gugur
(Azwar, S.2013, hlm. 86).
2. Uji reliabilitas instrumen
Setelah instrument diuji cobakan pada siswa Sekolah Menengah Atas
Negeri (SMAN) 4 Garut Kec. Cikajang Kab Garut Provinsi Jawa Barat yang
berjumlah 69 responden, maka langkah selanjutnya dilakukan analisis untuk
Cronbach’s Alpha yaitu mengelompokkan item-item menjadi dua atau beberapa belahan. Adapun rumus umum skala alfa adalah sebagai berikut:
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
2Adapun langkah-langkah mencari nilai reliabilitas dengan metode Alpha adalah :
1. Hitung varians skor tiap-tiap item (Sx2) 2. Jumlahkan varians semua item
3. Masukkan nilai Alpha (r11)
Selanjutnya dengan menggunakan taraf signifikansi = 0.05, reliabilitas
yang diperoleh dari hasil perhitungan (rtabel) dibandingkan dengan nilai dari table
korelasi nilai r dengan kriteria :
Jika
r
i> r
tabel = reliabelJika
r
i< r
tabel = tidak reliabelC. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
angket dan skala sikap yaitu bentuk pertanyaan secara tertulis yang telah disusun
untuk diberikan kepada responden guna mendapatkan tanggapan atau informasi
tentang apa yang diinginkan peneliti.
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilaksanakan agar data yang diperoleh mempunyai
makna, sehingga dapat menggambarkan masalah yang di ungkap. Adapun
1. Menyeleseksi data untuk diolah lebih lanjut dengan memeriksa jawaban
responden sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
2. Menentukan bobot nilai untuk setiap jawaban pada setiap item variabel
penelitian dengan menggunakan skala penilaian yang telah ditentukan,
selanjutnya menentukan skornya.
3. Data yang sudah di skor, selanjutnya data diolah dan dianalisis dengan
menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) seri
16. Pengolahan dan penganalisaan data bertujuan untuk memperoleh
kesimpulan. Kesimpulan data tersebut diharapkan dapat menjawab masalah
dan hipotesis penelitian.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam mengolah dan
menganalisis data yaitu sebagai berikut :
1. Uji normalitas data
Uji normalitas data dilaksanakan dengan tujuan agar dapat memperoleh
informasi mengenai distribusi kenormalan data. Selain itu, uji normalitas data juga
akan menentukan langkah yang harus ditempuh selanjutnya, yaitu analisis
statistiik apa yang harus digunakan, apakah statistik parametrik atau non
parametrik. Langkah yang dilakukan adalah dengan mengimput dan menganalisa
menggunakan deskripsi explore data pada menu SPSS 16.
Uji normalitas dan output yang hasilkan program SPSS 16 terdapat lima
uji analisis normalitas data, yaitu Kolmogorov Smirnov, Shapiro-wil, QQ plots,
Detrended normal QQ Plots, dan Spread V.5 Level Plot. Ke lima uji analisis ini
sebenarnya saling mendukung satu sama lainnya.
2. Uji homogenitas data
Uji homogenitas data dilaksanakan setelah uji normalitas data. Tujuan
homogenitas data adalah untuk mengetahui apakah data tersebut berasal dari
sampel atau populasi yang homogen atau tidak. Selain itu juga untuk menentukan
jenis analisis statistikapa yang selanjutnya digunakan dalam uji hipotesis data.
Karena syarat dan uji statistik parametrik, data penelitian harus berdistribusi
Uji homogenitas data menggunakan program software SPSS 16.00 sama
dengan uji normalitas. Output yang dihasilkan dan deskrispsi explore data tersebut
sekaligus menghasilkan dua analisis, yaitu normalitas dan homogenitas data.
Untuk uji homogenitas data mengacu pada penghitungan Lavene statistic hasil
ouput dan SPSS.
3. Uji hipotesis
Uji hipotesis data dilakukan guna mendapatkan kesimpulan dari data yang
diperoleh. Jenis analisis statistik yang digunakan untuk melakukan uji hipotesis
dalam rangka mencari kesimpulan ditentukan oleh hasil uji normalitas dan
homogenitas data. Dalam uji hipotesis ini penulis memdandingkan hasil tes
menonton pertandingan sepakbola di televisi dan perilaku sosialnya dalam
permainan sepakbola.
Uji hipotesis dilakukan dengan membandingkan nilai rata-rata (comapare
means) pada SPSS. Untuk mengetahui manakah yang lebih baik antara dua
kelompok digunakan pengolahan dengan independent sampel t-test. Ouput yang
dihasilkan setelah pengolahan, diperoleh dua uji analisis yaitu uji-f (varians) dan
uji-t (uji kesamaan dua rata-rata). Tahapan analisis statistik untuk melihat
perbedaan secara signifikansi kelompok yang sering menonton televisi dengan
kelompok yang jarang nonton televisi.
