• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jepang merupakan negara yang terletak di ujung Asia Timur dengan bentuk negara kepulauan yang memiliki empat pulau utama yaitu: Shikoku, Hokkaido, Hanshu dan Kyushu.

Jepang yang memiliki misi untuk menjadi pemimpin di kawasan Asia (Gadd, 2021) tentunya membutuhkan berbagai upaya untuk mencapainya, salah satunya adalah dengan menjalin hubungan yang baik dengan para negara tetangga baik Asia Timur, Asia Tengah, Asia Tenggara, Asia Barat, dan Asia Selatan. Upaya menjalin hubungan baik tersebut dapat diimplikasikan dalam kerja sama bilateral, regional maupun multilateral, negara Jepang menyalurkan bantuan luar negerinya untuk pertama kali melalui Organisasi Colombo Plan pada tahun 1954 yang pada masa itu Jepang masih dalam pembangunan pemulihan pascaperang.

Setelah bergabung kedalam Colombo Plan yang didirikan pada tahun 1950 itu Jepang mulai untuk membangun program Official Development Assistance (ODA) guna mempromosikan pembangunan ekonomi dan sosial kepada negara-negara di Asia-Pasifik.

ODA merupakan bentuk bantuan kerja sama internasional yang diberikan dari negara sebagai pihak yang menyokong kepada suatu negara penerima transfusi dari pendonor yang akan digunakan dalam bentuk pembangunan untuk kesejahteraan yang dapat di implementasikan pada sektor kesehatan, infrastruktur dan pendidikan. Bantuan dari ODA ini memprioritaskan kepada negara berkembang yang dinilai tidak memiliki teknis dan finansial yang baik, bentuk yang diimplementasikan dapat beragam baik secara teknis dan keuangan, tergantung pada kebutuhan negara yang akan didonorkan dan ada pula hal yang tidak termasuk ke dalam ODA yaitu bantuan militer dan tujuan komersil (What Is ODA?, 2021).

ODA yang dimiliki Jepang terdapat dalam banyak bentuk tergantung kebutuhan negara penerima donor yang membutuhkan contohnya dapat melalui institusi pemerintah, organisasi internasional maupun lembaga swadaya masyarakat. Donor pinjaman yang diberikan oleh Jepang diharuskan dikembalikan dengan adanya bunga dan pada waktu yang telah disetujui, tentu hal tersebut berbeda dengan donor berbentuk bantuan yang di dalamnya terdapat elemen-elemen penting diantaranya yang pertama dilakukan oleh pemerintah, kedua ditujukan

(2)

untuk pembangunan kesejahteraan dalam pembangunan ekonomi dan yang ke tiga bantuan berupa finansial.

Setelah Jepang turut hadir dalam Colombo Plan pada 6 Oktober 1954, Jepang menerima sebanyak 15 peserta pelatihan dari Indonesia, Jepang menilai bahwa dirinya merupakan negara yang mendukung secara masif dalam pembangunan di Indonesia dengan 45% bantuan yang disalurkan dari jumlah kumulatif bantuan pembangunan resmi ODA yang telah diterima negara Indonesia sejak tahun 1960. Indonesia menerima bantuan terbesar dari Jepang jika diakumulasikan dari tahun 1960-2015 sebesar 11.3% (Pembangunan Indonesia dan Kerjasama Jepang: Membangun Masa Depan Berdasarkan Kepercayaan, 2018). Agar pemerintah Jepang mudah dalam menyalurkan ODA dibentuklah organisasi Japan International Cooperation Agency (JICA) yang berdiri pada tahun Agustus 1974 (History of JICA, 2010).

