• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA DENGAN SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE (SCOR) DI PERUSAHAAN SYP SOPONYONO WARU – SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGUKURAN KINERJA DENGAN SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE (SCOR) DI PERUSAHAAN SYP SOPONYONO WARU – SIDOARJO."

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGUKURAN KINERJ A

DENGAN

SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE (SCOR)

DI PERUSAHAAN SYP SOPONYONO

WARU – SIDOARJ O

SKRIPSI

OLEH :

SURYA WIDDANA BRUARIYAN

NPM : 0532010227

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

(2)

ANALISIS PENGUKURAN KINERJ A DENGAN

SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE (SCOR)

DI PERUSAHAAN SYP SOPONYONO

WARU – SIDOARJ O

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Per syaratan Dalam Memperoleh Gelar Sar jana Teknik

J ur usan Teknik Industri

OLEH :

SURYA WIDDANA BRUARIYAN

NPM : 0532010227

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI

(3)

SKRIPSI

ANALISIS PENGUKURAN KINERJ A

DENGAN

SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE (SCOR)

DI PERUSAHAAN SYP SOPONYONO

WARU – SIDOARJ O

Disusun Oleh :

SURYA WIDDANA BRUARIYAN 0532010227

Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima Oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industr i

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada Tanggal : 15 J uni 2012

Tim Penguji ; Dosen Pembimbing : 1. 1.

Ir. Rr. Rochmoeljati, MM Ir. Tri Susilo, MM NIP. 19611029 199103 2 001 NIP. 19550708 198903 1 001 2. 2.

Ir. Handoyo, MT Enny Ar iyani, ST. MT NIP. 19570209 198503 1 003 NIP. 0700 6650 0411 3.

Ir. Tri Susilo, MM NIP. 19550708 198903 1 001

Mengetahui

Dekan Fakultas Teknologi Industri

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada TUHAN, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “ANALISA PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DI PERUSAHAAN SYP SOPONYONO WARU - SIDOARJO”, yang merupakan kurikulum yang harus ditempuh boleh mahasiswa sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran” Jawa Timur.

Atas terselesainya pelaksanaan dan penyusunan Tugas Akhir ini, maka penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof.Dr.Ir Teguh Sudarto, MP. Selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Ir.Sutiyono, MT. Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr.Ir.Minto Waluyo,MM. Selaku ketua jurusan Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Ir. Tri Susilo,MM. Selaku Dosen Pembimbing Utama dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas kemudahan dan bimbingan yang telah Bapak berikan kepada penulis.

(5)

6. Bapak Hj.Roychan sebagai pimpinan Perusahaan SYP Soponyono, yang telah memberikan kemudahan dalam proses penyelesaian penelitian ini.

7. Terima kasih untuk Ibu, ayah yang ada di rumah serta Kakak keponaan dan Adikku yang selalu memberi support baik berupa Doa dan Anggaran Dana. tankyu atas segala bentuk dukungannya.

8. Buat semua teman-temanku terima kasih banyak atas segala kebersamaan ”all for one, one for all ”susah senang kita hadapi bersama. Untuk sahabat baruku anak-anak kemlaten gg.X, warkop pakdi, terutama Reza 06 thanks atas supportnya, waktunya, ngrepotinya, kopinya tanpa km mungkin aku gak bisa bangkit lagi boy, tulus sahabat senang maupun duka...sepurane seng akeh boy aku sidang duluan,, mav ya, sahabat-sahabat seperjuangan yang masih tersisa ditahun ini breng 05, galih 06.. SEMANGATTTT...

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penulisan skripsi ini.

Surabaya, 1 Mei 2012

(6)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan

Kata Pengantar ... . i

Daftar Isi ... .. iii

Daftar Tabel ... .. viii

Daftar Gambar ... .. xi

Daftar Lampiran ... . xii

Abstraksi ... .. xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... .. 1

1.2. Perumusan Masalah ... .. 3

1.3. Tujuan Penelitan ... .. 3

1.4. Batasan Penelitan ... .. 3

1.5. Asumsi Penelitian ... .. 4

1.6. Manfaat Penelitian ... .. 4

1.7. Sistematika Penulisan ... .. 5

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1. Pengukuran Kinerja Perusahaan ... .. 7

2.1.1 Tujuan Pengukuran Kinerja ... .. 8

2.1.2 Manfaat Pengukuran Kinerja ... .. 9

(7)

2.2.1 Tujuan Supply Chain Management ... .. 12

2.2.2 Pengukuran Kinerja Supply Chain ... .. 13

2.2.3 Prinsip Pengukuran Kinerja Supply Chain ... .. 15

2.2.4 Metode Pengukuran Kinerja Supply Chain ... .. 18

2.3. Model Supply Chain Reference (SCOR) ... ... 20

2.4. Metode Pembobotan dengan Analysis Hierarchy Process (AHP) ... .. 27

2.5. Pengumpulan Data ... .. 35

2.5.1 Penentuan Jumlah Sampel ... .. 36

2.6. Pengolahan Data ... .. 37

2.6.1 Uji Validitas ... .. 37

2.6.2 Uji Reliabilitas ... .. 38

2.7. Peneliti Terdahulu ... .. 39

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... . 42

3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... 42

3.3 Langkah-langkah Pemecahan Masalah ... 45

3.4 Analisa Data ………... 55

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data ... 56

4.1.1 Hirarki Awal Pengukuran Kinerja Supply Chain ... 56

4.1.2 Data-data Atribut Penelitian KPIPerusahaan ... 58

(8)

a. Data Jumlah Produk yang Mengalami Perubahan .... 59

b. Data Produksi dan Rencana Produksi ... 59

c. Data Inventory Accurancy of Material ... 60

d. Data Inventory Accurancy of Packaging ... ……… 61

e. Data Inventory Accurancy of Finished Product ... 61

f. Data Internal Rantionship …………. ... …. 62

g. Data Planning Employee Reliability ... 63

4.1.2.2 Source ……… ... 63

a. Data Supplier Delivery Performance ... 63

b. Data Source Employee Reliability . ... 64

c. Data Supplier Reliability . ... 65

d. Data Supplier Delivery Lead Time . ... 66

e. Data Source Volume Responsiveness of Material ... 66

f. Data Source Volume Responsiveness of Packaging .. 67

g. Data Material Order Cost ... 68

h. Data Pay Term ... 68

4.1.2.3 Make …………. ... 69

a. Data Breakdown Time Percentage ... 69

b. Data Manufacturing Employee Reliability ... 70

4.1.2.4 Deliver ... 70

a. Data Order PODC . ... 71

b. Data Stockout Probability ... 71

(9)

d. Data Delivery Lead Time ... 73

e. Data Minimum Delivery Quantity ... 73

4.1.2.5 Return ... 74

a. Data Marketing Employee Reliability ... 74

b. Data Number of Customer Complain . ... 75

c. Data Time to Solve a Complain ... 76

4.1.3 Penyusunan Kuisioner Indikator Supply Chain ... 76

4.1.4 Penentuan Populasi ... 77

4.1.5 Penyebaran Kuisioner Indikator Supply Chain ... 77

4.1.6 Uji Kecukupan Data ... 77

4.1.6.1 Uji Validitas ... 77

4.1.6.2 Uji Validitas Kuisioner Karyawan Bagian Pemasaran n Keuangan ... 78

4.1.6.3 Uji Validitas Kuisioner Karyawan Bagian Quality Control, Bagian Produksi dan Bagian Logistic .... 79

4.1.6.4 Uji Reliabilitas ... 80

4.1.6.5 Uji Reliabilitas Kuisioner Karyawan Bagian Pemasaran dan Keuangan ... 80

4.1.6.6 Uji Reliabilitas Kuisioner Karyawan Bagian Quality Control, Bagian Produksi dan Bagian Logistic ... 81

4.1.7 Pembobotan KPI ... 82

(10)

4.1.7.2 Penyebaran Kuisioner Pembobotan Level KPI ... 82

4.1.7.3 Pemobobotan Tingkat Kepentingan KPI dengan AHP . 82 4.2 Pengolahan Data ... 84

4.2.1 Perhitungan Nilai Aktual Performansi Supply Chain ... 84

4.2.2 Penyamaan Scoring Sistem dengan Normalisasi ... 89

4.2.3 Perhitungan Nilai Akhir Kinerja Supply Chain ... 93

4.2.4 Agregasi Nilai Performansi Supply Chain ... 96

4.3 Analisa dan Pembahasan ... 103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 105

5.2 Saran ... 106 DAFTAR PUSTAKA

(11)

ABSTRAKSI

Kesadaran akan pentingnya peran semua pihak dalam menciptakan produk yang murah,berkualitas dan cepat yang kemudian melahirkan konsep baru yaitu Supply Chain Management. Supply Chain Management adalah konsep yang merupakan integrasi dari keseluruhan elemen dari perusahaan dalam memenuhi permintaan konsumen, yaitu merupakan kesatuan dari Supplier, Manufacturing, Customer, dan Delivery Process.

