ANALISIS PENGUKURAN KINERJ A
DENGAN
SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE (SCOR)
DI PERUSAHAAN SYP SOPONYONO
WARU – SIDOARJ O
SKRIPSI
OLEH :
SURYA WIDDANA BRUARIYAN
NPM : 0532010227
J URUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
ANALISIS PENGUKURAN KINERJ A DENGAN
SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE (SCOR)
DI PERUSAHAAN SYP SOPONYONO
WARU – SIDOARJ O
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Per syaratan Dalam Memperoleh Gelar Sar jana Teknik
J ur usan Teknik Industri
OLEH :
SURYA WIDDANA BRUARIYAN
NPM : 0532010227
J URUSAN TEKNIK INDUSTRI
SKRIPSI
ANALISIS PENGUKURAN KINERJ A
DENGAN
SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE (SCOR)
DI PERUSAHAAN SYP SOPONYONO
WARU – SIDOARJ O
Disusun Oleh :
SURYA WIDDANA BRUARIYAN 0532010227
Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima Oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industr i
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada Tanggal : 15 J uni 2012
Tim Penguji ; Dosen Pembimbing : 1. 1.
Ir. Rr. Rochmoeljati, MM Ir. Tri Susilo, MM NIP. 19611029 199103 2 001 NIP. 19550708 198903 1 001 2. 2.
Ir. Handoyo, MT Enny Ar iyani, ST. MT NIP. 19570209 198503 1 003 NIP. 0700 6650 0411 3.
Ir. Tri Susilo, MM NIP. 19550708 198903 1 001
Mengetahui
Dekan Fakultas Teknologi Industri
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada TUHAN, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “ANALISA PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DI PERUSAHAAN SYP SOPONYONO WARU - SIDOARJO”, yang merupakan kurikulum yang harus ditempuh boleh mahasiswa sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran” Jawa Timur.
Atas terselesainya pelaksanaan dan penyusunan Tugas Akhir ini, maka penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof.Dr.Ir Teguh Sudarto, MP. Selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Ir.Sutiyono, MT. Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Dr.Ir.Minto Waluyo,MM. Selaku ketua jurusan Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Ir. Tri Susilo,MM. Selaku Dosen Pembimbing Utama dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas kemudahan dan bimbingan yang telah Bapak berikan kepada penulis.
6. Bapak Hj.Roychan sebagai pimpinan Perusahaan SYP Soponyono, yang telah memberikan kemudahan dalam proses penyelesaian penelitian ini.
7. Terima kasih untuk Ibu, ayah yang ada di rumah serta Kakak keponaan dan Adikku yang selalu memberi support baik berupa Doa dan Anggaran Dana. tankyu atas segala bentuk dukungannya.
8. Buat semua teman-temanku terima kasih banyak atas segala kebersamaan ”all for one, one for all ”susah senang kita hadapi bersama. Untuk sahabat baruku anak-anak kemlaten gg.X, warkop pakdi, terutama Reza 06 thanks atas supportnya, waktunya, ngrepotinya, kopinya tanpa km mungkin aku gak bisa bangkit lagi boy, tulus sahabat senang maupun duka...sepurane seng akeh boy aku sidang duluan,, mav ya, sahabat-sahabat seperjuangan yang masih tersisa ditahun ini breng 05, galih 06.. SEMANGATTTT...
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penulisan skripsi ini.
Surabaya, 1 Mei 2012
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar ... . i
Daftar Isi ... .. iii
Daftar Tabel ... .. viii
Daftar Gambar ... .. xi
Daftar Lampiran ... . xii
Abstraksi ... .. xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... .. 1
1.2. Perumusan Masalah ... .. 3
1.3. Tujuan Penelitan ... .. 3
1.4. Batasan Penelitan ... .. 3
1.5. Asumsi Penelitian ... .. 4
1.6. Manfaat Penelitian ... .. 4
1.7. Sistematika Penulisan ... .. 5
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1. Pengukuran Kinerja Perusahaan ... .. 7
2.1.1 Tujuan Pengukuran Kinerja ... .. 8
2.1.2 Manfaat Pengukuran Kinerja ... .. 9
2.2.1 Tujuan Supply Chain Management ... .. 12
2.2.2 Pengukuran Kinerja Supply Chain ... .. 13
2.2.3 Prinsip Pengukuran Kinerja Supply Chain ... .. 15
2.2.4 Metode Pengukuran Kinerja Supply Chain ... .. 18
2.3. Model Supply Chain Reference (SCOR) ... ... 20
2.4. Metode Pembobotan dengan Analysis Hierarchy Process (AHP) ... .. 27
2.5. Pengumpulan Data ... .. 35
2.5.1 Penentuan Jumlah Sampel ... .. 36
2.6. Pengolahan Data ... .. 37
2.6.1 Uji Validitas ... .. 37
2.6.2 Uji Reliabilitas ... .. 38
2.7. Peneliti Terdahulu ... .. 39
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... . 42
3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... 42
3.3 Langkah-langkah Pemecahan Masalah ... 45
3.4 Analisa Data ………... 55
BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data ... 56
4.1.1 Hirarki Awal Pengukuran Kinerja Supply Chain ... 56
4.1.2 Data-data Atribut Penelitian KPIPerusahaan ... 58
a. Data Jumlah Produk yang Mengalami Perubahan .... 59
b. Data Produksi dan Rencana Produksi ... 59
c. Data Inventory Accurancy of Material ... 60
d. Data Inventory Accurancy of Packaging ... ……… 61
e. Data Inventory Accurancy of Finished Product ... 61
f. Data Internal Rantionship …………. ... …. 62
g. Data Planning Employee Reliability ... 63
4.1.2.2 Source ……… ... 63
a. Data Supplier Delivery Performance ... 63
b. Data Source Employee Reliability . ... 64
c. Data Supplier Reliability . ... 65
d. Data Supplier Delivery Lead Time . ... 66
e. Data Source Volume Responsiveness of Material ... 66
f. Data Source Volume Responsiveness of Packaging .. 67
g. Data Material Order Cost ... 68
h. Data Pay Term ... 68
4.1.2.3 Make …………. ... 69
a. Data Breakdown Time Percentage ... 69
b. Data Manufacturing Employee Reliability ... 70
4.1.2.4 Deliver ... 70
a. Data Order PODC . ... 71
b. Data Stockout Probability ... 71
d. Data Delivery Lead Time ... 73
e. Data Minimum Delivery Quantity ... 73
4.1.2.5 Return ... 74
a. Data Marketing Employee Reliability ... 74
b. Data Number of Customer Complain . ... 75
c. Data Time to Solve a Complain ... 76
4.1.3 Penyusunan Kuisioner Indikator Supply Chain ... 76
4.1.4 Penentuan Populasi ... 77
4.1.5 Penyebaran Kuisioner Indikator Supply Chain ... 77
4.1.6 Uji Kecukupan Data ... 77
4.1.6.1 Uji Validitas ... 77
4.1.6.2 Uji Validitas Kuisioner Karyawan Bagian Pemasaran n Keuangan ... 78
4.1.6.3 Uji Validitas Kuisioner Karyawan Bagian Quality Control, Bagian Produksi dan Bagian Logistic .... 79
4.1.6.4 Uji Reliabilitas ... 80
4.1.6.5 Uji Reliabilitas Kuisioner Karyawan Bagian Pemasaran dan Keuangan ... 80
4.1.6.6 Uji Reliabilitas Kuisioner Karyawan Bagian Quality Control, Bagian Produksi dan Bagian Logistic ... 81
4.1.7 Pembobotan KPI ... 82
4.1.7.2 Penyebaran Kuisioner Pembobotan Level KPI ... 82
4.1.7.3 Pemobobotan Tingkat Kepentingan KPI dengan AHP . 82 4.2 Pengolahan Data ... 84
4.2.1 Perhitungan Nilai Aktual Performansi Supply Chain ... 84
4.2.2 Penyamaan Scoring Sistem dengan Normalisasi ... 89
4.2.3 Perhitungan Nilai Akhir Kinerja Supply Chain ... 93
4.2.4 Agregasi Nilai Performansi Supply Chain ... 96
4.3 Analisa dan Pembahasan ... 103
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 105
5.2 Saran ... 106 DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAKSI
Kesadaran akan pentingnya peran semua pihak dalam menciptakan produk yang murah,berkualitas dan cepat yang kemudian melahirkan konsep baru yaitu Supply Chain Management. Supply Chain Management adalah konsep yang merupakan integrasi dari keseluruhan elemen dari perusahaan dalam memenuhi permintaan konsumen, yaitu merupakan kesatuan dari Supplier, Manufacturing, Customer, dan Delivery Process.