Grafik 1 Bentuk Bantuan ODA

Sumber : jica.go.jp

ODA dibagi kedalam 2 bentuk bantuan yaitu bantuan bilateral yang merupakan bantuan diberikan secara langsung kepada negara-negara yang berkembang dan batuan multilateral dimana bantuan ini disalurkan melalui organisasi internasional, JICA merupakan organisasi yang dibentuk ODA dengan bentuk bantuan bilateral dimana di dalamnya terdapat bentuk kerja sama teknis, pinjaman ODA dan bantuan hibah dengan 6 kategori proyek dan program yaitu: pengembangan industri, transportasi dan komunikasi, pertanian dan perikanan, jasa dan pertambangan. Indonesia merupakan negara yang padat penduduk nomor 4 di dunia dengan jumlah penduduk sebanyak 273.523.615 (Zulfikar, 2021) dan hal tersebut merupakan permasalahan yang serius dalam hal tingkat kemacetan yang berada di pulau Jawa tepatnya di ibu kota Jakarta.

Bantuan Bilateral ODA

Kerjasama Teknis

Pinjaman ODA aBantuan Multilateral

Bantuan Hibah MoFA

JICA

JBIC

(3)

Kemacetan yang terjadi di ibu kota disebabkan masyarakat Indonesia yang masih menilai dengan bertempat tinggal di pulau Jawa dapat menaikkan taraf kehidukan yang besar dibanding dengan bekerja di daerah dan juga daerah Jawa mudah untuk dijangkau, sensus Padan Pusat Statistik 2010 disebutkan bahwa jumlah penduduk terbesar berada di Provinsi Jawa Barat sebesar 18,1% dari seluruh penduduk di Indonesia (Persebaran Penduduk Indonesia, 2022), ini dikarenakan oleh roda perekonomian terjadi yang paling besar di wilayah ibu kota Indonesia seperti Jakarta Timur di daerah Bekasi, Duren Sawit, kemudian di jalan Pasar Minggu, Pondok Labu, Lebak Bulus yang terletak di daerah Jakarta Selatan, Kebon Sirih, Menteng Raya, Tugu Tani di Jakarta Pusat dan daerah Tanjung Priok Jakarta Utara (Puspita, 2021).

Masyarakat Indonesia yang enggan berpindah menggunakan transportasi umum dikarenakan beberapa hal diantaranya transportasi umum yang minim menyebabkan desak- desakan, kurang terjangkau dikarenakan jumlahnya tidak banyak, waktu untuk menunggu lama, mengharuskan transit jika tempat tujuan tidak tercapai, pelayanan transportasi online door to door service membuat orang dimanja karena biayanya yang murah juga (Penyebab Banyaknya Warga Jakarta Masih Enggan Gunakan Transportasi Umum, 2019) dan kebanyakan transportasi umum kurang higienis.

Kemiripan karakteristik antara Jakarta dan Tokyo dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi membutuhkan ruang penataan dan bantuan dalam infrastruktur baru, Jepang memberikan bantuan kepada Indonesia dengan memfokuskan di daerah pusat serta mempertimbangkan kebijakan pemerintah Indonesia sebagai negara penerima donor pinjaman dalam bidang sarana transportasi, beberapa proyek yang telah di tandatangani dalam proyek infrastruktur yang dinilai dapat mengurangi kemacetan di Jakarta adalah pembangunan MRT, jaringan transportasi publik, jalan layang, kereta rel listrik, jalan tol, dan perluasan jalan raya (JICA:

Proyek MPA Berjalan Lancar, 2012). Rencana pembangunan MRT sudah terpikir sejak tahun 1985 namun pada kala itu belum ditetapkan sebagai proyek nasional, kemudian pada tahun 2005 proyek MRT Jakarta barulah ditetapkan sebagai proyek nasional dan Jepang menyambut baik dalam memberikan peminjaman.

28 November 2006 dilakukanlah penandatanganan persetujuan dalam pembiayaan Proyek MRT Jakarta yang dilakukan antara Duta Besar Indonesia untuk Jepang yaitu Yusuf Anwar dan Gubernur Japan Bank for International Cooperation (JBIC) Kyosuke Shinozawa.