Perusahaan SYP Soponyono merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan keranjang motor dengan merk SYP yang telah bekerja sama dengan PT. Astra Honda Motor (AHM) sebagai pemesan tetap keranjang motor dengan jenis kendaraan Tipe Astrea Supra 125, Astrea Grand, Revo dan Kharisma. Selama ini Perusahaan SYP Soponyono mempunyai sistem pengukuran kinerja yang kurang terintegrasi dimana terdapat perubahan jadwal disetiap bulannya pada perencanaan proses produksi sehingga permintaan produksi selama 1 tahun tidak sesuai rencana produksi dan menyebabkan terjadinya biaya pemesanan material dalam kurun waktu tertentu (mendadak) yang begitu besar (Charge) dan juga jumlah pengiriman yang kurang maksimal menjadikan pendistribusian keranjang motor pada tahun 2011 terhambat ke

customer. Metode yang dipakai untuk melakukan analisa adalah Supply Chain Operation Reference (SCOR) .

Dari beberapa penjelasan yang telah disampaikan dalam latar belakang maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu :“ Seberapa besar kinerja dan indikator– indikator kinerja supply chain Perusahaan SYP Soponyono yang memerlukan prioritas untuk dilakukan perbaikan. ? “

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tugas akhir ini adalah : mengetahui nilai kinerja Perusahaan SYP Soponyono yang dilihat dari konsep model Supply Chain Operation Reference (SCOR) dan mengetahui indikator–indikator terendah kinerja supply

chain Perusahaan SYP Soponyono yang memerlukan prioritas untuk dilakukan

perbaikan.

Dari hasil pengukuran kinerja dengan Supply Chain Operation Reference (SCOR)

Perusahaan SYP Soponyono maka dapat diketahui bahwa nilai akhir kinerja di Perusahaan SYP Soponyono pada tahun 2011 sebesar 74,02 sehingga perusahaan termasuk dalam kategori baik dengan perspektif Plan sebesar 19,95, Source sebesar 22,55, Make sebesar 16,43, Deliver sebesar 7,263, Return sebesar 7,830 dan juga diketahui bahwa terdapat empat KPI yang mempunyai nilai terendah yaitu : Number of Production Schedule Revision (26,99), Percentage of Adjusted Production Quantity (25,51), Material Order Cost (40,48), Minimum Delivery Quantity (47,75).

(12)

ABSTRACS

Awareness for the importance of role all side in creating product which is murah,berkualitas and quickly which later;then bear new concept that is Supply Chain Management. Supply Chain Management is concept representing integration from overall of element of company in fulfilling request of consumer, that is representing unity of Supplier, Manufacturing, Customer, and Delivery Process. Company of SYP Soponyono represent one of the peripatetic company in the field of making of motor crate with merk of SYP which have cooperated with PT. Astra Honda Motor (AHM) as ordering of motor crate remain to with type vehicle of Type of Astrea Supra 125, Astrea Grand, Revo and Kharisma. During The Time Company of SYP Soponyono have system measurement of less performance integrated where there are change of schedule per month at planning of production process so that request of production during 1 inappropriate year of plan produce and cause the happening of expense of ordering of material in certain range of time (sudden) which is big so (Charge) as well as amount of less maximal delivery make motor crate distribution in the year 2011 pursued to customer. Method weared to analyse is Supply Chain Operation Reference (SCOR) .

From some clarification which have been submitted in background hence can be formulated by a problems that is :" How big performance indicators and performance of supply chain Company of SYP Soponyono needing priority to be conducted by to repair " Target of which wish to be reached in research of this final duty is to : knowing performance value Company of seen SYP Soponyono of concept model Supply Chain Operation Reference (SCOR) and know indicators of lower performance of supply chain Company of SYP Soponyono needing priority to be conducted by to repair.

From result of measurement of performance with Supply Chain Operation Reference (SCOR) Company of SYP Soponyono hence can know that final value of performance in Company of SYP Soponyono in the year 2011 equal to 74,02 so that company of[is included in good category in perpectively Plan equal to 19,95, Source equal to 22,55, Make equal to 16,43, Deliver equal to 7,263, Return equal to 7,830 as well as known that there are four KPI having value of low that is : Of Production Schedule Revision Number (26,99), Of Adjusted Production Quantity Percentage (25,51), Material Order of Cost (40,48), Minimum of Delivery Quantity (47,75).

(13)

ANALISIS PENGUKURAN KINERJ A

DENGAN

SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE (SCOR)

DI PERUSAHAAN SYP SOPONYONO

WARU - SIDOARJ O

SKRIPSI

Oleh :

SURYA WIDDANA BRUARIYAN 0532010227

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

J AWA TIMUR

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaku industri mulai sadar bahwa untuk menyediakan produk yang murah, berkualitas dan cepat, perbaikan di internal sebuah perusahaan manufaktur tidaklah cukup sehingga memerlukan peran serta semua pihak mulai dari pemasok yang mengolah bahan baku dari alam menjadi komponen, pabrik yang mengubah komponen dan bahan baku menjadi produk jadi, perusahaan transportasi yang mengirimkan bahan baku dari pemasok ke pabrik, serta jaringan distribusi yang menyampaikan produk ke tangan pelanggan. Kesadaran akan pentingnya peran semua pihak dalam menciptakan produk yang murah,berkualitas dan cepat yang kemudian melahirkan konsep baru yaitu Supply Chain Management. Supply Chain Management adalah konsep yang merupakan integrasi dari keseluruhan elemen dari perusahaan dalam memenuhi permintaan konsumen, yaitu merupakan kesatuan dari Supplier, Manufacturing, Customer, dan Delivery Process.

Perusahaan SYP Soponyono merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan keranjang motor dengan merk SYP yang telah bekerja sama dengan PT. Astra Honda Motor (AHM) sebagai pemesan tetap keranjang motor dengan jenis kendaraan Tipe Astrea Supra 125, Astrea Grand, Revo dan Kharisma .

(15)

2

1 tahun tidak sesuai rencana produksi dan menyebabkan terjadinya biaya pemesanan material dalam kurun waktu tertentu (mendadak) yang begitu besar (charge) dan juga jumlah pengiriman yang kurang maksimal menjadikan pendistribusian keranjang motor pada tahun 2011 terhambat ke customer.

Supply Chain Management merupakan solusi dimana penulis berusaha menyatukan aspek-aspek yang telah ada dari semua aktivitas yaitu sejak material datang dari pihak supplier, kemudian material itu diolah menjadi produk jadi sampai produk itu didistribusikan ke konsumen sehingga didapatkan hasil yang terintegrasi. Untuk mengetahui kinerja perusahaan diperlukan suatu pengukuran melalui pendekatan yaitu model Supply Chain Operations Reference (SCOR).

SCOR model sendiri dikembangkan oleh suatu lembaga professional, yaitu Supply Chain Council (SCC). Supply Chain Council (SCC) diorganisasikan oleh Pittiglio Rabin Todd & McGrath (PRTM) dan AMR Research. Process Reference Model merupakan konsep untuk mendapatkan suatu kerangka (framework) pengukuran yang terintegrasi dan untuk mendeskripsikan aktivitas bisnis yang diasosiasikan dengan fase yang terlibat untuk memenuhi permintaan customer.

