• Tidak ada hasil yang ditemukan

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Periode Mei 2017

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA

BARAT

DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN EKONOMI Jl. Jenderal Sudirman No. 22 Padang

(4)

Penerbit :

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Barat Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Daerah Jl. Jenderal Sudirman No. 22

P A D A N G

(5)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, kali ini kami menghadirkan kembali publikasi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sumatera Barat periode Mei 2017. Kami mengharapkan publikasi ini dapat menjadi rujukan informasi dan bahan masukan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan Sumatera Barat bagi para pemangku kepentingan kami antara lain pemerintah daerah, industri perbankan dan keuangan, akademisi, pelaku usaha dan para pihak terkait. Selain kami terbitkan dalam bentuk buku (hardcopy), kami juga menyediakan bentuk softcopy yang dapat diakses melalui situs kami, www.bi.go.id.

Perekonomian Sumatera Barat pada triwulan I 2017 terpantau mengalami perbaikan. Laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat pada triwulan I 2017 tumbuh

sebesar 4,91% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2016 sebesar 4,86% (yoy), setelah berada pada posisi kedelapan di triwulan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Sumbar berada di urutan kelima untuk wilayah Sumatera pada triwulan I 2017.

Laju inflasi Sumbar pada triwulan I 2017 mereda terutama disebabkan turunnya tekanan pada kelompok bahan makanan. Secara tahunan, laju inflasi Sumatera Barat

pada triwulan I 2017 tercatat sebesar 3,82 (yoy) atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 4,89% (yoy). Panen komoditas hortikultura yakni cabai merah dan bawang merah serta terjaganya pasokan beras seiring panen dan operasi pasar oleh Bulog, menjadi faktor utama menurunnya tekanan inflasi pada triwulan I 2017. Dengan besaran inflasi tersebut, Provinsi Sumatera Barat tercatat sebagai provinsi dengan laju inflasi tahunan urutan ke-18 tertinggi secara nasional.

Contoh penggalan kajian sebagaimana tercantum di atas kami tuangkan secara lengkap dalam KEKR ini dan kami sertai dengan data serta informasi yang memadai yang kami olah dan peroleh dari para mitra strategis Bank Indonesia. Dalam kesempatan ini, kami menyampaikan penghargaan yang tinggi dan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada para pihak yang selama ini membantu dan mendukung tersedianya data dan informasi hingga terbitnya publikasi KEKR. Semoga dukungan dan kerjasama yang terjalin selama ini mampu terus dipertahankan dan ditingkatkan pada masa yang akan datang.

Tak ada gading yang tak retak. Kami berharap adanya masukan, kritikan dan saran dari para pembaca dalam rangka penyempurnaan KEKR ini. Akhirnya, semoga publikasi ini

(6)

memberikan manfaat. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu melindungi langkah kita dalam tetap terus berkarya untuk negeri.

Padang, Mei 2017

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT

(ttd)

Puji Atmoko Direktur

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GRAFIK ... ix

RINGKASAN EKSEKUTIF ... xiii

1 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH... 1

1.1 Perkembangan Umum ... 2

1.2 Dinamika Sisi Pengeluaran Perekonomian Sumatera Barat ... 4

1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga ... 4

1.2.2 Konsumsi Pemerintah ... 6

1.2.3 Investasi ... 7

1.2.4 Ekspor ... 8

1.2.5 Impor... 10

1.3 Dinamika Lapangan Usaha Ekonomi Utama Sumatera Barat ... 11

1.3.1 Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan ... 12

1.3.2 Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, serta Reparasi Mobil dan Sepeda Motor ... 14

1.3.3 Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan ... 15

1.3.4 Lapangan Usaha Industri Pengolahan ... 16

1.4 Prakiraan Perkembangan Ekonomi Triwulan II 2017 ... 17

2 BAB II KEUANGAN PEMERINTAH ... 29

2.1 Gambaran Umum ... 29

2.2 APBD Provinsi Sumatera Barat ... 31

2.2.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Provinsi ... 31

2.2.2 Realisasi Pendapatan dan Belanja Provinsi ... 34

2.3 APBD 19 Kabupaten/Kota ... 37

2.3.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja 19 Kabupaten/Kota ... 37

2.3.2 Realisasi Pendapatan dan Belanja 19 Kabupaten/Kota ... 38

2.4 Alokasi APBN di Sumatera Barat ... 41

2.4.1 Pagu Anggaran Belanja APBN di Sumatera Barat ... 41

2.4.2 Realisasi Belanja APBN di Sumatera Barat ... 42

3 BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ... 45

3.1 Perkembangan Umum Inflasi Provinsi Sumatera Barat ... 45

3.2 Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa ... 47

(8)

3.2.3 Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa ... 49

3.3 Disagregasi Inflasi ... 51

3.3.1 Upaya Pengendalian Inflasi Daerah ... 54

3.4 Tracking Prakiraan Inflasi Triwulan II 2017 ... 55

4 BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM ... 59

4.1 Ketahanan Sektor Rumah Tangga Daerah ... 60

4.1.1 Kinerja Keuangan Rumah Tangga ... 60

4.1.2 Dana Pihak Ketiga Perseorangan di Perbankan ... 62

4.1.3 Kredit Perbankan Sektor Rumah Tangga ... 63

4.2 Ketahanan Sektor Korporasi ... 66

4.2.1 Kinerja Korporasi ... 66

4.2.2 Eksposur Sektor Perbankan Pada Sektor Korporasi ... 70

4.3 Institusi Keuangan (Perbankan) ... 73

4.3.1 Aset Perbankan ... 73

4.3.2 Intermediasi Perbankan ... 74

4.3.3 Perbankan Syariah... 77

4.4 Akses Keuangan ... 78

4.4.1 Akses Keuangan UMKM ... 78

4.4.2 Akses Keuangan Penduduk ... 79

5 BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH ... 81

5.1 Perkembangan Transkasi Non Tunai ... 81

5.1.1 Transaksi Kliring ... 81

5.1.2 Layanan Keuangan Digital ... 82

5.2 Perkembangan Transaksi Tunai ... 83

5.2.1 Pengelolaan Uang Rupiah ... 83

5.2.2 Perkembangan Uang Tidak Layar Edar dan Uang Palsu ... 83

6 BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH ... 89

6.1 Ketenagakerjaan Daerah ... 90

6.2 Kesejahteraan Daerah ... 93

(9)

DAFTAR TABEL

TABEL 1.1.PERTUMBUHAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)BERDASARKAN PENGELUARAN ... 4

TABEL 1.2.PERTUMBUHAN PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDRB)BERDASARKAN LAPANGAN USAHA ... 12

TABEL 2.1. PAGU ANGGARAN PENDAPATAN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2015-2017 ... 33

TABEL 2.2. PAGU ANGGARAN BELANJA PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2015-2017 ... 34

TABEL 2.3. PENDAPATAN PROVINSI SUMATERA BARAT TRIWULAN ITAHUN 2016 DAN 2017 ... 35

TABEL 2.4. BELANJA PROVINSI SUMATERA BARAT TRIWULAN ITAHUN 2016 DAN 2017 ... 36

TABEL 2.5. PAGU ANGGARAN PENDAPATAN 19KABUPATEN/KOTA DI SUMATERA BARAT TAHUN 2015-2017 ... 37

TABEL 2.6. PAGU ANGGARAN BELANJA 19KABUPATEN/KOTA DI SUMATERA BARAT TAHUN 2015-2017 ... 38

TABEL 2.7. PENDAPATAN 19KABUPATEN/KOTA DI SUMATERA BARAT TRIWULAN I2016 DAN TRIWULAN I2017 ... 38

TABEL 2.8. BELANJA 19KABUPATEN/KOTA DI SUMATERA BARAT TRIWULAN I2016-2017 ... 40

TABEL 2.9. PAGU/ANGGARAN KEMENTERIAN/LEMBAGA YANG BERSUMBER DARI APBNTAHUN 2016 ... 41

TABEL 2.10. BELANJA KEMENTERIAN/LEMBAGA DI SUMATERA BARAT DARI APBN ... 42

TABEL 3.1. PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA (%, YOY) ... 46

TABEL 3.2.PERKEMBANGAN INFLASI TAHUNAN SUMATERA BARAT MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA (% YOY) ... 47

TABEL 3.3. PERKEMBANGAN INFLASI TRIWULANAN SUMATERA BARAT MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA (% QTQ) ... 49

TABEL 3.4.INFLASI BULANAN BERDASARKAN KELOMPOK BARANG (%,MTM) ... 50

TABEL 3.5.ANDIL INFLASI BULANAN BERDASARKAN KELOMPOK BARANG (%) ... 50

TABEL 3.6.KOMODITAS UTAMA PENYUMBANG INFLASI DAN DEFLASI BULANAN TRIWULAN I2017(%,MTM) ... 51

TABEL 4.1.KOMPOSISI PENGELUARAN RUMAH TANGGA BERDASARKAN PENDAPATAN ... 61

TABEL 4.2.DANA RUMAH TANGGA UNTUK MEMBAYAR CICILAN DAN PERUBAHANNYA BERDASARKAN PENDAPATAN ... 62

TABEL 4.3.DANA RUMAH TANGGA UNTUK MENABUNG DAN PERUBAHANNYA BERDASARKAN PENDAPATAN ... 62

TABEL 4.4.KOMPOSISI JUMLAH REKENING PERSEORANGAN PER NILAI PENEMPATAN ... 63

TABEL 4.5.PERKIRAAN BEBAN ANGSURAN TERHADAP PENDAPATAN KORPORASI 6BULAN MENDATANG ... 70

TABEL 4.6.INDIKATOR PERKEMBANGAN BANK UMUM SUMATERA BARAT ... 73

TABEL 4.7.INDIKATOR PERKEMBANGAN BANK SYARIAH SUMATERA BARAT ... 77

TABEL 6.1.PERKEMBANGAN NTPPROVINSI DI SUMATERA ... 96

(10)