Perusahaan SYP Soponyono merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan keranjang motor dengan merk SYP yang telah bekerja sama dengan PT. Astra Honda Motor (AHM) sebagai pemesan tetap keranjang motor dengan jenis kendaraan Tipe Astrea Supra 125, Astrea Grand, Revo dan Kharisma. Selama ini Perusahaan SYP Soponyono mempunyai sistem pengukuran kinerja yang kurang terintegrasi dimana terdapat perubahan jadwal disetiap bulannya pada perencanaan proses produksi sehingga permintaan produksi selama 1 tahun tidak sesuai rencana produksi dan menyebabkan terjadinya biaya pemesanan material dalam kurun waktu tertentu (mendadak) yang begitu besar (Charge) dan juga jumlah pengiriman yang kurang maksimal menjadikan pendistribusian keranjang motor pada tahun 2011 terhambat ke
customer. Metode yang dipakai untuk melakukan analisa adalah Supply Chain Operation Reference (SCOR) .
Dari beberapa penjelasan yang telah disampaikan dalam latar belakang maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu :“ Seberapa besar kinerja dan indikator– indikator kinerja supply chain Perusahaan SYP Soponyono yang memerlukan prioritas untuk dilakukan perbaikan. ? “
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tugas akhir ini adalah : mengetahui nilai kinerja Perusahaan SYP Soponyono yang dilihat dari konsep model Supply Chain Operation Reference (SCOR) dan mengetahui indikator–indikator terendah kinerja supply
chain Perusahaan SYP Soponyono yang memerlukan prioritas untuk dilakukan
perbaikan.
Dari hasil pengukuran kinerja dengan Supply Chain Operation Reference (SCOR)
Perusahaan SYP Soponyono maka dapat diketahui bahwa nilai akhir kinerja di Perusahaan SYP Soponyono pada tahun 2011 sebesar 74,02 sehingga perusahaan termasuk dalam kategori baik dengan perspektif Plan sebesar 19,95, Source sebesar 22,55, Make sebesar 16,43, Deliver sebesar 7,263, Return sebesar 7,830 dan juga diketahui bahwa terdapat empat KPI yang mempunyai nilai terendah yaitu : Number of Production Schedule Revision (26,99), Percentage of Adjusted Production Quantity (25,51), Material Order Cost (40,48), Minimum Delivery Quantity (47,75).
ABSTRACS
Awareness for the importance of role all side in creating product which is murah,berkualitas and quickly which later;then bear new concept that is Supply Chain Management. Supply Chain Management is concept representing integration from overall of element of company in fulfilling request of consumer, that is representing unity of Supplier, Manufacturing, Customer, and Delivery Process. Company of SYP Soponyono represent one of the peripatetic company in the field of making of motor crate with merk of SYP which have cooperated with PT. Astra Honda Motor (AHM) as ordering of motor crate remain to with type vehicle of Type of Astrea Supra 125, Astrea Grand, Revo and Kharisma. During The Time Company of SYP Soponyono have system measurement of less performance integrated where there are change of schedule per month at planning of production process so that request of production during 1 inappropriate year of plan produce and cause the happening of expense of ordering of material in certain range of time (sudden) which is big so (Charge) as well as amount of less maximal delivery make motor crate distribution in the year 2011 pursued to customer. Method weared to analyse is Supply Chain Operation Reference (SCOR) .
From some clarification which have been submitted in background hence can be formulated by a problems that is :" How big performance indicators and performance of supply chain Company of SYP Soponyono needing priority to be conducted by to repair " Target of which wish to be reached in research of this final duty is to : knowing performance value Company of seen SYP Soponyono of concept model Supply Chain Operation Reference (SCOR) and know indicators of lower performance of supply chain Company of SYP Soponyono needing priority to be conducted by to repair.
From result of measurement of performance with Supply Chain Operation Reference (SCOR) Company of SYP Soponyono hence can know that final value of performance in Company of SYP Soponyono in the year 2011 equal to 74,02 so that company of[is included in good category in perpectively Plan equal to 19,95, Source equal to 22,55, Make equal to 16,43, Deliver equal to 7,263, Return equal to 7,830 as well as known that there are four KPI having value of low that is : Of Production Schedule Revision Number (26,99), Of Adjusted Production Quantity Percentage (25,51), Material Order of Cost (40,48), Minimum of Delivery Quantity (47,75).
ANALISIS PENGUKURAN KINERJ A
DENGAN
SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE (SCOR)
DI PERUSAHAAN SYP SOPONYONO
WARU - SIDOARJ O
SKRIPSI
Oleh :
SURYA WIDDANA BRUARIYAN 0532010227
J URUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
J AWA TIMUR
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelaku industri mulai sadar bahwa untuk menyediakan produk yang murah, berkualitas dan cepat, perbaikan di internal sebuah perusahaan manufaktur tidaklah cukup sehingga memerlukan peran serta semua pihak mulai dari pemasok yang mengolah bahan baku dari alam menjadi komponen, pabrik yang mengubah komponen dan bahan baku menjadi produk jadi, perusahaan transportasi yang mengirimkan bahan baku dari pemasok ke pabrik, serta jaringan distribusi yang menyampaikan produk ke tangan pelanggan. Kesadaran akan pentingnya peran semua pihak dalam menciptakan produk yang murah,berkualitas dan cepat yang kemudian melahirkan konsep baru yaitu Supply Chain Management. Supply Chain Management adalah konsep yang merupakan integrasi dari keseluruhan elemen dari perusahaan dalam memenuhi permintaan konsumen, yaitu merupakan kesatuan dari Supplier, Manufacturing, Customer, dan Delivery Process.
Perusahaan SYP Soponyono merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan keranjang motor dengan merk SYP yang telah bekerja sama dengan PT. Astra Honda Motor (AHM) sebagai pemesan tetap keranjang motor dengan jenis kendaraan Tipe Astrea Supra 125, Astrea Grand, Revo dan Kharisma .
2
1 tahun tidak sesuai rencana produksi dan menyebabkan terjadinya biaya pemesanan material dalam kurun waktu tertentu (mendadak) yang begitu besar (charge) dan juga jumlah pengiriman yang kurang maksimal menjadikan pendistribusian keranjang motor pada tahun 2011 terhambat ke customer.
Supply Chain Management merupakan solusi dimana penulis berusaha menyatukan aspek-aspek yang telah ada dari semua aktivitas yaitu sejak material datang dari pihak supplier, kemudian material itu diolah menjadi produk jadi sampai produk itu didistribusikan ke konsumen sehingga didapatkan hasil yang terintegrasi. Untuk mengetahui kinerja perusahaan diperlukan suatu pengukuran melalui pendekatan yaitu model Supply Chain Operations Reference (SCOR).
SCOR model sendiri dikembangkan oleh suatu lembaga professional, yaitu Supply Chain Council (SCC). Supply Chain Council (SCC) diorganisasikan oleh Pittiglio Rabin Todd & McGrath (PRTM) dan AMR Research. Process Reference Model merupakan konsep untuk mendapatkan suatu kerangka (framework) pengukuran yang terintegrasi dan untuk mendeskripsikan aktivitas bisnis yang diasosiasikan dengan fase yang terlibat untuk memenuhi permintaan customer.