Dalam upaya merger antara JBIC dengan JICA disinilah JICA bertugas sebagai tim penilai

(4)

JBIC selaku pemberi donor pinjaman, proyek MRT tahun 2013-2018 disebut sebagai fase 1 yang dibangun kurang lebih 16 km dari Terminal Lebak Bulus-Bundarah HI dengan jumlah 13 stasiun, rencananya pada Oktober tahun 2013 tahap konstruksi dilaksanakan dan diharapkan akan selesai pada tahun 2018 (Sejarah MRT Jakarta).

Penulis dalam penelitian ini menginginkan untuk melihat kepentingan Jepang dalam memberi pinjaman bantuan Official Development Assistance yang disalurkan melalui Japan International Cooperation Agency dalam bidang infrastruktur khususnya transportasi dalam pembangunan Mass Rapid Transit di Jakarta sebagai bentuk modal baru yang proyeknya dilaksanakan pada tahun 2013-2018 sebagai fase 1, penulis menginginkan untuk meninjau kepentingan dari sisi Jepang dikarenakan kontribusinya yang besar dalam membantu pembangunan infrastruktur-infrastruktur di Indonesia dan dalam kajian ini adalah proyek MRT, kemudian penulis memilih ruang lingkup batasan tahun 2013-2019 dikarenakan tahun tersebut merupakan kerja sama bilateral perdana dalam pembangunan proyek MRT yang dilakukan antara Jepang-Indonesia yang kemudian tahun 2018 merupakan tahun target penyelesaian proyek yang kemudian diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 24 Maret 2019 (Afriyadi, 2019).

1.2 Rumusan Masalah

Apa yang menjadi kepentingan kerja sama Jepang melalui Japan International Cooperation dalam proyek Mass Rapid Train di Indonesia tahun 2013-2019?

1.3 Tujuan Penelitian

Jepang merupakan negara yang berjasa dalam pembangunan yang telah diterima oleh Indonesia juga merupakan salah satu negara penerima donor terbesar dari Jepang, keduanya telah menjalin hubungan diplomatik yang harmonis hingga kini, penelitian dengan judul kerjasama Jepang melalui Japan International Cooperation dalam proyek Mass Rapid Train di Indonesia tahun 2013-2019 bertujuan untuk mengetahui kepentingan Jepang dalam melakukan kerja sama dengan Indonesia dalam pembangunan proyek MRT di Jakarta, untuk dapat menjelaskan hal tersebut penulis menyajikan faktor pendorong Jepang melakukan pemberian donor pinjaman dan hasil yang diberikan dari pembangunan infrastruktur MRT di Jakarta sebagai upaya kerjasama dalam menjalankan prinsip diplomasi.

(5)

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritik

Dalam penelitian ini penulis mengharapkan dapat memberikan gambaran pemahaman dan pengembangan dalam studi hubungan internasional terkait kepentingan pemberian donor pinjaman Jepang terhadap Indonesia melalui program pemerintah Jepang yaitu ODA melalui organisasi JICA, dalam menjalankan hubungan internasional dengan kehidupan yang sudah mengalami globalisasi ini tiap negara membutuhkan pembangunan citra negara tanpa sifat yang agresif dalam militer. Penulis mengharapkan tulisan ini dapat menjadi sebuah referensi dalam mengembangkan studi hubungan internasional dalam referensi international partnership, technology, foreign aid. Selain itu dalam tulisan ini diharapkan dapat menjadi pedoman dalam mengetahui pola kerjasama serta menambah wawasan bahwa banyak bentuk kerjasama yang dapat dilakukan dalam menjalankan diplomasi.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penulisan ini diharapkan dapat menjelaskan secara lengkap kepentingan dalam kerja sama JICA dengan Indonesia terutama dalam bidang infrastruktur khususnya transportasi dan teknologi dengan dibangunnya MRT fase 1 pada tahun 2013-2018 dan pemaparan tahun 2019 MRT digunakan di ibu kota Jakarta sebagai moda baru dalam mengatasi kemacetan, selain itu tulisan ini diharapkan dapat memberikan gambaran politik dan kepentingan nasional negara Jepang dan Indonesia dalam bidang donor yang diberikan Jepang terhadap Indonesia.