DAFTAR GRAFIK

GRAFIK 1.1.PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI DI KAWASAN SUMATERA TRIWULAN I2017 ... 3

GRAFIK 1.2.PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT DAN NASIONAL ... 3

GRAFIK 1.3.PERTUMBUHAN KONSUMSI RUMAH TANGGA ... 5

GRAFIK 1.4.PANGSA PDRBTW I2017MENURUT PERMINTAAN ... 5

GRAFIK 1.5.PERKEMBANGAN HARGA CPO DAN KARET INTERNASIONAL ... 5

GRAFIK 1.6.SURVEI KONSUMEN BANK INDONESIA ... 5

GRAFIK 1.7.PENDAFTARAN JUMLAH KENDAARAN BERMOTOR BARU DI SUMBAR ... 6

GRAFIK 1.8.REALISASI BELANJA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT ... 7

GRAFIK 1.9.PERTUMBUHAN KOMPONEN INVESTASI PDRBSUMBAR... 8

GRAFIK 1.10.INVESTASI PMA DAN PMDN DI SUMBAR ... 8

GRAFIK 1.11.EKSPOR DAN IMPOR LUAR NEGERI ... 8

GRAFIK 1.12.EKSPOR IMPOR ANTAR DAERAH ... 8

GRAFIK 1.13. PERKEMBANGAN NILAI EKSPOR KOMODITAS UTAMA ... 9

GRAFIK 1.14. PERTUMBUHAN VOLUME EKSPOR KOMODITAS UTAMA ... 9

GRAFIK 1.15. PORSI EKSPOR KOMODITAS UTAMA ... 9

GRAFIK 1.16. PANGSA NEGARA TUJUAN EKSPOR SUMBAR ... 9

GRAFIK 1.17. AKTIVITAS PERDAGANGAN LUAR NEGERI MELALUI PELABUHAN TELUK BAYUR ... 10

GRAFIK 1.18. PERTUMBUHAN LAP.USAHAN SUMATERA BARAT,RIAU, DAN SUMATERA ... 10

GRAFIK 1.19.VOLUME IMPOR KOMODITAS UTAMA NON MIGAS ... 10

GRAFIK 1.20.PERKEMBANGAN NILAI IMPOR NON MIGAS ... 10

GRAFIK 1.21.NILAI IMPOR BERDASARKAN KELOMPOK ... 11

GRAFIK 1.22.PORSI IMPOR KOMODITAS NON MIGAS TRIWULAN I2017 ... 11

GRAFIK 1.23.ASAL BARANG IMPOR SUMATERA BARAT TRIWULAN I2017 ... 11

GRAFIK 1.24.PANGSA PDMENURUT LAPANGAN USAHA TRIWULAN I2017SUMBAR ... 13

GRAFIK 1.25.PERTUMBUHAN PDRB PER LAPANGAN USAHA UTAMA SUMBAR ... 13

GRAFIK 1.26.PERKEMBANGAN HARGA GABAH ... 13

GRAFIK 1.27. PERKEMBANGAN USAHA SEKTOR PERTANIAN (SKDUBI) ... 13

GRAFIK 1.28. JUMLAH WISATAWAN MELALUI BANDARA INTERNASIONAL MINANGKABAU DAN PELABUHAN TELUK BAYUR ... 14

GRAFIK 1.29. PEMAKAIAN LISTRIK KELOMPOK PELANGGAN BISNIS ... 14

GRAFIK 1.30. KREDIT LAPANGAN USAHA PERDAGANGAN ... 15

GRAFIK 1.31. INDEKS PERKEMBANGAN HARGA JUAL LAPANGAN USAHA TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN (SKDU) ... 15

GRAFIK 1.32. INDEKS PERKEMBANGAN TENAGA KERJA LAPANGAN USAHA TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN (SKDU) ... 15

GRAFIK 1.33.PERKEMBANGAN KREDIT LAPANGAN USAHA TRANSPORTASI ... 16

GRAFIK 1.34.PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR ... 17

GRAFIK 1.35.PERKEMBANGAN SALDO BERSIH TERTIMBANG (SBT)TENAGA KERJA (SKDU) ... 17

GRAFIK 1.36.PERKEMBANGAN HARGA CPO DAN KARET DUNIA ... 18

GRAFIK 1.37.PERKEMBANGAN INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN (SKBI) ... 18

GRAFIK 1.38.PRAKIRAAN PERKEMBANGAN KEGIATAN DUNIA USAHA (SKDUBI) ... 19

GRAFIK 1.39.PRAKIRAAN PERKEMBANGAN TENAGA KERJA (SKDUBI) ... 19

GRAFIK 2.1. REALISASI BELANJA DI SUMATERA BARAT TRIWULAN I2016 DAN 2017 ... 30

GRAFIK 2.2. REALISASI BELANJA TRIWULAN I2016 DAN TRIWULAN I2017 ... 31

(11)