3
1.2 Perumusan Masalah
Dari beberapa penjelasan yang telah disampaikan dalam latar belakang maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut :
“ Seberapa besar kinerja dan indikator–indikator kinerja supply chain
Perusahaan SYP Soponyono yang memerlukan prioritas untuk dilakukan
perbaikan. ? “
1.3 Tujuan penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tugas akhir ini adalah :
1. Mengetahui nilai kinerja Perusahaan SYP Soponyono yang dilihat dari konsep model SCOR.
2. Mengetahui indikator–indikator kinerja supply chain Perusahaan SYP Soponyono yang memerlukan prioritas untuk dilakukan perbaikan.
1.4 Batasan Masalah
Dalam mencapai tujuan penelitian dan pembahasan penelitian yang lebih tearah, maka penulis membatasi pembahasan sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan pada Perusahaan SYP Soponyono yang berlokasi di Jl. Ambeng - ambeng Waru - Sidoarjo.
2. Data yang digunakan pada penelitian ini periode bulan Januari hingga Desember 2011
4
Deliver, Return. Level 2 meliputi : Reliability, Responsiveness, Flexibility, Cost, dan Asset
4. Penelitian hanya dilakukan pada Intern Perusahaan dan tidak melibatkan konsumen.
5. Penelitian di Perusahaan SYP Soponyono hanya dilakukan pada satu jenis produk saja yaitu : Keranjang Motor Type Astrea Supra 125.
1.5 Asumsi-asumsi
Adapun asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Kuesioner diasumsikan diisi dengan sebenar-benarnya oleh responden.
2. Indikator-indikator kinerja yang disusun dapat mewakili kinerja yang ada di perusahaan.
3. Kondisi manajemen yang menjalankan perusahaan berjalan dengan baik dan konstan untuk strategi produksi, promosi maupun strategi lainnya selama dilakukannya penelitian.
4. Kebijakan pemerintah terutama dalam bidang perekonomian tidak mengalami perubahan dan keadaan ekonomi negara berjalan stabil.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Perusahaan
5
untuk setiap periode tertentu, serta mampu mengadakan perbaikan kinerja sesuai kerangka sistem pengukuran Supply Chain perusahaan.
2. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan kemampuan dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu dan memperoleh pengalaman praktis dalam mempraktekkan teori-teori yang pernah didapat, baik dalam perkuliahan maupun dalam literatur-literatur yang telah ada mengenai Supply Chain Operations Refference (SCOR).
3. Bagi Universitas
Sebagai bahan pengetahuan di perpustakaan, yang mungkin dapat berguna bagi mahasiswa Jurusan Teknik Industri pada khususnya. Terutama memberikan informasi mengenai Supply Chain Operations Refference (SCOR) dan agar dapat membandingkan mata kuliah supply chain yang di dapat di kampus (teori) dengan keadaan sebenarnya di perusahaan.
1.7 Sistematika Penulisan
6
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang melakukan penelitian yang bertopik pengukuran system kinerja Supply Chain Operations Refference (SCOR). Selain itu dijelaskan mengenai batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, asumsi yang digunakan, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA
Bab ini membahas mengenai metode yang digunakan dalam penelitian tugas akhir dan juga teori lain yang dapat menunjang pelaksanaan penelitian. BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini akan menjelaskan mengenai langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan penelitian berdasarkan langkah-langkah operasional sesuai yang dihadapi.
BAB IV PELAKSANAAN DAN ANALISA HASIL
Bab ini berisi pengumpulan dan pengolahan data yang didapat dari Perusahaan SYP Soponyono dan kemudian dilakukan analisis.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dan saran serta rekomendasi berkenaan dengan hasil pengukuran kinerja Supply Chain Operations Refference (SCOR).
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1 Pengukur an Kiner ja
Pengukuran kinerja pada periode tertentu sangat diperlukan agar prestasi
perusahaan dapat diketahui. Selama ini, pengukuran kinerja perusahaan hanya
berfokus pada presfektif keuangan saja, yang hanya mengambarkan kinerja pada
satu sisi yaitu perusahaan (internal), sedangkan sisi luar perusahaan (eksternal)
kurang tersentuh.
Adapun definisi dari pengukuran kinerja itu sendiri menurut para ahli, antara
lain sebagai berikut :
1. Patrick L. Romano (1989)
“Pengukuran kinerja (performansi) merupakan salah satu proses dalam
anajemen dengan membandingkan dan mengevaluasi antara rencana yang
dibuat dan hasil yang dicapai, menganalisa penyimpangan yang terjadi dan
melakukan perbaikan”
2. Mulyadi (1993)
“Penentuan secara periodik efektivitas operasional dari suatu organisasi sebagai
bagian organisasi dan karyawannya, berdasarkan : sasaran, standar dan kriteria
yang telah diharapkan sebelumnya (1993)”
3. Stoner et al (1996)
“Suatu ukuran seberapa efisien dan efektif individu atau organisasi dalam tujuan
4. Anderson dan Clancy
“Feedbcak from the accountant to managmenent that provides information
about how well the action represent the plans, it also identifies where manager
may need to make correction or adjusmention future planning and controlling
activities”
5. Anthony, Banker, Kaplan dan Young (1997)
“The activity of measuring the performance of an activity or the entire value
chain”
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja adalah
tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai
yang ada dalam perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan
sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan
suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian–penyesuaian
atas aktifitas perencanaan dan pengendalian.
2.1.1 Tujuan Pengukur an Kiner ja
Menurut Mulyadi (1993) tujuan pengukuran kinerja adalah :
1. Untuk menentukan kontribusi suatu bagian dalam perusahaan terhadap
organisasi secara keseluruhan.
2. Untuk memberikan dasar bagi penilaian suatu prestasi dalam berorganisasi.
3. Untuk memberikan motivasi bagi manajer bagian dalam (internal) menjalankan
2.1.2 Manfaa t Pengukur an Kiner ja
Menurut Lynch dan Cross (1993), manfaat dari sistem pengukuran kinerja
yang baik adalah :
a. Menelusuri manfaat kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan
membawa perusahaan menjadi lebuh dekat pada pelanggannya dan membuat
seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada
pelanggan.
b. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan kepada pelanggan sebagai
bagian dari mata rantai pelanggan dan pemasok internal.
c. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya–upaya
pengurangan terhadap pemborosan tersebut (reduction of waste).
d. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih
konkret sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi.
Membangun konsesnsus untuk melakukan suatu perubahan dengan
memberi “reward” atau perilaku yang diharapkan tersebut.
2.2 Penger tian Supply ChainManagement
Pengertian Supply Chain management adalah jaringan organisasi yang
melibatkan hubungan upstream dan downstream dalam proses dan aktivitas yang
berbeda yang memberi nilai dalam bentuk produk dan jasa pada pelanggan.
Konsep Supply Chain merupakan konsep baru dalam melihat persoalan
logistik. Konsep lama melihat logistik lebih sebagai persoalan intern
intern di perusahaan masing-masing. Dalam konsep baru ini, masalah logistik
dilihat sebagai masalah yang lebih luas yang terbentang sangat panjang sejak bahan
dasar sampai barang jadi yang dipakai konsumen akhir, yang merupakan mata
rantai persediaan. (Indrajit dan Djokopranoto, 2002)
Supply chain management melibatkan banyak pihak didalamnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam usaha untuk memenuhi permintaan
konsumen. Di sini supply Chain tidak hanya melibatkan manufaktur dan supplier,
tetapi juga melibatkan banyak hal antara lain transportasi, gudang dan juga
konsumen itu sendiri. (Chopra, 2001)
Supply Chain Management merupakan filosofi manajemen yang secara
terus-menerus mencari sumber-sumber fungsi bisnis yang kompeten untuk
digabungkan baik dalam perusahaan maupun luar perusahaan seperti mitra bisnis
yang berada dalam satu Supply Chain untuk memasuki sistem Supply yang
berkompetitif tinggi dan memperhatikan kebutuhan pelanggan, yang berfokus pada
pengembangan solusi inovatif dan sinkronisasi aliran produk, jasa dan informasi
untuk menciptakan sumber nilai pelanggan (customer value) yang bersifat unik.
