SKRIPSI
Diajukan sebaga i per syar atan untuk memperoleh Gelar Sar jana Hukum pada
Fakulta s Hukum UPN “VETERAN” J awa Timur
Oleh :
NANDA HANTARA NPM. 0671010120
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL“VETERAN”J AWA TIMUR
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
SURABAYA
Segala puji syukur kehadirat ALLAH SWT serta yang telah melimpahkan
berkat, rahmat, dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Disini penulis mengambil judul :“ PERLINDUNGAN HUKUM BAGI BANK
SELAKU KREDITUR DALAM PERJ ANJ IAN KREDIT DENGAN J AMINAN
FIDUSIA YANG OBYEK J AMINANNYA MUSNAH “ .
Penyusunan skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan sesuai kurikulum
yang ada di Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur. Disamping itu dapat memberikan hal-hal yang berkaitan dengan disiplin ilmu
dalam mengadakan penelitian dalam guna penyusunan skripsi.
Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan, bimbingan, dan
dorongan oleh beberapa pihak. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan banyak
terima kasih yang tidak terhingga kepada :
1. Bapak Hariyo Sulistiyantoro, S.H, M.M selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Sutrisno, S.H, M.Hum selaku Wakil Dekan I Ilmu Hukum Fakultas
Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dan selaku
Dosen Pembimbing Utama.
3. Drs Gendut Sukarno M.S selaku Wakil Dekan II Ilmu Hukum Fakultas
Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Ibu Wiwin Yulianingsih, S.H, M.Kn selaku Dosen Pembimbing Pendamping,
yang telah membimbing dan mengarahkan peneliti dalam pembuatan skripsi
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
7. Bapak dan Ibu Bagian Staff Tata Usaha Fakultas Hukum Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
8. Bapak Dedy Purwandiono selaku Manager Mikro PT Bank Mandiri (Persero)
Tbk Surabaya Rungkut SIER.
9. Kedua orang tua dan Mertua yang telah memberikan dukungan moril maupun
materiil serta doa dan restunya selama ini.
10.Siti Cholifa istri tercinta yang selalu menemani dan memberi dukungan untuk
dapat menyelesaikan skripsi ini hingga selesai.
11.Teman-teman PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Surabaya Rungkut SIER yang
ikut membantu dan berpartisipasi untuk menyelesaikan penyusunan skripsi.
12.Teman-teman seperjuangan Angkatan 2006 dan seluruh Mahasiswa/I Fakultas
Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah
membantu dan memberikan saran sebagai masukan didalam pembuatan
sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun penulis
mengharapkan guna perbaikan dan penyempurnaan sehingga skripsi ini dapat
memberi manfaat bagi semua pihak.
Surabaya, Desember 2011
HALAMAN J UDUL ... i
HALAMAN PERSETUJ UAN MENGIKUTI UJ IAN SKRIPSI ... ii
HALAMAN PERSETUJ UAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
HALAMAN PERSETUJ UAN DAN PENGESAHAN REVISI SKRIPSI ... iv
SURAT PERNYATAAN ... v
KATA PE NGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 5
1.3Tujuan Penelitian... 6
1.4Manfaat Penelitian ... 6
1.5Kajian Pustaka ... 7
... 30
2.1Perjanjian Kredit Jaminan ... 30
2.2Sanksi Debitur Jika Wanprestasi ... 31
2.3Perlindungan Hukum Bank Terhadap Objek Jaminan Fidusia Yang
Musnah ... 33
BAB III UPAYA HUKUM DARI BANK YANG DIRUGIKAN OLEH
DEBITUR DALAM PERJ ANJ IAN HUTANG PIUTANG
DENGAN J AMINAN FIDUSIA YANG OBJ EK J AMINANNYA
MUSNAH... 36
3.1 Non Litigasi ... 36
3.2 Litigasi ... 51
3.3 Upaya Bank Untuk Penyelamatan Kredit Melalui Lembaga-lembaga
Hukum ... 52
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ... 54
Tempat ta nggal lahir : Sur abaya, 23 Desember 1984 Pr ogram Studi : Str a ta 1 ( S1 )
J udul Skr ipsi :
PERLINDUNGAN HUK UM BAGI BANK SELAKU K REDITUR
DALAM PERJ ANJ IAN KREDIT DENGAN J AMINAN FIDUSIA
YANG OBJ EK J AMINANNYA MUSNAH
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek-aspek hukum dalam perkreditan pada Bank untuk menjamin kepastian hukum dalam menjaminkan benda-benda bergerak yang benda-bendanya masih dalam penguasaan pemilik jaminan, khususnya dalam perjanjian Jaminan Fidusia barang-barang jaminan atau objek jaminannya musnah
Penelitian ini menggunakan metode Yuridis Normatif. Data penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data utama dalam penelitian ini. Sedangkan data sekunder digunakan sebagai pendukung data primer. Penelitian hukum yang dilakukan berdasarkan norma dan kaidah-kaidah dari peraturan perundangan. Sumber data diperoleh dari literature-literatur dan perundang-undangan yang berlaku.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dalam perjanjian hutang piutang atau juga disebut dengan perjanjian kredit, Bank selaku kreditur mewajibkan barang-barang jaminan atau objek jaminan dalam perjanjian Jaminan Fidusia oleh debitur harus diasuransikan pada perusahaan Asuransi yang ditunjuk oleh bank.
Bank selaku kreditur memberikan kredit kepada debitur dalam perjanjian kredit dengan jaminan Fidusia harus mampu memahami seluk beluk aspek-aspek hukum yang dipahami dengan sempurna.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belaka ng Masa la h
Pengertian hutang dalam kamus bahasa indonesia terdiri atas dua suku
kata yaitu “hutang” yang mempunyai arti uang yang dipinjamkan dari orang
lain. Sedangkan kata “piutang” mempunyai arti uang yang dipinjamkan dan atau
dapat ditagih dari orang lain.1
Pengertian hutang piutang sama dengan perjanjian pinjam meminjam
yang dijumpai dalam ketentuan kitab Undang-Undang hukum perdata (
selanjutnya disingkat KUHPer ) pasal 1754 yang berbunyi :
“pinjam meminjam adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu
memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah barang-barang tertentu dan
habis karena pemakaian, dengan syarat bahwa yang belakangan ini akan
mengembalikan sejumlah yang sama dari macam keadaan yang sama pula.”
Ada beberapa jaminan kebendaan yang dikenal dalam hukum. Pertama
adalah dalam bentuk gadai, kedua adalah dalam bentuk hipotek yang telah
dirubah kedalam hak tanggungan, ketiga adalah hak tanggungan yang diatur
dalam undang-undang No 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan, yang terakhir
adalah jaminan fidusia, yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun
1999 tentang Jaminan Fidusia (yang selanjutnya disebut dengan UU Jaminan
Fidusia).2
Jaminan fidusia sendiri sebagaimana yang dipaparkan para ahli adalah
perluasan akibat banyak kekurangannya lembaga gadai (pand) dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat dan tidak dapat mengikuti perkembangan di masyarakat.3
Sebelum dikeluarkannya Undang-Undang Jaminan Fidusia, eksistensi
fidusia sebagai pranata jaminan diakui berdasarkan yurisprudensi.Konstruksi
fidusia berdasarkan yurisprudensi yang pernah ada adalah penyerahan hak milik
atas kepercayaan, atas benda atau barang-barang bergerak (milik debitor) kepada
kreditor dengan penguasaan fisik atas barang-barang itu tetap pada debitor.4
Sebelum berlakunya Undang-Undang Jaminan Fidusia, benda benda yang
dapat menjadi objek jaminan fidusia berupa benda bergerak yang merupakan
benda dalam persediaan (investori), benda dagangan, piutang, peralatan mesin,
dan kendaraan bermotor.5 Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya
kebendaan yang menjadi objek jaminan fidusia mulai meliputi juga kebendaan
bergerak yang tak berwujud, maupun benda tak bergerak.6
Fiduciaire Eigendoms Over Dracht atau penyerahan hak milik atas dasar
kepercayaan timbul atas dasar kebutuhan masyarakat. Masyarakat membutuhkan
pinjaman atau kredit dengan jaminan benda bergerak tetapi benda bergerak yang
dijaminkan masih dikuasai debitur karena diperlukan sehari-hari untuk
melanjutkan usaha atau keperluam bekerja sehari-hari.