H0 diterima apabila thitung < ttabel dengan signifikansi 5%
H0 ditolak apabila thitung > ttabel dengan signifikansi 5%, atau
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil analisis dan pembahasan tentang Pengaruh
Pertandingan Sepakbola di Televisi Terhadap Perilaku Sosial Anak Dalam
Bermain Sepakbola adalah sebagi berikut :
Menonton pertandingan sepakbola di televisi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku sosial anak dalam bermain sepakbola.
Terdapat perbedaan yang signnifikan antara penonton berat/sering dan penonton ringan/jarang pertandingan sepakbola di televisi terhadap perilaku
sosialnya dalam bermain sepakbola.
B. Rekomendasi
Atas dasar kesimpulan diatas, peneliti mengajukan beberapa rekomendasi
sebagai berikut :
1. Bagi pendidik atau pelatih olahraga sepakbola
Seorang pendidik dalam bidang sepakbola diharapkan dapat memberikan
metode belajar sepakbola untuk anak didiknya, salah satunya yaitu dengan
menonton pertandingan sepakbola di televisi dan mengamati perilaku pemainnya
baik itu kerjasama dalam timnya, sportifitas, teknik bermain, dan sifat agresivitas
para pemainnya untuk dijadikan sebagai wawasan dalam bermain sepakbola.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Dalam penelitian ini penulis hanya menyurvei anak yang sering dan jarang
menonton pertandingan sepakbola terhadap perilaku sosial anak dalam bermain
sepakbola hanya dengan angket dan skala sikap, tentu ini memiliki bias dalam
mengambil keputusan. Oleh karena itu penulis mengharapkan agar peneliti
selanjutnya dapat memperhatikan metode yang digunakan sehingga tidak banyak
bias dalam mengambil kesimpulan penelitian dan juga menambah vaiabel
menonton pertandingan sepakbola di televisi. Penulis menduga bahwa metode
penelitian ekspriment dan kualitatif akan lebih baik dalam meneliti mengenai
pengaruh menonton pertandingan sepakbola di televisi terhadap perilaku sosial
anak dalam bermain sepakbola. Khusus untuk perilaku sosial anak menurut
peneliti terlalu luas untuk di teliti sehingga peneliti berharap kedepannya kepada
peneliti selanjutnya agar membatasi ruang lingkup perilaku sosialnya, contoh
hanya berfokus kepada sifat agresivitas anak dalam bermain sepakbola.
3. Bagi anak usia sekolah
Teknologi komunikasi media massa khususnya televisi banyak sekali
manfaatnya bahkan menonton acara di televisi sudah menjadi sebuah kebutuhan
bagi setiap orang karena hampir setiap rumah pada zaman sekarang ini sudah
memiliki televisi. Namun banyak diantara siswa yang tidak bisa membagi
waktunya untuk menonton televisi.
Oleh karena itu penulis mengaharapkan kepada generasi penerus supaya
bisa mengatur waktunya untuk menonton televisi khusunya pertandingan
sepakbola dan jangan sampai karena menonton acara di televisi membuat siswa
tidak masuk sekolah karena terlambat bangun dan bahkan pergi sekolah hanya
untuk tidur.
4. Bagi orang tua
Orang tua diharapkan bisa mengontrol anak-anaknya untuk menonton
acara di televisi jangan sampai anak-anak terlalu lama atau sering di depan layar
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. (2011). Memahami Riset Perilaku dan Sosial. Bandung. CV. Pusataka Cendekia Utama.
Admojo, S & Darseno. (2011). Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, Indonesia
Inggris. Semarang. Widya Karya.
Ardianto, dkk. (2009). Komunikasi Massa.Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Arikunto, S. (1997a). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2002b). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi kelima. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2010c). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arizka, W. (2008). Globalisasi: Pendekatan Dalam Ilmu Sosial Pengaruhnya
Terhadap Perkembangan Sains dan Teknologi. Jurnal.Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008. ISBN: 978-979-1165-74-7.
Atkinson, R.C., Shiffrin, R.M. (1971). Chapter: Human: A Proposed System and
its Control Processes: In Spence, K.W.; Spence, J.T. The Psychology Of Learning and Motivation (Vol 4). New York: Academic Perss. Pp 89-195.
Azwar, S. (1988a). Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Liberty
Azwar, S.(2013b). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Baksin, A (2009). Jurnalistik Televisi; Teori dan Praktek. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
Beck, D & Bosshart, L. (2003).Sports and Media. Switzerland: University of Fribourg.