Pada suatu supply chain biasanya ada 3 macam aliran yang harus dikelola.
Pertama adalah aliran barang yang mngalir dari hulu (upstream) ke hilir
(downstream). Yang kedua adalah aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari
hilir ke hulu. Yang ketiga adalah aliran infomasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir
ataupun sebaliknya. ( Pujawan, 2005)
Supply chain adalah suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang
jaringan atau jejaring dari berbagai organisasi yang saling berhubungan yang
mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan
atau penyaluran barang tersebut. (Indrajit & Djokopranoto, 2002)
Supply Chain Management terdiri atas 3 elemen yang saling berhubungan
satu sama lain, yaitu :
1. Struktur jaringan Supply Chain
Jaringan kerja anggota dan hubungan dengan anggota Supply Chain lainnya.
2. Proses bisnis Supply Chain
Aktivitas-aktivitas yang menghasilkan nilai keluaran tertentu bagi pelanggan.
3. Komponen manajemen Supply Chain
Variabel-variabel manajerial dimana proses bisnis disatukan dan disusun
sepanjang Supply Chain.
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat ditarik suatu pengertian tentang
Supply ChainManagement yaitu suatu kesatuan proses dan aktivitas produksi mulai
raw material diperoleh dari supplier, proses penambahan nilai (produksi) yang
merubah raw material menjadi barang jadi, proses penyimpanan (inventory) sampai
proses delivery barang jadi tersebut ke retailer dan customer. Semua kesatuan
Supply Manufacturing Distribution Customer
Gambar 2.1 Konsep Supply Chain
(Sumber : B.M. Beamon, 1999, Measuring Supply Chain Performance Internasional Journal of Operation and Production Management Vol. 19, No. 3, hal 275 – 292)
2.2.1 Tujuan Supply ChainManagement
Adapun tujuan dari proses Supply Chain Management didalam proses
produksi suatu perusahaan adalah :
§ Mengembangkan team yang berfokus pada pelanggan sehingga dapat
memberikan persetujuan produk dan jasa menguntungkan kedua belah pihak
pada pelanggan secara strategik.
§ Membuat kontak hubungan yang secara efisien menangani
pertanyaan-pertanyaan dari semua pelanggan.
§ Secara terus-menerus mengumpulkan, menyusun dan meng-update permintaan
pelanggan untuk menyesuaikan demand dengan supply.
§ Mengembangkan sistem produksi fleksibel yang tanggap secara cepat pada
§ Mengatur hubungan supplier sehingga quick response dan perbaikan
berkesinambungan dapat berjalan lancar.
§ Pengiriman pesanan tepat waktu dan benar 100%.
§ Meminimasi waktu siklus ketersediaan retur (return to available).
(Miranda dan Amin Widjaja Tunggal, 2001)
2.2.2 Pengukur an Kiner ja Supply Chain Management
Ide dari pengukuran kinerja ini diawali dari pengukuran operasi
manufakturing yang dilakukan oleh Frederick W. Taylor, (father of scientific
methods) pada awal abad ke 20. Beliau melakukan penelitian mengenai studi gerak
dan waktu. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang ada serta
membuat kriteria yang obyektif untuk mengukur dan menetapkan kinerja yang
obyektif untuk mengukur dan menempatkan kinerja dan efisiensi pekerja tersebut.
Pada awal tahun 1920 mulailah muncul dan berkembang sistem pengukuran
secara tradisional yang masih berfokus pada aspek finansial. Sistem pengukuran
tradisional ini dinilai oleh para praktisi dan akademisi memiliki banyak kekurangan
karena berfokus pada satu indikator saja yaitu finansial.
Menurut Maskell, sebagaimana dikutip oleh Gunasekaran et al (2001), untuk
mengembangkan suatu sistem pengukuran kinerja yang seimbang, perusahaan harus
mempertimbangkan aspek finansial dan aspek non finansial. Walaupun pengukuran
kinerja finansial penting untuk pengambilan keputusan strategis dan membuat
laporan eksternal, kontrol terhadap operasi manufacturing dan distribusi lebih baik
Beberapa keuntungan sistem pengukuran non finansial antara lain adalah
pengukuran tersebut lebih sesuai dengan kondisi saat ini dibandingkan dengan
pengukuran finansial, lebih mudah diukur dan presisi, lebih bermanfaat bagi pekerja
untuk melakukan perbaikan berkesinambungan, konsisten dengan tujuan dan
strategi perusahaan dan sangat fleksibel. Faktor-faktor yang bersifat non finansial
lebih berorientasi jangka panjang dan memberikan kontribusi yang cukup besar
bagi kinerja perusahaan, misalnya indikator yang berkaitan dengan kualitas produk
yang dapat meningkatkan penjualan dan customer satisfaction dalam jangka
panjang.
Seiring dengan berkembangnya industri di abad 21, Supply Chain
Management telah berhasil menjadi fokus utama dari setiap organisasi. Bahkan
beberapa penelitian terkini menyatakan bahwa Supply Chain Management
merupakan manajemen praktis untuk meningkatkan kinerja world class company.
Sesuai dengan perkembangan sistem pengukuran kinerja Supply Chain,
Chibba dan Horte (2001) menyebutkan ada empat tipe pengukuran kinerja Supply
Chain, yaitu :
1. Fuctional measure
Pengukuran secara terpisah dari masing-masing fungsi yang ada dalam Supply
Chain, seperti pengukuran delivery atau produksi saja.
2. Internal integrated measure
Pengukuran kinerja terhadap semua fungsi yang ada dalam Supply Chain dalam
3. One side integrated measure
Mendefinisikan kinerja dalam batasan antar organisasi atau antar perusahaan
dan mengukur kinerja antar perusahaan dalam prespektif supplier atau
customer.
4. Total chain measure
Pengukuran kinerja Supply Chain secara lengkap mencakup antar perusahaan,
termasuk hubungan dari supplier sampai ke customer.
Type 1
Type 2
Type 3
Type 4
Gambar 2.2 Empat Tipe Pengukuran Kinerja Supply Chain
(Sumber : A. Chibba, Horte, A. Sven, 2001, Supply Chain _A Meta Analysis, School of Business and Engineering, University of Haldstad, Swedia.)
2.2.3 Pr insip Pengukur an Kiner ja Supply Chain Management
Secara historis, pengukuran kinerja berkembang di perusahaan seringkali
bersifat fungsional – based yaitu pengukuran dilakukan untuk menampilkan kinerja
dari masing-masing departemen. Pengukuran tersebut dirasakan kurang efektif
karena adanya kecenderungan bahwa masing-masing departemen hanya berusaha
Specific Customers Needs Full-Filled Supplier
Customer
MAKE SOURCE
untuk meningkatkan kinerja mereka sendiri-sendiri dan bukan kinerja perusahaan
secara keseluruhan, akibatnya akan menimbulkan peluang terjadinya konflik
kepentingan diantara masing-masing departemen.
Pengukuran kinerja adalah suatu proses untuk mengukur efektivitas dan
efisiensi dari suatu aktivitas. Dalam sistem manajemen bisnis modern, pengukuran
kinerja bukan hanya sekedar sistem pengukuran dan perhitungan saja, melainkan
juga dapat memberikan kontribusi pada peningkatan kinerja.
Ide pengukuran kinerja ini pertama kali diawali dari pengukuran operasi
manufaktur yang dilakukan oleh F.W. Taylor (father of scientific methods) pada
awal abad ke-20. Beliau melakukan penelitian mengenai studi gerak dan waktu.
Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang ada dianalisa untuk
membuat standar kerja dari pekerja yang ada serta membuat kriteria yang obyektif
untuk mengukur dan menetapkan kinerja dan efisiensi pekerja tersebut.