Undang-undang yang mengatur pemberian kredit dengan jaminan benda
bergerak adalah Gadai yang diatur buku II pasal 1150 sampai dengan 1160
KUHPer. Apabila mencari pinjaman atau kredit dengan menggunakan jaminan
gadai akan terbentur pada syarat In Bezit Stelling yaitu salah satu syarat dalam
gadai yang mensyaratkan bahwa benda bergerak yang menjadi jaminan harus
ditarik/berada dalam kekuasaan pemegang gadai/pemberi kredit.7
Dalam benda obyek jaminan ada beberapa macam benda yang dapat
dijadikan sebagai jaminan, yaitu benda bergerak dan benda tidak bergerak.
Benda bergerak adalah benda dihitung masuk ke dalam golongan benda bergerak
karena sifatnya adalah benda yang dapat dipindahkan / berpindah dari satu
tempat ke tempat lainnya, contoh : perabot rumah, meja, mobil, motor.
Kedudukan benda yang dipakai sebagai obyek jaminan bagi kreditur
mempunyai arti penting karena dengan benda jaminan ini bagi kreditur akan
menimbulkan keyakinan bahwa debitur akan memenuhi segala kewajibannya
atas sejumlah uang yang dipergunakan oleh debitur dan sekaligus dengan adanya
benda jaminan, pemenuhan hak dan kewajiban serta adanya kepastian hukum dan
segala perlindungan secara yuridis terpenuhi. Berbeda dengan gadai, benda yang
dibebankan dengan jaminan fidusia tidak diserahkan kepada penerima fidusia
atau kreditur, melainkan tetap dalam penguasaaan fisik pemberi fidusia yaitu
debitur atau pihak ketiga, karena jaminan ini bersifat kepercayaan.Tetapi
penguasaan yuridis tetap berada di tangan penerima fidusia, karena terjadi
pengalihan hak kepemilikan dari pemberi fidusia kepada penerima fidusia.8
Piutang sebagai benda obyek jaminan, hal ini juga memberikan
keleluasaan baik bagi debitur maupun kreditur.Keuntungan bagi kreditur bisa
mendapatkan modal bagi pengembangan usahanya dan bagi kreditur dengan
adanya penyerahan piutang sebagai jaminan maka dengan sendirinya apabila
debitur mengalami wanprestasi maka kreditur berhak atas semua piutang yang
menjadi hak debitur dari pihak ketiga.9
Jaminan atas hutang ini juga memberi makna adanya perlindungan
kreditur yang telah melepaskan sejumlah uangnya yang digunakan sebagai
modal oleh debitur dan sekaligus memberi kepastian hukum akan kembalinya
sejumlah uangnya yang digunakan oleh debitur kepada kreditur.
Dari berbagai pemaparan di atas mengenai definisi fidusia, maka penulis
dapat menyimpulkan bahwa fidusia merupakan perjanjian pengalihan hak
penguasaan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan barang yang
dijaminkan tetap dalam pengelolaan si pemilik (debitur), akan tetapi hak
penguasaannya diberikan kepada si kreditur.
Apabila debitur pemberi fidusia ingkar janji, kreditur penerima fidusia
tidak dapat memiliki benda jaminan fidusia melainkan benda jaminan itu dijual
untuk mengambil pelunasan piutangnya sesuai dengan hak prefensi yang
diberikan oleh undang-undang kepada kreditur.Selain itu bahwa fidusia
merupakan perjanjian yang memiliki sifat assessor (pelengkap dari perjanjian
pokok) dan berkarakter kebendaan.10
Dalam permasalahan yang ada di Bank Mandiri selaku Kreditur untuk
melakukan perjanjian kredit dengan Debitur yang objek jaminan fidusia musnah
menjadi masalah yang ada di Bank Mandiri cabang Rungkut Sier.Apabila barang
yang menjadi obyek jaminan fidusia musnah, hilang, tidak dapat lagi
diperdagangkan, sehingga barang itu tidak diketahui lagi apakah barang itu masih
ada atau tidak maka perjanjian menjadi hapus asal musnahnya barang, hilangnya
barang bukan kesalahan Debitur yang disebabkan keadaan memaksa dan sebelum
Debitur lalai menyerahkan barangnya kepada Kreditur. Maka banyak
permasalahan yang di hadapi oleh Bank Mandiri jika Debitur lepas dari tanggung
jawab kewajiban membayar.
1.2Per umusan Masalah
Bedasarkan kenyataan mengenai pentingnya perjanjian hutang piutang
dengan jaminan fidusia yang apabila objek jaminannya musnah sebagaimana
terurai diatas, hal tersebut melatarbelakangi penulis untuk mengangkatnya
menjadi topik pembahasan dalam penulisan skripsi dengan judul
“Per lindunga n Hukum Bagi Bank Selaku Kr editur Dalam Per janjian
Kr edit Dengan J aminan Fidusia Yang Objek J aminannya Musnah” , akan
dibatasi pada permasalahan-permasalahan sebagai berikut :
a. Bagaimana perlindungan hukum bagi Bank selaku kreditur dalam perjanjian
hutang piutang dengan jaminan fidusia yang objek jaminannya musnah ?
b. Bagaimana upaya hukum dari Bank yang dirugikan oleh debitur dalam
perjanjian hutang piutang dengan jaminan fidusia yang objek jaminannya
musnah ?
1.3Tujua n Penelitian
a. Untuk mengetahui perlindungan hukum bagi Bank selaku kreditur dalam
perjanjian hutang piutang dengan jaminan fidusia yang objek jaminannya
musnah.
b. Untuk mengetahui upaya hukum dari Bank yang dirugikan oleh debitur
dalam perjanjian hutang piutang dengan jaminan fidusia yang objek
jaminannya musnah.
1.4Manfaa t Penelitian
a. Ma nfaat Teor itis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi dan
mengembangkan perbendaharaan ilmu hukum perdata khususnya di bidang
b. Ma nfaat pr aktis
Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan sumbangan kepada
pemerintah Republik Indonesia dan dunia usaha pada umumnya dan
perdagangan yang berkaitan dengan upaya meningkatkan produksi secara
optimal bagi lembaga pemegang fidusia untuk mengetahui sejauh mana
Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999 tentang fidusia dapat memberikan
perlindungan hukum bagi para pihak baik debitur maupun kreditur. Dan
bagi kreditur pada khususnya, apabila debitur mengalami kemacetan
sehingga kredit yang diberikan kepada debitur macet tidak terbayar.
Perlindungan ini sangat perlu, sebab perlindungan hukum yang baik akan
memberikan kepastian hukum yang efektif bagi semua pihak.
1.5Kajian Pusta ka
1.5.1 Tinjaua n Umum Per janjian
1.5.1.1Penger tia n Per ja njian
Dewasa ini istilah kredit bukanlah hal yang asing dalam
kehidupan sehari-hari di masyarakat, sebab sering dijumpai ada
masyarakat yang jual beli barang dengan kreditan. Jual beli itu
tidak dilakukan secara kontan atau tunai, tetapi dengan cara
mengangsur. Selain dari itu banyak anggota masyarat yang
menerima kredit dari koperasi maupun bank untuk kebutuhannya.
Mereka pada umumnya mengartikan kredit sama dengan utang,
lunas. Perjanjian kredit merupakan perikatan antara dua pihak atau
lebih yang menggunakan uang sebagai obyek dari perjanjian, jadi
dalam perjanjian kredit ini titik beratnya adalah pemenuhan
prestasi antara pihak yang menggunakan uang sebagai obyek atau
sesuatu yang dipersamakan dengan uang. Perjanjian adalah suatu
hal yang sangat penting karena menyangkut kepentingan para
pihak yang membuatnya. Oleh karena itu hendaknya setiap
perjanjian dibuat secara tertulis agar diperoleh suatu kekuatan
hukum, sehingga tujuan kepastian hukum dapat tercapai.11
Menurut Pasal 1313 KUH Per menyatakan bahwa :
“suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang
atau lebih mengikat dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”
1.5.1.2Asas-asas Per janjian
Menurut ketentuan hukum yang berlaku, asas-asas penting
dalam perjanjian antara lain:12
1) Asas kebebasan berkontrak
Asas ini dapat disimpulkan dari Pasal 1338 ayat (1) KUH Per
yang berbunyi:
“Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai
Undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.