(16)

3

1.2 Perumusan Masalah

Dari beberapa penjelasan yang telah disampaikan dalam latar belakang maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut :

“ Seberapa besar kinerja dan indikator–indikator kinerja supply chain

Perusahaan SYP Soponyono yang memerlukan prioritas untuk dilakukan

perbaikan. ? “

1.3 Tujuan penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tugas akhir ini adalah :

1. Mengetahui nilai kinerja Perusahaan SYP Soponyono yang dilihat dari konsep model SCOR.

2. Mengetahui indikator–indikator kinerja supply chain Perusahaan SYP Soponyono yang memerlukan prioritas untuk dilakukan perbaikan.

1.4 Batasan Masalah

Dalam mencapai tujuan penelitian dan pembahasan penelitian yang lebih tearah, maka penulis membatasi pembahasan sebagai berikut :

1. Penelitian dilakukan pada Perusahaan SYP Soponyono yang berlokasi di Jl. Ambeng - ambeng Waru - Sidoarjo.

2. Data yang digunakan pada penelitian ini periode bulan Januari hingga Desember 2011

(17)

4

Deliver, Return. Level 2 meliputi : Reliability, Responsiveness, Flexibility, Cost, dan Asset

4. Penelitian hanya dilakukan pada Intern Perusahaan dan tidak melibatkan konsumen.

5. Penelitian di Perusahaan SYP Soponyono hanya dilakukan pada satu jenis produk saja yaitu : Keranjang Motor Type Astrea Supra 125.

1.5 Asumsi-asumsi

Adapun asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Kuesioner diasumsikan diisi dengan sebenar-benarnya oleh responden.

2. Indikator-indikator kinerja yang disusun dapat mewakili kinerja yang ada di perusahaan.

3. Kondisi manajemen yang menjalankan perusahaan berjalan dengan baik dan konstan untuk strategi produksi, promosi maupun strategi lainnya selama dilakukannya penelitian.

4. Kebijakan pemerintah terutama dalam bidang perekonomian tidak mengalami perubahan dan keadaan ekonomi negara berjalan stabil.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Perusahaan

(18)

5

untuk setiap periode tertentu, serta mampu mengadakan perbaikan kinerja sesuai kerangka sistem pengukuran Supply Chain perusahaan.

2. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan kemampuan dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu dan memperoleh pengalaman praktis dalam mempraktekkan teori-teori yang pernah didapat, baik dalam perkuliahan maupun dalam literatur-literatur yang telah ada mengenai Supply Chain Operations Refference (SCOR).

3. Bagi Universitas

Sebagai bahan pengetahuan di perpustakaan, yang mungkin dapat berguna bagi mahasiswa Jurusan Teknik Industri pada khususnya. Terutama memberikan informasi mengenai Supply Chain Operations Refference (SCOR) dan agar dapat membandingkan mata kuliah supply chain yang di dapat di kampus (teori) dengan keadaan sebenarnya di perusahaan.

1.7 Sistematika Penulisan

(19)

6

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang melakukan penelitian yang bertopik pengukuran system kinerja Supply Chain Operations Refference (SCOR). Selain itu dijelaskan mengenai batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, asumsi yang digunakan, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA

Bab ini membahas mengenai metode yang digunakan dalam penelitian tugas akhir dan juga teori lain yang dapat menunjang pelaksanaan penelitian. BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini akan menjelaskan mengenai langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan penelitian berdasarkan langkah-langkah operasional sesuai yang dihadapi.

BAB IV PELAKSANAAN DAN ANALISA HASIL

Bab ini berisi pengumpulan dan pengolahan data yang didapat dari Perusahaan SYP Soponyono dan kemudian dilakukan analisis.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dan saran serta rekomendasi berkenaan dengan hasil pengukuran kinerja Supply Chain Operations Refference (SCOR).

(20)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Pengukur an Kiner ja

Pengukuran kinerja pada periode tertentu sangat diperlukan agar prestasi

perusahaan dapat diketahui. Selama ini, pengukuran kinerja perusahaan hanya

berfokus pada presfektif keuangan saja, yang hanya mengambarkan kinerja pada

satu sisi yaitu perusahaan (internal), sedangkan sisi luar perusahaan (eksternal)

kurang tersentuh.

Adapun definisi dari pengukuran kinerja itu sendiri menurut para ahli, antara

lain sebagai berikut :

1. Patrick L. Romano (1989)

“Pengukuran kinerja (performansi) merupakan salah satu proses dalam

anajemen dengan membandingkan dan mengevaluasi antara rencana yang

dibuat dan hasil yang dicapai, menganalisa penyimpangan yang terjadi dan

melakukan perbaikan”

2. Mulyadi (1993)

“Penentuan secara periodik efektivitas operasional dari suatu organisasi sebagai

bagian organisasi dan karyawannya, berdasarkan : sasaran, standar dan kriteria

yang telah diharapkan sebelumnya (1993)”

3. Stoner et al (1996)

“Suatu ukuran seberapa efisien dan efektif individu atau organisasi dalam tujuan

(21)

4. Anderson dan Clancy

Feedbcak from the accountant to managmenent that provides information

about how well the action represent the plans, it also identifies where manager

may need to make correction or adjusmention future planning and controlling

activities

5. Anthony, Banker, Kaplan dan Young (1997)

The activity of measuring the performance of an activity or the entire value

chain

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja adalah

tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai

yang ada dalam perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan

sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan

suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian–penyesuaian

atas aktifitas perencanaan dan pengendalian.

2.1.1 Tujuan Pengukur an Kiner ja

Menurut Mulyadi (1993) tujuan pengukuran kinerja adalah :

1. Untuk menentukan kontribusi suatu bagian dalam perusahaan terhadap

organisasi secara keseluruhan.

2. Untuk memberikan dasar bagi penilaian suatu prestasi dalam berorganisasi.

3. Untuk memberikan motivasi bagi manajer bagian dalam (internal) menjalankan

(22)

2.1.2 Manfaa t Pengukur an Kiner ja

Menurut Lynch dan Cross (1993), manfaat dari sistem pengukuran kinerja

yang baik adalah :

a. Menelusuri manfaat kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan

membawa perusahaan menjadi lebuh dekat pada pelanggannya dan membuat

seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada

pelanggan.

b. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan kepada pelanggan sebagai

bagian dari mata rantai pelanggan dan pemasok internal.

c. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya–upaya

pengurangan terhadap pemborosan tersebut (reduction of waste).

d. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih

konkret sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi.

Membangun konsesnsus untuk melakukan suatu perubahan dengan

memberi “reward” atau perilaku yang diharapkan tersebut.

2.2 Penger tian Supply ChainManagement

Pengertian Supply Chain management adalah jaringan organisasi yang

melibatkan hubungan upstream dan downstream dalam proses dan aktivitas yang

berbeda yang memberi nilai dalam bentuk produk dan jasa pada pelanggan.

Konsep Supply Chain merupakan konsep baru dalam melihat persoalan

logistik. Konsep lama melihat logistik lebih sebagai persoalan intern

(23)

intern di perusahaan masing-masing. Dalam konsep baru ini, masalah logistik

dilihat sebagai masalah yang lebih luas yang terbentang sangat panjang sejak bahan

dasar sampai barang jadi yang dipakai konsumen akhir, yang merupakan mata

rantai persediaan. (Indrajit dan Djokopranoto, 2002)

Supply chain management melibatkan banyak pihak didalamnya, baik secara

langsung maupun tidak langsung dalam usaha untuk memenuhi permintaan

konsumen. Di sini supply Chain tidak hanya melibatkan manufaktur dan supplier,

tetapi juga melibatkan banyak hal antara lain transportasi, gudang dan juga

konsumen itu sendiri. (Chopra, 2001)

Supply Chain Management merupakan filosofi manajemen yang secara

terus-menerus mencari sumber-sumber fungsi bisnis yang kompeten untuk

digabungkan baik dalam perusahaan maupun luar perusahaan seperti mitra bisnis

yang berada dalam satu Supply Chain untuk memasuki sistem Supply yang

berkompetitif tinggi dan memperhatikan kebutuhan pelanggan, yang berfokus pada

pengembangan solusi inovatif dan sinkronisasi aliran produk, jasa dan informasi

untuk menciptakan sumber nilai pelanggan (customer value) yang bersifat unik.

Pada suatu supply chain biasanya ada 3 macam aliran yang harus dikelola.