1.5 Batasan Penelitian

Batasan penelitian ini adalah untuk mengetahui kepentingan dari bantuan Official Development Assistance yang disalurkan melalui Japan International Cooperation Agency di bidang infrastruktur khususnya transportasi dalam pembangunan Mass Rapid Transit.

Agar penelitian ini dapat dipahami secara baik berdasarkan fokus kajian dalam hubungan internasional, hal yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah kepentingan dan peran

(6)

dalam kerja sama antar kawasan Jepang dan Indonesia dalam proyek MRT tahun 2013 hingga tahun 2018 sebagai berjalannya proyek, pemilihan tahun tersebut sebagai batasan penelitian antara lain karena ide proyek nasional Indonesia dalam pembangunan MRT yang sudah terpikir dari tahun 1985 telah melewati perdiskusian panjang hingga pada saat Jepang hadir untuk menanamkan ODA dan tahun 2019 merupakan tahun dimana MRT pertama kali diresmikan sebagai moda baru dalam mengatasi kemacetan di ibu kota Jakarta dengan begitu peneliti dapat mengemukakan kepentingan yang tercapai setelah diresmikannya MRT pada tahun 2019.

1.6 Konsep

1.6.1 Konsep Kerja Sama Internasional

Secara umum pengertian kerja sama internasional adalah kerja sama yang melibatkan lebih dari satu negara untuk mencapai tujuan tertentu, lebih dari 2000 tahun yang lalu tokoh Thucydides telah membahas mengenai diplomasi, kerja sama, dan perjanjian namun dalam konsep kerja sama internasional baru-baru dibahas pada tahun 1980 an oleh Robert Axelrod dan Michael Taylor, pada umumnya bentuk kerja sama internasional ini baik dari perspektif aktornya maupun isu. Pelaku dalam hal ini adalah individu, perusahaan, partai politik, organisasi etnis, kelompok teroris, dan negara-bangsa (Dai, Snidal , & Sampson, 2010). Negara yang bekerjasama didasarkan pada keyakinan kepada negara lainnya yang akan bekerjasama.

Kerjasama internasional dapat terjalin dengan baik jika interaksi dilakukan secara berkesinambungan, pertukaran informasi yang akurat demi tujuan kerja sama, perkembangan komunikasi, pertumbuhan berbagai institusi. Tak menutup kemungkinan jika kerja sama dibangun atas dasar kepentingan negara dalam dunia internasional yang anarkis (Dougherty, 1997). Kerja sama internasional seringkali dilandasi dari kepentingan oleh dua negara, dalam bentuk formal kerja sama internasional ditandai dengan adanya aturan yang mengikat anggotanya, berdasar norma internasional, dan proses pengambilan keputusan umum.

Selain untuk kepentingan ekonomi untuk mencukupi kebutuhan masyarakat negaranya, kerja sama internasional juga menekankan pada aspek perdamaian dengan

(7)

menghindari konflik dan dapat mempererat hubungan antar negara. Kerja sama dalam bidang ekonomi menyangkut ekspor-impor, penanaman modal asing maupun bantuan kredit negara lain, individu atau bantuan organisasi. Tujuannya adalah untuk mempercepat laju ekonomi negara yang bekerjasama, mengembangkan potensi anggota negara, menambah devisa negara dan lain sebagainya. Diluar kepentingan ekonomi, kerja sama internasional dapat dilakukan dalam bidang politik, ideologi, sosial budaya, pertahanan, keamanan dan pendidikan. Kerja sama ini memiliki tiga bentuk yaitu bilateral antara 2 negara, regional kerja sama antara negara-negara dalam 1 wilayah dan multilateral dilakukan oleh banyak negara tanpa memandang batas wilayah.