GRAFIK 3.1.PERKEMBANGAN INFLASI SUMBAR DAN NASIONAL ... 46

GRAFIK 3.2.ANDIL KOMODITAS CABAI MERAH DAN BERAS TERHADAP INFLASI SUMBAR ... 47

GRAFIK 3.3DISAGREGASI INFLASI TRIWULANAN PROVINSI SUMBAR ... 49

GRAFIK 3.4.IKK,IKE DAN IEKKONSUMEN DI SUMBAR ... 52

GRAFIK 3.5.DISAGREGASI INFLASI TAHUNAN PROVINSI SUMBAR ... 52

GRAFIK 3.6. LAJU INFLASI SUMATERA BARAT BERDASARKAN DISAGREGASI INFLASI ... 53

GRAFIK 3.7. KONTRIBUSI INFLASI TAHUNAN (YOY)SUMATERA BARAT BERDASARKAN DISAGREGASI INFLASI ... 53

GRAFIK 3.8.PERKEMBANGAN HISTORIS INFLASI BULANAN RAMADHAN DAN LEBARAN (2014-2016) ... 55

GRAFIK 3.9. EKSPEKTASI HARGA 3 DAN 6BULAN MENDATANG ... 56

GRAFIK 3.10. PERKEMBANGAN HARGA BULANAN BERAS,CABAI MERAH DAN BAWANG MERAH (VOLATILE FOODS) ... 56

GRAFIK 3.11. PERKEMBANGAN HARGA BULANAN EMAS (INTI) ... 56

GRAFIK 3.12. PERKEMBANGAN HARGA ROKOK DAN TIKET ANGKUTAN UDARA (ADMINISTERED PRICE) ... 56

GRAFIK 4.1.KOMPOSISI PENGELUARAN RUMAH TANGGA TRIWULAN I2017 ... 61

GRAFIK 4.2.KOMPOSISI DPKSUMATERA BARAT ... 63

GRAFIK 4.3.PERTUMBUHAN DPKPERSEORANGAN ... 63

GRAFIK 4.4.KOMPOSISI DPKPERSEORANGAN SUMATERA BARAT ... 63

GRAFIK 4.5.PERTUMBUHAN DPKPERSEORANGAN TIAP JENIS PENEMPATAN ... 63

GRAFIK 4.6.PERTUMBUHAN KREDIT RUMAH TANGGA ... 64

GRAFIK 4.7.PANGSA KREDIT RUMAH TANGGA ... 64

GRAFIK 4.8.PERKEMBANGAN JUMLAH MOTOR ... 65

GRAFIK 4.9.PERKEMBANGAN HARGA PROPERTI RESIDENSIAL (SHPR) DI SUMATERA BARAT... 65

GRAFIK 4.10.PERKEMBANGAN NPLKREDIT RUMAH TANGGA ... 65

GRAFIK 4.11.KINERJA KORPORASI DI SUMATERA BARAT BERDASARKAN LIAISON TRIWULAN I2017 ... 67

GRAFIK 4.12.KONDISI KEGIATAN USAHA DI SUMATERA BARAT ... 67

GRAFIK 4.13.INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN ... 67

GRAFIK 4.14.PERKEMBANGAN KONDISI LIKUIDITAS KEUANGAN KORPORASI DI SUMATERA BARAT ... 69

GRAFIK 4.15.KONDISI LIKUIDITAS KEUANGAN KORPORASI BERDASARKAN SEKTORAL ... 69

GRAFIK 4.16.PANGSA KREDIT BERDASARKAN JENIS PENGGUNAAN DI SUMBAR ... 71

GRAFIK 4.17.PERTUMBUHAN KREDIT BERDASARKAN ... 71

GRAFIK 4.18.PERTUMBUHAN 4SEKTOR TERBESAR KREDIT KORPORASI DI SUMBAR ... 72

GRAFIK 4.19.NPL4SEKTOR TERBESAR KREDIT KORPORASI DI SUMBAR ... 72

GRAFIK 4.20.PERTUMBUHAN ASET BANK UMUM SUMATERA BARAT ... 74

GRAFIK 4.21.SUKU BUNGA TERTIMBANG DPK DAN KREDIT BANK UMUM SUMBAR ... 74

GRAFIK 4.22.PERTUMBUHAN DPKBANK UMUM MENURUT JENIS SIMPANAN (YOY) ... 75

GRAFIK 4.23.PERKEMBANGAN NILAI DPKMENURUT JENIS SIMPANAN ... 75

GRAFIK 4.24.PERTUMBUHAN KREDIT BANK UMUM BERDASARKAN JENIS PENGGUNAAN ... 75

GRAFIK 4.25.PERKEMBANGAN LDR DAN NPLBANK UMUM ... 75

GRAFIK 4.26.PERTUMBUHAN INDIKATOR PERBANKAN SYARIAH SUMBAR ... 78

GRAFIK 4.27.PERTUMBUHAN JENIS-JENIS DANA PIHAK KETIGA PERBANKAN SYARIAH SUMBAR ... 78

GRAFIK 4.28.PERTUMBUHAN KREDIT UMKM ... 78

GRAFIK 4.29.PROPORSI KREDIT UMKMSISI SEKTORAL ... 78

GRAFIK 4.30.PERKEMBANGAN NPLKREDIT UMKM ... 79

GRAFIK 4.31.RASIO JUMLAH REKENING DPKTERHADAP PENDUDUK BEKERJA ... 80

GRAFIK 4.32.RASIO JUMLAH REKENING KREDIT TERHADAP PENDUDUK BEKERJA ... 80

GRAFIK 4.33.RASIO JUMLAH REKENING DPKTERHADAP ANGKATAN BEKERJA ... 80

GRAFIK 4.34.RASIO JUMLAH REKENING KREDIT TERHADAP ANGKATAN BEKERJA ... 80

GRAFIK 5.1.PERKEMBANGAN TRANSAKSI KLIRING DI SUMBAR ... 82

GRAFIK 5.2.PERKEMBANGAN TRANSAKSI UANG ELEKTRONIK BERBASIS SERVER DI SUMBAR ... 82

GRAFIK 5.3.FREKUENSI TRANSAKSI DAN JUMLAH REKENING LAYANAN KEUANGAN DIGITAL DI SUMBAR ... 82

GRAFIK 5.4.PERKEMBANGAN ALIRAN UANG KAS MASUK (INFLOW) DAN KELUAR (OUTFLOW) ... 82

GRAFIK 5.5.ALIRAN UANG KAS MASUK (INFLOW) DAN KELUAR (OUTFLOW) DI WILAYAH SUMATERA ... 83

GRAFIK 5.6.PERKEMBANGAN PEMUSNAHAN UANG TIDAK LAYAK EDAR (UTLE) ... 83

GRAFIK 5.7.PEMUSNAHAN UTLE PER LEMBAR DI SUMBAR ... 84

(12)

GRAFIK 6.2. ANGKATAN BEKERJA DI SUMATERA BARAT ... 90

GRAFIK 6.3. INDEKS KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGHASILAN SAAT INI ... 91

GRAFIK 6.4. PANGSA PEKERJA MENURUT LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA ... 91

GRAFIK 6.5. PEKERJA MENURUT STATUS PEKERJAAN UTAMA ... 92

GRAFIK 6.6. TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA MENURUT PENDIDIKAN PERIODE FEBRUARI 2017 ... 92

GRAFIK 6.7. JUMLAH DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI SUMATERA BARAT ... 93

GRAFIK 6.8. GARIS KEMISKINAN DI SUMATERA BARAT ... 93

GRAFIK 6.9. GARIS KEMISKINAN UNTUK MAKANAN ... 94

GRAFIK 6.10. GARIS KEMISKINAN UNTUK NON MAKANAN ... 94

GRAFIK 6.11. INDEKS KEDALAMAN KEMISKINAN (P1) ... 94

GRAFIK 6.12. INDEKS KEPARAHAN KEMISKINAN (P2) ... 94

GRAFIK 6.13. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI DI SUMATERA,2016 ... 95

GRAFIK 6.14. GINI RATIO PROVINSI DI SUMATERA,2016... 95

GRAFIK 6.15. PERKEMBANGAN INDEKS HARGA DITERIMA (IT) DENGAN INDEKS HARGA DIBAYAR (IB ... 97

GRAFIK 6.16. NTPSUMBAR MENURUT SUBSEKTOR ... 97

GRAFIK 6.17. PERKEMBANGAN HARGA GKP(PRODUSEN) DAN HARGA BERAS (KONSUMEN) ... 97

GRAFIK 6.18. PERKEMBANGAN INFLASI PEDESAAN DAN INFLASI UMUM SUMATERA BARAT ... 97

GRAFIK 7.1. PRAKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI SUMBAR TAHUN 2017 ... 100

GRAFIK 7.2. HISTORIS RATA-RATA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUNAN (YOY)SUMBAR TAHUN 2011-2016 ... 100

GRAFIK 7.3. INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN ... 101

GRAFIK 7.4.PERKEMBANGAN KONSUMSI SEMEN DI SUMBAR... 102

GRAFIK 7.5.PERKEMBANGAN HARGA INTERNASIONAL MINYAK KELAPA SAWIT DAN KARET ... 103

GRAFIK 7.6. PROYEKSI PERTUMBUHAN TAHUNAN (YOY)HARGA KOMODITAS INTERNASIONAL (CPO DAN KARET) ... 103

GRAFIK 7.7.PERKEMBANGAN SASARAN LUAS TANAM DAN LUAS PANEN PADI DI SUMBAR TAHUN 2017 ... 104

GRAFIK 7.8. PERKEMBANGAN HARGA GABAH ... 104

GRAFIK 7.9.PROYEKSI INFLASI SUMBAR TAHUN 2017 ... 106

GRAFIK 7.10. INDEKS EKSPEKTASI HARGA KE DEPAN ... 106

GRAFIK 7.11.PROYEKSI HARGA EMAS (USD/TROY)SUMBER :FINANCIAL FORECAST CENTER ... 107

(13)

RINGKASAN EKSEKUTIF

KAJIAN

EKONOMI

REGIONAL

PROVINSI

SUMATERA

BARAT

PERIODE

MEI

2017

Perekonomian Sumatera Barat triwulan I 2017 membaik

Perekonomian Sumatera Barat pada triwulan I 2017 terpantau mengalami perbaikan. Laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat pada triwulan I 2017 tumbuh

sebesar 4,91% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2016 sebesar 4,86% (yoy). Setelah berada pada posisi kedelapan di triwulan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Sumbar berada di urutan kelima untuk wilayah Sumatera pada periode laporan. Meningkatnya harga komoditas memicu pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat pada triwulan I 2017

Meningkatnya harga dari 2 (dua) komoditas andalan Sumatera Barat yaitu

Crude Palm Oil (CPO) dan karet menjadi penopang pertumbuhan ekonomi

pada triwulan I 2017. Peningkatan harga kedua komoditas dimaksud menyebabkan

meningkatnya pendapatan masyarakat yang mendorong semakin tumbuhnya konsumsi rumah tangga. Dari sisi lapangan usaha, pendorong utama perbaikan ekonomi Sumatera Barat adalah peningkatan kinerja lapangan usaha pertanian dan transportasi pergudangan. Lambatnya proses administrasi menyebabkan kurang optimalnya belanja pemerintahan daerah.

Lambatnya proses administrasi pelaksanaan belanja daerah dan terhambatnya pencairan dana sertifikasi guru karena belum adanya petunjuk teknis masih menjadi faktor utama kurang optimalnya realisasi belanja daerah pada triwulan I 2017. Meskipun anggaran belanja Provinsi Sumatera Barat dan 19 kabupaten/kota

mengalami peningkatan pada tahun 2017, realisasi belanja pada triwulan I 2017 justru mengalami penurunan dibandingkan dengan realisasi belanja pada triwulan I 2016. Total realisasi belanja provinsi dan 19 kabupaten/kota pada triwulan I 2017 sebesar Rp2.422 miliar (8,91% dari anggaran 2017) atau lebih kecil dibandingkan realisasi belanja pada triwulan I 2016 yang mencapai Rp2.569 miliar (9,66% dari anggaran 2016).

Tekanan inflasi di awal tahun mereda.

Laju inflasi Sumbar pada triwulan I 2017 mereda terutama disebabkan turunnya tekanan pada kelompok bahan makanan. Secara tahunan, laju inflasi

Sumatera Barat pada triwulan I 2017 tercatat sebesar 3,82 (yoy) atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 4,89% (yoy). Panen komoditas

(14)

seiring panen dan operasi pasar oleh Bulog, menjadi faktor utama menurunnya tekanan inflasi pada triwulan I 2017. Dengan besaran inflasi tersebut, Provinsi Sumatera Barat tercatat sebagai provinsi dengan laju inflasi tahunan urutan ke-18 tertinggi secara nasional.

Stabilitas keuangan korporasi dan rumah tangga terjaga

Secara umum, stabilitas keuangan daerah di Sumatera Barat terjaga didukung oleh masih terjaganya risiko dari sisi korporasi dan rumah tangga. Secara

umum, stabilitas keuangan daerah relatif masih terjaga baik dari korporasi maupun rumah tangga. Kinerja korporasi sedikit tertahan akibat masih lemahnya permintaan masyarakat. Sektor korporasi mengalami pertumbuhan kredit, sedangkan sektor rumah tangga mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan I 2017. Kredit perbankan yang disalurkan untuk sektor rumah tangga pada triwulan I 2017 mencapai Rp22,9 triliun atau tumbuh sebesar 7,1% (yoy), turun dibandingkan triwulan IV 2016 sebesar Rp22,6 triliun atau 8,2% (yoy). Dari sisi risiko kredit, kualitas kredit sektor korporasi perlu terus diwaspadai mengingat NPL yang telah melampaui ambang batas 5% selama beberapa tahun terakhir dan kembali naik menjadi 5,3% (yoy) pada triwulan I 2017. Kenaikan NPL korporasi pada triwulan I 2017 dimaksud juga diikuti dengan kenaikan rasio NPL kredit rumah tangga dan kredit UMKM. Transaksi non tunai menurun Transaksi tunai mencatat net

Transaksi kliring Sumatera Barat kembali mengalami penurunan. Pada triwulan

I 2017, volume transaksi kliring kembali mengalami penurunan sebesar 6,47% (yoy) menjadi 90.963 lembar. Penurunan tersebut lebih baik dibandingkan dengan penurunan pada triwulan IV 2016 yang mencapai 8,4% (yoy). Kondisi serupa juga terjadi pada nominal transaksi kliring yang turun di level Rp3,52 triliun atau 9,26% (yoy), meskipun tidak sedalam penurunan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 12,08% (yoy).