Pertama adalah aliran barang yang mngalir dari hulu (upstream) ke hilir

(downstream). Yang kedua adalah aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari

hilir ke hulu. Yang ketiga adalah aliran infomasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir

ataupun sebaliknya. ( Pujawan, 2005)

Supply chain adalah suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang

(24)

jaringan atau jejaring dari berbagai organisasi yang saling berhubungan yang

mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan

atau penyaluran barang tersebut. (Indrajit & Djokopranoto, 2002)

Supply Chain Management terdiri atas 3 elemen yang saling berhubungan

satu sama lain, yaitu :

1. Struktur jaringan Supply Chain

Jaringan kerja anggota dan hubungan dengan anggota Supply Chain lainnya.

2. Proses bisnis Supply Chain

Aktivitas-aktivitas yang menghasilkan nilai keluaran tertentu bagi pelanggan.

3. Komponen manajemen Supply Chain

Variabel-variabel manajerial dimana proses bisnis disatukan dan disusun

sepanjang Supply Chain.

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat ditarik suatu pengertian tentang

Supply ChainManagement yaitu suatu kesatuan proses dan aktivitas produksi mulai

raw material diperoleh dari supplier, proses penambahan nilai (produksi) yang

merubah raw material menjadi barang jadi, proses penyimpanan (inventory) sampai

proses delivery barang jadi tersebut ke retailer dan customer. Semua kesatuan

(25)

Supply Manufacturing Distribution Customer

Gambar 2.1 Konsep Supply Chain

(Sumber : B.M. Beamon, 1999, Measuring Supply Chain Performance Internasional Journal of Operation and Production Management Vol. 19, No. 3, hal 275 – 292)

2.2.1 Tujuan Supply ChainManagement

Adapun tujuan dari proses Supply Chain Management didalam proses

produksi suatu perusahaan adalah :

§ Mengembangkan team yang berfokus pada pelanggan sehingga dapat

memberikan persetujuan produk dan jasa menguntungkan kedua belah pihak

pada pelanggan secara strategik.

§ Membuat kontak hubungan yang secara efisien menangani

pertanyaan-pertanyaan dari semua pelanggan.

§ Secara terus-menerus mengumpulkan, menyusun dan meng-update permintaan

pelanggan untuk menyesuaikan demand dengan supply.

§ Mengembangkan sistem produksi fleksibel yang tanggap secara cepat pada

(26)

§ Mengatur hubungan supplier sehingga quick response dan perbaikan

berkesinambungan dapat berjalan lancar.

§ Pengiriman pesanan tepat waktu dan benar 100%.

§ Meminimasi waktu siklus ketersediaan retur (return to available).

(Miranda dan Amin Widjaja Tunggal, 2001)

2.2.2 Pengukur an Kiner ja Supply Chain Management

Ide dari pengukuran kinerja ini diawali dari pengukuran operasi

manufakturing yang dilakukan oleh Frederick W. Taylor, (father of scientific

methods) pada awal abad ke 20. Beliau melakukan penelitian mengenai studi gerak

dan waktu. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang ada serta

membuat kriteria yang obyektif untuk mengukur dan menetapkan kinerja yang

obyektif untuk mengukur dan menempatkan kinerja dan efisiensi pekerja tersebut.

Pada awal tahun 1920 mulailah muncul dan berkembang sistem pengukuran

secara tradisional yang masih berfokus pada aspek finansial. Sistem pengukuran

tradisional ini dinilai oleh para praktisi dan akademisi memiliki banyak kekurangan

karena berfokus pada satu indikator saja yaitu finansial.

Menurut Maskell, sebagaimana dikutip oleh Gunasekaran et al (2001), untuk

mengembangkan suatu sistem pengukuran kinerja yang seimbang, perusahaan harus

mempertimbangkan aspek finansial dan aspek non finansial. Walaupun pengukuran

kinerja finansial penting untuk pengambilan keputusan strategis dan membuat

laporan eksternal, kontrol terhadap operasi manufacturing dan distribusi lebih baik

(27)

Beberapa keuntungan sistem pengukuran non finansial antara lain adalah

pengukuran tersebut lebih sesuai dengan kondisi saat ini dibandingkan dengan

pengukuran finansial, lebih mudah diukur dan presisi, lebih bermanfaat bagi pekerja

untuk melakukan perbaikan berkesinambungan, konsisten dengan tujuan dan

strategi perusahaan dan sangat fleksibel. Faktor-faktor yang bersifat non finansial

lebih berorientasi jangka panjang dan memberikan kontribusi yang cukup besar

bagi kinerja perusahaan, misalnya indikator yang berkaitan dengan kualitas produk

yang dapat meningkatkan penjualan dan customer satisfaction dalam jangka

panjang.

Seiring dengan berkembangnya industri di abad 21, Supply Chain

Management telah berhasil menjadi fokus utama dari setiap organisasi. Bahkan

beberapa penelitian terkini menyatakan bahwa Supply Chain Management

merupakan manajemen praktis untuk meningkatkan kinerja world class company.

Sesuai dengan perkembangan sistem pengukuran kinerja Supply Chain,

Chibba dan Horte (2001) menyebutkan ada empat tipe pengukuran kinerja Supply

Chain, yaitu :

1. Fuctional measure

Pengukuran secara terpisah dari masing-masing fungsi yang ada dalam Supply

Chain, seperti pengukuran delivery atau produksi saja.

2. Internal integrated measure

Pengukuran kinerja terhadap semua fungsi yang ada dalam Supply Chain dalam

(28)

3. One side integrated measure

Mendefinisikan kinerja dalam batasan antar organisasi atau antar perusahaan

dan mengukur kinerja antar perusahaan dalam prespektif supplier atau

customer.

4. Total chain measure

Pengukuran kinerja Supply Chain secara lengkap mencakup antar perusahaan,

termasuk hubungan dari supplier sampai ke customer.

Type 1

Type 2

Type 3

Type 4

Gambar 2.2 Empat Tipe Pengukuran Kinerja Supply Chain

(Sumber : A. Chibba, Horte, A. Sven, 2001, Supply Chain _A Meta Analysis, School of Business and Engineering, University of Haldstad, Swedia.)

2.2.3 Pr insip Pengukur an Kiner ja Supply Chain Management

Secara historis, pengukuran kinerja berkembang di perusahaan seringkali

bersifat fungsional – based yaitu pengukuran dilakukan untuk menampilkan kinerja

dari masing-masing departemen. Pengukuran tersebut dirasakan kurang efektif

karena adanya kecenderungan bahwa masing-masing departemen hanya berusaha

Specific Customers Needs Full-Filled Supplier

Customer

MAKE SOURCE

(29)

untuk meningkatkan kinerja mereka sendiri-sendiri dan bukan kinerja perusahaan

secara keseluruhan, akibatnya akan menimbulkan peluang terjadinya konflik

kepentingan diantara masing-masing departemen.

Pengukuran kinerja adalah suatu proses untuk mengukur efektivitas dan

efisiensi dari suatu aktivitas. Dalam sistem manajemen bisnis modern, pengukuran

kinerja bukan hanya sekedar sistem pengukuran dan perhitungan saja, melainkan

juga dapat memberikan kontribusi pada peningkatan kinerja.

Ide pengukuran kinerja ini pertama kali diawali dari pengukuran operasi

manufaktur yang dilakukan oleh F.W. Taylor (father of scientific methods) pada

awal abad ke-20. Beliau melakukan penelitian mengenai studi gerak dan waktu.

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang ada dianalisa untuk

membuat standar kerja dari pekerja yang ada serta membuat kriteria yang obyektif

untuk mengukur dan menetapkan kinerja dan efisiensi pekerja tersebut.

Lama kelamaan, pandangan pengukuran kinerja tidak lagi difokuskan pada

penelitian kinerja individu melainkan mengarah pada pengukuran kinerja bisnis

perusahaan dan perilakunya. Pengukuran Kinerja Supply Chain sangatlah penting

karena berdampak pada bagaimana suatu perusahaan dapat menilai apakah rantai

persediaaannya telah meningkat atau bahkan mengalami penurunan. Ataupun juga

dapat menentukan jalan atau cara ke arah pemeliharaan menuju keberhasilan

sasaran hasil peningkatan rantai persediaannya.