11 Badrulzaman , Perjanjian Kredit Bank, Alumn i, Bandung, 1983, hal 4
Tujuan dari Pasal di atas bahwa pada umumnya suatu
perjanjian itu dapat dibuat secara bebas untuk membuat atau
tidak membuat perjanjian, bebas untuk mengadakan
perjanjian dengan siapapun, bebas untuk menentukan
bentuknya maupun syarat-syarat, dan bebas untuk
menentukan bentuknya, yaitu tertulis atau tidak tertulis dan
seterusnya. Jadi berdasarkan pasal tersebut dapat disimpulkan
bahwa masyarakat diperbolehkan membuat perjanjian yang
berupa dan berisi apa saja tentang apa saja dan perjanjian itu
mengikat mereka yang membuatnya seperti suatu
Undang-undang. Kebebasan berkontrak dari para pihak untuk
membuat perjanjian itu meliputi:
a) Perjanjian yang telah diatur oleh Undang-undang.
b) Perjanjian-perjanjian baru atau campuran yang belum diat ur
dalam Undang-undang.13
2) Asas konsensualisme
Adalah suatu perjanjian cukup ada kata sepakat dari
mereka yang membuat perjanjian itu tanpa diikuti dengan
perbuatan hukum lain kecuali perjanjian yang bersifat formal.
3) Asas itikad baik
Bahwa orang yang akan membuat perjanjian harus
dilakukan dengan itikad baik. Itikad baik dalam pengertian
subyektif dapat diartikan sebagai kejujuran seseorang yaitu
apa yang terletak pada seseorang pada waktu diadakan
perbuatan hukum. Sedangkan itikad baik dalam pengertian
obyektif adalah bahwa pelaksanaan suatu perjanjian hukum
harus didasrkan pada norma kepatuhan atau apa-apa yang
dirasa sesuai dengan dengan yang patut dalam masyarakat.
mendapatkan kepastian hukum bagi para pihak yang telah
membuat.14
4) Asas Pacta Sun Servanda
Merupakan asas dalam perjanjian yang berhubungan
dengan mengikatnya suatu perjanjian. Perjanjian yang dibuat
secara sah oleh para pihak mengikat mereka yang membuatnya
dan perjanjian tersebut berlaku seperti
Undang-undang.Dengan demikian para pihak tidak mendapat kerugian
karena perbuatan mereka dan juga tidak mendapat keuntungan
darinya, kecuali kalau perjanjian perjanjian tersebut
dimaksudkan untuk pihak ketiga. Maksud dari asas ini dalam
perjanjian tidak lain untuk mendapatkan kepastian hukum bagi
para pihak yang telah membuat perjanjian itu.15
5) Asas berlakunya suatu perjanjian
Pada dasarnya semua perjanjian itu berlaku bagi
mereka yang membuatnya tak ada pengaruhnya bagi pihak
ketiga, kecuali yang telah diatur dalam Undang-undang,
misalnya perjanjian untuk pihak ketiga. Asas berlakunya suatu
perjanjian diatur dalam Pasal 1315 KUHPer yang menyatakan:
“Pada umumnya tidak seorang pun dapat mengikatkan diri
atas nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu
perjanjian dari pada untuk dirinya sendiri”
1.5.1.3Syar at-Syar at Sahnya Per janjian
Berdasarkan Pasal 1320 KUHPer, untuk sahnya suatu
perjanjian para pihak harus memenuhi syarat-syarat tersebut di
bawah ini:16
1) Sepakat mereka yang mengikatkan diri.
Kedua subjek mengadakan perjanjian, harus bersepakat
mengenai hal-hal yang pokok dari perjanjian yang
diadakan.Sepakat mengandung arti, bahwa apa yang
15 Ibid.
dikehendaki pihak yang satu juga dikehendaki oleh pihak yang
lain.
2) Kecakapan para pihak dalam membuat suatu perjanjian
Cakap artinya orang-orang yang membuat perjanjian harus
cakap menurut hukum.Seorang telah dewasa atau akil balik,
sehat jasmani dan rohani dianggap cakap menurut hukum,
sehingga dapat membuat suatu perjanjian. Orang-orang yang
dianggap tidak cakap menurut hokum ditentukan dalam Pasal
1330 KUHPerdata, yaitu :
a. Orang yang belum dewasa;
b. Orang yang ditaruh di bawah pengampuan
3) Suatu hal tertentu
Suatu hal atau objek tertentu artinya dalam membuat
perjanjian apa yang diperjanjikan harus jelas, sehingga hak
dan kewajiban para pihak bisa ditetapkan.
1.5.2 Per janjia n Kredit
1.5.2.1Penger tian Kr edit
Kredit menurut ketentuan Pasal 1 angka (11)
Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana yang
diubah dengan Undang-Undang nomor 10 tahun 1998 tentang
“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.”
Pengertian kredit sendiri sebenarnya berasal dari bahasa
Romawi yaitu Credere yang berarti percaya atau credo atau
creditum yang berarti saya percaya.Jadi seseorang yang telah
menyatakan kepercayaan dari kreditur.Kredit juga berarti
meminjamkan uang atau pemindahan pembayaran; apabila orang
menyatakan membeli secara kredit maka hal ini berarti si pembeli
tidak harus membayarnya pada saat itu juga.17
Apabila diartikan secara ekonomi, kredit berarti “penundaan
pembayaran” artinya uang atau barang yang diterima sekarang
akan dikembalikan pada masa yang akan datang. Bisa 1 minggu 1
bulan bahkan beberapa tahun.Oleh karena itu dalam pemberian
kredit selalu terkandung resiko, yaitu resiko bagi pemberi kredit
bahwa uang atau barang yang telah diberikan kepada penerima
kredit tidak kembali sepenuhnya. Dalam ruang lingkup kredit
maka kontra prestasi yang akan diterima kreditur berupa sejumlah
nilai ekonomi tertentu yang dapat berupa uang, barang, dan
sebagainya. Dengan kondisi demikian maka tidak berlebihan
apabila dari konteks ekonomi kredit mempunyai pengertian suatu
penundaan pembayaran dari prestasi yang diberikan sekarang
dimana prestasi yang diberikan sekarang, dimana prestasi tersebut
pada dasarnya akan berbentuk nilai uang. Kredit berfungsi
koperatif antara pemberi kredit dan si penerima kredit atau antara
kreditur dan debitur. Mereka menarik keuntungan dan saling
menanggung resiko.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa intisari dari arti
kredit sebenarnya adalah kepercayaan, suatu unsur yang harus
dipegang sebagai benang merah melintasi falsafah perkreditan
dalam arti sebenarnya, sebagaimana pun bentuk, macam dan
ragamnya dan dari manapun asalnya serta kepada siapapun
diberikan.18
Menurut pasal 1 ayat (8) UU jaminan Fidusia menjelaskan
tentang pengertian Kreditur yaitu pihak yang mempunyai piutang
karena perjanjian atau undang-undang.Sedangkan Pengertian
Debitur menurut pasal 1 ayat (9) UU Jaminan Fidusia adalah pihak
yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang-undang.
Menurut Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 4 Tahun
1996 tentang Hak tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda
Yang berkaitan Dengan Tanah, Kreditur adalah pihak yang
berpiutang dalam suatu hubungan utang-piutang tertentu,
sedangkan Pasal 1 ayat (3) Debitor adalah pihak yang berutang
dalam suatu hubungan utang-piutang tertentu.
Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau B.W
maksud isi dari kreditur atau Pihak berpiutang adalah Pihak yang
berhak menuntut, sedangkan pihak yang wajib memenuhi tuntutan
dinamakan pihak berhutang atau Debitur.19
1.5.2.2Penger tian Per ja njia n Kr edit
Piutang menurut pasal 1 ayat (3) Undang-undang Nomor 42
Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia ( selanjutnya disingkat UU
Jaminan Fidusia ) adalah hak untuk menerima pembayaran.
Sedangkan pengertian Utang pasal 1 ayat (7) UU Jaminan Fidusia
adalah kewajiban yang dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam
mata uang Indonesia atau mata uang lainnya, baik secara langsung
maupun kontingen.
Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana dua orang atau
dua pihak saling berjanji untuk melakukan suatu hal atau suatu
persetujuan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing
bersepakat akan mentaati apa yang tersebut dalam persetujuan itu.