Sumatera Barat kembali mengalami net inflow. Pada triwulan I 2017, Provinsi

Riau, Kepulauan Riau, Jambi dan Sumatera Selatan tercatat mengalami outflow sedangkan provinsi di wilayah Sumatera lainnya tercatat inflow. Sementara itu,

(15)

Tingkat pengangguran terbuka menurun.

Membaiknya perekonomian pada awal tahun 2017 memberikan dampak positif terhadap perbaikan penyerapan tenaga kerja. Kondisi tersebut tercermin dari

kenaikan tingkat partisipasi angkatan kerja yang diiringi dengan relatif menurunnya tingkat pengangguran. Penyerapan tenaga kerja (Februari 2017) masih didominasi sektor pertanian dan perdagangan namun persentasenya cenderung turun dibandingkan tahun sebelumnya karena adanya peralihan tenaga kerja ke sektor lain terutama industri pengolahan dan sektor jasa. Di sisi lain, status pekerja di Sumatera Barat sebagian besar berada di lapangan kerja informal. Masih terbatasnya lapangan pekerjaan di sektor formal menyebabkan pengangguran terdidik masih tinggi. IPM masyarakat Sumatera Barat membaik

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan rasio gini cenderung membaik di tengah meningkatnya persentase jumlah penduduk miskin. Di sisi lain, perlambatan aktivitas perekonomian pada tahun 2016 berimbas pada penurunan kesejahteraan masyarakat. Meningkatnya jumlah penduduk miskin,

persentase penduduk miskin, dan indeks keparahan kemiskinan menjadi indikasi penurunan kesejahteraan daerah. Peningkatan penduduk miskin tersebut terutama terjadi pada masyarakat perdesaan, sementara penduduk miskin masyarakat perkotaan relatif stabil.

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat triwulan II 2017 diprakirakan meningkat, diikuti dengan kenaikan laju inflasi

Laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat pada triwulan II 2017 diproyeksikan tumbuh di kisaran 5,3 – 5,7% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2017 sebesar 4,91% (yoy). Dari sisi permintaan, perekonomian Sumatera

Barat terutama ditopang oleh peningkatan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, dan investasi. Faktor utama pendorong kinerja PDRB di triwulan II 2017 antara lain, peningkatan konsumsi seiring pemberian THR dan perayaan Idul Fitri, peningkatan realisasi anggaran pemerintah, realisasi dana desa, serta peningkatan jumlah wisatawan dan pemudik seiring tradisi pulang basamo

Pada triwulan II 2017, laju inflasi diprakirakan meningkat seiring dengan siklus datangnya Ramadhan dan Lebaran (sisi permintaan) dan mulai berakhirnya panen beras dan cabai (sisi permintaan). Komoditas utama

penyumbang inflasi diperkirakan bersumber dari komoditas pangan dan hortikultura seperti beras, cabai merah, bawang merah dan jengkol serta komoditas administered price seperti tiket angkutan udara dan tarif listrik.

(16)

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat triwulan III 2017 diprakirakan melambat, diikuti dengan penurunan laju inflasi

Perekonomian Sumatera Barat pada triwulan III 2017 diprakirakan tumbuh pada kisaran 5,2% - 5,6% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya

dengan prakiraan sebesar 5,3% - 5,7% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga, walaupun tetap tumbuh tinggi, lebih rendah dibandingkan dengan prakiraan pertumbuhan ekonomi triwulan II 2017 seiring dengan pulang basamo, liburan sekolah dan tahun ajaran baru. Investasi diprakirakan tumbuh tinggi yang ditopang akselerasi belanja modal dan realisasi fisik proyek swasta.

Pada triwulan III 2017, laju inflasi secara umum diprakirakan berada dalam rentang 4,7% - 5,1% (yoy) atau menurun dibandingkan triwulan sebelumnya.

Penurunan terbesar diperkirakan disumbang oleh kelompok volatile foods dan administered price seiring normalisasi harga berbagai barang dan jasa pasca Ramadhan dan Lebaran

Secara keseluruhan tahun, pertumbuhan ekonomi tahun 2017 diprakirakan meningkat dibandingkan 2016

Secara keseluruhan tahun, pertumbuhan ekonomi Sumbar di tahun 2017 diprakirakan berada pada kisaran 5,3% - 5,7% (yoy), meningkat dibandingkan tahun 2016. Di sisi permintaan, sumber pertumbuhan utama berasal dari komponen

pengeluaran konsumsi rumah tangga, ekspor dan investasi. Membaiknya konsumsi rumah tangga disebabkan oleh peningkatan harga komoditas dunia, khususnya CPO dan karet yang mendorong perbaikan daya beli dan tingkat pendapatan masyarakat. Aktivitas investasi diprakirakan membaik seiring realisasi investasi Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri dan investasi untuk mendorong kinerja pariwisata di berbagai daerah.

Inflasi tahun 2017 diprakirakan lebih tinggi dibandingkan 2016

Inflasi tahun 2017 diproyeksikan pada kisaran 4,5% + 1% (yoy). Dari sisi volatile

foods, risiko peningkatan harga masih bersumber dari komoditas cabai merah dan beras. Faktor musiman peningkatan permintaan pada saat Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha secara historis menjadi penyebab meningkatnya harga secara signifikan di atas harga normal. Di samping itu, risiko musim kekeringan pada semester II 2017 juga diperkirakan memberikan andil pada kenaikan harga beras dan cabai

(17)

INDIKATOR EKONOMI TERPILIH SUMATERA BARAT

2017

I II III IV I II III IV I

MAKRO

IHK Sumatera Barat * 125,06 120,22 122,70 124,09 126,41 126,41 128,19 126,66 130,42 132,59 132,59 133,08 IHK Kota Padang 126,03 120,99 123,48 124,83 127,10 127,10 127,72 127,38 131,16 133,48 133,48 134,04 IHK Kota Bukittinggi 118,22 114,79 117,15 118,87 121,52 121,52 121,09 121,56 125,20 126,29 126,29 126,31 Laju Inflasi Tahunan Sumatera Barat (yoy %) 11,58 6,28 8,17 6,25 1,08 1,08 6,62 3,23 5,10 4,89 4,89 3,82 Laju Inflasi Tahunan Kota Padang (yoy %) 11,90 6,52 8,42 6,42 0,85 0,85 4,97 3,16 5,07 5,02 5,02 3,98 Laju Inflasi Tahunan Kota Bukittinggi (yoy %) 9,24 4,53 6,34 5,00 2,79 2,79 7,20 3,76 5,33 3,93 3,93 2,65

PDRB - harga konstan (miliar Rp) ** PDRB berdasarkan sisi Permintaan

- Konsumsi Rumah Tangga 70.010 17.884 18.069 18.498 18.569 73.021 18.613 18.852 19.317 19.401 76.237 19.454,36 - Konsumsi LNPRT 1.511 377 378 397 410 1.562 401 410 417 412 1.635 402,32 - Konsumsi Pemerintah 16.215 3.004 3.787 3.991 6.191 16.974 3.104 3.998 3.920 6.043 17.002 3.117,74 - Pembentukan Modal Tetap Bruto (Investasi) 39.943 9.927 10.230 10.565 10.954 41.676 10.347 10.654 10.876 11.231 43.007 10.606,71 - Perubahan Inventori 69 (46) 94 83 (50) 81 (142) 551 145 -250 272 -167,12 - Ekspor Luar Negeri 19.922 4.942 5.838 5.068 5.236 21.084 4.404 4.067 4.779 4.909 18.165 5.338,36 - Impor Luar Negeri 8.881 2.133 2.135 2.136 2.323 8.727 2.094 1.698 1.853 1.077 6.725 2.099,48 - Net Ekspor Antar Daerah (5.472) 74 (1.595) (732) (2.889) (5.142) 1.284 (136) (145) -2.851 -1.481 1.055,62

PDRB berdasarkan Lapangan Usaha

- Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 32.147 7.892 8.227 8.702 8.718 33.539 8.322 8.422 8.607 8.760 34.210 8.690,3 - Pertambangan dan Penggalian 5.924 1.569 1.541 1.543 1.482 6.136 1.514 1.536 1.592 1.626 6.268 1.564,5 - Industri Pengolahan 15.140 3.822 3.851 3.859 3.887 15.419 3.885 4.151 4.098 4.071 16.174 4.035,7 - Pengadaan Listrik, Gas 133 32 33 32 37 134 36 37 37 41 162 40,2 - Pengadaan Air 134 35 36 35 36 142 37 38 38 38 151 38,8 - Konstruksi 11.537 2.945 3.031 3.132 3.219 12.327 3.102 3.209 3.348 3.460 13.127 3.308,5 - Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor 20.547 5.229 5.345 5.470 5.551 21.595 5.612 5.649 5.747 5.845 22.760 5.860,3 - Transportasi dan Pergudangan 14.950 3.943 4.011 4.101 4.102 16.156 4.181 4.310 4.441 4.308 17.493 4.464,9 - Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.329 339 348 362 371 1.420 377 389 399 410 1.579 409,0 - Informasi dan Komunikasi 8.312 2.233 2.261 2.357 2.280 9.131 2.458 2.528 2.618 2.480 9.883 2.581,7 - Jasa Keuangan 4.041 1.063 1.005 1.046 1.074 4.188 1.118 1.103 1.119 1.183 4.524 1.140,0 - Real Estate 2.610 658 669 692 728 2.748 704 712 724 755 2.896 738,4 - Jasa Perusahaan 586 150 152 156 163 622 161 161 164 171 657 169,1 - Sosial WajibAdministrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan 7.506 1.915 1.931 1.959 2.054 7.860 2.027 2.053 2.070 2.090 8.287 2.083,9 - Jasa Pendidikan 4.627 1.231 1.233 1.261 1.314 5.040 1.341 1.344 1.371 1.408 5.499 1.437,5 - Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.750 440 446 471 521 1.877 473 478 493 513 1.948 501,1 - Jasa lainnya 2.044 533 547 556 560 2.196 571 578 590 658 2.494 644,6