Dalam pengukurannya, ada beberapa pertimbangan yang harus dilihat antara

(30)

§ Ukuran tidak diorientasikan dan dipusatkan atas menyediakan suatu perspektif

memandang ke depan.

§ Ukuran tidak selalu dihubungkan dengan pentingnya masalah keuangan, namun

seperti pelayanan pelanggan/loyalty dan mutu produk.

§ Ukuran tidak secara langsung ada keterkaitan dengan efisiensi dan efektivitas

operasional (Lapide, 2000).

Pengukuran kinerja terhadap Supply Chain haruslah mengandung

indikator-indikator. Indikator-indikator tersebut sebaiknya harus berkaitan dengan

pertanyaan-pertanyaan seperti berikut :

§ Aspek-aspek apa saja yang harus diukur ?

§ Bagaimana mengukur aspek-aspek tersebut ?

§ Bagaimana menggunakan hasil pengukuran itu untuk menganalisa,

memperbaiki dan mengontrol kualitas rantai produktivitas ?

Di dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, bukanlah merupakan tugas

yang mudah. Banyak indikator-indikator yang harus disiapkan dan perlu

penggunaan ukuran-ukuran yang disesuaikan dengan kondisi perusahaan.

Ada beberapa sifat yang harus dipenuhi oleh indikator, yaitu :

§ Universality (bersifat umum dan mudah diukur).

§ Measurability (menjamin bahwa data-data yang diperlukan memang dapat

diukur).

§ Consistency (menjamin kekonsistenan pengukuran).

(31)

2.2.4 Metode Pengukur an Kiner ja Supply Chain Management

Ada berbagai macam cara pengukuran kinerja yang pernah dilakukan

perusahaan-perusahaan dunia. Salah satunya adalah cara pengukuran yang

dilakukan oleh sebuah supermarket. Pertama mereka menentukan obyektif kinerja

yang dibutuhkan di dalam pengukuran tersebut, seperti quality, speed, realibility,

flexibility, dan sebagainya. Tingkat pemenuhan kinerja didefinisikan oleh

normalisasi dari indikator kinerja tersebut. Untuk strategi Supply Chain yang pasti,

berlaku hubungan sebagai berikut :

Pi =

=

n

i j

j ij W

S

dimana :

Pi = total kinerja supply chain varian i

n = jumlah obyektif kinerja

Sij = skor supply chain ke i didalam obyektif kinerja ke j

Wj = bobot dari obyektif kinerja

Di dalam pengukuran ini, langkah pertama adalah melakukan pembobotan.

Pembobotan dilakukan dengan cara Analytic Hierarchy Process (AHP), dimana

setiap obyektif kinerja dipasangkan dan dilakukan perbandingan tingkat

kepentingannya. Langkah kedua adalah pendefinisian dari indikator kinerja dan

melakukan pengukuran. Skor di dalam obyektif pengukuran yang berbeda-beda

didefinisikan dengan bantuan 6 langkah, yaitu :

1. Pendefinisian setiap indikator

(32)

3. Pendefinisian interval skor untuk setiap indikator

4. Pendefinisian skor dar indikator

5. Penjumlahan skor

6. Normalisasi dari skor

Setiap indikator memiliki bobot yang berbeda-beda dengan skala ukuran

yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu, diperlukan proses penyamaan parameter,

yaitu dengan cara normalisasi tersebut. Di sini normalisasi memegang peranan

cukup penting demi tercapainya nilai akhir dari pengukuran performansi.

Normaliosasi Snorm De Boer ada 2 macam yaitu Low is better (semakin kecil nilai

semakin baik) dan Large is better (semakin besar nilai semakin baik).

Proses normalisasi Large is better (semakin besar nilai semakin

baik)dilakukan dengan rumus normalisasi Snorm dr De boer, yaitu :

(

max min

)

100

min

x S S

S Si Snorm

− − =

Keterangan :

− Si = Nilai indikator aktual yang berhasil dicapai

− Smin = Nilai pencapaian kinerja terburuk dari indikator performansi

− Smax = Nilai pencapaian kinerja terbaik dari indikator performansi

Proses normalisasi Low is better (semakin besar nilai semakin

baik)dilakukan dengan rumus normalisasi Snorm dr De boer, yaitu :

(

)

100

min max

max

x S S

Si S

Snorm

− − =

Keterangan :

(33)

− Smin = Nilai pencapaian kinerja terburuk dari indikator performansi

− Smax = Nilai pencapaian kinerja terbaik dari indikator performansi

Pada pengukuran ini, setiap bobot indikator dikonversikan ke dalam interval

nilai tertentu yaitu 0 sampai 100. Nol (0) diartikan paling jelek dan seratus (100)

diartikan paling baik. Dengan demikian parameter dari setiap indikator adalah

sama, setelah itu didapatkan suatu hasil yang dapat dianalisa.

Untuk memantau nilai pencapaian kinerja terhadap nilai pencapaian terbaik

atau target yang ingin dicapai oleh perusahaan maka dibutuhkan sistem monitoring

indikator kinerja. Jika nilai kinerja < 40 maka pencapaian kinerjanya dapat

dikategorikan kedalam kondisi yang sangat rendah (poor) sdangkan jika skor

normalisasi mencapai nilai diatas 90 maka dapat dikategorikan sangat baik sekali

(exellent).

Tabel 2.1.Sistem Monitoring Indikator Performansi

(Sumber : Trienekens dan Hvolby, 2000)

Sistem Monitoring Indikator Performansi

< 40 Poor

40 – 50 Marginal

50 – 70 Average

70 – 90 Good

> 90 Exellent

2.3 Model Supply Chain Operations Reference (SCOR)

Ada metode pengukuran kinerja Supply Chain yang lain, yaitu salah satunya

adalah model Supply Chain Operations Reference (SCOR) dikembangkan oleh

suatu lembaga professional, yaitu Supply Chain Council (SCC). Supply Chain

Council (SCC) diorganisasikan tahun oleh Pittiglio Rabin Todd & McGrath

(34)

mendapatkan suatu kerangka (framework) pengukuran yang terintegrasi dan untuk

mendeskripsikan aktivitas bisnis yang diasosiasikan dengan fase yang terlibat untuk

memenuhi permintaan customer. (Supply Chain Council, 2004)

Kelebihan daripada Supply Chain Operations Reference (SCOR) model

dibandingkan dengan pendekatan akan Supply Chain adalah :

1. Balanced Scorecard dipusatkan dengan pengukuran level atas eksekutif,

sedangkan SCOR Model secara langsung menunjuk pada pengukuran seimbang

Supply chain Management .

2. The Logistic Scoreboard ini hanya terbatas atau difokuskan pada aktivitas

pengadaan dan produksi dalam Supply Chain.

3. Activity Based Costing, lebih mendekatkan pada tenaga kerja, material, dan

pemakaian peralatan.

4. Economic Value-Added, pengukurannya berdasarkan atas pengoperasian laba

dari modal usaha sampai modal dari penjualan saham dan hutang.

Adapun bentuk dari Supply Chain yang digambarkan oleh SCOR model

adalah :

Gambar 2.3 Supply Chain Model

(Sumber Supply Chain Council, Supply Chain Reference Model, Overview

(35)

Ada 5 proses Supply Chain Operations Reference (SCOR), yaitu :

1. PLAN, yaitu proses-proses yang berkaitan dengan keseimbangan antara

permintaan aktual dengan apa yang telah direncanakan atau proses perencanaan

untuk menyeimbangkan permintaan dan persediaan untuk mengembangkan

tindakan yang memenuhi penggunaan source, produksi dan pengiriman terbaik.

2. SOURCE, yaitu proses-proses yang berkaitan dengan pembelian material /

bahan baku untuk memenuhi permintaan yang ada dan hubungan perusahaan

dengan supplier.

3. MAKE, yaitu proses-proses yang berkaitan dengan proses transformasi bahan

baku menjadi produk setengah jadi maupun produk jadi untuk memenuhi

permintaan yang ada.

4. DELIVER, yaitu proses-proses yang berkaitan dengan persediaan barang jadi,

termasuk di dalamnya mengenai manajemen transportasi, warehouse, yang

semuanya itu untuk memenuhi permintaan konsumen.