Perjanjian Kredit merupakan perikatan antara dua pihak atau
lebih yang menggunakan uang sebagai obyek dari perjanjian, jadi
dalam perjanjian kredit ini titik beratnya adalah pemenuhan
prestasi antara pihak yang menggunakan uang sebagai obyek atau
sesuatu yang dipersamakan dengan uang.
Perjanjian kredit merupakan perjanjian konsensuil antara
Debitur dengan Kreditur (dalam hal ini Bank) yang melahirkan
hubungan hutang piutang, dimana Debitur berkewajiban
membayar kembali pinjaman yang diberikan oleh Kreditur, dengan
berdasarkan syarat dan kondisi yang telah disepakati oleh para
pihak.
Dalam Buku III KUH Perdata tidak terdapat ketentuan yang
khusus mengatur perihal Perjanjian Kredit. Namun dengan
berdasarkan asas kebebasan berkontrak, para pihak bebas untuk
menentukan isi dari perjanjian kredit sepanjang tidak bertentangan
dengan undang-undang, ketertiban umum, kesusilaan, dan
kepatutan.Dengan disepakati dan ditandatanganinya perjanjian
kredit tersebut oleh para pihak, maka sejak detik itu perjanjian
lahir dan mengikat para pihak yang membuatnya sebagai
undang-undang.
Perjanjian kredit adalah perjanjian pokok (prinsipil) yang
bersifat riil. Sebagaimana perjanjian perjanjian prinsipiil, maka
perjanjian jaminan adalah assessor-nya.Ada atau berakhirnya
perjanjian jaminan bergantung pada perjanjian pokok.Arti riil ialah
bank kepada nasabah kreditur.Kredit yang diberikan oleh bank
sebagai kreditur kepada nasabahnya sebagai kreditur selalu
dilakukan dengan membuat suatu perjanjian. Mengenai bentuk
perjanjiaan ini tidak ada bentuk yang pasti karena tidak ada
peraturan yang mengaturnya, tetapi yang jelas perjanjian kredit
selalu dibuat dalam bentuk tertulis dan mengacu pada Pasal 1320
KUH Perdata tentang syarat-syarat sahnya perjanjian.20
1.5.2.3J enis Per janjian Kr edit
Dilihat dari pembuatannya, suatu perjanjian kredit dapat
digolongkan menjadi:
1. Perjanjian Kredit Di bawah tangan, yaitu perjanjian kredit
yang dibuat oleh dan antara para pihak yang terlibat dalam perjanjian kredit tersebut tanpa melibatkan pihak pejabat yang berwenang/Notaris.
Perjanjian Kredit Di bawah tangan ini terdiri dari:
a. Perjanjian Kredit Di bawah tangan biasa;
b. Perjanjian Kredit Di bawah tangan yang dicatatkan di
Kantor Notaris (Waarmerking);
c. Perjanjian Kredit Di bawah tangan yang ditandatangani di
hadapan Notaris namun bukan merupakan akta notarial (legalisasi).
2. Perjanjian Kredit Notariil yaitu perjanjian yang dibuat dan
ditandatangani oleh para pihak di hadapan Notaris.
Perjanjian Notariil merupakan akta yang bersifat otentik (dibuat oleh dan di hadapan pejabat yang berwenang/Notaris)
20 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia di Tinjau M enurut Undang-Undang No 7
1.5.2.4Str uktur Per janjia n Kr edit
Suatu perjanjian kredit pada umumnya terdiri dari
bagian-bagian sebagai berikut:
1. Kepala/Judul
2. Komparisi
Komparisi adalah bagian dari perjanjian kredit yang memuat keterangan identitas para pihak.
3. Premis
Premis merupakan bagian dari akta yang berisi uraian yang memuat alasan-alasan atau dasar pertimbangan para pihak dalam membuat perjanjian kredit.Dalam premis dimuat hal-hal atau pokok-pokok pikiran yang merupakan konstalasi fakta-fakta secara singkat dan yang menggerakkan para pihak untuk mengadakan perjanjian kredit.
4. Batang Tubuh
Batang tubuh berisikan hal-hal yang disetujui oleh para pihak, berupa klausula-klausula, baik klausula hukum maupun klausula komersial yang berkaitan dengan pemberian fasilitas kredit.
5. Kolom Tanda tangan (Signature Page)
Kolom tanda tangan berisikan tanda tangan para pihak
pembuat perjanjian.21
1.5.2.5Fungsi Per janjian Kredit
Perjanjian kredit yang telah ditandatangani para pihak, baik
yang berbentuk akta dibawah tangan (dibuat para pihak sendiri)
atau dalam bentuk akta otentik (dibuat oleh dan dihadapan
Notaris), mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :
1. Perjanjian kredit sebagai alat bukti bagi Kreditur dan Debitur
yang membuktikan adanya hak dan kewajiban timbal balik antara Bank sebagai Kreditur dan Debitur. Hak Debitur adalah menerima pinjaman dan menggunakan sesuai tujuannya dan kewajiban Debitur mengembalikan hutang tersebut baik pokok
dan bunga sesuai waktu yang ditentukan. Hak Kreditur untuk mendapat pembayaran bunga dan kewajiban Kreditur adalah meminjamkan sejumlah uang kepada Debitur, dan Kreditur berhak menerima pembayaran kembali pokok dan bunga.
2. Perjanjian kredit dapat digunakan sebagai alat atau sarana
pemantauan atau pengawasan kredit yang sudah diberikan, karena perjanjian kredit berisi syarat dan ketetuan dalam pemberian kredit dan pengembalian kredit. Untuk mencairkan kredit dan penggunaan kredit dapat dipantau dari ketentuan perjanjian kredit.
3. Perjanjian kredit merupakan perjanjian pokok yang menjadi
dasar dari perjanjian ikutannya yaitu perjanjian pengikatan jaminan. Pemberian kredit pada umumnya dijamin dengan benda-benda bergerak atau benda tidak bergerak milik Debitur atau milik pihak ketiga yang harus dilakukan pengikatan jaminan.
4. Perjanjian kredit hanya sebagai alat bukti biasa yang
membuktikan adanya hutang Debitur artinya perjanjian kredit tidak mempunyai kekuatan eksekutoria atau tidak memberikan kekuasaan langsung kepada Bank atau Kreditur untuk mengeksekusi barang jaminan apabila Debitur tidak mampu
melunasi hutangnya (wanprestasi).22
1.5.3 J aminan dan Fidusia
1.5.3.1Penger tian Hukum J aminan
Hukum jaminan tidak bisa dilepaskan dari masalah hukum
kebendaan dan hokum perorangan dimana masalah tersebut
masing-masing untuk jaminan kebendaan diatur dalam Buku II
sedangkan jaminan perorangan diatur dalam buku III Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata).
Jaminan secara harfiah selalu dikaitkan dengan pemberian
kepercayaan kepada pihak lain atas sesuatu prestasi, jaminan juga
bisa dikaitkan dengan masalah kepercayaan. Perumusan tentang
jaminan juga dapat kita artikan sebagai kumpulan perangkat
hukum yang mengatur mengatur tentang jaminan seorang kreditur
terhadap seorang debitur.
1.5.3.2Fidusia
Pengertian fidusia menurut Pasal 1 UU Jaminan Fidusia
menyatakan :
“Fidusia adalah pengalihan hak kepeilikan suatu benda atas
dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak
kepemilikannya dialihkan tetap dalam penguasaan pemilik benda.”
Istilah fidusia berasal dari bahasa Belanda, yaitu fiducie,
sedangkan dalam bahasa Inggris disebut fiduciary transfer of
ownership, yang artinya kepercayaan.Di dalam berbagai literature,
fidusia lazim disebut dengan istilah eigendom overdract atau
disebut FEO, yaitu penyerahan hak milik berdasarkan atas
kepercayaan.23
Fidusia menurut asal katanya berasal dari kata fides yang
berarti kepercayaan.Sesuai dengan arti kata ini, maka hubungan
hukum antara debitur atau pemberi fidusia dan kreditur atau
penerima fidusia merupakan hubungan hukum berdasar
kepercayaan.Pemberi fidusia percaya bahwa penerima fidusia mau
mengembalikan hak milik barang yang telah diserahkan, setelah
dilunasi utangnya. Sebaliknya penerima fidusia tidak akan
menyalahgunakan barang jaminan yang berada dalam
kekuasaannya.
Jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak
baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak
bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak
tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam
penguasaan Pemberi Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang
tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada
Penerima Fidusia terhadap kreditur lainnya.24
1.5.3.3Sifat-sifat J aminan Fidusia
Jamina fidusia yang diatur dalam undang-undang Jaminan
Fidusia mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1. Jaminan Fidusia mempunyai sifat accessoir
2. Jaminan Fidusia mempunyai sifat droit de suite
3. Jaminan Fidusia memberikan hak preferent
4. Jaminan Fidusia untuk menjamin utang yang telah ada atau
akan ada
5. Jaminan Fidusia dapat menjamin lebih dari satu utang
6. Jaminan Fidusia mempunyai kekuatan eksekutorial
7. Jaminan Fidusia mempunyai sifat spesialitas dan publisitas
8. Jaminan Fidusia berisi hak untuk melunasi utang
9. Jaminan Fidusia meliputi hasil benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia dan klaim asuransi
10.Objek Jaminan Fidusia berupa benda-benda bergerak
berwujud dan tidak berwujud dan benda tidak bergerak yang tidak dapat dibebani dengan Hak Tanggungan serta
benda-benda yang diperoleh di kemudian hari.25
1.5.3.4Subyek J a mina n Fidusia
Subyek Jaminan Fidusia adalah pihak-pihak yang terlibat
dalam pembuatan perjanjian /akta Jaminan Fidusia yaitu pemberi
fidusia dan penerima fidusia.
Pemberi Fidusia adalah orang perorangan atau korporasi
pemilik benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia. Pemberi
fidusia bisa Debitur sendiri atau pihak lain bukan Debitur.
Penerima fidusia adalah orang perseorangan atau korporasi
sebagai pihak yang mempunyai piutang yang pembayarannya
dijamin dengan Jaminan Fidusia.26
Jadi penerima fidusia adalah Kreditur (pemberi pinjaman), bisa
Bank sebagai pemberi kredit atau orang-perorangan atau badan
hukum yang memberi pinjaman. Penerima fidusia memiliki hak
untuk mendapatkan pelunasan utang yang diambil dari nilai obyek
fidusia dengan cara menjual oleh Kreditur sendiri atau melalui
pelelangan umum.
25 Su tarno, op. cit .h. 206
1.5.3.5Obyek J aminan Fidusia
Yang dimaksud obyek Jaminan Fidusia adalah benda-benda
apa yang dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani Jaminan
Fidusia. Benda-benda yang dapat dibebani Jaminan Fidusia yaitu :
1. Benda bergerak berwujud, contohnya :
a. Kendaraan bermotor seperti mobil, bus, truk, sepeda
motor, dan lain-lain;
b. Mesin-mesin pabrik yang tidak melekat pada
tanah/bangunan pabrik;
c. Alat-alat inventaris kantor;
d. Perhiasan;
e. Persediaan barang atau inventory, stok barang, stok barang
dagangan dengan daftar mutasi barang;
f. Kapal laut berukuran dibawah 20 m3;
g. Perkakas rumah tangga seperti mebel, radio, televisi,
lemari es, mesin jahit;
h. Alat-alat pertanian seperti traktor pembajak sawah, mesin
penyedot air dan lain-lain.27
2. Barang bergerak tidak berwujud, contohnya :
a. Wesel;
b. Sertifikat deposito;
c. Saham;
d. Obligasi;
e. Konosemen;
f. Piutang yang diperoleh pada saat jaminan diberikan atau
yang diperoleh kemudian;
g. Deposito berjangka.
3. Hasil dari benda yang menjadi obyek jaminan baik benda
bergerak berwujud atau benda bergerak tidak berwujud atau hasil dari benda tidak bergerak yang tidak dapat dibebani Hak Tanggungan.
4. Klaim asuransi dalam hal benda yang menjadi obyek Jaminan
Fidusia diasuransikan.
5. Benda tidak bergerak khusunya bangunan yang tidak dapat
dibebani Hak Tanggungan yaitu hak milik satuan rumah susun
di atas tanah hak pakai atas tanah negara ( Undang-undang nomor 16 tahun 1985 ).
6. Benda-benda termasuk piutang yang telah ada pada saat
jaminan diberikan maupun piutang yang diperoleh kemudian hari.28
1.5.4 Tujua n Tentang Per lindungan Hukum
Pengertian perlindungan hukum adalah suatu perlindungan
yang diberikan terhadap subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum
baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik yang
tertulis maupun tidak tertulis. Dengan kata lain perlindungan hukum
sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum., yaitu konsep dimana hukum
dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan
kedamaian.
1.5.5 Upaya Hukum Par a Piha k
Upaya Hukum yang dapat ditempuh oleh pihak kreditur apabila
debitur wanprestasi berdasarkan pasal 29 Undang-Undang Jaminan
Fidusia yang isinya adalah :
1. Pelaksanaantitle eksekutorial, yaitu bahwa dalam sertifikat jaminan
fidusia dicantumkan kata-kata :
"DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA".
2. Penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaan
penerima fidusia sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan.
3. Penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan
pemberi dan penerima fidusia jika dengan cara demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan para pihak.
Ketentuan ini merupakan ketentuan bersyarat artinya ketentuan
tersebut baru berlaku apabila syarat yang ditentukan dalam ketentuan
tersebut dipenuhi, yaitu syarat bahwa debitur atau pemberi fidusia telah
melakukan wanprestasi. Upaya hukum ini merupakan bentuk
perlindungan hukum bagi pars pihak dalam perjanjian jaminan fidusia,
khususnya bagi bank sebagai kreditur¬penerima fidusia.
Seketika bank menerima objek jaminan fidusia, tidak perduli
berapapun nilainya, sebaiknya bank langsung mendaftarkan perjanjian
jaminan fidusia tersebut Kantor Pendaftaran Fidusia.Sehingga bank
mendapatkan perlindungan maksimal karena berkedudukan sebagai
kreditur preferent.29
Sehingga apabila pemberi fidusia melakukan wanprestasi, bank selaku
kreditur preferent dapat menuntut haknya seperti yang telah diatur oleh
Undang-Undang. Lagipula, dana yang ada pads bank yang disalurkan
kepada nasabah debitur adalah dana dari nasabah penyimpan dana,
sehingga sudah menjadi kewajiban dari bank untuk melindungi dana
tersebut yaitu dengan cara memastikan kedudukannya selaku kreditur
preferent yang benar-benar dilindungi oleh Undang-Undang.
1.5.6 Asur a nsi
Asuransi adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada tindakan,
sistem, atau bisnis dimana perlindungan finansial (atau ganti rugi secara
finansial) untuk jiwa, properti, kesehatan dan lain sebagainya
mendapatkan penggantian dari kejadian-kejadian yang tidak dapat diduga
yang dapat terjadi seperti kematian, kehilangan, kerusakan atau sakit,
dimana melibatkan pembayaran premi secara teratur dalam jangka waktu
tertentu sebagai ganti polis yang menjamin perlindungan tersebut.30
Asuransi atau dalam bahasa Belanda “Verzekering” yang berarti
pertanggungan. Dalam Bab 9 pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang (KUHD) atau Wetboek Van Koophandle, menyatakan bahwa :
“asuransi atau pertanggungan adalah suatru perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri dengan seseorang tertanggung dengan menerima uang premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan didenda karena suatu peristiwa tak tentu.”
Menurut ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 2
Tahun 1992 tentang usaha perasurasian menyatakan :
“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara 2 (dua) pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau taggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang
timbul dan suatu peristiwa tidak pasti atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas rneninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.”
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 J enis dan Tipe Penelitian
Jenis penelitian adalah Penelitian hukum Yuridis Normatif, yaitu Tipe
Penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau
norma-norma dalam hukum positif.31
1.6.2 Pendekatan Masalah
Metode yang dilakukan dalam penulisan proposal skripsi ini adalah
pendekatan secara yuridis normative yaitu pendekatan dengan melihat
peraturan perundang-undangan mengenai implementasi perlidungan
hukum bagi Bank dalam perjanjian kredit dengan jaminan fidusia, sejauh
mana peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah
tersebut ditetapkan.
1.6.3 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder, yaitu data yang bersumber dari perundang-undangan atau dari
bahan hukum, baik itu bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan
bahan hukum tersier.
1) Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang terdiri dari peraturan
perundang-undangan yang diurut berdasarkan hierarki, KUHPer dan
Perundang-undangan. Berdasarkan teori, maka bahan hukum primer
yang penulis gunakan adalah :
1. Kitab Undang-undang Hukum Perdata;
2. Undang-undang nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan;
3. Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan
Fidusia;
4. Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan
sebagaimana yang diubah dengan Undang-Undang nomor 10
tahun 1998 tentang perbankan;
5. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang usaha
perasurasian.
2) Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang terdiri atas
buku-buku teks (textbooks) yang ditulis para ahli hukum yang berpengaruh
(deherseende Leer), jurnal-jurnal hukum, yuresprudensi, dan
hasil-hasil simposium mutakhir yang berkaitan dengan topic
penelitian.Bahan hukum sekunder yang digunakan adalah :
1. Sutarno, SH, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan pada Bank.
2. H. Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia.
4. Purwahid, Asas-asas Itikad Baik dan Kepatutan Dalam
Perjanjian.
3) Bahan hukum tersier adalah Bahan hukum yang memberikan
petunjuk atau penjelas terhadap bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder seperti kamus, dan lain-lain. Adapun petunjuk yang
dipakai dalam proposal skripsi ini terdiri dari : Kamus Besar Bahasa
Indonesia,Kamus Bahasa Inggris, dan Kamus Bahasa Hukum.
1.6.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan berisi uraian logis prosedur
pengumpulan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan
hukum tersier, serta bagaimana bahan hukum itu diinventarisasi dan
diklasifikasi dengan menyesuaikan masalah yang dibahas.Untuk tujuan
ini sering digunakan sistem kartu.Bahan hukum yang berhubungan
dengan masalah yang dibahas, dipaparkan, disistematisasi, kemudian
dianalisis untuk menginterpretasikan hukum yang berlaku.
1.6.5 Metode Analisis Data
Data-data yang terkumpul akan disusun secara deskriptif kualitatif
yaitu prosedur pemecahan masalah yang diteliti dengan cara memaparkan
data-data yang diperoleh dari lapangan baik data primer maupun data
sekunder. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan suatu kebenaran yaitu
dengan menguraikan data yang sudah terkumpul sehingga dengan
BAB II
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI BANK SELAKU KREDITUR DALAM PERJ ANJ IAN HUTANG PIUTANG DENGAN J AMINAN FIDUSIA YANG
OBJ EK J AMINANNYA MUSNAH
2.1 Per janjian Kredit J a mina n
Perjanjian kredit tidak secara khusus diatur dalam KUHPerdata tetapi
termasuk perjanjian bernama di luar KUHPerdata. Beberapa Sarjana Hukum
berpendapat bahwa perjanjian kredit dikuasai oleh ketentuan-ketentuan
KUHPerdata Bab XIII buku III karena perjanjian kredit mirip dengan perjanjian
pinjam uang menurut KUHPerdata pasal 1754 yang berbunyi :
“Pinjam meminjam adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang habis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang terakhir ini akan mengembalikan sejumlah yang sam dari jenis dan mutu yang sama
pula”.32
Kredit diberikan oleh bank kepada debitur selalu ada persyaratannya,
persyaratan itu adalah dengan memberikan jaminan terhadap kredit tersebut.
Jaminan itu bisa dalam bentuk benda tertentu baik benda tak bergerak seperti
tanah dan atau bangunan juga jaminan berupa benda bergerak seperti mobil,
motor, mesin, deposito, saham dan lain sebagainya. Hamper tidak ada bank dalam
memberikan kredit tanpa meminta jaminan kepada debiturnya. Meskipun
undang perbankan tidak mensyaratkan kepada bank keharusan adanya jaminan
dalam memberikan kredit namun dalam pelaksanaannya pemberian kredit selalu
diikuti adanya jaminan berupa benda-benda tertentu.
Dalam perjanjian kredit harus diatur dan ditegaskan sejak kapan dan
pelanggaran-pelanggaran apa saja yang mengakibatkan debitur dapat
dikategorikan atau dinilai telah melakukan cidera janji. Ketentuan cidera janji
merupakan ukuran yang sangat penting atau dasar hukum bagi kreditur untuk
mengambil langkah atau tindakan kepada kreditur apakah memberikan somasi
atau jika diperlukan melakukan tindakan hukum.Selama debitur tidak melakukan
cidera janji atau tidak melanggar syarat-syarat dan ketentuan dalam perjanjian
kredit maka kreditur tidak boleh melakukan tindakan yang merugikan debitur.33
2.2 Sanksi Debitur J ika Wa npr estasi
Jika debitur melakukan wanprestasi maka bank atau kreditur dapat
memberikan sanksi atau hukuman berupa :
1. Membayar ganti rugi kepada bank misalnya denda.
2. Membatalkan perjanjian kredit dan ganti rugi.
3. Meminta perjanjian tetap dilaksanakan.
4. Meminta perjanjian tetap dilaksanakan walau terlambat.
5. Peralihan resiko dan membayar biaya perkara jika sampai di Pengadilan.
Jaminan fidusia mempunyai sifat spesialitas dan publisitas.Sifat spesialitas
adalah uraian yang jelas dan rinci mengenai obyek jaminan fidusia. Benda yang
menjadi obyek jaminan fidusia harus diuraikan secara jelas dan rinci dengan cara
mengidentifikasi benda jaminan tersebut, dijelaskan mengenai surat bukti
kepemilikannya dalam Akta Jaminan Fidusia. 34
Sifat publisitas adalah berupa pendaftaran Akta jaminan Fidusia yang
merupakan akta pembebanan benda yang dibebani Jaminan Fidusia.Pendaftaran
Akta jaminan fidusia dilakukan di Kantor Pendaftaran Fidusia tempat dimana
pemberi fidusia berkedudukan.Untuk benda-benda yang dibebani jaminan fidusia
tetapi berada di luar wilayah Negara Republik Indonesia tetap di daftarkan di
Kantor Pendaftaran Fidusia di Indonesia dimana pemberi fidusia berkedudukan.35
Kreditur sebagai penerima fidusia yang telah memiliki hak preferent tidak
perlu khawatir seandainya pemberi fidusia akan mengalihkan seperti menjual,
menyewakan, menjaminkan kembali atau mungkin diletakkan sita jaminan oleh
pihak lain. Karena undang-undang memberikan perlindungan dan kekuatan
hukum bagi penerima fidusia yang memiliki hak preferent dan kreditur sebagai
penerima jaminan fidusia dapat mengikuti benda itu berada (sifat droit de suite).
Apabila hak preferent belum lahir kemudian jaminan fidusia itu dijual atau
diletakkan sita jaminan oleh pihak lain maka pembebanan jaminan fidusia tidak
34 Ibid.,h. 210
dapat dilakukan akibatnya kreditur kehilangan hak preferent atas jaminan fidusia
tersebut dan kreditur hanya memiliki hak konkuren atau hak berbagi dengan
kreditur lainnya terhadap jaminan fidusia. 36
Dengan dilaksanakan pendaftaran benda yang dibebani jaminan fidusia di
Kantor Pendaftaran Fidusia, maka masyarakat dapat mengetahui bahwa suatu
benda telah dibebani jaminan fidusia sehingga masyarakat akan berhati-hati untuk
melakukan transaksi atas benda tersebut dan sekaligus memberikan jaminan
kepastian terhadap kreditur lainnya mengenai benda yang telah dibebani jaminan
fidusia. Pendaftaran benda yang telah dibebani jaminan fidusia ini untuk
memenuhi asas publisitas seperti tercantum pada pasal 11 Undang-undang
Jaminan Fidusia yang menegaskan bahwa benda yang dibebani dengan jaminan
fidusia wajib didaftarkan.37
2.3 Per lindungan Ba nk Ter hadap Objek J aminan Fidusia Ya ng Musnah
Jika barang-barang jaminan perlu diasuransikan pada perusahaan asuransi
maka perlu diatur ketentuan asuransi barang jaminan yang dapat dirumuskan
sebagai berikut :
a. Selama hutang debitur masih belum dilunasi seluruhnya, barang-barang
jaminan yang dapat diasuransikan, wajib diasuransikan oleh debitur kepada Perusahaan Asuransi yang disetujui kreditur terhadap resiko kerugian yang macam resiko, nilai dan jangka waktunya ditentukan oleh kreditur.