Tulisan ini mencoba membahas mengenai kerja sama internasional terkhususnya dalam hubungan bilateral antara Jepang dan Indonesia dalam skema JICA. Agar dapat menganalisis peran dan kepentingan Jepang maka tulisan ini akan meninjau donor pinjaman Jepang kepada Indonesia dalam pembangunan MRT fase 1 di Jakarta.

1.6.2 Konsep Bantuan Luar Negeri

Bantuan asing atau luar negeri dapat berupa transfer bantuan keuangan maupun berupa komoditas seperti kebutuhan pokok, teknologi, peralatan militer, maupun pelatihan, jenis bantuan asing yang paling umum adalah bentuan pembangunan resmi atau Official Development Assistance (ODA) donor bantuan pinjaman ini umumnya berbetuk hibah bilateral (Williams, 2021). Kegunaannya berupa untuk mempromosikan dan menjaga perdamaian dan stabilitas hubungan antara negara juga mempererat hubungan dari yang sebelumnya.

Tujuan dari bantuan asing dalam segi politik dapat dilihat sebagai instrument dalam mempengaruhi sikap antara negara pendonor dan penerima donor, bantuan asing yang lama hanya berfokus pada organisasi internasional, organisasi non pemerintahan saja namun meluas menjadi ke pemerintahan dan bantuan asing dalam pembangunan ekonomi mendorong negara maju untuk memberikan dorongan pengembangan ekonomi kepada negara-negara berkembang di Afrika, Asia dan Amerika latin (American Political Science Association, 1962).

(8)

Jepang melalui ODA terdapat banyak kepentinganya di dalamnya selain untuk menciptakan citra positif kepada negara penerima donor juga untuk memunculkan wajah baru sebagai negara adidaya di Kawasan Asia selain Tiongkok yang rutin dalam memberikan bantuan kepada negara-negara di Kawasan Asia lainnya. ODA Jepang dirancang oleh pemerintah Jepang sebagai alat kebijakan luar negeri yang berbentuk bantuan ekonomi yang disalurkan kepada negara-negara berkembang sesuai dengan kebutuhannya dengan jangka pengembalian yang lebih lama dan bunga yang rendah.

Konsep dari bantuan luar negeri dapat membantu pemahaman lebih jelas terhadap bentuk bantuan, tujuan dan dampak yang ditimbulkan dalam memahami donor pinjaman Jepang terhadap pembangunan MRT fase 1 kepada Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Maka semakin banyak dana yang disalurkan ke debitur maka semakin besar pendapatan jasa dari bunga pinjaman tersebut dan hal ini akan berpengaruh positif terhadap

Ketiga, untuk mengidentifikasi lebih dalam mengenai implementasi kepentingan ekonomi politik Australia dalam pemberian bantuan luar negeri ke PNG penulis juga akan

PT Smart Multi Finance sendiri merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembiayaan (multifinance) yang menjadi solusi keuangan bagi masyarakat dengan memberi

Dengan adanya bundling antara Nokia dan Telkomsel ini, apakah akan memberi pengaruh kepada minat beli konsumen yang menginginkan smartphone dengan layanan yang

“Jepang memberikan bantuan ODA kepada pemerintah Indonesia untuk pembangunan proyek Mass Rapid Transit ( MRT ) di Jakarta, karena Jepang ingin menciptakan ketergantungan

Konsep kepentingan nasional digunakan untuk mengungkap sejauh mana Jepang dapat mencapai kepentingan nasionalnya, yang dalam hal ini terkait dengan pencapaian economic

M engetahui besarnya kontribusi Loan to Deposit Ratio (LDR), tingkat bunga pinjaman bank dan jumlah kredit yang disalurkan secara parsial terhadap Non Performing

Pada akhirnya, penyaluran bantuan pangan non tunai diharapkan memberi dampak bagi peningkatan kesejahteran dan kemampuan ekonomi penerima manfaat melalui akses yang lebih luas terhadap