5. RETURN, yaitu proses-proses yang berkaitan dengan proses pengembalian

produk karena alasan tertentu, misalnya karena produk tidak sesuai dengan

permintaan konsumen dan lain sebagainya.

Model SCOR (Supply Chain Operations Reference) diorganisasikan dalam

5 (lima) proses Supply Chain utama yaitu : Plan, Source, Make, Deliver, dan Return

dimana ini pada level pertama. Kemudian SCOR dibagi lagi menjadi level-level

untuk pengukuran kinerjanya. Didalam level dua SCOR, dimunculkan setiap aspek

yang akan diukur. Misalnya saja mengenai reliability, responsiveness, flexibility,

(36)

chain perusahaan yang akan diukur kinerja nya. Sedangkan untuk level tiganya,

setiap komponen yang ada di mapping level dua, di breakdown sehingga

mendapatkan sesuatu yang detail dari komponen-komponen tersebut. Pada level

tiga juga sudah mulai dilakukan penentuan parameter dari setiap metriks dan

komponen yang akan diukur. (Supply Chain Council,2004)

Gunasekaran et al (2001) mengembangkan suatu kerangka pengukuran

kinerja dimana indikator kinerja didefinisikan berdasarkan empat proses Supply

Chain yang terintegrasi yaitu Plan, Source, Make, Deliver dan Customer Service

and Satisfaction. Setiap indikator kinerja diidentifikasikan selanjutnya digolongkan

ke dalam tiga level strategis, taktis dan operasional karena indikator kinerja yang

digunakan akan mempengaruhi keputusan pada masing-masing level tersebut.

Adapun beberapa indikator kinerja yang digunakan sesuai lima proses

supply chain :

Tabel 2.2 Key Performance Indicator (KPI)

(Sumber : Gunasekaran et al, 2001)

Key Performansi Indikator Keterangan

PLAN Reliability

Number of production schedule revision

Jumlah jadwal produk yang mengalami perubahan

Percentage of adjusted production quatity

Prosentase perubahan jumlah unit produksi dengan rencana produksi awal

Forecast Accuracy

Prosentase penyimpangan permintaan actual dengan permintaan hasil peramalan

Inventory accuracy of material

Keakuratan persediaan dalam material

Inventory accuracy of packaging

Keakuratan persediaan dalam pengemasan

Inventory accuracy of finished product

Keakuratan persediaan dalam produk akhir

Internal Relationship Hubungan internal antara

bagian dalam perusahaan

Planning employee reliability

(37)

Tabel lanjutan 2.2 Key Performance Indicator (KPI)

(Sumber : Gunasekaran et al, 2001)

Key Performance Indicator Keterangan

PLAN Responsiveness

Time to identity new product specification

Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian dan pengembangan produk baru

Time to revise production schedule

Waktu yang dibutuhkan untuk merevisi jadwal produksi

Time to produce a production schedule

Waktu yang dibutuhkan untuk menyusun jadwal produksi

SOURCE

Reliability

Supplier Delivery

Performance Kinerja pengiriman supplier Source Employee

Reliability

Keandalan tenaga kerja bagian pengadaan bahan baku

Percentage of suppliers with long term contracts

Prosentase supplier jangka panjang

Supplier reliability Keandalan dari supplier

Responsiveness

Supplier delivery lead time Rata-rata rentang pengiriman

Source Volume

responsiveness of material

Tingkat ketanggapan volume bahan baku

Source volume responsiveness of packaging

Tingkat ketanggapan volume pengemasan

Time to identify a new supplier

Waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk

mengidentifikasi supplier baru

Flexibility

Source item flexibility of packaging

Banyaknya perubahan jenis material yang diminta yang dapat

Minimum order quality of packaging

Jumlah minimum kuantitas untuk setiap kali order yang bisa dipenuhi oleh supplier

Cost

Material order cost Bahan baku dipenuhi dalam

kurun waktu tertentu

Supplier evaluation cost

Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan ecvaluasi supplier

dalam 1 tahun

Assets

Cash to cash cycle time

Waktu sejak perusahaan mengeluarkan uang untuk membeli material sampai dengan menerima uang dari konsumen

Payment term

Rata-rata selisih waktu antara penerimaan material dari

(38)

Tabel lanjutan 2.2 Key Performance Indicator (KPI)

(Sumber : Gunasekaran et al, 2001)

Key Performance Indicator Keterangan

MAKE

Reliability

Percentage of product out of weight specification

Prosentase produk yang keluar dari spesifikasi berat

Number of backorder

Jumlah unit yang diproduksi secara backorder salam suatu permintaan

Repair time percentage

Waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki mesin yang rusak

Breakdown time percentage

Waktu yang menyebabkan proses produksi terhenti

Time between machine failure

Waktu rata-rata antar kerusakan mesin yang menyebabkan proses terhenti

Manufacturing employee

reliability Keandalan tenaga kerja

Responsiveness

Production lead time Lead time produksi

Make volume responsiveness

Waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk memenuhi permintaan konsumen apabila terjadi peningkatan

permintaan sebesar 20%

Make item responsiveness

Waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk memenuhi permintaan konsumen apabila terjadi perubahan jenis produk

Changeover time

Waktu persiapan mesin yang diperlukan apabila terjadi penggantian jenis produk yang akan diproduksi

Flexibility Make volume flexibility

Prosentase peningkatan permintaan yang dapat dipenuhi dalam kurun waktu tertentu

Production item flexibility Flexibiltas item produk

Cost

Overhead cost Biaya overhead

Defect cost Biaya-biaya penggantian

produk cacat

Machine maintenance cost Biaya perawatan mesin

Assets Asset turn Total penerimaan kotor dibagi

total asset bersih

DELIVER Reliability

Delivery fill rate Prosentase jumlah permintaan

Percentage of orders delivered complete

Prosentase order yang kuantitasnya terkirim lengkap

Stockout probability Kemungkinan terjadinya

kehabisan persediaan produk

Delivery employee reliability

(39)

Tabel lanjutan 2.2 Key Performance Indicator (KPI)

(Sumber : Gunasekaran et al, 2001)

Key Performance Indicator Keterangan

DELIVER

Responsiveness Delivery lead time

Waktu sejak distributor industri memesan barang sampai barang diambil

Flexibility Minimum delivery

quantity Jumlah minimum pengiriman

Cost Holding cost Biaya penyimpanan per unit

RETURN

Reliability

Product reject rate Tingkat pengembalian produk

Marketing employee

reliability Keandalan tenaga kerja

Responsiveness

Number of customer complaint

Jumlah komplain dari konsumen

Packaging supplier repair time

Waktu yang dibutuhkan supplier untuk mengganti material yang diklaim setiap kali terjadi klaim

Flexibility Time to solve a complain

Waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi komplain

konsumen

Adapun contoh-contoh metriks yang ada di dalam metode SCOR, adalah

sebagai berikut :

A. Aspek Reliability

1. Inventory inaccuracy, yaitu besarnya penyimpangan antara jumlah fisik

persediaan yang ada di gudang dengan catatan/dokumentasi yang ada.

2. Defect rate, yaitu tingkat pegembalian material cacat yang dikembalikan ke

supplier.

3. Stockout Probability, probabilitas atau kemungkinan terjadinya kehabisan

persediaan.

B. Aspek Responsiveness

1. Planning cycle time, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menyusun jadwal

(40)

2. Source item responsiveness, yaitu waktu yang dibutuhkan supplier untuk

memenuhi kebutuhan perusahaan apabila terjadi peningkatan jumlah jenis

material tertentu dari permintaan awal suatu order.

C. Aspek Flexibility

1. Minimum order quantity, yaitu jumlah unit minimum yang bisa dipenuhi

supplier dalam setiap kali order.

2. Make volume flexibility, yaitu prosentase penongkatan yang dapat dipenuhi

oleh produksi dalam kurun waktu tertentu.

D. Aspek Cost

1. Defect cost, yaitu biaya-biaya yang digunakan untuk penggantian produk

cacat.

2. Machine maintenance, yaitu biaya-biaya yang digunakan untuk perawatan

mesin produksi.

E. Aspek Assets

1. Payment term, yaitu rata-rata selisih waktu antara permintaan material dengan

waktu pembayaran ke supplier.

2. Cash to cash cycle time, yaitu waktu dari perusahaan mengeluarkan uang

untuk pembelian material sampai dengan perusahaan menerima uang

pembayaran dari konsumen.