Lama kelamaan, pandangan pengukuran kinerja tidak lagi difokuskan pada
penelitian kinerja individu melainkan mengarah pada pengukuran kinerja bisnis
perusahaan dan perilakunya. Pengukuran Kinerja Supply Chain sangatlah penting
karena berdampak pada bagaimana suatu perusahaan dapat menilai apakah rantai
persediaaannya telah meningkat atau bahkan mengalami penurunan. Ataupun juga
dapat menentukan jalan atau cara ke arah pemeliharaan menuju keberhasilan
sasaran hasil peningkatan rantai persediaannya.
Dalam pengukurannya, ada beberapa pertimbangan yang harus dilihat antara
§ Ukuran tidak diorientasikan dan dipusatkan atas menyediakan suatu perspektif
memandang ke depan.
§ Ukuran tidak selalu dihubungkan dengan pentingnya masalah keuangan, namun
seperti pelayanan pelanggan/loyalty dan mutu produk.
§ Ukuran tidak secara langsung ada keterkaitan dengan efisiensi dan efektivitas
operasional (Lapide, 2000).
Pengukuran kinerja terhadap Supply Chain haruslah mengandung
indikator-indikator. Indikator-indikator tersebut sebaiknya harus berkaitan dengan
pertanyaan-pertanyaan seperti berikut :
§ Aspek-aspek apa saja yang harus diukur ?
§ Bagaimana mengukur aspek-aspek tersebut ?
§ Bagaimana menggunakan hasil pengukuran itu untuk menganalisa,
memperbaiki dan mengontrol kualitas rantai produktivitas ?
Di dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, bukanlah merupakan tugas
yang mudah. Banyak indikator-indikator yang harus disiapkan dan perlu
penggunaan ukuran-ukuran yang disesuaikan dengan kondisi perusahaan.
Ada beberapa sifat yang harus dipenuhi oleh indikator, yaitu :
§ Universality (bersifat umum dan mudah diukur).
§ Measurability (menjamin bahwa data-data yang diperlukan memang dapat
diukur).
§ Consistency (menjamin kekonsistenan pengukuran).
2.2.4 Metode Pengukur an Kiner ja Supply Chain Management
Ada berbagai macam cara pengukuran kinerja yang pernah dilakukan
perusahaan-perusahaan dunia. Salah satunya adalah cara pengukuran yang
dilakukan oleh sebuah supermarket. Pertama mereka menentukan obyektif kinerja
yang dibutuhkan di dalam pengukuran tersebut, seperti quality, speed, realibility,
flexibility, dan sebagainya. Tingkat pemenuhan kinerja didefinisikan oleh
normalisasi dari indikator kinerja tersebut. Untuk strategi Supply Chain yang pasti,
berlaku hubungan sebagai berikut :
Pi =
∑
=
n
i j
j ij W
S
dimana :
Pi = total kinerja supply chain varian i
n = jumlah obyektif kinerja
Sij = skor supply chain ke i didalam obyektif kinerja ke j
Wj = bobot dari obyektif kinerja
Di dalam pengukuran ini, langkah pertama adalah melakukan pembobotan.
Pembobotan dilakukan dengan cara Analytic Hierarchy Process (AHP), dimana
setiap obyektif kinerja dipasangkan dan dilakukan perbandingan tingkat
kepentingannya. Langkah kedua adalah pendefinisian dari indikator kinerja dan
melakukan pengukuran. Skor di dalam obyektif pengukuran yang berbeda-beda
didefinisikan dengan bantuan 6 langkah, yaitu :
1. Pendefinisian setiap indikator
3. Pendefinisian interval skor untuk setiap indikator
4. Pendefinisian skor dar indikator
5. Penjumlahan skor
6. Normalisasi dari skor
Setiap indikator memiliki bobot yang berbeda-beda dengan skala ukuran
yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu, diperlukan proses penyamaan parameter,
yaitu dengan cara normalisasi tersebut. Di sini normalisasi memegang peranan
cukup penting demi tercapainya nilai akhir dari pengukuran performansi.
Normaliosasi Snorm De Boer ada 2 macam yaitu Low is better (semakin kecil nilai
semakin baik) dan Large is better (semakin besar nilai semakin baik).
Proses normalisasi Large is better (semakin besar nilai semakin
baik)dilakukan dengan rumus normalisasi Snorm dr De boer, yaitu :
(
max min)
100min
x S S
S Si Snorm
− − =
Keterangan :
− Si = Nilai indikator aktual yang berhasil dicapai
− Smin = Nilai pencapaian kinerja terburuk dari indikator performansi
− Smax = Nilai pencapaian kinerja terbaik dari indikator performansi
Proses normalisasi Low is better (semakin besar nilai semakin
baik)dilakukan dengan rumus normalisasi Snorm dr De boer, yaitu :
(
)
100min max
max
x S S
Si S
Snorm
− − =
Keterangan :
− Smin = Nilai pencapaian kinerja terburuk dari indikator performansi
− Smax = Nilai pencapaian kinerja terbaik dari indikator performansi
Pada pengukuran ini, setiap bobot indikator dikonversikan ke dalam interval
nilai tertentu yaitu 0 sampai 100. Nol (0) diartikan paling jelek dan seratus (100)
diartikan paling baik. Dengan demikian parameter dari setiap indikator adalah
sama, setelah itu didapatkan suatu hasil yang dapat dianalisa.
Untuk memantau nilai pencapaian kinerja terhadap nilai pencapaian terbaik
atau target yang ingin dicapai oleh perusahaan maka dibutuhkan sistem monitoring
indikator kinerja. Jika nilai kinerja < 40 maka pencapaian kinerjanya dapat
dikategorikan kedalam kondisi yang sangat rendah (poor) sdangkan jika skor
normalisasi mencapai nilai diatas 90 maka dapat dikategorikan sangat baik sekali
(exellent).
Tabel 2.1.Sistem Monitoring Indikator Performansi
(Sumber : Trienekens dan Hvolby, 2000)
Sistem Monitoring Indikator Performansi
< 40 Poor
40 – 50 Marginal
50 – 70 Average
70 – 90 Good
> 90 Exellent
2.3 Model Supply Chain Operations Reference (SCOR)
Ada metode pengukuran kinerja Supply Chain yang lain, yaitu salah satunya
adalah model Supply Chain Operations Reference (SCOR) dikembangkan oleh
suatu lembaga professional, yaitu Supply Chain Council (SCC). Supply Chain
Council (SCC) diorganisasikan tahun oleh Pittiglio Rabin Todd & McGrath
mendapatkan suatu kerangka (framework) pengukuran yang terintegrasi dan untuk
mendeskripsikan aktivitas bisnis yang diasosiasikan dengan fase yang terlibat untuk
memenuhi permintaan customer. (Supply Chain Council, 2004)
Kelebihan daripada Supply Chain Operations Reference (SCOR) model
dibandingkan dengan pendekatan akan Supply Chain adalah :
1. Balanced Scorecard dipusatkan dengan pengukuran level atas eksekutif,
sedangkan SCOR Model secara langsung menunjuk pada pengukuran seimbang
Supply chain Management .
2. The Logistic Scoreboard ini hanya terbatas atau difokuskan pada aktivitas
pengadaan dan produksi dalam Supply Chain.
3. Activity Based Costing, lebih mendekatkan pada tenaga kerja, material, dan
pemakaian peralatan.
4. Economic Value-Added, pengukurannya berdasarkan atas pengoperasian laba
dari modal usaha sampai modal dari penjualan saham dan hutang.
Adapun bentuk dari Supply Chain yang digambarkan oleh SCOR model
adalah :
Gambar 2.3 Supply Chain Model
(Sumber Supply Chain Council, Supply Chain Reference Model, Overview
Ada 5 proses Supply Chain Operations Reference (SCOR), yaitu :
1. PLAN, yaitu proses-proses yang berkaitan dengan keseimbangan antara
permintaan aktual dengan apa yang telah direncanakan atau proses perencanaan
untuk menyeimbangkan permintaan dan persediaan untuk mengembangkan
tindakan yang memenuhi penggunaan source, produksi dan pengiriman terbaik.