Pertumbuhan PDRB (yoy %) 5,85 5,86 5,48 4,93 5,74 5,41 5,55 5,86 4,82 4,86 5,26 4,91 PERBANKAN

Bank Umum

Total Aset (Rp triliun) 48,1 50,8 52,9 53,8 54,3 54,3 55,5 56,5 57,46 57,63 57,63 59,27 DPK (Rp Triliun) 29,7 31,8 33,0 34,0 33,1 33,1 34,2 35,2 35,97 34,92 34,92 35,94 - Giro (Rp Triliun) 4,3 6,6 7,4 6,8 4,9 4,9 7,1 6,5 6,43 5,08 5,08 6,96 - Tabungan (Rp Triliun) 15,3 14,0 14,5 15,5 17,5 17,5 16,0 17,4 17,65 19,24 19,24 17,98 - Deposito (Rp Triliun) 10,2 11,2 11,2 11,7 10,7 10,7 11,0 11,3 11,89 10,59 10,59 11,00 Kredit (Rp Triliun) 42,8 44,2 45,8 47,4 48,0 48,0 48,2 49,7 50,30 50,70 50,70 50,93 - Modal Kerja 16,0 16,3 16,9 17,2 17,1 17,1 17,0 17,2 17,27 17,32 17,32 16,89 - Investasi 7,6 8,5 8,8 9,3 10,0 10,0 9,8 10,7 11,01 10,77 10,77 11,14 - Konsumsi 19,1 19,5 20,1 20,8 20,9 20,9 21,4 21,7 22,01 22,61 22,61 22,90 LDR (%) 143,8 139,0 138,8 139,4 145,1 145,1 141,2 140,9 139,8 145,2 145,2 141,7 NPL (gross, %) 2,9 3,0 3,0 3,1 2,7 2,7 3,0 3,3 3,6 3,2 3,2 3,3 2014 2015 2015 2016 2016 INDIKATOR Keterangan :

* IHK th 2012-2013 menggunakan tahun dasar 2007=100, IHK th 2014 menggunakan tahun dasar 2012=100 ** PDRB menggunakan tahun dasar 2010

Sumber :

- Data IHK, Laju Inflasi, PDRB berasal dari BPS - Data Perbankan berasal dari data Bank Indonesia

(18)

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

(19)

1

BAB I

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

DAERAH

Perekonomian Sumatera Barat pada triwulan I 2017 terpantau mengalami

perbaikan. Laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat pada triwulan I 2017 tumbuh

sebesar 4,91% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2016 sebesar 4,86% (yoy). Penopang pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan berasal dari peningkatan aktivitas konsumsi rumah tangga dan pemerintah, serta adanya perbaikan kinerja ekspor. Peningkatan harga komoditas internasional (CPO dan karet) diindikasikan berdampak pada kenaikan konsumsi rumah tangga karena meningkatnya daya beli, mengingat sebagian besar masyarakat bergantung pada kedua komoditas tersebut. Selain itu, kenaikan harga komoditas yang disertai dengan peningkatan permintaan negara mitra dagang menyebabkan ekspor luar negeri membaik pada triwulan laporan. Di sisi lain, konsumsi pemerintah mencatat peningkatan akibat adanya kenaikan APBD tahun 2017 serta sebagai imbas dari base effect penundaan DAU pada triwulan III dan IV 2016. Namun, konsumsi pemerintah tertahan lebih lanjut seiring dengan masih terbatasnya kegiatan pemerintah di awal tahun.

Secara sektoral, pendorong utama perbaikan ekonomi Sumatera Barat adalah peningkatan kinerja lapangan usaha pertanian dan transportasi pergudangan. Dari sisi pertanian, peningkatan kinerja lapangan usaha tersebut disebabkan oleh peningkatan produksi tanaman bahan makanan (tabama) akibat pergeseran musim tanam di triwulan III ke triwulan IV 2016 yang berakibat peningkatan panen pada triwulan laporan. Membaiknya kinerja lapangan usaha transportasi dan pergudangan terutama merupakan imbas dari penambahan armada dan rute perjalanan sub kategori angkutan sungai, danau, dan penyeberangan.

Perekonomian Sumatera Barat pada triwulan II 2017 diprakirakan tumbuh moderat di kisaran 5,3 – 5,7% (yoy). Penopang perekonomian terutama bersumber

dari konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, dan investasi. Meningkatnya konsumsi dipicu oleh peningkatan permintaan memasuki bulan Ramadhan dan persiapan Idul Fitri serta adanya penambahan pendapatan masyarakat karena pemberian THR. Aktivitas konsumsi pemerintah diprakirakan meningkat akibat adanya peningkatan alokasi dana desa dan pemberian gaji ke-13 dan ke-14 untuk PNS.

(20)

Investasi diprakirakan turut meningkat karena peningkatan belanja modal pemerintah maupun dari pihak swasta seiring dengan komitmen pemerintah untuk memberikan kemudahan investasi kepada investor. Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2017 ditopang oleh lapangan usaha perdagangan dan transportasi pergudangan. Meningkatnya aktivitas konsumsi masyarakat dan adanya “tradisi pulang basamo” saat Ramadhan dan Idul Fitri menjadi penggerak kedua lapangan usaha tersebut pada triwulan II 2017.

1.1 Perkembangan Umum

Selama 2 (dua) triwulan berturut-turut (triwulan IV 2016 dan triwulan I 2017), perekonomian Sumatera Barat mencatatkan perbaikan pertumbuhan dengan kisaran moderat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan I 2017,

ekonomi Sumatera Barat mampu tumbuh sebesar 4,91% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan IV 2016 sebesar 4,86% (yoy). Dari sisi pengeluaran, membaiknya ekonomi Sumatera Barat ditopang oleh kinerja konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah serta ekspor. Peningkatan konsumsi rumah tangga terjadi seiring dengan perbaikan pendapatan masyarakat pasca kenaikan harga komoditas. Perbaikan harga komoditas dan peningkatan permintaan negara mitra dagang juga menjadi pendorong kenaikan ekspor pada triwulan laporan. Konsumsi pemerintah meningkat karena adanya kenaikan APBD tahun 2017 dan base effect penundaan DAU tahun lalu yang menyebabkan terkontraksinya pengeluaran pemerintah pada triwulan III dan IV 2016. Berdasarkan lapangan usaha, pertumbuhan pada triwulan laporan berasal dari perbaikan kinerja lapangan usaha pertanian dan transportasi pergudangan. Perbaikan kinerja lapangan usaha pertanian disebabkan oleh peningkatan produksi tanaman bahan makanan (tabama) akibat pergeseran musim tanam dari triwulan III ke triwulan IV 2016 yang berdampak meningkatnya panen pada triwulan laporan. Sedangkan membaiknya kinerja transportasi dan pergudangan merupakan imbas dari penambahan armada dan rute perjalanan subkategori angkutan sungai, danau, dan penyeberangan.

(21)

6.42 5.21 5.11 5.11 4.91 4.50 4.27 2.87 2.82 2.02 4.05 5.01 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00

7.00 Provinsi di Sumatera Sumatera Nasional

% yoy Sumber: BPS, diolah 4.71 4.68 4.73 5.04 4.91 5.19 5.02 4.94 5.01 5.49 5.75 5.26 5.61 5.58 5.85 4.81 4.86 4.91 0 1 2 3 4 5 6 7 I II III IV I II III IV I 2015 2016 2017

Nasional Sumatera Barat

%, yoy

Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di

Kawasan Sumatera Triwulan I 2017

Grafik 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat

dan Nasional

Berbeda dengan Sumatera Barat, pertumbuhan ekonomi sebagian besar provinsi di kawasan Sumatera mencatat perlambatan pada triwulan I 2017. Laju

pertumbuhan ekonomi Sumatera melambat dari 4,49% (yoy) pada triwulan IV 2016 menjadi 4,05% (yoy) pada triwulan I 2017. Melambatnya perekonomian Sumatera terutama disebabkan oleh melambatnya realisasi investasi pada triwulan awal 2017. Ditinjau secara spasial, perlambatan pertumbuhan terjadi di 6 (enam) dari 10 provinsi di Sumatera. Perlambatan pertumbuhan tertinggi berasal dari Provinsi Kepulauan Riau yang disebabkan oleh menurunnya pengeluaran pemerintah dan net ekspor (terutama ekspor domestik yang berasal dari produk kapal dan elektronik). Di sisi lain, melambatnya pertumbuhan Sumatera lebih lanjut tertahan seiring dengan masih meningkatnya perekonomian Sumatera Barat, Riau, Lampung, dan Kepulauan Bangka Belitung.

Di skala nasional, perekonomian Indonesia mencatatkan perbaikan pada triwulan I 2017. Pertumbuhan ekonomi Indonesia membaik dari 4,94% (yoy) pada triwulan IV

2016 menjadi 5,01% (yoy) pada triwulan I 2017. Angka pertumbuhan tersebut merupakan yang tertinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I selama 2 (dua) tahun terakhir (2015 – 2016) yang tumbuh di bawah 5% (yoy). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2017 ditopang oleh peningkatan aktivitas perdagangan luar negeri khususnya dengan mitra dagang Amerika Serikat seiring dengan pemulihan permintaan dan ekonomi negara tersebut.