2.4 Metode Pembobotan Dengan Analythical Hierarchy Process (AHP)

Analytic Hierarchy Process atau yang dikenal sebagai metode AHP adalah

(41)

atau tidak terstruktur yang memasukkan kriteria ganda, baik yang bersifat nyata

(tangible), tidak nyata (intangible), kuantitatif maupun kualitatif, serta

memperhitungkan adanya konflik maupun perbedaan. Metode ini dikemukakan

oleh Thomas L. Saaty dari University of Pittsburgh.

Salah satu keuntungan utama Analytic Hierarchy Process (AHP) yang mana

membedakan dengan model pengambilan keputusan lainnya ialah tidak ada syarat

konsistensi mutlak, bahwa keputusan manusia sebagian didasari logika dan

sebagian lagi didasarkan pada unsur bukan logika seperti perasaan, pengalaman dan

intuisi. Hierarki adalah suatu ringkasan dari struktur suatu sistem untuk

mempelajari interaksi-interaksi fungsional dari komponen-komponen yang ada dan

pengaruhnya pada seluruh sistem. Ada dua macam hierarki, antara lain :

1. Hierarki Struktural adalah Sistem yang kompleks disusun ke dalam

komponen-komponen pokoknya dalam urutan menurun menurut sifat struktural mereka.

Hierarki ini sangat erat kaitannya dengan cara otak menganalisis hal yang

kompleks, yaitu dengan memecah-mecah obyek yang ditangkap oleh indera

menjadi gugusan yang semakin kecil. Misalnya ukuran, bangunan, warna atau

umur.

2. Hierarki Fungsional adalah Sistem yang kompleks disusun ke dalam

komponen-komponen pokoknya dalam urutan menurun menurut hubungan esensial

mereka. Hierarki ini sangat membantu untuk membawa sistem ke arah tujuan

yang diinginkan. Misalnya pemecahan konflik, prestasi yang efisien, atau

kebahagiaan yang perlu dipertimbangkan. Tujuan utama yang akan dicapai

(42)

dan kendala-kendala yang menghalangi usaha para pelaku pada tingkat

berikutnya lagi. Hal ini dapat mendominasi level dari pelaku-pelaku itu sendiri,

level kebijakan mereka dan pada tingkat terbawah adalah level dari semua

kemungkinan hasil yang ada. Secara umum struktur hierarki dapat digambarkan

sebagai berikut :

Level 1

Level 2

Level 3

Level N

Gambar 2.4 Struktur Hierarki

Jika kita dihadapkan pada beberapa pilihan dengan kriteria-kriteria yang

rumit terlebih dahulu kita melakukan perbandingan berpasangan dari

kriteria-kriteria yang ada dalam hubungannya dengan usaha jangka pendek dan panjang,

keuntungan dan resiko, dan juga matriks perbandingan berpasangan yang

berhubungan dengan keefektifan dan kesuksesan.

Akhirnya, pada level terbawah kita membandingkan pilihan-pilihan

terhadap tiap kriteria, membuat bobot secara hierarki, dan memilih prioritas GOAL

Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3

Sub Kriteria

1.1

Sub Kriteria

1.2

Sub Kriteria

1.L

Sub Kriteria

K.1

Sub Kriteria

K.M

(43)

tertinggi. Dengan demikian, keputusan diambil berdasarkan pilihan yang memiliki

weight overall tertinggi.

Jika kita meneliti penilaian-penilaian yang ada sehingga kita yakin bahwa

kita telah mempertimbangkan semua faktor-faktor yang relevan, maka kita tidak

perlu melakukan perbandingan atas pilihan-pilihan lainnya. Dengan kata lain, kita

telah melakukan perbandingan berpasangan untuk memilih yang terbaik dari

prioritas pada level atas yang dapat mempengaruhi bobot-bobot prioritas pada level

dibawahnya

Dengan menggunakan sistem hierarki beberapa keuntungan yang dapat

diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Dapat digunakan untuk menerangkan bagaimana perubahan bobot prioritas

pada level atas akan mempengaruhi elemen-elemen pada level dibawahnya.

2. Dengan membuat level-level, maka si pengambil keputusan dapat

memfokuskan perhatiannya pada sekelompok kecil kriteria yang kompleks.

Dengan demikian dapat disimpulkan kegunaan hierarki adalah sebagai

berikut:

1. Hierarki menggambarkan suatu sistem yang dapat digunakan untuk

menjelaskan bagaimana perubahan pada prioritas pada level atas dapat

mempengaruhi prioritas elemen-elemen di level bawahnya.

2. Memberikan informasi yang mendetail mengenai struktur dan fungsi dari

suatu sistem pada level bawahnya dan memberikan overview dari

(44)

3. Sistem natural disusun secara hierarki.

4. Bersifat stabil dan fleksibel. Stabil berarti bahwa perubahan kecil membawa

pengaruh kecil bahwa

Dalam metode AHP menggunakan skala 1 – 9 untuk perbandingan

berpasangan, yaitu :

Tabel 2.3 Skala Banding Secara Berpasangan

(Sumber : Thomas L Saaty, Pengambilan Keputusan : Bagi Para Pemimpin,1993)

Tingkat

Kepentingan Definisi Keterangan

1 equal importance ( kedua elemen sama pentingnya )

Dua elemen

menyumbangnya sama besar pada sifat itu

3

moderate importance ( elemen yang satu sedikit lebih diunggulkan daripada yang lain )

Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas yang lainnya

5

strong importance ( elemen yang satu sangat kuat

diunggulkan daripada yang lain )

Pengalaman dan

pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas yang lainnya 7

demonstrated importance ( satu elemen jelas lebih penting dari elemen yang lainnya )

Satu elemendengan kuat disokong , dan dominannya telah terlihat dalam praktik

9

extreme importance ( satu elemen mutlak lebih penting ketimbang elemen yang lainnya )

Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi dan menguatkan

2, 4, 6, 8

grey area ( nilai-nilai antara diantara dua pertimbangan yang berdekatan )

Kompromi diperlukan antara dua perimbangan

Kebalikan

(45)

Skala mendefinisikan dan menjelaskan nilai 1 sampai 9 yang ditetapkan

bagi pertimbangan dalam membandingkan pasangan elemen yang sejenis di setiap

tingkat hirarki terhadap suatu kriteria yang berada setingkat di atasnya. Dan untuk

mengetahui validitas dari pertimbangan-pertimbangan yang dipakai, maka akan

dilakukan uji konsistensi, dimana hasil dari uji konsistensi ini akan dibagi dengan

nilai index randomnya dan apabila hasil uji konsistensi adalah lebih kecil dari 0,1

maka hasilnya sudah konsisten.

Jika terdapat sejumlah n kriteria, maka akan terdapat sejumlah

(

)

2

1

n n

pairwise comparison. Jika {c1, c2,…..cn} merupakan himpunan kriteria-kriteria dan

nilai perbandingan diberikan dalam matriks A, yang disajikan sebagai berikut :

c1 c2 cn

c1 a11 a12 a1n

c2 a21 a22 a2n

A =

cn an1 an2 ann

dimana :

- aii = 1, V1

- Jika aij = α, maka aji = α

1

, dimana α ≠ 0

- Jika ci dinyatakan equally importance terhadap cj, maka aij = aji= 1.