b. Dalam perjanjian asuransi (Polis) harus dicantumkan klausula sedemikian
rupa, sehingga jika ada pembayaran ganti rugi dari pihak Perusahaan
36 Ibid.,h. 280
Asuransi, maka kreditur berhak untuk memperhitungkan hasil pembayaran klaim tersebut dengan seluruh kewajiban debitur kepada kreditur (Banker’s Clause). 38
Selama berlakunya perjanjian kredit, debitur wajib melakukan hal-hal
sebagai berikut :
a. Debitur harus segera memberitahukan kepada kreditur tentang adanya
kerusakan, kerugian atau kemusnahan atas jaminan yang diserahkan kepada kreditur.
b. Debitur harus menyerahkan kepada kreditur laporan keuangan tahunan yang
telah di audit oleh Akuntan Publik sesuai prinsip-prinsip akuntansi
Indonesia.39
Musnahnya benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia apabila obyek
jaminan fidusia berupa benda bergerak berwujud, benda bergerak tidak berwujud
dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani dengan
hak tanggungan.Apabila benda yang obyek jaminan fidusia tersebut musnah
disebabkan misalnya karena kebakaran, hilang dan penyebab lainnya maka
jaminan fidusia menjadi hapus.Kalau benda yang menjadi obyek jaminan fidusia
di asuransikan kemudian benda tersebut musnah maka dengan musnahnya benda
tersebut tidak menghapuskan klaim asuransi.Dengan demikian hak-hak asuransi
dapat dipakai sebagai pengganti obyek jaminan fidusia yang musnah sebagai
sumber pelunasan hutang debitur.
Perlu dipahami bahwa dengan musnahnya obyek janminan fidusia tidak
mengakibatkan hapusnya benda jaminan fidusia tidak mengakibatkan utangnya
yang dijamin, debitur tetap mempunyai kewajiban untuk melunasi hutangnya
38 Ibid.
sesuai perjanjian kredit/ perjanjian utang. Hapusnya jaminan fidusia tidak
mengakibatkan perjanjian pokok tetapi hapusnya perjanjian kredit
mengakibatkan hapusnya perjanjian jaminan fidusia.
Dengan adanya undang-undang tentang Fidusia maka dapat menjamin
kepastian hukum untuk menjaminkan benda-benda bergerak yang bendanya
masihdalam penguasaan pemilik jaminan, karena selama ini jaminan fidusia
hanya berpegang pada yurisprudensi.
Guna melindungi kepentingan kreditur sebagai penerima fidusia maka
undang-undang fidusia ini mengatur tentang pemberian sanksi bagi setiap orang
atau debitur yang meugikan kreditur.
Dengan diundangkannya undang-undang jaminan fidusia maka
memberikan kepastian hukum mengenai pemberian kredit dengan jaminan benda
bergerak yang masih dalam penguasaan debitur atau pemberi fidusia.
Undang-undang tentang jaminan fidusia tersebut sudah sangat lama ditunggu masyarakat
perbankan bertujuan :
1. Memberikan ketentuan hukum yang jelas dan lengkap mengenai lembaga
jaminan fidusia sehingga dapat membantu dunia usaha untuk mendapatkan dana dari perbankan dengan jaminan benda bergerak yang masih dikuasai debitur.
2. Menjamin kepastian hukum dan memberikan perlindungan hukum bagi
pihak-pihak yang berkepentingan (kreditur dan debitur) dalam menyediakan pendanaan dengan jaminan fidusia.
3. Untuk menampung kebutuhan mesyarakat mengenai pengaturan jaminan
fidusia.40
BAB III
UPAYA HUKUM DARI BANK YANG DIRUGIKAN OLEH
DEBITUR DALAM PERJ ANJ IAN HUTANG PIUTANG DENGAN
J AMINAN FIDUSIA YANG OBJ EK J AMINANNYA MUSNAH
Sejak negeri ini mengalami krisis ekonomi dan moneter salah satunya
berakibat pada kemerosotan di bidang usaha atau bisnis.Bisnis yang dilakukan para
pengusaha besar, menengah atau kecil biasanya memanfaatkan kredit dari perbankan
untuk memperkuat usaha bisnisnya.Tetapi dengan terjadinya krisis moneter,
ekonomi, bisnis yang dilakukan para pengusaha banyak mengalami kegagalan dan
dampaknya pinjaman kredit tidak dapat dikembalikan dan di perbankan menjadi
kredit bermasalah atau non performing loan yang jumlahnya sangat besar.41
3.1. Non Litiga si
Non litigasi merupakan mekanisme penyelesaian sengketa diluar
pengadilan.Ciri utama penyelesaian sengketa melalui non litigasi adalah
keputusannya berupa kesepakatan/ agreement. Upaya penyelesaian sengketa
alternatif adalah dengan cara negosiasi, mediasi, konsiliasi, pendapat ahli,
yaitu :
a. Negosiasi.
UU nomor 30/1999 tidak memberikan definisi mengenai negosiasi. Pada prinsipnya pengertian negosiasi adalah suatu proses dalam mana dua pihak yang saling bertentangan mencapai suatu kesepakatan umum melalui kompromi dan saling memberikan kelonggaran. Melalui Negosiasi para
pihak yang bersengketa dapat melakukan suatu proses penjajakan kembali akan hak dan kewajiban para pihak dengan/melalui suatu situasi yang saling menguntungkan (win-win solution) dengan memberikan atau melepaskan kelonggaran atas hak-hak tertentu berdasarkan asas timbal balik.
b. Mediasi.
UU nomor 30/1999 tidak memberikan definisi mengenai mediasi. Menurut Black’s Law Dictionary mediasi diartikan sebagai proses penyelesaian sengketa secara pribadi, informal dimana seorang pihak yang netral yaitu mediator, membantu para pihak yang bersengketa untuk mencapai kesepakatan. Mediator tidak mempunyai kesewenangan untuk menetapkan keputusan bagi para pihak. Mediator bersifat netral dan tidak memihak yang tugasnya membantu para pihak yang bersengketa untuk mengindentifikasikan isu-isu yang dipersengketakan mencapai kesepakatan. Dalam fungsinya mediator tidak mempunyai kewenangan untuk membuat keputusan
c. Konsiliasi.
UU nomor 30/1999 tidak memberikan definisi mengenai konsiliasi. Menurut John Wade dari bond University Dispute Resolution Center, Australia “konsiliasi adalah suatu proses dalam mana para pihak dalam suatu konflik, dengan bantuan seorang pihak ketiga netral (konsiliator), mengindentifikasikan masalah, menciptakan pilihan-pilihan, mempertimbangkan pilihan penyelesaian).”
d. Pendapat Ahli.
UU nomor 30/1999 tidak memberikan definisi mengenai penilaian ahli, menurut Hillary Astor dalam bukunya Dispute Resolution in Australia “penilaian ahli adalah suatu proses yanh menghasilkan suatu pendapat objektif, independen dan tidak memihak atas fakta-fakta atau isu-isu yang dipersengketakan oleh seorang ahli yang ditunjuk oleh para
pihak yang bersengketa.”42
Untuk mengatasi kredit bermasalah dan menghindarkan kerugian yang
besar di perbankan, Bank Indonesia mengeluarkan petunjuk dan pedoman
tentang tata cara penyelamatan kredit melalui restrukturisasi kredit
bermasalah.Khusus untuk masalah penyelesaian sengketa dibidang perbankan
yang memakai jalur non ligitasi upaya hukum yang dapat ditempuh oleh pihak
bank adalah dengan memakai surat Direksi Bank Indonesia nomor
31/150/KEP/DIR tanggal 12 November 1998. Restrukturisasi adalah upaya yang
dilakukan bank dalam usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi
kewajibannya. Jadi tujuan restrukturisasi adalah :
a. Untuk menghindarkan kerugian bagi bank karena bank harus menjaga
kualitas kredit yang telah diberikan.
b. Untuk membantu memperingan kewajiban debitur sehingga mempunyai
kemampuan untuk melanjutkan kembali usahanya dan dengan menghidupkan kembali usahanya akan memperoleh pendapatan yang sebagian dapat digunakan untuk membayar hutangnya dan sebagian untuk melanjutkan kegiatan usahanya.