2. SOURCE, yaitu proses-proses yang berkaitan dengan pembelian material /
bahan baku untuk memenuhi permintaan yang ada dan hubungan perusahaan
dengan supplier.
3. MAKE, yaitu proses-proses yang berkaitan dengan proses transformasi bahan
baku menjadi produk setengah jadi maupun produk jadi untuk memenuhi
permintaan yang ada.
4. DELIVER, yaitu proses-proses yang berkaitan dengan persediaan barang jadi,
termasuk di dalamnya mengenai manajemen transportasi, warehouse, yang
semuanya itu untuk memenuhi permintaan konsumen.
5. RETURN, yaitu proses-proses yang berkaitan dengan proses pengembalian
produk karena alasan tertentu, misalnya karena produk tidak sesuai dengan
permintaan konsumen dan lain sebagainya.
Model SCOR (Supply Chain Operations Reference) diorganisasikan dalam
5 (lima) proses Supply Chain utama yaitu : Plan, Source, Make, Deliver, dan Return
dimana ini pada level pertama. Kemudian SCOR dibagi lagi menjadi level-level
untuk pengukuran kinerjanya. Didalam level dua SCOR, dimunculkan setiap aspek
yang akan diukur. Misalnya saja mengenai reliability, responsiveness, flexibility,
chain perusahaan yang akan diukur kinerja nya. Sedangkan untuk level tiganya,
setiap komponen yang ada di mapping level dua, di breakdown sehingga
mendapatkan sesuatu yang detail dari komponen-komponen tersebut. Pada level
tiga juga sudah mulai dilakukan penentuan parameter dari setiap metriks dan
komponen yang akan diukur. (Supply Chain Council,2004)
Gunasekaran et al (2001) mengembangkan suatu kerangka pengukuran
kinerja dimana indikator kinerja didefinisikan berdasarkan empat proses Supply
Chain yang terintegrasi yaitu Plan, Source, Make, Deliver dan Customer Service
and Satisfaction. Setiap indikator kinerja diidentifikasikan selanjutnya digolongkan
ke dalam tiga level strategis, taktis dan operasional karena indikator kinerja yang
digunakan akan mempengaruhi keputusan pada masing-masing level tersebut.
Adapun beberapa indikator kinerja yang digunakan sesuai lima proses
supply chain :
Tabel 2.2 Key Performance Indicator (KPI)
(Sumber : Gunasekaran et al, 2001)
Key Performansi Indikator Keterangan
PLAN Reliability
Number of production schedule revision
Jumlah jadwal produk yang mengalami perubahan
Percentage of adjusted production quatity
Prosentase perubahan jumlah unit produksi dengan rencana produksi awal
Forecast Accuracy
Prosentase penyimpangan permintaan actual dengan permintaan hasil peramalan
Inventory accuracy of material
Keakuratan persediaan dalam material
Inventory accuracy of packaging
Keakuratan persediaan dalam pengemasan
Inventory accuracy of finished product
Keakuratan persediaan dalam produk akhir
Internal Relationship Hubungan internal antara
bagian dalam perusahaan
Planning employee reliability
Tabel lanjutan 2.2 Key Performance Indicator (KPI)
(Sumber : Gunasekaran et al, 2001)
Key Performance Indicator Keterangan
PLAN Responsiveness
Time to identity new product specification
Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian dan pengembangan produk baru
Time to revise production schedule
Waktu yang dibutuhkan untuk merevisi jadwal produksi
Time to produce a production schedule
Waktu yang dibutuhkan untuk menyusun jadwal produksi
SOURCE
Reliability
Supplier Delivery
Performance Kinerja pengiriman supplier Source Employee
Reliability
Keandalan tenaga kerja bagian pengadaan bahan baku
Percentage of suppliers with long term contracts
Prosentase supplier jangka panjang
Supplier reliability Keandalan dari supplier
Responsiveness
Supplier delivery lead time Rata-rata rentang pengiriman
Source Volume
responsiveness of material
Tingkat ketanggapan volume bahan baku
Source volume responsiveness of packaging
Tingkat ketanggapan volume pengemasan
Time to identify a new supplier
Waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk
mengidentifikasi supplier baru
Flexibility
Source item flexibility of packaging
Banyaknya perubahan jenis material yang diminta yang dapat
Minimum order quality of packaging
Jumlah minimum kuantitas untuk setiap kali order yang bisa dipenuhi oleh supplier
Cost
Material order cost Bahan baku dipenuhi dalam
kurun waktu tertentu
Supplier evaluation cost
Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan ecvaluasi supplier
dalam 1 tahun
Assets
Cash to cash cycle time
Waktu sejak perusahaan mengeluarkan uang untuk membeli material sampai dengan menerima uang dari konsumen
Payment term
Rata-rata selisih waktu antara penerimaan material dari
Tabel lanjutan 2.2 Key Performance Indicator (KPI)
(Sumber : Gunasekaran et al, 2001)
Key Performance Indicator Keterangan
MAKE
Reliability
Percentage of product out of weight specification
Prosentase produk yang keluar dari spesifikasi berat
Number of backorder
Jumlah unit yang diproduksi secara backorder salam suatu permintaan
Repair time percentage
Waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki mesin yang rusak
Breakdown time percentage
Waktu yang menyebabkan proses produksi terhenti
Time between machine failure
Waktu rata-rata antar kerusakan mesin yang menyebabkan proses terhenti
Manufacturing employee
reliability Keandalan tenaga kerja
Responsiveness
Production lead time Lead time produksi
Make volume responsiveness
Waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk memenuhi permintaan konsumen apabila terjadi peningkatan
permintaan sebesar 20%
Make item responsiveness
Waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk memenuhi permintaan konsumen apabila terjadi perubahan jenis produk
Changeover time
Waktu persiapan mesin yang diperlukan apabila terjadi penggantian jenis produk yang akan diproduksi
Flexibility Make volume flexibility
Prosentase peningkatan permintaan yang dapat dipenuhi dalam kurun waktu tertentu
Production item flexibility Flexibiltas item produk
Cost
Overhead cost Biaya overhead
Defect cost Biaya-biaya penggantian
produk cacat
Machine maintenance cost Biaya perawatan mesin
Assets Asset turn Total penerimaan kotor dibagi
total asset bersih
DELIVER Reliability
Delivery fill rate Prosentase jumlah permintaan
Percentage of orders delivered complete
Prosentase order yang kuantitasnya terkirim lengkap
Stockout probability Kemungkinan terjadinya
kehabisan persediaan produk
Delivery employee reliability
Tabel lanjutan 2.2 Key Performance Indicator (KPI)
(Sumber : Gunasekaran et al, 2001)
Key Performance Indicator Keterangan
DELIVER
Responsiveness Delivery lead time
Waktu sejak distributor industri memesan barang sampai barang diambil
Flexibility Minimum delivery
quantity Jumlah minimum pengiriman
Cost Holding cost Biaya penyimpanan per unit
RETURN
Reliability
Product reject rate Tingkat pengembalian produk
Marketing employee
reliability Keandalan tenaga kerja
Responsiveness
Number of customer complaint
Jumlah komplain dari konsumen
Packaging supplier repair time
Waktu yang dibutuhkan supplier untuk mengganti material yang diklaim setiap kali terjadi klaim
Flexibility Time to solve a complain
Waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi komplain
konsumen
Adapun contoh-contoh metriks yang ada di dalam metode SCOR, adalah
sebagai berikut :
A. Aspek Reliability
1. Inventory inaccuracy, yaitu besarnya penyimpangan antara jumlah fisik
persediaan yang ada di gudang dengan catatan/dokumentasi yang ada.