(22)

1.2 Dinamika Sisi Pengeluaran Perekonomian Sumatera Barat

Dari sisi pengeluaran, perbaikan pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat pada triwulan I 2017 berasal dari peningkatan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, dan kinerja ekspor. Sementara itu, komponen investasi tercatat sedikit

melambat pada triwulan I 2017 seiring dengan stagnasi dan masih terbatasnya dukungan realisasi investasi pihak swasta pada awal tahun (Tabel 1.1).

Tabel 1.1. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Berdasarkan Pengeluaran

2017

Konsumsi Rumah Tangga 4.08 4.03 4.58 4.34 4.26 4.40 4.36 4.42 4.38 4.39 4.43

Konsumsi LNPRT 0.02 -2.77 7.94 8.69 3.39 6.46 8.51 3.68 0.46 4.67 0.23

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1.56 5.19 6.02 4.21 4.36 3.41 5.40 -1.35 -0.83 1.20 1.05

Pembentukan Modal Tetap Bruto 4.89 3.81 4.62 4.03 4.33 3.90 3.82 2.93 2.85 3.36 2.83

Perubahan Inventori 3.96 -1.00 177.07 3.59 105.80 897.53 469.75 0.43 816.83 -2.34 -50.36

Ekspor Luar Negeri 3.34 20.26 1.82 -5.55 4.62 -10.87 -29.64 -3.51 -4.87 -12.84 21.19

Impor Luar Negeri -0.46 6.66 -7.34 -3.62 -1.51 -1.24 -20.83 -12.69 -54.15 -23.04 0.13

Net Ekspor Antar Daerah -148.85 16.09 29.90 -19.36 -13.10 1090.42 -94.36 -85.52 4.49 -68.32 -31.55

P D R B 5.49 5.75 5.26 5.61 5.52 5.58 5.85 4.81 4.86 5.26 4.91

2016

I Komponen Pengeluaran (%, yoy)

2015

II III IV Total

I II III IV Total I

Sumber: BPS, diolah

1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga

Akselerasi aktivitas konsumsi pada triwulan I 2017 terjadi seiring dengan membaiknya daya beli dan pendapatan masyarakat. Kondisi tersebut merupakan

imbas dari peningkatan harga komoditas internasional, serta faktor lain seperti hasil dukungan Pemerintah pada pengembangan ekonomi terutama sektor pariwisata, realisasi proyek infrastruktur, kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP). Pertumbuhan pengeluaran rumah tangga meningkat dari 4,38% (yoy) pada triwulan IV 2016 menjadi 4,43% (yoy) pada triwulan I 2017. Perbaikan daya beli terindikasi sejalan dengan kenaikan harga komoditas dunia. Sebagian besar tenaga kerja di Sumatera Barat berada di sektor pertanian sehingga banyak bergantung pada perkembangan harga komoditas pertanian dan perkebunan, khususnya kelapa sawit dan karet. Meski pergerakan harga kedua komoditas tersebut belum mampu mencapai level puncaknya seperti pada tahun 2013 dan 2014, namun harga CPO dan karet di triwulan I 2017 jauh

(23)

triwulan IV 2016 yang mencapai 0,46. Nilai tersebut juga meningkat signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai -0,29.

4.43 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 16 16 17 17 18 18 19 19 20 20

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Konsumsi RT Pertumbuhan (%, yoy) - sisi kanan Triliun Rp Sumber: BPS, diolah Konsumsi RT; 51.6% Konsumsi LNPRT; 1.1% Konsumsi Pemerintah; 8.3% Investasi; 28.1% Net Ekspor LN; 8.6%

Net Ekspor Antar Daerah; 2.8%

Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.3. Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga Grafik 1.4. Pangsa PDRB Tw I 2017 Menurut

Permintaan

Optimisme konsumsi rumah tangga terefleksi dari penguatan beberapa indikator Survei Konsumen Bank Indoensia. Seluruh komponen dari Survei Konsumen yang

dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Barat, yakni Indeks Keyakinan Konsumen, Indeks Ekspektasi Konsumen, serta Indeks Kondisi Ekonomi menunjukkan perbaikan bahkan berada di atas level 100 (Grafik 1.6). Indikasi lain tercermin dari meningkatnya pembelian barang tahan lama masyarakat, seperti kendaraan bermotor. Kondisi ini tergambar dari peningkatan pertumbuhan jumlah pendaftaran mobil dan motor baru di Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD) Provinsi Sumatera Barat (Grafik 1.7).

100 200 300 400 500 600 200 400 600 800 1,000 1,200 1,400

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Rata-rata Harga CPO Internasional

Rata-rata Harga Karet Internasional - sisi kanan

USD/MT USD Cent/Kg

Sumber: Bloomberg, diolah

20 40 60 80 100 120 140

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Indeks Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini Indeks Ekspektasi Konsumen Baseline (Batas Positif)

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.5. Perkembangan Harga CPO dan Karet

Internasional

(24)

-30 -20 -10 0 10 20 30 40 0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2013 2014 2015 2016 2017

Mobil Motor

g.Mobil - sisi kanan g.Motor - sisi kanan

Unit % (yoy)

Sumber: : DPKD Provinsi Sumbar, diolah

Grafik 1.7. Pendaftaran Jumlah Kendaaran

Bermotor Baru di Sumbar

1.2.2 Konsumsi Pemerintah

Peningkatan APBD Provinsi Sumatera Barat 2017 dan komitmen Pemda mempercepat realisasi anggaran sejak awal tahun berimbas pada meningkatnya aktivitas konsumsi pemerintah pada triwulan I 2017. Kenaikan yang signifikan

tersebut disebabkan karena adanya peningkatan penerimaan daerah yang bersumber dari kenaikan dana perimbangan yang diterima tahun 2017 dari alokasi 2016. Sebagai informasi, konsumsi pemerintah selama 2 (dua) triwulan sebelumnya (triwulan III dan IV 2016) terkontraksi akibat penundaan pemberian Dana Alokasi Umum (DAU) pasca terbitnya Peraturan Menteri Keuangan No. 125/PMK.07/2016 tentang Penundaan Sebagian Penyaluran DAU Tahun 2016. Kebijakan tersebut menyebabkan pemerintah daerah melakukan efisiensi pengeluaran, khususnya penyelenggaraan acara dan perjalanan dinas, serta pembatalan tender 118 proyek pemerintah. Dengan demikian, penyaluran kembali dana perimbangan tersebut memberikan ruang fiskal yang lebih besar bagi pemerintah daerah dalam mengoptimalkan realisasi belanja. Selain itu, peningkatan konsumsi pemerintah didukung pula dengan adanya komitmen Pemda untuk mempercepat realisasi anggaran, seperti percepatan mekanisme dan proses administrasi lelang sejak awal tahun. Komitmen tersebut merupakan bagian dari kontrak kinerja antara Gubernur Sumbar dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang mewajibkan penyerapan belanja daerah minimal sebesar 95% dari target APBD. Meski demikian, peningkatan aktivitas konsumsi lebih lanjut tertahan oleh siklus

(25)

200 400 600 800 1,000 1,200 1,400 1,600 1,800 2,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016 2017

Belanja Daerah Belanja Pegawai Belanja Modal Juta Rp

Sumber: : DPKD Provinsi Sumbar, diolah

Grafik 1.8. Realisasi Belanja Pemerintah Provinsi

Sumatera Barat

1.2.3 Investasi

Perkembangan investasi Sumatera Barat terpantau tumbuh stagnan pada triwulan I 2017. Belum optimalnya dukungan penanaman modal dari pihak swasta

terindikasi kuat menjadi penyumbang utama masih stagnannya investasi di Sumatera Barat. Permasalahan berupa panjangnya proses pembebasan lahan2 dan belum adanya pemetaan lokasi investasi turut menjadi kendala dalam realisasi investasi di Sumatera Barat. Di sisi lain, masih terbatasnya dukungan swasta tercermin dari menurunnya investasi non bangunan (Grafik 1.9) yang sebagian besar komponennya meliputi pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan. Stagnasi investasi di Sumatera Barat tergambar dari menurunnya perkembangan investasi Penanaman Modal Asing (PMA) di Sumatera Barat dari USD13,7 juta pada triwulan IV 2016 menjadi USD5,5 juta pada triwulan I 2017 (Grafik 1.10). Meski demikian, stagnasi pertumbuhan investasi lebih lanjut tertahan oleh masih adanya perusahaan di Sumatera Barat yang melakukan investasi berupa pembangunan aset, seperti pabrik. Berdasarkan hasil liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Barat, geliat investasi oleh pelaku usaha tersebut terjadi akibat peningkatan permintaan besi-baja dan CPO seiring dengan membaiknya harga komoditas internasional. Selain itu peningkatan permintaan kendaraan bermotor mendorong pelaku usaha di bidang penjualan kendaraan bermotor untuk melakukan investasi dalam bentuk pembangunan gudang.