c. Denga restrukturisasi maka penyelesaian kredit melalui lembaga-lembaga
hukum dapat dihindarkan karena penyelesaian melalui lembaga hukum dalam prakteknya memerlukan waktu, biaya dan tenaga yang tidak sedikit
dan hasilnya lebih rendah dari piutang yang ditagih.43
Fasilitas atau kebijakan yang dapat digunakan untuk melakukan
restrukturisasi kredit bermasalah menurut keputusan Direksi Bank Indonesia
tersebut diatas antara lain :44
1. Penurunan Suku Bunga Kredit
Penurunan suku bunga kredit ,erupakan salah satu bentuk
restrukturisasi yang bertujuan memberikan keringanan kepada debitur
sehingga dengan penurunan bunga kredit besarnya bunga yang harus
dibayar debitur setiap tanggal pembayaran menjadi lebih kecil dibanding
suku bunga yang ditetapkan sebelumnya. Misalnya bunga kredit yang
43 Ibid.,h. 266
ditetapkan dalam perjanjian kredit sebelumnya pertahun 20% diturunkan
menjadi 15%.Dengan adanya keringanan suku bunga maka pembayaran
bunga setiap bulannya menjadi lebih kecil sehingga pendapatan dari hasil
usaha debitur dapat dialokasikan untuk membayar sebagian pokok dan
sebagian lainnya untuk melanjutkan dan mengembangkan usaha. Dengan
demikian dalam jangka waktu tertentu sesuai perhitungan cash flow atas
usaha debitur dapat diprediksi akan mampu menyelesaikan seluruh hutang
dan usaha dapat berkembang kembali.45
Akta-akta yang perlu dibuat atau diperbaruhi berkenaan dengan
terjadinya penurunan suku bunga yaitu perlu dilakukan amandemen atau
addendum terhadap perjanjian kredit.Pasal yang semula mengatur tentang
besarnya suku bunga kredit perlu diadakan perubahan atau amandemen
untuk disesuaikan dengan besarnya penurunan suku bunga kredit.Mungkin
saja terjadi, dengan penurunan suku bunga kredit, kreditur atau bank
memberikan syarat tambahan atau merubah syarat yang telah ada.Oleh
karena itu syarat tambahan atau merubah syarat yang sudah ada perlu
dituangkan dalam amandemen atau addendum perjanjian kredit.
Amandemen atau addendum merupakan kesatuan yang tidak
terpisahkan dengan perjanjian kredit lama.Semua ketentuan dan syarat
dalam perjanjian kredit yang tidak diubah tetap berlaku dan yang telah
dirubah dinyatakan tidak berlaku lagi.Penurunan suku bunga tidak merubah
perjanjian ikutannya yaitu perjanjian pengikatan jaminan.Penurunan suku
bunga hanya merubah ketentuan dan syarat dalam perjanjian kredit.Bentuk
addendum perjanjian kredit dapat dibuat dengan akta dibawah tangan yaitu
akta yang dibuat oleh para pihak.Biasanya bank/ kreditur akan
mempersiapkan addendum perjanjian kredit tersebut.46
2. Pengurangan Tunggakan Bunga Kredit
Salah satu tanda kredit bermasalah adalah adanya tunggakan
bunga kredit lebih dari tiga kali pembayaran.Bunga kredit yang
seharusnya dibayar setiap bulan atau dalam jangka waktu tertentu sesuai
perjanjian kredit, tidak dibayar sehingga tunggakan bunga kredit lama
kelamaan menjadi menumpuk yang jumlahnya menyamai hutang
47
pokok.Dalam kondisi krisis seperti sekarang ini usaha yang dilakukan
debitur tidak berjalan sesuai rencana bahkan gagal sehingga pendapatan
usaha merosot dan akibatnya tidak mampu memenuhi kewajiban
membayar bunga kepada kreditur setiap bulannya.
Pengurangan tunggakan bunga tidak mengakibatkan perubahan
akta perjanjian kredit karena yang dikurangi adalah besarnya tunggakan
bunga yang seharusnya dibayar debitur. Bukti adanya pengurangan
tunggakan bunga, bank cukup mengeluarkan surat yang ditujukan
kepada debitur yang menegaskan bahwa besarnya tunggakan bunga
46 Ibid.
yang harus dibayar dikurangi sehingga lebih kecil dari perhitungan
sebenarnya berdasarkan perjanjian kredit.
3. Pengurangan Tunggakan Pokok Kredit
Sejumlah pinjaman uang yang diberikan kreditur /bank kepada
debitur inilah yang disebut pokok kredit.Misalnya bank meminjamkan
uang kepada debitur sebesar satu milyar rupiah dan debitur telah
menarik seluruh pinjaman ini maka satu milyar rupiah inilah yang
disebut pokok kredit yang harus dibayar kembali oleh debitur sesuai
jangka waktu yang ditetukan dalam perjanjian kredit.Pembayaran pokok
kredit dapat 48dilakukan sebagian-sebagian setiap bulan bebarengan
dengan pembayaran bunga atau sekaligus si akhir jangka waktu
kredit.Hal ini sesuai kesepakatan yang tercantum dalam perjanjian
kredit.Pengurangan tunggakan pokok merupakan restrukturisasi kredit
yang paling maksimal diberikan bank kepada debitur karena
pengurangan tunggakan pokok biasanya diikuti dengan penghapusan
bunga dan denda seluruhnya.Pengurangan tunggakan pokok ini
merupakan pengorbanan bank yang sangat besar karena aset bank yang
berupa hutang pokok ini tidak kembali dan merupakan kerugian yang
menjadi beban bank.
4. Perpanjangan Jangka Waktu Kredit
Perpanjangan jangka waktu kredit merupakan bentuk
restrukturisasi kredit yang bertujuan memperingan debitur untuk
mengembalikan hutangnya. Misalnya hutang sluruhnya yang seharusnya
dikembalikan selambat-lambatnya pada bulan januari 2003 diperpanjang
menjadi januari 2005. Dengan memperpanjang jangka waktu kredit
maka kualitas kredit debitur digolongkan menjadi perfoming loan ( tidak
bermasalah ) dan dengan perpanjangan jangka waktu memberikan
kesempatan kepada debitur untuk melanjutkan usahanya. Pendapatan
usaha yang seharusnya digunakan untuk membayar hutang yang jatuh
49
tempo dapat digunakan untuk memperkuat usaha dan dalam jangka
waktu tertentu mampu melunasi seluruh hutangnya.
5. Penambahan Fasilitas Kredit
Kadang-kadang menjaddi tanda tanyanya kredit macet justru
diberikan penambahan kredit sehingga hutang menjadi bertambah
besar.Apakah debitur mempunyai kemampuan untuk
mengembalikan.Inilah strategi penyelamatan kredit. Penambahan kredit
diharapkan usaha debitur akan berjalan kembali dan berkembang yang
akan menghasilkan pendapatan yang dapat digunakan untuk
mengembalikan hutang lama dan tambahan kreditr baru. Untuk
memberikan tambahan fasilitas kredit harus dilakukan analisa yang
cermat, akurat dan dengan perhitungan yang tepat mengenai prospek
usahadebitur karena debitur menanggung hutang lama dan hutang baru.
Usaha debitur harus mampu menghasilkan pendapatan yang dapat
digunakan untuk melunasi hutang lama dan tambahan kredit baru dan
masih mampu mengembangkan usaha ke depan.50
6. Pengambil Alihan Agunan/Aset debitur
Pengambil alihan asset debitur dalam hukum dapat disebut
kompensasi atau perjumpaan hutang. Untuk menyelamatkan kredit
dengan cara ini bank /kreditur mengambil alih agunan kredit yang nilai
jaminan tersebut di kompensasikan dengan jumlah kredit sebesar nilai
agunan yang diambil, maka terjadilah kompensasi. Dengan kata lain
agunan kredit yang diambil alih bank dibayar dengan menggunakan
kredit yang tertunggak. Dengan demikian agunan kredit menjadi
milik/aset bank dan hurting debitur dinyatakan lunas. Pengambil alih aset
debitur ini juga dapat disebut set off.
Untuk melakukan pengambil-alihan atau kompensasi atas jaminan
kredit diperlikan syarat-syarat atau kriteria agar nantinya dalam waktu
satu tahun agunan yang diambil alih segera dapat dijual kembali sehingga
menjadi aktiva yang produktif kembali. Syarat-syarat atau kriteria yang
diperlukan antara lain :