Budiman, D. (2001). Bahan Ajar M.K Psikologi Anak Dalam Penjas Pgsd.
[Online]. Tersedia:
Bungin, B. (2009). Sosiologi Komunikasi – Teori, paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Dasaly, A. (2012). Pengaruh Iklan di Televisi terhadap Perilaku Remaja. [Online]. Tersedia: http://ardiandasaly.blogspot.com/2012/11/proposal-penelitian-kuantitatif.html
Effendy, O. U. (2003). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Effendy, H. (2008). Industri Pertelevisian Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jilid 16 (2004).PT. Delta Pamungkas.
Feriyani, B & Fitri, A R. (2011). Perilaku Seksual Pranikah Ditinjau dari
Intensitas Cinta dan Sikap terhadap Pornografi pada Dewasa Awal. Jurnal Psikologi. 7, 2, 119-152.
Fraenkel, JR, Wallen, NE. (1993). How To Design and Evaluate Research in
Education. USA: McGraw Hill, Inc.
Indriantoto, N & Bambang, S. (1999). Metodelogi Penelitian Bisnis; Untuk
Akutansi dan Manajemen. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Ekonomi.
Jahja, R. S. & Irvan. (2006) : Menilai Tanggung Jawab Sosial Televisi. Depok: Piramida.
Jajat. (2010). Pengaruh Berita Olahraga di Media Massa (Internet) Terhadap
Sikap Siswa SMA Pada Aktivitas Jasmani.Tesis UPI.
Hakim, L. (2006). Pengaruh Media Terhadap Kognisi Anak. [Online]. Tersedia:
www.psiko-indonesia.blogspot.com
Kerlinger, F.M. (1964). Foundation of Behavioral Research. New York: Holt, Rinehart, & Winston.
Krech, dkk. (1963). Individual In Society. University of California : McGraw-Hill International Book Company.
Kurniawan, W. (2013). Dampak Buruk Media Massa Terhadap Perilaku
Morissan, (2008). Manajemen Media Penyiara : Strategi Mengelola Radio dan
Televisi. Jakarta: Prenada Media Group.
Morissan, dkk. (2010). Teori Komunikasi Massa. Bogor: PT. Ghalia Indonesia.
Niki, A. (2013). Teori Intensitas Menonton. [Online] tersedia: http://penjajailmu.blogspot.com/2013/03/teori-intensitas-menonton.html
Nunan, D & Bailey, K.M (2009). Exploring Second Languange Classroom
Research. Boston, USA : Heinle Cengage Learning.
Notoatmodjo, S. (2007a). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2010b). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Rohmah, O. (2010). Hubungan Pembelajaran Penjas dengan Perilaku Sosial
Siswa.Bandung : Tesis UPI
Rakhmat, J. (2012). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Putro, H. D, &Kurniawan, I. N. (2007). Naskah Publikasi Hubungan Antara
Intensitas Menonton Film Religius dengan Tingkat Religiusitas Pada Mahasiswa.Yogyakarta : UII
Random House Unabridged dictionary, copyright 1997, by Random House, Inc., on Infoplease. Intensiometer. [online] tersedia : (http : //www.infoplease.com/dictionary/intensitas.)
Riduwan. (2008). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, A. (2013). Penggunaan Media Pelatih dan Murid Sekolah Sepakbola. Surakarta: Paper Jurnal Online.
Setyobudi, C. (2012). Teknologi Broadcasting Televisi Edisi Kedua.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Shrum, L. J. (2010). Psikologi Media Entertaiment, Terjemahan dari The
Psychologi Of Entertaiment Media. Yogyakarta: Jalasutra.
Sugiyono. (1999a). Metode Penelitian Pendidikan Administrasi. Bandung: CV. Alfabeta.
Sugiyono. (2009c). Metode Penelitian Pendidikan – Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.
Syoadih, N. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Triwardani, R & Wicandra, O B. (2007). Kajian Kritis Praktik Anak Menonton
Film Kartun di Televisi dalam Aktifitas Keseharian di Banyuwangi. Nirmana, 9, 1, 46-56.
Pedersen, P. M. dkk.(2007). Strategic Sport Communication. Indiana University. Human Kinetics.
Vivian, J. (2008). The Media Of Mass Communicatio; dialihbahasakan dalam
Teori Komunikasi Massa, edisi kedelapan. Jakarta: Kencana.
West, R.,& Turner, L.H. (2008). Introducing Communication Theory: Analysis
and Application, 3rd ed. Amarica: Mc Graw Hill.
Widayatun, T. T. (1999). Ilmu Perilaku. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Z. Dziubinski, K.W. dkk. (2012). Mass Media and Professional Sport.Baltic
Journal Of Health and Physical Activity. Gdansk University of Physical