2

(26)

2.83 4.04 0.83 -2 0 2 4 6 8 10 12 14

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Total Investasi Investasi Bangunan Investasi Non Bangunan

%, yoy Sumber: BPS, diolah 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 (500,000) 500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 2,500,000 3,000,000 3,500,000 4,000,000 4,500,000 5,000,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2013 2014 2015 2016 2017

PMDN PMA - skala kanan

Juta Rp Ribu USD

Sumber: BKPM, diolah

Grafik 1.9. Pertumbuhan Komponen Investasi PDRB

Sumbar

Grafik 1.10. Investasi PMA dan PMDN di Sumbar

1.2.4 Ekspor

Kinerja ekspor luar negeri Sumatera Barat pada triwulan I 2017 menunjukkan perbaikan signifikan seiring dengan perbaikan permintaan dari negara mitra dagang dan peningkatan harga internasional komoditas utama ekspor. Setelah

mengalami kontraksi sejak triwulan IV 2015 hingga triwulan IV 2016, ekspor pada triwulan I 2017 mampu tumbuh positif sebesar 21,19% (yoy). Peningkatan permintaan ke negara mitra dagang terjadi seiring dengan pemulihan ekonomi negara tersebut serta disebabkan pula oleh berkurangnya produksi kompetitor negara lain. Hal ini terkonfirmasi dari hasil liaison kontak perusahaan industri olahan CPO yang menunjukkan bahwa permintaan ekspor kontak industri olahan meningkat karena membaiknya pasokan bahan baku dalam negeri di tengah pasokan negara pesaing yang menurun. Selain itu, kontak perusahaan industri karet menyebutkan bahwa hingga awal 2017, kinerja produksi karet dan ekspornya terus membaik imbas dari perbaikan harga karet. Peningkatan penjualan ekspor tercermin dari perbaikan kontraksi likert scale ekspor hasil liaison dari -0,29 pada triwulan IV 2016 menjadi -0,14. 3.3 20.3 1.8 -5.5 -10.9 -29.6 -3.5 -4.9 21.2 -0.5 6.7 -7.3 -3.6 -1.2 -20.8 -12.7 0.1 -30.0 -20.0 -10.0 0.0 10.0 20.0 30.0

Ekspor Luar Negeri Impor Luar Negeri

%, yoy 7.3 5.2 11.5 10.9 16.1 10.0 11.0 4.2 5.2 5.9 6.7 4.3 8.8 7.2 10.3 6.7 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0 16.0

18.0 Ekspor Antar Daerah Impor Antar Daerah

(27)

Berbeda halnya dengan ekspor luar negeri, aktivitas perdagangan antar daerah pada triwulan I 2017 cenderung melambat. Laju pertumbuhan ekspor antar daerah

menunjukan penurunan dari 11,03% (yoy) pada triwulan IV 2016 menjadi 4,17% (yoy) pada triwulan I 2017. Penurunan ekspor antar daerah terindikasi dipengaruhi oleh meningkatnya produksi pertanian dari provinsi tetangga (Riau), sebagaimana tercermin dari akselerasi pertumbuhan lapangan usaha pertanian Riau. Sebagai informasi, komoditas utama ekspor antar daerah sebagian besar didominasi oleh tanaman bahan makanan (tabama) dan hortikultura yang dipasarkan ke Riau. Dengan demikian, meningkatnya produksi pertanian dari provinsi tersebut diindikasikan menyebabkan kebutuhan pasokan bahan makanan dari Sumatera Barat tidak sebesar periode sebelumnya. 0 100 200 300 400 500 600

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016 2017

Nilai Ekspor Nonmigas Nilai Ekspor Karet Nilai Ekspor CPO

Juta USD

Sumber: Bank Indonesia

0 10 20 30 40 50 60 0 200 400 600 800 1,000 1,200

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016 2017

M

ill

io

ns

Vol. Ekspor Non Migas Vol. Ekspor CPO (skala kanan) Vol. Ekspor Karet (skala kanan)

ribu ton ribu ton

ribu ton ribu ton

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.13. Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas

Utama

Grafik 1.14. Pertumbuhan Volume Ekspor

Komoditas Utama

73.8% 10.5%

2.8% 2.4%1.3% 1.4% Minyak dan lemak

nabati atau hewani

Karet dan barang dari karet

Kopi, teh dan rempah-rempah Limbah dari industri makanan Lainnya Sumber:Bank Indonesia India 40% Amerika Serikat 13% Singapura 11% Eropa 7% Bangladesh 6% Tiongkok 5% Lainnya 18%

(28)

1.2.5 Impor

Impor luar negeri Sumatera Barat baru tumbuh positif pada triwulan I 2017 setelah selama Setelah 6 (enam) triwulan berturut-turut sejak triwulan III 2015 – triwulan IV 2016 mengalami kontraksi. Peningkatan impor luar negeri diindikasikan

terjadi akibat meningkatnya meningkatnya impor bahan baku terutama limbah dari industri makanan (seperti konsentrat pakan ternak) yang selama ini menjadi komoditas utama impor Sumatera Barat. Meningkatnya impor pakan ternak terindikasi adanya peningkatan kebutuhan ternak (khususnya sapi) seiring dengan adanya kebijakan pemerintah dalam pengembangan pembibitan sapi ternak.

0 50 100 150 200 250 300

Vol. Impor Nonmigas Vol. Impor Pupuk Vol. Impor Mesin

Vol. Impor Limbah dari Industri Makanan

Juta Ton 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 50 100 150 200 250 300 M il li o n s

Vol. Impor Nonmigas Vol. Impor Pupuk Vol. Impor Mesin

Vol. Impor Limbah dari Industri Makanan

Juta Ton juta USD

(100.0) (50.0) 50.0 100.0 150.0 200.0 250.0 300.0 350.0 0 200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000 1,400,000 1,600,000 1,800,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Volume Impor Volume Ekspor

g. Impor - sisi kanan g. Ekspor - sisi kanan

Ton % yoy

Sumber: Pelindo, diolah

3.86 4.38 5.37 (10.00) (5.00) 5.00 10.00 15.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

g. Pertanian Sumatera g. Pertanian Sumatera Barat

%, yoy

Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.17. Aktivitas Perdagangan Luar Negeri

Melalui Pelabuhan Teluk Bayur

Grafik 1.18. Pertumbuhan Lap. Usahan Sumatera

(29)

Ditinjau dari klasifikasi pengelompokan barang, impor luar negeri masih didominasi oleh bahan baku (85,2%). Nilai impor bahan baku selama triwulan I 2017

tercatat sebesar USD122 juta, sedangkan berdasarkan negara asal barang, impor luar negeri Sumatera Barat pada triwulan laporan bersumber dari Korea Selatan (12,3%), Italia (9,5%), dan Rusia (8,2%)

20 40 60 80 100 120

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016 2017

Barang Konsumsi Barang Modal Bahan Baku

Juta USD

Sumber: Bank Indonesia

Limbah dari industri makanan; 39,32% Kertas dan kertas karton; 13,90% Garam, sulfur dan batu-batuan; 8,85% Mesin; 17,88% Keramik; 5,22% Lainnya ; 14,83%

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.21. Nilai Impor Berdasarkan Kelompok Grafik 1.22. Porsi Impor Komoditas Non Migas

Triwulan I 2017 Korea Selatan ; 12,3% Itali; 9,5% Rusia; 8,2% ASEAN; 6,9% Jerman; 4,5% Tiongkok; 3,1% India; 1,3% Lainnya ; 54,3%

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.23. Asal Barang Impor Sumatera Barat

Triwulan I 2017

1.3 Dinamika Lapangan Usaha Ekonomi Utama Sumatera Barat

Dari sisi lapangan usaha, perbaikan kinerja lapangan usaha pertanian dan

transportasi pergudangan merupakan pendorong utama membaiknya

perekonomian pada triwulan laporan. Sementara itu, masih terbatasnya aktivitas

perdagangan pada awal tahun dan turunnya kinerja industri pengolahan menahan ekonomi Sumatera Barat tumbuh lebih tinggi lagi.

(30)

Tabel 1.2. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDRB) Berdasarkan Lapangan Usaha

2017

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,71 0,69 1,67 11,78 4,36 5,44 2,72 -0,43 0,48 1,96 4,38 2 Pertambangan dan Penggalian 6,37 5,56 6,27 -2,96 3,73 -3,17 -0,48 2,74 9,26 2,00 2,98 3 Industri Pengolahan 3,97 4,66 1,06 -2,00 1,84 1,68 7,23 5,93 4,74 4,90 3,84 4 Pengadaan Listrik dan Gas 11,32 6,78 5,94 -4,87 4,05 14,09 15,01 14,80 1,32 10,94 2,11 5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 6,47 7,25 4,44 5,84 5,99 4,39 5,74 7,84 7,58 6,40 5,97

6 2,61 8,13 9,84 6,94 6,87 5,60 6,14 7,14 7,40 6,59 6,56

7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 5,02 5,28 3,67 7,28 5,30 7,18 4,64 3,81 5,71 5,32 4,74 8 Transportasi dan Pergudangan 9,47 11,51 10,80 4,00 8,85 7,56 9,33 9,22 4,50 7,65 5,34 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5,12 4,87 7,44 9,84 6,85 11,09 12,06 11,04 10,45 11,15 8,61 10 Informasi dan Komunikasi 10,13 14,02 10,97 0,63 8,77 6,20 8,89 9,29 12,35 9,17 8,30 11 Jasa Keuangan dan Asuransi 6,93 -0,74 3,99 4,41 3,63 5,20 9,81 6,93 10,22 8,03 1,93

12 2,49 3,56 5,74 9,25 5,30 6,87 6,47 4,64 3,68 5,37 4,92

13 Jasa Perusahaan 4,04 3,95 6,32 10,24 6,15 6,84 5,74 4,98 5,02 5,63 5,21 14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 5,04 7,45 3,62 4,49 5,12 6,22 6,95 5,84 1,09 4,96 2,17 15 8,86 12,20 11,97 3,05 8,81 10,73 8,75 8,49 6,19 8,49 6,27

16 4,74 4,84 8,49 7,48 6,42 4,89 6,69 4,19 2,79 4,58 8,00

17 10,53 10,97 8,99 8,51 9,72 9,21 8,98 9,35 12,16 9,95 7,80 5,49 5,75 5,26 5,61 5,52 5,58 5,85 4,81 4,86 5,26 4,91