Dengan demikian matriks A sebagai matriks Reciprocal, dapat dituliskan

(46)

c1 c2 cn

c1 1 a12 a1n

c2 1 / a21 1 a2n

A =

cn 1 / a1n 1 / a2n 1

Dari matriks perbandingan berpasangan tersebut dapat dicari bobot dari

setiap kriteria (wi). Jika wi merupakan bobot dari kriteria ci dan wj merupakan bobot

dari kriteria cj, maka aij =

j i

w w

, dimana i, j = 1, 2,……, n

Dengan demikian matriks A dapat dituliskan sebagai berikut :

c1 c2 cn

c1 w1 / w1 w1 / w2 w1 / wn

c2 w2 / w1 w2 / w2 w2 / wn

A =

cn wn / w1 wn / w2 wn / wn

Nilai wi dapat diperoleh dengan beberapa cara, yaitu :

1. Menormalkan setiap kolom j dari A, yaitu :

wi =

=

n

k kj ij

a a

1

, dimana i = 1, 2,……,n ………. (2.2)

2. Menormalkan rata-rata geometric dari setiap baris, dimana nilai geometric

Mean = n n

i i x

=1

………... (2.3)

(47)

3. Melakukan normalisasi dari jumlahan elemen-elemen baris.

4. Menghitung nilai w sebagai “principal righat eigen vector” dari matriks A,

yaitu Aw = λmax . w, dimana λmax merupakan eigen value terbesar dari A. Dapat

juga dituliskan sebagai berikut :

wi =

max

λ

=

n

i j

j ij w a

, dimana i = 1, 2,……,n ………..(2.4)

Di dalam metode AHP, hal terpenting yang harus diperhatikan adalah

masalah inconsistency. Keputusan perbandingan yang diambil dikatakan “perfectly

consistent” jika dan hanya jika aik . akj = aij, dimana i, j, k = 1, 2, ….., n. Tetapi

konsistensi ini tidak boleh dipaksakan. Namun tingginya inkosistensi memang

sangat tidak diinginkan jika matriks reciprocal kosisten maka λmax = n.

Prof. Saaty mendefinisikan ukuran konsistensi sebagai Consistency Index,

yaitu :

CI =

1

max −

n

n

λ

……….. (2.5)

Untuk setiap ukuran matriks n, matriks random dibuat dan nilai rata-rata CI

(48)

Tabel 2.4 Nilai dari Random Index

Ordo matriks (n) RI

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49 1.51 1.48 1.56 1.57 1.59

Consistency Ratio (CR), yang menyatakan seberapa besar derajat

inconsistency dari penetapan nilai perbandingan antar kriteria yang telah dibuat,

dimana :

CR =

RI CI

………. (2.6)

Apabila nilai CR ≤ 0.1, maka masih dapat ditoleransi tetapi bila CR > 0.1

maka perlu dilakukan revisi. Nilai CR = 0 maka dapat dikatakan “perfectly

consistent”. (Saaty, 1993)

2.5 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini ada dua

(49)

a. Data Primer

Data primer ialah data yang langsung dikumpulkan atau diperoleh dari

sumber pertama. Pengumpulan data primer bisa dilakukan dengan beberapa

macam cara antara lain :

1. Pengamatan (Observasi)

Observasi biasanya digunakan sebagai alat pengumpulan data untuk obyek

yang belum banyak diketahui. Observasi bertujuan mengamati objek

penelitian untuk dimengerti tentang objek penelitian tersebut.

2. Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan suatu langkah dalam penelitian yang berupa

penggunaan proses komunikasi verbal untuk mengumpulkan informasi dari

seseorang atau kelompok orang.

3. Daftar Pertanyaan (Angket/kuesioner)

Kuesioner merupakan alat komunikasi antara penelitian dengan orang yang

diteliti atau responden. Isinya berupa daftar pertanyaan, yang dibagikan oleh

peneliti untuk diisi oleh responden. Pengumpulan data dengan kuesioner

perlu memperjatikan beberapa hal, yaitu :

• Karena respon menuangkan pendapat secara tertulis, kuesioner tidak sesuai

untuk mengumpulkan data yang bersifat sensitif.

• Penggunaan kuesioner tepat apabila responden mempunyai pengetahuan

(50)

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak langsung diperoleh dari sumber

pertama dan telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen tertulis.

2.6 Penentuan J umlah Sampel atau Populasi

Penentuan jumlah sample / kuesioner Varians dari suatu populasi dapat

dihitung dan dipakai bersama-sama dengan keterbatasan dana, waktu, tenaga dan

derajat keyakinan yang diinginkan oleh pihak peneliti dan klien untuk menentukan

besarnya sampel. Ukuran sampel yang dibutuhkan dalam penelitian dapat dihitung

dengan menggunakan perhitungan bernaoulli sebagai berikut :

( )

2 2 /2

e pq Z n ≥ α

Dimana : n = jumlah sampel minimum

α = taraf keberartian

Z = nilai distribusi normal

e = nilai tingkat kesalahan

p = proporsi jumlah kuesioner yang kembali

q = proporsi jumlah kuesioner yang tidak kembali/tidak sah

Tetapi menurut Suharsini Arikunto (2002), apabila Subyek kurang dari 100,

maka lebih baik diambil seluruhnya sehingga penelitianya merupakan penelitian

populasi. Selanjutnya jika jumlah subyek besar (lebih dari 100), maka dapat diambil

(51)

n = 15% x N

Keterangan:

n = Besar Sampel

N = Besar Populasi

Dalam hal ini juga dapat diketahui didalam pemilihan sampel acak

sederhana dengan ukuran n dari suatu populasi yang berasal dari distribusi apapun

(Binomial, poisson, dll) maka distribusi dari rata-rata sampel dapat didekati dengan

distribusi probabilitas normal untuk ukuran sampel terbesar (Central Limit Theory).

Jika q adalah sebuah parameter dari distribusi populasi dan q adalah panduga dari 0,

maka n menuju tak terhingga atau untuk sampel yang terbesar (n ≥ 100), q

sebetulnya hanya mendekati normal saja akan tetapi prakteknya kita dapat

menggunakan table distribusi normal untuk menghitung probabilitas bahkan untuk

(n ≥ 30). Untuk (n ≤ 30) sampelnya disebut sampel kecil, sehingga harus digunakan

table t sebagai pengganti table ditribusi normal.

(Statistik Teori dan Aplikasi,J.Suprapto, 2006)

2.7 Pengolahan Data

Metode pengujian data yang dipakai dalam penelitian ini ada dua macam,

yaitu uji validitas dan uji reliabilitas (M.T.Safirin, 2002 : 33).

2.7.1 Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu

(52)

apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur, yang

sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.

Untuk menghitung validitas, maka kita akan menghitung korelasi antara

masing-masing pernyataan dengan skor total dengan menggunakan rumus korelasi

product moment sebagai berikut :

(

)

(

)

[

2 2

]

[

(

2

(

)

2

)

]

Y Y

N X X

N

Y) X)( ( -(X)(Y) N

r

Σ − Σ Σ

Σ

Σ Σ Σ

=

Dimana : r = koefisien korelasi yang dicari

N = jumlah responden

X = skor tiap-tiap variabel

Y = skor total tiap responden

Secara statistik, angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan

angka kritik tabel korelasi nilai r.

2.7.2 Uji Reliabilitas

Gambar

Tabel lanjutan 2.2 Key Performance Indicator (KPI)
Tabel 2.3 Skala Banding Secara Berpasangan
Tabel lanjutan 3.1. Atribut-atribut yang sesuai dengan Key Performance
Gambar 3.2 Langkah-langkah Pemecahan Masalah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memelihara konsistensi memperhatikan batas-batas secara visual legislatif, Pemerintah, dalam hal ini untuk pemanfaatan setiap zona yang Menteri Kelautan dan

Skripsi yang berjudul “ Analisis Pengaruh Motivasi (Intrinsik dan Ekstrinsik) terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus pada PT. Agrofarm Nusa Raya Ponorogo, Jawa

Dalam penulisan Laporan Akhir yang berjudul Analisa Break Event Point (BEP) Pada Pabrik Tahu dan Tempe “Pak Sukardi” di Palembang ini, penulis membahas masalah tentang

Sekolah merupakan ruang lingkup pendidikan (Wawasan Wiyatamandala) yang dikutip oleh Tulus Tu’u dalam bukunya yang berjudul “ Peran Disiplin Pada Perilaku Dan Prestasi

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dari hasil uji t (parsial) profitabilitas yang diprosikan dengan Return On Asset (ROA) berpengaruh positif dan signifikan

Menurut Turner, pendekatan Emerson telah bergerak melampaui teori pertukaran konvensional sebagaimana dirumuskan Homans dan Blau, menuju model pertukaran baru

Uji MANOVA digunakan untuk menguji apakah terdapat pengaruhmodel pembelajaran guided discovery berbantuan PhET simulations terhadap penguasaan konsep dan kemampuan

Hasil analisis tanggapan responden yang juga memperkuat hasil analisis regresi diatas pada variabel pengalaman kerja, dimensi masa kerja pegawai mengakui bahwa