2. Defect rate, yaitu tingkat pegembalian material cacat yang dikembalikan ke
supplier.
3. Stockout Probability, probabilitas atau kemungkinan terjadinya kehabisan
persediaan.
B. Aspek Responsiveness
1. Planning cycle time, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menyusun jadwal
2. Source item responsiveness, yaitu waktu yang dibutuhkan supplier untuk
memenuhi kebutuhan perusahaan apabila terjadi peningkatan jumlah jenis
material tertentu dari permintaan awal suatu order.
C. Aspek Flexibility
1. Minimum order quantity, yaitu jumlah unit minimum yang bisa dipenuhi
supplier dalam setiap kali order.
2. Make volume flexibility, yaitu prosentase penongkatan yang dapat dipenuhi
oleh produksi dalam kurun waktu tertentu.
D. Aspek Cost
1. Defect cost, yaitu biaya-biaya yang digunakan untuk penggantian produk
cacat.
2. Machine maintenance, yaitu biaya-biaya yang digunakan untuk perawatan
mesin produksi.
E. Aspek Assets
1. Payment term, yaitu rata-rata selisih waktu antara permintaan material dengan
waktu pembayaran ke supplier.
2. Cash to cash cycle time, yaitu waktu dari perusahaan mengeluarkan uang
untuk pembelian material sampai dengan perusahaan menerima uang
pembayaran dari konsumen.
2.4 Metode Pembobotan Dengan Analythical Hierarchy Process (AHP)
Analytic Hierarchy Process atau yang dikenal sebagai metode AHP adalah
atau tidak terstruktur yang memasukkan kriteria ganda, baik yang bersifat nyata
(tangible), tidak nyata (intangible), kuantitatif maupun kualitatif, serta
memperhitungkan adanya konflik maupun perbedaan. Metode ini dikemukakan
oleh Thomas L. Saaty dari University of Pittsburgh.
Salah satu keuntungan utama Analytic Hierarchy Process (AHP) yang mana
membedakan dengan model pengambilan keputusan lainnya ialah tidak ada syarat
konsistensi mutlak, bahwa keputusan manusia sebagian didasari logika dan
sebagian lagi didasarkan pada unsur bukan logika seperti perasaan, pengalaman dan
intuisi. Hierarki adalah suatu ringkasan dari struktur suatu sistem untuk
mempelajari interaksi-interaksi fungsional dari komponen-komponen yang ada dan
pengaruhnya pada seluruh sistem. Ada dua macam hierarki, antara lain :
1. Hierarki Struktural adalah Sistem yang kompleks disusun ke dalam
komponen-komponen pokoknya dalam urutan menurun menurut sifat struktural mereka.
Hierarki ini sangat erat kaitannya dengan cara otak menganalisis hal yang
kompleks, yaitu dengan memecah-mecah obyek yang ditangkap oleh indera
menjadi gugusan yang semakin kecil. Misalnya ukuran, bangunan, warna atau
umur.
2. Hierarki Fungsional adalah Sistem yang kompleks disusun ke dalam
komponen-komponen pokoknya dalam urutan menurun menurut hubungan esensial
mereka. Hierarki ini sangat membantu untuk membawa sistem ke arah tujuan
yang diinginkan. Misalnya pemecahan konflik, prestasi yang efisien, atau
kebahagiaan yang perlu dipertimbangkan. Tujuan utama yang akan dicapai
dan kendala-kendala yang menghalangi usaha para pelaku pada tingkat
berikutnya lagi. Hal ini dapat mendominasi level dari pelaku-pelaku itu sendiri,
level kebijakan mereka dan pada tingkat terbawah adalah level dari semua
kemungkinan hasil yang ada. Secara umum struktur hierarki dapat digambarkan
sebagai berikut :
Level 1
Level 2
Level 3
Level N
Gambar 2.4 Struktur Hierarki
Jika kita dihadapkan pada beberapa pilihan dengan kriteria-kriteria yang
rumit terlebih dahulu kita melakukan perbandingan berpasangan dari
kriteria-kriteria yang ada dalam hubungannya dengan usaha jangka pendek dan panjang,
keuntungan dan resiko, dan juga matriks perbandingan berpasangan yang
berhubungan dengan keefektifan dan kesuksesan.
Akhirnya, pada level terbawah kita membandingkan pilihan-pilihan
terhadap tiap kriteria, membuat bobot secara hierarki, dan memilih prioritas GOAL
Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3
Sub Kriteria
1.1
Sub Kriteria
1.2
Sub Kriteria
1.L
Sub Kriteria
K.1
Sub Kriteria
K.M
tertinggi. Dengan demikian, keputusan diambil berdasarkan pilihan yang memiliki
weight overall tertinggi.
Jika kita meneliti penilaian-penilaian yang ada sehingga kita yakin bahwa
kita telah mempertimbangkan semua faktor-faktor yang relevan, maka kita tidak
perlu melakukan perbandingan atas pilihan-pilihan lainnya. Dengan kata lain, kita
telah melakukan perbandingan berpasangan untuk memilih yang terbaik dari
prioritas pada level atas yang dapat mempengaruhi bobot-bobot prioritas pada level
dibawahnya
Dengan menggunakan sistem hierarki beberapa keuntungan yang dapat
diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Dapat digunakan untuk menerangkan bagaimana perubahan bobot prioritas
pada level atas akan mempengaruhi elemen-elemen pada level dibawahnya.
2. Dengan membuat level-level, maka si pengambil keputusan dapat
memfokuskan perhatiannya pada sekelompok kecil kriteria yang kompleks.
Dengan demikian dapat disimpulkan kegunaan hierarki adalah sebagai
berikut:
1. Hierarki menggambarkan suatu sistem yang dapat digunakan untuk
menjelaskan bagaimana perubahan pada prioritas pada level atas dapat
mempengaruhi prioritas elemen-elemen di level bawahnya.
2. Memberikan informasi yang mendetail mengenai struktur dan fungsi dari
suatu sistem pada level bawahnya dan memberikan overview dari
3. Sistem natural disusun secara hierarki.
4. Bersifat stabil dan fleksibel. Stabil berarti bahwa perubahan kecil membawa
pengaruh kecil bahwa
Dalam metode AHP menggunakan skala 1 – 9 untuk perbandingan
berpasangan, yaitu :
Tabel 2.3 Skala Banding Secara Berpasangan
(Sumber : Thomas L Saaty, Pengambilan Keputusan : Bagi Para Pemimpin,1993)
Tingkat
Kepentingan Definisi Keterangan
1 equal importance ( kedua elemen sama pentingnya )
Dua elemen
menyumbangnya sama besar pada sifat itu
3
moderate importance ( elemen yang satu sedikit lebih diunggulkan daripada yang lain )
Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas yang lainnya
5
strong importance ( elemen yang satu sangat kuat
diunggulkan daripada yang lain )
Pengalaman dan
pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas yang lainnya 7
demonstrated importance ( satu elemen jelas lebih penting dari elemen yang lainnya )
Satu elemendengan kuat disokong , dan dominannya telah terlihat dalam praktik
9
extreme importance ( satu elemen mutlak lebih penting ketimbang elemen yang lainnya )
Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi dan menguatkan
2, 4, 6, 8
grey area ( nilai-nilai antara diantara dua pertimbangan yang berdekatan )
Kompromi diperlukan antara dua perimbangan
Kebalikan
Skala mendefinisikan dan menjelaskan nilai 1 sampai 9 yang ditetapkan
bagi pertimbangan dalam membandingkan pasangan elemen yang sejenis di setiap
tingkat hirarki terhadap suatu kriteria yang berada setingkat di atasnya. Dan untuk
mengetahui validitas dari pertimbangan-pertimbangan yang dipakai, maka akan
dilakukan uji konsistensi, dimana hasil dari uji konsistensi ini akan dibagi dengan
nilai index randomnya dan apabila hasil uji konsistensi adalah lebih kecil dari 0,1
maka hasilnya sudah konsisten.