I Lapangan Usaha (%, yoy)

Real Estate

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

I Konstruksi III IV Total 2015 2016 II III IV Total I II Sumber: BPS, diolah

1.3.1 Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Meningkatnya produksi tanaman bahan makanan (tabama) akibat pergeseran musim tanam dari triwulan III ke triwulan IV 2016 berdampak meningkatnya panen pada periode triwulan I 2017. Kondisi cuaca yang mulai kondusif untuk proses

produksi dan pengeringan gabah turut mendukung panen tabama pada triwulan I 2017. Hal tersebut menyebabkan pertumbuhan lapangan usaha pertanian meningkat dari 0,48% (yoy) pada triwulan IV 2016 menjadi 4,38% (yoy) pada triwulan I 2017. Selain faktor alam, adanya komitmen dan upaya yang dilakukan oleh pemeritah daerah memberikan andil positif bagi peningkatan hasil tabama di Sumatera Barat. Untuk meningkatkan produksi padi, Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Sumatera Barat memfokuskan pada program intensifikasi lahan termasuk pemanfaatan teknologi, pembenihan, pengairan irigasi dan teknologi budidaya. Sebagai informasi, khusus untuk teknologi budidaya padi, melalui pengembangan dan peningkatan implementasi sistem tanam jajar legowo (jarwo), produktivitas lahan bisa meningkat sebesar 20%. Meningkatnya pasokan tabama tercermin dari turunnya pertumbuhan harga gabah kering di tingkat penggilingan pada triwulan I 2017 dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.24).

Perbaikan kinerja pertanian ditopang pula oleh kenaikan produksi tanaman perkebunan, khususnya kelapa sawit dan karet. Kondisi cuaca yang kondusif

(31)

Selain itu, meningkatnya produksi perikanan pada awal tahun 2017 turut memberikan dampak positif bagi kinerja pertanian. Kondisi ini sebagai dampak dari kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mengembangkan subsektor perikanan dan kelautan yang salah satu prioritasnya adalah pengembangan perikanan dan kelautan di Kepulauan Mentawai. Hal ini dilakukan karena Kawasan Mentawai berbatasan langsung dengan Samudera Hindia sehingga memiliki potensi tangkap yang sangat besar. Kebijakan ini memudahkan masyarakat setempat untuk memperoleh sarana dan prasarana penunjang, termasuk pengadaan kapal perikanan, bibit kerapu, alat pengolahan, penyimpanan es, hingga pengawasan kegiatan. Perbaikan kinerja pertanian juga tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Barat yang menunjukkan bahwa perkembangan usaha sektor pertanian triwulan I 2017 membaik dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.25). Pertanian 23.0% Industri Pengolahan 10.7% Konstruksi 8.8% Perdagangan 15.5% Transportasi dan Pergudangan 11.8% Lainnya 17.7% Jasa - Jasa 12.4% Sumber: BPS, diolah 5.49 5.75 5.26 5.61 5.58 5.85 4.81 4.86 4.91 -4 -2 0 2 4 6 8 10 12 14 I II III IV I II III IV I 2015 2016 2017

Sumatera Barat Pertanian

Industri Pengolahan Perdagangan Transportasi dan Pergudangan

%, yoy

Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.24. Pangsa PDMenurut Lapangan Usaha

Triwulan I 2017 Sumbar

Grafik 1.25. Pertumbuhan PDRB per Lapangan Usaha

Utama Sumbar -10 -5 0 5 10 15 20 25 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 4,500 5,000 5,500 6,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016 2017

%, yoy Rp/kg

Rata-rata Harga Gabah GKP Pertumbuhan-skala kanan

Sumber: BPS, diolah 1.94 6.54 5.96 -0.11 1.30 5.87 3.86 -3.54 -1.99 0.29 -3.41 -4.29 -6.76 -0.70-0.03 -2.89-2.32 -8.0 -6.0 -4.0 -2.0 0.0 2.0 4.0 6.0 8.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016 2017

Pertanian

SBT

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.26. Perkembangan Harga Gabah Grafik 1.27. Perkembangan Usaha Sektor Pertanian

(32)

1.3.2 Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, serta Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Berakhirnya liburan panjang akhir tahun berdampak pada penurunan kinerja lapangan usaha perdagangan pada triwulan I 2017. Pertumbuhan lapangan usaha

turun dari 7,40% (yoy) pada triwulan IV 2016 menjadi 6,56% (yoy) pada triwulan I 2017. Meski melambat, pertumbuhan tersebut masih di atas rata-rata historis kinerja lapangan usaha perdagangan pada triwulan I selama 2 (dua) tahun terakhir (2014 – 2015) seiring dengan mulai meningkatnya daya beli dan aktivitas konsumsi masyarakat. Di sisi lain, masih minimnya event berskala nasional dan internasional di awal tahun serta berakhirnya masa liburan sekolah akhir tahun diindikasikan secara signifikan berdampak pada penurunan aktivitas perdagangan. Kondisi tersebut tercermin dari berkurangnya jumlah wisatawan pada triwulan I 2017 dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.26). Indikator lain yang menggambarkan perlambatan kegiatan usaha perdagangan terlihat dari menurunnya pemakaian listrik kelompok pelanggan bisnis (Grafik 1.27). Dari sisi pembiayaan perbankan, melambatnya kredit untuk lapangan usaha perdagangan menjadi indikator kuat untuk merefleksikan terbatasnya aktivitas perdagangan pada triwulan laporan (Grafik 1.28).

-30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 18,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016 2017

Jumlah Wisman g.Wisman-sisi kanan

Orang %,yoy Sumber: BPS, diolah 3.65 (10.0) (5.0) 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 0 20 40 60 80 100 120

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2013 2014 2015 2016 2017 M ill io n s

Konsumsi Listrik Bisnis Pertumbuhan (%, yoy) - sisi kanan

Juta Kwh %, yoy

Sumber: PLN, diolah

Grafik 1.28. Jumlah Wisatawan Melalui Bandara

Internasional Minangkabau dan Pelabuhan Teluk Bayur

Grafik 1.29. Pemakaian Listrik Kelompok Pelanggan

(33)

1.3.3 Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan

Adanya penambahan armada dan rute perjalanan subkategori angkutan sungai, danau, dan penyeberangan mampu memperbaiki kinerja transportasi dan pergudangan pada triwulan I 2017. Kondisi ini ditunjukkan oleh hasil liaison yang

menyebutkan bahwa pada awal tahun 2017, kinerja perusahaan kontak sektor transportasi laut dari sisi volume mengalami peningkatan mencapai 170% dari target. Indikator penguatan sektor tersebut tercermin dari meningkatnya saldo bersih tertimbang (SBT) perkembangan harga jual dan tenaga kerja sektor transportasi dan pergudangan hasi Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Kantor Perwakilan BI Provinsi Sumatera Barat (Grafik 1.33 dan Grafik 1.34). Dari sisi perbankan, pertumbuhan penyaluran kredit untuk sektor transportasi pada triwulan I 2017 tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.31).

(10) 10 20 30 40 50 60 0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0 16.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Triliun Rp

Kredit Perdagangan Pertumbuhan (%,yoy) - skala kanan %,yoy %,yoy

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.30. Kredit Lapangan Usaha Perdagangan

3,0 8,1 2,2 5,9 5,2 0,4 3,6 3,1 0,5 2,6 0,3 0,3 0,6 1,0 1,8 1,0 1,0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016 2017

Transportasi

SBT

Sumber: Bank Indonesia, diolah

0,8 2,0 2,0 -0,2 0,3 -3,2 1,6 1,0 -2,7-2,2 -1,8 0,1 -1,5-0,5 0,3 0,3 1,9 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016 2017

Transportasi

SBT

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.31. Indeks Perkembangan Harga Jual

Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan (SKDU)

Grafik 1.32. Indeks Perkembangan Tenaga Kerja

Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan (SKDU)

Gambar

Tabel 1.1. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Berdasarkan Pengeluaran 2017
Tabel 1.2. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDRB) Berdasarkan Lapangan Usaha
Grafik 1.29.  Pemakaian Listrik Kelompok Pelanggan  Bisnis
Grafik  1.32.    Indeks  Perkembangan  Tenaga  Kerja   Lapangan  Usaha    Transportasi  dan  Pergudangan  (SKDU)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini menyatakan bahwa judul skripsi “ Analisa Pengaruh Ukuran Perusahaan (Size), Profitabilitas dan Leverage Terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) (Studi

Pemodelan sistem informasi penerimaan mahasiswa baru ini menggunakan metode Logika Fuzzy, yang terdiri dari tahapan-tahapan Perancangan sistem, Perancangan Basis Data,

Di dalam sistem informasi pengelolaan laboratorium akuntansi Universitas Islam Bandung terdapat beberapa kekurangan diantaranya tidak adanya struktur organisasi dan job

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi polimorfisme gen Growth Hormon Receptor (GHR) pada itik Sikumbang Janti dengan menggunakan 68 ekor darah itik.. Polymerase chain

Adapun kesulitan-kesulitan yang dialami guru dalam pembelajaran sejarah yang menyangkut implementasi KTSP adalah: (1) kesulitan dalam mengembangkar Rencana Pelaksanaan

Taman Impian Jaya Ancol merupakan kawasan rekreasi yang berada di Jakarta Utara dengan posisi yang berbatasan langsung dengan pantai utara Pulau Jawa.. Posisi Ancol

Alokasi Terhadap HMETD Yang Tidak Dilaksanakan Apabila Saham baru yang ditawarkan dalam Penawaran Umum Terbatas III ini tidak seluruhnya diambil oleh Pemegang Saham Perseroan,

Pengukuran kinerja Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur tahun 2013 berdasarkan indikator kinerja yang sudah ditentukan dalam Rencana dan