Jika terdapat sejumlah n kriteria, maka akan terdapat sejumlah
(
)
21
− n n
pairwise comparison. Jika {c1, c2,…..cn} merupakan himpunan kriteria-kriteria dan
nilai perbandingan diberikan dalam matriks A, yang disajikan sebagai berikut :
c1 c2 cn
c1 a11 a12 a1n
c2 a21 a22 a2n
A =
cn an1 an2 ann
dimana :
- aii = 1, V1
- Jika aij = α, maka aji = α
1
, dimana α ≠ 0
- Jika ci dinyatakan equally importance terhadap cj, maka aij = aji= 1.
Dengan demikian matriks A sebagai matriks Reciprocal, dapat dituliskan
c1 c2 cn
c1 1 a12 a1n
c2 1 / a21 1 a2n
A =
cn 1 / a1n 1 / a2n 1
Dari matriks perbandingan berpasangan tersebut dapat dicari bobot dari
setiap kriteria (wi). Jika wi merupakan bobot dari kriteria ci dan wj merupakan bobot
dari kriteria cj, maka aij =
j i
w w
, dimana i, j = 1, 2,……, n
Dengan demikian matriks A dapat dituliskan sebagai berikut :
c1 c2 cn
c1 w1 / w1 w1 / w2 w1 / wn
c2 w2 / w1 w2 / w2 w2 / wn
A =
cn wn / w1 wn / w2 wn / wn
Nilai wi dapat diperoleh dengan beberapa cara, yaitu :
1. Menormalkan setiap kolom j dari A, yaitu :
wi =
∑
=
n
k kj ij
a a
1
, dimana i = 1, 2,……,n ………. (2.2)
2. Menormalkan rata-rata geometric dari setiap baris, dimana nilai geometric
Mean = n n
i i x
∏
=1
………... (2.3)
3. Melakukan normalisasi dari jumlahan elemen-elemen baris.
4. Menghitung nilai w sebagai “principal righat eigen vector” dari matriks A,
yaitu Aw = λmax . w, dimana λmax merupakan eigen value terbesar dari A. Dapat
juga dituliskan sebagai berikut :
wi =
max
λ
∑
=
n
i j
j ij w a
, dimana i = 1, 2,……,n ………..(2.4)
Di dalam metode AHP, hal terpenting yang harus diperhatikan adalah
masalah inconsistency. Keputusan perbandingan yang diambil dikatakan “perfectly
consistent” jika dan hanya jika aik . akj = aij, dimana i, j, k = 1, 2, ….., n. Tetapi
konsistensi ini tidak boleh dipaksakan. Namun tingginya inkosistensi memang
sangat tidak diinginkan jika matriks reciprocal kosisten maka λmax = n.
Prof. Saaty mendefinisikan ukuran konsistensi sebagai Consistency Index,
yaitu :
CI =
1
max −
− n
n
λ
……….. (2.5)
Untuk setiap ukuran matriks n, matriks random dibuat dan nilai rata-rata CI
Tabel 2.4 Nilai dari Random Index
Ordo matriks (n) RI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49 1.51 1.48 1.56 1.57 1.59
Consistency Ratio (CR), yang menyatakan seberapa besar derajat
inconsistency dari penetapan nilai perbandingan antar kriteria yang telah dibuat,
dimana :
CR =
RI CI
………. (2.6)
Apabila nilai CR ≤ 0.1, maka masih dapat ditoleransi tetapi bila CR > 0.1
maka perlu dilakukan revisi. Nilai CR = 0 maka dapat dikatakan “perfectly
consistent”. (Saaty, 1993)
2.5 Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini ada dua
a. Data Primer
Data primer ialah data yang langsung dikumpulkan atau diperoleh dari
sumber pertama. Pengumpulan data primer bisa dilakukan dengan beberapa
macam cara antara lain :
1. Pengamatan (Observasi)
Observasi biasanya digunakan sebagai alat pengumpulan data untuk obyek
yang belum banyak diketahui. Observasi bertujuan mengamati objek
penelitian untuk dimengerti tentang objek penelitian tersebut.
2. Wawancara (Interview)
Wawancara merupakan suatu langkah dalam penelitian yang berupa
penggunaan proses komunikasi verbal untuk mengumpulkan informasi dari
seseorang atau kelompok orang.
3. Daftar Pertanyaan (Angket/kuesioner)
Kuesioner merupakan alat komunikasi antara penelitian dengan orang yang
diteliti atau responden. Isinya berupa daftar pertanyaan, yang dibagikan oleh
peneliti untuk diisi oleh responden. Pengumpulan data dengan kuesioner
perlu memperjatikan beberapa hal, yaitu :
• Karena respon menuangkan pendapat secara tertulis, kuesioner tidak sesuai
untuk mengumpulkan data yang bersifat sensitif.
• Penggunaan kuesioner tepat apabila responden mempunyai pengetahuan
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak langsung diperoleh dari sumber
pertama dan telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen tertulis.
2.6 Penentuan J umlah Sampel atau Populasi
Penentuan jumlah sample / kuesioner Varians dari suatu populasi dapat
dihitung dan dipakai bersama-sama dengan keterbatasan dana, waktu, tenaga dan
derajat keyakinan yang diinginkan oleh pihak peneliti dan klien untuk menentukan
besarnya sampel. Ukuran sampel yang dibutuhkan dalam penelitian dapat dihitung
dengan menggunakan perhitungan bernaoulli sebagai berikut :
( )
2 2 /2
e pq Z n ≥ α
Dimana : n = jumlah sampel minimum
α = taraf keberartian
Z = nilai distribusi normal
e = nilai tingkat kesalahan
p = proporsi jumlah kuesioner yang kembali
q = proporsi jumlah kuesioner yang tidak kembali/tidak sah
Tetapi menurut Suharsini Arikunto (2002), apabila Subyek kurang dari 100,
maka lebih baik diambil seluruhnya sehingga penelitianya merupakan penelitian
populasi. Selanjutnya jika jumlah subyek besar (lebih dari 100), maka dapat diambil
n = 15% x N
Keterangan:
n = Besar Sampel
N = Besar Populasi
Dalam hal ini juga dapat diketahui didalam pemilihan sampel acak
sederhana dengan ukuran n dari suatu populasi yang berasal dari distribusi apapun
(Binomial, poisson, dll) maka distribusi dari rata-rata sampel dapat didekati dengan
distribusi probabilitas normal untuk ukuran sampel terbesar (Central Limit Theory).
Jika q adalah sebuah parameter dari distribusi populasi dan q adalah panduga dari 0,
maka n menuju tak terhingga atau untuk sampel yang terbesar (n ≥ 100), q
sebetulnya hanya mendekati normal saja akan tetapi prakteknya kita dapat
menggunakan table distribusi normal untuk menghitung probabilitas bahkan untuk
(n ≥ 30). Untuk (n ≤ 30) sampelnya disebut sampel kecil, sehingga harus digunakan
table t sebagai pengganti table ditribusi normal.
(Statistik Teori dan Aplikasi,J.Suprapto, 2006)
2.7 Pengolahan Data
Metode pengujian data yang dipakai dalam penelitian ini ada dua macam,
yaitu uji validitas dan uji reliabilitas (M.T.Safirin, 2002 : 33).
2.7.1 Uji Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu
apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur, yang
sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.
Untuk menghitung validitas, maka kita akan menghitung korelasi antara
masing-masing pernyataan dengan skor total dengan menggunakan rumus korelasi
product moment sebagai berikut :
(
)
(
)
[
2 2]
[
(
2(
)
2)
]
Y Y
N X X
N
Y) X)( ( -(X)(Y) N
r
Σ − Σ Σ
Σ
Σ Σ Σ
=
Dimana : r = koefisien korelasi yang dicari
N = jumlah responden
X = skor tiap-tiap variabel
Y = skor total tiap responden
Secara statistik, angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan
angka kritik tabel korelasi nilai r.
2.7.2 Uji Reliabilitas